Anda di halaman 1dari 68

EKSISTENSI PENANGGALAN HIJRIAH PADA UPACARA

TRADISIONAL SUKU KAJANG

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum

Jurusan Ilmu Falak Pada Fakultas Syariah Dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

MILDA

10900117002

JURUSAN ILMU FALAK

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

SAMPUL

DAFTAR ISI......................................................................................................... i

BAB I.................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1


B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus...................................................... 5
C. Rumusan Masalah..................................................................................... 6
D. Kajian Pustaka........................................................................................... 6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................... 10

BAB II...................................................................................................................

TINJAUAN TEORITIS........................................................................................ 12

A. Kalender Hijriah........................................................................................ 12
B. Dasar Hukum Kalender Hijriah................................................................. 17
C. Kalender Islam di Indonesia...................................................................... 19
BAB III.................................................................................................................

METODOLOGI PENELITIAN............................................................................ 27

A. Jenis dan Lokasi Penelitian........................................................................ 27


B. Pendekatan Penelitian................................................................................ 28
C. Sumber Data.............................................................................................. 28
D. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 28
E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 30
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 30
BAB IV.................................................................................................................

Hasil Penelitian..................................................................................................... 33

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 33


BAB V...................................................................................................................

i
KESIMPULAN..................................................................................................... 53

A. Kesimpulan Penelitian............................................................................ 53
B. Implikasi Penelitian................................................................................. 54
Daftar Pustaka....................................................................................................... 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba........................................ 33

Gambar 1.2 Profil Suku Kajang............................................................................ 34

Gambar 1.3 Situasi ritual andingingi.................................................................... 45

Gambar 1.4 Suasana pondok atau barung-barung................................................ 45

Gambar 1.5 Suasana mengambil barakka yang ada di barung-barung................. 45

Gambar 1.6 Suasana anganre-nganre.................................................................... 46

Gambar 1.7 Suasana ritual selesai......................................................................... 47

Gambar 1.8 Perjalanan pulang.............................................................................. 48

ii
ABSTRAK

Nama : MILDA

Nim : 1090117002

Judul : EKSISTENSI PENANGGALAN HIJRIAH PADA

UPACARA TRADISIONAL SUKU KAJANG

Skripsi ini dibuat dengan mempunyai pembahasan tentang salah satu


tradisi Suku Kajang yang dianggap menarik oleh peneliti untuk dikaji dan dibahas
secara menyeluruh untuk mengetahui keunikan tradisi tersebut yang sering
dilakukan oleh Suku Kajang, yang dimana lokasi penelitian ini berada pada
Dusun Benteng, Desa Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.
Penelitian ini ditinjau langsung dan disaksikan langsung upaya untuk mengkaji
dan mengetaui apa-apa saja yang terlibat dan penggunaannya.
Jenis penelitian ini dilakukan dengan meninjau langsung lokasi penelitian
terkait tradisi tersebut, guna untuk mengumpulkan data yang benar-benar real.
Yang dimana penelitian ini digolongkan sebagai jenis penelitian Field Reserch
Deskriptif Kualitatif atau penelitian lapangan yang disebut juga dengan penelitian
Kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan sebuah keunikan dalam
penelitian ini, penelitian ini pun menggunakan pendekatan penelitian secara Syar’i
dan sosiologis, dengan metode pengumpulan data secara primer dan sekunder.
Dalam penelitian ini engumpulan data secara primer juga berperan banyak karena
dilakukan wawancara langsung kepada Ammatoa itu sendiri atau ketua Adat Suku
Kajang sebagai informan, sedangkan dengan perolehan data secara sekunder juja
berperang banyak karena penelitian ini juga banyak mengacu pada referensi buku,
jurnal, serta skripsi yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan adanya informan
yang jelas maka penelitian ini memiliki 4 tahapan dalam melakukannya yaitu ;
peringkasan data, penyajian data,penyimpulan verivikasi dan serta hasil akhir dari
data penelitian.
Hasil dari penelitian ini ialah Suku Kajang memiliki banyak Tradisi
utamanya pada Tradisi Andingingi, yang dimana tradisi Suku Kajang memiliki
banyak keunikan, dan dari keuinikannya juga memiliki banyak fakta-fakta
menarik dibalik Tradisinya. Terutama pada kepercayaannya yang dianggap
dualisme atau dua kepercayaan yang dimana disatu sisi Agama Suku Kajang juga
menganut agama Islam, dan disisi lain Suku Kajang juga dianggap mempercayai
yang namanya Patuntung, dan Suku Kajang berpedoman juga kepada Pasang Ri
Kajang. Dan masih banyak lagi Tradisi Suku Kajang yang memilki keunikan.
Implikasi dari penelitian ini ialah difokuskan kepada bidang pariwisata
agar mengembangkan dan memperkenalkan lebih luas lagi adat tradisi dan kultur
masyarakat Ammatoa Kajang, bukan hanya secara mendasar tapi secara
mendalam agar masyarakat luar hingga dari manca negara dapat mengetahui
sehingga tertarik untuk melihat dan mengetahui langsung bagaimana adat suku
kajang, sehingga penelitian ini bisa menjadi sumber rujukan atau pengetahuan
bagi calon peneliti atau masyarakat yang belum mengenal lebih Suku Kajang. Dan
dari beberapa tujuan dar penelitian ini agar memberikan wawasan bagi para
akademisi dan praktisi sehingga memberikan pengetahuan baru bagi Masyarakat
luas.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecamatan Kajang yang terletak diwilayah bagian timur kabupaten

Bulukumba memiliki sebuah pemukiman tradisional khas Suku Konjo

.Pemukiman yang masih jauh dari hingar bingar teknologi dan masih

memegang teguh adatdan tradisi para leluhurnya. Kawasan adat Amma Toa

merupakan sebuah pemukiman yang terletak di Desa Tanah Toa Kecamatan


Kajang Kabupaten Bulukumba. Masyarakat yang menetap didalam kawasan

dalam (Ilalang Embayya) merupakan salah satu contoh kecil kawasan

masyarakat yang masih memegang teguh adat dan kebiasaan para leluhurnya.

Pemahaman mengenai kepercayaan dan hal lainnya jauh berbeda dengan

masyarakat yang berada diluar kawasan ada tersebut, masyarakat yang tinggal

di Kawasan tersebut cenderung tidak mengikuti ketetapan dan syariat yang telah

ditentukan. Salah satu perbedanya adalah mengenai metode pelaksanaan salat

yang jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya.1

Diskursus perumusan penentuan awal bulan merupakan hal yang menjadi

problematika.2Gagasan mengenai pembuatan kalender menjadi sangat penting,

jika diperhatikan disetiap kemajuan setiap manusia dituntut untuk menciptakan

sebuah sistem kalender untuk dapat mengatur tatanan waktu dalam kehidupan

sosial maupun keagamaan. Perihal tidak adanya suatu sistem penanggalan atau

kalender yang memiliki integritas, pasti akan terjadi pada proses penentuan waktu

dikalangan masyarakat.3
1
Syamsul Rijal, Jurnal “Ilalang Embayya Biarlah berbeda; Mengakui Hak-hak Kultural
Komunitas Lokal Tanah Toa Kajang Dalam Bingkai Multikulturalisme”, H. 10-11.
2
Muh. Rasywan Syarif, ELFALAKY: Gender dan Legitimasi Penentuan Awal Bulan
Kmariah, Vol. 4, No. 1. Tahun 2020 M/1441 H, (Ilmu FALAK Fakultas Syariah dan Hukum), H.
107.
3
Siti Tatmainul Qulub, Jurnal “Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan
Mohammad Ilyas”, H. 1.
Penetapan awal bulan berdasar pada keberhasilan rukyatul hilal sedangkan

sebagian lainnya menggunakan metode hisab4Munculnya beberapa perbedaan

besar yang menyebabkan ada berbagai cara dalam penetapan awal bulan yang

berimbas pada belum adanya keberagaman dikalangan umat islam di Indonesia

dalam penyusunan Kelender Hijriah. Hingga sekarang tidak begitu jarang

ditemukan perbedaan penentuan tanggal Hijriah. Bahkan yang lebih sering kita

temui perbedaan tersebut berkaitan dengan pelaksanaan-pelaksanaan ibadah,

padahal hal tersebut adalah hal yang urgent bagi umat islam untuk melaksanakan

ibadah atau dakwah secara massal. Tetapi ada juga beberapa bulan yang

diharamkan atau bulan haram yaitu bulan Zulkaiddah, Zulhijjah, Muharram, dan

Rajab, dari bulan yang diharamkan itulah memilki suatu peristiwa yang jadi

penanda bahwa bulan tersebut diharamkan dalam artian dihormati dan tidak boleh

melakukan perang dalam bulan tersebut pada zaman Nabi Muhammad.5

Kalender telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat, selain untuk menentukan tanggal dan mengatur waktu , kalender

juga disepakati sebagai peringatan dalam hari-hari bersejarah. 6Salah satu bentuk

ikhtiar dalam menentukan solusi atas perbedaan tersebut adalah dengan

menawarkan sebuah kelender Hijriah yang dapat dipakai oleh seluruh umat

muslim di Indonesia dalam menentukan awal bulan Hijriah. Begitupun yang

dilakukan penulis dalam meneliti penentuan Awal bulan tersebut di salah satu

Desa yang ada di Sulawesi Selatan

4
Rahma Amir, ELFALAKY: jurnal ilmu Falak “Metodologi perumusan Awal Bulan
Kamariah di Indonesia”, Vol. 1, No. 1. Tahun 2017 M/1439 H, (Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar), H. 95.
5
Sukmawati, Rasywan Syarif, dan Shippah Chotban, Analisis terhadap hari baik dan
buruk dalam system peanggalan kalender suku bugis perspektif ilmu Falak, (Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar), H. 3
6
Mahyuddin Latuconsina, dan Indah Amalia, efektifitas Hisab Hakiki Tadqiqi Sebagai
Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah Terhadap Imkanurrukyat, Hisabuna, Vol. 2, No. 3
November 2021, (fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Ilmu Falak, UIN Alauddin Makassar), H.
99.

2
Suku Kajang sendiri pada umumnya ia juga menggunakan kalender hijriah

itu sendiri dalam penggunaan kesehariannya yang artinya suku Kajang itu sendiri

mengacuh pada Kalender Hijriah dalam penentuan hari-hari yang baik dalam

ritual adatnya sendiri. Adat yang berpedoman pada penaggalan adalah yaitu tradisi

Andingingi, dimana tradisi ini waktunya sudah di tetukan sebelumnya dan

dilakukan perhitungan oleh Amma sendiri yang menjadi penentu dalam

melakukan kegiatan tertentu. Penanggalan suku Kajang pada tradisinya memiliki

pengaruh dalam penentuannya dalam melakukan adat tradisional suku Kajang,

Misalnya ritual Andingingi yang dilakukan suku Kajang setiap tahunnya. Dalam

penentuannya sendiri dilakukan dengan para petinggi adat terutama Amma, hal itu

dilakukan agar tidak ada kekeliruan dalam melakukan tradisi dan tidak melanggar

aturan adat.7

Kalender merupakan sistem tentang terapan waktu8 Kalender Islam itu

sendiri memiliki fungsi utama untuk penetapan awal bulan, terkhususnya pada

bulan yang masuk dalam suatu ibadah khusus Allah Swt. telah menciptakan alam

raya yang begitu luas dan mengisinya dengan planet-planet, gugusan bintang,

udara, air, hewan dan makhluk lainnya. Penciptaan alam raya tersebut bukanlah

sesuatu yang sia-sia. Ada rahasia dan hikmah tersendiri dari penciptaan tersebut.

Manusia ciptaan Allah Swt. yang paling sempurna mengemban sebuah tugas

mulia yaitu meng-Esakan-Nya dengan beribadah. Sebelum penetapan kalender

Hijriah, orang arab pada waktu kerasulan Rasulullah saw. Telah menggunakan

bulan-bulan dalam kalender Hijriah akantetapi penamaannya sesuai kejadian

pada waktu tersebut seperti contohnya pada waktu kelahiran Rasulullah saw.

7
Puto Toa, Tokoh Masyarakat Adat Ammatoa, Wawancara, Bulukumba 14 November 2022.
8
Nurul Wakia, Nuraisyah, dan Nurhazma. S, Analisis penanggalan sistem dua Puluh
Hari Dalam Satu Pekan Pada Penentuan Hari Baik Dan Buruk Di Kabupaten PinrangPersfektif
Ilmu Falak, “Hisabuna, Vol. 3, No. 2 Juni 2022” (Fakultas Syariah dan Hukum Ilmu Falak , UIN
Alauddin Makassar), H. 83.

3
Yang diberi nama Tahun Gajah.9

Zaman sekarang ini setiap manusia dituntut untuk menciptakan sebuah

kalender yang menjadikan gagasan mengenai pembuatan kalender menjadi sangat

penting yang dimaksudkan untuk dapat mengatur tatanan waktu dalam kehidupan

sosial maupun keagamaan. Dalam penentuan awal bulan pada tahun hijriah

butuh suatu gagasan sistem untuk mengatur tatanan penentuannya. Karena suatu

perhitungan penting dalam sistem kalender hijriah yang digunakan dalam

penentuan awal bulan dan bulan-bulan yang digunakan dalam melakukan ibadah

terkhusus.

Sistem penanggalan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam

bermasyarakat yang biasanya digunakan untuk mencatat atau dijadikan suatu

hitungan penentuan waktu dalam melakukan suatu kegiatan, dan biasanya

dijadikan pengenangan waktu-waktu penting seperti kejadian alam dilingkungan

sekitar dalam sistem satuan ukuran waktu jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan

sebagainya.

Sistem penanggalan islam terdiri dari dua yaitu pertama sistem yang

berdasarkan pada predaran bumi mengelilingi matahari, yang biasa di sebut

sebagai sistem syamsiah atau solar system ( tahun surya) yang dimana terdapat

tahun panjang yaitu 366 hari dalam setahun dan tahun pendek yang berjumlah 365

hari. Kedua sistem yang berdasarkan pada bulan yang beredar mengelilingi bumi

yang disebut dengan sistem qomariah atau lunar system ( tahun candra ) dan juga

terdapat tahun panjang yang berjumlah 355 hari dan tahun pendek berjumlah 354

hari. Tahun syamsiah maupun qomariah sama-sama memiliki 12 bulan. Untuk

tahun syamsiah memiliki hari dalam tiap bulannya yaitu 30 dan 31 hari,

sedangkan tahun qomariah memiliki 29 dan 30, tidak pernah kurang ataupun

9
Fatmawati, Ilmu Falak, Repository UIN (Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar), H. 110.

4
lebih. 10

Sistem penanggalan biasanya dijadikan sebagai suatu tanda atau aturan

dalam suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang berpegangan pada

adat yang menjadikan penanggalan sebagai acuan untuk melakukan suatu adat

ritual dalam adat istiadat suatu kawasan adat.

