Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA Tn “W” DENGAN “KURANGNYA

PENGETAHUAN TENTANG KB” DI RT 25 RW 07 DUSUN KRAJAN DESA


KROMENGAN KECAMATAN KROMENGAN KABUPATEN MALANG
TANGGAL 31 MEI – 18 JUNI 2021

Oleh :
LILIK ISTIANI
18.2.064

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI KEBIDANAN
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
Asuhan Keluarga ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan asuhan keluarga pada Ny “M” dengan masalah “Kurangnya
Pengetahuan tentang KB” di RT 25 RW 07 Dusun Krajan Desa Kromengan
Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang Tanggal 31 Mei – 18 Juni 2021 ini,
merupakan salah satu target untuk memenuhi nilai Praktek Kebidanan
Komunitas yang dilakukan pada tanggal 31 Mei – 18 Juni 2021 oleh Institut
Teknologi Sains dan Kesehatan dr. Soepraoen Malang khususnya program studi
D3 Kebidanan Malang.
Dalam penyusunan asuhan keluarga ini, penyusun merasa sangat
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya asuhan keluarga ini, beliau-beliau ini antara lain :
1. Letkol Ckm.Arif Efendi SMPh,SH,S.Kep,Ners,MM,M.Kes selaku direktur
Poltekkes RS dr Soepraoen
2. Anik Purwati,S.ST,MM.,M.Kes selaku Kaprodi Kebidanan dan Dosen
Pembimbing Institusi
3. Abu Rizal selaku Ketua RT 25 Desa Kromengan dan Sukartin selaku kader
setempat yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan
4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Poltekkes dr. Soepraoen Malang
yang ikut membantu penyeleseian asuhan kebidanan keluarga ini.
Penyusun menyadari, dalam penyusunan asuhan keluarga ini pasti
masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan di asuhan keluarga
yang selanjutnya. Semoga laporan asuhan keluarga ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan keluarga Ny“M” pada khususnya dan bagi mahasiswi pada
umumnya.

Malang, Juni 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain. Masalah kesehatan bukan hanya
berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit seseorang, tetapi juga berkaitan
dengan kesehatan lingkungan, fisik, mental dan keluarga.
Keluarga adalah satuan unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung (Nasrul Effendy, 2008)
Asuhan Keluarga merupakan suatu asuhan yang dititik beratkan pada
berbagai masalah dalam satu keluarga, yang mana masalah-masalah tersebut
mereka hadapi karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kesehatan
dan kurangnya pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan.
Di Dusun Krajan Desa Kromengan khususnya di RT 25 RW 07 ini jumlah
akseptor KB terbilang cukup tinggi, akan tetapi dari keseluruhan akseptor hampir
80% belum mengetahui secara jelas pengertian, tujuan dan efek samping KB
yang digunakan. Di dusun Krajan ini pula, masih kurangnya partisipasi bapak
sebagai akseptor KB, disebabkan kurangnya pengetahuan tentang KB untuk pria
yaitu vasektomi.
Masalah inilah yang menjadi dasar penyusun untuk memberikan asuhan
keluarga pada keluarga Ny “M” di RT 25 RW 07 Dusun Krajan Desa Kromengan
Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang, dengan masalah “kurangnya
pengetahuan tentang KB”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan khusunya pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan bidang kebidanan secara menyeluruh.
I.2.2 Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan praktek kebidanan komunitas, mahasiswa
diharapkan mampu dalam :
 Melakukan pengkajian data keluarga Ny. “M”
 Megidentifikasi masalah pada keluarga Ny. “M”
 Mengembangkan rencana tindakan pada keluarga Ny. “M”

1.3 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.2 Konsep Keluarga Berencana
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Idetifikasi Masalah
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian
Menurut Depkes RI tahun 2010, Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu atap dalam keadaan saling ketergantungan,
(Depkes RI, 2010). Keluarga dalah dua tahun lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinn, atau pengangkatan
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dalam
didalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. (Effendy, 2008)

2.1.2 Struktur Keluarga


Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah spasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri (Effendy, 2008)

2.1.3 Ciri-Ciri Struktur Keluarga


a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mnjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing-
masing (Effendy, 2008)

2.1.4 Bentuk Keluarga


a. Keluarga Inti (Nuclear family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berani (Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
f. Kelurga Kabitas (Cohabitation)
Adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
suatu keluarga (Effendy, 2008).

