Disusun Oleh:
Clara Arimbi Dwi Putri(A1C323042)
Meylai Farisky(A1C323036)
Tuti Supriyanti( A1C323002)
Dosen Pengampu:
Dwi Agus Kurniawan,S.Pd.,M.Pd
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
atas terselesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga, para sahabat, dan
para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman. Alhamdulillah wa Syukurillah atas
berkat Rahmat, Inayah dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat
Pendidikan dengan tema”Filosofi Pendidikan Islam Di Indonesia”. Dengan terselesaikannya
pembuatan makalah ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dwi Agus
Kurniawan,S.Pd.,M.Pd. selaku dosen yang telah memberikan pengarahan dan koreksi
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga
sangat berterimakasih kepada kak Sabila Eka Septi telah memberikan motivasinya hingga
terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari selaku manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan, karena memang salah datangnya dari saya manusia dan kebenaran hanya milik-
Nya Allah SWT. Maka dari itu kami sangat mohon maaf apabila ada kekurangan dalam
makalah ini, kami juga menerima apabila ada kritik dan saran dari bapak. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin aamiin yaa Robbal `Alamiin.
ʺfastabiqul khoirot,wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuhʺ
penulis
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………………………...
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………..
2.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….
2.3 Tujuan …………………………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori ………………………………………………………………………………
2.2 Hasil Temuan Lapangan ………………………………………………………………….
2.2 Pembahasan…………………………………….…………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan …………………………………………………………………………………
3.2 Saran ……………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman ini sudah menjadi wajar dan lumrah adanya
inovasiinovasi terhadap teknologi yang dapat memudahkan setiap sendi kehidupan
manusia. Sejalan dengan itu pasti inovasi itu telahir daripada berkembangnya cabang-
cabang ilmu pengetahuan pula dewasa ini. Sedangkan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan juga tak terlepas daripada peran filsafat yang telah menjadi alat untuk
berfikir secara radikal agar dapat menemukan ide-ideinovatif dalam perkembangan
teknologi.
Selain daripada sisi teknologi ada banyak sekali sektor yang dapat dijangkau oleh
filsafat sebagai alat berfikir serta jembatan untuk dapat mengupayakan pembaruan atau
inovasi yang dapat lebih menyempurnakan dari yang sederhana menuju yang rumit
terkhusus pada pendidikan.Sedangkan pendidikan sendiri adalah suatu hal yang bisa
dibahas secara kompleks.Baik dari segi sosial-historis hingga segi politis, yang
merupakan pembahasan klasik namunselalu aktual hingga dewasa ini terlebih dari sisi
pendidikan Islam.Karena itu menjadi menarik jika melibatkan pembahasan pendidikan
islam, terlebih
dalam kacamata filsafat. Karena pendidikan sendiri tidak bisa lepas dari kerangka berfikir
yang mendalam sebagaimana khas daripada filsafat. Dan dalam makalah kali ini kami
ingin
mendesiminasikan tentang filsafat pendidikan islam yang dimana menilik pendidikan
pada
umumnya dan pendidikan Islam khususnya dari kacamata filsafat.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
Pengertian filsafat Pendidikan islam
Apabila mendengar kata filsafat, maka konotasinya mengarah kepada sesuatu yang bersifat
prinsip antar dasar, yaitu sesuatu yang mengandung nilai-nilai dasar tertentu. Begitupula bila
mendengar kata pendidikan, maka komotasinya tertuju kepada guru dan peserta didik. Bila
mendengar kata Islam, maka komotasinya tertuju kepada ajaran agama yang dibawa oleh
Rasulullah Muhammad s.a.w. yaitu agama Islam.Filsafat sebenarnya berasal dari kata atau
bahasa Yunani philosophia. Dari kata philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-
pengertian Filsafat, baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari
segi kandungannya. Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- syaibany dalam
bukunya Falsafatut Tarbiyah Al-Islamiyah yang diterjemahkan oleh Hasan Langgulung
dengan judulFalsafah Pendidikan Islam, bahwa: pengertian bebas pada kata “Falsafah” “pada
bahasa asalnya, Yunani Kuno, adalah “cinta akan hikmah.” Menurut Prof. Dr. Harun Nasution
sebagaimana dikutip oleh Zuhairimi at al bahwa filsafat berasal dari kata Yunani yang
tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmah (wisdom). Orang
Arab memindahkan kata Yunani yang tersusun dari dua kata philien dalam arti cinta dan
sophos dalam arti hikmah (wisdom) orang Arab memindahkan kata Yunani Philosophia ke
dalam Bahasa mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu
Folsofa dengan Pola Fa’lala, Fa’lalah dan Fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja
Falsofa seharusnya menjadi Falsafah atau Filsaf. Selanjutnya kata Filsafat yang banyak
terpakai dalam bahasa Indonesia, menurut Prof.Dr. Harun Nasution bukan berasal dari kata
Arab falsafah dan bukan pula dari kata Barat philosophy. Di sini dipertanyakan tentang
apakah Fil diambil dari kata Barat dan safah diambil dari kata Arab, sehingga terjadi
gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata filsafat? Dari pengertian secara etimologi
itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang hikmah
2. Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
3. Mencari kebenaran
4. Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.
