Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENELITIAN LAPANGAN II

POLA PERGERAKAN INDEPENDENT TRAVELERS


MILENIAL YANG BERKUNJUNG KE KOTA SEMARANG

NAMA KELOMPOK:
1. MELIANA GUSTI ALIA 1811521001
2. BAIQ SUKMA WAHIDA 1811521015
3. AKHMAD FARRKHAN FARRABI AZRA 1811521019
4. DINDA ADELLIA BUDIARTO 1811521027
5. ARSY CHAIRUNNISA 1811521046
6. I MADE WESYA PUTRA ADIYADNYA 1811521048
7. TRI AGUNG WAHYU PAMUNGKAS 1811521052

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA


FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN
“Pola Pergerakan Independent Travelers Milenial yang Berkunjung ke Kota Semarang”

Oleh:
Meliana Gusti Alia 1811521001
Baiq Sukma Wahida 1811521015
Akhmad Farrkhan Farrabi Azra 1811521019
Dinda Adellia Budiarto 1811521027
Arsy Chairunnisa 1811521046
I Made Wesya Putra Adiyadnya 1811521048
Tri Agung Wahyu Pamungkas 1811521052

Laporan Penelitian Lapangan II


Telah Diujikan pada Tanggal 11 Juni 2020

Pembimbing Penguji

I Gst. Putu Bgs. Sasrawan Mananda, SST.Par., MM., M.Par. Drs. I Ketut Suwena, M.Hum
NIP. 19770820 200501 1 004 NIP. 19601231 198601 1 002

Mengetahui,
Koordinator Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata

Drs. I Ketut Suwena, M.Hum.


NIP. 19601231 198601 1 002
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan taufik serta hidayah -Nya, tim peneliti dapat
menyelesaikan Laporan Penelitian Lapangan II dengan judul “Pola Pergerakan
Independent Travelers Milenial yang Berkunjung ke Kota Semarang” dengan baik.
Penelitian Lapangan ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Program
Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Oleh sebab
itu dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. I Nyoman Sunarta, M,Si. selaku Dekan Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana beserta jajarannya;
2. Bapak Drs. I Ketut Suwena, M.Hum. selaku Koordinator Program Studi S1
Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana dan
Dosen Penguji Penelitian Lapangan II;
3. Bapak I Gst. Putu Bgs. Sasrawan Mananda, SST.Par., MM., M.Par. selaku
Koordinator Penelitian Lapangan II dan Dosen Pembimbing II Penelitian
Lapangan II
4. Ibu Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par. selaku Dosen Pembimbing I Penelitian
Lapangan II;
5. Kedua Orangtua tim peneliti yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dalam proses penelitian;
6. Teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata
Angkatan 2018 Fakultas Pariwisata Universitas Udayana; serta
7. Semua pihak lain terkait yang membantu tim peneliti selama proses hingga
laporan Penelitian Lapangan ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan Laporan Penelitian Lapangan II, tim peneliti menyadari masih
banyak kesalahan dan kekurangan yang tidak sengaja sehingga tim peneliti berharap dari
para pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
penulisan laporan di kemudian hari.
Akhirnya, tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada pembaca, semoga laporan
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak yang terkait.
Denpasar, Juni 2020
Tim Peneliti

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................... v
BAB I............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4
BAB II ........................................................................................................................... 5
2.1 Telaah Penelitian Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................. 5
2.2 Deskripsi Konsep/Teori..................................................................................... 5
2.3 Kerangka Berpikir............................................................................................. 8
BAB III .......................................................................................................................... 9
3.1 Lokasi Penelitian............................................................................................... 9
3.2 Definisi Operasional Variabel/Ruang Lingkup Penelitian ................................... 9
3.3 Instrumen Penelitian........................................................................................ 10
3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 10
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 11
3.6 Teknik Penentuan Sampel................................................................................ 12
3.7 Teknik Analisa Data ........................................................................................ 13
BAB IV ........................................................................................................................ 15
4.1 Klasifikasi Karakteristik Independen Travelers Milenial yang Berkunjung ke
Kota Semarang (Teori Tourist Descriptor dan Trip Descriptor Menurut Seaton &
Bennet, 1996)............................................................................................................ 15
4.2 Pola Pergerakan Independent Travelers Milenial yang Berkunjung ke Kota
Semarang (Teori Pola Pergerakan Menurut Lau & McKercher, 2006) ......................... 20
4.1 Alasan Independent Travelers Milenial Melakukan Independent Travel dan
Masukan Bagi Pariwisata Kota Semarang................................................................... 22
BAB V ......................................................................................................................... 23
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 23

iii
5.2 Saran .............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 25

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel .......................................................................9
Tabel 4.1.1 a. Klasifikasi Karakteristik Independent Travelers Milenial .........................15
Tabel 4.1.1 b. Daerah Asal Independent Travelers Milenial ...........................................16
Tabel 4.1.2 Klasifikasi Perjalanan Independent Travelers Milenial.................................18

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara yang dilintasi
oleh garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, dengan luas wilayah 7.81 juta km 2 yang terdiri dari
2.01 juta km 2 daratan, 3.25 juta km 2 lautan. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia
di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di
Pulau Timor. Indonesia terdiri dari beberapa pulau di dalamnya yang mana salah satu
pulau terbesarnya yaitu Pulau Jawa sebagai pulau terpadat penduduknya. Salah satu kota
terpadat di Pulau Jawa adalah Kota Semarang.
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia, terletak 558
Km sebelah timur Jakarta, atau 312 Km sebelah barat Surabaya, atau 621 Km sebalah
barat daya Banjarmasin via udara. Kota Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di
sebelah utara, Kabupaten Demak di sebelah timur, Kabupaten Semarang di sebelah
selatan, dan Kabupaten Kendal di sebelah barat. Kota Semarang adalah ibu kota
Provinsi Jawa Tengah, sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia sesudah
Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Sebagai salah satu kota paling berkembang di
Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk lebih dari 1,7 juta
jiwa dan siang hari bisa mencapai 2 juta jiwa. Kawasan Semarang yang tergabung dalam
wilayah metropolitan Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Kabupaten Semarang,
Kota Salatiga, Kota Semarang dan Purwodadi, Kabupaten Grobogan) berpenduduk
mencapai 7,3 juta jiwa, sekaligus sebagai wilayah metropolitan terpadat keempat,
setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusilo (Surabaya), dan Bandung Raya.
Dari pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, mayoritas pengunjung yang
berwisata di Kota Semarang adalah wisatawan dari luar Kota Semarang maupun
pelancong (traveler) dari Kota Semarang dengan karakteristik anak muda yang
melakukan perjalanannya secara mandiri (independent) bersama teman maupun
keluarga mereka. Dari pengamatan tersebut, maka peneliti mengasumsikan bahwa
pengunjung di Kota Semarang merupakan pengunjung dari generasi milenial, yaitu

