Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR

PEMIKIRAN POLITIK BARAT


PEMIKIRAN ST. THOMAS AQUINAS
“Mengenai Filsafat Moral”

Oleh :
Maghfirah Irma 1710832004

Dosen Pengampu :
Sri Zulchairiyah. Prof.Dr.,MA

ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Rasa syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas akhir dari mata kuliah Pemikiran
Politik Barat, dengan judul “ Pemikiran St. Thomas Aquinas mengenai Filsafat
Moral “

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengetahuan bagi kita semua.

Padang, November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa-bangsa di dunia mengalami berbagai kemajuan yang sangat pesat.


Kemajuan dan keberhasilan yang dicapai tidak dapat dilepaskan dari jasa para
pemikir filsuf, seperti Plato, Aristoteles, Machiavelli, Agustinus, Hegel, Karl Marx,
Thomas Aquinas dan lain sebagainya. Pandangan dan pemikiran para filsuf tersebut
memberikan manfaat sangat besar dalam sejarah peradaban dunia. Salah satu filsuf
dunia yang patut dicatat dalam sejarah karena gagasan dan pemikirannya adalah
Thomas Aquinas. Thomas dijuluki sebagai raja skolastik eropa kristen karena telah
meletakkan dasar dasar intelektual dan teologis yang sangat kokoh bagi
perkembangan pemikiran politik kristiani eropa abad tengah. Thomas dalam
kehidupannya mampu mengembangkan doktrin-doktrin kristiani dengan sangat baik.
Dalam makalah ini akan diusahakan menggambarkan suatu orientasi
kehidupan, sebagaimana dalam pemikiran Thomas Aquinas. Thomas Aquinas
menggambarkan kehidupan manusia di dunia ini bagaikan melakukan suatu
perjalanan peziarahan. Sebingga kehidupan kita di dunia ini, sebagai suatu perjalanan,
jelas memiliki arah tujuan, yaitu kebahagiaan sejati. Untuk sampai ke kebahagiaan
sejati itu, jelas tidak dapat terwujud tanpa adanya usaha pencapaian. Dan dalam
perjalanan usaha pencapaian itu tentu saja dapat ditemui berbagai. macam hal yang
mendukung maupun menghalanginya. Manusia merupakan makhluk yang tahu dan
mau, artinya kemauannya mengandaikan pengetahuan. Orang hanya bertindak
berdasarkan pengetahuan tentang fakta yang perlu diperhitungkan untuk rnenentukan
dan mewujudkan rencananya. Dan etika dapat dipandang sebagai sarana orientasi
usaha manusia untuk menjawab pertanyaan fundamental.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dan perjalanan hidup Thomas Aquinas ?
2. Bagaimana keadaan atau kondisi lingkungan pada masa Thomas Aquinas ?
3. Bagaiman pemikiran Thomas Aquinas terkait Filsafat Moral ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana perjalanan hidup
seorang tokoh pemikir politik barat yaitu Thomas Aquinas, serta beberapa gagasan
nya yang menjadikan landasan perkembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi dan Perjalanan Hidup Thomas Aquinas


Thomas Aquinas lahir di Naple pada tahun 1224, ketika ia hidup sedang
terjadi perubahan besar, hal ini ditandai dengan disintegrasi ekonomi dan intrik
politik di dalam, antar negara kota dan bangsa-bangsa yang sedang bangkit serta
pengaruh Gereja yang begitu kuat. Orang tua Thomas adalah seorang bangsawan
Kecil dan menyiapkan putranya sejak dini demi kehidupan religius dengan
mengirimnya belajar dengan para pendeta Benedictine ketika masih berusia lima
tahun. Pada usia empat belas tahun, Thomas Aquinas dikirim ke Universitas Naples
untuk studi lanjutan, namun ia lebih tertarik dengan ajaran-ajaran ordo dominican.
Golongan ini dikenal dengan pengajaran-pengajaran intelektual dan menyayangi
terhadap orang miskin. Keberadaan Thomas di dalam kelompok ordo di luar dugaan
orang tuanya, oleh karena itu Thomas Aquinas dibujuk untuk tidak memasuki
kelompok tersebut, namun upaya pihak keluarganya tidak berhasil.
Pada tahun 1257 sampai dengan 1259, Thomas Aquinas diperintahkan untuk
belajar Teologi di Paris. Sekembalinya dari paris Thomas Aquinas langsung ke Itali
kemudian memberikan kuliah di berbagai tempat selama sepuluh tahun. Selama
periode ini, ia menemukan dengan manuskrip-manuskrip karya Aristoteles yang
masuk ke negara tersebut melalui spanyol yang muslim. Aquinas mulai mengkaji
manuskrip-manuskrip dan menulis banyak komentar. Tak seperti rekan-rekan
sejamannya, Thomas Aquinas mempercayai pencocokan f ilosof i pagan dengan
ajaran gereja. Banyak karyanya yang dapat dibaca sebagai upaya untuk memberikan
sebuah sintesis pemikiran klasik dan teologis. Upaya ini menempatkan dirinya tepat
di tengah serangan-serangan para ahli sekuler yang percaya bahwa Thomas berbuat
keliru dalam menyajikan sumber -sumber pagan dan para pemimpin gerekan yang
mencurigai percampuran gagasan-gagasan pagan dengan dogma religius.
Bersamasama dengan jadwal perkuliahan dan studinya yang padat, beban untuk
menanggapi serangan-serangan kedua kelompok ini menguras kekuatannya. Ia sakit
dan meninggal di dekat tempatkelahirnnya pada tahun 1274.
Thomas Aquinas, salah seorang pemikir yang intelektualistik dan tokoh
terbesar dimasa skolastik yang mengikuti ajaran Aristoteles melalui kontak dengan
dunia arab, membangun realisme perpaduan antara nalar dan iman, kodrat dan
adikodrati, filsafat serta teologi. Epistemologi Aquinas adalah uraian lanjutan dari
epistemologi Aristoteles yang menerima pengetahuan intelektual kebenaran dan
kepastian sebagai suatu kenyataan relasional antara subjek dan obyek. Selain itu
adanya keterbatasan pengetahuan manusia diterima sebagai kenyataan walaupun
potensi pengetahuan tersebut memang tak terbatas (Afandi,1997:61-62).

B. Keadaan atau Kondisi Lingkungan pada masa Thomas Aquinas


Menurut sejarah perkembangan dunia dan pengetahuan, pada masa abad
pertengahan merupakan masa dimana perkembangan pengetahuan di belahan dunia
barat tidak berkembang secara baik. Pada masa itu, pengetahuan mengalami masa
suram. Dalam keadaan seperti ini, St. Thomass Aquinas terlahir sebagai pencerah.
Beliau menyumbangkan buah pikirannya berupa filsafat teologi yang diyakini dan
digunakan sebagai rujukan pengembangan pengetahuan filsafat hingga kini.
Filsafat-filsafatnya banyak didasari oleh prinsip-prinsip dan teori Aristotelisme
(prinsip-prinsip yang dicetuskan oleh Aristoteles). Selain menganut prinsip
Aristotelisme, St. Thomas Aquinas dalam mencetuskan filsafat-filsafatnya tidak
terlepas dari pengaruh pengetahuan yang beliau dapatkan dari karya-karya
Neoplatimisme maupun Augustinus dan pelajaran dari Albertus Magnus. Thomas
Aquinas Terlahir pada puncaknya zaman skolastik (800-1500), Zaman Skolastik
dimulai sejak abad ke-9. Dimana para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari
lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel
Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad
Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung
bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk
kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”. Dengan metode ini, berbagai
masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan rasional, ditentukan pro-contra-nya
untuk kemudian ditemukan pemecahannya. Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian
yang teliti dan kritis atas pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat
Skolastik.