Dengan demikian ia berpendapat bahwa intisari Filsafat ialah berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-
dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.Selain pengertian filsafat di atas,
penulis mengemukakan pengertian Filsafat menurut plato,Immanuel Kant, Al-Kindi dan Ibnu
Sina sebagaimana di kutip oleh Zuhairuni, at-al untuk menjadi bahan perbandingan, yaitu:
1. Plato, mengatakan bahwa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala
yang ada.
2. Immanuel Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala
pengetahuan dan pekerjaan.
3. Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian
filsafat di kalangan umat islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan:
a) Ilmu Fisika (al-ilmu al thobiiyyat) merupakan tingkatan terendah
b) Ilmu matematika (al ilmu al riyadi) tingkatan tengah.
c) Ilmu ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat(, tingkatan tertinggi.
4. Ibnu Sina, juga membagi Filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang
keduanya berhubungan dengan agama, dianut dasarnya terdapat dapat syari’at Tuhan,
yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.
Berdasarkan pengertian yang bermacam-macam itu, penulis berpendapat bahwa
mempelajari filsafat berarti mencari pengetahuan tentang hikmah, prinsip dan dasardasar
untuk mencapai kebenaran dengan melalui daya nalar atau cara berpikir dengan menjadikan
segala yang ada sebagai obyeknya. Namun perlu diketahui bahwa kebenaran yang mutlak
hanya datang dari Tuhan sebagai sumber segala ilmu pengetahuan. Hikmah dengan
pengertian seperti diatas bukan hanya dibutuhkan oleh folosof, tetapi juga di butuhkan oleh
semua manusia dengan melalui pendidikan termasuk pendidikan Islam. Guru yang
berkecimpung di bidang pendidikan Islam harus memiliki hikmah agar sanggup
menumbuhkan bakat-bakat peserta didiknya dan mengarahkannya kepada kebaikan dalam
suasana kasih sayang dan hubungan sosial.
Ruang lingkup filsafat Pendidikan islam
Ruang lingkup Filsafat Pendidikan islam dapat dilihat dari berbagai dimensi. Bukhari
melihatnya dari 2 (dua) dimensi, yaitu: dimensi lingkungan pendidikan, dan dimensi jenis
permasalahan pendidikan. Sedangkan Soedomo menambahkannya dengan dimensi waktu,
dan dimensi ruang atau geografis. Dilihat dari dimensi lingkungan pendidikan, maka wilayah
kajiannya meliputi: pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan dalam lingkungan
sekolah, dan pendidikan di luar sekolah. Dilihat dari dimensi jenis permasalahan pendidikan,
maka wilayah kajiannya meliputi: masalah landasan pendidikan, masalah struktur Lembaga
pendidikan, dan masalah operasional pendidikan.
Dilihat dari dimensi waktu terdapat 3 (tiga) masalah pendidikan, yaitu: masalah
kontemporer, masalah kesejarahan, dan masalah masa depan. Dilihat dari dimensi ruang
geografik terdapat 2( dua) masalah, yaitu: masalah pendidikan di Indonesia dan masalah
pendidikan di negara-negara atau Jika dilihat dari berbagai dimensi tersebut di atas, maka
Filsafat pendidikan dapat dikategorikan ke dalam masalah landasan pendidikan yang menjadi
salah satu landasan tegaknya aktifitas pendidikan yang berusaha memberikan kemampuan
memilih yang lebih baik, memberi arah dan mengontrol suatu sistem pendidikan.