2.1.5 Peranan Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami istri dan anak-anak, perperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sabagi salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Effendy, 2008).

2.1.6 Fungsi Keluarga


Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu:
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluraga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialaisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingka laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya kelurga

d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunakan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan
sebagainya.

e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan
membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilinya.
2) Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perananya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi Pendidikan
Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak
untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak
dewasa nanti.
2. Fungsi Sosialisasi Anak
Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan
yan tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa
aman.
4. Fungsi Perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota yang lain dalam kehidupan beragama dan tugas kepala
keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang
mengatur kehidupan ini dan kehidupan lain setelah didunia ini.
5. Fungsi Religius
Tugas keluarga dalam fungsi adalah memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama dan tugas
kepala keluarga untuk menanamkan kenyakinan bahwa ada kekuatan lain
yang mengatur kehidupan ini dan kehidupan lain setelah didunia ini.
6. Fungsi Ekonomi
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber
kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala
keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur penghasilan
tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif
Tugas keluarga dalam funsi rekreasi ini tidak selalu harus pergi ketempat
rekreasi, tetapi yang pentin
g bagaimana menciptkan suasana yang menyenamgkan dalam keluarga
sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing
anggotanya. Rekrasi dapat dilakukan dirumah dengan cara nonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebaginya.
8. Fungsi Biologis
Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penulis.

2.1.7 Tahap-tahap Kehidupan Keluarga


Tahap-tahap kehidupannya menurut Dunvall adalah sebagi berikut:
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini mulai dari menikanya yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga.
b. Tahap Menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendaptkan keturunan sebagai generasi
penerus. Melahirkan anak merupakan kebanggan bagi keluarga yang merupakan
saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi Bayi
Dalam hal ini keluarga mangasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang
kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung
kepada kedua orang tuanya, dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya sudah
mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah
kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan yang bersih. Dalam
fase keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma sosial budaya dan
sebagainya.
e. Tahap menghadapai anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari
anak untulk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara
teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan
umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak
akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiaannya, Oleh karena itu
suritaula dan dari kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melampaui tahap remaja dan anak telah dapat meneyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat
dalam memulai kehidupannya sesunggunya, dalam tahap ini anak akan memulai
kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggalah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini, keluarga akan merasa sepi,
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan
stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ketahap lanjut usia, dan kedua orang tua mempersiapkan
diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini (Effendy,2008).

2.2 Konsep Keluarga Berencana


2.2.1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk:
 Mendapatkan objektif-objektif tertentu
 Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
 Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
 Mengatur interval diantara kehamilan
 Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
 Menentukan jumlah anak dalam keluarga ( Hanafi, 2010 )
Keluarga Berencana adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Barbara R. Straight.
2016). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan( Sarwono, 2012).
2.2.2. Pelayanan Kontrasepsi
Mempunyai 2 tujuan :
1. Tujuan umum
 Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya NKKBS.
2. Tujuan khusus
 Penurunan angka kelahiran yang bermakna
Guna mecapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3
fase untuk mencapai sasaran tersebut :
1. Fase menunda perkawinan/ kesuburan
2. Fase menjarangkan kehamilan
3. Fase menghentikan/ mengakhiri kehamilan/ kesuburan
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan di usia tua.
 Fase menunda/ mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usai istri kurang dari 20 tahun
dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
Alasan menunda kehamilannya:
 Umur di bawah 20 tahun adalah usia sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
karena berbagai alasan.
 Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih
tinggi freukensi bersenggama, sehingga akan mempunyai kegagalan yang
tinggi.
 Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda
 Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempuyai anak pada masa ini dapat
dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap pil
oral.
 Fase menjarangkan kehamilan
Periode suami istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk
melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4
tahun. Ini dikenal sebagai Catur Warga.
Alasan menjarangkan kehamilan:
 Umur antara 20-35 tahun merupakan usia yang paling baik untuk
mengandung dan melahirkan
 Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD
sebagai pilihan utama
 Kegagalan menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun di sini tidak/ kurang
berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan
melahirkan yang baik
 Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program
 Fase menghentikan/ mengakhiri kehamilan/ kesuburan
Periode umur istri di atas 30 ahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburannya setelah memiliki 2 orang anak.
Alasan mengakhiri kesuburan:
 Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/
tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya
 Pilihan utama adalah kontrsepsi mantap
 Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan
mempunyai kemungkinan tinbulnya akibat sampingan dan komplikasi
( Hanafi, 2010 ).