1
generasi yang lahir antara tahun 1980-2000 (Kemenpppa, 2018) dan generasi berikutnya
dan membentuk pola pergerakan tertentu.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, jumlah kunjungan wisatawan
terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah wisatawan tidak hanya meningkat
pada wisatawan domestik saja, jumlah wisatawan asing juga mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Jenis wisata yang paling banyak kunjungi oleh wisatawan yaitu wisata
buatan dan wisata budaya. Wisata budaya di Kota Semarang terdiri dari candi, museum,
dan gua. Jumlah kunjungan wisatawan domestik yang datang ke Candi pada tahun 2018
mencapai 670 ribu, mayoritas wisatawan yang datang yaitu wisatawan domestik. Wisata
alam yang ada di Kota Semarang terdiri dari curug dan air terjun, namun jumlah
kunjungan wisata alam di Kota Semarang tidak terlalu banyak diminati oleh wisatawan
karena akses menuju lokasi wisata yang sulit dijangkau oleh wisatawan. Wisata buatan
menduduki peringkat pertama dalam jumlah kunjungan wisatawan terbanyak karena
wisata buatan lebih diminati oleh banyak wisatawan daripada wisata alam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Semarang rata-rata jumlah kunjungan
wisatawan Kota Semarang mencapai 1,9 juta wisatawan setiap tahunnya, angka tersebut
terus meningkat setiap tahunnya. Kenaikan jumlah kunjungan wisatawan sangat drastis
dari 4 tahun hingga 2 tahun sebelumnya. Pada bulan Januari 2020 jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara melalui pintu masuk Bandara Ahmad Yani mencapai 2.235
kunjungan. Dilihat dari asal negaranya warga negara Malaysia menjadi wisatawan
mancanegara terbanyak mengunjungi Kota Semarang sebanyak 849 kunjungan yang
disusul oleh warga negara Singapura sebanyak 279 kunjungan dan warga negara
Tiongkok 113 kunjungan di bulan Januari 2020 melalui pintu masuk Bandara Ahmad
Yani.
Sejak tahun 2012, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa
Tengah bekerja sama dengan industri pariwisata Jawa Tengah merancang pola
perjalanan yang mana Kota Semarang menjadi salah satu pintu masuk wisatawan
menuju ke pola perjalanan destinasi Borobudur-Dieng. Melalui Kota Semarang ini,
maka wisatawan dapat mengunjungi ke Klenteng Sam Poo Kong, Gedung Lawang
Sewu, Kota Lama dan destinasi wisata lainya sebelum menuju ke Borobudur-Dieng.
Menurut Bisma Jatmika, Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan
Kepariwisataan Badan Otorita Borobudur (BOB) mengungkapkan bahwa pola
perjalanan DIY dan Jateng yang sudah menjadi produk, bukan sekedar atraksi alam dan
budaya, namun harus menjadi produk yang dijual ke wisatawan. Oleh karena itu, pelaku

2
pariwisata saling berkoordinasi untuk mengupayakan pola perjalanan wisata yang siap
dinikmati oleh wisatawan, sehingga wisatawan mendapatkan gambaran alur perjalanan
mereka.
Dalam pembahasan pola perjalanan wisatawan, Seaton & Bennet (1996)
menyatakan bahwa hal ini tidak bisa terlepas dari menganalisis karakteristik wisatawan
(Tourist Descriptor) dan karakteristik perjalanan (Trip Descriptor). Dua hal ini sangat
berpengaruh pada pola perjalanan yang akan ditempuh oleh wisatawan itu sendiri. Tim
peneliti menggunakan konsep perjalanan mandiri oleh Hyde & Lawson (2003) untuk
menentukan gambaran perjalanan yang diatur sendiri oleh wisatawan. Selain itu, tim
peneliti juga menggunakan bentuk pola pergerakan wisatawan menurut Lau &
McKercher (2006) untuk menentukan pola pergerakan yang terbentuk dari karakteristik
wisatawan dan perjalanan yang didapatkan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Kota Semarang terkait dengan pola
pergerakan wisatawan tersebut, maka tim peneliti ingin menganalisis pola pergerakan
pengunjung (travelers) milenial yang mengatur perjalanan secara mandiri (independent
travel) ke Kota Semarang. Sehingga hasil dari penelitian ini mampu menjadi acuan
berbagai pelaku pariwisata untuk mengembangkan pariwisata di Kota Semarang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik independent traveler milenial yang berkunjung ke Kota
Semarang?
2. Bagaimana pola pergerakan independent traveler milenial yang berkunjung ke
Kota Semarang?
3. Apa alasan traveler milenial melakukan independent travel dan masukan bagi
pariwisata Kota Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui karakteristik independent traveler milenial yang berkunjung ke
Kota Semarang.

3
2. Menganalisis dan mengetahui pola pergerakan independent traveler milenial
yang berkunjung ke Kota Semarang.
3. Mengetahui alasan traveler milenial melakukan independent travel dan masukan
bagi pariwisata Kota Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan mampu
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Mampu memberikan pengetahuan mengenai karakteristik dan pola
perjalanan independent traveler milenial di Kota Semarang.
2. Manfaat Praktis
Mampu memberikan referensi dan acuan baik bagi para pihak
stakeholder di bidang pariwisata Kota Semarang dalam penawaran paket
wisatawan baru, peningkatan dan pengembangan kualitas pelayanan,
penyediaan fasilitas dan aksesibilitas pendukung yang ada di Kota Semarang
sesuai dengan karakteristik dan pola pergerakan independent traveler milenial.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Hasil Penelitian Sebelumnya