Karena pada dasarya penaggalan memiliki 3 model penanggalan seiring

berkembangnya dalam sejarah yaitu pertama penanggalan matahari kedua

penanggalan Bulan ketiga penanggalan matahari-bulan.11

Penanggalan Hijriah itu sendiri tidak hanya memiliki perhatian khusus dari

negara sendiri yaitu Indonesia tetapi juga memiliki perhatian khusus pada

univikasi kalender Hijriah yang untuk digunakan dalam penanggalan negara yang

dominan menganut agama Islam atau Umat Muslim.

Ini yang membuat kajian tentang kalender hijriah itu makin pesat baik

secara secara tingkat regional ASEAN maupun secara internasional yang

membentuk suatu pertemuan kerja sama Hisab antara Malaysia, Indonesia, Brunei

Darussalam, dan Singapura yang dikenal dengan MABIMS.

Dalam perkembangannya sendiri pada dasarnya perhitungannya

didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi menurut arah dari Barat ke

Timur yang lamanya rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik, yakni masa yang

berlalu di antara dua ijtimak yang berurutan (satu bulan sinodis), berdasarkan

perhitungan ini 1 satun sama dengan 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik atau sama

dengan 354 11/30 hari.12

Penentuan satu penanggalan tentunya erat dengan suatu kejadian-kejadian

10
Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A. Hakim, Hisab Rukyat dan perbedaannya, (Jakarta:
September, 2004), H. 20-21.
11
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, praktik, dan fikih,
(Medan: 5, Maret, 2017)
12
Ibnor Azil Ibrahim, dan Mohd Hafiz Safiai, Ilmu Falak Menyongsong Zaman Menjana
Tamadun (AKADEMI MALAYSIA: 2016)

5
pada bulan sehingga dari waktu ke waktu penamaan bulan berubah seiring satu

kejadian dalam bulan tersebut apalagi pada tanggal-tanggal tertentu yang biasanya

dijadikan suatu hari peringatan dimasa sekarang. Dari zaman sebelum modernisasi

datang perubahan kalender itu makin pesat misalnya seperti kalender hijriah yang

jauh sebelumnya memiliki nama-nama tertentu dalam penamaan bulan dalam

setiap peristiwa yang terjadi.

Pembuatannya dibutuhkan suatu tingkat akurasi dalam penerapan sistem

kalender yang dibuat dalam penentuan awal bulan hijriah yang tidak lain sama

seperti dengan pebuatan kalender masehi yang memiliki tingkat akurasi yang

dimiliki dalam data konfersi dalam penetapan kalender.

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

meneliti mengenai hal penanggalan atau kalender dalam kawasan Adat Suku

Kajang Amma Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Dalam hal ini

penulis mengambil suatu topik yang berjudul“ EKSISTENSI PENANGGALAN

HIJRIAH PADA UPACARA TRADISIONAL SUKU KAJANG”

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus dalam Penelitian ini meliputi

a. Kalender Hijriah

b. Suku Kajang

2. Deskripsi Fokus

6
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan suatu penjelasan tentang

penelitian-penelitian ini untuk menghindari terjadinya suatu kekeliruan-kekeliruan

dalam penafsiran penelitian ini, yaitu :

a. Eksistensi Penanggalan Hijriah

Analisis ini yaitu penetapan penentuan kalender hijriah dilakukan untuk

menguraikan secara rinci dalam sistem penanggalan yang digunakan dalam suku

Kajang untuk upacara tradisi.

b. Upacara tradisional suku Kajang

Metode dalam penentuan waktu adat tradisi suku Kajang ini merupakan metode

yang ditentukan dalam penentuan waktu untuk melakukan tradisi tertentu suku

Kajang dalam perhitungan kalender baik dengan metode yang sederhana.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan pokok permasalahan yang

akan diteliti yaitu “ Eksistensi penanggalan Hijriah pada upacara tradisional

suku Kajang ” dari judul tersebut maka diambil suatu sub pokok masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penetapan penanggalan suku Kajang dalam perhitungan

kalender hijriah.

2. Bagaimana penentuan penetapan waktu upacara tradisional suku Kajang.

3. Bagaimana penentuan bulan sebagai suatu simbol dari kejadian di suku

Kajang.

D. Kajian Pustaka

Judul yang akan peneliti tulis ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh

orang lain. Karya ilmiah ini merupakan penelitian pertama yang diteliti berkaitan

dengan Kalender yang ada di suku Kajang Amma Toa yang berada di Desa Amma

Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang dilakukan oleh peneliti

7
sebagai Mahasiswa Program Studi Ilmu Falak Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

Subjek dalam penelitian ini adalah kalender suku kajang amma toa di

Kabupaten Bulukumba yang belum pernah ditelaah secara menyeluruh atau

diteliti dengan betul apakah suku tersebut menggunakan kalender hijriah sekarang

ini atau memiliki sistem penanggalan yang lain.

Beberapa kajian pemahaman yang berkaitan tentang penanggalan/Kalender

Hijriah sudah banyak ditemukan, dipaparkan, dan dijelaskan oleh para pakar yang

terdahulu berawal dari sejarah hingga masa sekarang. Namun untuk pembahasan

tentang kalender suku kajang belum pernah ada dan diterangkan secara rinci.

Adapun beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

Jural yang ditulis oleh Eva Rahmayani, Muh Najib, dan Kahar yang

berjudul Pola perilaku komunikasi masyarakat di Kawasan adat Ammatoa

Kajang, jurnal ini membahas tentang inetraksi masyarakat suku Kajang dalam

komunikasi antara masyarakat, tuhan, dan alam. Hal itu dilakukan dalam lingkar

adat dan melakukan suatu komunikasi baik secara verbal dan nonverbal.13

Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Ichwan, Ulfa Reskiani, Ayu Lestari

Indah, Andi Nurul Ainun Fitri Makmur, dan Eka Merdekawati Djafar yang

berjudul Pasang Ri Kajang: Tradisi Lisan Masyarakat Adat Ammatoa suku

Kajang dalam Pembentukan Karakter Konservasi, jurnal ini membahas tentang

suatu tradisi Suku Kajang dan tradisi kearifan lokal yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari dalam melestarikan dan menjaga hutan dalam Kawasan

Suku Kajang dengan menggunakan Pasang atau Pesan dan mengajarkannya

kepada Anak-anak sedari dini mulai dari berbicara, sehingga interaksi antar

sesama manusia dalam berkomunikasi dapat saling menghargai.14


13
Eva Rahmayani, Muh Najib, dan Kahar, Jurnal “pola prilaku komunikasi masyarakat
di Kawasan Adat Ammatoa Kajang”.
14
Muhammad Ichwan, Ulfa Reskiani, Ayu Lestari Indah, Andi Nurul Ainun Fitri

8
Jurnal yang ditulis oleh Pawennari Hijjang yang berjudul Pasang dan

Kepemimpinan Ammatoa, jurnal ini membahas tentang sistem kepemimpinan

Tradisional masyarakat suku kajang, dalam pengelolaan sumber daya hutan dan

pelestaria adat yang turung temurung dijaga sebagai identitas utama dan

menjalankan Pasang Ri Kajang yang menjadi informasi dari leluhur dari masa

ke masa. 15

Buku karangan A. Kadir Yang berjudul Formula Baru Ilmu Falak paduan

lengkap dan praktis, dalam buku ini penulis mencoba melahirkan satu formula

baru yang menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai sumber rujukannya. Buku ini

menyajikan praktikum ilmu falak secara komprehensif dengan data yang valid.

Dalam kajiannya membahas mulai dari masalah ilmu falak, kegunaan dan

tujuan ilmu falak dalam pelaksasaan ibadah yang meliputi cepat tepat hisab arah

kiblat, cara sederhana menghitung awal waktu shalat, cara praktis dalam

menentukan awal bulan (tahun hijriah), dan cara mudah dalam mendeteksi

gerhana.16 Buku karangan Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A. Hakim yang

berjudul Hisab Rukyat dan Perbedaanya, dalam buku ini penulis mempunyai

tujuan untuk memperoleh informasi dan pemahaman yang mendalam tentang

suatu permasalahan seperti penentuan awal bulan dan tanggal pelaksanaan ibadah

puasa dan hari-hari besar dalam islam.

Buku ini juga memiliki tujuan untuk memperoleh kesepakatan dan

masukan untuk pemecahan penyatuan penetapan tanggal pelaksanaan ibadah dan

hari-hari besar dalam islam dan cara efektif untuk mensosialisasikan perbedaan

yang ada dalam masyarakat mengenai penetapan tanggal pelaksanaan ibadah

puasa dan hari-hari besar dalam islam.17


Makmur, dan Eka Merdekawati Djafar, Jurnal “Pasang Ri Kajang: Tradisi Lisan Masyarakat Adat
Ammatoa suku Kajang dalam Pembentukan Karakter Konservasi”.
15
Pawennari Hijjang, Jurnal “Pasang dan Kepemimpinan Ammatoa”.
16
A. Kadir, “Formula Baru Ilmu Falak paduan lengkap dan praktis”
17
Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A, “Hisab Rukyat dan Perbedaanya”

9
Jurnal yang di tulis oleh Tasnim Rahman Fitra yang berjudul Fikih

Kalender Hijriah Unikatif, jurnal ini membahas tentang hal yang mendasar yaitu

mengenai hisab yang digunakan dalam penetapan kalender yang tidak begitu saja

mengabaikan rukyat, tapi rukyat juga digunakan dalam menverifkasi penetapan

kalender utamanya dalam penetapan bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah.

Dalam membahas secara umum tentang kalender hijriah yang mulai dari

Defenisi Dan Historisasi Kalender Hijriah, Pradigma Kalender Hijriah Unikatif,

dan Fikih Kalender Hijriah Unikatif yang secara umum membahas penanggalan

Kalender Hijriah Unikatif yang bertujuan untuk meminimalisir permasalahan

yang harus terlebih dahulu dimulai dari konteks lokal. 18

Buku karangan Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar yang berjudul Pengantar

Ilmu Falak Teori, Praktik dan Fikih, buku ini mempelajari tentang Imu Falak

yang membahas tentang benda-benda langit dan ilmu bermanfaat bagi kehidupan

manusia dalam bermasyarakat terkhusus pada benda-benda langit seperti bulan,

bumi, dan matahari.dalam buku ini membahas ilmu falak yang Sampai sekarang

ilmu falak masih terus di kaji dan dipelajari karena ilmu falak itu penting dan

menarik, arti penting ilmu falak bagi umat islam ialah karena berkaitan dengan

persoalan ibadah yang mencakup tentang penentuan waktu shalat, arah kiblat,

awal bulan, dan gerhana.19

Jurnal yang ditulis oler Muh. Rasywan Syarif dengan judul Diskursus

Perkembangan Formulasi Kalender Hijriah, jurnal ini membahas tentang

eksistensi kalender Hijriah yang diusulkan dan dijelaskan oleh beberapa penulis

buku yang berkaitan dengan kalender Hijriah, yang dimana ada yang

menyebutkan bahwa kalender Hijriah adalah Kalender yang paling sederhana dan

18
Tasnim Rahman Fitra, Jurnal “Fikih Kalender Hijriah Unikatif”
19
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, “Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik dan Fikih” ,
(Medan: 5, Maret, 2017)

10
paling mudah dibaca memalui fenomena alam.20

Jurnal yang ditulis oleh Vivit Fitriyanti dengan judul Penerapan Ilmu

Astronomi Dalam Upaya Unifikasi Kalender Hijriyah di Indonesia, jurnal ini

membahas tentang kaidah astronomi dalam penentuan bulan hijriah yang

berkaitan erat dengan peredaran benda langit yaitu Matahari, Bumi, dan Bulan.

Jurnal ini membahas astronomi berbasis syari’ah, sehingga kriteria penentuan

hilal dapat digunakan sebagai acuan kesatuan umat Islam, dan penyusunan

kalender hijriah berdasarkan kriteria penentuan hilal yang telah teruji dapat

diberlakukan diseluruh wilayah yang telah ditentukan menjadi acuan dan menjadi

dasar unifikasi yang telah disepakati sehingga tercipta kalender hijriah yang

bersatu dan mapan. 21

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan masalah yang dimiliki seperti diatas maka penelitian

ini mempunyai tujuan dan kegunaan sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui sistem penentuan yang digunakan oleh Suku

Kajang dalam melakukan tradisi.

b. Untuk mengetahui bagaimana penentuan penanggalan tradisi suku

kajang dalam kalender Hijriah.

c. Untuk mengetahui cara yang dilakukan dalam menetapkan waktu

ritual yang di lakukan.

2. Kegunaan

Terdapat dua kegunaan yaitu:


20
Muh. Rasywan Syarif, “ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak” Diskursus Perkembangan
Formulasi Kalender Hijriah, (Vol. 2. Nomor 1. Tahun 2018 M/ 1439 H).
21
Vivit Fitriyanti, “Penerapan Ilmu Astronomi Dalam Upaya Unifikasi Kalender
Hijriyah di Indonesia”

11
a. Kegunaan ilmiah

1) Memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang

penanggalan hijriah yang digunakan dalam tradisi suku

Kajang.

2) Mendapatkan suatu gambaran bagaimana penerapan yang

dipakai dalam kalender Hijriah.

3) Dapat mengetahui sistem yang dipakai dari waktu ke

waktu.

b. Kegunaan Praktis

1) Dapat menjadi referensi atau acuan bagi masyarakat

sekitar dari sistem perbandingan penanggalan yang

dilakukan.

2) Menjadi suatu pelajaran atau pemahaman baru untuk

masyarakat.