2.2.3 Memilih Metode Kontrasepsi


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik ialah:
 Aman dan tidak berbahaya
 Dapat diandalkan
 Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter
 Murah
 Dapat diterima oleh banyak orang
 Pemakaian jangka lama
Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi :
2. Faktor pasangan – motivasi dan rehabilitasi
 Umur
 Gaya hidup
 Frekuensi senggama
 Jumlah keluarga yang diinginkan
 Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
 Sikap kewanitaan
 Sikap kepriaan

3. Faktor kesehatan – kontraindikasi absolut dan relatif


 Status kesehatan
 Riwayat haid
 Riwayat keluarga
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaa panggul
4. Faktor metode kontrasepsi, penerimaan dan pemakaian berkesinambungan:
 Efektifitas
 Efek samping minor
 Kerugian
 Komplikasi-komplikasi yang potensial
 Biaya (Hanafi, 2010)

2.2.4 Macam-macam KB
1. Metode amenorrhea laktasi
(MAL)
Yaitu kontrasespi yang mengandalkan pemberian ASI (Air susu ibu)
a. Cara kerja
Penundaan atau penekanan evaluasi
b. Keterbatasan
1) Perlu persiapan sejak peraatan kehamilan agar segera menyusui 30
menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit diaksanakan karena kondisi social
3) Hanya digunakan sampai 6 bulan
4) Tidak melindungi dari IMS

2. Metode keluarga berencana alamiah


a) Cara kerja
Tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pada fase siklus
menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi atau kehamilan
b) Keterbatasan
1) Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin
pasangan untuk mengikuti intruksi
2) Perlu pelatih / guru NBA (bukan tenaga medis)
3) Perlu pencatatan setiap hari
4) Infeksi vagina membuat lendir servik sulit dinilai

3. Senggama terputus ( Coitus Interruptus )


a) Cara kerja
Penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, dengan demikian
air mani sengaja ditumpahkan diluar liang senggama untuk mencegah
sel mani memasuki area fertilisasi.
b) Efek samping
Menyebabkan penyakit giekologi, neurologoy kejiwaan, keluhan
prostate, dll

4. Kondom
a) Cara kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan ovum dengan
cara mengeas sperma diujung selubung karet yang dipasang dipenis
sehingga sperma tidak tercurah ke dalam salura reproduksi wanita
b) Efek samping
Kondom tertinggal dalam vagina selama beberapa waktu menyebabkan
wanita mengeluh keputihan dan infeksi ringan.

5. Diaframa
a) Cara kerja
Menahan sperma agar tida mendapatkan akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tubo fallopi) dan sebagai alat tempat
spermisida
b) Efek samping
Kadang akan bertambah banyaknya keputihan dan banyaknya cairan
yang keluar dari vagina

6. Spermisida
a) Cara kerja
Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur
b) Efek samping
Iritasi vagina, iritas penis dan tidak nyaman, ganguan rasa panas
divagina dan kegagalan tablet yang tidak bisa larut.
7. Pil Kontrasepsi
a. Cara kerja
1) Menekan ovulasi
2) Mencegah ovulasi
3) Lendir serbiks mengental, sehingga sulit dimasuki sperma
b. Cara pemakaian pil KB
1) Setiap saat selagi haid, untuk menyakinkan kalau perempuan
tersebut tidak hamil
2) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
3) Setelah melahirkan :
1) Setelah 6 bulan pemberian ASI siklus
2) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
3) Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
c. Petunjuk pemakaian pil KB
1) Minumlah pil KB dengan teratur
2) Bila lupa, maka pil KB yang harus diminum menjadi 2 buah
3) Bila perdarahan, tidak memerlukan perhatian karena belum
beradaptasi
4) Gangguan ringan dalam berbentuk : mual, muntah, sebaiknya diatasi
d. Keuntugan Pil KB
1) Bila diminum sesuai dengan aturan diamin berhasil 100 %
2) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah:
a) Ketegangan menjelang menstruasi
b) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
c) Nyeri saat menstruasi
d) Pengobatan pasangan yang mandul
3) Pengobatan penyakit endometriosis
4) Dapat meningkatkan libido
e. Kerugian Pil KB
1) Harus minum pil secara teratur
2) Dalam waktu panjang menekan fungsi ovarium
3) Penyakit ringan
4) Berat badan bertambah
5) Rambut rontok
6) Tumbuh jerawat
7) Mual sampai muntah