Tinjauan hasil penelitian sebelumnya dilakukan terhadap beberapa penelitian
mengenai pola perjalanan wisatawan , yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian oleh Andriani (2018) dengan judul “Pola Perjalanan Wisatawan
Timur Tengah Berdasarkan Profil Wisatawan dan Motivasi Pola Pergerakan
di Bandung.” Jurnal ini menjelaskan bahwa dalam aspek profil wisatawan dan
motivasi pola pergerakan wisatawan, wisatawan timur tengah tergolong
wisatawan kelas menengah atas sehingga lebih menyukai barang-barang
mewah. Wisatawan timur tengah yang melakukan perjalanan wisata di
Bandung termasuk segmentasi wisatawan yang berpasangan atau
berkeluarga. Kajian penelitian dengan jurnal ini yaitu pembahasan
menggunakan teori pergerakan wisatawan menurut Lau & McKercher (2006)
dengan klasifikasi pola perjalanan single point, base site, stopover, chaining
loop, destination region loopy, dan complex neighbourhood. Perbedaannya
yaitu jurnal ini membahas mengenai wisatawan timur tengah yang berwisata
di Bandung.
b. Penelitian oleh Sucipto (2019) dengan judul “Pola Kunjungan dan Pergerakan
Wisatawan di KSPK Semarang Tengah dan Sekitarnya.” Jurnal ini
menjelaskan bahwa secara spasial pola pergerakan wisatawan dalam
mengunjungi objek-objek wisata budaya di Kota Semarang Tengah lebih
didominasi oleh pola pergerakan multi pattern (68,2%) dibandingkan dengan
pola pergerakan single pattern (31,8%). Kajian penelitian dengan jurnal ini
memiliki persamaan yaitu membahas pola pergerakan wisatawan di Kota
Semarang. Perbedaannya yaitu jurnal ini mengkhususkan di wilayah
Semarang Tengah dan tidak membahas inovasi produk wisata.

2.2 Deskripsi Konsep/Teori


Dalam melakukan penelitian ini, beberapa teori dan konsep yang digunakan oleh
tim peneliti adalah sebagai berikut:

5
a. Pengertian Pola Perjalanan Wisata
Menurut Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) (2010)
yang dimaksud dengan pola perjalanan (Travel Pattern) adalah pola perjalanan
wisata yang dilakukan melalui identifikasi dari pemetaan potensi daya tarik wisata,
fasilitas pendukung dan aksesibilitas menuju suatu lokasi daya tarik wisata sebagai
suatu rangkaian perjalanan wisata. Sedangkan, menurut RENSTRA tahun 2015 –
2019, pola perjalanan pariwisata adalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan
wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi
informasi tentang fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai
pilihan perjalanan wisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata.
b. Teori-Teori Pola Perjalanan Wisata
1. Teori Karakteristik Wisatawan (Tourist Descriptor) menurut Seaton &
Bennet (1996)
Teori ini berfokus pada karakteristik wisatawan berdasarkan
karakteristik sosio-demografisnya seperti jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, kelas sosial, ukuran keluarga atau
jumlah anggota dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut.
Karakteristik sosio-demografis ini akan berkaitan satu sama lain secara tidak
langsung yang bisa berpengaruh kepada kemampuan orang tersebut dalam
berwisata. Karakteristik wisatawan ini juga didasari oleh karakteristik
geografis seperti daerah asal, karakteristik psikologis seperti life-style, dan
latar belakang lain wisatawan secara personal.
2. Teori Karakteristik Perjalanan (Trip Descriptor) menurut Seaton & Bennet
(1996)
Wisatawan yang dibagi berdasarkan dalam kelompok-kelompok
berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis
perjalanannya dibedakan menjadi: perjalanan rekreasi, mengunjungi
teman/keluarga, perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya. Smith
(1989) menambahkan jenis perjalanan untuk Kesehatan dan keagamaan di
luar kelompok lainnya. Kemudian jenis-jenis perjalanan ini juga dapat
dibedakan berdasarkan lama waktu perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu
melakukan perjalanan, akomodasi yang digunakan, moda transportasi, teman
perjalanan, dan pengorganisasian perjalanan.

6
3. Teori Pola Pergerakan Wisatawan menurut Lau dan McKercher (2006)
a. Single Point, yaitu pergerakan yang menuju hanya satu titik destinasi
tanpa mengunjungi titik destinasi lain dan kembali ke tempat asal dengan
menggunakan rute yang sama.
b. Base Site, yaitu pola pergerakan yang menyerupai sebaran sinar dengan
satu titik pusat. Wisatawan memulai perjalanan dari tempat asal dan
menuju tujuan utama dan dilanjutkan melakukan kunjungan ke tujuan
sekunder dalam wilayah tertentu.
c. Stop Over, yaitu pergerakan yang menuju satu titik destinasi utama
dimana mengunjungi titik destinasi lain (sekunder) dalam proses
perherakannya.
d. Chaining Loop, yaitu pergerakan dengan memutar seperti cicin yang
menghubungkan dua titik atau lebih titik dan tidak melakukan
pengulangan rute.
e. Destination Region Loopy, yaitu pergerakan wisatawan dimulai dengan
rute mengelilingi destinasi lainnya. Setelah menyelesaikan tur secara
berkeliling (pola lingkaran), mereka akan kembali ke tempat asal melalui
rute yang paling singkat antara tujuan utama dan tempat asal berangkat.
Ini merupakan gabungan dari pola single point dan chaining loop.
f. Complex Neighbourhood, yaitu gabungan beberapa atau keseluruhan pola
perjalanan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pola ini menggambarkan
kompleksitas pola pergerakan wisatawan yang memungkinkan variasi
dan campuran pola perjalanan yang berbeda.
c. Konsep Generasi Milenial
Menurut Manheim (1952) dalam (Kemenpppa, 2018), generasi adalah suatu
konstruksi sosial yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki
kesamaan umur dan pengalaman historis yang sama. Individu yang menjadi bagian
dari satu generasi, adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam rentang
waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama.
Istilah milenial muncul pertama kali di buku berjudul Millennials Rising: The
Next Generation (2000) yang ditulis oleh William Strauss dan Neil. Generasi
milenial adalah mereka yang lahir dalam rentang waktu 1983 sampai dengan 2001
(Carlson, 2008). Sedangkan menurut Generation Theory milik Karl Mannheim
(1923), generasi milenial adalah generasi yang lahir pada rasio tahun 1980 sampai