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Kalender Hijriah

12
1. Penggunaan Bulan Sebagai Patokan Penanggalan

Bulan dan matahari adalah makhluk Allah Swt. yang dijadikan patokan

untuk penentuan penanggalan oleh manusia. Hal ini terbukti dari realitas yang

ada dalam kehidupan manusia. Dapat dibuktikan dalam sejarah bahwa Bangsa

Babilonia, Mesir kuno, Yunani kuno, India kuno, dan bangsa-bangsa lainnya

masing-masing memiliki kisahnya sendiri dengan matahari, bulan, dan bintang-

bintang lainnya. Kalender Islam dalam kehidupan umat manusia kebutuhan akan

kalender amat sangat diperlukan baik sebagai sistem penjejak, pembagi, dan

pengatur waktu. Kebutuhan umat Islam akan kalender yang universal merupakan

sesuatu yang urgent, hal tersebut dikarenakan banyaknya kegiatan-kegiatan

ibadah yang menjadi kewajiban Umat Islam utamanya seperti perayaan hari-hari

besar misalnya Ramadhan, Idul Adha dan sebagainya.22 Dalam bentuk sebuah

kalender Islam diperlukan suatu penetapan awal bulan hijriah , karena dalam

pembuatan kalender dibutuhkan penetapan tanggal satu dalam tiap-tiap bulannya,

yaitu dengan melakukan Hisab dan Rukyat, hal ini untuk menciptakan suatau

ketetapan waktu dan kesamaan waktu, sehingga dapat dijadikan kepastian rujukan

dalam penanggalan.23 Dalam kalender islam ada pengorganisasian waktu untuk

priode tertentu, Dalam penentuan, hari merupakan unit terkecil kalender,

sedangkan pengukuran dari hari ialah menggunakan perhitungan waktu (jam,

menit, detik). Dalam sistem kalender ada beberapa sistem yang mengacuh pada

siklus astronomi yang memiliki aturan yang tepat, tetapi ada beberapa yang

mengacuh pada aturan abstrak dantidak memiliki arti secara astronomi dan

merupakan siklus yang berulang. Dalam kalender ada yang memiliki suatu

identitas yang berdasar hukum yang tertulis dan ada pula yang disampaikan

dengan pesan moral. Dalam islam pengaturan kalender sudah jelas dalam
11
Siti Tatmainul Qulub, “Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan
22

Muhammad Ilyas” UIN Sunan Ampel Surabaya”, H. 21.


23
Muh Rasywan Syarif, ILMU FALAK: Integrasi dan Sains, (Cetakan I: 2020), h. 132.

13
perhitungan dan pengorganisasian waktu untuk umat islam.24 Sebagaimana dalam

al-Qur’an Surah at-Taubah ayat 36-37 tentang perhitungan kalender.

‫ق‬ َ Kَ‫و َم َخل‬K ِ ‫ا‬KKَ‫ ْهرًا فِي ِكت‬K‫ َر َش‬K‫ُور ِع ْن َد هَّللا ِ ْاثنَا َع َش‬
ْ Kَ‫ب هَّللا ِ ي‬ ِ ‫ِإ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه‬
K‫وا‬KK‫ظلِ ُم‬ ْ َ‫ين ْالقَيِّ ُم فَال ت‬ َ Kِ‫ض ِم ْنهَا َأرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم َذل‬
Kُ ‫ ِّد‬K‫ك ال‬K َ ْ‫ت َواألر‬ Kِ ‫اوا‬َ ‫ال َّس َم‬
K‫وا‬KK‫اتِلُونَ ُك ْم َكافَّةً َوا ْعلَ ُم‬KKَ‫ا يُق‬KK‫ين َكافَّةً َك َم‬ َ ‫فِي ِه َّن َأ ْنفُ َس ُك ْم َوقَاتِلُوا ْال ُم ْش ِر ِك‬
‫ ِه‬Kِ‫لُّ ب‬K‫ُض‬ َ ‫ر ي‬K ِ K‫ا َدةٌ فِي ْال ُك ْف‬KKَ‫ي ُء ِزي‬K‫ا النَّ ِس‬KK‫) ِإنَّ َم‬٣٦( ‫ين‬ َ ِ‫َأ َّن هَّللا َ َم َع ْال ُمتَّق‬
‫ َّر َم‬K‫ا َح‬K‫ َّدةَ َم‬K‫ ِع‬K‫اطُئوا‬ ِ ‫ين َكفَرُوا ي ُِحلُّونَهُ َعا ًما َوي َُحرِّ ُمونَهُ َعا ًما لِي َُو‬ Kَ ‫الَّ ِذ‬
‫و َم‬Kْ Kَ‫ ِدي ْالق‬K‫الِ ِه ْم َوهَّللا ُ ال يَ ْه‬KK‫هَّللا ُ فَي ُِحلُّوا َما َح َّر َم هَّللا ُ ُزي َِّن لَهُ ْم سُو ُء َأ ْع َم‬
٣٧( ‫ين‬ َ ‫ْال َكافِ ِر‬
Terjemahannya :
“sesungguhnya mengundur-undurkan bulan muharram itu adalah
menambah kekafiran, disesatkan oleh orang-orang yang kafir dengan
mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun
dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat
mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka
mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (setan) menjadikan
mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”25
Ayat diatas dijelaskan bahwa terdapat dua belas bulan dalam satu tahun

dan telah ditetapkan ada empat bulan haram yaitu bulan Muharram, Rajab,

Zulkaedah, dan Zukhijjah, dimana bulan tersebut diharamkan untuk mengadakan

perang akan tetapi ada kaum yang musyrikin yang melanggarnya yang merupakan

orang kafir. Namun secara eksplisit nsms-nsms bulan itu tidak disebutkan secara

keseluruhan melainkan hanya menyebutkan bulan Ramadhan saja.26

Kalender hijriah adalah kalender yang berdasar kepada Bulan (qamary)

yang dikaitkan dengan ibadah yang digunakan umat islam. Dalam kalender hijriah

Syamsul Anwar,Makalah “Kalender Hijriah Global, Penyatuan Jatuhnya Hari Arafah”,


24

Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Pemerintahan Kementrian Agama RI, Edisi 2019) H. 192
25

26
Alimuddin, HISAB HAKIKI: Metode Ilmiah Penentuan Awal Bulan Kamariah, Volume.
19, No. 2, Makassar, November 2019, (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar), H.
227.

14
sebuah hari dimulai ketika terbenamnya matahari yang ditandai dengan

munculnya hilal di ufuk barat pada waktu Magrib. Kalender Hijriah terdiri dari 12

Bulan dengan masa satu tahunnya 354 hari, 8 jam, 48 menit, 35 detik atau

354,3670694 hari. Sedangkan setiap bulannya berganti antara 29 hari dan 30.27

Masa pra Islam dan awal islam hadir penomoran tahun belum dikenal tapi

tahun biasanya di namai dengan kejadian suatu pristiwa. Misalnya, tahun gajah

(‘ām ƒῑƖ) yang saat itu hari kelahiran Nabi Saw.Ketika itu terjadi penyerangan

ka’bah oleh pasukan bergajah oleh Abrahah. Dan nama-nama bulan terus berganti

sesuai peristiwa yang terjadi, hingga pada masa Rasulullah Saw. sehingga nama-

nama bulan yang popular digunakan hingga kini.Kalender terbentuk pada masa

kekhalifaan Umar bin Khattab (tahun 17 H) yang dilakukan musyawarah

terdahulu oleh para sahabat. Sehingga awal kalender Islam dimulai dari Bulan

Muharram yang yang waktu Nabi Muhammad Saw hijrah dari mekkah ke kota

Madinah yaitu 1 Muharram 1 H.28

Kebutuhan manusia yang paling penting dan sangat dibutuhkan ialah suatu

sistem penanggalan atau yang biasa disebut dengan kalender. Kalender

merupakan suatu kebutuhan primer dan sangat diperlukan, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia kalender memiliki artian yaitu almanak, taqwim dan tarikh.29

Kalender merupakan suatu kebutuhan yang amat sangat penting dalam

penataan waktu dan penanda hari dari masa ke masa. Dalam kalender

pengorganisasian waktu sangatlah penting bagi kehidupan manusia dan utamanya

untuk umat muslim yang beragama islam yang menjadikannya suatu tanda

peristiwa penting yang berkaitan dengan ibadah dan sunnah.30 Demikianlah arti
27
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fikih,
(Medan: 5, Maret, 2017) H. 19.
28
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fikih,
(Medan: 5, Maret, 2017) H. 20-21.
29
Muh Nashiruddin, Kalender Hijriah Universal, H. 23.
30
Syamsul Anwar, Hari Raya & Problematika Hisab Rukyat (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2008), H. 116.

15
dari kalender dalam konteks islam ialah sebagai sarana penentuan waktu

ibadah,terutama dalam penentuan waktu awal Ramadhan, syawal, dan dzulhijjah.

Seperti yang diketahui penentuan kalender dalam islam berdasarkan sistem bulan,

meski dalam al-Qur’an diketahui juga melalui sistem matahari.31

Kedudukan Bulan (hilal) dan matahari terhadap bumi maka penentuan

perhitungan awal bulan dalam kalender Islam mengacuh pada hal tersebut

sehingga bisa ditetapkan dua belas bulan dalam setiap satu kalender. Demikian

pula dengan perhitungan dalam astronomi, dua belas bulan dapat diketahui

melalui fase-fase yang seperti diketahui bahwa Allah telah menata keteraturan

setiap benda langit, seperti suatu kedudukan.32Berdasarkan firman Allah dalam al-

Qur’an surah Yasin ayat 39 yang berbunyi:

‫از َل َح ٰتّى َعا َد َك ْالعُرْ ج ُْو ِن ْالقَ ِدي ِْم‬


ِ َ‫ْالقَ َم َر قَ َّدرْ ٰنهُ َمن‬
Terjemahnya;

“Dan telah kami tetapkan bagi bulan dan manzilah-manzilah, sehingga


(telah dia sampaikan ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai
bentuk tandan yang tua.”33

Ayat diatas dijelaskan bahwa Allah telah menetapkan fase dan tempat

peredaran Bulan, pada awal bulan manusia dapat mengenali awal bulan dengan

berbentuk sabit kecil menempati kedudukannya setelah bulan mati maka itu akan

dikenali sebagai pertanda pergantian Bulan, setelah menempati kedudukannya

maka dia menjadi purnama, dan kemudian pada kedudukan terakhir akan kembali

menempati kembali seperti tandan yang kering melengkung. Dan dalam Al-

31
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Kalender Sejarah Dan Arti Pentingnya Dalam
Kehidupan,H. 15.
32
Muhammad Hadi Bashori, pengantar ilmu falak: pedoman lengkap tentang teori dan
praktik hisab, arah kiblat, waktu
33
Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Pemerintahan Kementrian Agama RI, Edisi 2019) H.
442.

16
Qur’an bulan sabit dikenal dengan hilal yang merupakan penentu waktu dan

penentu ibadah.34 Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surah al-

Baqarah ayat 189:

ُّ‫ْس ْٱل ِب ر‬
َ ‫اس َو ْٱل َح ِّج ۗ َو َلي‬ ِ ‫ِيت لِل َّن‬ ُ ‫ِى َم ٰ َوق‬ َ ‫ك َع ِن ٱَأْل ِهلَّ ِة ۖ قُ ْل ه‬َ ‫َيسْ ـَٔلُو َن‬
َ ‫وا ْٱل ُبي‬
‫ُوت‬ ۟ ‫ظهُور َها َو ٰ َلكِنَّ ْٱل ِبرَّ َم ِن ٱ َّت َق ٰى ۗ َوْأ ُت‬ ُ ‫ُوت مِن‬ َ ‫وا ْٱل ُبي‬۟ ‫ِبَأن َتْأ ُت‬
ِ
‫ُون‬ ۟ ُ‫ِمنْ َأب ٰ َْو ِب َها ۚ َوٱ َّتق‬
َ ‫وا ٱهَّلل َ َل َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬

Terjemahnya;
“mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “bulan sabit
itu tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi ibadah haji; dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan
itu ialah orang yang bertakwa. Dan masuklah kerumah-rumah itu dari
pintu-pintunya: dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”35
Seperti yang dijelaskan pada ayat diatas bahwa bulan sabit atau hilal

merupakan suatu tanda atau penentu bagi ummat islam dalam beribadah seperti

dalam penentuan bulan Ramadhan, syawal, dan zulhijjah. Maka dari itu

perhitungan bulan atau hilal dihitung melalui peredaran bulan mengelilingi bumi

sehingga terbentuk satu bulan.36 Pada waktu sinodis waktu itu berada pada antara

dua ijtimak yang dalam astronomi ialah lamanya antara 29 hari, 12 jam, 44 menit,

2,5 detik. Jadi dalam kalender islam telah ditentukan ada dua belas bulan

berdasarkan deretannya.37

Dengan adanya suatu peredaran bulan yang terjadi maka dari itu kalender

islam juga disebut dengan nama Tahun Qamariyah, dan disebut pula dengan

kalender Hijriyah, disebut dengan kalender hijriyah karena awal tahun kalender

islam ini bermula pada saat Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Makkah ke

Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, 190.


34

Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Pemerintahan Kementrian Agama RI, Edisi 2019). H. 29.


35

36
Taufiqurrahman Kurniawan, Ilmu Falak dan Tinjauan Matlak Global (Yogyakarta
MPKSDI Yogyakarta, 2010).H. 81.
37
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang: UIN Malang Press, 2008),H. 106.

