Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

FILOSOFI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Clara Arimbi Dwi Putri(A1C323042)
Meylai Farisky(A1C323036)
Tuti Supriyanti( A1C323002)

Dosen Pengampu:
Dwi Agus Kurniawan,S.Pd.,M.Pd

STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
atas terselesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga, para sahabat, dan
para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman. Alhamdulillah wa Syukurillah atas
berkat Rahmat, Inayah dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat
Pendidikan dengan tema”Filosofi Pendidikan Islam Di Indonesia”. Dengan terselesaikannya
pembuatan makalah ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dwi Agus
Kurniawan,S.Pd.,M.Pd. selaku dosen yang telah memberikan pengarahan dan koreksi
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga
sangat berterimakasih kepada kak Sabila Eka Septi telah memberikan motivasinya hingga
terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari selaku manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan, karena memang salah datangnya dari saya manusia dan kebenaran hanya milik-
Nya Allah SWT. Maka dari itu kami sangat mohon maaf apabila ada kekurangan dalam
makalah ini, kami juga menerima apabila ada kritik dan saran dari bapak. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin aamiin yaa Robbal `Alamiin.
ʺfastabiqul khoirot,wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuhʺ

Jambi, 09 Oktober 2023

penulis
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………...
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………..
2.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….
2.3 Tujuan …………………………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori ………………………………………………………………………………
2.2 Hasil Temuan Lapangan ………………………………………………………………….
2.2 Pembahasan…………………………………….…………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan …………………………………………………………………………………
3.2 Saran ……………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman ini sudah menjadi wajar dan lumrah adanya
inovasiinovasi terhadap teknologi yang dapat memudahkan setiap sendi kehidupan
manusia. Sejalan dengan itu pasti inovasi itu telahir daripada berkembangnya cabang-
cabang ilmu pengetahuan pula dewasa ini. Sedangkan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan juga tak terlepas daripada peran filsafat yang telah menjadi alat untuk
berfikir secara radikal agar dapat menemukan ide-ideinovatif dalam perkembangan
teknologi.

Selain daripada sisi teknologi ada banyak sekali sektor yang dapat dijangkau oleh
filsafat sebagai alat berfikir serta jembatan untuk dapat mengupayakan pembaruan atau
inovasi yang dapat lebih menyempurnakan dari yang sederhana menuju yang rumit
terkhusus pada pendidikan.Sedangkan pendidikan sendiri adalah suatu hal yang bisa
dibahas secara kompleks.Baik dari segi sosial-historis hingga segi politis, yang
merupakan pembahasan klasik namunselalu aktual hingga dewasa ini terlebih dari sisi
pendidikan Islam.Karena itu menjadi menarik jika melibatkan pembahasan pendidikan
islam, terlebih
dalam kacamata filsafat. Karena pendidikan sendiri tidak bisa lepas dari kerangka berfikir
yang mendalam sebagaimana khas daripada filsafat. Dan dalam makalah kali ini kami
ingin
mendesiminasikan tentang filsafat pendidikan islam yang dimana menilik pendidikan
pada
umumnya dan pendidikan Islam khususnya dari kacamata filsafat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan tentang pengertian filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam?
3. Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan Islam?
4. Bagaimana Hakikat islam di Indonesia?
5. Bagaimana Perkembangan Pendidikan islam di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui mengenai pengertian filsafat
2. Dapat mengetahui Pendidikan islam
3. Dapat mengetahui ruang lingkup Pendidikan filsafat islam
4. Dapat mengetahui hakikat islam di Indonesia
5. Dapat mengetahui perkembangan Pendidikan islam di Indonesia

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
 Pengertian filsafat Pendidikan islam
Apabila mendengar kata filsafat, maka konotasinya mengarah kepada sesuatu yang bersifat
prinsip antar dasar, yaitu sesuatu yang mengandung nilai-nilai dasar tertentu. Begitupula bila
mendengar kata pendidikan, maka komotasinya tertuju kepada guru dan peserta didik. Bila
mendengar kata Islam, maka komotasinya tertuju kepada ajaran agama yang dibawa oleh
Rasulullah Muhammad s.a.w. yaitu agama Islam.Filsafat sebenarnya berasal dari kata atau
bahasa Yunani philosophia. Dari kata philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-
pengertian Filsafat, baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari
segi kandungannya. Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- syaibany dalam
bukunya Falsafatut Tarbiyah Al-Islamiyah yang diterjemahkan oleh Hasan Langgulung
dengan judulFalsafah Pendidikan Islam, bahwa: pengertian bebas pada kata “Falsafah” “pada
bahasa asalnya, Yunani Kuno, adalah “cinta akan hikmah.” Menurut Prof. Dr. Harun Nasution
sebagaimana dikutip oleh Zuhairimi at al bahwa filsafat berasal dari kata Yunani yang
tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmah (wisdom). Orang
Arab memindahkan kata Yunani yang tersusun dari dua kata philien dalam arti cinta dan
sophos dalam arti hikmah (wisdom) orang Arab memindahkan kata Yunani Philosophia ke
dalam Bahasa mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu
Folsofa dengan Pola Fa’lala, Fa’lalah dan Fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja
Falsofa seharusnya menjadi Falsafah atau Filsaf. Selanjutnya kata Filsafat yang banyak
terpakai dalam bahasa Indonesia, menurut Prof.Dr. Harun Nasution bukan berasal dari kata
Arab falsafah dan bukan pula dari kata Barat philosophy. Di sini dipertanyakan tentang
apakah Fil diambil dari kata Barat dan safah diambil dari kata Arab, sehingga terjadi
gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata filsafat? Dari pengertian secara etimologi
itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang hikmah
2. Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
3. Mencari kebenaran
4. Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.
Dengan demikian ia berpendapat bahwa intisari Filsafat ialah berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-
dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.Selain pengertian filsafat di atas,
penulis mengemukakan pengertian Filsafat menurut plato,Immanuel Kant, Al-Kindi dan Ibnu
Sina sebagaimana di kutip oleh Zuhairuni, at-al untuk menjadi bahan perbandingan, yaitu:
1. Plato, mengatakan bahwa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala
yang ada.
2. Immanuel Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala
pengetahuan dan pekerjaan.
3. Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian
filsafat di kalangan umat islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan:
a) Ilmu Fisika (al-ilmu al thobiiyyat) merupakan tingkatan terendah
b) Ilmu matematika (al ilmu al riyadi) tingkatan tengah.
c) Ilmu ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat(, tingkatan tertinggi.
4. Ibnu Sina, juga membagi Filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang
keduanya berhubungan dengan agama, dianut dasarnya terdapat dapat syari’at Tuhan,
yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.
Berdasarkan pengertian yang bermacam-macam itu, penulis berpendapat bahwa
mempelajari filsafat berarti mencari pengetahuan tentang hikmah, prinsip dan dasardasar
untuk mencapai kebenaran dengan melalui daya nalar atau cara berpikir dengan menjadikan
segala yang ada sebagai obyeknya. Namun perlu diketahui bahwa kebenaran yang mutlak
hanya datang dari Tuhan sebagai sumber segala ilmu pengetahuan. Hikmah dengan
pengertian seperti diatas bukan hanya dibutuhkan oleh folosof, tetapi juga di butuhkan oleh
semua manusia dengan melalui pendidikan termasuk pendidikan Islam. Guru yang
berkecimpung di bidang pendidikan Islam harus memiliki hikmah agar sanggup
menumbuhkan bakat-bakat peserta didiknya dan mengarahkannya kepada kebaikan dalam
suasana kasih sayang dan hubungan sosial.
 Ruang lingkup filsafat Pendidikan islam
Ruang lingkup Filsafat Pendidikan islam dapat dilihat dari berbagai dimensi. Bukhari
melihatnya dari 2 (dua) dimensi, yaitu: dimensi lingkungan pendidikan, dan dimensi jenis
permasalahan pendidikan. Sedangkan Soedomo menambahkannya dengan dimensi waktu,
dan dimensi ruang atau geografis. Dilihat dari dimensi lingkungan pendidikan, maka wilayah
kajiannya meliputi: pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan dalam lingkungan
sekolah, dan pendidikan di luar sekolah. Dilihat dari dimensi jenis permasalahan pendidikan,
maka wilayah kajiannya meliputi: masalah landasan pendidikan, masalah struktur Lembaga
pendidikan, dan masalah operasional pendidikan.
Dilihat dari dimensi waktu terdapat 3 (tiga) masalah pendidikan, yaitu: masalah
kontemporer, masalah kesejarahan, dan masalah masa depan. Dilihat dari dimensi ruang
geografik terdapat 2( dua) masalah, yaitu: masalah pendidikan di Indonesia dan masalah
pendidikan di negara-negara atau Jika dilihat dari berbagai dimensi tersebut di atas, maka
Filsafat pendidikan dapat dikategorikan ke dalam masalah landasan pendidikan yang menjadi
salah satu landasan tegaknya aktifitas pendidikan yang berusaha memberikan kemampuan
memilih yang lebih baik, memberi arah dan mengontrol suatu sistem pendidikan.

