Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KARAKTERISTIK HABITAT MANGROVE

Dosen Pengampu:
Drs. Nursal,M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Ana Wahyuni (1705110691)


Ananda Rizky Pratiwi (1705110833)
Esy Meila Kurnia (1505122795)
Nada Haini (1605122759)
Nur Amalia Khazana (1505111562)
Peni Defita Sari (1705110928)
Rima Novianti (1605113378)
Sri Putri Ayu (1705110956)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga “ Makalah tentang
komunitas mangrove” dapat diselesaikan. Tidak lupa pula senantiasa kita panjatkan
salawat serta salam kepada junjungan dan penuntun kita Muhammad SAW. Dalam
tahap penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari berbagai kendala yang
menghambat penyusunan. Namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak,
sehingga kendala dan halangan tersebut dapat teratasi Makalah ini berisi tentang
pengertian mangrove, tipe vegetasi mangrove dan biogeografi, keankaragaman jenis
tumbuhan mangrove, keanekaragaman jenis fauna mangrove, interaksi antar
komponen flora-fauna mangrove, klasifikasi dan zonasi mangrove.
Dalam penyusunan makalah ini, didasari bahwa masih terdapat
kekurangan karena didunia ini tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Walaupun demikian, saya
tetap berharap makalah ini dapat memberikan manfaat , Amiin.

Pekanbaru, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mangrove ....................................................................................... 3
B. Karakteristik Habitat Mangrove ...................................................................... 3
1. Pasang Surut ............................................................................................. 4
2. Penggenangan ........................................................................................... 5
3. Tanah ........................................................................................................ 5
4. Salinitas .................................................................................................... 6
5. Suhu .......................................................................................................... 6
6. Cahaya ...................................................................................................... 7
7. Angin ........................................................................................................ 7
8. Derajat Keasaman (pH) ............................................................................ 8
9. Zat Hara .................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan Mangrove merupakan salah satu komunitas tumbuhan yang hidup di
kawasan pinggiran pantai. Ekosistem mangrove, baik sebagai sumber daya alam
maupun sebagai pelindung lingkungan memiliki peran yang amat penting dalam
aspek ekonomi dan ekologi bagi lingkungan sekitarnya. Mangrove merupakan
habitat bagi berbagai jenis satwa liar, seperti primata, reptilia dan aves. Selain
sebagai tempat berlindung dan mencari makan, mangrove juga merupakan tempat
berkembang biak bagi burung air. Bagi berbagai jenis ikan dan udang, perairan
mangrove merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan
dan tempat pembesaran anak.
Adapun ciri-ciri hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik,
adalah:memiliki jenis pohon yang relatif sedikit, memiliki akar yang unik
misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizopora spp,
serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp, dan
pada api-api Avicennia spp, memiliki biji( propagul) yang bersifat vivivar atau
dapat berkecambah dipohonnya. Sedangkan tempat hidup hutan mangrove
merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri khusus diantaranya adalah
tanahnya terkenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau tergenang pada
saat pasang. Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat,
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surutyang kuat, airnya
berkadar garam (bersalinitas) payau.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian habitat mangrove?
2. Bagaimana karakteristik pasang surut, penggenangan, tanah, salinitas, suhu,
cahaya angin, derajat keasaman (pH) dan zat hara pada habitat mangrove?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian habitat mangrove
2. Untuk mengetahui karakteristik pasang surut, penggenangan, tanah, salinitas,
suhu, cahaya, angin, derajat keasaman (pH) dan zat hara pada habitat
mangrove.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Habitat Mangrove