7
dengan 2000. Generasi milenial juga disebut sebagai generasi Y. Menurut
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa)
Republik Indonesia konsep generasi milenial Indonesia adalah penduduk Indonesia
yang lahir antara tahun 1980-2000.
d. Konsep Pengorganisasian Perjalanan Sendiri (Independent Travel)
Dalam Hyde & Lawson (2003), bagi industri perjalanan, wisatawan yang
menggunakan paket (package travelers) adalah wisatawan yang telah melakukan
pemesanan perjalanan dan akomodasi mereka serta kebutuhan berwisata lainnya
dalam bentuk paket wisata melalui agen perjalanan (travel retailer). Sedangkan
wisatawan mandiri (independent travelers) adalah wisatawan yang tidak
menggunakan paket wisata, dalam artian, mereka tidak memesan keseluruhan
perjalanan mereka melalui agen perjalanan (travel retailer). Namun, bagi wisatawan
yang hanya melakukan pemesanan tiket pesawat di agen perjalanan atau melakukan
pemesanan akomodasi melalui internet langsung kepada penyedia masih termasuk
dalam wisatawan mandiri (independent travelers).
Menurut Lozanski (2011), wisatawan mandiri (independent travelers) lebih
memilih menyebut dirinya sebagai pelancong dari pada wisatawan karena pada
umumnya pengorganisasian perjalanan secara mandiri ini dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 24 jam (day tripper) dan dilakukan orang golongan menengah ke
bawah (backpackers). Sebutan wisatawan adalah biasanya diindikasikan untuk
orang-orang yang melakukan perjalanan secara mass-tourism yang menggunakan
berbagai fasilitas, produk tangible, dan budaya secara objektif. Sedangkan pelancong
biasanya diindikasikan sebagai tipe backpacker atau orang yang melakukan
perjalanan dengan biaya yang terbatas (low budget), sensitif secara kultural, dan
secara sosial bertanggung jawab atas perjalanannya (Kontogeogopoulos, 2003)

2.3 Kerangka Berpikir


Pengunjung mengatur perjalanannya sendiri (independent travelers) ke Kota
Semarang yang umumnya dilakukan oleh pengunjung generasi milenial dan mampu
membentuk pola perjalanan tertentu sehingga bisa menjadi acuan bagi pelaku industri
pariwisata dan pihak lainnya untuk mengembangkan pariwisata di Kota Semarang.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Terkait fenomena COVID-19 yang sedang terjadi di Indonesia saat ini, maka tim
peneliti melakukan penelitian secara online melalui media sosial tim peneliti. Penelitian
dilakukan pada bulan Mei 2020.

3.2 Definisi Operasional Variabel/Ruang Lingkup Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiyono,2013)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel bebas yang di gunakan untuk
menentukan pola perjalanan wisatawan. Berikut adalah uraian variabel yang digunakan
oleh peneliti:
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
Judul Penelitian Teori/Konsep Variabel / Pembagian
Pola Perjalanan Karakteristik 1. Jenis kelamin
Wisatawan yang Wisatawan (Tourist 2. Usia
Mengatur Description) (Seaton & 3. Pekerjaan
Perjalanan Sendiri Bennet, 1996) 4. Status perkawinan
(Independent 5. Asal daerah
Travel) ke Kota Karakteristik Perjalanan 1. Lama tinggal
Semarang Wisatawan (Trip 2. Jumlah kunjungan
Description) (Seaton & 3. Akomodasi
Bennet, 1996) 4. Moda transportasi
5. Teman perjalanan
Pola Perjalanan 1. Single Point
(Basoeki, 2014) 2. Base Site
3. Stop Over
4. Chaining Loop
5. Destination Region Loopy
6. Complex Neighbourhood

9
Generasi Milenial Pengunjung yang di tahun 2020
(Kemenpppa, 2018) berusia maksimal 40 tahun.
Perjalanan Mandiri Pengunjung yang tidak
(Independent Travel) menggunakan paket wisata, dalam
(Hyde & Lawson, 2003) artian, mereka tidak memesan
keseluruhan perjalanan mereka
melalui agen perjalanan (travel
retailer)

3.3 Instrumen Penelitian


Sugiyono (2014) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat
pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Dengan demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari
informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.
Sugiyono (2013) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti memiliki peranan yang
besar memegang kendali dan menentukan data yang diperoleh. Oleh sebab itu, pada
penelitian ini instrumen utama yang digunakan adalah peneliti itu sendiri dengan
kuesioner berupa Googleform yang disebarkan melalui media sosial peneliti.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Dalam penelitian ini, berikut adalah jenis dan sumber data yang digunakan oleh tim
peneliti:
a. Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data berupa data kualitatif.
Menurut Creswell (2015), penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan pemahaman
berdasarkan tradisi metodologi penyelidikan yang berbeda yang mengeksplorasi
masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun gambar yang kompleks, holistik,
menganalisis kata, melaporkan pandangan terperinci informasi, dan melakukan
penelitian dalam lingkungan alami.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder dengan rincian sebagai berikut:

10
1. Data Primer
Menurut Hasan (2002) data primer ialah data yang diperoleh atau di
kumpulkan secara langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian
atau yang bersangkutan yang melakukannya. Data primer di dapat dari sumber
informasi yaitu individu atau perseorangan seperti hasil penyebaran kuesioner
yang dilakukan secara online melalui Googleform.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber – sumber yang telah ada (Hasan, 2002) Data
ini di gunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari
bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder berupa jurnal ilmiah, berita,
laman resmi Pemerintah Kota Semarang dan data sekunder lainnya yang
bersangkutan dengan bahasan penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian lapangan ini, tim peneliti menggunakan beberapa teknik untuk
mendapatkan data:
1. Kuesioner atau angket
Kuesioner atau angket adalah instrumen penelitian yang berupa daftar
pertanyaan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai
dengan petunjuk pengisian yang ada. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
data dari wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di Kota Semarang dan
membentuk suatu pola perjalanan. Kuesioner yang diberikan berupa kuesioner
terbuka dan tertutup. Menurut Arikunto (2010), kuesioner terbuka adalah
kuesioner yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan
kalimatnya sendiri. Sedangkan kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang dengan tujuan untuk bertukar
pikiran maupun informasi serta ide melalui sesi tanya jawab untuk menempuh
suatu tujuan tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
ketika peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
11
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban kepada pewawancara atas suatu pertanyaan yang diajukannya (Moleong,
2013). Jadi wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara online melalui media
sosial untuk mendapatkan data berupa jawaban, keterangan, atau tanggapan dari
penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen
elektronik seperti dokumen gambar, video, maupun rekaman. Teknik ini
digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat dokumenter. Menurut pendapat
dari Sugiyono (2003), dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
dihasilkan dari catatan penting yang sesuai dengan apa yang sedang diteliti.
Catatan penting itu mempunyai fungsi yang digunakan sebagai data pendukung
dan pelengkap data primer yang diperoleh dari teknik wawancara. Pengumpulan
data melalui dokumen dilakukan karena dokumen merupakan catatan -catatan
suatu peristiwa yang sudah berlaku dengan berbentuk tulisan, gambar, maupun
karya-karya.
4. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah berbagai macam sumber bacaan yang dipakai sebagai
acuan dalam penulisan sebuah penelitian. Beberapa kajian pustaka yang dipakai
dalam penulisan penelitian ini seperti jurnal ilmiah, berita, laman resmi
Pemerintah Kota Semarang dan pustaka lainnya yang bersangkutan dengan
bahasan penelitian ini.