8. Suntik KB
a. Cara kerja
1) Menekan ovulasi
2) Membuat lender serviks menjadi kental
3) Perubahan pada endometrium (atrofi)
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
b. Jadwal waktu suntikan
1) Depoproevera : interval 12 minggu
2) Norigest : interval 8 minggu
3) Cyclopem : interval 4 minggu
c. Keuntungan
1) Pemberiannya sederhana setiap 8 – 12 minggu
2) Tingkat efektifitas sangat tinggi
3) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
4) Pada KB cyciofem KB akan mendapatkan menstruasi
d. Kerugian
1) Perdarahan yang tidak menentu
2) Terjadi amenorhea berkepanjangan
3) Terjadi kemungkinan hamil
e. Suntikan KB dapat diberikan :
1) Pasca persalinan : segera ketika dirumah sakit dan jadwal suntikan
berikutnya.
2) Pasca abortus : segera setelah perawatan dan jadwal waktu suntikan
diperhitungkan
3) Interval : hari kelima mensturasi dan jadwal waktu suntikan
diperhitungkan.

9. Susuk KB (norplant atau implant)


a. Cara kerja
1) Lendir serviks menjadi kental
2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
b. Jenis
1) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgest
sel dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68, ketodesogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun
3) Jadena dan indopion
Terdiri dari 2 barang yang diisi dengan 75 mg, Levenorgstrel dengan
lama kerja 3 tahun
c. Keuntungan
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang
3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4) Bebas dari pengaruh estrogen
5) Tidak mengganggu kegiatan senggama
6) Tidak mengganggu ASI
7) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
d. Kerugian
1) Menyebabkan perubahan berupa perdarahan bercak (spoting)
hipermenorea
2) Meningkat jumlah darah haid serta amenorea
3) Ekspulsi
4) Infeksi pada daerah insersi
5) Berat badan naik / turun
e. Tempat pemasangan susuk KB
Susuk KB dipasang pada lengan kiri atas dan pemasangan seperti kipas
mekar dengan jumlah kapsul yang tersedia

10. AKDR / IUD


a. Cara kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuban fallopi
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai ovum bertemu
3) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
b. Jenis
1) AKDR CUT-380A kecil, kerangka dari plastic yang fleksiber, berbentuk
huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana
2) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVAT (Schering)
3) Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CUT-380A
c. Keuntungan
1) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dan CUT-380 A dan tidak
perlu diganti)
2) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
3) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
4) Meningkat kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
5) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
6) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
d. Kerugian
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Saat haid lebih sakit.
4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering bergantian pasangan.
5) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 sampai 2 hari.
e. Waktu penggunaan
1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil.
2) Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pasca persalinan. Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada
pemasangan segera atau selama 4 jam pasca persalinan.
4) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari). Apabila
tidak ada gejala infeksi.
5) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
f. Petunjuk bagi klien
1) Kembali memeriksakan diri setelah pemasangan AKDR.
2) Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah benang
AKDR secara rutin terutama setelah haid.
3) Setelah bulan pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah haid apabila mengalami :
1) Kram atau kejang pada perut bawah.
2) Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama.
3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual.
4) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan tetapi
dapat dilakukan lebih awal bila diperlukan.
5) Kembali ke klinik apabila
1. Tidak dapat meraba benang AKDR
2. Merasakan bagian yang keras dari AKDR
3. AKDR terlepas
4. Siklus terganggu tau meleset
5. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang
mencurigakan
6. Adanya infeksi

11. TUBEKTOMI
a. Cara kerja
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
b. Jenis
1) Minilaparatomi
2) Laparaskopi
c. Keuntungan
1) Kontrasepsi
a) Sangat efektif (0,24-4 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama penggunaan).
b) Permanen
c) Tidak mempengaruhi proses menyusui (Breast feeding).
d) Tidak tergantung pada faktor senggama
e) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan
yang serius
f) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
g) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
reproduksi hormon ovarium.
2) Non Kontrasepsi
a) berkurangnya resiko kanker ovarium
d. Keterbatasan
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanulasi.
2) Klien dapat menyesal di kemudian hari
3) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi
umum).
4) Rasa sakit ketidakamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5) Dilakukan oleh dokte r yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses Laparaskopi.
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
e. Waktu Penggunaan
1) Setiap waktu selama siklus menstruasi
apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil.
2) Hari ke-6 sampai ke-13 dari siklus
menstruasi (fase proliferasi)
3) Pasca persalinan
a) Minilap: di dalam waktu 2 hari atau
setelah 6 minggu atau 12 minggu
b) Laparaskopi: tidak tepat untuk
klien-klien pasca persalinan
4) Pasca keguguran
a) Triwulan pertama: dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap atau laparaskopi)
b) Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti pelvik (minilap saja).
f. Petunjuk Bagi Klien
1) Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan.
Mulailagi aktivitas secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke
aktivitas normal dalam waktu 7 hari setelah pembedahan).
2) Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman
3) Hindari mengangkat benda berat-berat dan bekerja keras selama 1
minggu
4) Kalau sakit minumlah 1 atau 2 tablet analgesik setiap 4 hingga 6 jam
5) Jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan
14 hari setelah pembedahan.
6) Kembalilah setiap waktu apabila terdapat tanda-tanda dan symptom-
symptom yang tidak biasa.

12. Vasektomi
a. Cara kerja
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasdeferensia sehingga
alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
b. Keuntungan
1) Sangat efektif dan permanen
2) Tidak ada efek samping jangka panjang
3) Tindak bedah yang aman dan sederhana
4) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
c. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana
fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan
kualitas keluarga.
d. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus
1) Infeksi kulit pada daerah operasi
2) Infeksi sistematis yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3) Hidrokel atau varikokel yang besar
4) Hernia Inguinalis
5) Filariasis (elephantiasis)
6) Undesensus testikularis
7) Massa Introshotalis
8) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang
menggunakan anti koagulansia
e. Informasi bagi klien
1) Pertahankan band aid selama 3 hari
2) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau
digaruk
3) Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah setelah 3
hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air.
4) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
5) Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgesik seperti parasetamol atau
ibuprofen setiap 4-5 jam
6) Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari
7) Boleh senggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah
kehamilan, pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3
bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali
8) Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali
ejakulasi.
BAB III
ASUHAN KELUARGA
DENGAN MASALAH KEBIDANAN

I. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal pukul 03 Juni 2021 pukul 15.00 WIB
A. Biodata Keluarga
Nama KK : Tn. W Nama Istri : Ny. M
Umur : 32 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Penghasilan : Rp. 1.000.000 – <Rp. 1.500.000 Penghasilan :-
Alamat : Dusun Krajan RT 25 RW 07 Desa Kromengan Kecamatan Kromengan
Kabupaten Malang
B. Susunan Keluarga
No Nama L/ P Hub. Umur Status Pendidikan Agama Pekerjaan
Keluarga
1. Waluyo L KK 32 Kawin SD Islam Swasta
2. Mety P Istri 40 Kawin SMA Islam IRT
3. Sephia P Anak 15 Belum SLTP Islam Belum bekerja
Belum bekerja
4. Adit L Anak 6 Belum TK Islam

Genogram

32 4
0

1 6
5
n

Keterangan :
Laki- laki Meninggal
Perempuan Tinggal 1 rumah
Meninggal
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga suami tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti (darah tinggi, kencing manis, asma), menular seperti
(batuk yang lama, penyakit kuning), menahun seperti jantung dan tidak ada yang
cacat. Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti (darah tinggi, kencing manis, asma), menular seperti
(batuk yang lama, penyakit kuning), menahun seperti jantung dan tidak ada yang
cacat.
Tipe keluarga:
 Termasuk dalam keluarga Nukler (Dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu
dan anak)
 Keluarga Tn.“W” ini termasuk keluarga sejahtera karena dapat mencukupi
kebutuhan pokok