C. Pemikiran Filsafat Moral Thomas Aquinas


Manusia merupakan makhluk yang tahu dan mau, artinya kemauannya
mengandaikan pengetahuan. Orang hanya bertindak berdasarkan pengetahuan tentang
fakta yang perlu diperhitungkan untuk rnenentukan dan mewujudkan rencananya.
Dan etika dapat dipandang sebagai sarana orientasi usaha manusia untuk menjawab
pertanyaan fundamental. Sesuai dengan pemikiran Thomas Aquinas tentang
kehidupansebagai suatu perjalana peziarahan, maka tulisan ini secara analitis
berusaha untuk menguraikannya secara berturut-turut sebagai berikut :
1. Kegiatan Manusia
Thomas Aquinas membedakan antara dua macam kegiatan manusia
yaitu, Actiones Homonis (kegiatan manusia) dan Actiones Humanae
(Kegiatan manusiawi). Kegiatan manusia, atau lebih tepat disebut "kegiatan
pada manusia", adalah segala macam gerak, perkembangan dan perubahan
pada manusia yang tidak disengaja, jadi yang murni vegetatif atau sensitif dan
instingtif. Misalnya pencernaan, bernapas, proses pertumbuhan dan
sebagainya. Jenis kegiata ini diluar kuasa manusia, sehingga tidak perlu
dipertanggung jawabkan. "Kegiatan pada manusia" ini tidak khas manusia,
melainkan ada pada binatang bahkan ada juga pada tetumbuhan. Sedangkan
kegiatan yang khas bagi manusia disebut "kegiatan manusiawi", yaitu
kegiatan manusia sebagai manusia, yang tidak pada organisme lain. Ini
merupakan kegiatan yang disengaja, sebagai tindakan dalam arti yang
sebenarnya. Bertindak berarti berlaku dengan bebas, karena kita menentukan
diri sendiri. Tindakan itu kita kuasai, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
Tindakan manusia adalah tindakan yang secara sadar dikehendaki, sebagai
tindakan yang disengaja. Tindakan itu mencakup pengetahuan maupun
kehendak; sehingga tindakan akan kurang manusiawi dan kurang disengaja,
apabila tanpa adanya salah satu atau kedua komponen tersebut. Dengan
demikian paksaan berarti mengurangi atau merusak komponen kehendak dan
mengabaikan pengetahuan.
Memang Thomas juga menolak bahwa kehendak dapat dipaksakan·
dari luar. Berkaitan.dengan ini, Thomas membedakan dua pengertian tentang
tindakan kehendak, yaitu pertama adalah "tindakan yang berasal dari
kehendak" membutuhkan atau menginginkan sesuatu dan yang kedua adalah
"tindakan yang diperintahkan oleh kehendak" dan melibatkan penggunaan
suatu kekuatan dari luar selain kehendak; misalnya tindakan berbicara,
berjalan dan tindakan mengangkat tangan. Hanya tindakan kehendak dalam
pengertian kedua dapat dipaksakan. Kadang kala saya berjalan sesuai dengan
kehendakku sendiri, tetapi kadang kala dapat dipaksa untuk herjalan oleh
kekuatan dari luar. Sedangkan "tindakan yang berasal dari kehendak" tidak
dapat dipaksa. Suatu tindakan dikatakan disengaja berarti bahwa kegiatan
tersebut bersumber dari kecendrungan dari dirinya, sendiri. Manusia memiliki
prinsip dalam dirinya yang menggerakan dan mengarahkan pada
tujuan.Tindakan yang dikehendaki hukan hanya karena tindakan tersebut
bersumber dari dalam, tetapi memiliki ·pengetahuan akan tujuan. Dapat
dikatakan tanpa pengetahuan akan tujuan tidak ada kehendak.
Dalam menentukan arah-tujuan tindakan manusia, nampak bahwa
komponen pengetahuan memiliki peranan besar. Tindakan manusia
merupakan perwujudan hasrat yang mengarah pada tujuan. Sedangkan hal
yang menjadi tujuan dari hasrat itu tidak lain merupakan basil pemahaman
dari pengetahuan, yang diturunkan sebagai yang baik untuk menjadi tujuan.
Sehingga kehendak memiliki hasrat yang bergerak mengarah bagi tercapainya
tujuan, yang mengandung kebaikan tersebut. Pikiran tidak memiliki tugas
untuk membujuk atau mendorong kehendak untuk menghendaki; namun d
engan melihat sesuatu sebagai yang baik, ·pikiran membawanya ke dalam
deretan obyek-obyek kehendak.