 Perkembangan filsafat Pendidikan islam


Aktifitas kependidikan islam di Indonesia pada dasarnya sudah berlangsung dan
berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang. Hal ini dapat dilihat dari
fenomena tumbuh berkembangnya program dan praktek pendidikan Islam yang dilaksanakan
di Nusantara, baik yang berupa pendidikan Pondok Pesantren, Pendidikan madrasah,
pendidikan umum yang bernafaskan Islam, pelajaran pendidikan agama Islam yang di
selenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata
kuliah saja, maupun pendidikan agama Islam yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok
tertentu di masyarakat, serta di tempat-tempat ibadah dan media massa. Fenomena tersebut
menggarisbawahi adanya pemikiran tentang pengembangan pendidikan Islam di Indonesia
dalam berbagai jenis dan bentuknya.Hal ini dibuktikan dengan adanya upaya-upaya dari para
pengembang Filsafat pendidikan Islam di Indonesia, terutama tampak dari karya-karya
mereka yang terpublikasikan di masyarakat baik yang berjudul “Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam” maupun yang berjudul “Filsafat Pendidikan Islam”, dan masih banyak lagi
karya-karya mereka yang tidak mereka banyak dibaca oleh masyarakat akademis dan
dijadikan rujukan dalam mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”.
Namun demikian, persoalannya adalah bagaimana corak atau tipe pemikiran mereka
dalam membangun atau mengembangkan Filsafat Pendidikan Islam? Apakah konstruk
pemikiran mereka dalam menyusun karya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam tersebut
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah Filosofis, ataukah hanya merupakan adopsi
dari Filsafat pendidikan Barat untuk dicarikan legitimasinya dalam Islam, kemudian diberi
label Filsafat Pendidikan Islam? Dalam tulisan ini, penulis mengemukakan sebuah hasil
penelitian yang dilakukan oleh Al-‘Ainain tahun 1980 sebagaimana dikutip oleh Muhaimin,
menyangkut studi perbandingan antara Filsafat pendidikan menurut pandangan al-Qur’an
dengan beberapa aliran Filsafat Pendidikan kontemporer, yaitu Existensialism, Realism,
Pragmatism, Idealism dan Socialism. Ia mengungkap ide-ide pokok dan pandangan-
pandangan dari masing-masing aliran tersebut untuk dikomparasikan dengan pandangan-
pandangan AlQur’an. Dari hasil studinya ia berkesimpulan bahwa filsafat pendidikan
menurut AlQur’an ternyata lebih unggul dibandingkan dengan semua aliran Filsafat tersebut.
Di samping itu, Al-‘Ainain juga mengkomparasikan Filsafat pendidikan menurut AlQur’an
dengan Filsafat Pendidikan yang eksis di negara-negara muslim.
Studinya diawali dengan Survey historis tentang masyarakat muslim sejak dari
kebangkitan Islam hingga sekarang menurut pandangannya, bahwa ada beberapa faktor yang
menghalangi kemajuan pendidikan pada masyarakat muslim, yaitu: Orientalis, kegiatan
misionaris Kristen dan pengiriman pelajar muslim untuk menempuh studi di Barat. Ia
berkesimpulan bahwa Filsafat pendidikan di negara-negara muslim tertinggal ke belakang
karena ia tidak berasal dari Al-Qur’an. Karena itu, Al-‘Ainain berkesimpulan bahwa Al-
Qur’an harus menjadi landasan dari pendidikan islam, yang disebut Filsafat Pendidikan.
Karena itu menurut penulis, para pemikir yang hendak berusaha mengembangkan Filsafat
Pendidikan Islam mempertimbangkan pandangan–pandangan para Filsafat dan ilmuan
muslim yang terkait dengan beberapa ospek dalam pendidikan Islam. Atau bahkan
menghendaki adanya keterbukaan terhadap pandangan-pandangan Filosof dan ilmuan non
muslim dan berusaha meminjam dan memasukkan konsep pemikirannya ke dalam Filsafat
Pendidikan Islam. Namun para pemikir Filsafat Pendidikan Islam. Namun, para Pemikir
Filsafat Pendidikan Islam memfungsikan ajaran-ajaran dan nilainilai Fundamental yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
 Hakikat Islam Di Indonesia
1. Pendidikan Menurut Kyai H. Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari
pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan.
Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan
umat.1 Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad
Dahlan ini meliputi :
1
a. Tujuan Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari
tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren
dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya
bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama.
Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang
didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut
lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi
tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum
tetapi tidak menguasai ilmu agama.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan
pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu
agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH.
Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-
akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang
menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan
ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.
b. Materi pendidikan
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa
kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:2
1) Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia
yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2) Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran
individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan
gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
3) Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan
dan keinginan hidup bermasyarakat.
c. Model Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahma dahlan tidak menggunakan
pendekatan yang tekstual tetapi konekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup
2
hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai
situasi dan kondisi.
1) Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal,
madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah
Belanda.
2) Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di
madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum.
3) Hubungan guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan
otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral.
Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan guru-
murid yang akrab.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa ide-ide pendidikan menurut Ahmad Dahlan yaitu:
a.Pembaruan di bidang lembaga pendidikan, yang semula sistem pesantren menjadi
sistem sekolah.
b. Beliau memasukkan pelajaran umum ke sekolah-sekolah agama atau madrasah.
c.Perubahan pada metode pengajaran sosrogan menjadi metode yang bervariasi
d. Dengan organisasi Muhammadiyah beliau berhasil mengembangkan lembaga
pendidikan yang lebih bervariasi dan manajemen yang modern.3
2. Pendidikan Menurut Kyai H. Hasyim Asy’ari
Diantara karya K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat monumental yaitu kitab adab al-alim
wa al- muta’alim fima yahtaj ilah al-muta’allim fi ahuwal ta’allum wa ma yataqaff al-
muta’allim fi maqamat ta’limih yang dicetak pertama kali pada tahun 1451 H. Kitab tersebut
terdiri dari 8 bab, yaitu keutamaan ilmu serta keutamaan mengajar, etika yang harus
diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang murid terhadap guru, etika murid terhadap
pelajaran, etika yang harus dipedomani oleh guru, etika guru ketika akan mengajar, etika guru
terhadap murid-muridnya dan etika terhadap buku. Dari 8 bab dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu:
a. Signifikansi pendidikan
Berkaitan dengan pendidikan , di dalam kitab tersebut beliau banyak mengutip ayat-
ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keutamaan ilmu dan orang yang berilmu. Dan
dalam pembahasan bab pertama dilengkapi dengan berbagai hadits Nabi dan pendapat
berbagai ulama’. Diantara isinya yaitu tentang tujuan ilmu pengetahuan adalah
mengamalkannya, mkasudnya agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai
3
bekal di kehidupan akhherat, syariat mewajibkan menuntut ilmu dan memperoleh
pahala yang besar, ilmu merupakan sifat yang menjadikan jelas identitas
pemiliknya.,bertauhid itu harus mempunyai iman. Maka barang siapa beriman maka
ia harus bertauhid. Keimanan mewajibkan adanya syariat, sehingga orang yang tidak
menjalankan syariat maka berarti ia tidak beriman dan bertauhid. Sementara orang
yang bersyariat harus beradab. Dengan demikian beradab berarti ia juga bertauhid,
beriman dan bersyariat.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu pertama bagai murid
hendaknya berniat suci, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi, jangan
melecehkan dan menyepelekannya. Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmunya
meleuruskan niat, tidak mengharapkan materi semata-mata. Dalam penjelasannya
tidak ada definisi khusus tentang belajar. Tetapi yang menjadi titik tekan pengertian
belajar adalah ibadah mencari ridha Allah yang mengantarkan seseorang untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Belajar harus diniatkan untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilia islam, bukan hannya sekedar
menghilangkan kebodohan.4
b. Tugas dan tanggung jawab murid
1) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar
Etika dalam belajar yaitu membersihkan hati dari keduniawian, membersihkan
niat, tidak menunda-nunda kesempatan belajar. Sabar dan qana’ah,pandai
mengatur waktu,menyederhanakan makan dan minum, bersikap hati-hati (wara’),
menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan dan
kebodohan, menyedikitkan waktu tidur, meninggalkan hal-hal yang kurang
berfaedah.
2) Etika seorang murid terhadap guru
Etika seorang murid terhadap guru yaitu memperhatikan dan mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru, memilih guru yang wara’ dan profesional, mengikuti
jejak-jejak guru, memuliakan guru, memperhatikan hak guru, bersabar terhadap
kekerasan guru, berkunjung ke rumah guru, duduk dengan rapi dan sopan ketika
berhadapan dengan guru, berbicara dengan sopan dan lemah lembut,
mendengarkan fatwanya, jangn sekali-kali menyela-nyela ketika guru sedang
menjelaskan, menggunakan anggota yang kanan ketika menyerahkan sesuatu
kepadanya.
4
3) Etika murid terhadap pelajaran
Etika murid terhadap pelajaran yaitu memperhatikan ilmu yang fardhu ‘ain,
mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu fardhu ‘ain, berhati-hati dalam
menanggapi ikhtilaf ulama’, mendiskusikan dan menyetorkan hasilnya kepada
orang yang dipercaya, menganlisa dan menyimak ilmu, mempunyai cita-cita
tinggi, bergaul dengan orang yang ilmu lebih tinggi, ucapkan salam ketika sampai
di majlis ta’lim, hendaklah bertanya jika belum paham,, jangan mendahukui
antrian, selalu membawa catatan, pelajari pelajaran yang telah diberikan, sealalu
semanagat dalam belajar.
c. Tugas dan tanggung jawab guru
1) Etika seorang guru
Etika yang harus dimiliki seorang guru antara lain : selalu mendekatkan diri
kepada Allah, takut kepada Allah, bersikap tenang, wara’, khusu’, mengadukan
persoalan kepada Allah, tidak menggunakan untuk meraih keduniawian semata,
zuhud, menghindari hal-hal yang rendah, menghindari tempat-tempat yang kotor
dan tempat ma’siyat, mengamalkan sunnah Nabi, bersikap ramah, ceria, suka
menebarkan salam, semangat menambah ilmu pengetahuan, tidak sombong,
membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.
2) Etika guru dalam mengajar
Etika guru ketika mengajar yaitu mensucikan diri dari hadts dan kotoran,
berpakaian rapi, sopan dan berbau wangi, berniat ibadah, menyampaikan perintah
allah, selalu membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, mengucapkan salam
ketika masuk kelas, berdo’a dahulu sebelum memulai pelajaran, berpenampilan
yang kalem, menjauhkan diri dari banyak bergurau dan tertawa, jangan mengajar
ketikakondisi marah, lapar, dan mengantuk, mengambil tempat duduk yang
strategis, mendahukukan materi yang penting, menciptakan ketenangan dalam
belajar, dan memberikan kesempatan bertanya jika ada yang belum jelas atau
belum paham.
3) Etika terhadap buku, alat pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Etika terhadap pelajaran yaitu berusaha memiliki buku yang diajarkan, merelakan
dan mengizinkan apabila ada teman yang pinjam, meletakkan buku pelajaran di
tempat yang terhormat, memeriksa dahulu ketika membeli atau meminjam buku, ,
bila menyalin buku pelajaran syari’ah hendaknya bersuci dahulu dan
mengawalinya dengan basmalah.
3. Pendidikan Menurut H.O.S Tjokroaminoto
Begitu nampak dalam perjalanan hidupnya bahwa Islam dipeluknya sebagai pedoman
utama dalam berucap dan bertindak. Hal inipun diajarkannya pada anak dan pengikutnya
bahwa hanya Islamlah yang dapat membawa kebahagiaan umat dan umat untuk menjadi
seorang muslim yang seutuhnya maka harus dididik secara islami. Tempo (2011:28)
menjelaskan bahwa pada tahun 1930-an banyak berdiri sekolah Tjokroaminoto yang
dibangun cabang-cabang PSII di semua wilayah. Silabus dan kurikulumnya didasari oleh
buku Tjokro yakni Moeslim Nationaal Onderwijs. Sekolah ini mengajarkan soal arti
kemerdekaan, budi pekerti, ilmu umum, dan ilmu keislaman. Menurutnya asas-asas Islam
sejalan dengan sosialisme dan demokrasi maka kaum muslimin harus dididik menjadi muslim
sejati untuk mencapai cita-cita kemerdekaan umat.
Setidaknya terdapat 5 pemikiran utama Tjokroaminoto dalam mendidik umatnya yang
semuanya berlandaskan pada nafas islami. Tjokroaminoto bukan hanya mengajarkan
gagasannya secara lisan tetapi juga memperlihatkannya dalam kehidupannya (perilakunya).
Inilah yang membuat anak kandung serta anak kosnya begitu kagum padanya. Sesuatu yang
paling sulit dilakukan adalah menyamakan antara ucapan dan perilaku, memang manusia
tiada yang sempurna tetapi Tjokroaminoto berusaha untuk mencapainya.
Gagasan pertamanya adalah menanamkan benih kemerdekaan dan benih demokrasi
yang telah menjadi tanda kebesaran dan tanda perbedaan Umat Islam besar pada zaman
dahulu. Tjokroaminoto memberikan pelajaran baik pada anaknya dan anak kosnya tentang
arti kemerdekaan dan demokrasi yakni membela kebenaran dan berpihak pada rakyat serta
hanya takut pada Allah SWT. Suatu ketika pernah anaknya yang baru lulus sekolah
memberikan ijazah kelulusannya pada sang ayah tetapi bukan bangga atau senang,
Tjokroaminoto kemudian dengan tegas malah merobeknya berkali-kali dan menegaskan pada
anaknya bahwa lebih baik untuk menjadi abdi rakyat dengan membangun cabang SI. Anak
kos Tjokroaminotopun pernah merasakan arti demokrasi yakni ketika Tjokroaminoto sedang
berdiskusi dengan teman-temannya, mereka sering berbeda pendapat dalam memutuskan
sesuatu sehingga kemudian diambil jalan tengahnya. Para anak kosnya ini biasanya hanya
duduk mendengarkan dan mengamati saja. Tjokroaminoto memahami pentingnya rapat
umum dan keberanian bicara buat menggalang massa. Di meja makan rumah Gang Peneleh,
ilmu pergerakan modern ditularkan pada Alimin, Moeso, Sukarno, dan Kartosoewirjo.
Buah pikirannya yang kedua dengan menanamkan benih keberanian yang luhur, benih
keikhlasan hati, kesetiaan dan kecintaan kepada yang benar (haq), yang telah menjadi tiap
tabiat masyarakat Islam pada zaman dahulu. Tempo (2011:56) dengan gamblang memberi
penjelasan bahwa Tjokroaminoto pernah akan dibunuh mertuanya dan rela menanggalkan
pekerjaan serta gelar ningratnya karena ia merasa mertuanya ini begitu menghamba pada
penjajah dan pikirannya sangat kolot. Nasib bangsa begitu buruk hal ini tidak kurang
diakibatkan karena peran penjajah yang menyedot ribuan gulden setiap tahunnya. Maka tak
salah jika kemudian sebutan mesiah dari tanah jawa atau Heru-Tjokro disematkan padanya.
Hasil gagasannya yang ketiga dan keempat ialah menanamkan benih peri kebatinan
yang halus, keutamaan budi pekerti dan kebaikan perangai, dan kehidupan yang saleh, yang
dulu telah menyebabkan orang Arab penduduk laut pasir itu menjadi bangsa tuan yang halus
adat lembaganya dan menjadi penanam dan penyebar keadaban dan kesopanan.
Tjokroaminoto dengan segala tulisannya menggambarkan bagaimana seseorang harus
berperilaku setidaknya setiap muslim harus menjadi muslim yang seutuhnya yang merasuk
hingga rasa dan jiwanya. Hal ini tergambar jelasn pada silabus dan kurikulum yang
terjabarkan pada sekolah Tjokroaminoto di setiap cabang SI.
Gagasannya yang terakhir ialah menanamkan rasa kecintaan terhadap tanah tumpah
darah dengan jalan mempelajari kultur dan adat istiadat bangsa sendiri. Tjokroaminoto
seringkali dalam satu atau dua minggu sekali mengadakan latihan wayang orang bertempat
tempat seni Panti Harsoyo bersama anak-anaknya & anak-anak pondokannya (Soebagijo,
1985:11). Tjokro gemar bermain gamelan dan menari dan Istrinya suka bermain piano, hal ini
menular pada anaknya. Salah seorang anaknya Harsono bukan hanya meneladani kegemaran
orang tuanya tersebut tetapi meneladani semangat patriotisme, cinta tanah air, dan sifat
kesederhanaan, dan gemar membantu sesamanya. Harsono menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, meskipun orang tuanya menempati gedung yang luas namun sebagian dari
ruangannya disediakan untuk menampung anak muda pelajar sedangkan kehidupan sendiri
sehari-hari selalu tidak pernah berlebih-lebihan, serba apa adanya (Soebagijo, 1985:12).
Harsono sering diajak dalam perjalanan ke desa-desa untuk menghadiri pertemuan-pertemuan
Sarekat Islam. Awalnya Harsono tidak mengerti apa yang dilakukan ayahnya tetapi lama
kelamaan ia mengerti apa yang dilakukan ayahnya tersebut dan secara otomatis tidak terasa
timbul pula rasa kesadaran dalam batinnya; kesadaran cinta tanah air, kesadaran sebagai
seorang muslim, kesadaran mengabdikan diri pada negara dan bangsa. Kesadaran untuk
berkorban pada agama yang diyakini. Kesan terdalam Harsono pada ayahnya ketika ayahnya
dalam memberikan nasihat pada anak-anaknya tidak menggunakan kata-kata tetapi lebih
diutamakan pada contoh serta perbuatan yang baik.
Selain itu bagi Tjokroaminoto pendidikan Islam dilakukan pertama kali dengan mengaji
untuk mendalami agama islam, bukan hanya sekedar membaca disertai ilmu tajwidnya tetapi
juga memaknai setiap ayat dalam kehidupan sehari-hari. Tjokroaminoto juga seringkali
mengawasi kemajuan putera-puterinya dalam mengaji dan menunggu mereka hingga selesai
mengaji (Soebagijo, 1985:6).
4. Pendidikan Menurut Mahmud Yunus
Usaha yang dilakukan Mahmud Yunus di bidang pendidikan setelah kembali ke
indonesia yaitu memperbaruai madrasah yang pernah dipimpinnya di sungayang yang
bernama al-Jami’ah al-Islamiyah, dengan mendirikan sekolah yang kurikulumnya
memadukan ilmu agama dan ilmu umum yaitu Normal Islam.
Madrasah ini yang pertama kali memiliki Laboratorium ilmu fisika dan kimia di
Sumatra Barat. Pembaruan di diutamakan pada metode mengajar bahasa arab. Mahmud
Yunus memilki komitmen dan perhatian yang besar terhadap upaya membangun,
meningkatkan dan mengembangkan pendidikan agama islam, Diantara gagasan dan
pemikirannya adalah :
a. Dari segi tujuan pendidikan islam, hendaknya lulusan pendidikan islam mutunya
lebih baik dan mampu bersaing dengan lulusan sekolah yang sudah maju.
b. Dari segi kurikulum,beliau menawarkan pengajaran bahasa arab yang integrated
antara satu cabang dengan cabang lainnya dalam ilmu bahasa arab.
c. Dalam bidang kelembagaan, perlu mengubah sistem yang bercorak individual
kepada sistem pengajaran klasikal.
d. Dari segi metode pengajaran, hendaknya cara mengajarkan agama sesuai dengan
tingkat usia dan jenjang pendidikan dengan menggunakan metode yang bervariasi.5
5. Pendidikan Menurut Buya HAMKA
Pemikiran Hamka tentang pendidikan secara garis besar terbagi menjadi 5 bagian,
yaitu :
a. Urgensi Pendidikan
Hakekat pendidikan menurut Hamka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : pertama,
pendidikan jasmani, yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan kesempurnaan
jasmani serta kekuatan jiwa dan akal. Kedua, pendidikan ruhani, yaitu pendidikan
untuk kesempurnaan fitrah manusia dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
didasarkan kepada agama. Kedua unsur jasmani dan ruhani tersebut memiliki
kecenderungan untuk berkembang, dan untuk menumbuh kembangkan keduanya
adalah melalui pendidikan karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat
dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut.
5
b. Pengertian dan Tujuan Pendidikan
Hamka membedakan makna antara pendidikan dan pengajaran. Menurutnya
pendidikan adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu
mendidik watak, budi, akhlak dan kepribadian peserta didik. Sementara pengajaran
adalah upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu
pengetahuan. Perbedaan kedua pengertian tersebut sebetulnya hanya pada
maknanya saja, namun secara esensi ia tidak membedakannya. Kedua kata tersebut
memuat makna yang integral dan saling melengkapi dalam rangka mencapai tujuan
yang sama. Sebab, setiap proses pendidikan, di dalamnya terdapat proses
pengajaran. Tujuan dan misi pendidikan akan tercapai melalui proses pengajaran.
Demikian pula sebaliknya, proses pengajaran tidak akan banyak berarti apabila
tidak dibarengi dengan proses pendidikan.
Adapun tujuan pendidikan menurut Hamka memiliki dua dimensi; bahagia di dunia
dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus menjalankan
tugasnya dengan baik yaitu beribadah. Oleh karena itu segala proses pendidikan
pada akhirnya bertujuan agar dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai abdi
Allah yang baik.
c. Materi Pendidikan
Materi pendidikan dalam pandangan Hamka pada dasarnya berkisar antara
ilmu,amal dan akhlak, serta keadilan. Ketiga ilmu tersebut sangat mendasari dalam
proses pendidikan.
Ilmu (menurut Hamka) ada dua macam, yaitu ilmu yang bersumber dari wahyu
yang mutlak kebenarannya dan ilmu yang bersumber dari akal manusia yang relatif
kebenarannya. Ilmu harus didasari dengan iman, sebab apabila orang yang berilmu
tanpa didasari iman maka ilmunya dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
Amal dan akhlak (dalam pandangan Hamka), ternyata bahwa ilmu tidaklah cukup
hanya dibarengi dengan iman, namun harus pula dibarengi dengan amal, kerja atau
usaha. Baginya, ilmu yang tidak diikuti dengan amal perbuatan tidak berguna bagi
kehidupan. Ilmu yang baik akan membekas ke luar diri individu dan orang lain.
Ilmu pengetahiuan harus diamalkan dan agama Islam adalah agama ilmu sekaligus
amal.
Keadilan (dalam pandangan Hamka) berarti tegak di tengah, Dan secara lebih
lengkap Hamka menjelaskan keadilan sebagai pertahanan yang memikat hati dan
menyebabkan orang takluk dan patuh dengan segala kerendahan hati. Dalam konsep
keadilan ini harus terkandung unsur persamaan, kemerdekaan dan kepemilikan.
d. Prinsip Pendidikan
Pendidikan menurut Hamka harus memiliki prinsip tauhid. Pendidikan dengan
tauhid sebagai prinsip utama akan memberi nilai tambah bagi manusia dan
menumbuhkan kepercayaan pada dirinya serta mempunyai pegangan hidup yang
benar.
e. Kurikulum Pendidikan
Dalam nuatan kurikulum pendidikan, menurut Hamka, harus mencakup seluruh
ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menjadi dasar bagi kemajuan dan kejayaan
hidup manusia.
Jadi dari pemikiran Buya HAMKA di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Hakekat
pendidikan bagi Hamka bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia yang luhur.
Pendidikan dan penagajaran sangatlah berbeda secara makna. Pendidikan mengarah kepada
pengembangan values (nilai-nilai) sedangkan pengajaran hanya pada aspek transfer of
knowledge. Untuk dapat mewujudkan itu semua diperlukan wahana yakni dengan
diwujudkan lewat pendidikan berasrama.
6. Pendidikan Menurut Imam Zarkasyi
Menurut Imam Zarkasyi pendidikan di Indonesia, harus mengalami pembaruan dan
perbaikan di beberapa bidang, yaitu:
a. Pembaruan metode dan sistem pendidikan
Pembaharuan metode dan sistem pendidikan pesantren di gontor yaitu menerapkan
sistem klasikal dalam bentuk penjenjangan dalam jangka waktu yang ditetapkan,
memperkenalkan kegiatan di luar jam pelajaran seperti olahraga, kesenian,
keterampilan, pidato dalam tiga bahasa (indonesia, arab, inggris), pramuka dan
organisasi pelajar, perpaduan sistem sekolah dengan sistem asrama (pesantren) tetap
dipertahankan, menganjurkan agar para santri memiliki kitab yang dipakai di
pesantren tradisional,dan menerapkan disiplin yang ketat.
b. Kurikulum pesantren
Kurikulum yang diterapkan Imam Zarkasyi di pondok pesantren modern Gontor
yaitu 100% umum dan 100% agama. Disamping pelajaran tafsir, hadits, fiqih, ushul
fiqh, beliau juga mengajarkan pengetahuan umum seperti, ilmu alam, ilmu hayat,
ilmu bumi, ilmu pendidikan, ilmu pasti, ilmu sejarah, ilmu jiwa dan lain-lain. Mata
pelajaran yang ditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga pendidikannya
yaitu pelajaran bahasa arab dan bahasa inggris.
c. Pembaharuan Struktur dan sistem manajemen pesantren
Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran islam imam Zarkasyi dan dua
saudaranya mewakafkan pondok pesantren gontor kepada badan wakaf pondok
modern gontor.dengan ditandatangani piagam penhyerahan wakaf, maka pondok
modern gontor tidak lagi menjadi milik pribadi, tetapi menjadi milik umat islam dan
semua umat islam bertanggung jawab atasnya.
d. Pembaharuan Pola pikir santri dan kebebasan pesantren
Setiap santri ditanamkan jiwa agar berdikari dan bebas. Sikap ini tidak saja belajar
dan berlatih mengurusnya sendiri dan menentukan jalan hidupnya di masyarakat,
tetapi juga pondok modern gontor harus tetap independen dan tidak bergantung
kepada pihak lain. Hal ini diperkuat dengan semboyan gontor di atas dan untuk
semua golongan. Kemandirin pondok pesantren gontor terlihat adanya kebebasan
mennetukan jalan hidupnya kelak. Imam zarkasyi sering mengatakan gontor tidak
mencetak pegawai tetapi mencetak majikan untuk dirinya sendiri.6
7. Pendidikan Menurut K.H. Wahid Hasyim
Pendidikan menurut K.H Wahid Hasyim, meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Prinsip-prinsip pendidikan
Pemikiran pendidikan Islam Wahid Hasyim dapat di cermati pada beberapa karya
beliau yang di muat di media yang setidaknya terdapat 7 judul, seperti Abdullah
Oebayd sebagai pendidik. Dalam buku ini K.H.A. Wahid Hasyim membeberkan
beberapa prinsip dalam pendidikan yaitu :
1) Percaya kepada diri sendiri atau prinsip kemandirian.
2) Kesabaran.
3) Pendidikan adalah proses bukan serta merta.
4) Keberanian.
5) Prinsip tanggung jawab dalam menjalankan tugas.
b. Orientasi Pendidikan Islam
Sebagai seorang santri pendidik agama, fokus utama pemikiran Wahid Hasyim
adalah peningkatan kualitas sumberdaya umat Islam. Upaya peningkatan kualitas
tersebut menurut Wahid Hasyim, dilakukan melalui pendidikan khususnya
pesantren. Dari sini dapat dipahami, bahwa kualitas manusia muslim sangat
6
ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas jasmani, rohani dan akal. Kesehatan
jasmani dibuktikan dengan tiadanya gangguan fisik ketika berkreatifitas. Sedangkan
kesehatan rohani dibuktikan dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah yang
kemudian diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Disamping sehat jasmani dan
rohani, manusia muslim harus memiliki kualitas nalar (akal) yang senantiasa diasah
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan solusi yang tepat, adil dan sesuai
dengan ajaran Islam.
Mendudukkan para santri dalam posisi yang sejajar, atau bahkan bila mungkin lebih
tinggi, dengan kelompok lain agaknya menjadi obsesi yang tumbuh sejak usia
muda. Ia tidak ingin melihat santri berkedudukan rendah dalam pergaulan
masyarakat. Karena itu, sepulangnya dari menimba ilmu pengetahuan, dia berkiprah
secara langsung membina pondok pesantren asuhannya ayahnya.
Pertama-tama ia mencoba menerapkan model pendidikan klasikal dengan
memadukan unsur ilmu agama dan ilmu-ilmu umum di pesantrennya. Ternyata uji
coba tersebut dinilai berhasil. Karena itu ia kenal sebagai perintis pendidikan
klasikal dan pendidikan modern di dunia pesantren. Untuk pendidikan pondok
pesantren Wahid Hasyim memberikan sumbangsih pemikirannya untuk melakukan
perubahan. Banyak perubahan di dunia pesantren yang harus dilakukan. Mulai dari
tujuan hingga metode pengajarannya.
Dalam mengadakan perubahan terhadap sistem pendidikan pesantren, ia membuat
perencanaan yang matang. Ia tidak ingin gerakan ini gagal di tengah jalan. Untuk
itu, ia mengadakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menggambarkan tujuan dengan sejelas-jelasnya
2) Menggambarkan cara mencapai tujuan itu
3) Memberikan keyakinan dan cara, bahwa dengan sungguh-sungguh tujuan dapat
dicapai.
Menurut beliau, tujuan pendidikan adalah untuk menggiatkan santri yang berahlakul
karimah, takwa kepada Allah dan memiliki ketrampilan untuk hidup. Artinya
dengan ilmu yang dimiliki ia mampu hidup layak di tengah masyarakat, mandiri,
tidak jadi beban bagi orang lain. Santri yang tidak mempunyai ketrampilan hidup ia
akan menghadapi berbagai problematika yang akan mempersempit perjalanan
hidupnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Wahid
Hasyim bersifat Teosentris ( Ketuhanan ) sekaligus Antroposentris ( kemanusiaan ).
Artinya bahwa pendidikan itu harus memenuhi antara kebutuhan duniawi dan
ukhrowi, moralitas dan ahlak, dengan titik tekan pada kemampuan kognisi ( iman ),
afeksi ( ilmu ) dan psikomotor ( amal, ahlak yang mulia ).7
c. Materi Pendidikan Islam
Materi yang di rancang oleh Wahid Hasyim dalam pendidikan terbagi menjadi tiga :
Pertama, ilmu-ilmu agama Islam seperti fiqih, tafsir, hadist dan ilmu agama lainnya.
Kedua, ilmu non agama seperti ilmu jiwa, matematika, dan Ketiga, kemampuan
bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Belanda dan Bahasa Indonesia.
d. Metode Pendidikan
Adapun metode pendidikan yang dianut oleh K.H.A. Wahid Hasyim yaitu banyak
mencontoh model pengajaran ayahnya Hasyim Asy’ari berupa penanaman
kepercayaan diri yang tinggi terhadap muridnya. Ini sebagai bukti bahwa pola
pemikiran Wahid Hasyim dengan ayahnya yaitu Hasyim Asy’ari banyak sekali
persamaannya, atau dengan kata lain bahwa sistem dan tehnik yang diterapkan
Wahid Hasyim merupakan kelanjutan dari sistem dan tehnik Hasyim Asy’ari.
Adapun contohnya seperti :
1) Tanggung jawab murid
a) Tidak menunda-nunda kesempatan dalam belajar atau tidak malas.
b) Berhati-hati, menghindari hal-hal yang kurang bermanfaat.
c) Memuliakan dan memperhatikan hak guru , mengikuti jejak guru.
d) Duduk dengan rapi bila berhadapan dengan guru.
e) Berbicara dengan sopan dan santun dengan guru.
f) Bila terdapat sesuatu yang kurang bisa dipahami hendaknya bertanya.
g) Pelajari pelajaran yang telah diberikan oleh guru secara istiqomah.
h) Pancangkan cita-cita yang tinggi.
i) Tanamkan rasa antusias dalam belajar.8
2) Tanggung jawab guru
a) Bersikap tenang dan selalu berhati-hati dalam bertindak.
b) Mengamalkan sunnah Nabi.
c) Tidak menggunakan ilmunya untuk meraih gemerlap dunia.
d) Berahlakul karimah dan selalu menabur salam.
e) Menghindarkan diri dari tempat-tempat yang kotor dan maksiat.
f) Memberi nasehat dan menegur dengan baik jika ada anak yang bandel.

