Anda di halaman 1dari 4

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
STUCK PADA SATU ANGKA TIMBANGAN

INE FS

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
12MIPA1

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
Mengapa Berat Badan Stuck Meski Rutin Olahraga dan Makan Sehat?

Banyak orang rutin berolahraga dan mengatur pola makan untuk menurunkan berat badan. Tujuannya tak lain agar
memiliki tubuh yang lebih langsing dan sehat. Olahraga yang dipilih bisa beragam. Mulai dari lari, yoga, hingga
latihan beban di pusat kebugaran. Pola makan pun diatur menggunakan berbagai jenis diet.
Namun, tak sedikit yang masih kesulitan menurunkan berat badan. Berat badan stuck alias mandek di angka tertentu,
padahal mereka menganggap usaha yang dilakukan sudah maksimal.
Apa penyebabnya?

1. Asupan kalori Ilustrasi menghitung kalori


Mereka yang ingin menurunkan berat badan seringkali memilih metode kalori defisit, yakni kalori yang
masuk lebih sedikit daripada yang dikeluarkan untuk beraktivitas. Dengan cara ini, artinya kita harus
menghitung kalori dari apa yang kita makan, dibandingkan dengan kalori yang kita keluarkan. Namun cara
ini perlu ditinjau kembali karena siapa tahu hitungan yang dilakukan justru salah karena kurang
pengetahuan soal kalori dalam makanan.
2. Pilihan makanan

Mungkin saja seseorang sudah dengan baik menerapkan kalori defisit, namun tidak cermat dalam memilih jenis
makanan.

"Kalori defisit tapi makannya enggak benar. Makanan yang sehat dan enggak sehat itu akan beda hasilnya," tutur
penulis buku kesehatan, #bukanbukudiet itu.

Alvin menyarankan kita untuk lebih memprioritaskan makanan alami, misalnya dari tanaman atau hewani. Namun,
ada pula beberapa produk olahan yang baik dikonsumsi. "Misal susu, yoghurt, telur, roti gandum juga bagus karena
karbohidrat kompleks," ucap Alvin.

Selain itu, hindari makanan bertepung. "Tepung itu aku bilang karbohidrat yang tidak terlihat, kayak kecil tapi
sebenarnya banyak," ujarnya Tepung tidak hanya terdapat pada makanan seperti roti, namun makanan lain.
Misalnya yang digoreng dengan dibalut tepung, alias gorengan. Ketika diproses dengan teknik tersebut, minyak
yang digunakan untuk menggoreng akan menyerap ke dalam makanan dan kandungan lemak makanan tersebut
menjadi lebih tinggi.
Kalori yang terkandung dalam 1 gram lemak bisa mencapai sekitar dua kali dari perpaduan karbohidrat dan protein.
"1 gram lemak 9 kalori. Karbohidrat sama protein cuma 4 gram lebih sedikit jadi hampir dua kalinya," kata Alvin.
Solusinya pilihlah pola makanan sehat.

Usahakan pada setiap waktu makan selalu ada komposisi karbohidrat dan protein. Hal ini sering dilanggar karena
masih banyak orang yang porsi makannya hanya diisi karbohidrat. Pastikan juga untuk minum air dalam jumlah
yang cukup. Kopi dan teh menurutnya tidak dilarang selama tidak ditambahkan gula. "Makan jangan tunggu lapar
karena kalau sudah lapar kadang justru jadi kalap," kata dia.

3. Kesalahan pola olahraga

Banyak orang menganggap olahraganya sudah cukup untuk menunjang rencana penurunan berat badan. Padahal,
bisa saja cara olahraga yang dilakukan keliru sehingga tak memberi hasil. Olahraga sendiri banyak jenisnya. Mulai
dari olahraga fleksibilitas seperti yoga atau pilates, kardio seperti lari atau zumba, hingga angkat beban seperti yang
banyak dilakukan di pusat kebugaran. "Mungkin kombinasi pola latihannya salah," tutur founder @thefamousfitness
itu. Mengatur pola olahraga menurutnya adalah hal yang gampang-gampang susah. Misalnya, ketika tujuan
seseorang adalah fat loss (penurunan lemak) bukan weight loss (penurunan berat badan) maka orang tersebut tak
hanya butuh kardio, namun juga butuh angkat beban untuk membentuk otot.

4. Massa otot bertambah

Ketika seseorang rutin berolahraga, maka ada kemungkinan otot orang tersebut bertambah. Apalagi jik olahraga
yang dilakukan adalah angkat beban. "Misalnya berat dia 50kg lalu otot naik 1 kg, lemak turun 1kg. Ya berat badan
dia akan stabil. Tapi badannya lebih kecil," kata Alvin. Badan yang terisi lemak dan terisi otot akan memiliki bentuk
yang berbeda, meskipun secara angka timbangan sama. "Kalau fat (lemak) akan gede banget. Jadi walaupun berat
sama, badan orang yang berotot kelihatan lebih kecil dibanding yang berlemak," ucap dia.

Anda mungkin juga menyukai