7
8
g) Mendahulukan materi-materi yang penting dan sesuai dengan profesi yang
dimiliki.9
Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia
1. Pendidikan Islam di masa Orde Baru.
Pendidikan Islam pada masa Orde Baru menghadapi berbagai macam persoalan baik
dilihat dari dunia pendidikan sebagai suatu sistem pembudayaan manusia ataupub pendidikan
sebagai sebuah fenomena, dan ini merupakan acuan penting dalam analisis makalah ini.
Pendidikan Islam sebagai sebuah fenomena dianggap penting dibahas mengingat kemajuan
dunia pendidikan Islam itu sendiri sangat ditentukan sejauh mana proses pendidikan ini dapat
mengakomodir perkembangan dan ilmu pengetahuan dewasa ini. Persoalan utama Pendidikan
Islam yang sering dimunculkan oleh pakar adalah masalah dikotomi dalam sistem
pendidikan. Pada dasarnya, permasalahan ini tidak semestinya terjadi dalam sistem
pendidikan nasional mengingat dualisme tersebut merupakan produk pendidikan barat yang
dinasionalisasikan, tentunya dengan sedikit modifikasi. 4 Dikotomi dalam sistiem pendidikan
ini tidak hanya menjadi persoalan dalam dunia pendidikan di Indonesia namun hampie
seluruh negara yang mayoritas penduduknya muslim. Oleh karena itu, para pakar pendidikan
Islam dari berbagai penjuru dunia termotivasi mencari jalan keluar dari masalah ini9 seperti
mengadakan berbagai pertemua Internasional yang dapat melahirkan gagasan baru seperti
upaya islamisasi ilmu yang saat ini sedang digalakkan untuk memecahkan persoalan tersebut.
Diantaranya dilakukan dengan diadakan berbagai pertemuan Internasional yang melahirkan
berbagai gagasan baru, termasuk di dalamnya upaya islamisasi ilmu. Walaupun demikian, ide
besar ini belum sampai pada tingkat realisasi secara nyata. Menurut Muslih Usa faktor utama
yang menghambat kegiatan ini adalah persoalan dana disamping beberapa faktor lainnya.
Muslih Usa melanjutkan bahwa Pendidikan Islam hampir dapat dikatakan sebagai lembaga
Pendidikan “kelas dua” setidak-tidaknya asumsi ini dapat didasarkan pada beberapa
kenyataan, antara lain. Subsidi, ysmg memjadi bagian lembaga pendidikan Islam jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum lainnya. Tenga ahli, yang menjadi
bahagian tenaga inti perencang pembaharuan masih ditrasa sangat kurang. Sarana dan
prasarana, jauh dari memadai yang menyebabkan lembaga pendidikan Islam tidak
mempunyai kekuatan untuk melakukan lompatan-lompatan yang berarti bagi kemajuan
lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Bila dualisme ini berhasil ditumbangkan, maka dapat
dipastikan sistim pendidikan Islam akan m,engalami perubahan mulai dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Untuk tingkat pendidikan tinggi misalnya IAIN akan lembur secara
integratif dengan perguruan tinggi lain5 Peleburan ini berlangsung dengan dasar-dasar yang
filosofis. Sedangkan peleburan secara integratif hanya akan berlangsung dalam jangka waktu
panjang sebab akan sangat tergantung pada keberhasilan proses Islamisasi ilmu di kalangan
masyarakat Indonesia.
9
mesin kekuasaan Orde Baru. Akhir kekuasaan orde baru adalah krisis ekonomi yang sangat
parah. Masyarakat baru menyadari bahwa pemerintah sangat lemah dan tidak dapat berbuat
banyak dalam menghadapi situasi tersebut. Kegagalan pemerintah orde baru melahirkan
Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 Tahun 1999 yang mengatur tentang desentralisasi
dalam bidang pendidikan. Di mana masalah pendidikan diserahkan pada Pemerintah Daerah
bukan lagi pusat melaksanakannya. UU ini di satu sisi sangat menguntungkan dunia
pendidikan karena daerah dapat memasukkan nilai-nilai budayanya dalam sistem pendidikan.
Di balik itu semua, dunia pendidikan pada masa ini dililit oleh berbagai persoalan, seperti
yang termaktup di bawah ini :
a. Menurunnya Pendapatan sehingga memperlemah kemampuan Bersekolah. Kondisi
perekonomian nasional yang buruk memberi pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat.