Asal kata “mangrove” tidak diketahui secara jelas dan terdapat berbagai
pendapat mengenai asal-usul katanya. Macnae (1968) menyebutkan kata
mangrove merupakan perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa
Inggris grove. Sementara itu, menurut Mastaller (1997) kata mangrove berasal
dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan marga
Avicennia dan masih digunakan sampai saat ini di Indonesia bagian timur.
Beberapa ahli mendefinisikan istilah “mangrove” secara berbeda-beda,
namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan
Wightman (1989) mendefinisikan mangrove baik sebagai tumbuhan yang terdapat
di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan
sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub
tropis yang terlindung (Saenger, dkk, 1983). Sementara itu Soerianegara (1987)
mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah
lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Aicennia, Sonneratia, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora
dan Nypa.
Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek yang bisa di indentifikasi
dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Posisiekosistem mangrove
yang terdapat pada peralihan darat dan laut memberikan pola pantulan perekaman
yang khas jika dibandingkan obyek vegetasi yang terdapat didarat.
B. Karakterisitik Habitat Mangrove
Setiap jenis hutan tentulah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika
suatu hutan tidak berbeda satu dengan yang lainnya, tentu tidak akan ada jenis-
jenis hutan. Setiap hutan pasti mempunyai karakteristik atau ciri-cirinya masing-
masing, begitu pula dengan hutan mangrove ini. Hutan mangrove mempunyai
karakteristik atau ciri- ciri tertentu. Beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang
dimiliki oleh hutan mangrove ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pasang Surut
Pasang surut memiliki peranan penting dalam ekosistem hutan mangrove,
selain berperan dalam penyebaran biji mangrove juga berperan sebagai media
tumbuh biji (Soviana, 2004). Menurut Kartawinata (1978) dalam Supardjo (2008),
Rhizophora sp, Ceriops decandra, dan Avicennia sp. memiliki kerapatan
mangrove tertinggi pada tingkat sapihan. Kondisi ini dikarenakan pada Rhizophora
sp. Penyebaran biji ke tempat lain karena adanya pengaruh kuat dari pasang surut
air laut. Menyatakan bahwa, pertumbuhan biji terapung di atas air dan disebarkan
ke berbagai tempat, serta biji berakar pada ujungnya dan menambatkan diri pada
lumpur pada waktu air surut, kemudian tumbuh tegak. Tingkat semai didominasi
oleh Ceriops decandra, Rhizophora sp dan Avicennia sp.
Laut mengalami aliran air pasang (HW; high water, rising, flood tide)
sebanyak dua kali dalam sehari, bergantian dengan aliran air surut (LW; low,
receding, ebb tide). Hal ini disebabkan tarikan gravitasi dan gaya sentrifugal rotasi
bumi, bulan dan matahari, serta kondisi geografi setempat. Aliran pasang surut
biasanya campuran semi diurnal, yakni dua pasang tinggi dan dua pasang rendah
yang dalam satu hari tingginya tidak sama. Waktu pasang bergeser selama 50
menit dalam sehari, karena tergantung peredaran bulan, yaitu 24 jam 50 menit.
Jangkauan pasang dan surut terbesar terjadi selama dua hari setelah bulan baru
(perbani). Ketika bulan dan matahari sejajar pada bulan purnama terjadi aliran
pasang tertinggi (high water spring tide; HWST). Kondisi yang sama pada bulan
baru menyebabkan terjadi surut terendah (low water spring tide; LWST).
Keduanya terjadi secara bergantian setiap dua minggu sekali. Rata-rata jangkauan
antara pasang dan surut pada bulan baru dapat mencapai 3,5 m, sedangkan pada
bulan purnama dapat mencapai 10 m. Daerah pantai yang terletak diantara pasang
tertinggi (highest high water spring tide; HHWST) dan surut terendah (lowest low
water spring tide; LLWST) dikenal sebagai zona pasang surut (intertidal). Hutan
mangrove tumbuh di antara rata-rata pasang (mid tide level; MTL) dan pasang
tertinggi (HHWST) (Setyawan, 2002).
2. Penggenangan
Di hutan mangrove yang mana bagian luarnya selalu terkena terpaan ombak,
maka akan mengalami genangan air yakni genangan air ombak maupun air pasang.
Terkadang genangan ini akan merendam dalam waktu yang lama daripada di
bagian lainnya. Sehingga dapat dipastikan bahwa di hutahn mangrove akan
terbentuk variasi kondisi lingkungan, dimana bagian luar akan sangat basah,
bagian tengan lembab, dan bagian dalam yang relatif lebih kering.
Dengan adanya perbedaan kondisi yang demikian ini maka akan tercipta
zonasi vegetasi mangrove yang berlapis- lapis secara alami, dan jenis mangrove
yang tumbuh pun berbeda- beda di setiap zona nya. Di bagian yang lebih dalam,
dimana banyak terdapat air yang tergenang ditmbuhi R. mucronata dengan jenis
kendeka atau Bruguiera spp, kaboa atau Aegiceras corniculata, dan lain
sebagainya.
3. Tanah
Faktor lingkungan fisik yang pertama mempengaruhi jenis tanaman yang
tumbuh adalah jenis tanah. Sebagai tempat pengendapan, substrat yang ada di
wilayah pesisir pantai) bisa sangat berbeda dengan daerah lainnya. Pada
umumnya, hutan bakau ini berada di wilayah yang tanahnya berupa lumpur tanah
liat dan bercampur dengan bahan- bahan organik. Namun ada beberapa wilayah
yang memiliki bahan organik dengan porsi yang berlebihan, bahkan berupa lahan
gambut Selain itu juga ada substrat yang berupa lumpur mengandung pasir yang
tinggi, bahkan dominan pecahan- pecahan karang. Hal seperti ini terjadi di pantai-
pantai yang yang dekat dengan kawasan terumbu karang. Dengan kondisi substrat
yang demikian, maka jenis tumbuhan yang dapat tumbuh di hutan mangrove ini
harus bisa beradaptasi dengan keadaan substrat yang demikian.
Pengaruh tipe tanah atau substrat tersebut, sangat jelas terlihat pada jenis
Rhizophora, misalnya pada tanah lumpur yang dalam dan lembek akan tumbuh
dan didominasi oleh Rhizophora mucronata yang kadang-kadang tumbuh
