Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENELITIAN

PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA


BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

Oleh :

Ketua:
Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd. (0007065605)

Anggota:
Muhammad Adhitya Hidayat Putra, M.Pd.
Muhammad Rezky Noor Handy, M.Pd.
Noorya Tasya Febrylia Witari Hadi
Anggie Riska Agustina
Abdurrahim

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA


BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

1. Program Studi : Pendidikan IPS


2. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Alamat : Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin
Telpon : 0511-3304914
Fax : 0511-3304914
Email : ips.fkip.unlam.ac.id
3. Koordinator Program Studi : Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.
4. Ketua Pelaksana : Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.
5. Anggota : Muhammad Adhitya Hidayat Putra, M.Pd.
Muhammad Rezky Noor Handy, M.Pd.
Noorya Tasya Febrylia Witari Hadi
Anggie Riska Agustina
Abdurrahim
6. Biaya : Rp 20.000.000 (Dua Puluh Lima Juta
Rupiah)
7. Sumber Dana : DIPA (PNBP) FKIP ULM 2019

Banjarmasin, Januari 2020


Mengetahui,
Dekan FKIP ULM Ketua Pelaksana,

Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si Prof. Dr. Ersis Warmanysah Abbas, M.Pd.
NIP. 19650808 199303 1 003 NIP. 19560607 198303 1 002

Menyetujui,
Ketua Lemabaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,

Prof. Dr. Ir. Danang Biyatmoko, M.Si


NIP. 19680507 199303 1 0020

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Allah S.W.T karena atas Berkat dan Rahmat

Nya penelitian telah rampung dalam waktu yang ditetapkan. Penelitian ini berjudul

“PEMANFAATAN EKOWISATA SUNGAI MARTAPURA KOTA

BANJARMASIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS” yang bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin dan 2)

Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari ekowisata sungai

Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai sumber pembelajaran

IPS.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat dan semua pihak yang telah

mendukung dan memfasilitasi penelitian ini baik dari segi materiil dan teknis.

Penelitian ini tentu masih memiliki berbagai kekurangan dalam beberapa hal.

Demikian, diperlukan saran dan kritik yang membangun.

Banjarmasin, Januari 2020

Peneliti

iii
ABSTRAK
Sungai sebagai salah satu dari bentuk ekosistem dengan potensi besar untuk
digunakan sebagai tempat wisata untuk menarik turis lokal maupun turis
mancanegara sendiri ke Indonesia. Peningkatan dari sector pariwisata sungai
sendiri dengan ekosistem sungai yang mempunyai pesona yang sangat tinggi
sehingga progress dan kapasistas dari sektor wisata di Indonesia sebagai tempat
rekreasi untuk keluarga terutama dalam wisata alam ataupun ekowisata. karena
wisata menjadi salah satu penyumbang dari devisa negara terbesar hingga sekarang
ini, khususnya tujuan penelitian ini tentang potensi wisata lingkungan dengan
ekowisata di kota Banjarmasin dengan sungai Martapura sebagai sarananya.
Tujuan penelitian mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota
Banjarmasin dan Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari
ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai
sumber pembelajaran IPS. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data meliputi; wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data dimulai dari reduksi, penyajian, dan verifikasi data.
Hasil Penelitian dideskripsikan: 1) tentang ekowisata Sungai Martapura Kota
Banjarmasin yang banyak diketahui oleh masyarakat Banjar adalah sungai dan
Pasar Terapung yang menggunakan sungai sebagai media tempat jual-beli yang
membantu peningkatan perekonomian masyarakat sekitar, sungai juga menjadi
saran transportasi masyarakat Banjar, pemerintah juga dalam tahap berusaha
menggunakan media sungai sebagai ikon kota seribu sungai dengan pasar terapung
Siring Tendean yang menjadi primadonanya; 2) mengintegrasikan pembelajaran
IPS melalui sarana ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan berbasis
pada ekologi memasukkan konten kearifan lokal dalam pembelajaran IPS sehingga
memudahkan para gudu di sekolah karena pembelajaran IPS yang bersifat tematik.
Kata Kunci: Ekowisata, Sungai Martapura, Sumber Belajar IPS

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN ...................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Penelitian .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5


A. Wisata .................................................................................................. 5
a. Sungai ................................................................................................. 6
b. Ekowisata............................................................................................ 7
B. Sumber Belajar IPS .............................................................................. 9

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 13


A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 13
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 14
C. Objek Penelitian ................................................................................... 14
D. Subjek Penelitian.................................................................................. 14
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 15
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 17
G. Keabsahan Data .................................................................................... 18
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 18
I. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 20

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 23


A. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin ................................ 25
a. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin ............................. 25
b. Ekonomi Masyarakat Pada Daerah Ekowisata Sungai Martapura
Kota Banjarmasin ................................................................................ 34
c. Peran Pemerintah Kota Banjarmasin dalam Ekowisata Sungai
Martapura Kota Banjarmasin .............................................................. 37
B. Integrasi Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin Sebagai
Sumber Belajar IPS .............................................................................. 41
a. Ekologi dan Sumber Belajar IPS ...................................................... 41
b. Integrasi Ekowisata Sebagai Sumber Belajar IPS ........................... 44

v
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 49
A. Kesimpulan ......................................................................................... 49
B. Saran ..................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51


DAFTAR NARASUMBER .......................................................................... 53
LAMPIRAN ................................................................................................... 54

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungai sebagai salah satu dari bentuk ekosistem dengan potensi besar

untuk digunakan sebagai tempat wisata untuk menarik turis lokal maupun turis

mancanegara sendiri ke Indonesia. Peningkatan dari sector pariwisata sungai

sendiri dengan ekosistem sungai yang mempunyai pesona yang sangat tinggi

sehingga progress dan kapasistas dari sektor wisata di Indonesia sebagai tempat

rekreasi untuk keluarga terutama dalam wisata alam ataupun ekowisata. karena

wisata menjadi salah satu penyumbang dari devisa negara terbesar hingga

sekarang ini. Dikutip menurut Richard Khan (2010) dalam Dasman (2015)

Pendidikan terus-menerus terkait erat dengan ruang dan waktu dimana relasi

antara manusia dengan lingkungan alam mendapat tempatnya secara nyata.

Terminologi Richard Khan, manusia yang adalah homo sapiens menyadari diri

sebagai homo ecologicus terus mentranformasi diri melalui pendidikan sebagai

homo educans.

Menurut Toynbee (1935) dalam Supriatna (2016) melihat kondisi

seperti demikian merupakan cerminan dari konsep Challenge and Respons.

Pada teori-teori yang diungkapkan makhluk hidup yaitu manusia senantiasa

berusaha bagaimana mereka mempertahankan hidup dengan tindakan-tindakan

yang dapat mereka lakukan dari tantangan alam yang mereka hadapi. Pada

dasarnya sanggahan yang rendah akan apa yang dihadapi manusia maka

hasilnya juga sama rendahnya, tetapi sebaliknya sanggahan yang tinggi akan

1
tantangan dan tidak adanya kemauan untuk maju kedepan sendiri maka akan

punahlah peradaban manusia itu sendiri akibat tidak adanya kemauan untuk

mempertahankan eksistensinya. Manusia sebagai makhluk sosial sendiri ini

yang sifatnya selalu bergerak maju kedepan untuk mempertahankan diri mereka

dari tantangan alam yang selalu berubah-ubah.

Menurut Prideaux & Cooper (2009) dalam Aulia (2017) dari

penggunaan fungsi sungai yang mendalam dan padat khususnya dalam

eksploitasi aliran sungai yang berlebihan, ditakutkan bakal sangat berdampak

besar akan kelangsungan dari ekosistem sungai itu. Kegiatan dari

pendayagunaan yang di luar kemampuan dari ekosistem sungai pada saat daya

tampung akan kunjungan yang berlebihan tersebut berdampak terhadap

penurunan kualitas sungai baik dari kualitas air ataupun keadaan alamnya

sekitar dari sungai. Secara sosial, pendayagunaan aliran sungai secara

mendalam dapat berpengaruh terhadap bagaimana kehidupan dari masyarakat

lokal saat mendayagunakan aliran sungai untuk menyokong aktivitas

keseharian mereka.

Hingga sekarang, cara peningkatan potensi wisata untuk mengurangi

beban sungai dari kegiatan sehari-hari masyarakat yang memanfaatkan sungai

tetapi lebih kearah eksploitasi alam khususnya sungai berupa membuang

sampah sembarangan hingga membuang kotoran di sungai yang mengakibatkan

munculnya virus e-coli (Escherichia coli), hingga saat ini masih belum

maksimal dilakukan karena keterbatasan data dan informasi. Pengembangan

yang mungkin bisa dilakukan adalah antara lain: observasi terhadap hewan dan

2
tanaman, pencarian potensi-potensi kawasan tinggal dan kebun-kebun punya

masyarakat, atau bentuk wisata edukatif yang bermanfaat lainnya yang

dilakukan di sepanjang aliran sungai.

Sungai Martapura di Kota Banjarmasin adalah salah satu sumber daya

alam yang saat ini telah dimanfaatkan dalam perjalanan sejarahnya sebagai

sarana transportasi masyarakat, sarana perdagangan, kegiatan sehari-hari

seperti mandi, buang air dan lainnya, sehingga menjadi salah satu potensi wisata

yang bisa dikembangkan oleh pemerintah Kota Banjarmasin ataupun

masyarakat Banjarmasin sendiri, potensi kehidupan masyarakat yang banyak

menggunakan sungai juga bisa menjadikan ini sebagai salah satu langkah yang

bisa dilakukan oleh pemerintahan Kota Banjarmasin untuk mengembangkan

sektor pariwisata khususnya berkaitan dengan ekowisata dan bisa menjadi

bagian dari pembelajaran lingkungan dan ekologi di sekolah-sekolah dengan

kearifan lokal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin?

2. Bagaimana pemanfaatan ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin

sebagai sumber belajar IPS?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan tentang ekowisata Sungai Martapura Kota

Banjarmasin.

3
2. Mendeskripsikan pembelajaran IPS berbasis ekologi dari ekowisata

sungai Martapura Kota Banjarmasin, dengan diintergrasikan sebagai

sumber pembelajaran IPS.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis

maupun yang bersifat praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian

lebih lanjut mengenai pembelajaran yang efektif dengan memanfaatkan

wisata-wisata yang berada di sekitar.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan akademsi

khususnya mengenai pembelajaran IPS berbasis ekologi dengan

ekowisata kota Banjarmasin sebagai sumber belajar.

b. Bagi pemerintah kota Banjarmasin sebagai informasi tentang potensi-

potensi ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin, khususnya

dalam pengembangan wisata-wisata kota Banjarmasin yang terkenal

dengan wisata sungainya.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Wisata

Menurut UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 menjelaskan

tentang kegiatan wisata adalah aktivitas kunjungan manusia baik secara

individu maupun secara grup untuk menuju tempat tertentu bertujuan tamasya,

mengeksplorasi dari daerah wisata, peningkatan potensi diri dan lainnya baik

dalam waktu yang singkat ataupun dalam jangka waktu yang pendek dalam

kegiatan wisata tersebut.

Fennell (2008) there is no acknowledged definition of what comprises the

[tourism] business; any definition risks either overestimating or thinking little

of financial action. At its least complex, the industry is one that gets individuals

from their home to elsewhere (and back), and which gives cabin and

nourishment to them while they are away. However, that doesn't get you far.

For instance, if every one of the offers of eateries were considered travel and

the travel industry, the figure would be artificially inflated by deals to local

people. However, to reject all eatery deals would be similarly as deceiving.

Proceeds from before Mathieson and Wall (1982) at Fennell (2008), who

consider the travel industry to be containing three fundamental components:

(1) a unique component, which includes travel to a chose goal; (2) a static

component, which includes a stay at the goal; and (3) a weighty component,

coming about because of the over two, which is worried about the

consequences for the financial, social and physical subsystems with which the

5
visitor is legitimately or in a roundabout way in contact. Others, including Mill

and Morrison, define the travel industry as an arrangement of interrelated parts.

The framework is 'like a bug catching network's – contact one piece of it and

resonations will be felt all through' (Mill and Morrison 1985: xix). Incorporated

into their travel industry framework are four sections, including Market

(arriving at the commercial center), Travel (the acquisition of movement

items), Destination (the state of movement request) and Marketing (the selling

of movement). Berkaitan dengan berbagai macam wisata yang terkait salah

satunya adalah mengenai ekowisata atau lebih dikenal dengan nama

ecotourism.

A. Sungai

Ahira (2011) menjelaskan sungai adalah air alami yang berjalan

dengan jalur mengikuti keadaan kontur tanah bergerak menuju ke samudera,

danau-danau, lautan atau kesungai yang lain. Dalam beberapa studi, sebuah

sungai secara sederhana mengalir menembus ke dalam tanah sebelum

menemukan sumber air utama lainnya saat mereka menembus tanah

tersebut. Sungai menjadi salah satu media yang sering menjadi lanjutan air

hujan yang turun ke darat hingga mengalir ke lautan ataupun danau yang

menjadi tempat menampung air dengan skala besar.

Sungai sendiri terbagi atas beberapa bentuk, diawali dengan sumber

air yang menkeluar lalu menuju ke anak sungai. Kemudian sebagian besar

dari anak sungai tersebut akan menciptakan sungai besar atau sungai utama.

Aliran air ini pada dasarnya akan membentuk saluran dasar dan tebing juga

6
bantaran sungai pada kedua sisinya. Pada ujung dari sungai saat bertemu

dengan bibir laut itu dinamai dengan muara sungai. Kegunaan dari sungai

adalah untuk pertanian khususnya sistem irigasi, sebagai sumber air minum,

sebagai tempat penampungan dari air hujan dan juga limbah dari berbagai

macam seperti limbah rumah tangga, limbah home industry, limbah pabrik

dan lainnya, hingga pada akhirnya sungai sendiri sangat berpotensi besar

dijadikan sebagai tempat wisata berbasis sungai.

Normelani (2016) River is one of the important ecosystem in

Kalimantan Island. The ecological function of river has been describes by

numerous authors. The roles of river can be classified into three basic

categories namely rivers as natural resources as habitat for biota, a media

for connectivity, energy, materials, and organisms exchange, and an

geomorphical agent for change and disturbance. Rivers ecosystem

contributes significantly in the high level of biodiversity in Kalimantan

Island, especially aquatic biodiversity. Rivers also maintain wet

environment of Kalimantan’s land which area crucial for numerous plant

species.

B. Ekowisata (Eco-tourism)

Definisi ekowisata atau eco-tourism yang pertama diperkenalkan

oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) “Ecotourism is a form of

travel to natural area conducted with the aim to conserve the environment

and preserve the life and well-being of the local population. Originally

ecotourism done by tourists, nature lovers who want a in the tourist

7
destination remains intact and sustainable, in addition to the culture and

welfare of the people remain awake”.

Kelanjutan dari ekowisata saat ini mengembang disebabkan sangat

disenangi oleh para wisatawan. Wisatawan yang mau menuju tempat yang

lebih natural, sehingga menghasilkan usaha-usaha dari masyarakat

setempat. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ecotourism is

a new form of travel responsibility to natural area and an adventure which

can create the tourism industry (Eplerwood, 1999). Kedua pernyataan

tersebut bahwa kegiatan ekowisata dunia dewasa ini sangat berkembang

dengan cepat. Kenyataannya sebagian tujuan wisata alam dari taman

nasional Indonesia sukses ketika mengembangkan sektor ekowisata.

The International Ecotourism Society (TIES) at Honey (2008), TIES

the world’s first ecotourism organization, the meaning of ecotourism:

"Dependable travel to characteristic zones that saves the environment and

improves the prosperity of neighborhood individuals". Ecotourism is ofter

professed to be the most quickly extending division of the travel industry,

yet when its development is estimated, ecotourism is regularly lumped

together with nature, untamed life, and experience the travel industry. Truth

be told, ecotourism ought to be seen as particular from these different

classifications. Nature the travel industry includes travel to pristine spots to

involvement and appreciate nature. It normally includes moderate and safe

types of activity, for example, climbing, biking, cruising, and outdoors.

Untamed life the travel industry includes travel to watch creatures, fowls,

8
and fish their local territories. Experience the travel industry is nature the

travel industry with a kick: it requires physical expertise and continuance

(rope climbing, remote ocean jumping, bicycling, or kayaking) and includes

a level of hazard taking, regularly in the little-diagrammed landscape.

Though nature, untamed life, and experience traveler, ecotourism is

characterized too by a set of rules that incorporate its advantages to both

preservation and individuals in the host nation, "genuine ecotourism,"

composes visit administrator Kurt Kutay, "Is more than movement to

appreciate or acknowledge nature".

B. Sumber Belajar IPS

Pendidikan IPS Menurut Sapriya (2012) Ilmu Pengetahuan Sosial

atau IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat

sekolah dasar dan menengah yang meliputi disiplin ilmu-ilmu sosial seperti

tata negara, sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, dan geografi. Di

tingkat pendidikan dasar, IPS merupakan mata pelajaran yang berdiri

sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,

humaniora, sains bahkan berbagai isu masalah sosial kehidupan. Ciri khas

dari IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran

dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik

sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan

lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan siswa.

9
Menurut Suwarma Al Muchtar (2015) mengemukakan bahwa

sumber daya belajar perlu dilakukan transformasi sikap dan perilaku dari

kebiasaan menggunakan sumber daya belajar terbatas pada buku pelajaran

sebagai satu-satunya sumber kepada penggunaan aneka media, dari

kebiasaan tatap muka di kelas kearah optimalisasi sumber daya belajar yang

ada dilingkungan sekolah dan peserta didik, perlu dibudayakan menjadikan

masyarakat sebagai sumber media belajar.

Jenis-jenis sumber belajar IPS menurut AECT (1977), antara lain

sebagai berikut:

1. Sumber belajar yang sudah disusun: seluruh sumber yang secara

spesifik telah dikembangkan sebagai bagian perintah untuk

memberikan kemudahan dalam belajar yang terorganisir dan

bersifat resmi, juga disusun demi kepentingan pembelajaran yang

akan dilaksanakan, seperti penyediaan buku-buku teks pembelajaran

bagi peserta didik, multimedia dan juga lainnya.

2. Sumber belajar karena kegunaannya: Sumber belajar yang tidak

secara spesifik dibentuk demi kepentingan pembelajaran umum

peserta didik. Akan tetapi dapat dipraktikkan dan digunakan demi

keperluan belajar-mengajar juga memiliki implikasi terhadap

sumber-sumber belajar yang nanti dimanfaatkan oleh peserta didik.

Teknis penggunaannya memadai dengan berbagai unsur-unsur:

tujuan pengajaran, bahan belajar, karakteristik peserta belajar, dan

kemudahan dalam menggunakan bahan belajar.

10
Definisi Sumber belajar secara luas dapat diartikan sebagai buku

atau bahan ajar dalam bentuk cetak lainnya, seperti jurnal ilmiah, koran,

buletin, majalah, dan lain-lain. Selanjutnya definisi sumber belajar secara

khusus, adalah sumber belajar dimaknai sebagai segala jenis sarana

pembelajaran yang dapat memaparkan pesan yang bisa didengarkan

menggunakan indera pengdengaran (audio) maupun yang dapat dilihat oleh

indera penglihatan peserta didik (visual) saja, bisa juga gabungan dari

keduanya yaitu audio-visual seperti video sebagai sumber belajar, dengan

unsur-unsur sumber belajar IPS sebagai berikut:

1. Pesan (Message), yaitu keterangan yang ada pada sumber belajar yang

mempunyai arti.

2. Orang (People), yaitu komponen-komponen yang secara langsung atau

tidak langsung berpartisipasi pada jalannya pembelajaran.

3. Bahan (Material), yaitu hal-hal yang memerlukan alat untuk ditampilkan,

seperti peta dunia, diorama dan lainnya.

4. Peralatan (Tools), yaitu seluruh instrumen yang dimanfaatkan untuk

menyokong proses pembelajaran dikelas, seperti Tape Recorder, Over Head

Projector dan lainnya.

5. Teknik (Technique), yaitu semua langkah, metode dan strategi yang

digunakan untuk mngungkapkan makna dalam pembelajaran demi bisa

diterima dengan baik oleh masyarakat luas dengan efektif dan efisien.

11
6. Lingkungan (Environtment), yaitu tempat bagi para peserta didik belajar,

seperti ruangan kelas, perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah,

laboratorium sains, masyarakat dan alam sekitar dari para peserta didik.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Moleong (2004) ditilik dari berbagai macam bentuk data-data, maka

strategi yang digunakan penelitian yang nantinya akan dilakukan pada saat

dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif. Akan halnya yang menjadi

implikasi dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

memahami berbagai kejadian tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

secara menyeluruh, dan melalui cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah. Adapun bentuk pendekatan penelitian ini adalah

deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas-aktivitas yang

dilaksanakan di Siring Sungai Martapura Kota Banjarmasin, disamping itu juga

menelusuri bantaran sungai Martapura juga beberapa destinasi wisata yang

berada di Sungai Martapura, termasuk pasar terapung Lok Baintan, Kecamatan

Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu,

dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi

pembelajaran di masyarakat secara holistik (menyuluruh).

13
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang aktivitas masyarakat pada obyek wisata sungai yang

dilaksanakan di sekitar pinggiran siring sungai Martapura, Menara Siring

Pandang Jalan Kapten Pierre Tendean, hingga juga mungkin melakukan

wawancara dengan beberapa instansi pemerintah Kota Banjarmasin dan

menuju Pulau Kembang dilaksanakan di tepian Sungai Martapura Kota

Banjarmasin. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak diterima pengajuan

proposal penelitian serta surat ijin penelitian, yaitu bulan Oktober s.d.

Desember 2019.

C. Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) pokok penelitian dapat dikonkretkan menjadi

situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada

obyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas

(activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Obyek

dari penelitian ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin,

masyarakat Kota Banjarmasin, wisatawan Pasar Terapung Lok Baintan dan

Pasar Terapung Siring Menara Pandang Banjarmasin.