3.6 Teknik Penentuan Sampel


Teknik pengambilan sampel menurut Margono (2004) adalah cara untuk
menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan
sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representatif.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penentuan sampel non-
probability sampling yaitu pengambilan sampel penelitian secara random dengan
populasi yang bersifat infinit, artinya besaran anggota populasi belum atau tidak dapat
ditentukan terlebih dahulu (Supardi, 1993). Teknik sampling pada penelitian ini
12
menggunakan model sampeling accidental sampling dan quota sampling. Menurut
Supardi (1993) sampel accidental adalah bentuk sampling dengan mendasarkan diri
secara kebetulan. Sedangkan sampel kuota adalah teknik penentuan sampel dengan
menentukan kuota atau jumlah dari sampel penelitan.
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan jumlah responden minimal sebanyak 100
orang responden dengan kriteria yang ditetapkan adalah pengunjung ke daya tarik
wisata Kota Semarang yang berusia maksimal 40 tahun dan melakukan perjalanan
secara mandiri, dalam artian pemesanan keperluan perjalanan secara keseluruhan tidak
melalui agen/biro perjalanan dalam perjalanannya ke Kota Semarang.

3.7 Teknik Analisa Data


Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data
kualitatif berupa kumpulan dan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta
tidak dapat disusun dalam kategori-kategori atau struktur klasifikasi. Menurut Milles
dan Huberman (1992), kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/
verifikasi sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan
interaksi pada saat, sebelum, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang
membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup hasil kuesioner
melalui Googleform, analisis hasil tersebut kemudian interpretasi data dan triangulasi.
Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. Berikut ini adalah
teknik analisis yang digunakan oleh peneliti:
1. Triangulasi
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda
(Nasution, 2003) yaitu wawancara, observasi, dan dokumen. Triangulasi ini selain
digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya
data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk
menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat
reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi
di antaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan
teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut peneliti hanya
menggunakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan sumber.
13
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda (Patton, 1987). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh
langkah sebagai berikut:
- Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
- Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
- Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
- Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
- Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono (2011) dalam Firdaus (2018)
dilengkapi bahwa dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus
dilalui oleh seorang peneliti di samping proses lainnya, di mana proses ini
menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun
dalam suatu penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lain.
2. Menarik Kesimpulan
Setelah melakukan teknik triangulasi, peneliti mulai mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan, pola-pola , penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Kesimpulan yang mula mulanya belum
jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan akhir akan
muncul bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan,
mengkodekannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan,
kecakapan peneliti.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara online,


peneliti mendapatkan total 115 responden dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu
pengunjung daya tarik wisata Kota Semarang yang berusia maksimal 40 tahun dan
melakukan perjalanan secara mandiri, dalam artian pemesanan keperluan perjalanan
secara keseluruhan tidak melalui agen/biro perjalanan dalam perjalanannya ke Kota
Semarang. Berikut adalah rincian data yang telah didapatkan:
4.1 Klasifikasi Karakteristik Independen Travelers Milenial yang Berkunjung ke
Kota Semarang (Teori Tourist Descriptor dan Trip Descriptor Menurut Seaton
& Bennet, 1996)
Berikut adalah rincian dari hasil klasifikasi data yang didapat sebanyak 115
responden berdasarkan teori tourist descriptor dan trip descriptor menurut Seaton &
Bennet (1996):
4.1.1 Klasifikasi Karakteristik Independent Travelers Milenial (Tourist
Descriptor)
Tabel 4.1.1 a. Klasifikasi Karakteristik Independent Travelers Milenial
No. Karakteristik wisatawan Persentase (%)
1 Jenis Kelamin Laki-Laki 34,78
Perempuan 65,22
2 Usia <18 Tahun 2,61
18-25 Tahun 86,96
26-35 Tahun 8,70
36-40 Tahun 1,74
3 Pekerjaan Pelajar / Mahasiswa 78,26
Pegawai Swasta / Negeri 14,78
Wirausaha 3,48
Lainnya 3,48
4 Status Belum Menikah 96,52
Menikah 3,48
5 Daerah Asal Dalam Negeri 100

15
Luar Negeri 0
Sumber : Data Penelitian Lapangan II (2020)

Berdasarkan teori karakteristik wisatawan (Tourist Descriptor) menurut


Seaton & Bennet (1996), peneliti menggunakan jenis kelamin, usia, pekerjaan,
status pernikahan, dan daerah asal untuk mengklasifikasi data dari responden
yang didapatkan.
Independent travelers milenial yang berkunjung ke Kota Semarang
didominasi oleh pengunjung perempuan sebesar 65,22%, sedangkan pengunjung
laki-laki sebesar 34,78%.
Independent travelers milenial yang berkunjung ke Kota Semarang
didominasi oleh pengunjung berusia 18-25 tahun sebesar 86,96% yang diikuti
dengan usia 26-35 tahun sebesar 8,70%, usia kurang dari 18 tahun sebesar 2,61%
dan usia 35-40 tahun sebesar 1,74%.
Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat pula bahwa pekerjaan
independent travelers milenial ini juga didominasi oleh pelajar atau mahasiswa
sebesar 78,26%, kemudian bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta sebesar
14,78%, bekerja sebagai wirausaha sebesar 3,48% dan pekerjaan lainnya seperti
ibu rumah tangga dan freelancer sebesar 3,48%.
Mayoritas independent travelers milenial yang menjadi responden dalam
penelitian ini berstatus belum menikah sebesar 96,52% dan yang sudah menikah
sebesar 3,48%.
Responden yang didapatkan dalam penelitian ini sebesar 100% berasal dari
dalam negeri khususnya dari Pulau Jawa yaitu provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten dan dari luar Pulau
Jawa seperti Nusa Tenggara Barat dan Bali dengan rincian data sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 b. Daerah Asal Independent Travelers Milenial
No. Provinsi Kota Asal Jumlah Responden
1 Jawa Timur Madiun 13
Lumajang 1
Blitar 9
Malang 2
Sidoarjo 3

16
Gresik 1
Mojokerto 1
Surabaya 2
Tuban 2
2 Jawa Tengah Semarang 18
Sragen 1
Cilacap 1
Keresidenan Pati 1
Solo 6
Pekalongan 1
Surakarta 1
Karanganyar 3
Temanggung 3
Brebes 1
Pati 1
Klaten 1
Purwodadi 1
Banjarnegara 1
Demak 2
3 D.I Yogyakarta Yogyakarta 1
4 Jawa Barat Cikarang 1
Bandung 3
Bekasi 6
Depok 1
Bogor 1
Cirebon 1
5 DKI Jakarta Jakarta 12
6 Banten Serang 1
Tangerang 2
7 Nusa Tenggara Barat Lombok 2
8 Bali Bali 8
Jumlah 115
Sumber: Data Penelitian Lapangan II (2020)

17
4.1.2 Klasifikasi Perjalanan (Trip Descriptor)
Tabel 4.1.2 Klasifikasi Perjalanan Independent Travlers Milenial
No Karakteristik wisatawan Persentase (%)
1 Teman Perjalanan Sendiri 13,04
Keluarga 51,30
Teman/Pasangan 35,65
2 Tujuan Perjalanan Rekreasi 55,65
Bisnis 12,17
Studi/Penelitian 18,26
Mengunjungi Keluarga 8,70
Lainnya 5,22
3 Transportasi Motor 19,13
Mobil 51,30
Bus/Minibus 9,57
Ojek Online 5,21
Kereta Api 12,17
Lainnya 2,61
4 Lama Tinggal < 1 Hari 17,39
1-2 Hari 31,30
3-4 Hari 20,87
1 Minggu 4,35
> 1 Minggu 26,09
5 Jumlah Kunjungan Sekali 38,26
2-3 Kali 24,35
3-5 Kali 6,96
> 5 kali 30,43
6 Akomodasi Hotel 34,78
Rumah Kerabat / Teman 26,96
Tidak Menginap 20
Lainnya 18,26
7 Sumber Informasi Informasi Lisan 67,83
Media Sosial / Elektronik 12,17

18
Media Cetak 16,52
Lainnya 3,48
Sumber: Data Penelitian Lapangan II (2020)

Berdasarkan teori karakteristik perjalanan (Trip Description) menurut Seaton


& Bennet (1996), peneliti menggunakan teman perjalanan, tujuan melakukan
perjalanan, transportasi yang digunakan, lama tinggal selama perjalanan,
jumlah kunjungan, akomodasi yang digunakan selama perjalanan, dan sumber
informasi yang didapatkan selama melakukan perjalanan untuk
mengklasifikasikan data yang didapatkan dari responden.
Independent travelers milenial yang berkunjung ke Kota Semarang
umumnya melakukan perjalanan bersama keluarganya sebesar 51,30%
kemudian diikut oleh perjalanan bersama teman atau pasangan sebesar 35,65%
dan perjalanan sendirian sebesar 13,04%.
Pengunjung mandiri milenial ini didominasi melakukan perjalanan dengan
tujuan berekreasi sebesar 55,65%, tujuan bisnis sebesar 12,17%, tujuan studi
atau penelitian sebesar 18,26%, tujuan mengunjungi keluarga 8,70% dan tujuan
lainnya sebesar 5,22%. Tujuan lain yang diungkapkan yaitu acara organisasi
yang diikuti oleh responden tersebut.
Responden mengungkapkan bahwa umumnya mereka melakukan perjalanan
menggunakan transportasi mobil sebesar 51,30%, menggunakan motor sebesar
19,13%, menggunakan kereta api sebesar 12,17%, menggunakan bus atau
minibus sebesar 9,57%, menggunakan ojek online sebesar 5,21% dan
menggunakan transportasi lain, yaitu pesawat sebesar 2,61%.
Independent travelers milenial ini umumnya melakukan perjalanan ke Kota
Semarang selama 1-2 hari sebesar 31,30%, lebih dari 1 minggu sebesar 26,09%,
selama 3-4 hari sebesar 20,87%, kurang dari 1 hari sebesar 17,39% dan selama
1 minggu sebesar 4,35%.
Sebagian besar responden mengungkapkan bahwa mereka pernah
mengunjungi Kota Semarang sebanyak 1 kali sebesar 38,26%, sebanyak lebih
dari 5 kali sebesar 30,43%, sebanyak 2-3 kali sebesar 24,35%, dan sebanyak 3-
5 kali sebesar 6,96%.
Akomodasi hotel menjadi tempat yang paling banyak digunakan untuk
menetap di Kota Semarang dengan persentase sebesar 34,78%, kemudian
19
rumah kerabat atau teman sebesar 26,96%, tidak menginap sebesar 20%, dan
akomodasi lainnya seperti villa, homestay atau rumah pribadi sebesar 18,26%.
Media informasi secara lisan dari keluarga atau teman menjadi sumber
informasi utama responden dalam mendapatkan informasi perjalanan mereka
yaitu sebesar 67,83%, kemudian diikuti oleh media informasi cetak dari brosur
dan majalah sebesar 16,52%, media sosial atau elektronik seperti televisi dan
Instagram sebesar 12,17% dan media informasi lain seperti informasi yang
mereka dapatkan secara langsung saat melakukan perjalanan sebesar 3,48%.

4.2 Pola Pergerakan Independent Travelers Milenial yang Berkunjung ke Kota


Semarang (Teori Pola Pergerakan Menurut Lau & McKercher, 2006)
Berdasarkan teori pola perjalanan menurut Lau & McKercher (2006), pola yang
terjadi dalam perjalanan dibagi menjadi pola single point, base site, stop over, chaining
loop, destination region loopy, dan complex neighbourhood.
Dari data sebanyak 115 responden yang didapatkan oleh tim peneliti, independent
travelers milenial yang berkunjung ke Kota Semarang membentuk pola-pola tersebut.
Berikut penjelasannya:
a. Pola Single Point:
Indikator dari pola ini adalah pergerakan yang menuju hanya satu titik
destinasi tanpa mengunjungi titik destinasi lain dan kembali ke tempat asal dengan
menggunakan rute yang sama. Sebanyak 25 dari 115 responden (21,74%)
melakukan perjalanan ke satu destinasi saja sehingga dapat dikategorikan dalam
pola single point. Mayoritas responden dengan pola ini melakukan kunjungan ke
destinasi ternama Kota Semarang seperti Lawang Sewu.
b. Pola Base Site:
Indikator dari pola ini adalah pergerakan yang menyerupai sebaran sinar
dengan satu titik pusat. Wisatawan memulai perjalanan dari tempat asal dan
menuju tujuan utama dan dilanjutkan melakukan kunjungan ke tujuan sekunder
dalam wilayah tertentu. Sebanyak 24 dari 115 responden (20,87%) melakukan
perjalanan setidaknya dua destinasi yang dengan arah menyebar sehingga dapat
dikategorikan dalam pola base site. Mayoritas responden dengan pola ini
melakukan perjalanannya ke Lawang Sewu – Sam Poo Kong atau Lawang Sewu
– Kota Lama.

20
c. Pola Stop Over
Indikator dari pola ini adalah pergerakan yang menuju satu titik destinasi
utama di mana mengunjungi titik destinasi lain (sekunder) dalam proses
pergerakannya. Sebanyak 6 dari 115 responden (5,21%) melakukan perjalanan
dengan mengunjungi beberapa destinasi sekunder, seperti toko oleh-oleh, toko
kopi dan tempat makan.
d. Pola Chaining Loop
Indikator dari pola ini adalah pergerakan dengan memutar seperti cicin yang
menghubungkan dua titik atau lebih titik dan tidak melakukan pengulangan rute.
Sebanyak 11 dari 115 responden (9,57%) melakukan perjalanan mengunjungi
beberapa destinasi secara memutar. Dari pola yang terbentuk, umunya responden
memulai perjalanannya dari destinasi di wilayah tengah, seperti Lawang Sewu
atau Simpang Lima, kemudian ke wilayah barat, seperti Sam Poo Kong atau
Museum Ranggawarsita, kemudian ke wilayah utara seperti Pantai Marina
kemudian ke wilayah timur seperti Masjid Agung Jawa Tengah. Pola ini dilakukan
oleh pelancong asal Semarang.
e. Pola Destination Region Loopy
Indikator dari pola ini adalah pergerakan wisatawan dimulai dengan rute
mengelilingi destinasi (pola lingkaran) kemudian kembali ke tempat asal melalui
rute yang paling singkat antara tujuan utama dan tempat asal berangkat. Sebanyak
39 dari 115 responden (33,91%) melakukan perjalanan dengan pola ini karena
mereka berasal dari luar Semarang dengan waktu kunjungan yang singkat. Pola
melingkar yang mereka kunjungi juga tak jauh berbeda dengan pola chaining loop
yang dijelaskan sebelumnya.
f. Pola Complex Neighbourhood
Indikator dari pola ini adalah gabungan beberapa atau keseluruhan pola
perjalanan yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebanyak 10 dari 11 5 responden
(8,70%) melakukan perjalanan dengan rute acak yang merupakan gabungan dari
pola-pola yang sudah disebutkan sebelumnya. Umumnya responden dengan pola
ini melakukan kunjungan ke banyak destinasi dalam waktu kunjungan yang cukup
lama.
Berdasarkan pola-pola yang terbentuk dari hasil kuesioner dari 116 responden,
maka dapat disimpulkan bahwa independent travelers milenial dominan membentuk

21
pola destination region loopy dengan persentase sebesar 33,91%, kemudian diikuti oleh
pola single point sebesar 21,74% dan base site sebesar 20,87%.

4.1 Alasan Independent Travelers Milenial Melakukan Independent Travel dan


Masukan Bagi Pariwisata Kota Semarang
Menurut data dari hasil kuesioner penelitian, independent travelers milenial yang
melakukan perjalanan secara mandiri (independent travel) karena beberapa alasan
bahwa mereka bisa merasa lebih bebas dan fleksibel, dalam artian bahwa mereka tidak
akan terikat dengan jadwal yang sudah ditetapkan seperti saat menggunakan paket
wisata sehingga mereka mampu menikmati dan menjelajahi daya tarik wisata lebih
lama. Selain itu, mereka juga dapat menghemat pengeluaran biaya selama melakukan
perjalanan karena adanya kebebasan perjalanan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Secara umum, responden yang melakukan perjalanan ke Kota Semarang ini karena ada
keperluan menemui keluarga maupun teman sehingga akan lebih mudah bagi mereka
untuk melakukan perjalanan mandiri daripada menggunakan paket wisata yang
disediakan biro atau agen perjalanan.
Beberapa masukan yang diberikan oleh responden mengenai pariwisata di Kota
Semarang yaitu perlu diadakan promosi untuk memberikan informasi mengenai
berbagai daya tarik wisata yang ada di Kota Semarang. Hal ini dikarenakan para
responden merasa bahwa mereka kurang mengenal daya tarik wisata yang lain selain yg
sudah terkenal padahal ada banyak ragam daya tarik wisata lain yang mampu menarik
wisatawan untuk berkunjung. Masukan yang berikutnya yaitu mengenai kondisi Kota
Semarang, seperti jalanan yang macet, cuaca yang panas karena kurangnya penghijauan
dan beberapa sudut kota yang kotor. Masukan lain yang disampaikan oleh responden
adalah fasilitas umum yang kurang memadai, seperti petunjuk arah, tempat duduk di
area umum, dan fasilitas untuk penyandang disabilitas.

22
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, maka peneliti dapat


menyimpulkan dan memberikan saran, sebagai berikut:
5.1 Simpulan
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan jika di lihat menurut teori
karakteristik wisatawan dan karakteristik perjalanan bahwa independent travelers
milenial yang berkunjung ke Kota Semarang didominasi oleh pengunjung perempuan
antara usia 18-25 tahun dengan pekerjaan sebagai pelajar atau mahasiswa yang berasal
dari Pulau Jawa dan berstatus belum menikah. Perjalanan yang dilakukan mereka
umumnya hanya sekali kunjungan bersama keluarganya dengan tujuan berekreasi
dengan menggunakan transportasi mobil selama 1-2 hari menggunakan akomodasi
berupa hotel dan mendapatkan informasi mengenai daya tarik wisata Kota Semarang
melalui media lisan dari keluarga ataupun teman.
Dengan karakteristik wisatawan dan perjalanan independent travelers milenial
tersebut, mereka umumnya membentuk pola destination region loopy yang tak jauh
berbeda dengan pola chaining loop yang terbentuk karena banyak dilakukan oleh
pengunjung yang berasal dari luar Kota Semarang yang memulai perjalanannya dari
daerah asal menuju Kota Semarang kemudian mengunjungi destinasi di wilayah tengah,
seperti Lawang Sewu atau Simpang Lima, kemudian ke wilayah barat, seperti Sam Poo
Kong atau Museum Ranggawarsita, kemudian ke wilayah utara seperti Pantai Marina
kemudian ke wilayah timur seperti Masjid Agung Jawa Tengah yang kemudian diakhiri
dengan Kembali ke daerah asal mereka.
Beberapa alasan independent travelers milenial melakukan perjalanan secara
mandiri tanpa menggunakan jasa atau produk dari agen atau biro perjalanan karena
mereka lebih merasa kebebasan dan fleksibel dalam melakukan perjalanan dan
menikmati kunjungan mereka ke daya tarik wisata yang ada di Kota Semarang. Namun
kurangnya informasi dan promosi mengenai daya tarik wisata lain di Kota Semarang
membuat mereka hanya tertarik untuk mengunjungi daya tarik wisata Kota Semarang
yang sudah terkenal sehingga banyak dari mereka hanya mengunjungi Kota Semarang
sekali saja.

23
5.2 Saran
1. Saran Akademik
Diharapkan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti terkait pola pergerakan
independent travelers milenial yang berkunjung ke Kota Semarang untuk meneliti
tentang pola pergerakan independent travelers diluar usia milenial dan yang berasal
dari luar negeri sehingga mampu memberikan gambaran lebih lengkap mengenai
pola pergerakan independent travelers Kota Semarang atau cara promosi dan
pemberian informasi yang efektif kepada publik selaku calon pengunjung Kota
Semarang.
2. Saran Praktis
Diharapkan bagi para pelaku industri pariwisata dan pengembang pariwisata
untuk meningkatkan promosi dan pemberian informasi kepada publik selaku calon
pengunjung khususnya mengenai daya tarik wisata baru Kota Semarang karena jika
dilihat dari pola pergerakan independent travelers milenial yang melakukan
kunjungan, mereka umumnya masih mengunjungi daya tarik wisata yang sudah
ternama dan menjadi ciri khas Kota Semarang sehingga persebaran kegiatan wisata
di Kota Semarang belum merata. Selain itu, perlu diperhatikan mengenai fasilitas
pendukung kegiatan wisata agar kenyamanan dan kemudahan pengunjung untuk
melakukan kegiatan wisata dapat menarik minat pengunjung untuk mengunjungi
daya tarik wisata yang lain.

24
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Nukeu N & Aji Prasetya H. 2018. Pola Perjalanan Wisatawan Timur Tengah
Berdasarkan Profil Wisatawan dan Motivasi Pola Pergerakan di Bandung. National
Conference of Creative Industry: Sustainable Tourism Industry for Economic
Development, Universitas Bunda Mulia, Jakarta, 5-6 September 2018, ISSN No:
2622-7436.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2020. Jumlah Pengunjung di Tempat Rekreasi di
Kabupaten Semarang Tahun 2019. (https://semarangkota.bps.go.id/. Diakses pada
tanggal 11 Mei 2020).
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2020. Konsep dan Definisi Statistik Kunjungan
Wisatawan Mancanegara. (https://semarangkota.bps.go.id/. Diakses pada tanggal
11 mei 2020).
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fakih, Muhammad F. 2017. Penentuan Pola Kunjungan Wisatawan ke Berbagai Objek Daya
Tarik Wisata di Pulau Ambon Menggunakan Metode Frequent Pattern Growth.
Tesis. Program Magister Bidang Keahlian Telematika – CIO: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Firdaus & Fakhry Z. 2018. Aplikasi Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Deepublish. ISBN
No. 978-602-453-994-8.
Hasan, M Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Hyde, Kenneth F & Rob Lawson. 2003. The Nature of Independent Travel. Sage Journals :
Journal of Travel Research 42 (1), 13-23, 2003.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak & Badan Pusat Statistik.
2018. Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia.
Lau & McKercher. 2006. Understanding Tourist Movement Patterns in a Destination: A
GIS Approach. Palgrave Macmillan. Tourism and Hospitality Research. Vol 7, 1,
39-49.
Lozanski, Kristin. 2011. Independent Travel: Colonialism, Liberalism dan the Self. Sage
Journals: Critical Sociology 37 (4), 465-482, 2011.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

25
Milles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1992, hlm. 16.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Patton, Michael Q. 1987. Triangulasi. Dalam Moleong (Ed). Metodologi Penelitian
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Setiyohadi, Imam. 2008. Karakteristik dan Pola Pergerakan Penduduk Kota Batam dan
Hubungannya dengan Pengembangan Wilayah Hinterland. Tesis Program
Magister. Universitas Diponegoro Semarang.
Suardana, I Wayan. 2020. Sampling. Power Point Slides.
Sucipto, Wahyu. 2019. Pola Kunjungan dan Pergerakan Wisatawan di KSPK Semarang
Tengah dan Sekitarnya. Tesis Program Sarjana. Universitas Islam Sultan Agung,
Semarang.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta.
Supardi. 1993. Populasi dan Sampel Penelitian. Jurnal Unisia, no.17 tahun XIII Triwulan
VI, 1993.
Suwena, I Ketut & I Gusti Ngurah Widyatmaja. 2017. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Denpasar: Pustaka Larasan.
Wahyudi, Rizky A D. 2019. Pola Perjalanan Wisatawan di Kota Batu. Jurnal Penelitian
Lapangan I Fakultas Pariwisata Universitas Udayana 2019.

26

Anda mungkin juga menyukai