7
8
g) Mendahulukan materi-materi yang penting dan sesuai dengan profesi yang
dimiliki.9
 Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia
1. Pendidikan Islam di masa Orde Baru.
Pendidikan Islam pada masa Orde Baru menghadapi berbagai macam persoalan baik
dilihat dari dunia pendidikan sebagai suatu sistem pembudayaan manusia ataupub pendidikan
sebagai sebuah fenomena, dan ini merupakan acuan penting dalam analisis makalah ini.
Pendidikan Islam sebagai sebuah fenomena dianggap penting dibahas mengingat kemajuan
dunia pendidikan Islam itu sendiri sangat ditentukan sejauh mana proses pendidikan ini dapat
mengakomodir perkembangan dan ilmu pengetahuan dewasa ini. Persoalan utama Pendidikan
Islam yang sering dimunculkan oleh pakar adalah masalah dikotomi dalam sistem
pendidikan. Pada dasarnya, permasalahan ini tidak semestinya terjadi dalam sistem
pendidikan nasional mengingat dualisme tersebut merupakan produk pendidikan barat yang
dinasionalisasikan, tentunya dengan sedikit modifikasi. 4 Dikotomi dalam sistiem pendidikan
ini tidak hanya menjadi persoalan dalam dunia pendidikan di Indonesia namun hampie
seluruh negara yang mayoritas penduduknya muslim. Oleh karena itu, para pakar pendidikan
Islam dari berbagai penjuru dunia termotivasi mencari jalan keluar dari masalah ini9 seperti
mengadakan berbagai pertemua Internasional yang dapat melahirkan gagasan baru seperti
upaya islamisasi ilmu yang saat ini sedang digalakkan untuk memecahkan persoalan tersebut.
Diantaranya dilakukan dengan diadakan berbagai pertemuan Internasional yang melahirkan
berbagai gagasan baru, termasuk di dalamnya upaya islamisasi ilmu. Walaupun demikian, ide
besar ini belum sampai pada tingkat realisasi secara nyata. Menurut Muslih Usa faktor utama
yang menghambat kegiatan ini adalah persoalan dana disamping beberapa faktor lainnya.
Muslih Usa melanjutkan bahwa Pendidikan Islam hampir dapat dikatakan sebagai lembaga
Pendidikan “kelas dua” setidak-tidaknya asumsi ini dapat didasarkan pada beberapa
kenyataan, antara lain. Subsidi, ysmg memjadi bagian lembaga pendidikan Islam jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum lainnya. Tenga ahli, yang menjadi
bahagian tenaga inti perencang pembaharuan masih ditrasa sangat kurang. Sarana dan
prasarana, jauh dari memadai yang menyebabkan lembaga pendidikan Islam tidak
mempunyai kekuatan untuk melakukan lompatan-lompatan yang berarti bagi kemajuan
lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Bila dualisme ini berhasil ditumbangkan, maka dapat
dipastikan sistim pendidikan Islam akan m,engalami perubahan mulai dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Untuk tingkat pendidikan tinggi misalnya IAIN akan lembur secara
integratif dengan perguruan tinggi lain5 Peleburan ini berlangsung dengan dasar-dasar yang
filosofis. Sedangkan peleburan secara integratif hanya akan berlangsung dalam jangka waktu
panjang sebab akan sangat tergantung pada keberhasilan proses Islamisasi ilmu di kalangan
masyarakat Indonesia.