berdampingan dengan Avicennia marina, kemudian untuk Rhizophora stylosa
lebih menyukai pada pantai yang memiliki tanah pasir atau pecahan terumbu
karang, dan biasanya berasosiasi dengan jenis Sonnerafia alba. Sedangkan untuk
jenis Rhizophora apiculata hidup pada daerah transisi.
4. Salinitas
Selain tipe tanah, kondisi kadar garam atau salinitas pada substrat juga
mempunyai pengaruh terhadap sebaran dan terjadinya permintakatan. Berbagai
macam jenis tumbuhan mangrove mampu bertahan hidup pada salinitas tinggi,
namun jenis Avicennia merupakan jenis yang mampu hidup bertoleransi terhadap
kisaran salinitas yang sangat besar. MacNAE (1968) menyebutkan bahwa
Avicennia marina mampu tumbuh pada salinitas sangat rendah sampai 90‰,
sedangkan Sonneratia sp. umumnya hidup pada salinitas yang tinggi, kecuali
Sonnerafia casiolaris (sekitar 10 ‰). Jenis Bruguiera sp biasanya tumbuh pada
salinitas maksimum sekitar 25‰, sedangkan jenis Ceriops tagal, Rhizophora
mucronafa dan Rhizophora stylosa mampu hidup pada salinitas yang relatif tinggi.
5. Suhu
Menurut Aksornkoae (1993), suhu merupakan faktor penting dalam proses
fisiologi tumbuhan seperti fotosintesis dan respirasi. Diperkirakan suhu rata-rata
didaerah tropis meupakan habitat terbaik bagi tumbuhan mangrove.
Mikroorganisme mempunyai batasan suhu tertentu untuh bertahan terhadap
kegiatan fisiologisnya. Respon bakteri terhadap suhu berbeda-beda, umumnya
mempunyai batasan suhu optimum 27–36˚C. Oleh karena itu, suhu perairan
berpengaruh terhadap penguraian daun mangrove dengan asumsi bahwa serasah
daun mangrove sebagai dasar metabolisme.
Hutchings dan Saenger (1987) menyatakan bahwa Avicennia marina yang
ada di Australia memproduksi daun baru pada suhu 18–20˚C, jika suhunya lebih
tinggi maka laju produksi daun baru akan lebih rendah. Selain itu, laju tertinggi
produksi dari daun Rhizopora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp., dan
Lumnitzera spp. adalah pada suhu 26–28˚C. Adapun laju tertinggi produksi daun
Bruguiera spp. adalah 27˚C.
6. Cahaya
Intensitas cahaya, kualitas dan lama penyinaran merupakan faktor penting
bagi tumbuhan. Umumnya tanaman mangrove membutuhkan intensitas cahaya
matahari tinggi dan penuh sehingga zona pantai tropis merupakan habitat ideal
bagi mangrove. Kisaran intensitas cahaya optimal untuk pertumbuhan mangrove
adalah 3.000-3.800 kkal/m3/hari. Pada saat masih semai, tanaman mangrove
memerlukan naungan. Adapun laju kematian dengan naungan lebih tinggi pada
daerah teduh. Dismping itu cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan
germinasi dari spesies mangrove. Tumbuhan yang ada diluar gerombol akan
menghasilkan lebih banyak bunga dan biji. Pengaruh cahaya bagi tumbuhan
mangrove adalah sebagai berikut:
a. Cahaya berpengaruh terhadap fotosintesis, fisiologi, dan struktur fisik
mangrove
b. Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang
membutuhkan cahaya yang sangat tinggi sehingga sesuai untuk hidup didaerah
tropis).
c. Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada dibawah naungan sinar
matahari lebih kecil sedangkan laju kematiannya lebih tinggi.
7. Kecepatan angin
Angin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ekosistem mangrove
melalui aksi gelombang dan arus di daerah pantai. Hal ini mengakibatkan
terjadinya erosi pantai dan perubahan sistem ekosistem mangrove. Angin
berpengaruh pada tumbuhan mangrove sebagai agen polinasi dan desiminasi biji,
serta meningkatkan evapotranspirasi. Angin yang yang kuat memungkinkan untuk
menghalangi pertumbuhan mangrove dan menyebabkan karakteristik fisiologis
yang tidak normal. Angin juga berpengaruh terhadap jatuhan serasah mangrove,
angin yang tinggi mengakibatkan besarnya produksi serasah.
8. Derajat kemasaman (pH)
Nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air. Nilai pH perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktifitas
fotosintesis, aktifitas biologi, temperatur, kandungan oksigen, dan adanya kation
serta anion dalam perairan . Nilai pH hutan mangrove berkisar antara 8.0 – 9.0.
Nilai pH yang tinggi lebih mendukung organisme pengurai untuk menguraikan
bahan-bahan organik yang jatuh di daerah mangrove, sehingga tanah mangrove
yang bernilai pH tinggi secara nisbi mempunyai karbon organik yang kurang lebih
sama dengan profil tanah yang dimilikinya.
Air laut sebagai media yang memiliki kemampuan sebagai larutan
penyangga dapat mencegah perubahan nilai pH yang ekstrim. Perubahan nilai pH
sedikit saja akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga.
9. Zat hara
Hara merupakan faktor penting dalam memelihara keseimbangan ekosistem
mangrove. Hara dalam ekosistem mangrove dibagi kedalam dua kelompok:
a. Hara anorganik, yang penting untuk kelangsungan hidup organisme mangrove.
Hara ini terdiri atas N, P, K, Mg, Ca, dan Na. Sumber utama hara anorganik
adalah curah hujan, limpasan sungai, endapan, air laut, dan bahan organik yang
terurai di mangrove;
b. Detritus organik, yang merupakan bahan organik yang berasal dari bioorganik
yang melalui beberapa tahap pada proses mikrobial. Sumber utama detritus
organik ada dua, antara lain:
1) Autochtonous, seperti fitoplankton, diatom, bakteri, jamur, algae pada pohon
atau akar dan tumbuhan lain di hutan mangrove;
2) Allochtonous, seperti partikel-partikel dari aliran sungai, partikel tanah dari
erosi darat, tanaman, dan hewan yang mati di daerah pesisir atau laut.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Mangrove merupakan tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut
maupun sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi
tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis
yang terlindung. Karakteristik yang dimiliki hutan mangrove dapat dilihat
dari pasang surut, penggenangan, tanah, salinitas, suhu, cahaya, kecepatan
angin, derajat kemasaman (ph), zat hara.
B. Saran