C. Pengambilan Keputusan
Ibu mengatakan pengambilan keputusan dan memutuskan masalah dalam
keluarga lebih banyak dipegang oleh suami sebagai KK, tapi bila KK sedang
bekerja apabila membutuhkan keputusan yang darurat maka istri yang
mengambil keputusan atau menghubungi suami terlebih dahulu.

D. Hubungan Dalam Keluarga


Ibu mengatakan hubungan antar keluarga, baik antara orangtua dengan
anak, maupun antara istri dengan suami berjalan harmonis. Jika ada masalah
dibicarakan bersama dan mencari solusi bersama-sama Ibu mengurus rumah
tangga dan suami bekerja.

E. Kebutuhan Sehari-hari
1. Kebutuhan Nutrisi
o Frekuensi makan dalam satu hari 2-3x sehari.
o Menu dalam sehari: nasi, dengan lauk tempe/tahu, telur setiap hari, daging
jarang-jarang.
2. Kebutuhan Istirahat
Ibu mengatakan kebiasaan istirahat keluarga tidak teratur tergantung pada
kemauan dan kesibukan masing-masing:
o Ny ”M” pada siang hari jarang tidur dikarenakan harus mengurus urusan
rumah tangga dan mengurus anak sedang pada malam hari ibu mulai tidur
mulai sektar pukul 21.00 WIB dan bangun pagi ketika subuh.
o Tn “W” jarang dan hampir tidak pernah tidur siang karena bekerja. Dan
biasanya malam tidur mulai pukul 22.00 malam sampai subuh.
o An “S” tidur siang 2-3 jam sehari. Sedang tidur malam mulai pukul 21.00 WIB
sampai pukul 05.00 WIB
o An “A” tidur siang 2-3 jam sehari. Sedang tidur malam mulai pukul 20.00 WIB
sampai pukul 06.00 WIB
3. Kebersihan Diri
Ibu mengatakan dalam sehari anggota keluarga mandi 2 x sehari, gosok gigi
2 x sehari menggunakan pasta gigi, anggota keluarga mengganti pakaian 2 x
sehari.
4. Eliminasi
Ibu mengatakan pola BAB masing-masing anggota keluarga sama yaitu 1 x
sehari dan tidak gangguan ataupun keluhan BAK 4-5 x sehari tidak ada
gangguan ataupun keluhan.
5. Olah Raga
Ibu menganggap bahwa pekerjaan rumah yang dilakukan merupakan olah
raga bagi ibu. Demikian halnya dengan suami.
6. Rekreasi
Ibu beserta seluruh anggota keluarga jarang berekreasi.
7. Aktivitas lain
Ibu mengatakan suaminya terlalu banyak merokok, sehari bisa
menghabiskan 1 kotak rokok.
8. Faktor Sosial, Budaya dan Ekonomi
o Penghasilan
Setiap bulan Tn “W” mendapat penghasilan Rp. 1000.000 – Rp. 1.500.000
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
o Pendidikan
Tn.“W” mengenyam bangku sekolah hingga SD dan Ny.“M”, mengenyam
bangku sekolah hingga tamat SMA, An.“S” belum tamat SMP dan An.”A” masih
TK.
o Suku dan Agama
Tn. “W” dan Ny. “M”, sama-sama suku Jawa dan beragama Islam anaknya
beragama Islam.
o Hubungan dengan Keluarga
Ibu mengatakan Hubungan dengan tetangga sangat baik jarang bertengkar.
Jika bertengkar tidak sampai berlarut-larut.
9. Faktor Lingkungan
a. Perumahan
Rumah yang ditempati keluarga Tn “W” adalah milik sendiri, dengan luas
bangunan 30 m2, terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang tengah, dapur, dan
kamar mandi. Ventilasi rumah berupa jendela terbuka dengan sirkulasi udara dan
cahaya sinar matahari cukup. Kamar mandi dan WC leher angsa milik sendiri.