D. Subjek Penelitian

Dikutip dari Arikunto (2004) Subjek penelitian merupakan sumber-

sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah-masalah

penelitian. Mengenai apa yang menjadi tendensi sumber-sumber data pada

penelitian adalah subjek berasal dari mana data-data tersebut didapatkan.

Kemudian selanjutnya, bagaimana mendapatkan data-data yang tepat maka

14
perlu diperjelas akan informan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan

kebutuhan data (purposive).

E. Teknik Pengumpulan Data

Burhan (2003), memaparkan tentang metode dari pengumpulan data-data

adalah “menggunakan cara apa dan bagaimana data-data tersebut

dimanfaatkan setelah dihimpun sampai pada hasil akhir dari penelitian dapat

disuguhi informasi yang sah (valid) dan dapat diandalkan (reliable).

Suharsimi Arikunto (2002), dengan konsep yang sama yaitu “langkah-langkah

dalam pelaksanaan penelitian adalah beraneka ragam langkah yang

dilaksanakan oleh peneliti pada saat menghimpun data penelitiannya”.

Langkah-langkah tersebut adalah observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi. Berikut paparan setiap langkah pengumpulan data:

1. Observasi

Observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun data yang

bisa digunakan dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan

secara langsung atau disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga

menjadi instrumen atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari

data sendiri dengan terjun langsung atau mengamati dan mencari langsung

ke beberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber data. Metode

observasi tersebut peneliti memilih jenis observasi partisipatif adalah

observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi

tertentu. Hal ini agar mempermuudahkan peneliti dalam mendapatkan data

atau informasi dengan mudah dan leluasa. Peneliti sudah melakukan

15
observasi lapangan pada Pasar Terapung Lok Baintan dan Pasar Terapung

Menara Siring Pandang Banjarmasin.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan

dengan tanyajawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan

arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa kelebihan

penghimpunan data melalui metode wawancara, antara lain pewawancara bisa

melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang mungkin mengetahui

sumber ataupun data yang diperlukan dalam penelitian, data diperoleh secara

komprehensif, bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan

yang tidak jelas bisa ditanyakan kembali dan diarahkan yang lebih bermakna

(Moleong, 2004). Wawancara dilaksanakan dengan intensif dan tidak

terstruktur kepada subjek-subjek dari penelitian dengan pedoman wawancara

yang telah disusun. Peneliti sudah melakukan wawancara dengan para

pedagang Pasar Terapung baik yang berada di Lok Baintan dan juga Pasar

Terapung Menara Siring Pandang Banjarmasin, wisatawan yang mengunjungi

pasar terapung dan juga Satgas Sadar Wisata dari Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Banjarmasin.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Arikunto (2009) penggunaan metode dokumentasi ini

bertujuan mengumpulkan data-data yang berupa buku, suluh, majalah, jurnal

ilmiah, babad, prasasti, notulen hasil rapat, artikel-artikel dan lainnya. Studi

dokumentasi adalah langkah dari penghimpunan data-data menggunakan

16
warisan-warisan dalam bentuk tulisan terutama berupa arsip-arsip penting dan

termasuk teori-teori dalam buku-buku, pernyataan yang berkaitan dari

masalah pada penelitian.

Dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan mengambil foto terhadap

obyek-obyek yang diperlukan oleh peneliti seperti dokumentasi terhadap para

pedagang di pasar terapung Lok Baintan dan Menara Siring Pandang, selain

itu juga transkrip hasil wawancara dengan para naras umber.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian kualitatif adalah si peneliti itu sendiri. Penelitian

diharuskan mempunyai kemampuan pada saat melakukan pengumpulan dari

data-data berupa tingkahlaku dari penampkan yang nyata pada sumber data,

melakukan pencatatan terhadap hasil sumber data tanpa harus menambahkan

dari tafsiran pemikiran sendiri, pendapat dan pandangan dari pemikiran

sendiri. Sengan dibantu instrumen lain yaitu seperti pedoman wawancara dan

pedoman dari observasi lapangan. Penelii yang menjadi instrumen utama

karena hanya peneliti yang bisa bertindak sebagai alat ada dan responsif

terhadap keadaan nyata dari penelitian tersebut karena bersifat rumit.

Moleong (2004) Peneliti adalah penyusun, penghimpun data penelitian,

penelaah, pengulas data-data penelitian, peneliti juga merupakan yang

menyampaikan dari hasil penelitian mereka sendiri. Pengertian instrumen atau

perangkat penelitian menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian.

Instrumen penelitian ditujukan sebagai perangkat pengumpulan data. Unsur-

unsur yang umum d a r i manusia sebagai instrumen penelitian mencakup segi

17
kepekaan dari peneliti, mampu menempatkan diri, memfokuskan diri pada

integritas, mengasakan diri sendiri atas pengetahuan, memproses dan

merekapitulasi selain menggunakan berbagai peluang yang tidak lazim atau

idiosinkratik.

G. Keabsahan Data

Burhan (2001) dalam penelitian kualitatif mencari kebenaran yang

objektif. Oleh sebab itu keabsahan data dalam berbagai penelitian kualitatif itu

sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian

kualitatif bisa berhasil. Penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data

dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengecekkan

mengenai keabsahan data yang menggunakan berbagai bentuk lain di luar data-

data tersebut demi kepentingan pengecekan atau sebagai pembeda dari data

tersebut. Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi

dengan sumber. Patton berpendapat dalam Sugiyono (2014), triangulasi

menggunakan sumber dengan tujuan membandingkan dan mlihat kembali

tingkat kepercayaan dari informasi yang telah didapatkan melalui waktu dan

alat yang berbagai macam bentuknya yang terdapat pada penelitian kualitatif.

Triangulasi menggunakan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu

membandingkan hasil dari wawancara terhadap berbagai dokumen-dokumen

yang saling berkaitan satu dengan lainnya.

H. Teknik Analisis Data

Mulyana (2001) menjelaskan penelitian ini adalah penelitian deskriptif,

dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi

18
dokumentasi. Data-data yang dihasilkan pada saat pengumpulan data,

berikutnya olah melalui analisis secara kualitatif serta dijabarkan kedalam

bentuk deskriptif. Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Definisi

tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis

data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah

menemukan teori dari data. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang

dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003), yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai

dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-

gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan

data/informasi yang tidak relevan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian (display) data-data yang bertujuan untuk mempermudah peneliti

pada saat melihat keterangan-keterangan secara menyeluruh ataupun pada

komponen-komponen tertentu dari penelitian tersebut, yaitu penyajian data-

data yang sudah didapatkan dan direduksi tersebut ditampilkan dalam bentuk

deskripsi-deskripsi melalui tulisan pada pembahasan hasil lapangan.

19
3. Verifikasi (Conclution Drawing and Verification)

Verifikasi data dilaksanakan dengan berkelanjutan sepanjang proses

penelitian berlangsung yaitu dengan memasuki lokasi penelitian dan selama

pada saat proses pengumpulan data-data di lapangan (lokasi penelitian), peneliti

berupaya menganalisa dan mencari makna dari data-data yang telah terkumpul

tersebut dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering

muncul, hipotesis, dan lain sebagainya yang nantinya akan dituangkan dalam

kesimpulan yang masih bersifat tentative, akan tetapi dengan bertambah data-

data melalui proses verifikasi yang berlangsung terus menerus, maka akan

diperoleh kesimpulan yang bersifat “grounded”, bisa diartikan dengan kata lain

setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian

tersebut berlangsung.

I. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam Penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data

(validitas internal) antara lain dilakukan dengan:

Triangulasi dapat diartikan sebagai penelaahan data-data yang didapatkan

dari berbagai sumber dengan berbagai langkah dan cara, dan waktu. Menurut

Sugiyono (2014) triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber, artinya

untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data tersebut dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana

spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti

20
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan

(member check) dengan tiga sumber data tersebut.

Triangulasi sumber yang dilakukan oleh peneliti adalah pengecekan data-

data yang didapatkan dengan data informan atau narasumber yang berbeda-

beda namun dengan data sumber yang sama yaitu pedoman wawancara seperti

informan pertama, kedua, ketiga dan keempat diberi pertanyaan yang sama.

Triangulasi teknik, artinya untuk mengkaji integritas keaslian dan

keabsahan dari sumber-sumber data dengan dilakukan dengan cara

mencocokkan data dari berbagai sumber-sumber yang sama ataupun berbeda

menggunakan teknik lain untuk kepastian data yang akan digunakan. Misalnya

data diperoleh dengan wawancara, lalu diperiksa menggunakan teknik

pengamatan (observasi), studi dokumentasi terhadap berbagai macam arsip.

Jika ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang

berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber

data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang

dianggap benar. Atau barangkali semuanya benar, disebabkan perspektif dari

si narasumber tersebut berlainnya satu dengan lainnya.

Triangulasi waktu, artinya waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas

akan data yang didapatkan. Ketika kerangka pengujian kredibilitas data dapat

dilaksanakan menggunakan langkah-langkah melakukan identifikasi terhadap

hasil dari wawancara, pengamatan atau proses lain saat pengumpulan data

dalam waktu juga keadaan yang tidak sama persis. Apabila hasil uji

menghasilkan data-data yang berlainnya satu dengan lainnya, oleh sebab itu

21
akan dilaksanakan secara terus-menerus sampai batasan kejenuhan didapatkan

kejelasan terhadap datanya. Triangulasi juga bisa menggunakan langkah

memeriksa hasil-hasil penelitian, dari kelompok peneliti lain yang diberikan

arahan utuk melakukan penghimpunan data-data.

22
BAB IV

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

Desa Lok Baintan yang terdapat di provinsi Kalimantan Selatan pada

Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, daerah ini sangat terkenal dengan

wisata alam berbasis sungai dengan kebudayaan sungai masyarakat Banjar yaitu

Pasar Terapung Lok Baintan, selain itu juga melakukan penelitian di tempat wisata

pasar terapung modern yang terletak pada Kawasan Siring Menara Pandang, Jalan

Pierre Tendean, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.

Desa Lok Baintan bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi darat

ataupun air lewat sungai Martapura yang bertujuan langsung pada wisata pasar

terapung tradisional dengan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani

juga pedagang pada pasar terapung tersebut atapun melakukan penyambangan hasil

bumi, sedangkan kawasan Siring Menara Pandang bisa dituju lewat jalur darat

menggunakan transportasi darat, sebagai tempat wisata yang menggunakan sungai

ataupun bantaran sungai, masyarakatnya banyak mendapatkan keuntungan

ekonomi dari hasil perdagangan dari para wisatawan, dengan tujuan memanfaatkan

sungai sebagai sumber belajar IPS berbasis lingkungan.

Untuk menuju ke lokasi Pasar Terapung Siring dinilai cukup mudah bagi

para pengunjung ataupun wisatawan yang datang ke Banjarmasin. Karena letaknya

yang strategi yaitu langsung berada di pusat kota. Hanya berjarak kurang lebih 5

kilometer dari gedung perkantoran pemerintah Kota Banjarmasin. Dan tepat

berseberangan dengan lokasi titik 0 (nol) kilometer Kota Banjarmasin. Terdapat

empat pintu masuk untuk wisatawan atau yang akan berkunjung ke Kota

23
Banjarmasin, yaitu dengan tersedianya bandara internasional yang berjarak kurang

lebih 20 kilometer dari pusat Kota Banjarmasin, terdapat Pelabuhan Trisakti yang

berjarak kurang lebih 10 kilometer, adanya terminal “Pal 6” untuk trayek antarkota

dan antarprovinsi yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari pusat kota, serta

akses jalan raya dengan kondisi jalan yang layak dilalui untuk menunjang akses

darat dan beberapa disediakan pula akses sungai yang melayani rute dalam kota

untuk tujuan pariwisata, Pasar terapung Siring ramai ketika hari sabtu dan minggu,

hari sabtu berjualan mulai jam 12.00 – 00.00 dan hari minggu mulai dari jam 05.00

– 12.00. ketika berjualan dari hari sabtu sampai hari minggu.

Ekowisata sepanjang sungai Martapura baik yang berada di Kota

Banjarmasin hingga hulu sungainya yang menuju ke Kabupaten Banjar, terdapat

wisata yang menggunakan sungai sebagai tempat berlangsungnya kegiatan

destinasi dan kunjungan terhadap pasar terapung yang terletak di Lok Baintan

dengan budaya berdagang di atas sungai, sungai yang menjadi jalur wisata ini

sangatlah kuat dengan budaya masyarakat Banjar, khususnya yang berada di Kota

Banjarmasin ini. Berbeda halnya dengan pemanfaatan sungai sebagai objek wisata

di Kota Banjarmasin yang berfokus pada pasar terapung modern yang terdapat di

kawasan wisata Menara Siring Pandang, para pedagang pasar terapung di sini.

Bertujuan awal terhadap edukasi kepada masyarakat bahwa sungai

Martapura ini menjadi wisata alam yang lebih bermanfaat terhadap masyarakat

luas. Manfaat yang dimaksudkan adalah edukasi-edukasi mengenai keadaan

lingkungan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan

ekonomi yang juga menarik minat dari para wisatawan untuk datang dan juga

24
membantu keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Selain itu dengan

menggunakan implikasi ekologi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh manusia

dan juga masyarakat, yang dimana pada sungai Martapura ini masyarakat

sekitarnya menggunakan sebagai tempat jual beli juga transportasi menggunakan

sungai, dengan kegiatan tersebut sehingga muncullah pasar terapung khususnya di

desa Lok Baintan.

Langkah berikutnya adalah yang nantinya akan dilakukan adalah mengenai

hasil penelitian ini sebagai sumber belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial),

mengintergrasikannya sebagai sumber belajar bagi peserta didik, baik sebagai

materi pembelajaran di sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat. Data-data

yang telah dikumpulkan nantinya diolah kembali dengan mengedepankan konsep-

konsep yang mungkin bisa dimasukkan kedalam materi ajar berbasis lingkungan

juga kearifan lokal masyarakat Banjar.

A. Ekowisata Sungai Martapura

a. Ekowisata Sungai Martapura Kota Banjarmasin

Normelani (2016) memberikan penjelasan mengenai sungai sebagai daya

Tarik wisata yaitu dengan pengembangan sungai sebagai daya tarik wisata harus

mengikuti prinsip ekologi dan sosial. Karena sungai merupakan ekosistem dan

habitat yang rapuh bagi masyarakat yang wilayahnya bergantung pada sungai.

Pemanfaatan sungai secara berkelanjutan sebagai daya tarik wisata mengikuti

tiga prinsip pembangunan, yaitu mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan

lingkungan dalam pengembangan sungai. Pengembangan sungai sebagai daya

tarik wisata harus mengikuti prinsip ekologi dan sosial. Karena sungai

25
merupakan ekosistem dan habitat yang rapuh bagi masyarakat yang wilayahnya

bergantung pada sungai. Pemanfaatan sungai secara berkelanjutan sebagai daya

tarik wisata mengikuti tiga prinsip pembangunan, yaitu mempertimbangkan

aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pengembangan sungai.

Menurut Idwar Saleh (1991) proses sejarah dalam perjalanan

pembentukan khas kebudayaan sungai kelompok Banjar ini adalah akibat

lingkungan alam Kalimantan Selatan yang penuh sungai, adaptasi lingkungan

oleh tiap kelompok, sifat masyarakat yang datang dari generasi ke generasi dan

kejiwaan grup yang dimunculkan sejarahnya. Kebudayaan masyarakat

Kalimantan Selatan khususnya Urang Banjar yang tinggal di Banjarmasin adalah

kebudayaan sungai dimana hampir segala aktifitas masyarakatnya berlangsung

di atas sungai, dimana terlihat sampai sekarang masih bergeraknya

perekonomian masyarakat dengan Pasar Terapung baik yang di Muara Kuin

ataupun di Lok Baintan, selain itu juga aktifitas transportasi sungai dengan

menggunakan jukung atau disebut perahu.

Budaya masyarakat Banjar khususnya Urang Banjar Kuala1 adalah

Budaya sungai, Urang Banjar yang sejak dari zaman Kerajaan Dipa

menggunakan jalur air sebagai sarana ekonomi, transportasi dan lainnya. Lambat

laun kebudayaan ini mulai terusik ketika di mulainya pembangunan darat di

Kalimantan. Kota Banjarmasin yang dijuluki sebagai Kota Seribu Sungai, sudah

menjadi ciri khasnya dengan banyaknya sungai-sungai baik yang besar ataupun

1
Urang Banjar Kuala adalah masyarakat Banjar yang mendiami sekitar daerah
Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru, Marabahan dan sekitarnya.

26
kecil yang mengalir.Konsep kebudayaan yang dilahirkan oleh masyarakat

Banjar karena lingkungan sekitarnya ini menghasilkan kebudayaan air

khususnya sungai dari keadaan morfologi tempat tinggalnya. Salah satu hasil

dari kebudayaan sungai ini adalah Pasar Terapung atau Pasar Apung di atas

sungai Martapura yang salah satunya berada di kota Banjarmasin di daerah

Muara Kuin, Pasar Terapung adalah pasar yang dimana para pedagangnya

melakukan aktivitas perdagangannya dengan menggunakan perahu atau jukung,

ataupun kelotok baik sebagai alat transportasi menuju tempat berkumpul

ataupun sarana mengangkut barang dagangan, selain itu jukung-jukung itu juga

digunakan para wisatawan lokal ataupun mancanegara menuju pasar dari

pelabuhan-pelabuhan seperti masjid Sultan Suriansyah ataupun didepan Makam

Sultan Suriansyah daerah Pangeran, sekarang terdapat pasar terapung yang

disiapkan oleh pemerintah kota Banjarmasin didaerah Banjarmasin Tengah yaitu

pada Jalan Kapten Pierre Tendean.

Konsep kebudayaan yang dilahirkan oleh masyarakat Banjar karena

lingkungan sekitarnya ini menghasilkan kebudayaan air khususnya sungai dari

keadaan morfologi tempat tinggalnya. Salah satu hasil dari kebudayaan sungai

ini adalah Pasar Terapung atau Pasar Apung di atas sungai Martapura yang salah

satunya berada di kota Banjarmasin di daerah Muara Kuin, Pasar Terapung

adalah pasar yang dimana para pedagangnya melakukan aktivitas

perdagangannya dengan menggunakan perahu atau jukung, ataupun kelotok baik

sebagai alat transportasi menuju tempat berkumpul ataupun sarana mengangkut

barang dagangan, selain itu jukung-jukung itu juga digunakan para wisatawan

27
lokal ataupun mancanegara menuju pasar dari pelabuhan-pelabuhan seperti

masjid Sultan Suriansyah ataupun didepan Makam Sultan Suriansyah daerah

Pangeran.

Ideham (2015) menjelaskan tentang keterampilan membuat perahu-

perahu tradisional, kemudi, Kapal bermotor merupakan sebuah teknologi

pelayaran tradisional dan modern yang dimana merupakan memang keahlian

orang-orang yang berbudayakan tinggal di daerah perairan (sungai, laut ataupun

danau), sampai tahun 1950-an keahlian dalam keluarga Kampung Tambak Bitin,

Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan menghasilkan perahu-perahu dalam

jenis dan bentuk sesuai dengan keperluannya: transportasi manusia (tambangan),

maupun transportasi barang-barang dagangan dan hasil-hasil pertanian (parahan,

babanciran, perahu gundul, undaan, pangkuh, bagiwas). Perahu-perahu yang

dikayuh atau ditajak tenaga manusia ini.

Teknologi yang masuk sejak tahun 1950-an itu, memekanis alat-alat

transportasi sungai. Renovasi mesin pompa air menjadi mesin kelotok,

menyisihkan banyak dari perahu-perahu tradisional tersebut. Ahli-ahli perahu

Nagara ini, kemudian melanjutkan bakat dan keterampilan mereka ke industri

perkapalan bermotor. Badan kapal-kapal motor yang menjelajahi pesisir,

maupun yang laik laut yang menghubungkan pulau ke pulau, kapal-kapal

nelayan laut, dibuat di galangan-galangan di tepi-tepi Sungai Antasan-bagi yang

tonase kecil, Sungai Martapura, Sungai Alalak, Sungai Barito bagi yang lebih

besar. Mesin-mesin pengerak masih didatangkan dari luar. Budaya sungai masih

mendominasi cara hidup masyarakat. Sungai dan perahu memberikan bentuk

28
pedagangan antar penduduk khususnya yang bermukim di tepi dan di lingkungan

sekitar sungai.

Keadaan ekowisata sungai Martapura Kota Banjarmasin dewasa ini

mengalami adanya perkembangan, sungai di Banjarmasin dalam sejarahnya

hingga saat ini masih menjadi sarana transportasi, hingga kegiatan keseharian

mereka yang sangat bergantung pada sungai seperti mandi, mencuci pakaian,

minum dan lainnya. Modal keadaan lingkungan khususnya sungai oleh

masyarakat Banjar, terlebih masyarakat kota Banjarmasin yang mendapat

julukan ‘Kota Seribu Sungai’. Pada akhirnya sungai ini menjadi ikon tersendiri

yang dalam perkembangan budayanya melahirkan pasar terapung yang berada

di Lok Baintan dan juga Kuin, sekarang pemerintah kota Banjarmasin juga

membuka pasar terapung yang terletak di kawasan bantaran sungai Martapura

yang terletak pada daerah kota yaitu daerah Siring Menara Pandang, jalan

Kapten Piere Tendean, Kelurahan Kampung Gadang, Banjarmasin Tengah.

Sangat riskan kita mendengar tentang sungai Martapura Kota

Banjarmasin yang sangat kotor disebabkan oleh perilaku masyarakat yang sering

membuang sampah sembarangan, membuang limbah rumah tangga ke sungai,

juga tingkat kepedulian masyarakat yang sangat rendah akan kebersihan sungai.

Tetapi sekarang dengan berkembangnya wisata-wisata khususnya pemanfaatan

sungai sebagai sarananya, pemerintah kota Banjarmasin sangat mengharapkan

tumbuhnya rasa peduli akan lingkungan sekitar mereka, karena kehidupan

masyarakat Banjar sendiri dengan budaya sungainya terlebih adanya wisata

pasar terapung sendiri.

29
Ekowisata yang menjadi fokus sekarang ini adalah pemanfaatan sungai

baik aliran sungai, bantaran sungai, hingga wilayah sekitar yang dilewati oleh

aliran sungai sebagai sarana wisata oleh wisatawan dan juga masyarakat.

Sangatlah penting menjaga keadaan lingkungan khususnya sungai Martapura

kota Banjarmasin, dengan berfokus pada pengembangan sungai sebagai sarana

wisata juga untuk mendekatkan masyarakat sebagai sarana edukasi dengan

lingkungan sekitar mereka, menghindari pembuangan limbah rumah tangga

(sampah, kotoran dan lainnya) ke sungai, pencegahan pembuangan limbah

pabrik, hingga pemanfaatan kawasan sekitaran bantaran sungai oleh masyarakat

baik sebagi tempat tinggalnya ataupun sebagai tempat bercocok tanam padi

ataupun berkebun seperti limau (jeruk), manggis, rambutan, pisang, kasturi,

manga dan lainnya banyak terdapat di sekitar aliran sungai Martapura apabila

melewatinya menggukan klotok kita bisa perhatikan baik sebelum menuju ke

Pasar Terapung Lok Baintan, ataupun sesudah dari Pasar Terapung Lok Baintan.

Barang-barang yang didagangkan juga sama dengan apa yang

diungkapkan oleh acil2 Hasanah (46 tahun), berbagai macam Kata beliau barang

daganganya rata-rata hasil dari beli dari orang lain dan kemudian di jual kembali

oleh beliau di pasar terapung seperti buah limau (jeruk), rambutan, asam, kasturi

dan tempakin. Buah-buah ini sebetulnya jual tergantung musimnya saja seperti

sekarang musim rambutan. Bukan mebeli dari orang dagangan ibu hasanah juga

ada yang di bikin ibu sendiri seperi ikan kering yang di mana bilau membuatnya

2
Acil (Banjar) = bibi, tante (biasanya diperuntukkan perempuan yang lebih tua setara
dengan orang tua, terlebih biasanya juga untuk menyebutkan ibu-ibu yang berdagang atau
berjualan).

30
sendiri dan di jual juga saat di pasae terapung. Yang di mana itu akan menambah

hasil pendapatkan. Karena kita tahu bahwa buah-buah yang di jual juga

merupakan hasil dari beli dan kemudian di jual kembali dengan untung yang

sangat sedikit.

Sebagai tempat destinasi wisata, banyak dari wisatawan baik lokal

ataupun mancanegara tertarik untuk datang ke Banjarmasin, melihat bagaimana

kebudayaan masyarakat Banjar yang sangat kental dengan kehidupan sungainya,

pasar terapung yang menjadi budaya kehidupan sungai masyarakatnya sendiri

dengan menggunakan sungai sebagai tempat berdagang mereka, apabila sungai

sendiri menjadi tercemar maka bisa membuat masyarakat yang menggunakan

sungai sebagai sarana kehidupan sehari-harinya akan sulit untuk melakukan

kegiatan sehari-hari.

Selain dari pada itu wawancara dengan Muthia Sari (25 tahun) wisatawan

lokal dari luar kota Banjarmasin dan berprofesi sebagai guru, menuturkan

tentang wisata sungai yang terkenal di Banjarmasin menurutnya adalah Pasar

Terapung, karena menurutnya wisata tersebut memang khasnya dari

Banjarmasin, setiap kali tujuan orang jika ingin berwisata sungai pasti selalu

tujuannya pasar terapung yang dituju setiap subuh hari biasanya yang terletak di

Lok Baintan.

Muthia juga mengungkapkan mengenai peran pemerintah terhadap

wisata sungai Martapura di Banjarmasin ini sudah bagus, karena pemerintah

sudah membantu mengembangkan potensi wisata sungai disini, hal itu juga

memberikan dampak yang besar terhadap lapangan pekerjaan, karena peran

31
pemerintah tersebutlah semua dapat bekerja, seperti paman perahu (klotok) yang

sekarang tidak sepi lagi, dan juga adanya tambahan pasar terapung di siring, dan

banyak lagi destinasi yang dibuka oleh pemerintah yang dapat membantu

perekonomian masyarakat meningkat dengan adanya wisata tersebut. Dia juga

mengungkapkan tantangan terbesar jaman sekarang menurutnya adalah

teknologi, karena jaman sekarang orang-orang lebih menikmati gadgetnya

daripada menikmati alamnya. Dia juga mengatakan bahwa kita harus bisa

berinovasi terus dan meningkatkan kreativitas untuk mengembangkan potensi

wisata sungai di Kota Banjarmasin ini, agar kita tidak kalah bersaing dengan

orang-orang diluar sana yang sekarang juga banyak wisata sungai dibuat seperti

floating market di Bandung.

Aulia Rahmawati (17 tahun) wisatawan dari kota Kandangan dan

sekarang sebagai mahasiswi disalah satu perguruan tinggi di Kota Banjarmasin,

menuturkan dari hasil wawancara dengannya, keunikan dari kota Banjarmasin

sendiri memiliki wisata sungai, karena wisata di daerah asalnya sangat berbeda

sekali, sungai menjadi awalnya pasar terapung dijadikan sekedar pekerjaan

interaksi jual beli sekarang pasar terapung bisa dijadikan objek wisata kota

Banjarmasin dan menghasilkan lapangan pekerjaan untuk para pedagang dan

warga sekitarnya, pada era saat ini tantangan yang dihadapi pada jaman sekarang

memang sulit karena kita bersaing dengan teknologi, tetapi tidak menutup

kemungkinan kita juga mampu bersaing, dengan wisata-wisata yang

menghasilkan lapangan pekerjaan dan tidak kalah bersaingnya dengan

32
mempertahankan budaya-budaya Banjar yang mengadaptasi dengan era milenial

sekarang.

Wawancara dengan Bapak Rudy (51 tahun) seorang tenaga kerja badan

statistik salah satu pengunjung pasar terapung siring tendean mengungkapkan

kalau pasar terapung siring tendean merupakan tempat untuk menghibur diri

dimana saya rutin setiap seminggu sekali, dan kebetulan pasar ini adanya di akhir

pekan sabtu dan minggu. Biasanya beliau datang ke Pasar Terapung Siring

Tendean bersama dengan keluarganya, beliau juga menuturkan bahwa ini (Pasar

Terapung Siring Tendean) adalah merupakan ciri khasnya urang Banjar atau

lebih tepatnya kita sebagai masyarakat sungai yang memiliki sungai sebagai

sarana dan prasarana tentu tempat ini sangat bagus, untuk mengajarkan bahwa

kebudayaan masyarakat Banjar khususnya yang berada di Kota Banjarmasin

masih sangat lekat dengan kehidupan masyarakat sungainya, maka dari pada itu

pemerintah luar biasa memanfaatkan sungai sebagai sarana wisata juga edukasi

kepada para pemudanya.

Bapak Rudy juga mengatakan "tempat ini bagus, ini ciri kita atau

khasnya urang kita (Banjar) ". Pasar terapung siring tendean ini sangat banyak

manfaatnya salah satunya membantu dari sektor perekonomian,"coba lihat,

disini ada jual beli sehingga mem bantu lagi perekonomian di banua kita" ujar

rudy. Di pasar terapung ini jua kita bisa mengajari anak cucu kita, dimana

terdapat buah-buahan khas dari Banjar, tapi jarang terlihat sekarang, sehingga

banyak yang tidak tau nama buah-buah khas dari Banjar. Bapak Rudy juga

mengatakan "Jualan yang ada di sini sangat bagus, misal ada kapul, ramania,

33
bularan dan yang lain, kakanakan wayahni banyak yang kada tahu, nah dipasar

sini sambil mengajarkan kakanakan akan banyaknya buah khas kita yang perlu

dikenal karna manfaatnya yang banyak."

b. Ekonomi Masyarakat Pada Daerah Ekowisata Sungai Martapura Kota


Banjarmasin
Berbicara bagaimana tentang ekonomi masyarakat yang terletak di

sekitar daerah wisata sungai sangatlah dinamis, kita bisa melihat bagaimana

perkembangan perekonomian warga sekitar tempat wisata sungai ini, seperti

yang terdapat pada Pasar Terapung Menara Siring Pandang Banjarmasin,

masyarakat sekitar diberikan akses oleh pemerintah kota Banjarmasin untuk

membuka usaha seperti membuka warung baik yang menjual makanan khas

Banjar ataupun lainnya (sebagian tenda disediakan oleh pemerintah kota

Banjarmasin dan melakukan pembayaran retribusi, biasanya setiap hari sabtu

dan minggu, karena banyak wisatawan yang datang) sebagian besar dari mereka

adalah warga Kampung Gadang, Banjarmasin Tengah.

Perlu diketahui Penjual di pasar terapung tidak tentu menjual hasil

kebunnya sendiri, kebanyakan mereka menjual hasil penyambangan.

Penyambangan dilakukan pada pagi petang menjelang adzan subuh secara

beramai-ramai di dermaga dimana pada saat itu semua yang hendak di jual sudah

disiapkan dalam keranjang oleh para pemilik kebun. Kemudian siap dibawa ke

pasar Lok Baintan untuk dijual kepada pengunjung atau wisatawan baik lokal

ataupun mancanegara.

Dulunya pasar Lok Baintan merupakan pasar masyarakat untuk

berbelanja kebutuhan, karena adanya perkembangan pasar Lok Baintan ini

34
berkembang menjadi tempat wisata berkembang dalam kurun waktu relative

singkat, serta menarik banyak wisatawan dari luar Kota Banjarmasin. Karena

keunikannya pasar terapung resmi menjadi satu tempat wisata kota Banjarmasin.

Bukan hanya hasil kebun yang dijual di pasar terapung, ada kain,

makanan berat, makanan berat, gorengan, dan wadai-wadai khas Banjar. Bahkan

ada pula yang keliling meminta sumbangan menggunakan jukung. Meskipun

sudah menjadi tempat wisata pasar terapung masih mempertahankan eksistensi

budaya yang ada, acil penjual menggunakan pupur dingin, bermain pantun, dan

bharter barang pada sebagian penjual, dengan harga yang sama. Penyambangan

sebagai kebiasaan pun tidak dihilangkan, padahal bisa saja barang dagang

tersebut diambil dari pasar darat atau tempat lain disiang hari dan lainnya.

Banyak pedagang dari Pasar Terapung Siring Tendean Banjarmasin

adalah dari wilayah Lok Baintan dan sekitarnya untuk berjualan di sana. Bagi

pedagang yang memang sudah diminta Pemerintah untuk berjualan di pasar

terapung Siring, tidak ada pungutan biaya sama sekali. Tempat yang digunakan

untuk berjualan pun tidak berpindah-pindah dan para pedagang juga di berikan

payung besar untuk berjualan namun untuk jukung masih banyak yang

menggunakan milik pribadi bukan diberikan oleh Pemerintah. Kebanyakan

pedagang yang berjualan di Siring berasal dari Lok Baintan, dan orang-orang

yang berjualan sudah di tentukan oleh Pemerintah jadi bagi orang baru yang

ingin berjualan di pasar terapung Siring tidak bisa. Para pedagang yang berjualan

diminta KTP (Kartu Tanda Penduduk) mereka untuk didata dan terdaftar sebagai

pedagang di pasar terapung Siring. Ketika ada acara besar acil-acil yang

35
berjualan di pasar terapung Siring akan melakukan atraksi jukung yang diminta

oleh Pemerintah, dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan sendiri oleh

pemerintah kota Banjarmasin.

Para pedagang di Pasar Terapung salah satunya adalah Acil Fatimah (40

tahun) biasa juga dipanggil dengan Acil Ipat dari hasil wawancara dengan beliau

bahwa barang-barang yang diperjualbelikan antara lain menjual berbagai macam

buah-buahan, bakul, pupur dingin, hintalu jaruk (telur asin), dan lain-lain

tersusun diatas jukung. Barang dagangan acil Ipat ada sebagian punya beliau,

dan sebagian beli di pedagang-pedagang lain yang juga berjualan di pasar

terapung Lok Baintan, atau biasanya disebut dengan manyambang. Selain

manjualakan ampun urang, ada jua yang bajualan wadai wan makanan lainnya

nang kaya nasi kuning wan lainnya lanjut acil Fatimah.

Selain itu juga dari wawancara dengan acil Salamah (50 tahun),

komoditas barang-barang yang dijual disana adalah buah-buahan baik dari

kebun sendiri ataupun menyambang, dengan menggunakan jukung ditarik oleh

kapal bermesin hingga sampai ke pasar terapung Siring Tendean, Selain

berjualan di pasar terapung Siring pada hari sabtu dan minggu, acil Salamah juga

berjualan buah di Sungai Lulut. Berjualan di pasar terapung Siring memiliki

beberapa peraturan yang sudah di atur oleh pemerintah, pada hari sabtu sore

boleh berjualan diatas lanting, minggu pagi berjualan di atas jukung dan siang

harinya kembali lagi ke atas berjualan diatas lanting.

Pasar terapung siring tendean dimana penjual disana sering disebut

denga Acil. Salah satu penjual disana bernama Aluh Asiah (57 tahun)

36
mengungkapkan "bajualan disini banyak acil-acil, aku bajualan disini sudah

lawas maampat tahunan mulai balum maju sampai rami wayahni". Pasar

terapung siring tendean ini adanya di hari sabtu dan minggu "kami bajualan hari

sabtu lawan minggu, biasanya kami bamalam". Acil Aluh Asiah

mengungkapkan "berjualan di Pasar Terapung Siring Tendean disini lumayan

haja kulihan, kawa haja maongkosi anak lawan cucu badua" ujar acil aluh.

Dalam kegiatan jual beli dipasar terapung yang dimana berjualan dalam satu

minggu cuma di hari sabtu dan minggu bisa menghasilkan penghasilan kurang

lebih sekitar Rp. 4.000.000,00.- ini lah yang diungkapkan oleh Acil Asiah.

Wilayah sekitar dari Pasar Terapung Siring Tendean sendiri, sangat

banyak membantu masyarakat sekitarnya antaralain adanya pemberian izin

kepada masyarakat sekitar dari kampung Gadang dan Sungai Mesa untuk

berdagang di tempat yang diberikan izin oleh Pemkot Banjarmasin, akan tetapi

mereka tidak diperbolehkan untuk berdagang di kawanan khusus pasar

terapungnya terserbut, karena dikhususkan untuk para pedagang dari Lok

Baintan yang sudah terdaftar dan diminta khusus oleh pemkot Banjarmasin

untuk berdagang disana, apabila ada yang memaksa untuk berdagang di area

khusus tersebut akan ditegur oleh satgas dan relawan yang berafiliasi dengan

pemkot Banjarmasin, khususnya dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan

Olahraga Kota Banjarmasin.

c. Peran Pemerintah Kota Banjarmasin dalam Ekowisata Sungai


Martapura Kota Banjarmasin
Peran dari pemerintah kota Banjarmasin terhadap pariwisata, khususnya

terhadap ekowisata berbasis sungai sendiri dalam pemaparan hasil wawancara

37
dengan Fathul Hadi (45 tahun) yang menjadi Satgas Dinas Kebudayaan,

Pariwisata dan Keolahragaan Kota Banjarmasin menjelaskan bahwa pemerintah

kota Banjarmasin sendiri dari tahun 2013 hingga sekarang masih berusaha

membangkitkan wisata, khususnya yang berkaitan dengan wisata berbasis

sungai yang juga dimana masyarakat ingin dikenalkan bagaimana aktivitas

kehidupan masyarakat Banjar yang kesehariannya sangat tergantung kepada

sungai yang juga menimbulkan kebudayaan sungai pada masyarakat Banjar

Kuala.

Kegiatan dari pendayagunaan sungai oleh masyarakat Banjar yang di

luar kemampuan dari ekosistem sungai pada saat daya tampung akan kunjungan

yang berlebihan tersebut berdampak terhadap penurunan kualitas sungai baik

dari kualitas air ataupun keadaan alamnya sekitar dari sungai. Secara sosial,

pendayagunaan aliran sungai secara mendalam dapat berpengaruh terhadap

bagaimana kehidupan dari masyarakat lokal saat mendayagunakan aliran sungai

untuk menyokong aktivitas keseharian mereka.

Pemerintah pusat melalui Kementrian Pariwisata (Kemenpar) juga

berupaya mengembangkan ekowisata berbasis sungai dengan mengadakan FGD

(Forum Discussion Group) di kota Palangkaraya pada 09-11 Mei 20193 kemarin

dengan sasaran pengembangan ekowisata berbasis sungai baik dari pemerintah

pusat, pemerintah daerah hingga para stakeholder di daerah wisata tersebut, Isu

lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) selalu mengemuka. Sebab, masih

3
Putri, Nabilla. 01 Mei 2019. Kemenpar Diskusikan Pengembangan Ekowisata Berbasis
Sungai. Di akses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-4532330/kemenpar-diskusikan-
pengembangan-ekowisata-berbasis-sungai

38
banyak masyarakat yang memiliki kesadaran rendah akan fungsi dan peran

sungai. Walaupun dalam agenda utamanya untuk wilayah Kalimantan Tengah4.

Tidak memungkinkan juga daerah sekitarnya khususnya Kalimantan

Selatan juga ikut berkembang, terlebih kota Banjarmasin yang mendapat julukan

Kota Seribu Sungai (Thousand River City), The Sustainability Leaders Project

(SLP) dari Indonesia Ecotourism Network (INDECON), Bapak Ary Suhandi

mengatakan sungai memiliki multifungsi dan berpotensi besar untuk

dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai

tersebut.Ary memaparkan, beberapa contoh seperti Pasar Terapung (Floating

Market). Ini merupakan bagian dari sejarah wisata sungai sebagai salah satu daya

tarik wisata bagi wisatawan asing maupun domestik. Tahun 2013, Kemenpar

pernah memberikan perhatian untuk pengembangan wisata susur sungai di

Banjarmasin, khususnya untuk sungai Martapura dan sungai Barito, serta anak-

anak sungai lainnya, susur sungai juga menjadi agenda tahunan dari Program

Studi Pendidikan IPS (PIPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan

sebutan Susuban (Susur Sungai Banjarmasin) untuk memberikan edukasi kepada

para mahasiswanya tentang potensi wisata kota Banjarmasin, khususnya

pemanfaatan sungai oleh masyarakat kota Banjarmasin dan sekitarnya yang

sangat terkenal dengan budaya kehidupan sungainya.

Menurut bapak Fathul Hadi (45 tahun) untuk mengembangkan

kebudayaan masyarakat sungai Banjar yang sangat terkenal hingga saat ini

4
Nasrulhak, Arief. 10 Mei 2019. Pentingnya Menjaga Daerah Aliran Sungai untuk Sarana
Ekowisata. Di akses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-4544749/pentingnya-
menjaga-daerah-aliran-sungai-untuk-sarana-ekowisata

39
adalah pasar terapung, menjadi ikon Kota Banjarmasin sebagai destinasi wisata

baik bagi wisatawan local, nasional maupun internasional, pemerintah kota

Banjarmasin sangat berupaya untuk meningkatkan kedatangan wisatawan ke

kota Banjarmasin. Senada dengan pernyataan dari Ary Suhandi sebelumnya

bahwa pemerintah kota Banjarmasin dari tahun 2013 sudah memulai usaha

untuk mengembangkan sektor pariwisata khususnya memanfaatkan sungai

sebagai sarananya, mengembangkan budaya masyarakat sungainya dengan

membuka kembali Pasar Terapung yang berada di tengah kota dengan daerah

siring menjadi pusat pengembangannya.

Selain pada pasar terapung, pemerintah kota Banjarmasin juga

mengembangkan susur sungai, dimana masyarakat diajak untuk menyusuri

sungai-sungai di kota Banjarmasin, khususnya Sungai Martapura. Dengan tujuan

tadi untuk mengedukasi kepada masyarakat dan mengenalkan kepada

masyarakat luas mengenai kebudayaan sungai masyarakat Banjar yang tinggal

di sekitar sungai Martapura, hingga mengembangkan potensi wisata tersebut,

dengan focus tersebut juga mengajak masyarakat peduli terhadap sungai sebagai

lingkungan tempat hidup dan kegiatan sehari-hari mereka.

Dalam peranan pemerintah Kota Banjarmasin dalam mengembangkan

potensi wisata khususnya pada wisata sungai Martapura yaitu pasar terapung

beliau mengungkapkan bahwa pemerintah sudah banyak membantu dalam usaha

beliau. Lapak dagangan yang beliau tempati itu merupakan lapak gratis yang

diberikan pemerintah kepada pedagang disana, dan lapak tersebut sudah

terdaftar dipemerintah, sehingga beliau mengungkapkan jika ada yang

40
mengambil lapak jualan beliau maka akan ditegur oleh pihak berwajib yang

mengawasi pasar terapung siring tersebut.

Bantuan lain yang diberikan oleh pemerintah diungkapkan oleh acil

Mar’odah (60 tahun), karena beliau sudah merasa cukup karena diberikan lapak

dagang untuk pekerjaan mereka dan bisa membuat beliau berdagang mencari

nafkah di pasar terapung Siring Tendean, tetapi jika ada acara-acara yang

diadakan oleh pemerintah yang melibatkan pedagang pasar terapung tersebut

pemerintah memberikan bayaran yang cukup untuk kebutuhan beliau.

Para pedagang yang berada di Pasar Terapung Siring Tendean sendiri

banyak berasal dari pasar terapung Lok Baintan, dimana para pedagang ini

diminta langsung oleh Pemkot Banjarmasin untuk datang dan berdagang disana,

antara lain seperti acil Salamah, acil Fatimah, acil Mar’odah, dan lainnya.

Mereka yang tidak mendapatkan izin dari pemkot Banjarmasin tidak

diperbolehkan untuk berdagang di bagian Pasar Terapung Siring Tendean, warga

sekitarnya yaitu kampong Gadang dan Sungai Mesa kecuali berdagang di bagian

yang diizinkan oleh Pemkot Banjarmasin. Selain itu dari wawancara dengan para

wisatawan sendiri memberikan paparan mereka tentang peran pemkot

Banjarmasin yang sangat luar biasa, menjadikan pasar terapung sebagai destinasi

wisata yang mudah diakses oleh wisatawan.

B. Integrasi Ekowisata Sungai Martapura Sebagai Sumber Belajar IPS

a. Ekologi dan sumber belajar IPS

Rochgiyanti dkk (2014) menjelaskan mengenai pembelajaran IPS yaitu

studi sosial yang merupakan kajian terpadu (terintegrasi) dari ilmu-ilmu sosial

41
dan humaniora untuk mengembangkan kemampuan warganegara. Melalui

program-program pengajaran di sekolah, studi sosial menyediakan kajian

sistematik yang bersumber pada berbagai disiplin seperti antropologi, arkelogi,

ekonomi, sejarah, hokum, filsafat, politik, psikologi, agama dan sosiologi,

demikian juga bahan-bahan (konten-konten) yang layak bersumber kepada

humaniora, matematika dan IPA.

Sumber belajar IPS disini yang akan digunakan adalah Lingkungan

(Environtment), yaitu tempat bagi para peserta didik belajar, seperti ruangan

kelas, perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan daerah, laboratorium sains,

masyarakat dan alam sekitar dari para peserta didik. Sumber belajar IPS disini

adalah bagaimana ekologi menjadi salah satu bagian pokok dalam

pengembangan sumber belajar IPS pada penelitian ini bisa kita lihat dengan

adanya pengembangan wisata melalui ekowisata berbasis sungai yang telah

diterapkan oleh pemerintah kota Banjarmasin.

Selanjutnya ekologi menurut Sumaatmadja (2005) menjelaskan bahwa

Secara lebih formal, ekologis adalah studi tentang struktur dan fungsi alam atau

studi tentang hubungan diantara organisme hidup dan keseluruhan faktor fisikal

serta biological yang membentuk lingkungannya, yang dimana ekologi berarti

ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya yang di mana rumahnya tersebut

adalah alam lingkungan sekitarnya.

Ekologi pendidikan, dikutip dari Dian Permata Suri (2006) dalam

Raharja (2010), adalah sebuah ekosistem pendidikan yang meliputi beberapa

macam komponen lingkungan anak. Dewasa ini sekolah adalah semata-mata

42
menjadi satu-satunya komponen dari keberhasilan pendidikan Indonesia. Pada

dasarnya ekologi pendidikan membeberkan ternyata sekolah bukan menjadi

satu-satunya komponen keberhasilan dari pendidikan, jadinya dengan harapan

membawa kontribusi besar pada pendidikan karena bersifat kurikuler. Praksis

pendidikan berwawasan ekologi diharapkan sebagai segenap aktivitas yang

dilakukan oleh pelaksana pendidikan yang bisa mempengaruhi hasil dari

penyelenggaraan pendidikan itu ditinjau dari kondisi keadaan lingkungan

sekitarnya yang meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, daerah dan

geografisnya, sejarah masyarakatnya, politik negaranya, ilmu dan teknologi di

sekelilingnya, dan masyarakat globalnya.

Hungerford & Volk (1991) menyusun sejumlak rancangan utama dari

ekologi yang krusial untuk disusun kepada peningkatan program pendidikan

lingkungan. Pengembangan mengenai rancangan ini diharapkan dapat

membantu individu terhadap lingkunganya seperti tidak buta huruf atau mampu

membaca, yang dimana bahwa si individu ini mampu dan cakap dalam

mengambil keputusan terhadap lingkungan sekitarnya yang konsisten dengan

baik kualitas kehidupan manusianya ataupun juga mampu mempunyai

sinergisitas terhadap kualitas sama baiknya dari lingkungan sekitar dari individu

tersebut. Berikut adalah konsepsi mengenai program tersebut:

a. Individu dan populasi.


b. Interaksi dan saling ketergantungan.
c. Pengaruh lingkungan dan faktor pembatas.
d. Aliran energi dan siklus gizi.
e. Komunitas dan konsep ekosistem.
f. Homeostasis.
g. Suksesi.
h. Manusia sebagai anggota ekosistem.

43
i. Implikasi ekologi pada kegiatan manusia dan masyarakat.
Pemahaman akan ekologis ini mampu menjadi bagian terpenting dalam

tujuan pendidikan. Pendidikan diharuskan mampu membangun peserta didik

yang mempunyai pendidikan yang memiliki karakter dan kesadaran tentang

alam atau lingkungan, bukan diarahkan supaya mereka ini mendapatkan

pendidikan menjadi peserta didik yang pragmatismaterialis, dan berpengaruh

pada terbentuknya pola-pola yang terjebak dalam kekacauan pemikiran

pembangunan yang keliru (maldevelopment) dengan memandang alam sebagai

obyek semata, mekanistis, tercerai-berai, terpisah dari manusia lainya sehingga

mudah dipengaruhi dan diperas keadaan alam mereka.

b. Integrasi Ekowisata Sebagai Sumber Belajar IPS

Sumber belajar IPS dengan memanfaatkan ekowisata sungai Martapura

Kota Banjarmasin adalah dengan penguatan pada pembelajaran IPS berbasis

pada ekologi, mengedepankan materi-materi tentang lingkungan, harapan

dengan berpacu pada menumbuhkan nilai peduli lingkungan pada diri peserta

didik di sekolah. Selain itu ekowisata sungai Martapura ini juga dikembangkan

dengan adanya pasar terapung sendiri menjadi pengembangan materi ajar IPS

dalam basis budaya masyarakat, ini juga bisa dimasukkan ke dalam materi kuliah

pendidikan IPS sebagai sumber belajar pada materi kuliah Manusia, Tempat dan

Lingkungan, Kehidupan Masyarakat Sungai, Masyarakat dan Kebudayaan

Banjar dan lainnya.

Dikutip dari Yunansah (2017) melain itu juga dengan pengembangan

berbaasis ecopedagody pada pembelajaran diharapkan bisa mengembangkan

44
wawasan ekologi dalam pembelajaran IPS di sekolah, mengenai ekopedagogi

Secara terminologi mengenai ekopedagogik (ecopedagogy) bermula dari dua

buah kata, yaitu ekologi (ecology) yang memempunyai makna ilmu yang

menganalisa mengenai kaitan antara makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya,

dan pedagogik (pedagogy) yang bermakna ilmu pendidikan, baik secara teoritis

maupun praksis yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis. Berdasarkan tinjauan

tersebut, maka dapat dipahami, bahwa ekopedagogik merupakan sebuah

pendekatan untuk membangun kesadaran ekologi, berdasarkan refleksi kritis

atas kondisi kehidupan yang yang tidak sesuai dengan harapan, guna

membangun masa depan kehidupan yang lebih baik. Pada pemikiran mengenai

ekopedagogik adalah sebuah manuver dengan orientasi menuju masa yang akan

datang “demi memajukan mengenai pemahaman yang cakap terhadap potensi

yang hebat manusia dan demi meningkatkan kesamarataan dalam bidang sosial

disegenap penjuru dunia nantinya akan memunculkan kesadaran-kesadaran pada

masyarakat dunia terhadap pentingnya ekoliterasi kritis (kesadaran akan

lingkungan secara serius)”.

Mengenai pemahaman tersebut memiliki kedekatan dengan konsep yang

dijelaskan oleh Nana Supriatna (2016) dia menganggap bahwa ekopedagogi

sebagai manuver manusia kembali ke alam lingkungan dengan menelaah

kembali nilai-nilai yang terdapat pada warisan budaya mengenai pelestarian

alam dan lingkungan sekitar dari peserta didik. Nana Supriatna (2016) juga

menambahkan mengenai ecopedagogy “In an ecopedagogical setting, society

development is important to hinder industrialism and forestall abuse of common

45
assets. For this situation, ecopedagogy can be considered as an enemy of

commercialization development planned to counteract or diminish industrialism

degree. The decrease of commercialization may decidedly influence the misuse

of assets of the planet. Utilization decrease will diminish emanation or waste

that may sully the earth.”

Ekowisata adalah wisata ke wilayah yang mempunyai kondisi alam yang

seimbang, tidak terkontaminasi limbah-limbah. Bersandar pada kegiatan dari

individu-individu untuk mengenal alam sekitar mereka maka kegiatan ekowisata

ini sangat cocok untuk belajar bagi para peserta didik, selain itu juga Heimstra

(1978), menjelaskan bahwa dengan mendatangi tempat wisata adalah salah satu

cara pembentukan karakter diri manusia yang baik, membentuk personalitas

secara sosial yang dapat menguatkan peserta didik agar bisa meningkatkan

teamwork (kerjasama), meningkatkan potensi untuk prestasi mereka.

Muhaimin (2015) memberikan penekanan dalam metode belajar dengan

prinsip belajar dari alam dengan melakukan eksplorasi fakta-fakta lingkungan

hidup di sekitar. Siswa belajar langsung berbagai permasalahan lingkungan

hidup disekitarnya dengan melakukan investiga lapangan (inkuiri) yang dapat

menumbuhkan kesadaran dan kepedulian lingkungan hidup nyata. Raharja

(2010) menambahkan dengan menyelenggarakan pengajaran alam sekitar,

mengembangkan sikap kritis dan peduli lingkungan pada para siswa,

memelihara lingkungan, serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber

belajar. Pendidikan ekologis dapat dilakukan dengan pendekatan karakter

46
ekologis, yang mampu menyentuh sisi psikologis manusia dalam hubungannya

dengan alam dan lingkungannya.

Martinho dkk (2010) sebagai warga negara yang baik untuk mengajar

nilai-nilai dan praktik-praktik yang tepat untuk prestasi keberlanjutan melalui

perubahan-perubahan perilaku-perilaku pribadi, menjadi warga negara yang

bertanggungjawab terhadap lingkungan; berdisiplin yang “baik”, berperilaku

“hijau”, dan lebih banyak menekankan hak-hak lingkungan. Selanjutnya Dobson

(2010) menyatakan “perilaku pro-lingkungan, secara publik dan pribadi,

digerakkan oleh suatu keyakinan keadilan terhadap distribusi dari kebaikan-

kebaikan lingkungan, dalam partisipasi dan mengkreasi bersama kebijakan

berkelanjutan.”

Pembelajaran IPS yang bersifat Tematik ini menjadikan ekowisata bias

dimasukkan pada Materi Kelas VII Semester 2, salah satunya memasukkan pada

Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sekitar dengan pembagian subbab

materi sebagai berikut:

• Hakikat Interaksi Manusia dan Lingkungan


• Sosialisasi sebagai Bentuk Hubungan Antarkomponen Lingkungan
• Lingkungan Alam Akibat Aktivitas Manusia
• Lingkungan Ekonomi Akibat Aktivitas Manusia
• Lingkungan Sosial Budaya Akhibat Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia dengan berbagai aktivitas manusia, khususnya dengan

adanya kegiatan ekowisata sungai Martapura kota Banjarmasin, menggunakan

sungai sebagai media wisata juga mengajarkan kepada peserta didik untuk

melestarikan lingkungan sekitar. Melihat dari pemanfaatan ekowisata ini

dengan mengedepankan kegiatan masyarakat juga di mana akhirnya perpaduan

47
antara lingkungan masyarakat sungai Banjar dengan budaya masyarakat Banjar

salah satunya yaitu muncul pasar terapung baik yang muncul dari kegiatan

ekonomi mereka ataupun yang akhirnya dari pemerintah kota Banjarmasin

dengan membuat tempat khusus mengajak para pedagang dari Lok Baintan

yang juga terdapat Pasar Terapung ke Siring Tendean. Peserta didik diajak

untuk bagaimana melihat harmonisasi antara manusia dengan lingkungan

sekitar, mengedepankan bagaimana lingkungan harus dijaga, dilestarikan dan

dimanfaatkan.

Disamping itu juga ekowisata ini juga mengajarkan kepada para peserta

didik untuk mengedepankan konsepsi kesadaran lingkungan pada peserta didik,

dengan pemanfaatan ekowisata ini juga menjadi salah satu bagaimana

lingkungan dimanfaatkan menjadi sumber belajar IPS, dengan berpaku pada

interaksi manusia dengan lingkungannya, ekowisata mengajarkan kepada para

peserta didik bagaimana mencintai lingkungan, khususnya peserta didik untuk

menjaga sungai sebagai tempat kehidupan sehari-hari masyarakat Banjar.

Materi Kelas VII Semester 2, juga Keragaman Sosial dan Budaya

Indonesia, khususnya pada subbab Keragaman Budaya sebagai Aset

Perekonomian Bangsa Indonesia, berfokus pada pasar terapung sebagai aset

kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya pada masyarakat Banjar,

perkembangan perekonomian mereka yang mengedepankan potensi budaya ini

dikembangkan oleh pemerintah kota Banjarmasin, mengembangkan potensi

budaya dan menjaganya menjadikan peserta didik harus membantu

perkembangan pasar terapung tersebut.

48
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ekowisata yang terdapat di Kota Banjarmasin adalah yang menggunakan

sungai sebagai sarana lingkungan yang tonjolkan oleh pemerintah,

kebanyakan dari masyarakat Kalimantan Selatan mengenal wisata berbasis

lingkungan di Banjarmasin adalah Sungai Martapura, yang juga terdapat

pasar terapung baik yang berada di Lok Baintan, Kabupaten Banjar ataupun

Pasar Terapung Siring Tendean, Kota Banjarmasin, baik pemerintah ataupun

para relawan yang bergerak untuk melestarikan sungai sebagai sarana wisata

di Banjarmasin. Terlepas dari itu potensi ekowisata berbasis sungai di

Banjarmasin juga mengedukasikan kepada masyarakat bahwa sungai bisa

menjadi sarana terutama wisata, juga menjadi sarana transportasi masyarakat

Banjar. Selain itu juga potensi wisata lingkungan yang didukung oleh budaya

yaitu adanya pasar terapung tersebut juga memunculkan kegiatan ekonomi

masyarakat yang didukung oleh pemerintah Kota Banjarmasin, memberikan

izin kepada para pedagang di pasar terapung Siring Tendean dari Lok

Baintan, selain itu juga masyarakat sekitar dari pasar terapung Siring Tendean

membuka usaha ekonomi.

2. Integrasi Pembelajaran IPS, sumber belajar yang berbasis lingkungan inilah

mengedepankan konsep ekologi pada pembelajaran IPS dari berbagai aspek

yang bisa dimasukkan kedalam materi ajar untuk memunculkan ekoliterasi

kritis (kesadaran akan lingkungan secara serius). Ekowisata adalah wisata ke

49
wilayah yang mempunyai kondisi alam yang seimbang, tidak terkontaminasi

limbah-limbah. Bersandar pada kegiatan dari individu-individu untuk

mengenal alam sekitar mereka maka kegiatan ekowisata ini sangat cocok

untuk belajar bagi para peserta didik, memasukkan materi-materi yang sesuai

seperti tematik tentang lingkungan ataupun sejenisnya.

B. Saran

Saran yang mungkin bisa diberikan kepada pemerintah kota Banjarmasin

adalah untuk mengedepankan bagaimana mengajak masyarakat menjaga sungai

yang menjadi sarana kehidupan masyarakat Banjarmasin, kehidupan masyarakat

sungai ini yang sampai sekarangpun sangat luar biasa, disamping itu juga

bagaimana pemerintah kota Banjarmasin memasarkan sarana wisata sungai ini

kemasyarakat, sehingga menarik potensi luar biasa wisata kota Banjarmasin,

baik itu berupa iklan yang ditampilkan pada media massa televise, youtube

ataupun lainnya, bersaing dengan daerah lainnya dengan mengedepankan

kearifan local masyarakat Banjar dan kehidupan sungainya kepada khalayak

ramai.

50
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi.
Kelima,. Jakarta: Rineka Cipta.
Arisanty, D., Putro, H. P. N., Anis, M., & Arifin, Z. (2019). Pemberdayaan
perempuan pada kawasan wisata (studi pada Pasar Terapung Lok Baintan).
Dobson, A. (2010). Environmental citizenship and pro-environmental behaviour:
Rapid research and evidence review. Sustainable Development Research
Network, London.
Fandeli, C. (2000). Pengertian dan konsep dasar ekowisata. Yogyakarta, Fakultas
Kehutanan UGM.
Fennell, D. A. (2007). Ecotourism. Routledge.
Honey, M. (2008). Ecotourism and sustainable development: Who owns paradise?.
Island Press.
Ideham, M. Suriansyah dkk. (2015). Urang Banjar dan Kebudayaannya.
Balitbangda Prov. Kalimantan Selatan dan Penerbit Ombak.Yogyakarta.
Martinho, A. P., Nicolau, P. B., Caeiro, S., Amador, F., & Oliveira, C. (2010).
Environmental citizenship and participation. The role of education programs.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja.
Rosdakarya.
Muhaimin. (2015). Membangun Kecerdasan Ekologis. Bandung: Alfabeta.
Mulyana, D. (2001). Metodelogi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2001). Metodelogi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nomor, U. U. (10). Tahun 2009. Tentang Kepariwisataan.
Raharja, S. (2010). Pendidikan Berwawasan Ekologi: Pemberdayaan Lingkungan
Sekitar Untuk Pembelajaran. Fakultas Ilmu Pendidikan Administrasi
Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.
Rochgiyanti, dkk. (2014). Kearifan Lokal Orang Dayak Bakumpai Di Lahan
Basah. Bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarmasin, Aynat Publishing.
Saleh, M. Idwar. (1991). Sejarah Lokal Kerajaan Banjarmasin Dan Kebudayaan
Sungainya. Buletin Kayuh Baimbai. MSI (Masyarakat Sejarah Indonesia
Cabang Banjar) Kalimantan Selatan.
Sapriya. (2012). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugianti, D. (2016). Strategi pengembangan kawasan wisata pasar terapung
berbasis kearifan lokal di Kota Banjarmasin. JURNAL TATA KELOLA
SENI, 2(2), 20-34.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumaatmadja, N. (2005). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan
Hidup. Bandung: Alfabeta.

51
Supriatna, N. (2016). Ecopedagogy: Membangun kecerdasan ekologis dalam
Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supriatna, N. (2016, April). Local Wisdom In Constructing Students’ Ecoliteracy
Through Ethnopedagogy And Ecopedagogy. In 1st UPI International
Conference on Sociology Education. Atlantis Press.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Materi Ajar Perkuliahan Pendidikan
IPS. Pendidikan IPS di SD. Di kutip pada http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/BBM_5.pdf
Jurnal:
Aulia, A., & Hakim, L. (2017). Pengembangan Potensi Ekowisata Sungai Pekalen
Atas, Desa Ranu Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Jurnal
Wilayah dan Lingkungan, 5(3), 156-
167. https://doi.org/10.14710/jwl.5.3.156-167
Normelani, E. (2016). River, Culture and Tourism in Lok Baintan, South
Kalimantan. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 4(2),
57-62.
Subiyakto, B., Mutiani, M., & Hidayat Putra, M. A. (2019). Laporan Penelitian:
Pergeseran Makna Klotok Bagi Masyarakat di Aliran Sungai Martapura.
Yunansah, H., & Herlambang, Y. T. (2017). Pendidikan berbasis ekopedagogik
dalam menumbuhkan kesadaran ekologis dan mengembangkan karakter
siswa sekolah dasar. EDUHUMANIORA: Jurnal Pendidikan Dasar, 9(1), 27-
34.
Online:
Asdhiana, I Made. (2017). Pasar Terapung di Lok Baintan, Berbelanja sambal
Bergoyang. Dikutip pada laman harian Kompas, terbit pada 28 April 2019
https://travel.kompas.com/read/2017/04/28/105700927/pasar.terapung.di.lok
.baintan.berbelanja.sambil.bergoyang.?page=all
Nasrulhak, Arief. (2019). Pentingnya Menjaga Daerah Aliran Sungai untuk Sarana
Ekowisata. Diakses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-
4544749/pentingnya-menjaga-daerah-aliran-sungai-untuk-sarana-ekowisata
Putri, Nabilla. (2019). Kemenpar Diskusikan Pengembangan Ekowisata Berbasis
Sungai. Diakses pada laman https://travel.detik.com/travel-news/d-
4532330/kemenpar-diskusikan-pengembangan-ekowisata-berbasis-sungai
Sustainability Leader Project Editorial Team. (2016). Interview with Ary Suhandi
on Ecotourism Development in Indonesia. Diakses pada laman
https://sustainability-leaders.com/interview-ary-suhandi-
indonesia/?fbclid=IwAR3n4K8KvlzerXOSjUCglHZiktxRIhIDek8xiZv5QK
2oXhJyLSNfOjhoB_s

52
DAFTAR NARASUMBER

No Nama Umur Pekerjaan


1 Muthia Sari 25 Tahun ASN Guru
2 Aulia Rahmawati 17 Tahun Mahasiswi Perguruan Tinggi
ASN Badan Pusat Statistik Kota
3 Rudy 51 Tahun
Banjarmasin
Pedagang Pasar Terapung Lok
4 Fatimah 40 Tahun
Baintan
Pedagang Pasar Terapung Lok
5 Salamah 50 Tahun
Baintan dan Siring Tendean
Pedagang Pasar Terapung Lok
6 Asiah 57 Tahun
Baintan dan Siring Tendean
Pedagang Pasar Terapung Lok
7 Mar’odah 60 Tahun
Baintan dan Siring Tendean
Satgas Dinas Kebudayaan, Pariwisata
8 Fathul Hadi 45 Tahun
dan Keolahragaan Kota Banjarmasin

53
LAMPIRAN

54
55
56
57
58
59
60

Anda mungkin juga menyukai