2. Kebahagiaan Sebagai Tujuan


Dari penjelasan di atas disebutkan bahwa tindakan manusia itu
mengarah ke obyek .sebagai tujuannya. Tindakan kehendak itu mengarah
ketujuan tersebut, karena dilihatnya sebagai yang memperlihatkan kebaikan;
sementara masrat manusia memang mengarah ke kebaikan untuk
memperoleh kepuasan. Namun kenyataannya manusia tidak pernah akan
memperoleh kepuasan yang sepenuhnya di dalam kehidupan di dunia ini.
Dalam etikanya, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan manusia adalah
kebahagiaan.Kebahagiaan tertinggi tercapai dalam theoris, dalam renungan
filosofis tentang Tuhan. Tujuan moral adalah tujuan yang dapat diterima
dalam dunia ini. Sehingga kebahagiaan yang sebenarnya adalah kebahagiaan
sebagai filosof, bukan sebagai santo. Thomas mengikuti kerangka dasar
Aristoteles yang bercorak eudaemonistik, teleologis serta intelektuaIis. Tetapi
ia memiliki penekanan yang lain, tidak berhenti pada pemikiran filosofis.
Menurutnya pemikiran filosofis tidak sungguh-sungguhdapat memuaskan
manusia. Kebahagian sejati sebagai tujuan tertinggi tidak dapat ditemukan
dalam barangbarang ciptaan ini, tidak dapat dicapai dalam hidup ini.
Thomas Aquinas mendobrak keterbatasan etika Aristoteles pada dunia
ini. Tidak mungkin manusia meneapai tujuan terakhir dalam dunia ini apapun
yang diciptakan tidak dapat membahagiakan manusia sepenuhnya, karena
manusia berkat akal budinya terarah pada yang tak terbatas. Sebagaimana akal
budi terarah pada realitas tak terbatas, begitu pula kehendak manusia baru
puas apabila ia sampai pada nilai yang tertinggi, dan nilai itu adalah Tuhan.
Maka tujuan terakhir manusia adalah Tuhan. Ia adalah nilai tertinggi dan
universal, oleh karena itu kebahagian manusia secara penuh akan tereapai
apabila ia memandang Tuhan. Namun berhubung Tuhan bukan realitas
indrawi, pandangan yang membahagiakan ini (visio beatifica), hanya dapat
tercapai dialam baka, pada saat manusia dapat bertemu muka dengan Tuhan.
Meskipun obyek akal budi ditangkap menurut pola obyek indrawi,
tetapi akal budi dapat mengatasi keterbatasan obyek tersebut.. Akal budi dapat
dianggap sebagai keterbukaan tak terhingga, atau sebagai cakrawala tak
terhingga. Manum dari kekuatannya sendiri tidak dapat mencapai Tuhan. la
hanya dapat menerima Tuhan, karena Tuhan memberikan diri sendiri. Dan.
Pemberian Tuhan itu sama sekali bukan merupakan hak manusia. Pemberian
dari Tuhan itu adalah tindakan bebas Tuhan, atasnya manusia tidak
mempunyai claim apa-apa. Ia hanya dapat menerimanya begitu saja. Dalam
tradisi Kristiani kerelaan Tuhan untuk membuka diri kepada manusia disebut
rahmat (gratia). Kata rahmat itu memuat pengertian bahwa pemberian diri
Tuhan itu seluruhnya atas kerelaandan inisiatifTuhan sendiiri, dan bahwa
dasarnya adalah kasih sayang Tuhan. Kebahagian yang sebenarnya tidak
dapat diharapkan dalam dunia ini. Hal ini mengubah makna kehidupan ini.
Kalau manusia mencapai kebahagiaannya baru sesudah hidup ini, ia jangan
terlalu mencari kebahagiaannya di dunia ini, melaikan sebaliknya hidup
sedemikian rupa sehingga sesudah hidup ini ia menjadi betul-betul bahagia.
Jadi bidup ini menjadi suatu perjalanan ke tujuan manusia yang sebenarnya
dan bukan tujuan itu sendiri. Dan tujuan akhir sebagai tujuan yang sebenarnya
itu baru dapat diterima dalam kehidupan nanti.

