Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Ekonomi Mikro

Nilai Guna Kardinal Dan Ordinal

DISUSUN OLEH :

Kelompok 7

Nama Anggota NIM

1. Awangga Fahrezy 122220020


2. Sholikhul Fuad 122220026
3. Alio 122220029
4. Angellio Yosia Agusta 122220034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS AKI SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 9 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4

C. TUJUAN....................................................................................................................4

D. MANFAAT.................................................................................................................4

E. SISTEMATIKA PENULISAN.........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5

A. PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN........................................................................5

B. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHU PERILAKU KONSUMEN...........................5

C. PENDEKATAN KONSUMEN KARDINAL.......................................................................6

D. PENDEKATAN KONSUMEN ORDINAL.........................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................9

A. KESIMPULAN...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mengenali perilaku konsumen merupakan salah satu cara yang paling


efektif untuk menyusun strategi pemasaran produk yang akan kita tawarkan.
Pasalnya, dengan memahami perilaku konsumen, kita dapat menentukan
dengan tepat langkah-langkah yang harus kita lakukan agar produk kita
diterima oleh pasar. Teori perilaku konsumen pendekatan cardinal
dikembangkan oleh beberapa ahli ekonomi seperti Hermann Heinrich Gossen,
William Stanley Jevons, dan Leon Walras. Aliran ini beranggapan bahwa
tinggi rendah nyanilai suatu barang atau jasa bergantung dari subjek yang
memberikan penilaian. Artinya bahwa suatu barang atau jasa akan
dianggap bernilai apabila barang atau jasa tersebut mempunyai nilai guna
bagi penggunanya. Teori Konsumen mengenai dua macam pendekatan, yaitu
pendekatan guna kardinal atau cardinal utility approach dan pendekatan guna
ordinal atau ordinal utility approach. Pendekatan guna cardinal menggunakan
asumsi bahwa guna atau kepuasan seseorang tidak dapat diukur maka asumsi
tersebut dengan sendirinya dapat dikatakan realistik. Inilah yang biasanya
ditonjolkan sebagai kelemahan dari pada teori konsumen yang menggunakan
pendekatan guna kardinal, dalam pendekatan kardinal, berlaku hukum
“tambahan kepuasan yang semakin menurun” (the law of diminishing
marginal utility). Maksudnya ialah bahwa tambahan kepuasan awalnya akan
meningkat, namun kemudian setelah mencapai level tertentu, tambahan
kepuasan tersebut akan terus menurun jika seseorang mengonsumsi barang
yang samaterus-menerus.
Menurut Rosyidi, konsumsi secara umum diartikan sebagai penggunaan
barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan
manusia. Selanjutnya Sadono Sukirno mendefinisikan konsumsi sebagai
pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang dan jasa-
jasa akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang
melakukan pekerjaan tersebut.
Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan utility (nilai guna) barang dan
jasa. Barang meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama. Barang
konsumsi menurut kebutuhannya yaitu kebutuhan primer, kebutuhan
sekunder dan kebutuhan penyempurna. Penggunaan suatu barang dan jasa
yang telah diproduksi, sebagai konsumen, sebagai unit pengkonsumsi dan
peminta yang utama dalam teori ekonomi. Unit yang mengkonsumsi dapat
berupa pembelian suatu barang dan jasa yang dilakukan oleh individu,
kelompok maupun pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik
kebutuhan jasmani maupun rohani.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai


berikut:
a) Apakah Konsep Teori Perilaku Konsumen?
b) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen?
c) Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumen kardinal?
d) Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumsi ordinal

C. TUJUAN

a) Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca tentang konsep “Teori


Perilaku Konsumen”
b) Menambah pengetahuan tentang pendekatan konsumen cardinal
c) Menambah pengetahuan tentang pendekatan konsumen ordinal

D. MANFAAT

a) Manfaat Akademis
Dapat mereferensi mengenai terori perilaku konsumen pendekatan cardinal
dan ordinal menambahkan pengetahuan dan wawasan mengenai perilaku
konsumen dan juga dapat memberikan informasi.
b) Manfaat Praktis
Manfaat makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran maupun
rujukan referensi bagi para pembacanya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

a) BAB 1 Pendahuluan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,


tujuan, manfaat dan sistematika makalah.
b) BAB 2 Pembahasan membahas tentang pengertian perilaku konsumen,
pendekatan konsumen cardinal, pendekatan konsumen ordinal
c) BAB 3 Simpulan dan Rekomendasi membahas tentang simpulan dan
rekomendasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN

Teori Perilaku Konsumen Prilaku konsumen adalah prilaku yang


konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai,
mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan
mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan
sumber dayanya yang terbatas, seperti uang, waktu, tenaga untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan demikepuasan mereka. Prilaku
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya pendapatan, selera konsumen dan harga barang
disaat kondisi yang lain tidak berubah (cateris paribus). Prilaku konsumen
ini didasarkan pada Teori Prilaku konsumen yang menjelaskan bagaimana
seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya dapat membeli berbagai
barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkannya.

B. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHU PERILAKU KONSUMEN

Untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan


sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh
utama terhadap perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya
(RW. Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)
1) Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar,
dan sikap perseorangan.
2) Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
3) Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang
pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya
seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
4) Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu
kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang
lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama)

Kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut


kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan. Walaupun seluruh
factor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampak faktor-
faktor itu terhadap pembelian actual beberapa produk menjadi sangat lemah
atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas
terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin
membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu
Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu
barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati. Pendekatan kardinal
memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari
suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut
pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya
berbeda penilain dengan orang lain. Pendekatan ini merupakan gabungan
dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari
Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon
Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan

C. PENDEKATAN KONSUMEN KARDINAL

Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan


satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna
tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung
anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan
semakin diminati. Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat
subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi
rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan
penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain.
Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli
ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen,
Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur
dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna
bergantung kepada subyek yang menilai. Dalam pendekatan ini akan banyak
didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hukum Gossen.
 Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang
dipenuhiterus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
 Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi
berbagaikebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama.

Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility dengan
harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga
barang yang lain. Hipotesis utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai
hukum nilaiguna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa
tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan
satu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-
menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut. Dalam pendekatan
ini, konsumen dianggap mengonsumsi kombinasi barang untuk mendapatkan
kepuasan yang maksimal dan tambahan kepuasan yang diperoleh dari
tambahan konsumsi suatu barang secara terus menerus akan semakin
berkurang. Asumsi dasar:
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b. Semakin banyak barang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan.
c. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada
tambahan kepuasan setiap satu satuan.

Setiap tambahan kepuasan yang diperolehdari setiap unit tambahan


konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan
titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin
turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva.
Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum
Gossen.

Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa


dihargaidengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal
harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka
dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan
konsumen rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga
murah.

D. PENDEKATAN KONSUMEN ORDINAL

Berdasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan


antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat
kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis
yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang
menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva
indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang
dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan
tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau
kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif
misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.
Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar
seorang konsumen adalah :
1) Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking
kebutuhan yang dimilikinya.
2) Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering.
3) Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit,
artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin
tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.Pendekatan ordinal
membutuhkan tolak ukur pembanding yang disebut dengan
indeferentkurve. Kurva Indeferent adalah Kurva yang menghubungkan
titik – titik kombinasi dua macam barang yang ingin dikonsumsi oleh
seorang individu pada tingkat kepuasan yang sama.
4) menghubungkan titik – titik kombinasi dua macam barang yang ingin
dikonsumsi oleh seorang individu pada tingkat kepuasan yang sama.

Pendekatan ordinal membutuhkan tolok ukur pembanding yang disebut


dengan indeferent kurve. Kurva Indeferent adalah Kurva yang
menghubungkan titik – titik kombinasi 2 macam barang yang ingin
dikonsumsi oleh seorang individu pada tingkat kepuasan yang sama.

 Data Berskala Ordinal


Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara
kategorisasi atau klasifikasi , tetapi antara data tersebut terdapat
hubungan. Data ordinal, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki
peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan.
Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah
sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak
memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan
peringkat saja.
 Pendekatan Ordinal
Pendekatan konsumen ordinal adalah pendekatan yang daya guna
suatu barang tidak perlu diukur,cukup untuk diketahui dan konsumen
mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh
dari mengkonsumsi sekelompok barang.
Dalam teori konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar
seorang konsumen adalah :
i. konsumen rasional, mempunyai skala prefensi dan mampu
merangking kebutuhan yang dimikinya
ii. kepuasan konsumen dapat diurutkan,ordering
iii. konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan
lebih sedikit, artinya semakin banyak barang menunjukan
semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada
anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari
mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari kepuasan.
I. Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis
kurva indeference. Manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitatif/tidak dapat diukur.
Pendekatan ini muncul karena adanya keterbatasan-keterbatasan
yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan bearti pendekatan
cardinal tidak memiliki kelebihan
II. Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur
dengan satuan kepuasan pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit
dilakukan.
III. Persamaan Kardinal dan Ordinal
Persamaan cardinal dan ordianal yaitu sama-sama menjelaskan
tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yag harganya
tertentu dengan pendapatan konsimen yang tertentu pula agar konsumen
mencapai tujuannya (maximum utulity).
Pendekatan ordinal membutuhkan tolak ukur pembanding yang
disebut dengan indeferent kurve. Kurva indeferent adalah kurva yang
menghubungkan titik-titik kombinasi dua macam barang yang ingin
dikonsumsi oleh seorang individu pada tingkat yang sama.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi


oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga
barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku
konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan
bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli
berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa
yang diharapkannya. Menurut pendekatan cardinal kepuasan seorang konsumen
diukur dengan satuan kepuasan (misalnya: uang). Pendekatan nilai guna (Utility)
Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif
atau dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan
kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar
uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dariberbagai jenis barang
akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Menurut pendekatan
ordinal daya guna sesuatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan
konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh
dari mengkonsumsi sekelom (Placeholder2)pok barang.

DAFTAR PUSTAKA

jagoekonomi.com. “Teori Perilaku Konsumen: Pendekatan


Kardinal”https://jagoekonomi.com/2020/06/15/teori-perilaku-konsumen-pendekatan-
kardinal/ (diakses pada 16 April 2022)Gramedia.com. “Teori Perilaku Konsumen:
Pengertian, Faktor dan Aplikasi dalamBisnis“ https://www.gramedia.com/literasi/teori-
perilaku-konsumen/ (diaksespada 16 April 2022)rajamanajemen.com. “Pendekatan
Kardinal dan Ordinal Dalam PerilakuKonsumen”
https://www.rajamanajemen.com/pendekatan-kardinal-dan-ordinal-dalam-perilaku-
konsumen/ (diakses pada 16 April 2022)

Anda mungkin juga menyukai