17
Madinah.38

Hadirnya kalender yang merupakan sebagai sistem waktu sangat

diperlukan dalam kehidupan manusia sebagai pengatur waktu yang tidak hanya

digunakan untuk persoalan administratif tapi penting juga bagi umat islam sebagai

pengatur waktu dalam persoalan ibadah, dan untuk menentukan juga waktu untuk

pelaksanaan beribadah seperti dalam awal waktu puasa yang terjadi pada awal

bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

2. Dasar hukum kalender islam

a. Dasar Hukum dari Al-Qur’an

1) Al-Qur’an Surah Yunus Ayat 5

ۤ ِ ‫س‬
ْ K‫از َل لِتَ ْعلَ ُم‬K
‫وا‬K ِ Kَ‫ضيَا ًء َّو ْالقَ َم َر نُ ْورًا َّوقَ َّد َر ٗه َمن‬ َ ‫هُ َو الَّ ِذيْ َج َع َل ال َّش ْم‬
ِ ‫ ُل ااْل ٰ ٰي‬K ‫ص‬
‫ت‬ ِّ َ‫ق يُف‬ِّ ۗ ‫ال َح‬K َ Kِ‫ق هّٰللا ُ ٰذل‬
ْ K‫ك اِاَّل ِب‬K َ ۗ ‫َع َد َد ال ِّسنِي َْن َو ْال ِح َس‬
َ K َ‫اب َما َخل‬
‫لِقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْو َن‬
Terjemahnya:

“Dialah yang menjadikan Matahari Bersinar dan Bulan bercahaya dan


ditetapkan–nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
ini, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui” (Q.S. Yunus 10: 5)39

Ayat ini menjelaskan tentang Allah swt telah menetapkan ketentuan

kedudukan Bulan sebagaimana tempatnya dalam mengitari Matahari, sehingga

penampakan Bulan berbeda di Bumi sesuai dengan posisi Matahari.40

2) Surah at-Taubah Ayat 36

Maskufa, Ilmu Falak,H.190


38
39
Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Pemerintahan Kementrian Agama RI, Edisi 2019). H. 208.
40
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Juz 6, Jakarta:Lentera Hati, 2004, H. 20.

18
‫ق‬َ Kَ‫و َم َخل‬K ْ َ‫ب هّٰللا ِ ي‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ ْهرًا فِ ْي ِك ٰت‬K‫ َر َش‬K‫ا َع َش‬Kَ‫اِ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه ُْو ِر ِع ْن َد ِ ْاثن‬
‫وا‬Kْ K‫ظلِ ُم‬ ْ َ‫ك ال ِّدي ُْن ْالقَيِّ ُم ەۙ فَاَل ت‬ َ ِ‫ض ِم ْنهَٓا اَرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم ٰۗذل‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫السَّمٰ ٰو‬
K‫وا‬Kْٓ K‫اتِلُ ْونَ ُك ْم َك ۤافَّةً َۗوا ْعلَ ُم‬KKَ‫فِ ْي ِه َّن اَ ْنفُ َس ُك ْم َوقَاتِلُوا ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َك ۤافَّةً َك َما يُق‬
‫اَ َّن هّٰللا َ َم َع ْال ُمتَّقِي َْن‬
Terjemahnya:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan Bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiyaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
pergilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa. (Q.S. at-Taubah 9: 36)41

Ayat diatas menjelaskan tentang umat musyrikin, mengenai kaitan erat

antara bulan dan ibadah haji begitupun mengenai zakatnya jika dilihat dari sisi

haul, yaitu mengenai waktu pelaksanaannya. Hal tersebut dipertegas Allah swt

mengenai batasan waktu yang tidak dapat diubah dan dikurangi berkaitan

dengan ketetapan dan perhitungan bulan di sisi Allah swt yang terdiri dari dua

belas bulan yang tidak dapat diubah, dikurangi dan diulang kembali.

3) Surah an-Nahl/16:16

ٍ ۗ ٰ‫َو َع ٰلم‬
‫ت َوبِالنَّجْ ِم هُ ْم يَ ْهتَ ُد ْو َن‬
Terjemahannya:

“Dia (dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bintang-

bintang itulah mereka mendapat petunjuk”. 42


41
Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Pemerintahan Kementrian Agama RI, Edisi 2019).H. 192.
42
Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Pemerintahan Kementrian Agama RI, Edisi 2019). H.269.

19
b. Dasar Hukum dari Al-Hadis

1. Hadis Riwayat Muslim.

‫اَللَّ ِه صل اَللَّهُ عليه وسلم انما رسول قال قال عنهما اَللَّهُ رضي عمر ابن عن‬

‫غم فانتروه حتىتفطروا وال تروه حتى تصوموا فال لشهر تسع وعشرون‬

(‫له عليكم فاقدرو ا )مسلم رواه‬

Terjemahannya:

"di riwayatkan dari ibnu umar ra. Berkata Rasulullah saw. bersabda satu
bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan,
dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan jika tertutup awal maka
perkirakanlah. (Riwayat Muslim).”43
2. Hadis Riwayat Muslim bin Hajjaj An-naisaburi.

ِ ‫ َر َر‬K‫ ِم َع اب َْن ُع َم‬K‫رو َأنَّهُ َس‬K


‫ا َع ْن‬KK‫ َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم‬K‫ض‬ ٍ K‫َح َّدثَنَا َس ِعي ُد ب ُْن َع ْم‬
ُ‫ب‬K‫ال ِإنَّا ُأ َّمةٌ ُأ ِّميَّةٌ اَل نَ ْكتُبُ َواَل نَحْ ُس‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ ق‬
َ ‫النَّبِ ِّي‬
‫ين (رواه‬ َ ِ‫ َّرةً ثَاَل ث‬K‫ين َو َم‬َ ‫ ِر‬K‫ َعةً َو ِع ْش‬K‫ال َّش ْه ُر هَ َك َذا َوهَ َك َذا يَ ْعنِي َم َّرةً تِ ْس‬
)‫البخاري‬

Terjemahannya:

“Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Amru bahwa dia mendengar
Ibnu’Umar ra. dari Nabi Saw bersabda: Kita ini adalah ummat yang ummi,
yang tidak biasa menulis dan juga tidak menghitung satu bulan itu jumlah
harinya segini dan segini, yaitu sekali berjumlah dua puluh sembilan dan
sekali berikutnya tiga puluh hari.” (HR. al-Bukhari)44

c. Kalender Islam di Indonesia

Muhammad Fu'ad Abdul Baqi. Shahih Bukhari Muslim : kumpulan Hadist tersahih yang
43

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sekaligus. Yogyakarta: Lontar Mediatama.
(2017). Hadis riwayat Muslim (Tahun. 2005, H. 122)
44
ibid

20
Diskursus Kalender Islam telah menggema di berbagai forum diskusi baik

individu maupun kelompok.45Sejarah sebelum masuknya Islam di Indonesia,

Indonesia telah mengenal perhitungan terlebih dahulu yaitu perhitungan tahun

menurut kalender Jawa-Hindu atau pada tahun Saka yang bermula pada sabtu 14

Maret 78 M. Tahun saka disesuaikan dengan tahun Hijriah jika tahun saka

berdasar peredaran Bulan. Sehingga jelas bahwa umat islam pada zaman kerajaan

di Indonesia sudah terlibat dengan pemikiran Hisab Rukyat. 46 Adapula produk

pemikiran Astronomi tentang Kalender Islam Internasional yang dimana kalender

ini sebuah kebutuhan mendesak sehingga perlu didialogkan secara lewat

silaturahmi intelektual.47 Kelender merupakan salah satu karya cipta umat

manusia dalam mempelajari dan memanfaatkan keteraturan gerak alam atau

Matahari, Bumi, dan Bulan untuk keperluan penatan wajtu dalam hidup manusia.

Pada dasarnya sistem waktu yang berkembang pada masyarakat dengan peradaban

yang cukup tinggi berasal dari pengamatan terhadap pergerakan benda angkasa

yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama hingga kita kenal sebagai pola

yang berulang.

Di Indonesia terdapat beberapa kalender hijriah yang tersebar luas, hal itu

terjadi karena banyaknya perbedaan penyusunan kalender hijriah oleh

pemerintahan RI , Muhammadiyah, dan Nahdatul Ulama. Dalam penyusunan

Pemerintahan RI menggunakan imkan ar-rukyat, sementara Muhammadiyah

menggunakan wujud al-hilal, dan Nahdatul Ulama (NU) mengacu pada berbgai

perhitungan kitab falak yang dijadikan acuan dalam imkan ar-rukyat dan khusus

45
Muh. Rasywan Syarif, konsolidasi metodologis Kalender Islam Internasional, Jurnal
Bimnas Islam Vol.10. No. III 2017, (Fakultas syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar), H.
518.
46
Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama , Proyek Pembinaan Badan Peradilan
Agama, Almanak Hisab Rukyat,H. 22.
47
Muh. Rasywan syarif, ikhtiar Akademik Mohammad Ilyas Menuju Unifikasi Kalender
Islam Internasional, ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak, Vol. 1. No.1 Tahun 2017 M/1439 H
(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar), H. 24.

21
Ramadhan, Syawal, Zulhijjah yang menggunakan hasil rukyat al-hilal. 48 Dari

beberapa cara penyusunan dari kriteria diatas masih ada beberapa kriteria dalam

penyusunan kalender baik dari segi organisasi kemasyarakatan, organisasi

keagamaan, dan ahli falak. Dan adapun beberapa kalender hijriah yang

berkembang di Indonesia adalah:

1) Kalender Jawa Islam

Kalender Islam ini disusun oleh Sultan Agung dengan menggunakan dua

sistem yang memadukan antara sistem Syamsiah dan Sistem Kamariah. Dalam

kalender ini dimulai pada tanggal 1 Suro tahun alif 1555, yang bertepatan dengan

1 Muharram 1043 Hijriah atau 8 Juli 1633 Masehi. Pemakaian kalender jawa

islam ini masih sering digunakan dalam kalender-kalender islam yang sekarang

beredar dimasyarakat tetapi kebanyakan masyarakat sudah tidak tahu lagi dalam

penggunaannya, tetapi dalam lingkungan Kraton Yogyakarta masih menggunakan

kalender Jawa Islam ini yang dijadikan sebagai patokan utama dalam penanggalan

untuk menandai hari-hari tertentu dalam Jawa. Dalam kalender Jawa Islam

penentuan awal bulan menggunakan Hisab Urfi.49

2) Kalender Muhammadiyah dan Kalender Hijriah Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah merupakan satu Organisasi terbesar dan tertua di

Indonesia dalam penentuan waktu Majelis Tarjih dan Tajdid. Dalam sistem

kalendernya, pimpinan Pusat Muhammadiyah menyusun dua sistem yaitu

“Kalender Muhammadiyah” dan “Kalender Hijriah Muhammadiyah”. Kalender

Muhammadiyah dirintis Oleh K.H. Ahmad Dahlan sejak tahun 1915 Masehi dan

disusun oleh majelis Tarjih dan Tajdid. Kalender Muhammadiyah memiliki tiga

sistem Kalender, yaitu Kalender Masehi, Kalender Hijriah, dan Kalender Jawa
48
Sadri Saputra S, dan Nurul Wakiah, Diskursus Rukyat: Metode Mengilmiahkan
Kebenaran Hisab Awal Bulan Kamariah, (ELFALAKY: Jurnal Elfalaky. Vol. 4, No. 1, Tahun
2020 M/ 1441 H), H. 33.
49
Susiknan Azhari dan Ibnor Azli Ibrahim “Kalender Jawa Islam: Memadukan Tradisi dan
Tuntutan Syar’i” H. 5-6.

22
Islam. Sistem yang digunakan dalam penentuan awal Bulan ialah (1) Hisab hakiki

dengan kriteria imkan ar-rukyat (2) hisab hakiki dengan kriteria ijtima’ qabla al-

gurub (3) hisab hakiki dengan kriteria wujud hilal. Adapun Kalender Hijriah

Muhammadiyah dalam penentuannya, sistem yang digunakan sama dengan

Kalender Muhammadiyah.50

3) Almanak Pengurus Besar Nahdatul Ulama

Pada awalnya Almanak Pengurus Besar Nahdatul Ulama ini sangatlah

dipengaruhi oleh hasil perhitungan ahli falak dalam penentuannya,seperti K.H.

Mahfudz Anwar, K.H. Turaihan Adjhuri, dan K.H.Noor Ahmad. Yang

sebelumnya Almanak Pengurus Besar Nahdatul Ulama ini disusun oleh tim

Lajnan Falakiyah, yang setelah terbentuk Lajnan Falakiyah sistem yang

digunakan ialah menggabungkan hasil perhitunggan dari beberapa aliran di

lingkungan NU, setelah itu dibagi sesuai aliran yang digunakan. Dan adapun

metode yang dibuat dalam perkembangan menentukan Awal bulan kamariah ialah

metode imkanul rukyat, terkecuali bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah karena

itu menggunakan hasil rukyat al-hilal.51

4) Almanak Menara Kudus

Kalender ini disusun oleh K.H. Turaihan Adjhuri Asy-Syarofi. Cetakan

pertamanya terbit pada tahun 1942/1361 oleh percetakan Masykuri Kudus.

Kemudian cetakan keduanya terbit pada tahun 1950/1370 hingga sekarang yang

diterbitkan oleh Percetakan Kitab Menara kudus. Dalam Almanak Menara Kudus

ia memasukkan rasdu al-qiblah atau posisi Matahari tepat diatas Ka’bah yang

terjadi setiap pada tanggal 28 Mei dan tanggal 15/16 Juli. Menara Kudus sangat

dipercayai keakuratannya oleh masyarakat Jawa Tengah Seperti Kudus, Semarang

50
Susiknan Azhari, “Gagasan Menyatukan Umat Islam Indonesia Melalui Kalender
Hijriah,(Ahkam: Vol. XV, No.2, Juli 2015) H. 250.
51
Susiknan Azhari, “Gagasan Menyatukan Umat Islam Indonesia Melalui Kalender
Hijriah,(Ahkam: Vol. XV, No.2, Juli 2015) H. 251.

23
dan Pati, selain itu penggunaan Kalender tersebut masih sangat melekat dan masih

dijadikan acuan utama dalam melakukan aktivitas dikalangan santri.52

5) Taqwim Standar Indonesia

Kalender ini disusun menurut dari hasil Musyawarah badan Hisab dan

Rukyat Departemen Agama RI. Pada edisi Pertamannya diterbitkan oleh

Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, dan tahun 2007

diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen

Agama RI. Dihalaman pertamanya menampilkan data Gerhana, daftar lintang dan

bujur se-Indonesia dan waktu sholat dalam penggunaannya, di Indonesia Taqwim

memiliki dua sistem Kalender yaitu Syamsiah dan Hijriah dilengkapi dengan garis

tinggi hilal disetiap bulannya. Sistem yang digunakan dalam menentukan awal

bulan ialah imkan ar-rukyat.