Jika terdapat kesalahan di dalam makalah ini, dimohon kan agara


pembaca dapat memberikan kritik dan sara yang membangun, agar makalah
ini dapat diperbaiki kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Desi Fatma. 2015. Hutan Mangrove: Pengertian, Ciri-ciri Ekosistem, Fungsi dan
Penyebarannya. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove
(diakses 16 September 2019).

Ghinaghafiona. 2015. Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Mangrove.


http://ghinaghufrona.blogspot.com/2015/03/ekosistem-mangrove-faktor-
faktor.html (diakses 16 September 2019).

Noor,Y. R, M. Khazali dan I.N.N Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan


Mangrove di Indonesia. Wetlands Internasional-Indonesia Programe. Bogor.

Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya sebagai Habitat


Berbagai Fauna Aquatik. Jurnal Oseana 26(4):15. Pusat Oseanografi_LIPI.
Jakarta.

Rizki. 2016. Pasang Surut pada Ekosistem Mangrove.


http://rizkibio.com/2016/09/pasang-surut-pada-ekosistem-mangrove.html
(diakses 16 September 2019).

Saenger, P. 1983. Global Status of Mangrove Ecosystems. IUCN. Commision on


Ecology No. 3.

Wenang Anurogo, Nurul Khakim dkk. 2018. Pengaruh Pasang Surut Terhadap
Dinamika Perubahan Hutan Mangrove diKawasan Teluk Banten. Jurnal
Kelautan 11(2). Univesitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai