Anda di halaman 1dari 103

Open Course

Selamat Belajar
Analisis Rangkaian Listrik
Di Kawasan Waktu (1)
(Besaran Listrik, Model Sinyal, Model Piranti)

Oleh: Sudaryatno Sudirham


Pengantar
Dalam kuliah ini dibahas analisis rangkaian listrik di
kawasan waktu dalam kondisi mantap.

Kuliah ini merupakan tahap awal dalam mempelajari


analisis rangkaian listrik.
Isi
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2: Besaran Listrik dan Model Sinyal
Bab 3: Pernyataan Sinyal dan Spektrum Sinyal
Bab 4: Model Piranti Pasif
Bab 5: Model Piranti Aktif
Pendahuluan

• Banyak kebutuhan
manusia, seperti:
– Sandang
– Pangan
– Papan
– Kesehatan
– Keamanan
– Energi Sajian kuliah ini terutama
terkait pada upaya
– Informasi pemenuhan kebutuhan
ini
– Pendidikan
– Waktu Senggang
– dll.
Pendahuluan

Penyediaan Energi Listrik

Energi yang dibutuhkan manusia tersedia di alam, namun tidak selalu


dalam bentuk yang dibutuhkan. Energi di alam terkandung dalam
berbagai bentuk sumber energi primer misalnya air terjun, batubara, sinar
matahari, angin dan lainnya.
Selain daripada itu, sumber energi tersebut tidak selalu berada di tempat
di mana energi dibutuhkan.
Oleh karena itu diperlukan konversi (pengubahan bentuk) energi. Energi
di alam yang biasanya berbentuk non listrik, dikonversikan menjadi energi
listrik. Dalam bentuk listrik inilah energi dapat disalurkan dan
didistribusikan dengan lebih mudah ke tempat ia diperlukan. Di tempat
tujuan ia kemudian dikonversikan kembali ke dalam bentuk yang sesuai
dengan kebutuhan, misalnya energi mekanis, panas, cahaya.
Pendahuluan

Penyediaan energi listrik dilakukan dengan


serangkaian tahapan sbb:
Konversi Energi Transmisi dan Distribusi Energi

BOILER GENERATOR

TURBIN

TRANSFORMATOR
GARDU DISTRIBUSI
Pendahuluan

energi kimia energi panas


diubah menjadi diubah menjadi
energi panas energi mekanis

BOILER GENERATOR

TURBIN

TRANSFORMATOR
GARDU DISTRIBUSI

energi mekanis energi listrik diubah


diubah menjadi menjadi energi listrik pada
energi listrik tegangan yang lebih tinggi
Pendahuluan

energi listrik ditransmisikan

BOILER GENERATOR

TURBIN

TRANSFORMATOR
GARDU DISTRIBUSI

pelanggan tegangan tinggi


pelanggan tegangan menengah
pelanggan tegangan rendah
Pendahuluan

Penyediaan Informasi
Demikian pula halnya dengan informasi. Informasi yang dibutuhkan
manusia berada dalam berbagai bentuk dan tersedia di di berbagai
tempat, tidak selalu berada di tempat di mana informasi dibutuhkan.
Oleh karena itu diperlukan konversi informasi. Berbagai bentuk informasi
dikonversikan ke dalam bentuk sinyal-sinyal listrik. Sinyal listrik hasil
konversi ini disalurkan ke tempat ia dibutuhkan. Sampai di tempat tujuan
sinyal tersebut dikonversikan kembali ke dalam bentuk-bentuk yang dapat
ditangkap oleh indera manusia ataupun dimanfaatkan untuk suatu
keperluan lain (pengendalian misalnya).
Dengan cara itulah kita dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di
belahan bumi yang lain dalam waktu yang hampir bersamaan dengan
berlangsungnya kejadian, tanpa harus beranjak dari rumah.
Konversi informasi dari bentuk aslinya ke bentuk sinyal listrik maupun
konversi balik dari sinyal listrik ke bentuk yang dapat ditangkap indera,
dilakukan dengan memanfaatkan komponen-komponen elektronika.
Pendahuluan

Penyediaan Informasi
Pendahuluan

Pemrosesan Energi dan


Pemrosesan Informasi
dilaksanakan dengan memanfaatkan
rangkaian listrik

Rangkaian listrik merupakan interkoneksi


berbagai piranti yang secara bersama
melaksanakan tugas tertentu
Pendahuluan

Rangkaian listrik di atas meja

Rangkaian listrik di atas pulau


Pendahuluan

Untuk mempelajari perilaku suatu rangkaian


listrik kita melakukan analisis rangkaian listrik

Untuk keperluan analisis itu, rangkaian listrik yang


ingin kita pelajari kita pindahkan ke atas kertas dalam
bentuk gambar. Piranti-piranti dalam rangkaian listrik
kita nyatakan dengan menggunakan simbol-simbol

Gambar yang kita buat itu kita sebut diagram rangkaian,


yang biasa disebut dengan singkat rangkaian.
Pendahuluan

+

Piranti

Simbol Piranti
Perubahan besaran
fisis yang ada dalam
rangkaian kita Perilaku piranti kita
nyatakan dengan nyatakan dengan
model matematis model matematis
yang kita sebut yang kita sebut
model sinyal model piranti
Pendahuluan

Analisis rangkaian listrik dapat dilakukan di kawasan


waktu, fasor, ataupun kawasan s.