Hanya saja dalam Kalender ini memiliki kekurangan yaitu tidak

mencantumkan hasil yang didapatkan dalam perhitunga waktu dan ijtimak dan

ketinggial hilal setiap bulan, sehingga pembaca umum sulit untuk

membandingkan dengan hasil kalender yang lain.53

6) Kalender Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)

Penentuan Awal Bulan Ramadan, Idul Fitri, dan bulan Zulhijjah Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia menggunakan beberapa sistem yang berbeda. Pada

bulan Zulhijjah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia selalu mengikuti ketentuan

yang berlaku di kota Mekah. Selain bulan tersebut penentuan kalender Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia ditetapkan berdasarkan hisab murni, dimana ditandai

dengan terjadinya ijtima’ diawal bulan, dan hilal berada pada posisi di atas ufuk,

walaupun tidak besar peluang untuk dirukyat , maka malam tersebut dan keesokan

52
Ahmad Syarif Muthohar, Skripsi”Penyatuan Almanak Hijriah Nasional Persfektif
Nahdatul Ulama” H. 40.
53
Susiknan Azhari, “Gagasan Menyatukan Umat Islam Indonesia Melalui Kalender
Hijriah,(Ahkam: Vol. XV, No.2, Juli 2015) H. 251.

24
harinya sudah ditetapkan sebagai tanggal satu. Dengan demikian Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia menggunakan metode hisab murni dalam menyusun kalender

Hijriah.54

7) Kalender Persis

Kalender ini disusun oleh tim Dewan Hisab dan Rukyat Pengurus Pusat

Persatuan Islam. Metode awalnya dikembangkan oleh wujud al-hilal yang di

jalankan oleh K.H. A. Ghazali. Dengan adanya perubahan pemahaman masuknya

Tanggal dengan berbagai macam pertimbangan dan kompromi, kemudian

penggunaan kriteria imkan ar-rukyat yang awal dirintisnya pada 2002 M.55

B. Suku Kajang Amma Toa

Kawasan adat Amma Toa merupakan sebuah pemukiman yang terletak di

Desa Tanah Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Istilah Amma Toa

berasal dari kata Amma yang berarti Bapak dan Toa yang berarti tua yang dalam

bahasa konjo (Bahasa yang digunakan Masyarakat Amma Toa dalam

kesehariannya) berarti bapak yang dituakan. Kawasan ini dibagi menjadi dua

kawasan secara geografis, yaitu Kajang Dalam yang dalam suku Kajang disebut

"Ilalang Embayya" dan Kajang Luar yaitu orang-orang yang mulai mengenal

adanya teknologi dan cenderung lebih modern, yang dalam suku Kajang disebut

"Ipantarang Embayya"56.

Kawasan Adat Amma Toa sudah ada dari beberapa ratus abad yang lalu,
masyarakat yang bermukim didalam Kawasan Adat tetap bertahan dengan pola

hidup tradisional dan bersahaja. Pola hidup masyarakat Kajang yakni pola hidup

kamase-mase yang diyakini bahwa haltersebut merupakan pola hidup yang

54
Hamdun, “Studi Penyusunan Kalender Hijriah Di Indonesia”, Skripsi Strata 1 Fakultas
Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007. H. 69.
55
Susiknan Azhari, “Gagasan Menyatukan Umat Islam Indonesia Melalui Kalender
Hijriah,(Ahkam: Vol. XV, No.2, Juli 2015) H. 252.
56
Pasang dan kepemimpinan Ammatoa. Antropologi Indonesia, Vol, 29, No. 3, 2005, H.
262

25
pemah dilakukan oleh para leluhurnya "Boheta" dan juga merupakan pesan yang

harus dilaksanakan oleh para penerusnya. Sehingga pola hidup seperti itu

dilakukan secara turun temurun sebagaimana yang terlihat saat kita berkunjung

ke Kawasan tersebut.
Masyarakat Kajang pada garis besarnya dapat dikategorikan atas dua

bagian, yakni masyarakat petani yang bermukim ditanah Kuasayya, yakni

masyarakat yang tinggal diluar Kawasan adat, dan masyarakat petani Kame-

maseyyea, yakni masyarakat petaniyang tinggal dikawasan adat dan berada

langsung dibawah pengawasan tokoh adat Ammatoa.

Masyarakat inilah yang menjadi pendukung utama Pasang Ri Kajang

untuk membedakan sikap antara kedua kelompok masyarakat itu, dapat dilihat

dalam sikap hidup kesehariannya, sekaligus merupakan pantulan persepsi,

sikap, dan perilaku keagamaannya.57

Masyarakat yang bermukim didalam Kawasan Adat cenderung

mengisolasi diri dengan tujuan agar terhindar dari segala perbuatan yang bukan

menjadi bagian dari pasang (pesan) dari leluhurnya. Masyarakat Amma Toa

lebih mengutamakan hidup dalam kemiskinan sehingga kelak diakhirat mereka

akan mendapatkan kekayaan dari sang pencipta, yang oleh masyarakat Kajang

dianggap sebagai prinsip hidup kamase-mase.58

Masyarakat Amma Toa berpegang teguh pada prinsip hidup kamase-

mase hal tersebut tercermin pada tampilan rumah dan pakaian mereka. Rumah

masyarakat Amma Toa terbuat oleh kayu dan sangat dilarang keras menggunakan

bahan batu bata. berdasarkan Pasang Ri Kajang tersebut hal itu merupakan

pantangan karena masyarakat Amma Toa percaya bahwa hanya orang yang

57
Pasang dan kepemimpinan Ammatoa.Antropologi Indonesia, Vol, 29, No. 3, 2005, H.
256
58
Pasang dan kepemimpinan Ammatoa. Antropologi Indonesia, Vol, 29, No. 3, 2005, H.
257

26
berada dalam liang lahat (mati) yang tinggal dihimpit oleh tanah. Rumah yang

terbuat dari bahan batu bata meskipun penghuninya masih hidup akan tetapi

sebenarnya telah mati (meninggal), Karena telah dihimpit oleh tanah. Selain itu

Rumah masyarakat Amma Toa berbentuk rumah panggung yang dapurnya berada

dibagian depan dan merniliki bentuk yang sama. Sedangkan pakaiannya

masyarakat Amma Toa selalu mengenakan pakaian yang berwarna hitam sebagai

wujud kebersamaan mereka dalam kesederhanaan

Masyarakat Amma Toa berpendapat bahwa warna hitam itu semuanya

sama dan tidak melebihi satu dengan yang lainnya. Hal tersebut menandakan

kesamarataan derajat dihadapan Tuhan. Masyarakat yang menetap atau

bermukim diluar Kawasan Adat tersebut menganggap bahwa masyarakat

Amma Toa sebagai sebuah fenomena sosial yang misterius dan sarat akan dunia

mistis hal tersebut didasarkan pada perilaku dan keseharian mereka yang

cenderung menutup diri dari hal-hal luar.59

Sikap hidup yang konsisten Masyarakat Amma Toa didasarkan pada

Pasang Ri Kajang yang dianggap merupakan sebuah ajaran dari para leluhur

masyarakat Kajang. Secara harfiah pasang tidak hanya berupa sebuah pesan

sederhana, lebih dari itu pasang merupakan sebuah amanah sakral yang harus

dituruti dan diikuti. Masyarakat percaya jika pasang tersebut tidak diikuti maka

akan terjadi hal-hal yang buruk60.

59
Eva Rahmayani. Pola Prilaku Komunikasi Masyarakat Di Kawasan Adat Amma Toa
Kajang. Jurnal komunikasi Kareba. Vol.6 No.2 Juli-Desember 2017. H. 368
60
Muhammad Ichwan. Pasang Ri Kajang: Tradisi Lisan Masyarakat Adat Ammatoa Suku
Kajang dalam Pembentukan Karakter Konservasi, H. 140

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Field Reserch Deskriptif Kualitatif. Field

Research Deskriptif Kualitatif adalah jenis penelitian yang berusaha

mengungkapkan berbagai keunikan yang dimiliki suatu individu, kelompok,

masyarakat atau organisasi secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat

28
dipertanggung jawabkan secara ilmiah,61 dalam hal ini penulis memilih meneliti

mengenai “Eksistensi penanggalan Hijriah pada upacara tradisional suku

Kajang”

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi penelitian di Kawasan Adat

Amma Toa, salah satu desa di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Salah

satu alasan penulis memilih lokasi tersebut adalah selain kediaman penulis berada

di Kabupaten Bulukumba yang menjadi tempat ataulokasi penelitian juga karena

Daerah Kawasan Dalam Amma Toa tersebut masih memegang teguh adat dan

kebiasaan para leluhurnya salah satunya mengenai sistem penanggalan yang

menjadi ciri khas tersendiri Kawasan tersebut sehingga menjadikan daerah ini

menarik untuk diteliti baik mengenai metode penentuannya maupun mengenai

sistem kepercayaanya.

Beberapa alasan tersebut maka penulis yakin untuk menetapkan lokasi

penelitiannya di Daerah Kawasan Adat Amma Toa Kecamatan Kajang

Kabupaten Bulukumba. Dengan informanyang terpercaya yakni terdiri dari para

petua Adat Kawasan tersebut dan masyarakat yang bermukim didalam Kawasan

Adat Amma Toa.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini pendekatan yang digunakan penulis yakni pendekatan

Syar’i dan pendekatan sosiologis. .Pendekatan Syar'i yang dimaksudkan yakni

pendekatan berdasarkan syariat Islam dengan menggunakan Al-Qur' an dan

Hadis yang berkaitan dengan pelaksanaan shalat. Dengan adanya dalil-dalil

tersebut maka penulis dapat dengan mudah memberikan pemahaman bagi petua

adat setempat, sehingga kemungkinan adanya kesalahpahaman dan perdebatan


61
Galang Surya Gumilang, jurnal “Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang
Bimbingan dan Konseling”, (Jurnal Fokus Konseling Vol. 2 No. 2, Agustus 2016) H. 145-146.

29
dapat terhindarkan dan penelitian dapat berlangsung dengan lancar.

Pendekatan sosiologis yang dimaksudkan adalah pendekatan yang

dilakukan peneliti dengan berinteraksi langsung dengan tokoh-tokoh adat dan

masyarakat setempat untuk melaksanakan penelitian dalam hal ini yakni

penelitian mengenai “Eksistensi penanggalan Hijriah pada upacara tradisional

suku Kajang”

C. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data-data yang diperoleh dari hasil penelitian

dengan cara wawancara dan observasi. Data sekunder yang dimaksudkan adalah

data yang diperoleh dari referensi-referensi buku, jurnal, dan skripsi yang terkait

dengan pembahasan mengenai “Eksistensi penanggalan Hijriah pada upacara

tradisional suku Kajang”

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk menganalisis dan menginterprestasikan suatu data dengan baik,

diperlukan data yang akurat dan sistematis agar hasil yang didapatkan dapat

menjelaskan kondisi objek yang diteliti dengan benar. Berangkat dari hal

tersebut, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil pengamatan

secara langsung yang dilakukan penulis ketempat penelitian tersebut. Dalam hal

ini penulis melakukan penelitian untuk mengetahui “ Eksistensi penanggalan

Hijriah pada upacara tradisional suku Kajang

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis

untuk mendapatkan informasi secara langsung dari seseorang yang menjadi

30
target penelitian.

Metode ini dilakukan pada informan yang dianggap berkompeten untuk

memberikan informasi mengenai penelitian tersebut, informan yang akan

peneliti wawancara berjumlah enam orang

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan penulis

dengan mengutip dan menganalisis data yang berkaitan dengan pembahasan

penelitian, data tersebut diperoleh langsung dari lokasi penelitian baik berupa

gambar maupun mengenai buku-buku yang relevan dengan pembahasan

penelitian.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan

penulis dengan mencari dan mengutip buku-buku yang berkaitan dengan

pembahasan penelitian ini. Dalam melakukan metode ini peneliti menggunakan

dua jenis kutipan yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

Kutipan langsung yaitu yang dilakukan dengan cara memindahkan

seluruh ataupun sebagian pembahasan yang sesuai dengan penulisan tanpa

mengganti redaksi kalimat. Kutipan tidak langsung memakai redaksi kalimat

yang berbeda tetapi substansinya sama.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah bahan dan alat yang digunakan dalam

pengumpulan data yang sesuai dengan jenis penelitian. Adapun bahan yang

dimaksudkan adalah beberapa daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai pedoman

dalam melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian

yang dilakukan.

Adapun beberapa alat yang digunakan yakni berupa peralatan alat tulis

31
menulis dan perekam suara yang berfungsi untuk mencatat dan merekam

informasi yang didapatkan dari hasil wawancara serta sebuah kamera yang

digunakan untuk memotret tampilan lokasi penelitian.

F. Teknik Pengolahan dan Keabsahan Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data diartikan sebagai langkah pengumpulan data yang

dilakukan secara kulitatif kemudian melakukan perbandiangan antara data primer

dan data sekunder sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang menjadi hasil

akhir dari suatu penelitian

2. Analisis Data

Analisis data adalah cara atau langkah dalam menganalisis atau

mengelompokkan data dari hasil penelitian agar dapat menghasilkan suatu

kesimpulan terhadap penelitian yang dimaksudkan. Dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan observasi serta beberapa hasil dokumentasi sebagai pendukung

data yang diperoleh, kemudian dianalisis apakah layak menjadi suatu metode

baru atau sebaliknya. Dengan melakukan analisis maka peneliti mampu

menetukan tingkat keakuratan dari hasil penelitian yang dilakukan. Analisis data

yang digunakan untuk mendapatkan hasil yangsesuai dengan keadaan yang

sebenarnya yaitu:

a. Melakukan peringkasan data;

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang masih

bersifat bahan mentah kemudian dianalisis dan disempurnakan agar

dapat menghasikan kesimpulan yang sesuai.

b. Penyediaan data;

Data yang dipersiapkan adalah data yang berdasarkan kasus faktual dan

32
memiliki kaitan dengan fokus penelitian.

c. Penyimpulan dan Verivikasi data;

Data yang telah dirangkum atau telah disempurnakan kemudian

disajikan dalam bentuk sistematis sebagai hasil kesimpulan sementara,

hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sementaradari hasil

penelitian. Kemudian diverivikasikan pada data yang telah diperoleh.

d. Kesimpulan Akhir;

Data yang diperoleh dari hasil kesimpulan sementara yang telah

diverivikasi dan telah mendapatkan kesimpulan sebagai hasil akhir dari

penelitian. hasil akhir ini diharapkan dapat diperoleh setelah

pengumpulan data selesai.

H. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data menggunakan uji kepercayaan berdasarkan

data hasil penelitian kualitatif antara lain dengan cara tringulasi diskusi,

dengan triangulasi diskusi dengan teman, menganalisis kaum negatif, dan

melakukan membercheck.

1. Triangulasi

Sumber cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi

sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.

2. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data

yang ditemukan oleh peneliti, seperti; alat bantu perekam wawancara dalam

penelitian kualitatif dan perlu didukung oleh foto atau dokumen sehingga

menjadi lebih dipercaya.

3. Mengadakan MemberCheck

33
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh

dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang

dimaksud sumber data atau informan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Kabupaten Bulukumba

34
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba62

Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di

provinsi Sulawesi Selatan yang berada pada letak bagian ujung selatan ibu kota

Provinsi Sulawesi Selatan yang terkenal dengan industri perahu phinisi, Ibu kota

pada Kabupaten Bulukumba terletak pada Kecamatan Ujung Bulu. berdasarkan

data BPS pada tahun 2021, Kabupaten Bulukumba memiliki luas wilayah

1.154,58 km2 dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 437.610 jiwa yang terdiri

dari 10 kecamatan, 27 kelurahan, serta 109 desa. Kabupaten Bulukumba ini

memiliki empat dimensi, yaitu dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng-

Lompobattang, dataran rendah, pantai, dan laut lepas. Secara geografis kabupaten

Bulukumba memiliki tata koordinat antara 5º20” sampai 5 º40” lintang Selatan

dan 119 º50” sampao 120 º28” Bujur Timur. Yang dimana memiliki batas wilayah

bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, bagian selatan berbatasan

dengan Kabupaten Kepulauan Selayar, bagian Timur berbatasan dengan Teluk

Bone, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.63

2. Profil Kecamatan Kajang

62
https://www.google.com/amp/s/docplayer.imfo/amp/6879245-akhir-karakteristik-
model-spasial-kabupaten-bulukumba-berbasis-gis-dan-remote-sensing-menggunakan-citra-
landsat.html
63
“Kabupaten Bulukumba”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulukumba

35
Gambar 1.2 Kecamatan Kajang64

Kecamtan Kajang berada pada bagian Utara Kabupaten Bulukumba yang

berbatasan langsung dengan Kabupaten Sinjai,bagian barat berbatasan langsung

dengan Kecamatan Bulukumpa dan bagian Timur berbatasan dengan Teluk Bone,

Kecamatan Kajang memiliki 17 Desa dan 2 Kelurahan.65 Luas wilayah kecamatan

Kajang 126,18 km2 dengan panjang garis pantai 20,2 km, yang dimana Kecamatan

Kajang ini merupakan wilayah yang termasuk dalam wilayah bagian pesisir. 66

Dalam Kecamatan Kajang memiliki jumlah penduduk sebanyak 49.194 jiwa. 67

Pada wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut

meliputi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu,

Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro,

Kecamatan Kajang, dan Kecamatan Herlang. Untuk wilayah dalam wilayah

ketinggian yaitu Kecamatan kindang, Kecamatan Bulukumpa, dan Kecamatan

Rilau Ale.68

4. Profil Tanah Towa, Kajang (Kawasan adat Ammatoa Kajang)

Kawasan Adat ini terletak di Kabupaten Bulukumba, Kecamatan Kajang.

Kawasan ini memiliki jarak tempuh dari pusat kota sejauh ±40 km, Desa Tanah

towa memiliki beberapa dusun yaitu berjumlah 9 Dusun.

Adapun hal-hal yang menarik pada suku ini yaitu masih memiliki hutan

yang masih sangat alami, sederhana, alam yang masih asri dan hutan yang masih

terjaga alami dan tidak terjamah oleh adat dari luar ammatoa, dan terutama

memiliki kebiasaan keseharian yang menggunakan pakaian yang serba hitam yang

64
Gambar diambil melalui tangkapan layar daria Aplikasi Google Earth Pro
65
“Kecamatan Kajang”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kajang,_Bulukumba
66
“Peta Bulukumba”, https://bulukumbsksb.go.id/peta-bulukumba
67
“Jumlah Penduduk” https://bulukumbakab.bps.go.id/indicator/12/34/1/jumlah-penduduk-hasil-
proyeksi.hml
68
https://sulselprov.go.id/pages/des_kab/4

36
identik dengan sarung dan passapu untuk laki-laki.

Untuk perempuan identik dengan sarung dan baju pokko yang digunakan

dalam kesehariannya dan tanpa menggunakan alas kaki, dimana warna hitam ini

memiliki arti sebagai kebersamaan dan kesederhanaan, warna hitam itu sendiri

memiliki arti penting yaitu kekuatan dan kesamaan derajat bagi setiap orang di

mata penciptanya.69

5. Suku Kajang Ammatoa

Suku Kajang Ammatoa dikenal dengan nama Tanah Towa yang

merupakan tanah yang paling tua yang berada pada Dusun benteng dalam desa

Tanah Towa, dengan itu posisi rumah Amma yang selaku ketua Adat berada pada

dusun tersebut yang menjadi simbolis sebagai benteng pertahanan, dengan

identitas yaitu warna Hitam dan Putih. Untuk wilayah suku kajang ini sendiri

memiliki jalan menuju kawasan adat, utamanya yaitu gerbang untuk masuk

kedalam wilayah dan masih ada tiga pintu masuk lainya yang dapat diakses

menuju kedalam wilayah tersebut, gerbang utama dapat diakses melalui Dusun

Batukarambu Desa Batulohe Kecamatan Bulukumba, dan untuk gerbang

utamanya terletak di Dusun Sobbu Desa Tanah Towa Kecamatan Kajang, untuk

gerbang kedua berada di Dusun Sapiri Desa Malelleng Kecamatan Kajang,

kemudian untuk gerbang ketiga terletak di Dusun Luraiya Desa bontobani

Kecamatan Kajang. Jadi, masing-masing gerbang ini terletak di tempat yang

berbeda-beda yang dimana menjadi akses keluar-masuk untuk masyarakat suku

kajang ketika hendak berpergian kesuatu tempat untuk suatu kepentingan,

kemudian untuk akses utama dijadikan sebagai akses keluar-masuknya

masyarakat luar baik kota ataupun turis manca negara utntuk mengenal atau

mengunjungi suku kajang ammatoa yaitu terletak di Dusun Sobbu, Desa Tanah

69
https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/adat_ammatoa_kajang

37
Towa, Kecamatan Kajang.70

Suku kajang yang identik dengan serba hitam dan sarung tenunanya.

Memiliki makna bahwa tidak semua orang dapat memakai sarung dengan motif

garis yang terdapat didalam sarung tersebut, motif tersebut memiliki makna atau

suatu strata sosial bagi seseorang, karena jika garis tersebut banyak dan saling

berdekatan maka orang tersebut memiliki strata yang tinggi, dan begitu pun

sebaliknya. Sarung ini dibuat dengan cara menenun dan menggunakan kulit pohon

tertentu dan pewarna alami, dalam pembuatannya disebur sebagai Garusu atau

menggorok sarung sampai mengkilat. Kemudian sarung tersebut tidak boleh di

cuci.71

Suku Kajang ini Lemo Sibatu yang berarti Persatuan, A’bulo Sipappa,

Tallang Sipahua, Manyu Siparappe, Lingu si Pinga’. Suku Kajang dikenal dengan

pasang ri Kajang, pasang itu sendiri memiliki banyak arti dan memiliki deskripsi

yang besar yang mengandung hidup dari berbagai aspek, baik aspek sosial, religi,

mata pencaharian, budaya, lingkungan serta kepemimpinan. Pasang Ri Kajang

juga menjadi sebuah hukum atau aturan adat pada Suku Kajang, yang dimana hal

ini bersumber pada keyakinan dan diwariskan secara turun temurun dari generasi

ke generasi, dimana hal ini bersifat wajib dan sakral dan hukumnya wajib untuk

ditaati.72

Masyarakat Kajang memiliki dualisme kepercayaan atau suatu

kepercayaan yang tidak berfokus pada satu kepercayaan saja tapi tidak

dimaksudkan juga tidak beragama Islam, dalam dualisme ini dari satu sisi

menyatakan bahwa suku Kajang itu beragama Islam dan disisi lain menyatan
70
Kamaruddin Pati, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Bulukumba, 7 Januari 2023.
71
Sartiah , Tokoh Masyarakat, Wawancara, Bulukumba, 7 Januari 2023.

St Jamilah Amin, Tallasa Kamase-mase Dan Zuhud: Titik Temu Kedekatan Pada Tuhan
72

Dalam Bingkai Pasang Ri Kajang Dan Ilmu Tasawuf, Vol. 12 (Institut Agama Islam Negeri Pare-
pare, Juni 2019), H. 62.

38
bahwa menganut kepercayaan Patuntung, dalam hal ini Islam sebagai agama yang

resmi negara dan patuntung sebagai kepercayaan atau suatu ajaran leluhur yang

wajib dijalankan, karena Patuntung merupakan suatu sumber kebenaran bagi

masyarakat Kajang yang diwariskan dari leluhur mereka. 73

Pemahaman tentang agama Islam itu sendiri tidak didasarkan pada syariat

itu sendiri, melainkan didasarkan pada suatu kegiatan atau kebiasan yaitu Tarekat

sehingga pemahaman terhadap Agama islam itu sendiri sulit untuk dijalankan

karena kurangnya pemahaman tenta baca tulis sehingga pemahaman tentang

Tarekat sangat tinggi, salah satu contoh tarekat ialah Je’ne tangnga’luka,

Sambayang Tangngatappu yang berarti “wudhu yang tidak pernah batal,

sembahnyang yang tidak pernah putus”.74

6. Adat dan Tradisi Suku Kajang Ammatoa

Suku Kajang Ammatoa memiliki banyak keunikan dalam hal tradisi yang

biasa dan sering dilakukan suku Kajang Ammatoa baik dilakukan dalam hal

Kebutuhan dan kemampuan, seperti contohnya dalam hal kebutuhan adalah adat

Akkalomba dan contohnya untuk kemampuan adalah Akkattere yang disinyalir

dipercayai sebagai ibadah Haji-nya Suku Kajang Ammatoa. Adapun tradisi besar

yang biasa dilakukan di luar kawasan atau ipantarang embayya yaitu tradisi

Appasallu atau pelantikan Camat Kajang yang dimana posisi Camat pada Suku

Kajang Ammatoa sangat penting karena ia berperan sebagai mentri perhubungan

dalam sususunan 26 pemangku adat yang dimana masing-masing memiliki tugas

tersendirinya.75

Adapun beberapa hal ritual yang biasa orang luar ketahui sebagai tradisi
73
St Jamilah Amin, Tallasa Kamase-mase Dan Zuhud: Titik Temu Kedekatan Pada
Tuhan Dalam Bingkai Pasang Ri Kajang Dan Ilmu Tasawuf, H. 64.
74
St Jamilah Amin, Tallasa Kamase-mase Dan Zuhud: Titik Temu Kedekatan Pada
Tuhan Dalam Bingkai Pasang Ri Kajang Dan Ilmu Tasawuf, Vol. 12 (Institut Agama Islam
Negeri Pare-pare, Juni 2019), H. 64.
75
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 7 Januari
2023.

39
tapi ada juga beberapa tradisi dilakukan karena suatu pelanggaran adat misalnya

Tunu Panroli, Tunu Passau, Patunra, dan hukum ringan. Dari beberapa tradisi

tersebut itu adalah tradisi yang dilakukan karena adanya seseorang yang

melakukan pelanggaran pada adat Suku Kajang, dan akan dikenakan denda.76

Lain halnya dengan tradisi Andingingi yang pada dasarnya dilakukan

karena sudah menjadi adat terdahulu yang sering dilakukan oleh masyarakat

Ammatoa dari leluhur secara turung temurung, tidak hanya itu tradisi ini juga

dilakukan pada waktu tertentu yang sudah di tentukan sebelumya yang melalui

musyawarah atau dalam Suku Kajang disebut dengan A’borong dengan para

pemangku adat atau biasa disebut dengan nama Galla’. 77

7. Tradisi Andingingi Suku Kajang

Tradisi andingingi pada Suku Kajang merupakan Tradisi yang dilakukan

secara turung temurung dari tahun ke tahun yang diwariskan oleh para leluhur

sebelumnya. Tradisi Andingingi itu sendiri memiliki pemahaman atau arti bagi

Masyarakat Kajang yaitu malakukan suatu Tradisi yang sebelumnya sudah

disepakatai oleh Amma dan di lakukan musyawarah atau A’borong oleh para

petinggi dan pemangku adat.dalam Tradisi Andingingi memiliki arti dan tujuan

yaitu sebagai ucap rasa syukur masyarakat atas limpahan hasil dari alam, ibarat

kata masyarakat menghargai Alam karena dari alam bisa menggantungkan hidup

masyarakat Kajang yang dominan sebagai petani. Dan Suku Kajang itu sendiri

sangat menghargai Alam dan tidak sembarangan dalam menebang pohon karena

ada aturan tersendiri yang dimiliki, dan dalam keseharian masyarakat tidak

diwajarkan dalam memotong ranting pohon (Assitto Kaju) sembarang karena ada

sebab dan akibatnya atau biasa disebut Pamali.78

76
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari
2023.
77
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.
78
Puto Toa, Tokoh Masyarakat Adat Ammatoa, Wawancara, Bulukumba 14 November 2022.

40
Tradisi Andingingi Suku Kajang memiliki tahapan dalam persiapannya,

yaitu sebagai berkut:

a. Musyawarah (A’borong borong)

Musyawarah atau A’borong ini dilakukan secara bersama oleh para

26 mentrinya dan diketuai ole Amma sendiri. Adapun 26 orang itu

diantaranya ialah: Amma Towa, Galla Pantama, Galla Kajang,

Galla lombo, Galla Puto, Galla Malleleng, Pu’ Kali’ (sara’),

Moncong Buloa, Salehatan, Karaeng Kajang, Galla Bantalang,

Galla SapaGalla Ganta, Galla Anjuru, Lompo Ada’, Panre, Tutoa

Sangkala, Anrong Guru, Karaeng Pattongko, Loha,

KaraengKadaha, Galla Jojjolo, Lompo Karaeng. A’borong ini

dilakukan untuk mengambil satu keputusan tentang kapan

pelaksanaan tradisi Andingingi menurut hari baik dan

perhitungannya yang berpatokan dengan bulan.79

b. Persiapan

Persiapan yang dilakukan ialah dengan membuka atau

membersihkan tempat kumpul yang khususnya yang sering

digunakan dalam Suku Kajang dalam melakukan tradisi baik

tradisi seperti Tunu Panroli dan sebagainya terutama untuk Tradisi

Andingingi Suku Kajang. Dalam persiapan ini masyarakat Suku

Kajang bergotong Royong dalam membersihkan tempat tersebut

yang biasanya disebut dengan Borong Pandingingan. Dalam

melakukan persiapan ini dengan nilai sosial yang tinggi tidak

jarang banyak masyarakat yang menyuguhkan makanan dan

minuman untuk para masyarakat yang ikut serta dalam

pembersihan borong pandingingan , tidak jarang pula bagi


79
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.