3. Usaha Pencapaian Kebahagiaan


Dalam diri setiap orang memang ada "hasrat kodrati" untuk
mengusahakan kebahagiaan. Kehendak manusia mengarah dan mengusahakan
hal yang dilihatnya sebagai yang baik serta diharap dapat memberikan
kebahagiaan. Sebagai yang masih bidup di dunia ini, manusia baru
menemukan kebaikan yang terbatas, sehingga kebahagiaannyapun juga
bersifat terbatas, tidak sempurna dan sementara. Perbuatan yang baik ini dapat
mengarahkan manusia pada tujuannya yang terakhir. Sebagaimana akal budi
merupakan kemampuan kognitif manusia yang terbuka pada yang tak
terhingga, begitu pula kehendak adalah dorongan manusia yang mengarah
pada yang baik, yaitu kepada nilai yang tak terhingga. Perintah moral paling
dasar menurut Thomas Aquinas berbunyi : "Lakukanlah yang baik, jangan
melakuhan yang jahat ". Yang baik adalah apa yang sesuai dengan tujuan
terakhir manusia. Tindakan itu didahului oleh pengertian. Sesudah kita
mengetahui yang baik, kita wajib mengbendaki dan melakukannya.
Menurut Thomas manusia hidup dengan baik, apabila ia hidup sesuai
dengan kodratnya, dan buruk apabila tidak sesuai. Sebab manusia hanya dapat
mengembangkan diri, hanya dapat mencapai tujuannya, apabila ia hidup
sesuai dengan kodratnya. Orang yang hidup berlawanan dangan kodratnya,
tidak akan mencapai tujuannya, tidak akan mengembangkan dan
mengaktualisasikan seluruh potensi-potensinya. Manusia bertindak sesuai
dengan kodratnya apabila ia menyempurnakan diri sesuai dengan.
keikhlasannya, yaitu dengan kerohaniaannya. Jadi ia harus mengembangkan
diri sebagai makhluk rohani. Sedangkan penyempurnaan kekuatan emosional
dan vegetatif harus dijalankan sedemikian rupa sehingga menunjang
penyempurnannya sebagai makhluk rohani. Hidup sesuai dengan kodrat
menurat Thomas merupakan sebuah kewajiban, karena yang menghendakinya
adalah Tuhan. Hukum kodrat adalah hokum yang berasal dari Allah. Menaati
hukum kodrat berarti taat pada Allah, dan tidak menaatinya berati tidak taat
pada Allah. MoraIitas itu bukan hanya masalah kebijaksanaan, melainkan
masalah kewajiban. Kodrat manusia dan kodrat segala makhluk
mencerminkan kebijaksanaan Tuhan. Manusia itu dengan segala ciri cirinya
sebagai manusia, karena Allah menentukannya demikian. Dengan
memandang kodrat kita, kita mengetahui apa yang dikehendaki Allah
kalau·Allah memberikan kodrat itu kepada kita, maka Allah juga
menghendakinya agar kita hidup sesuai dengannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pemikiran Thomas Aquinas di atas dapat disimpulkan
bahwa Tindakan (aetiones humanae) adalah kegiatan yang khas manusiawi,
yang tidak dimiliki oleh organisme Isinnya. Dalam kebebasannya tindakan
manusia terarah dan terbuka bagi kebahagiaan, yang diharap memperoleh
kepenuhannya dalam kehidupan. Kebahagiaan sejati dapat diusahakan dengan
melakukan tindakan baik, yang searah dengan tujuan akhir manusia, yang
sesuai kodrat kemanusiaan sebagaimana dikehendaki Allah. Kebiasaan-
kebiasaan bertindak baik akan membentuk keutamaan yang dapat mendukung
kesiapan kita menerima kebahagiaan sejati, sedangkan kebiasaan jahat tentu
dapat menghalangi kita untuk menerima kebahagiaan sejati dalam hidup.

B. Saran
Hasil penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dalam penulisan
makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan dan penyampaian materi. Oleh karena itu, penulis meminta
saran sehingga kedepannya penulis dapat menulis makalah ini dengan baik.
Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu pembaca agar dapat
memahami apa itu “Pemikiran St. Thomas Aquinas” mengenai Filsafat Moral
serta unsur yang terlibat didalamnya dan bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa
dan semua pihak yang membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dedi. Maret 2014, Analisis pemikiran Filsafat Politik Thomas Aquinas. Jurnal.
Volume 4, No. 4.

Russel, Bertrand. 2004, Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka pelajar Offset

Wahono. Maret 1997. Perjalanan Menuju Kebahagiaan Sejati (Filsafat Moral


Thomas Aquinas). Jurnal Filsafat.

Afid Burhanuddin “Biografi dan pemikiran thomas aquinas diakses dari


http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/biografi-dan
pemikirannya-thomas-aquinas/ pada tanggal 20 November 2018

Anda mungkin juga menyukai