Analisis di
Analisis di Analisis di
Kawasan s
Kawasan Waktu Kawasan Fasor
(Transf. Laplace)

Sinyal Sinus & Sinyal Sinus &


Bukan Sinus Sinyal Sinus Bukan Sinus

Keadaan Mantap Keadaan Mantap Keadaan Mantap

Keadaan Transien Keadaan Transien


Tahapan pertama
kuliah kita
Pendahuluan

Struktur Dasar Rangkaian Listrik

+

Bagian yang aktif Penyalur daya Bagian yang pasif


memberikan daya menyerap daya
(sumber) (beban)

daya yang dikirim oleh sumber > daya yang diterima beban
tegangan sumber > tegangan beban
Pendahuluan

+

CONTOH
Agar beban menerima daya sebesar 100000 watt atau 100 kilowatt
(100 kW), sumber harus mengeluarkan daya lebih besar dari 100
kW, misalnya sebesar 105000 watt atau 105 kW.
Hal ini berarti saluran menyerap daya sebesar 5 kW.
Terjadi susut daya sebesar 5 % di saluran.

Susut daya yang terjadi di saluran merupakan peristiwa alamiah:


sebagian energi yang dikirim oleh sumber berubah menjadi
panas di saluran
Pendahuluan

Jika saluran dianggap ideal (tidak menyerap daya)


maka Struktur Dasar Rangkaian Listrik menjadi:

+

Pendahuluan

+

+++
Dalam kenyataan, rangkaian listrik tidaklah sederhana
Pada jaringan penyalur daya listrik, sumber mengeluarkan daya
sesuai
Jaringan listrik perlu dengan
dilindungi permintaan
dari beban. tidak normal
berbagai kejadian
yang dapat menyebabkan terjadinya
Pada rangkaian penyalur
kelebihan informasi,
arus atau dayategangan.
kelebihan sumber terbatas. Oleh
karena itu alih daya ke beban perlu diusahakan maksimal.
Jaringan perlu sistem proteksi yaitu
Alih daya
proteksi ke lebih
arus beban akan
dan maksimal
proteksi jika tercapai
tegangan lebih.
matching (kesesuaian) antara sumber dan beban.
Jaringan listrik juga memerlukan sistem pengendali untuk mengatur
aliran energi ke beban.
Pendahuluan

Keadaan transien

+

Kondisi operasi jaringan tidak selalu mantap. Pada waktu-waktu


tertentu (misalnya beberapa saat yang pendek setelah penutupan
ataupun pembukaan saklar) bisa terjadi keadaan peralihan atau
keadaan transien.
Dalam keadaan transien, besar dan bentuk tegangan dan arus
tidak seperti keadaan dalam keadaan mantap.
Keadaan mantap adalah keadaan setelah peristiwa transien
menghilang, yaitu setelah saklar lama tertutup atau telah lama
terbuka.
Pendahuluan

Contoh tegangan
Contoh dantransien
tegangan arus transien
30
20
vs12
v v
[V]
10 v 12 12e1000t
0 [V] t
i
[A] -10 0 i 20 4 6 t [s] 8 10 [ms]
-20 0 0.002 0.004
-30
Tegangan di suatu
piranti tertentu
Tegangan
memerlukansumber vs
waktu
merupakan
sekitar 0,004tegangan
detik untuk
sinusoidal.
meningkat dari 0 V
Tegangan
sebelum (v)mencapai
dan arus nilai
(i) di
pirantikeadaan
memerlukanmantap
waktu
untuksebesar
mencapai12 nilai
V.
mantapnya yang akan
berbentuk sinusoidal juga.
Pendahuluan

Landasan Untuk Melakukan Analisis


Hukum-Hukum Rangkaian
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Teorema Rangkaian
Hukum Ohm Metoda-Metoda Analisis
Hukum Kirchhoff
Proporsionalitas
Superposisi
Thevenin
Rangkaian Ekivalen
Norton
Kaidah Pembagi Tegangan
Substitusi
Kaidah Pembagi arus
Milmann
Transformasi Sumber
Tellegen
Alih Daya Maksimum

Metoda Analisis Dasar


Metoda Analisis Umum
Reduksi Rangkaian
Metoda Tegangan Simpul
Unit Output
Metoda Arus Mesh
Superposisi
Rangkaian Ekivalen Thevenin
Rangkaian Ekivalen Norton
Pendahuluan

Hukum-Hukum Rangkaian
Analisis rangkaian listrik dilakukan berbasis pada dua hukum dasar:

Hukum Ohm
dan
Hukum Kirchhoff

Hukum Arus Kirchhoff (HAK) Hukum Tegangan Kirchhoff (HTK)


atau atau
Kirchhoff’s Current Law (KCL) Kirchhoff’s Voltage Law (KVL)
Pendahuluan

Proporsionalitas

+

X Y
masukan keluaran

Hubungan antara masukan dan keluaran dapat dinyatakan


dengan suatu diagram yang disebut diagram blok

K y
x

y=Kx
Jika K bernilai konstan, rangkaian disebut sebagai rangkaian linier
Pendahuluan

Theorema Thévenin

+
X
 Y
masukan keluaran
Rangkaian dapat dipandang sebagai terdiri dari dua seksi, yaitu
seksi sumber dan seksi beban
Seksi sumber adalah bagian rangkaian yang mengandung sumber
(yang mungkin ada beberapa sumber di dalamnya). Seksi beban
adalah bagian rangkaian mengandung beban.

Jika seksi sumber adalah linier, seksi


sumber ini dapat digantikan oleh suatu
VTH +
rangkaian yang hanya terdiri dari saru  RTH
sumber (VTH) dan satu elemen
rangkaian saja (RTH), yang disebut
Seksi beban boleh linier
Rangkaian ekivalen Thévenin
boleh pula tidak linier
Pendahuluan

Metoda Analisis
Metoda rangkaian ekivalen Thevenin merupakan salah satu metoda
dasar dalam analisis rangkaian listrik.

Metoda dasar yang lain adalah metoda reduksi rangkaian. metoda


unit output, dan metoda superposisi.

Metoda dasar sesuai untuk digunakan dalam analisis secara manual


pada rangkaian-rangkaian sederhana.

Untuk rangkaian yang agak rumit digunakan metoda umum, yaitu


metoda tegangan simpul (node voltage method) ataupun metoda
arus mesh (mesh current method).

Untuk rangkaian yang sangat rumit digunakan cara analisis


berbantuan komputer dengan program yang disusun berbasiskan
metoda umum.
Pendahuluan

Pada dasarnya aplikasi metoda umum akan memberikan kepada


kita satu set persamaan linier dan kita melakukan perhitungan-
perhitungan aljabar linier.

CONTOH satu set persamaan linier


4v A  8v B  15 4v A  8v B  15
v A  vB  2 4v A  4v B  8
Selanjutnya bacalah
4vB  7
“Matriks dan Persamaan  1,75
v BLinier”
v A  2  1,75  0,25

dapat dituliskan dalam bentuk matriks:

4v A  8v B  15 4 8 v A  15 
v A  vB  2
1 1 v    2 
   B  
Besaran Listrik
Besaran Listrik
Dua besaran fisika yang menjadi besaran dasar
dalam kelistrikan adalah

Muatan [satuan: coulomb] Energi [satuan: joule]


akan tetapi kedua besaran dasar ini tidak dilibatkan
langsung dalam pekerjaan analisis

Yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis adalah

arus tegangan daya


coulomb/detik joule/coulomb joule/detik
[ampere] [volt] [watt]

ketiga besaran ini mudah diukur sehingga sesuai


dengan praktek engineering
Besaran Listrik

Perubahan besaran fisis yang ada dalam rangkaian kita nyatakan dengan model
matematis yang kita sebut model sinyal. Peubah-peubah sinyal dalam analisis
rang kaian adalah arus, tegangan, dan daya. Tiga peubah sinyal ini tetap kita
sebut sebagai sinyal, baik untuk rangkaian yang bertugas melakukan
pemrosesan energi maupun pemrosesan sinyal.

Kita akan melihat bahwa rangkaian yang akan dipelajari terbatas pada
rangkaian dengan sinyal waktu kontinyu atau sinyal analog dan rangkaiannya
kita sebut rangkaian analog.

Dalam bab ini kita akan memahami bahwa pengolahan peubah sinyal harus
memperhatikan referensi sinyal. Kita juga akan memahami berbagai bentuk
gelombang sinyal dan pernyataan-pernyataannya.

Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu


menyatakan bentuk gelombang sinyal baik secara grafis maupun matematis;
mahasiswa juga mampu mencari nilai rata-rata dan nilai efektif suatu bentuk
gelombang sinyal.
Peubah Sinyal
Peubah Sinyal

Besaran yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis


disebut peubah sinyal yaitu:

arus tegangan daya


dengan simbol: i dengan simbol: v dengan simbol: p
satuan: ampere [ A ] satuan: volt [ V ] satuan: watt [ W ]
(coulomb/detik) (joule/coulomb) (joule/detik)

Hubungan antara arus, tegangan, daya, dengan muatan dan energi:

dq dw dw
i= v= p=
dt dq dt
Peubah Sinyal

• Sinyal listrik pada umumnya merupakan fungsi waktu, t,


dan dapat kita bedakan dalam dua macam bentuk sinyal
yaitu
– sinyal waktu kontinyu atau sinyal analog
– sinyal waktu diskrit

 
Sinyal waktu kontinyu
Sinyal waktu diskrit mempunyai mempunyai nilai untuk setiap t
nilai hanya pada t tertentu yaitu tn dan t sendiri mengambil nilai
dengan tn mengambil nilai dari dari satu set bilangan riil
satu set bilangan bulat

Dalam kuliah ini kita hanya membahas rangkaian yang berisi


sinyal analog
Peubah Sinyal

v(t)

Sinyal waktu kontinyu


0
(sinyal analog) t

v(t)

Sinyal waktu diskrit 0 t


Referensi Sinyal

tegangan diukur antara


Perhitungan-perhitungan dalam dua ujung piranti
analisis bisa menghasilkan bilangan
positif ataupun negatif. Tanda positif
dan negatif tergantung dari
+ piranti 
pemilihan referensi sinyal yang
akan memiliki arti fisis.
arus melewati piranti

Dalam menentukan referensi sinyal, kita menganut Konvensi Pasif


yaitu:
Arah arus digambarkan masuk ke elemen pada
titik yang bertanda “+”.

Dengan konvensi pasif ini maka:


daya positif berarti piranti menyerap daya
daya negatif berarti piranti memberikan daya
Referensi Sinyal
Referensi tegangan dinyatakan dengan tanda “+” dan “” di ujung simbol
piranti; ujung dengan tanda “+” dianggap memiliki tegangan (potensial) lebih
tinggi dibanding ujung yang bertanda “”. Jika dalam perhitungan diperoleh
angka negatif, hal itu berarti tegangan piranti dalam rangkaian sesungguhnya
lebih tinggi pada ujung yang bertanda “”.

Referensi arus dinyatakan dengan anak panah. Arah anak panah dianggap
menunjukkan arah positif arus. Jika dalam perhitungan diperoleh angka negatif,
hal itu berarti arus pada piranti dalam rangkaian sesungguhnya berlawanan
dengan arah referensi.
referensi
Suatu simpul (titik hubung i2
arus
dua atau lebih piranti) dapat
dipilih sebagai titik referensi A B
2
tegangan umum dan diberi
+ v2 
simbol “pentanahan”. Titik ini + +
dianggap memiliki tegangan i1 1 v1 v3 3 i3
nol. Tegangan simpul-simpul  
yang lain dapat dinyatakan G referensi tegangan
relatif terhadap referensi
referensi tegangan umum (ground)
umum ini.
piranti
Referensi Sinyal

CONTOH:
(isilah kotak yang kosong)

Piranti v [V] i [A] p [W] menerima/ memberi


daya

A 12 5

B 24 -3

C 12 72

D -4 96

E 24 72
Bentuk Gelombang Sinyal
Bentuk Gelombang Sinyal

Bentuk gelombang adalah suatu persamaan atau


suatu grafik yang menyatakan sinyal sebagai
fungsi dari waktu.
Ada dua macam bentuk gelombang, yaitu:

Bentuk Gelombang Dasar Bentuk Gelombang Komposit


Hanya ada 3 macam bentuk Bentuk gelombang komposit
gelombang dasar yaitu: merupakan kombinasi
(penjumlahan, pengurangan,
Anak tangga (step)
perkalian) dari bentuk
Eksponensial gelombang dasar.
Sinus
Bentuk Gelombang Sinyal

• Tiga Bentuk • Contoh Bentuk


Gelombang Dasar Gelombang Komposit

v v
1,2 v
1,2

00 00 0 t20
t 0 t20
Anak tangga -1,2 -1,2

Sinus teredam Eksponensial ganda


v 1,2

0
v v
-1,2
0 20
t
t
Sinus 0 t 0
Deretan pulsa
v 1,2 Gelombang persegi
0
v v
0
0
t 20

0 t 0 t
Eksponensial Gigi gergaji Segi tiga
Bentuk Gelombang Dasar

Fungsi Anak-Tangga ( Fungsi Step )

v
1 v  u (t )  0 untuk t  0 Amplitudo = 1

0 t  1 untuk t  0 Muncul pada t = 0

v VA
v  V Au (t )  0 untuk t  0 Amplitudo = VA
 V A untuk t  0 Muncul pada t = 0
0 t

v VA
v  V Au (t  Ts )  0 untuk t  0
 V A untuk t  Ts
0 Ts t
Amplitudo = VA
Muncul pada t = Ts
Bentuk Gelombang Dasar

Gelombang Eksponensial
v
VA
t / 
v  [VA e ] u(t )
0.368VA
Amplitudo = VA
 : konstanta waktu
0 1 2 3 4 5 t /

Pada t =  sinyal sudah menurun sampai 36,8 % VA.


Pada t = 5 sinyal telah menurun sampai 0,00674VA , kurang
dari 1% VA.
Kita definisikan durasi (lama berlangsungnya) suatu sinyal
eksponensial adalah 5. Makin besar konstanta waktu, makin lambat
sinyal menghilang.
Bentuk Gelombang Dasar

Contoh

v1 (t )  5e t / 2u(t ) V
10 Konstanta waktu = 2
v [V]

5 v3 v2 (t )  10e t / 2u(t ) V
v2
Konstanta waktu = 2
v1
0
0 5 t [detik] 10 v3 (t )  10 e t / 4u(t ) V
Konstanta waktu = 4

Makin besar konstanta waktu,


makin lambat gelombang menurun
Bentuk Gelombang Dasar
Gelombang Sinus
v T0 v T0
VA 1,2
VA

0 00 t
-2

t -2
TS
VA
-1,2 V-1,2
A

v = VA cos(2 t / To) v  V A cos[2(t  Ts ) / To ]


( Nilai puncak pertama ( Nilai puncak pertama
terjadi pada t = 0 ) Dapat ditulis terjadi pada t = TS )

Ts
v  VA cos[2 t / To  ] dengan   2 (sudut fasa)
T0
1
Karena frekuensi siklus f 0 
T0 v  V A cos[2 f 0 t  ] atau
maka
dan frekuensi sudut 0  2f 0 
2 v  V A cos[0 t  ]
T0
Bentuk Gelombang Komposit

Fungsi Impuls v A

t
0 T1 T2
Dipandang
sebagai terdiri
dari dua
gelombang v A
anak tangga
v  Aut  T1 
Muncul pada t = T1
t
0 T1 T2 v   Aut  T2 
Muncul pada t = T2
A
v  Aut  T1   Aut  T2 
Bentuk Gelombang Komposit

Impuls satuan v
Impuls simetris thd sumbu tegak
Impuls simetris Lebar impuls diperkecil dengan
thd sumbu tegak mempertahankan luas tetap 1
Luas = 1

t
0

Lebar impuls terus diperkecil


v sehingga menjadi impuls
satuan dengan definisi:
(t)
v  (t )  0 untuk t  0
t 1 untuk t  0
0
Bentuk Gelombang Komposit

Fungsi Ramp
v ramp berubah secara linier
r(t) muncul pada t = 0

v(t )  r (t )  t u(t )
t
0 Kemiringan = 1

Fungsi Ramp Tergeser


r ramp rerubah secara linier
muncul pada t = T0
r(t)
t r(t )  K t  T0  ut  T0 
0 T0
Kemiringan fungsi ramp
Bentuk Gelombang Komposit

Sinus Teredam

 
v  sin(t ) VAet /  u (t ) VA Maksimum pertama
fungsi sinus < VA
t /  v
= VA sint e u (t )
0,5

Faktor yang menyebabkan


penurunan secara eksponensial
0
0 5 10 15 20
t 25

-0,5
Fungsi sinus beramplitudo 1

Fungsi eksponensial beramplitudo VA


Bentuk Gelombang Komposit

CONTOH: (bentuk gelombang anak tangga dan kompositnya)

v1 v2
a). v1 = 4 u(t) V b).
4V 1 2 3 4 5
0 t

0 3V
t v2 = 3 u(t2) V

c). v3
v3 = 4u(t)3u(t2) V
v3
4V 4V
va = 4u(t) V
Dipandang sebagai
terdiri dari dua
1V t gelombang anak t
0 tangga 0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 vb = 3u(t2) V
Bentuk Gelombang Komposit

Dipandang sebagai terdiri dari


d). tiga gelombang anak tangga

v4 v = 4u(t)7u(t2)+3u(t5) V v4 va = 4u(t) V
4
4V 4V
vc = 3u(t5) V
t t
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
3V

vb = 7u(t2) V
7V
Bentuk Gelombang Komposit

CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya)


a). v1 v2
4V
v1 = 2t u(t) V b).
t
0 1 2 3 4 5 6
t
0
1 2 3 4 5 6
4V
2(t2) u(t2) V

2tu(t) V
c).
v3 2tu(t)  2(t2) u(t2) V v3
4V 4V
Dipandang sebagai
terdiri dari dua
t fungsi ramp t
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

 2(t2) u(t2) V
Bentuk Gelombang Komposit

CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya)

2tu(t) V
d). v4 v4 2tu(t)  2(t2) u(t2) V
4V 4V

t t
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
 2(t2) u(t2) V
2tu(t)  4(t2)u(t-2) V

v5 2tu(t)  2(t2)u(t2) v6
e). 4V  4u(t5) f). 2tu(t)  2(t2)u(t2)
4V
 4u(t2)
t t
0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Bentuk Gelombang Komposit

CONTOH: sinus teredam


10
10

V5 v1
5 v2
00 t [detik]
00 0.1
0.1 0.2
0.2 0.3
0.3 0.4
0.4

-5-5

-10
-10

sinus v1  10 cos50(t  0,020 ) u(t ) V

sinus teredam v2  10 cos50(t  0,020) e


t / 0,1
u(t ) V

yang dapat diabaikan nilainya pada t > 0,5 detik


Pernyataan
Gelombang Sinyal
Pernyataan Gelombang Sinyal

• Sinyal periodik & Sinyal Aperiodik


• Sinyal Kausal & Non-Kausal
• Nilai sesaat
• Amplitudo
• Nilai amplitudo puncak ke puncak
(peak to peak value)
• Nilai puncak
• Nilai rata-rata
• Nilai efektif ( nilai rms ; rms value)
Pernyataan Gelombang Sinyal

Sinyal kausal, berawal di t = 0


perioda
v(t)
v(t)

0 t 0 t
periodik aperiodik

Sinyal non-kausal, berawal di t =  


v(t) v(t)

0 t 0 t
Pernyataan Gelombang Sinyal

Nilai sesaat Nilai puncak


Amplitudo maksimum
v(t)
t3
0 t1 t2 t
Amplitudo minimum

Sinyal periodik perioda


v(t)

0 t

amplitudo puncak ke puncak


Pernyataan Gelombang Sinyal

t 0 T

1
• Nilai rata-rata Vrr  v( x)dx
T t0
v T v T
6V 6V

0 t
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 4V
1 2 3 4 5 6 7 8 9
t 0 T
• Nilai efektif (rms)

1
V rms  [v(t )] 2 dt
T
t0

36 36

0 t
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Spektrum Sinyal
Spektrum Sinyal

• Tujuan
– memahami bahwa sinyal periodik dapat
dipandang sebagai suatu spektrum;
– memahami arti lebar pita frekuensi
Spektrum Sinyal

Bentuk Gelombang Periodik dan Komponennya

4
v 4
v

0 0
-5 15 t -5 15 t
-4 -4

v = 3 cos 2f0t v = 1+3 cos 2f0t

4
v v

0 1
t
-5 15
-5 15 t
-4
-4
v = 1+3 cos 2f0t 2cos(2(2f0)t) v = 1+3 cos 2f0t 2cos{2(2f0)t+45o }
Spektrum Sinyal

CONTOH:
Sinyal: v  10  30 cos2f 0t   15 sin2(2 f 0 )t   7,5 cos2(4 f 0 )t 

Frekuensi 0 f0 2 f0 4 f0
Uraian:
Amplitudo (V) 10 30 15 7,5

Sudut fasa  0 90 180

Spektrum Amplitudo Spektrum Sudut Fasa


40 180

30
Amplitudo [ V ]

90

Sudut Fasa [ o ]
20
0
0 1 2 3 4 5
10
-90
0

0 1 2 3 4 5 -180
Frekwensi [ x fo ] Frekwensi [ x fo ]
Spektrum Sinyal

Contoh : Bentuk Gelombang Persegi

sinus dasar sin dasar + harmonisa 3 sin dasar + harmonisa 3 + 5

sin dasar + harmonisa 3 + 5 + 7 sin dasar + harmonisa 3 s/d 21


Spektrum Sinyal

Lebar Pita (band width)

– Selisih dari frekuensi tertinggi dan terendah


– Frekuensi tertinggi adalah batas frekuensi dimana
amplitudo dari harmonisa-harmonisa yang
frekuensinya di atas frekuensi ini dapat diabaikan
– Batas frekuensi terendah adalah frekuensi sinus
dasar jika bentuk gelombang yang kita tinjau tidak
mengandung komponen searah. Jika mengandung
komponen searah maka frekuensi terendah adalah
nol
Spektrum Sinyal

Deret Fourier
Fungsi periodik: f (t )  a0  an cos(2nf 0t )  bn sin(2nf 0t )


y (t )  a0    a n2  bn2 cos(n0 t   n )
bn
 tan  n
n 1   an

Komponen searah Amplitudo Sudut Fasa


komponen sinus komponen sinus

1 T0 / 2
a0 
T0 T 0 /2
f (t )dt

2 T0 / 2
an 
T0 T 0 /2
f (t ) cos(2nf 0 t )dt

2 T0 / 2
bn 
T0 T0 /2
f (t ) sin(2nf 0 t )dt
Spektrum Sinyal

Simetri Genap
y(t) y (t )  y (t )
A
bn  0
t 
 an cos(n0t )
-T0/2 T0/2
y (t )  a o 
To n 1

Simetri Ganjil
y (t )   y (t )
y(t) T0
A
a0  0 dan an  0
t 

A
y (t )   bn sin(n0t )
n 1
Spektrum Sinyal

Contoh: simetri ganjil - Penyearahan Setengah Gelombang

v
a0  A / 
2A / 
an  n genap; an  0 n ganjil
1  n2
t b1  A / 2 ; bn  0 n  1
T0

Contoh: simetri genap - Sinyal Segitiga

v T0 a0  0
A 8A
an  n ganjil; an  0 n genap
(n) 2
t
bn  0 untuk semua n
Spektrum Sinyal

Contoh: Penyearahan Setengah Gelombang

Koefisien Fourier Amplitudo  [rad] 0.6


a0 0,318 0,318 0.5
[V]
a1 0 0,5 1,57 0.4
b1 0,5 0.3
a2 -0,212 0,212 0 0.2
b2 0
0.1
a4 -0,042 0,042 0
0
b4 0 0 1 2 3 4 5 6
harmonisa
a6 -0,018 0,018 0
b6 0 1.2
[V] v
0.8
A0  0,318 V; A1  0,5 V; A2  0,212 V; v1
v0
0.4
A4  0,042 V; A6  0,018 V
0 [o]
0 90 180 270 360
-0.4
Tujuan:
Memahami bahwa dalam analisis rangkaian listrik
piranti dinyatakan sebagai elemen rangkaian yang
merupakan model linier dari piranti;
Mampu memformulasikan karakteristik arus-tegangan
piranti / elemen pasif : resistor, kapasitor, induktor,
transformator, saklar.
Piranti

pasif aktif
menyerap memberi
daya daya
Model Piranti Pasif
Model Piranti Pasif

Perilaku suatu piranti dinyatakan oleh karakteristik i-v yang


dimilikinya, yaitu hubungan antara arus yang melalui piranti
dengan tegangan yang ada di antara terminalnya.

tegangan diukur antara


dua ujung piranti i
linier

+ piranti  tidak linier

arus melewati piranti v


Model Piranti Pasif

Resistor
nyata
i
batas daerah
linier model
R
v
Simbol:

vR  R iR atau iR  G vR
1
dengan G 
R
vR2
p R  v R iR  iR2 R  vR2 G 
R
Model Piranti Pasif

CONTOH:

Resistor : R  4  vR  40 sin 314 t V

iR  10 sin 314 t A pR  400sin 2 314 t W

100

80
V 60
A pR
W 40 vR
20

0
iR
0 0.01 0.02 0.03 0.04
-20
t [detik]
-40

-60
Model Piranti Pasif

Kapasitor
iC

C C

simbol 1

dvC/dt


dvC 1
iC  C vC  vC (t0 )  iC dt
dt C
t0

Kapasitansi
dvC d 1 
pC  vC iC = CvC   CvC2 
dt dt  2 
1
wC  C vC2  konstanta
2
Model Piranti Pasif

CONTOH:
Kapasitor : C  2 F  2 10 6 F
dvC
vC  200 sin 400 t V  80000 cos 400 t V
dt
iC  0,16 cos 400 t A
pC  16 sin 800 t W

200
V vC
iC
mA 100
W
0 pC
0 0.01 0.02 0.03 0.04 t [detik]
0.05
-100

-200

iC muncul lebih dulu dari vC


Model Piranti Pasif

Induktor
diL
dt
L
1/L
simbol
1
vL
t


diL 1
vL  L iL  iL (t0 )  vL dt
dt L
t0

diL d 1 
pL  vLiL  LiL   LiL2 
dt dt  2 
Konstanta proporsionalitas
Induktansi 1 2
wL  Li L  konstanta
2
Model Piranti Pasif

CONTOH: Induktor : L = 2,5 H vL = 200sin400t Volt

diL 1
vL  L  iL   v L dt  0,2 cos 400t  iL 0 A
dt L

pL  vLiL  20 sin 800 t W

200
V vL iL
mA 100
W pL
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 t [detik]
-100

-200
vL muncul lebih dulu dari iL
Model Piranti Pasif

Resistor Kapasitor Induktor

dvC diL
vR  R iR iC  C vL  L
dt dt

konstanta proporsionalitas

L A
R C  L  kN 2
A d

resistivitas konstanta dielektrik konstanta


L: panjang konduktor A: luas penampang elektroda N: jumlah lilitan
A: luas penampang d: jarak elektroda
Model Piranti Pasif

Induktansi i1 i2
Bersama v1 v2

L1  k1 N12 L2  k 2 N 22

M12  k12 N1 N 2 M 21  k 21N 2 N1

medium magnet linier : k12 = k21 = kM

M12  M 21  kM N1N 2  M  k L1L2

di1 di2 di2 di1


v1  L1 M v2  L2 M
dt dt dt dt
Model Piranti Pasif

i1 1 i2 i1 1  i2
2

Konvensi Titik
Arus i yang masuk
ke ujung yang
bertanda titik di 2
salah satu substraktif
kumparan, aditif
membangkitkan i1 i2 i1 i2
tegangan
berpolaritas positif
pada ujung v1 v2 v1 v2
kumparan lain
yang juga
bertanda titik.
Besarnya
di di di1 di
tegangan yang v1  L1 1  M 2 v1  L1 M 2
terbangkit adalah dt dt dt dt
M di/dt.
di di di2 di
v2  L2 2  M 1 v2  L2 M 1
dt dt dt dt
Model Piranti Pasif

Transformator Ideal
i1 i2
L1  k1 N12 L2  k 2 N 22
v1 v2
M12  k12 N1 N 2 M 21  k 21N 2 N1

di1 di  di di 
Kopling sempurna v1  L1  M 2  N1  k M N1 1  k M N 2 2 
dt dt  dt dt 
k1 = k2 = k12 = k21 = kM di di  di di 
v2  L2 2  M 1   N 2   k M N 2 2  k M N 1 1 
dt dt  dt dt 

v1 N
 1
v2 N2
Susut daya nol i2 v N
 1  1
v1 i1  v2 i2  0 i1 v2 N2
Model Piranti Pasif
i1 i2
CONTOH:
+ +
v1 v2
50
_ _

N1/N2 = 0,1
v1 = 120sin400t V
v2  ( N 2 / N1 ) v1  1200 sin 400 t V

i2  v2 / 50  24 sin 400 t A

i1  ( N 2 / N1 ) i2  240 sin 400 t A

pL  v2i2  28.8 sin 2 400 t kW.


Model Piranti Pasif

Saklar

i i

simbol simbol
v v

saklar terbuka saklar tertutup

i = 0 , v = sembarang v = 0 , i = sembarang
Tujuan:
Memahami bahwa dalam analisis rangkaian listrik
piranti dinyatakan sebagai elemen rangkaian yang
merupakan model linier dari piranti;
Mampu memformulasikan karakteristik arus-tegangan
piranti / elemen aktif : sumber tegangan bebas, sumber
arus bebas, sumber praktis, sumber tak bebas VCVS,
CCVS, VCCS, CCCS, Op Amp.
Model Piranti Aktif

Sumber Tegangan Bebas Ideal

v = vs (tertentu) dan i = sesuai kebutuhan

i +
Vo i +
vs _ i
Vo v 

Karakteristik i - v Simbol sumber Simbol sumber


sumber tegangan tegangan tegangan bervariasi
konstan konstan terhadap waktu
Model Piranti Aktif

Sumber Arus Bebas Ideal

i = is (tertentu) dan v = sesuai kebutuhan

i i

Is 
Is , is v
v +

Karakteristik Simbol
sumber arus ideal sumber arus ideal
Model Piranti Aktif

CONTOH:

+ beban
 40V beban 5A

Sumber Tegangan Sumber Arus

vbeban = vsumber = 40 V ibeban = isumber = 5 A

pbeban= 100 W  i = 2,5 A pbeban= 100 W  v = 20 V

pbeban= 200 W  i = 5 A pbeban= 200 W  v = 40 A


Tegangan sumber tetap, arus sumber Arus sumber tetap, tegangan sumber
berubah sesuai pembebanan berubah sesuai pembebanan
Model Piranti Aktif

Sumber Praktis
i i

+ ip 
vs +_ Rs is v
v Rp +

Sumber tegangan praktis terdiri dari Sumber arus praktis terdiri dari
sumber ideal vs dan resistansi seri Rs sumber ideal is dan resistansi paralel
sedangkan tegangan keluarannya Rp sedangkan tegangan keluarannya
adalah v. adalah v.

vs tertentu, akan tetapi tegangan is tertentu, akan tetapi arus


keluarannya adalah keluarannya adalah
v = vs  iR i = is  ip
Model Piranti Aktif

Sumber Tak-Bebas (Dependent Sources)

CCVS VCVS +
+ +
i1 _ r i1 v1 _  v1
_

CCCS VCCS +
i1  i1 v1 g v1
_
Model Piranti Aktif

Contoh: Rangkaian dengan sumber tak bebas tanpa umpan balik


is io
+
+ + 500 i v
vs = 24 V  60   s o 20 

is  0,4 A vo  500 is  200 V

(vo ) 2
po   2000 W
20
Model Piranti Aktif
Sumber tak bebas digunakan untuk memodelkan
Penguat Operasional (OP AMP)
catu daya positif +VCC vo
masukan 8 7 6 5
non-inversi
vP = tegangan masukan non-inversi;
+ Top vN = tegangan masukan inversi;
 +

keluaran
vo = tegangan keluaran;
masukan 1 2 3 4
inversi vN vP VCC
catu daya negatif +VCC : catu daya positif
VCC : catu daya negatif

Model Sumber
+ Tak Bebas OP AMP
iP io
Ro
vP + +
+  (vP  vN ) vo
Ri 
vN +

iN
Model Piranti Aktif

OP AMP Ideal
Jika OP Amp dianggap ideal maka terdapat relasi yang mudah
pada sisi masukan

vp i p
masukan non-inversi + vo
keluaran
masukan inversi 
vn
in

vP  vN
iP  iN  0
Model Piranti Aktif, Rangkaian Dengan OP AMP

Contoh: Rangkaian Penyangga (buffer)


iP
io
vP + vo

+
vN 
vs

R
iN

v P  vs v N  vo

vP  v N vo  vs
Model Piranti Aktif, Rangkaian Dengan OP AMP

Contoh: Rangkaian Penguat Non-Inversi

iP
vP vo
v P  vs
+
vN 
R2
vs + R1 vN  vo
 R1  R2

iN R2 R2
vP  v N  vo  vs
R1  R2
umpan balik
R1  R2
vo  vs
R2
Model Piranti Aktif, Rangkaian Dengan OP AMP

CONTOH:

vB = ? iB = ? pB = ?
2k
+ vo iB

5V +
 2k + v p  vN
vB RB =1k
1k  5  vN
iP  iN 0  vN  5 V
2000

1
v o  5 V  v o  15 V
3

Rangkaian dengan OP AMP yang lain akan


kita pelajari dalam bab tentang rangkaian
pemroses sinyal
Courseware
Analisis Rangkaian Listrik
Di Kawasan Waktu (1)

Sudaryatno Sudirham

Anda mungkin juga menyukai