Denah Rumah

Kamar
Ruang Tidur
Tamu Dapur

Kamar Kamar
Ruang
Kamar
tidur tidur Tengah Mandi

b. Jenis Bangunan
Lantai rumah berupa tegel, dinding terbuat dari tembok, ventilasi jendela
terbuka, penerangan listrik, cahaya masuk.
c. Kebersihan
Keadaan rumah cukup bersih karena tiap pagi dan sore selalu disapu.
d. Pemakaian Air
Air berasal dari Perpipaan/PAM, jernih, tidak berbau dan tidak berasa, milik
sendiri.
e. Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah leher angsa dengan jarak sumber air >10meter
dengan status milik sendiri.
f. Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah rumah melalui parit/selokan
g. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah dibuang dilubang sampah kemudian dibakar.
h. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Keluarga Tn “W” biasa berobat ke tenaga kesehatan bila ada yang sakit.
Melahirkan ditolong oleh dokter di rumah sakit.
F. Psikologis
Dalam keluarga ibu dan suaminya sering nonton tv bersama sambil bercerita.
G. Status Kesehatan Keluarga
 Ny “M” tidak pernah sakit hingga harus di rawat di Rumah Sakit. Hanya
sering merasa sakit pada pinggang/pegel-pegel yang apabila dibuat istirahat
rasa sakit sedikit berkurang.
 Tn “W” juga tidak pernah sakit, hanya batuk pilek biasa
 An “S” pernah dirawat di rumah sakit karena operasi amandel
 An “A” juga tidak pernah sakit hingga harus dirawat di Rumah Sakit
H. Riwayat Kehamilan
Pada kehamilan pertama dan kedua ibu tidak mengalami keluhan apapun,
kehamilan berjalan normal dan periksa kehamilanya ke bidan.
I. Riwayat Persalinan
Proses persalinan ditolong oleh dokter, bayi lahir langsung menangis dan
tidak ada komplikasi.
J. Riwayat Nifas
Ibu mengatakan tidak pernah terjadi keluhan yang berat saat nifas, hanya
mules-mules biasa. ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun.
K. Riwayat KB
Ibu mengatakan dulu setelah anak pertamanya lahir umur 6 bulan ibu
memakai KB pil khusus ibu menyusui, tapi ibu mengeluh BBnya naik lalu ibu
ganti suntik 3 bulan. Setelah anak kedua lahir ibu menggunakan KB suntik 3
bulan selama 5 tahun namun saat menggunakan KB suntik 3 bulan ibu mengeluh
di berat badannya naik drastis, dan ibu tidak dapat haid. Lalu ibu ganti
menggunakan pil KB selama 2 bulan namun ibu mengeluh pusing-pusing selama
menggunakan pil KB. Akhirnya sekarang ibu tidak menggunakan karena takut
atas perubahan fisik yang dialami ibu.

DATA OBYEKTIF
1. Ny “M”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan Umum : Baik
 TD : 120/80 mmHG
 Nadi : 80 x/mnt
 Pernafasan : 20 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih, tidak rontok
 Muka : tidak pucat, tidak oedem
 Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih, tidak ada sekret
 Mulut : gigi tidak ada caries, bibir lembab, tidak stomatitis
 Leher : tidak ada bendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjar
tiroid
 Dada : simetris tidak terdengar suara ronchi, wheezing
 Ekstermitas: oedem (-), varises (-)
2. An “S”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan Umum : Baik
 Nadi : 80 x/mnt
 Pernafasan : 24 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih tidak rontok
 Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih tidak ada sekret
 Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
 Dada : simetris tidak ronchi dan wheezing
 Ekstermitas : oedem (-), varises (-)
3. An “A”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan Umum : Baik
 Nadi : 80 x/mnt
 Pernafasan : 24 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih tidak rontok
 Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih tidak ada sekret
 Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
 Dada : simetris tidak ronchi dan wheezing
 Ekstermitas : oedem (-), varises (-)
4. Tn “W”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Keadaan Umum : Baik
 TD : 120/80 mmHG
 Nadi : 88 x/mnt
 Pernafasan : 20 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih, tidak rontok
 Muka : tidak pucat, tidak oedem
 Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih, tidak ada sekret
 Mulut : gigi tidak ada caries, bibir lembab, tidak stomatitis
 Leher : tidak ada bendungan vena jugularis dan pembesaran
kelenjar tiroid
 Dada : simetris, tidak ronchi dan wheezing
 Ekstermitas : oedem (-), varises (-)

II. ANALISA DATA


Masalah : Kurangnya pengetahuan ibu tentang KB
1. Ds : Ibu mengatakan tidak memakai KB karena takut.
Bapak dan ibu sekarang tidak memakai KB apapun seperti kondom dan
senggama terputus
Do : Ibu dan bapak masih belum mengerti tentang pentingnya KB
III. INTERVENSI
1. Menjelaskan pada keluaraga pengertian KB
2. Menjelaskan pada keluarga manfaat / tujuan KB
3. Menjelaskan pada keluaraga jenis-jenis metode KB sederhana dan metode
KB modern
4. Ajak keluarga untuk mengidentifikasi jenis KB yang dipakai oleh pria dan
jenis KB bagi wanita
5. Menjelaskan pada keluarga keuntungan dan kerugian memakai metode KB
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan keluarga pada keluarga Tn. “W”,


ternyata didapatkan masalah keluarga tentang kurangnya pengetahuan tentang
KB. Dari kasus, tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Dalam
kasus ini Ny. “M” yang awalnya memakai KB suntik 3 bulan kemudian berat
badannya menjadi naik drastis kemudian ganti memakai KB pil selama 2 bulan,
namun saat memakai KB pil ibu mengalami pusing-pusing. Ibu merasa takut
meminum pil akhirnya ibu tidak menggunakan KB. Menurut teori hal ini wajar
karena naiknya berat badan yang banyak merupakan efek samping dari KB
suntik 3 bulan serta pusing juga merupakan efek dari KB pil. Akan tetapi karena
pada dasarnya Ny.“M” belum mengerti tentang pengertian, tujuan, cara kerja,
keuntungan dan kerugian KB, maka masalah ini menjadi penting untuk diangkat.
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 03 Juni 2021, Ny. “M” sudah
mulai mengerti akan pengertian, tujuan, cara kerja, keuntungan, dan kerugian
KB. Dan setelah berkonsultasi dengan bidan didapatkan hasil bahwa Ny. “M”
sekarang mau menggunakan KB yaitu KB IUD.
Dengan memberikan rencana asuhan dan pelaksanaan kepada Ny. “M”,
maka masalah pada keluarga Tn. “W” sudah teratasi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian KB adalah suatu usaha yanng disengaja untuk menunda,
menjarangkan dan mengakhiri kehamilan agar terewujud keluarga kecil bahagia
dan sejahtera.
Tujuan KB : menurunkan angka kehamilan, mengurangi kepadatan
penduduk, menunjang peningkatan pendidikan dan kesejahteraan, dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Ada banyak macam metode KB, semua metode ini diharapkan mampu
menjauhkan ibu dari kehamilan resiko tinggi, yang masih merupakan sebab
utama kematian ibu.
Asuhan Kebidanan Keluarga ini dimaksudkan untuk mendeteksi segala
masalah yang ada di dalam keluarga, dalam hal ini keluarga Tn. “W” yang
bertempat tinggal di Dusun Krajan RT 25 RW 07 desa Kromengan, dengan
masalah kurangnya pengetahuan tentang KB.
Setelah dilakukan intervensi, masalah yang ada di keluarga Tn. “W” akhirnya
bisa diatasi.

B. SARAN
Saran yang bisa diberikan penyusun adalah :
 Seharusnya setiap tempat pelayanan kesehatan mempunyai jadwal rencana
untuk mengadakan penyuluhan
 Pendekatan yang lebih intensif dan merakyat sangat dibutuhkan dalam
mencari informasi dari masyarakat
 Pelayan kesehatan harus lebih terampil mencari daerah binaan yang
sekiranya dianggap kurang dalam masalah kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Bari Abdul, S. dkk. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
YBPSP
Depkes RI. 2010. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Depkes RI
Depkes RI. 2008. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid I. Jakarta: EGC
Effendy, Nasrul. 2008. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

Anda mungkin juga menyukai