Menurunnya pendapatan rumah tangga dan bahkan hilangnya pekerjaan dan penghasilan
adalah persoalan yang sangat krusial. Ditambah lagi dengan kenaikan harga tang sangat
tinggi yang mencapai 100-400%, termasuk diantaranya harga peralatan sekolah seperti buku
tulis, pensil, balpoin, kertas, harga foto copy dan perlengkapan sekolah lainnya seperti sepatu,
seragam, tas dan lain sebagainya. Tingginya kenaikan harga buku pelajaran, perlengkapan
sekolah, dan juga transportasi mengurangi kemampuan masyarakat kelas bawah untuk
menyekolahkan anaknya karena pendapatan mereka hanya cukup untuk bertahan hidup,
sedangkan pendidikan dianggap urusan sekunder. Akibatnya, pendidikan hanya sebuah inpian
belaka selanjutnya krisis ini menyebabkan timbulnya perubahan persepsi masyarakat
terhadap pendidikan yang turut mempengaruhi minat sekolah dan meningkatnya angka putus
sekolah. Bukankah membantu orang tua mencari nafkah lebih baik dari pada menghabiskan
uang walau untuk sekolah. 6 . b. Penurunan Partisipasi Masyarakat Akibat Kerusuhan
Persoalan lain yang dihadapi masyarakat Indonesia ialah situasi keamanan yang sangat tidak
jelas. Di beberapa daerah seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya terus berlangsung gejolak yang
berkepanjamgan yang menimbulkan bias yang besar bagi dunia pendidikan. Di wilayah-
wilayah yang dilanda konflik berkepanjangan, kegiatan pendidikan mengalami gangguan
sangat parah, seperti: banyak gedung-gedung sekolah dibakar, dibom, banyak siswa yang
menjadi korban, kehilangan anggota keluarga, dan terjadinya pemgungsian, sehingga sekolah
terpaksa diliburkan dengan jangka waktu yang sangat tidak menentu. Contoh kongkrit seperti
yang terjadi di Aceh, sampai akhir Tahun 2000 tidak kurang dari 156 gedung sekolah dibakar
dan dihancurkan oleh orang tak dikenal dengan tingkat kerugian mencapai 2.1 Milyar. Dalam
situasi seperti ini masyarakat lebih mementingkan untuk untuk menyelamatkan diri dapi pada
mengurus pendidikan anak-anaknya. c. Terlambatnya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
Guru Akibat dari persoalan yang dihadapi pemerintah pada masa keruntuhan ekonomi ini,
maka kemampuan pemerintah dalam memperhatikan pendidikan berkurang dibandingkan
perhatian pemerintah pada pemenuhan hajat pokok masyarakat. Terkesan pemerintah lebih
memprioritaskan ketersediaan pangan anak negeri dibandingkan urusan lain. Akibatnya,
kemampuan pemerintah dalam usaha oeningkatan kualitas dan kuantitas pembelajaran
menjadi berkurang sehingga dengan sendirinya kualitas pendidikanpun menurun. 3.
Pendidikan Islam di Era Teknologi Informasi Pendidikan Islam saat ini ditantang untuk
mampu memanfaatkan tehnologi canggih, jika tidak ingin semakin jauh tertinggal. Aplikasi
tehnologi di bidang pendidikan telah mempercepat penyebaran informasi dan ilmu
pengetahuan. Penemua kertas mwmbawa kemajuan dalam bidang kearsipan dan penyebaran
pengetahuan, tetapi dengan penemuan mesin tik dan percetakan membawa kemajuan lebih
besar, jsuh lebih besar lagi dengan tehnologi elektronika di bidang informasi dan komunikasi
telpon, radio, photo copy, faksimil, Computer, Internet dan lain-lain. Dalam bidang kearsipan.
Dari bebatuan dan pelepah kayu ke kertas dalam garis kemajuan tehnologi. Demikian juga di
bidang perlengkapan simulasi dan laboratorium. Kesemua ini menuntut kesiapan diri dari
dunia pendidikan Islam untuk turut mengambil manfaatntya. Sebagai contoh Ali Shahab yang
dikutip oleh Jabrohim & Saudi Berlian menyebutkan televisi merupakan sarana belajar yang
efektif, televisi merupakan sumber pengetahuan, informasi dan sekaligus rileksasi. 7 Apakah
dunia Pendidikan Islam siap dengan ini semua dan segala potensi perkembangannya dimasa
depan, khususnya di era penerapan pendidikan Islam di Indonesia? Apa yang telah dimiliki
oleh dunia pendidikan Islam sekarang ini, bukanlah suatu gambaran yang terlalu
mengembirakan. Sepertinya pendidikan Islam amat tertinggal dalam pengunaan ternologi
modern. Sedikit di antara mahasiswa Muslim ysng akrab dengan pengunaan
komputer/internet dan lebih sedikit lagi di antara mereka yang mengikuti perkembangan
pemanfaatannya dalam dunia pendidikan. Ini memang tidak sepelik persoalan epistemologi
atau pandangan kemanusiaan modern. Yang penting di sini adalah pengembangan sikap yang
tepat terhadap tehnologi dan berbagai kemudahan serta efek sampingnya. Terbuka terhadap
tehnologi baru tanpa menjadikannya sebagai “Tuhan” adalah sikap yang tapat. Tehnologi
penting, tetapi ia tidak boleh ditempatkan sebagai tujuan itu sendiri. Teknologi mesti
ditempatkan pada posisi dimana ia mempermudah pencapaian tujuan akhir pendidikan Islam
dengan menghindari kemungkinan efek negatif televivi dan internet terhadap generasi muda
adalah bukti bahwa masyarakat Islam cendrung menjadi obyek dari tehnologi, bukan menjadi
subjek yang mengambil apa yang ia butuhkan dari kemajuan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
M.Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksaea,1991
(Artikel)
Muslih Usa, Pendidikan Islam Antara Cita dan Fakta, Wacana Yogya; Yogyakarta, 1991
A.Syafi’i Ma’arif, Pemikiran Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, Wacana Yogya:
Yagyakarta,1991
Darmaningtyas, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, Pustaka Belajar; Yogyakarta, 1991
Jabrohim & Saudi Cerlin, Editor. Islam dan Kesenian, (Yogyakarta: Lembaga Litbang PP
Muhammadiyah dan Universitas Ahmad Dahlan, 2005
SN Maksun, Tasawuf, Wacana Spritual dan Keberagamaan Simbolik, Media Indonesia, 1997
Samsul Nizar, (Ed.), Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
sampai Indonesia, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2008
Hamka, Irfan. 2013. Ayah…Kisah Buya HAMKA. Jakarta: Republika Penerbit. Hamsyah WS, Amir. 1968.
Pembaruan Pendidikan dan Pengajaran. UP. Ken Mutia.Mohammad, Herry, Dkk. 2006.
------------------ . 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis.teoritis. Jakarta: Ciputat Pers.
Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Tumy. Falsafatut Tarbiyah Al-Islamiyah (Falsafah Pendidikan Islam).
Terj. Hasan Langgulung. Cet I, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
sekolah. Cet,III, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Cet. II, Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik
dan Masyarakat (PSAPM) bekerjasama dengan pustaka pelajar, 2004.
Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. I Jakarta: Kecana Premada Media,
2006.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Cet.I, Jakarta: UI Press, 2001.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Salam, Burhanuddin. Logika material; Filsafat Ilmu Pengetahuan. Cet. I Jakarta: Reneka Cipta, 1997.
Shihab, H.M. Quraish. Menyingkap Tabir Ilahi: al-Asmâ’ al-Husnâ dalam Perspektif Al-Qur’an. Lentera
Hati; Jakarta, 2006.
Ahmadi. Asmoro. 2009. Filsafat umum. Jakarta: PT. Raja Graindo Persada. Bernadib, Imam. 1976.
Pengantar filsafat ilmu (buku panduan mahasiswa). Salatiga: Widya Sari. Sadulloh, Uyoh. 2003.
Abuddin Nata, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama), 211
Irawan, EN 2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sampaiModern. Yogyakarta:
IRCISoD
Thaib, Ismail. 2019. Filsafat Pendidikan Islam . Mataram : Institut Insan Madani
Thoib Ismail. 2008. Aktualisasi Manusia Versi al qur'an antara idealitas dan rkesetaraanpendidikan
islam. Mataram : Ulumuna
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 33.
Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 8.
Nur Uhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 9.
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim; Pengantar Filosofis Pendidikan islam dan
Dakwah, (Yogyakarta: Sipres, 1993), 69.
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 12.
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 15.
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 16.
Hasan Basri, 18 .