41
masyarakat dalam mengonsumsi minuman Tuak atau Ballo’

terkhusus yang meminum tuak , dan ada juga yang menyuguhkan

kopi dan makanan seperti Dumpi Eja (kue merah) dan uhu’-uhu’

(rambut-rambut).80

c. Kelengkapan tradisi

Tradisi Andingingi ini memiliki bebrapa kelengkapan utamanya

dalam makanan, untuk kelengkapannya adalah dengan

menggunakan Songkolo yang dimana Songkolo ini memiliki 3

jenis yaitu Songkolo Eja, Songkolo Le’leng dan Songkolo pute.

Kemudian dalam penggunaan Alat makan mereka menggunakan

wadah untuk menyimpangnya saat membawa ke Lokasi ritual

menggunakan Baku’ atau sebuah tempat besar yang bisa

menampung sekitar 20 liter yang terbuat dari anyaman daun

pandan , dan ketika makan mereka menggunakan Sai’ atau

tempurung kelapa yang dibentuk sedemikian rupa dengan piring

dan gelas bisa berupa tempurung kelapa atau bambu. Dan untuk

lauknya disebut dengan Kanrangang baik berupa ikan ,udang, dan

ayam. Dari tiga jenis Songkolo itu masing-masing Songkolo

menggunakan 20 liter beras ketam hitam, ketan putih, ketan

merah.81

Dari beberapa persiapan tidak hanya itu saja, dari H-2 acara tradisi akan

dilakukan sebuah kegiatan di Borong Pandingingan, yang dimana dri hari H-2 itu

dilakukan yang namanya Palenteng Ere atau sebuah ritual peletakan atau

Ngalla’biang air di Lokasi Andingingi yang sudah dipesiapkan sebuah pondok

yang beralaskan Tikar dari rotan atau Jali’ dan sebuah tappere karpet yang terbuat

80
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.
81
Jaja’, Istri dari Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.

42
dari anyaman daun pandan atau tempat dilakukan acara inti nanti, dimana

Palenteng Ere ini dilakukan dengan menggunakan Air yang disimpan dalam

bejana di tengah-tengan pondok terseut atau yang disebut dengan Barung-Barung

yang dilengkapi dengan Timbaho atau langit-langit atap yang berisi pisang atau

Loka dan Pinang atau Rappo,dan terdapat Gajong Sai’, yang dimana pada malam

itu ada dari beberapa anak atau keturunan garis besar Amma yang bermalam guna

menjaga Barung-barung itu. hal ini sama seperti dengan ritual Andingingi Balla’,

yaitu dengan melakukan peletakan seperti segenggam songkolo 3 jenis dan irisan

pisang, yang membedakan hanya air sja dengan ritual Andingingi dalam

kawasan.82

Ketika sudah pad hari H atau ritual Andingingi itu seluruh Masyarakat

Ammatoa Kajang sudah antusias berdatangan ke lokasi Borong Pandingingang

dengan segala persiapan yang sudah disiapkan, tidak hanya untuk masyarakat

dalam kawasan saja atau Ilalang Embayya banyak juga masyarakat Kajang Luar

atau Ipantarang Embayya yang ikut dalam tradisi tersebut dengan membawa

kelengkapannya yaitu Baku’ yang berisi Songkolo dan Kanrangang atau lauk.

Dalam ritual ini wajib menggunakan pakaian yang serta hitam,tidak hanya itu

untuk pelengkap lainnya juga harus memakai warna hitam atau putih, contoh

misalnya Pa’roko’ Lopu atau pembungkus untuk bakul yang dibawa harus

berwarna hitam juga, dari identitas warna hitam ini untuk laki-laki menggunakan

Passapu’ atau penutup kepala yang berupa kain hitam yang berbentu segitiga yang

ditenun khusus, kemudian menggunakan sarung hitam yang ditenun, dan

kemudian menggunakan baju warna hitam tetapi ada juga yang tidak memakai

baju terkhususnya untuk Amma, tetapi biasa disebut juga dengan Akkahi, dan

untuk perempuan sendiri juga wajib memakai serba hitam yaitu Baju hitam yang

mirip dengan baju Bodo tapi dalam Suku Kajang disebut dengan Baju Pokko,
82
Kamaruddin Pati, Tokoh Masyarakat, Bulukumba, 6 Januari 2023.

43
kemudian memakai sarung hitam, dan Assimboleng atau mengonde rambut.83

Tradisi Andingingi mempunyai tahapan dalam melakukan acara inti, dan

memiliki makna tersendiri, yaitu adalah :84

1. Asse’re atau Berkumpul di Lokasi Borong Pandingingang

yang dihadiri oleh Amma,para keturunan anak,cucu,dan cicit

dari Amma, dan para jajarannya, kemudian para masyarakat

berdatangan di Lokasi tersebut.

2. Kemudian setelah semua berdatangan maka ritual atau acara

intinya dilakukan, seperti melakukan A’be’bese atau

menyimpratkan Air dengan menggunakan dedaunan dan bunga

pinang, yang dimana dedaunan tersebut dicelupkan ke air

kemudian dicipratkan ke lokasi ritual dan mengenai orang-

orang yang hadir, hal ini dilakukan dengan mengelilingi lokasi

ritual tersebut sebanyak 3x, yang dimana bertujuan untuk

mendinginkan agar raga dan jiwanya tidak panas. Dalam ritual

ini air yang digunakan ialah air yang sebelumnya di persiapkan

dalam bejana atau Palenteng ere.

3. A’bacca’ atau mengoleskan Bedak basah atau Ba’ra’ Hasa

digian kening dan leher, yang menjadi penanda bahwa telah

mengikuti ritual sedari Awal.

4. Kemudian ialah menyiapkan Dulang atau baki yang terbuat

dari rotan yang berisi hasil Alam seperti Pisang, Songkolo,

kelapa, Kanrangang, dan tuak. Dalam dulang tersebut

83
Kamaruddin pati, tokoh Masyarakat, wawancara, Bulukumba, 7 Januari 2023.
84
Kamaruddin pati, tokoh masyarakat, wawancara, bulukumba, 7 Januari 2023.

44
ditancapkan juga lilin batan yang terbuat dari kapuk dan kemiri

yang ditumbuk halus dan dililitkan ke bambu.

5. Kemudian Ammaca dilakukanoleh Ammatoa dengan membaca

do’a dengan menggunakan Hara Api atau bara api dari

tempurung kelapan dan menggunakan wadah dari tempurung

kelapa juga yang sebelumnya di isi abu. Dalam Ammaca ini

bertujuan untuk membacakan do’a kesyukuran kepada Puang

atau Tuhan masyarakat Kajang Ammatoa Atas limpahan dari

Hasil Alam.

6. Kemudian adalah Akkehoro, yang dimana Akkehoro ini adalah

menabur songkolo dan memercikkan air dengan mengelilingi

Lokasi Ritual beberapa kali sampai Songkolo Itu habis, dimana

Akkehoro ini dilakukan oleh 3 orang yaitu yang pertama ada

yang menaburkan songkolo, kemudian dua orang tersebut

memercikkan air menggunakan tangan dengan membawa

tempat air yang berupa batok kelapa yang utuh dan atasnya

sudah dilobangi sebagai tempat memasukkan air.

7. Kemudian adalah Alla’biang, yaitu meletakkan baki yang berisi

hasil alam, kenudian piring yang dianyam dari daun kelapa

yang berisi Bannoro Pare atau Berondong padi yang berupa

padi yang disangrai hingga meletup, dan kemudian adalah

Passambi’ atau sebuah anyaman dari pucuk pohon aren yang

berbentuk menyerupai tas kecil yang berisi pisang, songkolo,

dan tuak di bambu kecil. Peletakan ini disimpan dibeberapa

tempat yang dikenal angker atau Karrasa seperti pohon, sumur,

dan sungai.

45
8. Kemudian yang terakhir adalah Angnganre-nganre atau

makan-makan bersama dilokasi tersebut dengan menyajikan 3

jenis songkolo dan Kanrangang atau lauk yang dipersiapkan

masyarakat yang datang atau Angngerang Lopu.

9. Dari beberapa susunan inti diatas ada hal-hal yang sangat perlu

untuk diperhatikan, selama ritual ini berlangsung, dimana hal-

hal tersebut sebagai syaratnya. Yang pertama ialah tidak boleh

meninggalkan lokasi atau keluar dari lokasi yang telah

ditentukan sebagai tempat ritual yang sudah ada, kemudian

harus menyalakan api yang sudah dinyalakan dari hari

sebelumnya dan tidak boleh mati apalagi ketika acara sedang

berlangsung. Dalam kelangsungan acara untuk para lelaki

umumnya akan merayakan dengan meminum tuak atau yang

sering disebut sebaga tuak dengan menggunakan gelas yang

terbuat dari tempurung kelapa dan bambu. Stelah acara inti

selesai maka kami dapat mengambil gambar atau menggunakan

alat elektronik, dan ada hal yang menarik ketika acara inti

selesai maka banyak masyarakat yang berbondong-bondong

masuk ke barung-barung atau tempat proses ritual inti yang

dimana mereka saling berebut untuk mengmbil pucuk daun

aren, kemudian ada juga tujuh jenis kayu yang diperebutkan

bahkan beberapa perlengkapan acara yang lain. Seperti gejong

atau tiba loka atau pisang timpaho atau langit-langit dan

beberapa persembahan yang disimpan di barung-barung. Hal

ini dipercaya bahwa ketika mengambil atau menyimpannya

adalah berkah atau yang biasa kita sebut sebagai barakka.

46
Selain dari acara Adingingi di awal tahun ada juga acara

Adingingi lainnya, yang dimana acara tersebut diambil alih

oleh salah satu jajaran di Ammatoa, seperti contoh Galla

Jojjolo, maka ia akan mengadakan suatu acara dengan tujuan

untuk menunjukkan tradisi budaya suku kajang, yang dikenal

seperti Tunu Panroli, Pabitte Pasappu dan masih banyak yang

lainnya. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak dilakukan di

Borong Padindingan, namun dilakukan di lokasi lain. Hal ini

juga berbeda dengan acara Adinging yang pada intinya, tetapi

acara tersebut juga menggambarkan bagaimana situasi

Adinging, dan pada acara tersebut juga ada yang membawa

makanan seperti yang terdapat dalam acara Adingning. Acara

ini juga terkadang dihadiri oleh beberapa Sastrawan, Pejabat

luar dan beberapa sponsor besar seperti Wonderful Indonesia,

acara ini juga biasa didukung penuh oleh Bupati Bulukumba

dan juga dihadiri langsung Oleh Bupati Bulukumba.

47
GAMBAR SITUASI RITUAL ANDINGINGI

a. Suasana berkumpulnya semua Masyarakat yang hadir dalam ritual

Andingingi

Gambar 1.385

b. Suasana pondok atau Barung-barung.

85
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.

48
Gambar 1.486

c. Suasana pengambilan barakka’ yang ada di Barung-barung

Gambar 1.587

d. Suasana Angnganre-nganre.

86
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.
87
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.

49
Gambar 1.688

e. Suasana setelah ritual selesai.

Gambar 1.789

f. Gambar dalam perjalanan pulang.

88
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.
89
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.

50
Gambar 1.890

g. Gambar peralatan makan yang terbuat dari anyaman daun dan

tempurung kelapa.

Gambar 1.991

h. Gambar rumah A’borongang atau rumah untuk bermusyawarah dan

menerima tamu.

90
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.
91
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.

51
Gambar 1.1092

8. Penamaan Bulan dan Arti dari Penamaan Hari

Kalender Suku Kajang pada umunya juga menggunakan Kalender Hijriah

seperti yang digunakan oleh masyarakat diluar kawasan maupun diluar daerah,

yang dimana juga Suku Kajang juga berpatokan pada pergerakan bulan dalam

perhitungan hari biasa dan hari baik sekalipun, dan dalam penamaan bulan dalam

penggunaannya memilki penamaan dalam bahasa Konjo dan memiliki arti dan

asal muasal dari penamaannya . Dan dalam hitungan hari Suku Kajang juga

menggunakan penamaan hari seperti biasa pada umunya dan adapula penamaan

dalam bahasa Konjo itu sendiri dan memiliki arti untuk setiap satu harinya.93

Penamaan untuk bulan terbagi menjadi 12 seperti pada umunya, adapun

penamaan dan artinya sebagai berikut:

Nama bulan
No Nama bula (Suku Kajang) Artinya
(umumnya)

92
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar, bulukumba, 7
januari 2023.
93
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.

52
1 Januari Kintarang Purnama

2 Februari Lamung Baddo Tanam jagung

3 Maret Lamung Baddo Tanam jagung

April Tahuru pare (melakukan baca Menabur benih


4
doang atau do’a) padi

Mei Attanang pare (dilakukan Menanam padi


5
ma’salama’ atau Syukuran)

6 Juni Tajang allo Menunggu hari

Jui Tajang allo Menunggu hari


7

8 Agustus Tajang allo Menunggu hari

September Tajang allo (anyangki atau panen Menunggu hari


9
padi) (panen padi)

10 Oktober Anjama Bekerja

11 November Anjama Bekerja

12 Desember Lamung baddo Tanam jagung

53
Tabel 1.1 Penamaan Bulan Dan Artinya94

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Masyarakat Suku Kajang

dominan memiliki profesi sebagai petani, yang dimana berbagai sumber

kebutuhannya berasal dari alam, dan alam juga memiliki potensi tinggi dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat Suku Kajang Ammatoa, karena alamnya yang

masih terjaga kelestariannya.Penamaan bulan ini juga berasal dari kegiatan

masyarakat Kajang yang di lakukan dari waktu kewatu yang dijadikan sebagai

sumber kebutuhan bahan dan pangan. Selanjutnya dalam penamaan hari dan

artinya tehitung sebanyak 7 hari pada umunya, seperti sebagai berikut pada tabel.