2. Pendidikan Islam di Zaman Reformasi.


Kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun seakan membuat masyarakat Indonesia terlelap
dalam tidur panjang. Mereka terbuai dalam alam mimpi indah yang diciptakan oleh mesin-

9
mesin kekuasaan Orde Baru. Akhir kekuasaan orde baru adalah krisis ekonomi yang sangat
parah. Masyarakat baru menyadari bahwa pemerintah sangat lemah dan tidak dapat berbuat
banyak dalam menghadapi situasi tersebut. Kegagalan pemerintah orde baru melahirkan
Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 Tahun 1999 yang mengatur tentang desentralisasi
dalam bidang pendidikan. Di mana masalah pendidikan diserahkan pada Pemerintah Daerah
bukan lagi pusat melaksanakannya. UU ini di satu sisi sangat menguntungkan dunia
pendidikan karena daerah dapat memasukkan nilai-nilai budayanya dalam sistem pendidikan.
Di balik itu semua, dunia pendidikan pada masa ini dililit oleh berbagai persoalan, seperti
yang termaktup di bawah ini :
a. Menurunnya Pendapatan sehingga memperlemah kemampuan Bersekolah. Kondisi
perekonomian nasional yang buruk memberi pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat.
Menurunnya pendapatan rumah tangga dan bahkan hilangnya pekerjaan dan penghasilan
adalah persoalan yang sangat krusial. Ditambah lagi dengan kenaikan harga tang sangat
tinggi yang mencapai 100-400%, termasuk diantaranya harga peralatan sekolah seperti buku
tulis, pensil, balpoin, kertas, harga foto copy dan perlengkapan sekolah lainnya seperti sepatu,
seragam, tas dan lain sebagainya. Tingginya kenaikan harga buku pelajaran, perlengkapan
sekolah, dan juga transportasi mengurangi kemampuan masyarakat kelas bawah untuk
menyekolahkan anaknya karena pendapatan mereka hanya cukup untuk bertahan hidup,
sedangkan pendidikan dianggap urusan sekunder. Akibatnya, pendidikan hanya sebuah inpian
belaka selanjutnya krisis ini menyebabkan timbulnya perubahan persepsi masyarakat
terhadap pendidikan yang turut mempengaruhi minat sekolah dan meningkatnya angka putus
sekolah. Bukankah membantu orang tua mencari nafkah lebih baik dari pada menghabiskan
uang walau untuk sekolah. 6 . b. Penurunan Partisipasi Masyarakat Akibat Kerusuhan
Persoalan lain yang dihadapi masyarakat Indonesia ialah situasi keamanan yang sangat tidak
jelas. Di beberapa daerah seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya terus berlangsung gejolak yang
berkepanjamgan yang menimbulkan bias yang besar bagi dunia pendidikan. Di wilayah-
wilayah yang dilanda konflik berkepanjangan, kegiatan pendidikan mengalami gangguan
sangat parah, seperti: banyak gedung-gedung sekolah dibakar, dibom, banyak siswa yang
menjadi korban, kehilangan anggota keluarga, dan terjadinya pemgungsian, sehingga sekolah
terpaksa diliburkan dengan jangka waktu yang sangat tidak menentu. Contoh kongkrit seperti
yang terjadi di Aceh, sampai akhir Tahun 2000 tidak kurang dari 156 gedung sekolah dibakar
dan dihancurkan oleh orang tak dikenal dengan tingkat kerugian mencapai 2.1 Milyar. Dalam
situasi seperti ini masyarakat lebih mementingkan untuk untuk menyelamatkan diri dapi pada
mengurus pendidikan anak-anaknya. c. Terlambatnya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
Guru Akibat dari persoalan yang dihadapi pemerintah pada masa keruntuhan ekonomi ini,
maka kemampuan pemerintah dalam memperhatikan pendidikan berkurang dibandingkan
perhatian pemerintah pada pemenuhan hajat pokok masyarakat. Terkesan pemerintah lebih
memprioritaskan ketersediaan pangan anak negeri dibandingkan urusan lain. Akibatnya,
kemampuan pemerintah dalam usaha oeningkatan kualitas dan kuantitas pembelajaran
menjadi berkurang sehingga dengan sendirinya kualitas pendidikanpun menurun. 3.
Pendidikan Islam di Era Teknologi Informasi Pendidikan Islam saat ini ditantang untuk
mampu memanfaatkan tehnologi canggih, jika tidak ingin semakin jauh tertinggal. Aplikasi
tehnologi di bidang pendidikan telah mempercepat penyebaran informasi dan ilmu
pengetahuan. Penemua kertas mwmbawa kemajuan dalam bidang kearsipan dan penyebaran
pengetahuan, tetapi dengan penemuan mesin tik dan percetakan membawa kemajuan lebih
besar, jsuh lebih besar lagi dengan tehnologi elektronika di bidang informasi dan komunikasi
telpon, radio, photo copy, faksimil, Computer, Internet dan lain-lain. Dalam bidang kearsipan.
Dari bebatuan dan pelepah kayu ke kertas dalam garis kemajuan tehnologi. Demikian juga di
bidang perlengkapan simulasi dan laboratorium. Kesemua ini menuntut kesiapan diri dari
dunia pendidikan Islam untuk turut mengambil manfaatntya. Sebagai contoh Ali Shahab yang
dikutip oleh Jabrohim & Saudi Berlian menyebutkan televisi merupakan sarana belajar yang
efektif, televisi merupakan sumber pengetahuan, informasi dan sekaligus rileksasi. 7 Apakah
dunia Pendidikan Islam siap dengan ini semua dan segala potensi perkembangannya dimasa
depan, khususnya di era penerapan pendidikan Islam di Indonesia? Apa yang telah dimiliki
oleh dunia pendidikan Islam sekarang ini, bukanlah suatu gambaran yang terlalu
mengembirakan. Sepertinya pendidikan Islam amat tertinggal dalam pengunaan ternologi
modern. Sedikit di antara mahasiswa Muslim ysng akrab dengan pengunaan
komputer/internet dan lebih sedikit lagi di antara mereka yang mengikuti perkembangan
pemanfaatannya dalam dunia pendidikan. Ini memang tidak sepelik persoalan epistemologi
atau pandangan kemanusiaan modern. Yang penting di sini adalah pengembangan sikap yang
tepat terhadap tehnologi dan berbagai kemudahan serta efek sampingnya. Terbuka terhadap
tehnologi baru tanpa menjadikannya sebagai “Tuhan” adalah sikap yang tapat. Tehnologi
penting, tetapi ia tidak boleh ditempatkan sebagai tujuan itu sendiri. Teknologi mesti
ditempatkan pada posisi dimana ia mempermudah pencapaian tujuan akhir pendidikan Islam
dengan menghindari kemungkinan efek negatif televivi dan internet terhadap generasi muda
adalah bukti bahwa masyarakat Islam cendrung menjadi obyek dari tehnologi, bukan menjadi
subjek yang mengambil apa yang ia butuhkan dari kemajuan teknologi.

3. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Saat Ini Di Era Generasi Z


Generasi Z adalah generasi yang dari lahir berinteraksi dengan kemajuan teknologi.
Pengasuhan mereka bahkan banyak dibantu oleh teknologi dan internet. Terlahir antara tahun
1995 sampai 2010, mereka tidak sempat merasakan kehidupan tanpa teknologi dan internet.
Keberadaan teknologi dan internet menjadi elemen penting dari kehidupan dan keseharian
mereka. Bagi Generasi Z teknologi dan internet merupakan sesuatu hal yang harus ada, bukan
merupakan sebuah inovasi seperti pandangan generasi lainnya. Kemajuan teknologi dan
pesatnya arus informasi melalui internet telah mempengaruhi kehidupan Generasi Z. Mereka
terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan gadget yang mereka miliki, melihat informasi
tentang berbagai hal dari dunia luar melalui internet, bermain game dan bahkan berbelanja
melalui satu benda yang ada di dalam genggaman mereka yaitu smartphone (gadget). Hampir
semua Generasi Z memiliki smartphone ini baik yang kaya ataupun termasuk yang termasuk
kategori miskin, yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan Bisa dikatakan semua
Generasi Z terpapar penggunaan smartphone setiap harinya(Hastini et al., 2020). Generasi z
atau generasi pascamilenial adalah kelompok manusia yang lahir dalam rentang 1995 hingga
2010. Generasi ini erat dengan gadget dan banyak diantaranya berpikir bahwa kehidupan
dunia lebih penting. Hal ini terkesan generasi z mengesampingkan pendidikan etika dan
akhlaknya. Padahal dengan zaman yang serba modern sekarang ancaman terhadap moral
generasi z sangat besar. pendidikan karakter sangat erat berkaitan dengan pendidikan Islam,
pendidikan Islam dengan ajaran intinya tentang moral akan sangat menarik untuk dijadikan
content dari konsep pendidikan karakter ataupun etika. pendidikan Islam adalah mencakup
segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai
tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka
pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana
dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan
kependidikan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa ada keterkaitan bahkan kesamaan antara
pendidikan karakter dengan pendidikan Islam. Pendidikan islam sangat berkaitan dengan
etika pada generasi sekarang. Oleh karena itu pentingnya pendidkan islam pada
perkembangan zaman pada generasi Z. Pada generasi saat ini pendidikan islam semakin
menghilang, hilangnya etika dan aklhak karena pengaruh teknologi dan juga pendidikan
islam yang sudah mulai disampingkan.
Dengan menuntut pendidikan agama islam di era digital sekarang ini, kita juga bisa
mendapatkannya melalui media sosial seperti youtube, instagram, tik tok dengan
mendengarkan kajian penceramah dan kita juga bisa melihat kutipan yang berkaitan dengan
islam. Ketika kita mempelajari Islam, kita juga harus berhati-hati agar apa yang kita pelajari
selaras dengan apa yang telah Allah tetapkan. Jangan sampai apa yang kita pelajari tidak
menjadi apa yang dia perintahkan.
Tentunya di zaman yang semakin modern ini, pendidikan agama Islam sangat
diperlukan. Saat ini, banyak faktor yang dapat mempengaruhi gen z, baik internal maupun
eksternal. Contoh dampak positif dari budaya asing misalnya meningkatkan pemahaman
masyarakat Indonesia terhadap budaya negara asing bagi Indonesia, seperti bahasa. Orang
Indonesia yang awalnya hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia atau bahasa
daerahnya masing-masing, kini bisa menambah bahasa baru dari budaya asing ke Indonesia.
Namun, dibalik efek positif tersebut juga terdapat efek negatif akibat masuknya budaya asing
ke Indonesia. Misalnya dalam pakaian, pakaian yang terlalu kecil atau terlalu terbuka
dibandingkan dengan budaya asing merupakan hal yang sangat berdampak buruk bagi
masyarakat Indonesia khususnya umat Islam.
Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat penting bagi gen z Karena dengan
mempelajari pendidikan agama Islam, diharapkan gen z bisa tumbuh mengikuti
perkembangannya. Sekalipun berjalan seiring dengan perubahan zaman, apa yang dilakukan
gen z harus selalu sejalan dengan apa yang diajarkan Rasulullah kepada umat Islam agar
tidak terjadi penyimpangan yang dapat berdampak negatif bagi gen z mereka. Sebagai umat
Islam, kita harus saling menguatkan dengan berbuat baik untuk menciptakan umat Islam yang
baik akhlak dan perilakunya.

2.3 Hasil Temuan Lapangan


3 NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa hubungan ruang lingkup pada Filsafat Pendidikan Islam adalah induk dari segala
kegunaan filsafat Pendidikan islam? pengetahuan yang berkembang sejak zaman
yunani kuno sampai zaman modern. Sedangkan
ruang lingkup filsafat pendidikan Islam meliputi
aspek-aspek tujuan pendidikan, kurikulum,
pendidik, peserta didik, metode, materi, evaluasi,
dan lingkungan pendidikan. Ruang lingkup
tersebut dikaji tuntas menggunakan filsafat
pendidikan islam dimana Peranan filsafat
pendidikan Islam
dalam pengembangan pendidikan
Islam menyumbangkan analisanya kepada
ilmu pendidikan Islam tentang hakikat masalah
yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-
nilai dasar yang dijadikan landasan atau
petunjuk dalam proses pendidikan.
2 Bagaimana peranan filsafat dalama Filsafat memiliki peranan yang amat penting
pengembangan Pendidikan islam di dalam sistem pendidikan karena filsafat
Indonesia? merupakan pemberi arah dan pedoman dasar
untuk meningkatkan kemajuan dan menjadi
landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan,
terutama sistem pendidikan islam. Filsafat juga
dapat dikatakan sebagai pemberi rambu-rambu
mengenai apa dan bagaimana seharusnya
pendidikan dilaksanakan.
3 Bagaimana hubungn antara filsafat Filsafat itu dapat diartikan sebagai cara berfikir
Pendidikan islam dengan ilmu menurut logika yang dibahas secara tuntas
Pendidikan islam? sampai ke akar-akarnya. Sedangkan hubungan
antara filsafat pendidikan islam dengan ilmu
pendidikan islam yaitu filsafat berfungsi
mengarahkan teori dari ilmu pendidikan itu
sendiri. Ibarat ada suatu teori atau ilmu
pendidikan yang telah dikembangkan oleh
ahlinya dan kemudian diarahkan cara berfikirnya
menggunakan filsafat agar dapat terealisasikan
pada praktik pendidikan sesuai dengan
kebutuhan yg sedang berkembang di masyarakat.
4 Bagaimana posisi filsafat Pendidikan Posisi Filsafat Pendidikan Islam dalam pendidikan
islam dalam Pendidikan? yaitu sebagai alat atau sarana untuk memahami
dan menyelesaikan permasalahan pendidikan
Islam dengan berdasarkan keterkaitan hubungan
antara teori dan praktek pendidikan.
5 Bagaimana manfaat hubungan Manfaat hubungan antara filsafat dengan
antara filsafat dengan Pendidikan pendidikan islam yaitu filsafat pendidikan islam
islam? memberikan fondasi tanggung jawab kepada
calon-calon guru tentang hakikat setiap praktik
pembelajaran di sekolah. Kajian filsafat juga
melatih mereka untuk memikirkan setiap apa
yang harus dilakukan dan alasan- alasannya
melakukan hal tersebut.
6 Bagaimana pandangan filsafat Filsafat pendidikan islam memandang
Pendidikan islam mengenai pendidikan sebagai proses memanusiakan
Pendidikan dan peserta didik? peserta didik sehingga mampu berkembang dan
beraktualisasi diri dengan segenap potensi asli
yang ada dalam dirinya. Sedangkan dalam
perspektif falsafah pendidikan Islam memandang
peserta didik sebagai seluruh makhluk yg pada
dasarnya sedang berada dalam proses
perkembangan menuju kesempurnaan atau
suatu kondisi yg dianggap sempurna.
7 Mengapa umat islam diajarkan Supaya umat islam menjadi lebih terdidik dan
berfikir melalui filsafat? memiliki pengetahuan, serta mampu menilai hal-
hal di sekitarnya secara objektif. Selain itu juga
supaya manusia menjadi lebih bijaksana dalam
menjalani kehidupannya.
8 Metode Pendidikan islam yang mana Metode pembelajaran pendidikan Islam yang
yang paling efektif dalam proses dapat diterapkan, di antaranya adalah metode
belajar mengajar? ceramah, demonstrasi, inquiry, diskusi, resitasi,
karyawisata, sosiodrama, seminar, eksperimen,
diakronik, sinkronik, problem solving,
empiris, keteladanan (qudwah), dll. Sepertinya
mengajar dengan contoh/keteladanan adalah
metode paling kuat dalam pembelajaran Islam.
Ada ungkapan “tindakan lebih efektif daripada
ucapan”. Bahasa perilaku (guru) lebih bermakna
daripada bahasa lisan.
9 Apa beda filsafat umum dengan Filsafat islam lebih terarah pada pemikiran para
filsafat Pendidikan islam? filsuf Islami. Sedangkan filsafat umum itu
membahas pemikiran seluruh filsuf yang pernah
ada.
10 Bagaimana hakikat Pendidikan yang Pendidik pada esensinya adalah orang yang telah
ideal dalam filsafat Pendidikan mendapatkan amanat dan mempunyai tanggung
islam? jawab dunia akhirat dalam mendidik,
membimbing, mengarahkan dan
mengantarkan peserta didik ke gerbang
kesuksesan baik dunia maupun akhirat. Namun
dalam filsafat pendidikan islam, jika pendidik
ingin dikatakan sebagai pendidik ideal maka
pendidik tsb harus meneladani
Rasulullah, dalam arti tujuan, tingkah laku, dan
pola pikirnya.
11 Bagaimana hakikat manusia dalam Manusia dalam perspektif Islam adalah hamba
perspektif filsafat Pendidikan islam? Allah dan khalifah dimuka bumi. Manusia juga
memiliki segudang potensi bawaan sebagai salah
satu bentuk fitrah diri. Potensi bawaan inilah
yang harus dilihat oleh pendidikan Islam untuk
dikembangkan dalam pendidikan.
12 Bagaimana cara kerja filsafat dalam Filsafat pendidikan Islam mempunyai peran
konteks Pendidikan islam? dalam dua arah. Pertama, ke
arah pengembangan konsep-konsep filosofis dari
pendidikan Islam, yang secara otomatis akan
menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu
pendidikan Islam. Kedua, ke arah perbaikan dan
pembaharuan pelaksanaan pendidikan Islam.
13 Bagaimana pandangana ibu Sangat bagus, karna filsafat pendidikan Islam juga
terhadap tujuan Pendidikan filsafat bertujuan untuk mengarahkan dan memberikan
yang berbasis islam? landasan pemikiran yang sistematik, mendalam,
dan logis terhadap berbagai masalah yang
ditemukan dalam bidang pendidikan, yang tidak
lain menggunakan acuan al-Quran dan hadis.
14 Bagaimana yang menjadi Karakteristik pendidikan Islam yaitu yang merujuk
karakteristik dari Pendidikan islam? pada aturan-aturan yang sudah pasti,
mempertimbangkan dua sisi kehidupan yaitu
dunia dan akhirat, bermisikan pembentukan
akhlak, diyakini sebagai tugas suci dan dijadikan
sebagai ibadah.
15 Bagaimana konsep dasar filsafat Konsep dasar filsafat Pendidikan Islam yaitu cara
Pendidikan islam? berpikir logis yang berlandaskan ajaran-ajaran
agama Islam tentang hakikat kemampuan
manusia untuk dapat dibimbing dan
dikembangkan serta menjadi manusia muslim
yang seluruh kepribadiannya dijiwai
oleh ajaran Islam.
2.4 pembahasan
Filsafat sebenarnya berasal dari kata atau bahasa Yunani philosophia. Dari kata
philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-pengertian Filsafat, baik dari segi
pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari segi kandungannya. Menurut Prof.
Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- syaibany dalam bukunya Falsafatut Tarbiyah Al-
Islamiyah yang diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judulFalsafah Pendidikan
Islam, bahwa: pengertian bebas pada kata “Falsafah” “pada bahasa asalnya, Yunani Kuno,
adalah “cinta akan hikmah.” Menurut Prof. Dr. Harun Nasution sebagaimana dikutip oleh
Zuhairimi at al bahwa filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata philein
dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmah (wisdom).Dari pengertian secara etimologi itu,
ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
1) Pengetahuan tentang hikmah
2) Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
3) Mencari kebenaran
4) Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.
Dengan demikian ia berpendapat bahwa intisari Filsafat ialah berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-
dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.Selain pengertian filsafat di atas,
penulis mengemukakan pengertian Filsafat menurut plato,Immanuel Kant, Al-Kindi dan Ibnu
Sina sebagaimana di kutip oleh Zuhairuni, at-al untuk menjadi bahan perbandingan, yaitu:
1. Plato, mengatakan bahwa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala
yang ada.
2. Immanuel Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala
pengetahuan dan pekerjaan.
3. Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian
filsafat di kalangan umat islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan:
d) Ilmu Fisika (al-ilmu al thobiiyyat) merupakan tingkatan terendah
e) Ilmu matematika (al ilmu al riyadi) tingkatan tengah.
f) Ilmu ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat(, tingkatan tertinggi.
4. Ibnu Sina, juga membagi Filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang
keduanya berhubungan dengan agama, dianut dasarnya terdapat dapat syari’at Tuhan,
yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.
Berdasarkan pengertian yang bermacam-macam itu, penulis berpendapat bahwa
mempelajari filsafat berarti mencari pengetahuan tentang hikmah, prinsip dan dasardasar
untuk mencapai kebenaran dengan melalui daya nalar atau cara berpikir dengan menjadikan
segala yang ada sebagai obyeknya. Namun perlu diketahui bahwa kebenaran yang mutlak
hanya datang dari Tuhan sebagai sumber segala ilmu pengetahuan. Hikmah dengan
pengertian seperti diatas bukan hanya dibutuhkan oleh folosof, tetapi juga di butuhkan oleh
semua manusia dengan melalui pendidikan termasuk pendidikan Islam. Guru yang
berkecimpung di bidang pendidikan Islam harus memiliki hikmah agar sanggup
menumbuhkan bakat-bakat peserta didiknya dan mengarahkannya kepada kebaikan dalam
suasana kasih sayang dan hubungan sosial.
Ruang lingkup Filsafat Pendidikan islam dapat dilihat dari berbagai dimensi. Bukhari
melihatnya dari 2 (dua) dimensi, yaitu: dimensi lingkungan pendidikan, dan dimensi jenis
permasalahan Pendidikan. Dilihat dari dimensi lingkungan pendidikan, maka wilayah
kajiannya meliputi: pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan dalam lingkungan
sekolah, dan pendidikan di luar sekolah. Dilihat dari dimensi jenis permasalahan pendidikan,
maka wilayah kajiannya meliputi: masalah landasan pendidikan, masalah struktur Lembaga
pendidikan, dan masalah operasional pendidikan.
Dilihat dari dimensi waktu terdapat 3 (tiga) masalah pendidikan, yaitu: masalah
kontemporer, masalah kesejarahan, dan masalah masa depan. Dilihat dari dimensi ruang
geografik terdapat 2( dua) masalah, yaitu: masalah pendidikan di Indonesia dan masalah
pendidikan di negara-negara atau Jika dilihat dari berbagai dimensi tersebut di atas, maka
Filsafat pendidikan dapat dikategorikan ke dalam masalah landasan pendidikan yang menjadi
salah satu landasan tegaknya aktifitas pendidikan yang berusaha memberikan kemampuan
memilih yang lebih baik, memberi arah dan mengontrol suatu sistem pendidikan.
Studinya diawali dengan Survey historis tentang masyarakat muslim sejak dari
kebangkitan Islam hingga sekarang menurut pandangannya, bahwa ada beberapa faktor yang
menghalangi kemajuan pendidikan pada masyarakat muslim, yaitu: Orientalis, kegiatan
misionaris Kristen dan pengiriman pelajar muslim untuk menempuh studi di Barat. Ia
berkesimpulan bahwa Filsafat pendidikan di negara-negara muslim tertinggal ke belakang
karena ia tidak berasal dari Al-Qur’an. Karena itu, Al-‘Ainain berkesimpulan bahwa Al-
Qur’an harus menjadi landasan dari pendidikan islam, yang disebut Filsafat Pendidikan.
Karena itu menurut penulis, para pemikir yang hendak berusaha mengembangkan Filsafat
Pendidikan Islam mempertimbangkan pandangan–pandangan para Filsafat dan ilmuan
muslim yang terkait dengan beberapa ospek dalam pendidikan Islam. Atau bahkan
menghendaki adanya keterbukaan terhadap pandangan-pandangan Filosof dan ilmuan non
muslim dan berusaha meminjam dan memasukkan konsep pemikirannya ke dalam Filsafat
Pendidikan Islam. Namun para pemikir Filsafat Pendidikan Islam. Namun, para Pemikir
Filsafat Pendidikan Islam memfungsikan ajaran-ajaran dan nilainilai Fundamental yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Hakikat ilmu Pendidikan dibagi menjadi
menurut bebrapa ahli yaitu:
1. Pendidikan Menurut Kyai H. Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola
berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan.
Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan
umat.
2. Pendidikan Menurut Kyai H. Hasyim Asy’ari
Diantara karya K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat monumental yaitu kitab adab al-alim
wa al- muta’alim fima yahtaj ilah al-muta’allim fi ahuwal ta’allum wa ma yataqaff al-
muta’allim fi maqamat ta’limih yang dicetak pertama kali pada tahun 1451 H. Kitab tersebut
terdiri dari 8 bab, yaitu keutamaan ilmu serta keutamaan mengajar, etika yang harus
diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang murid terhadap guru, etika murid terhadap
pelajaran, etika yang harus dipedomani oleh guru, etika guru ketika akan mengajar, etika guru
terhadap murid-muridnya dan etika terhadap buku.
3. Pendidikan Menurut H.O.S Tjokroaminoto
Begitu nampak dalam perjalanan hidupnya bahwa Islam dipeluknya sebagai pedoman
utama dalam berucap dan bertindak. Hal inipun diajarkannya pada anak dan pengikutnya
bahwa hanya Islamlah yang dapat membawa kebahagiaan umat dan umat untuk menjadi
seorang muslim yang seutuhnya maka harus dididik secara islami. Tempo (2011:28)
menjelaskan bahwa pada tahun 1930-an banyak berdiri sekolah Tjokroaminoto yang
dibangun cabang-cabang PSII di semua wilayah. Silabus dan kurikulumnya didasari oleh
buku Tjokro yakni Moeslim Nationaal Onderwijs. Sekolah ini mengajarkan soal arti
kemerdekaan, budi pekerti, ilmu umum, dan ilmu keislaman. Menurutnya asas-asas Islam
sejalan dengan sosialisme dan demokrasi maka kaum muslimin harus dididik menjadi muslim
sejati untuk mencapai cita-cita kemerdekaan umat.
4. Pendidikan Menurut Mahmud Yunus
Usaha yang dilakukan Mahmud Yunus di bidang pendidikan setelah kembali ke
indonesia yaitu memperbaruai madrasah yang pernah dipimpinnya di sungayang yang
bernama al-Jami’ah al-Islamiyah, dengan mendirikan sekolah yang kurikulumnya
memadukan ilmu agama dan ilmu umum yaitu Normal Islam.
5. Buya Hamka
yaitu pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dalam ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang didasarkan kepada agama.
6. Imam zarkasyi
Setiap santri ditanamkan jiwa agar berdikari dan bebas. Sikap ini tidak saja belajar dan
berlatih mengurusnya sendiri dan menentukan jalan hidupnya di masyarakat, tetapi juga
pondok modern gontor harus tetap independen dan tidak bergantung kepada pihak lain. Hal
ini diperkuat dengan semboyan gontor di atas dan untuk semua golongan. Kemandirin
pondok pesantren gontor terlihat adanya kebebasan mennetukan jalan hidupnya kelak. Imam
zarkasyi sering mengatakan gontor tidak mencetak pegawai tetapi mencetak majikan untuk
dirinya sendiri.
7. Pendidikan Menurut K.H. Wahid Hasyim
Pendidikan menurut K.H Wahid Hasyim, meliputi beberapa hal, yaitu:Prinsip-prinsip
pendidikan
Pemikiran pendidikan Islam Wahid Hasyim dapat di cermati pada beberapa karya beliau yang
di muat di media yang setidaknya terdapat 7 judul, seperti Abdullah Oebayd sebagai
pendidik. Dalam buku ini K.H.A. Wahid Hasyim membeberkan beberapa prinsip dalam
pendidikan yaitu:
1. Percaya kepada diri sendiri atau prinsip kemandirian.
2. Kesabaran.
3. Pendidikan adalah proses bukan serta merta.
4. Keberanian.
5. Prinsip tanggung jawab dalam menjalankan tugas.
Dari zaman ke zaman perkembangan filsafat pendidikan islam semakin meningkat pesat,
dengan demikian perkembangan islam dibagi menjadi 2 zaman yaitu :
1. Pendidikan Islam di masa Orde Baru.
Pendidikan Islam pada masa Orde Baru menghadapi berbagai macam persoalan baik dilihat
dari dunia pendidikan sebagai suatu sistem pembudayaan manusia ataupub pendidikan
sebagai sebuah fenomena, dan ini merupakan acuan penting dalam analisis makalah ini.
Pendidikan Islam sebagai sebuah fenomena dianggap penting dibahas mengingat kemajuan
dunia pendidikan Islam itu sendiri sangat ditentukan sejauh mana proses pendidikan ini dapat
mengakomodir perkembangan dan ilmu pengetahuan dewasa ini. Persoalan utama Pendidikan
Islam yang sering dimunculkan oleh pakar adalah masalah dikotomi dalam sistem
pendidikan. Pada dasarnya, permasalahan ini tidak semestinya terjadi dalam sistem
pendidikan nasional mengingat dualisme tersebut merupakan produk pendidikan barat yang
dinasionalisasikan, tentunya dengan sedikit modifikasi.
2. Pendidikan Islam di Zaman Reformasi.
Kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun seakan membuat masyarakat Indonesia terlelap
dalam tidur panjang. Mereka terbuai dalam alam mimpi indah yang diciptakan oleh mesin-
mesin kekuasaan Orde Baru. Akhir kekuasaan orde baru adalah krisis ekonomi yang sangat
parah. Masyarakat baru menyadari bahwa pemerintah sangat lemah dan tidak dapat berbuat
banyak dalam menghadapi situasi tersebut. Kegagalan pemerintah orde baru melahirkan
Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 Tahun 1999 yang mengatur tentang desentralisasi
dalam bidang pendidikan. Di mana masalah pendidikan diserahkan pada Pemerintah Daerah
bukan lagi pusat melaksanakannya. UU ini di satu sisi sangat menguntungkan dunia
pendidikan karena daerah dapat memasukkan nilai-nilai budayanya dalam sistem pendidikan.
3. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Saat Ini Di Era Generasi Z
Generasi Z adalah generasi yang dari lahir berinteraksi dengan kemajuan teknologi.
Pengasuhan mereka bahkan banyak dibantu oleh teknologi dan internet. Terlahir antara tahun
1995 sampai 2010, mereka tidak sempat merasakan kehidupan tanpa teknologi dan internet.
Keberadaan teknologi dan internet menjadi elemen penting dari kehidupan dan keseharian
mereka. Bagi Generasi Z teknologi dan internet merupakan sesuatu hal yang harus ada, bukan
merupakan sebuah inovasi seperti pandangan generasi lainnya. Kemajuan teknologi dan
pesatnya arus informasi melalui internet telah mempengaruhi kehidupan Generasi Z. Mereka
terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan gadget yang mereka miliki, melihat informasi
tentang berbagai hal dari dunia luar melalui internet, bermain game dan bahkan berbelanja
melalui satu benda yang ada di dalam genggaman mereka yaitu smartphone (gadget).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Ruang
lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang kompherensif. Filsafat
Pendidikan Islam adalah suatu alat yang digunakan untuk berfikir secara mendalam dan
mendasar dalam rangka menentukan arah visi, misi, kurikulum metode belajar hingga
evaluasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pendidikan islam. Agar terciptanya
pendidikan islam yang ideal dan objektif.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak
kekeliruan dan kesalahan kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan
maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang
sebesar besarnya, dikarenakan kami masih dalam tahap pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