Nama hari
Nama hari Makna (dalam Suku
No (pada Artinya
(Suku Kajang) Kajang)
umumnya)

1 Senin Sanneng Appa’ allona Empat dari

sanneng hari senin

2 Selasa Salasa Allo harang Hari haram

3 Rabu Araba’ Pinruang araba’ Dua kali

rabu

4 Kamis Kammisi Pammula kammisi Permulaan


94
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.

54
kamis

5 Jum’at Juma’ Pitujui juma’ Mengikutkan

jum’at

6 Sabtu Sattu Halu-halu

7 Minggu Minggu Poko’ pattaungang Pokok

tahunan

Tabel 1.2 Penamaan Hari dan Artinya95

Dari tabel diatas dapat kita ketahui, bahwa dalam penamaan harinya juga

berkaitan dengan suatu kejadian atau kebiasaan, terkhususnya pada hari Selasa

atau Salasa yang memiliki makna yaitu mengapa hari tersebut diharamkan karena

pada zaman dahulu ada seorang anak lelaki yang membawa lari anak perempuan

seseorang atau biasa disebut dengan Silariang, pada waktu kejadian tersebut

seluru petua adat bermusyawarah atau A’borong tentang kejadian tersebut yang

dimana laki-laki tersebut dikenakan sangsi adat dengan ganti rugi 40 ekor kerbau,

tetapi tidak diidahkan oleh lelaki tersebut, maka diharamkan lah hari selasa

tersebut pada Suku Kajang, tapi tidak semua masyarakat melakukan hal tersebut

ada juga yang menganggap hari selasa merupakan hari biasa seperti hari lainnya.96

95
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.
96
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.

55
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian dan wawancara langsung kepada

Ketua Adat Suku Kajang atau disebut dengan Amma Toa (Bapak yang di Tuakan)

yang berkaitan dengan eksistensi penanggalan Hijriah pada upacara Adat

Tradisional Suku Kajang, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Suku Kajang yang berada pada wilaya Kawasan adat Ammatoa ialah

merupakan suatu Organisasi Masyarakat yang masih menganut budaya

dan tradisi dari leluhur secara turung temurung. Suku Kajang sendiri

dikenal dengan beragama Islam, akantetapi disisi lain juga

mempercayai yang namanya Patuntung, dimana patuntung itu sendiri

56
tidak lepas dari yang namanya Pasang Ri Kajang, pasang ini sendiri

memiliki arti penting dan pasang itu sendiri memiliki berbagai ajaran

leluhur yang tujuannya menuntun manusia untuk berbuat baik, hidup

jujur, dan sederhana, sebagaimana yang dianut oleh Suku Kajang.

2. Sistem penanggalan Kajang pada umumnya juga berpatokan pada

penanggalan Hijriah, yaitu dengan menggunakan peredaran dan

perhitungan Bulan. Tetapi memiliki penamaan sendiri sesuai dengan

kegiatan keseharian atau dalam kegiatan bertani yang menjadi penanda

untuk mengingatkan setiap bulanya bahwa bulan sudah berpindah dari

satu bulan ke bulan selanjutnya, seperti halnya dengan penamaan hari

yang memiliki arti dan makna.

3. Tradisi yang dimemiliki Suku Kajang sangat banyak, yaitu misalnya

Attunu Panroli, Attunu Passau, Patunra, P’bitte Passapau, Akkalomba,

Akkattere, A’dangang, dan Andingingi. Yaitu fokus pada penelitian ini

adalah Andingingi, dimana Andingingi ini dilakukan oleh Suku Kajang

setiap Tahunnya pada awal tahun, dan sebelum tradisi itu dilakukan

maka diadakan sebelumnya sebuah musyawarah atau A’borong dengan

para mentri Ammatoa yang berjumlah 26. Dalam menjalankannya

diutamkan sebuah persiapan atau pembersihan dan penataan pada lokasi

yang akan dilakukan ritual Andingingi yaitu di Borong Pandingingang,

kemudian mengadakan semua kelengkapan baik dari segi barang

maupun makanan.

B. Implikasi Penelitian

1. Diharapkan kepada pemerintah khususnya pada bidang pariwisata

untuk lebih mengembangkan adat dan kultur agar bisa dijaga dengan

baik dengan adanya perlindungan dari pemerintah sebagai bentuk

57
penghargaan kepada Suku Tersebut yang menjadi identitas besar

Kabupaten Bulukumba, dengan mengadakan penataan bidang

pariwisata yang baik.

2. Pengkajian terhadap Tradisi Suku Kajang ini bertujuan untuk

memperkenalkan apa itu Suku Kajang, apa saja Tradisinya, dan

bagaimana sistem penataan masyarakat dan keagamaannya, agar dapat

menjadi rujukan bagi calon peneliti kedepannya dan menjadikannya

sebgaia bahan penelitian.

3. Peneliti sendiri mengharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan

dan pengetahuan bagi masyarakat luar tentang apa itu Suku Kajang dan

bagaimana cara Suku Kajang dalam menjalankan tradisinya, sehingga

masyarakat dapat mengetahui dan mengenal lebih Tradisi Suku Kajang.

Penulis menyadari pada penulisan skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan dan kesalahan, baik dalam pemaparan kata dan pengaplikasian bahasa

yang kurang baik dalam menganalisis suatu masalah yang dikaji. Dengan

demikian saran dan kritik sangat diharapkan dan dibutuhkan untuk membangun

semangat penulis dalam menyempurnakan lagi penelitian yang dilakukan.

58
Daftar Pustaka

Abdul Baqi, Muhammad Fu'ad (penulis); Abu Firly Basaam Taqiy (penerjemah);
Abdul Bakir (editor). (2017). Shahih Bukhari Muslim : kumpulan Hadist
tersahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sekaligus /
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi ; penerjemah, Abu Firly Basaam Taqiy,
S.Ag. ; editor, Abdul Bakir, S. Ag.. Yogyakarta :; © 2017; © 2013: Lontar
Mediatama.
Amin, S. J. (2019). Talassa Kamase-Mase dan Zuhud: Titik Temu Kedekatan
pada Tuhan dalam Bingkai Pasang Ri Kajang dan Ilmu
Tasawuf. KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan, 12(1),
61-75.
Anwar, S. Kalender Hijriah Global, Penyatuan Jatuhnya Hari Arafah. Makalah.
Anwar, Syamsul. 2008. Hari Raya & Problematika Hisab Rukyat. Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah.
An-Naisaburi, M. b. A. A., Masyhari, Tatam Wijaya, & Nanang Ni'amurrahman.
(2012). Ensiklopedia hadits: Shahih Muslim 2. Jakarta: Almahira.
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar.Mengenal Karya-kaya Ilmu Falak Nusantara :
Transmisi, Anotasi, Biografi / Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar .2017

59
Azhari, S., & Ibrahim, I. A. (2008). Kalender Jawa Islam: Memadukan Tradisi
dan Tuntutan Syar'i. Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum, 42(1),
131-147.
Azhari, Susiknan. "Gagasan Menyatukan Umat Islam Indonesia Melalui Kalender
Islam." AHKAM: Jurnal Ilmu Syariah 15.2 (2015).
Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi, Haji, 1980- (penulis). (2018;
©2018). Pengantar ilmu falak: teori, praktik, dan fikih/ Dr. H. Arwin Juli
Rakhmadi Butar-Butar, M.A.. Depok:: Rajawali Pers,.
Butar-Butar, A. J. R. (2014). Kalender; Sejarah Dan Arti Pentingnya Dalam
Kehidupan. Semarang: Cv. Bisnis Muia Konsultama.
Fitra, T. R. (2018). Fikih Kalender Hijriah Unifikatif. Istinbath Jurnal Hukum dan
Ekonomi Islam, 17(2).
Gumilang, G. S. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan
konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2).
Hamdun, 2007 “Studi Penyusunan Kalender Hijriah Di Indonesia”, Skripsi. UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Hijjang, P. (2014). Pasang dan Kepemimpinan Ammatoa: Memahami Kembali
Sistem Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Adat dalam Pengelolaan
Sumberdaya Hutan di Kajang Sulawesi Selatan. Antropologi Indonesia.
Hijjang, P. (2014). Pasang dan Kepemimpinan Ammatoa: Memahami Kembali
Sistem Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Adat dalam Pengelolaan
Sumberdaya Hutan di Kajang Sulawesi Selatan. Antropologi Indonesia.
Ibrahim, Ibnor Azil dan Safiai, Mohd Hafiz Ilmu Falak Menyongsong Zaman
Menjana Tamadun (Prosiding Persidangan Antara Bangsa Falak di Dunia
Islam). Akademi Falak Malaysia.
Ichwan, M., Reskiani, U., Indah, A. L., Makmur, A. N. A. F., & Djafar, E. M.
(2021). Pasang ri Kajang: Tradisi Lisan Masyarakat Adat Ammatoa Suku
Kajang dalam Pembentukan Karakter Konservasi. Ideas: Jurnal
Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 7(4), 133-142.
Ichwan, M., Reskiani, U., Indah, A. L., Makmur, A. N. A. F., & Djafar, E. M.
(2021). Pasang ri Kajang: Tradisi Lisan Masyarakat Adat Ammatoa Suku
Kajang dalam Pembentukan Karakter Konservasi. Ideas: Jurnal
Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 7(4), 133-142.
INDONESIA, D. A. R. I. (1981). Almanak hisab rukyat. Jakarta: Proyek
Pembinaan BPAI.
Kadir, A. (2012). Formula Baru Ilmu Falak: Panduan Lengkap & Praktis: Hisab
Arah Kiblat, Waktu-waktu Shalat & Awal Bulan dan Gerhana. Amzah.
Kurniawan, T. (2010). Ilmu Falak dan Tinjauan Matlak Global. Yogyakarta:
MPKSDI Yogyakarta
Maskufa. (2010). Ilmu falak (Cet. 1.). Jakarta: Gaung Persada.

60
Muhammad Hadi Bashori, 1991-; Achmad Zirzis. (2015). Pengantar ilmu falak :
panduan lengkap tentang teori dan praktik hisab, arah kiblat, waktu salat,
awal bulan qamariah dan gerhana / Muhammad Hadi Bashori ; editor,
Achmad Zirzis. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Murtadho, Moh. 2008. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press.
Muthohar, Ahmad Syarif. "Penyatuan Alamanak Hijriah Nasional Perspektif
Nahdlatul Ulama." Skripsi Sarjana Hukum Islam, Semarang,
Perpustakaan UIN Walisongo Semarang (2015).
Nashirudin, Muh. 2013. Kalender Hijriah Universal. Semarang: El-Wafa.
Qulub, S. T. (2017). Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan
Mohammad Ilyas. Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu
Berkaitan, 3(1).
Rahmayani, E., Nadjib, M., & Kahar, K. (2017). Pola Perilaku Komunikasi
Masyarakat di Kawasan Adat Ammatoa Kajang. KAREBA: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 361-370.
Rahmayani, E., Nadjib, M., & Kahar, K. (2017). Pola Perilaku Komunikasi
Masyarakat di Kawasan Adat Ammatoa Kajang. KAREBA: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 361-370.
Shihab, Q. (2012). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-
Quran (Cet. 1.). Jakarta: Lentera Hati.
Qulub, S. T. (2017). Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan
Mohammad Ilyas. Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu
Berkaitan, 3(1).
Syamsurijal, S. (2021). ILALANG EMBAYYA BIARLAH BERBEDA;
MENGAKUI HAK-HAK KULTURAL KOMUNITAS LOKAL TANAH
TOA KAJANG DALAM BINGKAI
MULTIKULTURALISME. MIMIKRI, 7(2), 94-116.
Syarif, M. R. (2018). Diskursus Perkembangan Formulasi Kalender
Hijriah. ELFALAKY, 2(1). Vivit Fitriyanti, “Penerapan Ilmu Astronomi
Dalam Upaya Unifikasi Kalender Hijriyah di Indonesia”
Yusuf, C. F., & Hakim, B. A. (2004). Hisab Rukyat dan Perbedaannya.
Website
https://www.google.com/amp/s/docplayer.imfo/amp/6879245-akhir-karakteristik-
model-spasial-kabupaten-bulukumba-berbasis-gis-dan-remote-sensing-
menggunakan-citra-landsat.html
Kabupaten Bulukumba”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulukumba
Gambar diambil melalui tangkapan layar daria Aplikasi Google Earth Pro
Kecamatan Kajang”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kajang,_Bulukumba
Peta Bulukumba”, https://bulukumbsksb.go.id/peta-bulukumba

61
Jumlah Penduduk” https://bulukumbakab.bps.go.id/indicator/12/34/1/jumlah-
penduduk-hasil-proyeksi.html
https://sulselprov.go.id/pages/des_kab/4
https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/adat_ammatoa_kajang
Wawancara
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1
Januari 2023.
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1
Januari 2023.
Puto Toa, Tokoh Masyarakat Adat Ammatoa, Wawancara, Bulukumba 14
November 2022.
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1
Januari 2023.
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1
Januari 2023.
Jaja’, Istri dari Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1 Januari 2023.
Kamaruddin Pati, Tokoh Masyarakat, Bulukumba, 6 Januari 2023.
Kamaruddin pati, tokoh Masyarakat, wawancara, Bulukumba, 7 Januari 2023.
Kamaruddin pati, tokoh masyarakat, wawancara, bulukumba, 7 Januari 2023.
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar,
bulukumba, 7 januari 2023.
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, dokumentasi gambar,
bulukumba, 7 januari 2023.
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar,
bulukumba, 7 januari 2023.
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar,
bulukumba, 7 januari 2023.
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar,
bulukumba, 7 januari 2023.
Gambar diambil melalui tinjauan langsung lapangan, Dokumentasi gambar,
bulukumba, 7 januari 2023.
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1
Januari 2023.
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1
Januari 2023.
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1
Januari 2023.
Amma toa,Kepala Adat Suku Kajang Ammatoa, Wawancara, Bulukumba, 1

62
Januari 2023.

63

Anda mungkin juga menyukai