M.Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksaea,1991

Muslim A.Djalil, Meunasah sebagai lembaga Pendidikan Ytadisional Islam di Aceh

(Artikel)

Muslih Usa, Pendidikan Islam Antara Cita dan Fakta, Wacana Yogya; Yogyakarta, 1991

A.Syafi’i Ma’arif, Pemikiran Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, Wacana Yogya:
Yagyakarta,1991
Darmaningtyas, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, Pustaka Belajar; Yogyakarta, 1991

Jabrohim & Saudi Cerlin, Editor. Islam dan Kesenian, (Yogyakarta: Lembaga Litbang PP
Muhammadiyah dan Universitas Ahmad Dahlan, 2005

SN Maksun, Tasawuf, Wacana Spritual dan Keberagamaan Simbolik, Media Indonesia, 1997

Burhanuddin, Menetralkan Kesalehan Simbol, Media Indonesia, 1997

Samsul Nizar, (Ed.), Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
sampai Indonesia, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2008

Hamka, Irfan. 2013. Ayah…Kisah Buya HAMKA. Jakarta: Republika Penerbit. Hamsyah WS, Amir. 1968.
Pembaruan Pendidikan dan Pengajaran. UP. Ken Mutia.Mohammad, Herry, Dkk. 2006.

Tokoh-Tokoh Islam Yang berpengaruh Abad 20. Jakarta: Gema Insani.

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos.

------------------ . 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

------------------ . 2005. Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta : PT Rajagrafindo


Persada.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis.teoritis. Jakarta: Ciputat Pers.

Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Malang : Erlangga.

Ruchman Basori, Pesantren Modern Indonesia. Jakarta : PT Inceis. Cet-2.

Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Tumy. Falsafatut Tarbiyah Al-Islamiyah (Falsafah Pendidikan Islam).
Terj. Hasan Langgulung. Cet I, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2007.

Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
sekolah. Cet,III, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Cet. II, Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik
dan Masyarakat (PSAPM) bekerjasama dengan pustaka pelajar, 2004.

Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. I Jakarta: Kecana Premada Media,
2006.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Cet.I, Jakarta: UI Press, 2001.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

------------------. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2008.

------------------. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawij). Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2008.

Salam, Burhanuddin. Logika material; Filsafat Ilmu Pengetahuan. Cet. I Jakarta: Reneka Cipta, 1997.
Shihab, H.M. Quraish. Menyingkap Tabir Ilahi: al-Asmâ’ al-Husnâ dalam Perspektif Al-Qur’an. Lentera
Hati; Jakarta, 2006.

Zuhairini, at al., Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2004

Ahmadi. Asmoro. 2009. Filsafat umum. Jakarta: PT. Raja Graindo Persada. Bernadib, Imam. 1976.

Filsafat pendidikan. Yogyakarta. Karang Malang. Drijarkasa. 2011.

Filsafat manusia. Yogyakarta: Kanisius. Gandhi HW, TW. 2011.

Filsafat pendidikan mazhab-mazhab Filsafat pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzzmedia. J.Waluyo. 2007.

Pengantar filsafat ilmu (buku panduan mahasiswa). Salatiga: Widya Sari. Sadulloh, Uyoh. 2003.

Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alabeta.

Arifin, 1991, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bina Aksara), 87

S. Smith, 1986 , Gagasan-Gagasan Tokoh-tokoh Bidang Pendidikan . (Jakarta: Bina Aksara),29 3

Fuad Ihsan, 2010. Filsafat Ilmu . (Jakarta: Rineka Cipta),160

Hammersma, 1986, Tokoh-Tokoh Filsafat Modern , (Jakarta : Gramedia).35.

Abuddin Nata, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama), 211

Irawan, EN 2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sampaiModern. Yogyakarta:
IRCISoD

Thaib, Ismail. 2019. Filsafat Pendidikan Islam . Mataram : Institut Insan Madani

Thoib, Ismail. 2007. Menggagas Reformasi pendidikan islam. Mataram : Ulumuna

Thoib Ismail. 2008. Aktualisasi Manusia Versi al qur'an antara idealitas dan rkesetaraanpendidikan
islam. Mataram : Ulumuna

Mukhlis M. Ismail, 2013. Melawan Hegemoni. Mataram : Ulumuna

HujairAH Sanaki, Paradigma Pendidik,an Islam: Membangun Ma.yarakat Madani


Indonesia(YYogyakarta:Pers Safłrian Insani

Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014), 16.

Soegiono, Tamsil Muis, Filsafat Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 5-6.

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 33.

Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014), 54-56.

Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 8.

Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014), 71-72.

Nur Uhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 9.

Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 11.

Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim; Pengantar Filosofis Pendidikan islam dan
Dakwah, (Yogyakarta: Sipres, 1993), 69.
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 12.

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 15.

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 16.

Hasan Basri, 18 .

Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 27.

Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 28-29.

Anda mungkin juga menyukai