Anda di halaman 1dari 33

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Zaman Hindu – Budha

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Peradaban


1. Faktor Politis
Usai peperangan antara kerajaan India bagian utara dengan selatan,
banyak penduduk dari selatan lari mencari tempat baru hingga ke
Indonesia.
2. Faktor Ekonomis
Banyak orang India dan Tiongkok bergaul dengan bangsa Indonesia
melalui perdagangan jalur laut.
3. Faktor Kultural
Tingkat peradaban India lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
asli Nusantara. Hal itu dibuktikan dengan penemuan prasasti batu yang
ditulis dengan huruf Palawa dan Bahasa Sansekerta.

2.1.2 Pendidikan Hindu – Budha


1. Perkembangan Pendidikan Hindu – Budha
Pendidikan formal pada zaman Hindu terjadi di kerajaan-kerajaan
Tarumanegara dan Kutai. Materi pengajaran berpusat pada ajaran
agama, membaca dan menulis huruf Palawa dan bahasa Sansekerta, dan
keterampilan membuat patung atau candi. Para pendidiknya ialah para
pandita yang pandai dan memahami ajaran agama. Pada zaman Hindu,
pendidikan masih terbatas kepada golongan minoritas (Kasta Brahmana
dan Ksatria).

Lembaga pendidikan pada saat itu dikenal dengan nama Pesantren


(Pecatrikan: tempat santri menuntut ilmu). Sistem pesantren terus

3|Landasan Pendidikan
berkembang hingga zaman Islam sekarang ini. Pada zaman Budha,
pendidikan berkembangan pada kerajaan Sriwijaya yang berpusat di
Palembang. Guru yang terkenal pada saat itu ialah Dharmapala.
Pendidikan Budha menyebar ke seluruh Kerajaan Sriwijaya. Bisa jadi,
candi Borobudur, Mendut, dan Kalasan merupakan pusat pendidikan
agama Budha.

2. Tujuan Pendidikan
a. Bagi Kaum Brahmana (kasta tertinggi) pendidikan bertujuan
untuk menguasai kitab suci sebagai sumber kebenaran dan
pengetahuan.
b. Bagi golongan Ksatria, pendidikan bertujuan untuk memiliki
pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan pengaturan
kerajaan.
c. Bagi golongan rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar
masyarakat memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam
hidup.

3. Jenis-Jenis Pendidikan
a. Pendidikan intelektual
Pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitab suci. Pada
saat itu, hanya golongan Brahmana yang berhak mempelajari
kitab suci Veda. Pendidikan ini berkaitan dengan penguasaan
doa dan mantera.
b. Pendidikan kesatriaan
Pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan
kerajaan agar memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan
mengatur kerajaan dan berperang.
c. Pendidikan keterampilan

4|Landasan Pendidikan
Pendidikan ini ditujukan bagi masyarakat dan berlangsung
dalam keluarga sesuai keterampilan yang dimiliki orang tua
masing-masing.
4. Lembaga Pendidikan
1. Pecatrikan/Padepokan
Pecatrikan merupakan tempat berkumpulnya murid-murid yang
belajar kepada guru di suatu tempat. Dari kata catrik dan
pecatrikan, muncul kata santri dan pesantren. Jadi, lembaga
pesantren sudah muncul sejak zaman Hindu Budha.
2. Pura
Pura merupakan tempat yang berada di sekitar istana. Tempat ini
diperuntukkan bagi para putra-putri kerajaan yang diberi
pengajaran mengenai hidup sopan santun, mengatur negara, dan
ilmu bela diri.
3. Pertapaan
Orang yang bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan
kebatinan yang tinggi. Oleh karena itu, para pertapa menjadi
tempat bertanya tentang segala hal.
4. Keluarga
Keluarga dikatakan sebagai lembaga pendidikan karena dalam
keluargalah akan terjadi partisipasi dalam menyelesaikan
pekerjaan orang tua.

2.2 Pendidikan Zaman Islam

2.2.1 Masuknya Islam ke Indonesia


1. Melalui Persia
Banyak hal di masyarakat yang menunjukkan bahwa islam masuk ke
Indonesia melalui Persia. Beberapa contohnya seperti ejaan Arab seperti
jabar, jeer, dan pees yang merupakan bahasa Iran. Selain itu terdapat
pula huruf sin tidak bergigi yang merupakan pengaruh Iran. Di

5|Landasan Pendidikan
Minangkabau, bulan Muharam disebut bulan Tabut yang berarti peti
mati dalam bahasa Persia.
2. Melalui Gujarat
Pendapat ini dibuktikan dengan ditemukannya salah satu makam raja
Islam Malikul Saleh yang meninggal tahun 1927 M dengan batu nisan
bertuliskan ayat al-Quran dengan huruf Arab dan bentuknya sama
dengan nisan yang ada di Gujarat. Dari bukti tersebut, Dr. R.M.
Soetjipto Wirjsoparto menyebutkan bahwa pada awalnya islam masuk
ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat.
3. Melalui Mesir dan Mekah
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) menyebutkan
bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekah melalui Mesir.
Ada banyak alasan yang menguatkan pernyataan tersebut, salah satunya
ialah madzhab Syafi’i yang banyak dianut oleh muslim di Indonesia
sama halnya dengan Mesir. Lain halnya dengan India dan Persia yang
menganut madzhab Hanafiah dan Syiah.

2.2.2 Inti Ajaran Islam


1. Islam sebagai Agama Tauhid
Tauhid merupakan keyakinan bahwa Tuhan itu Esa. Allah merupakan
satu-satunya Tuhan pencipta, penguasa, dan pemelihara alam semesta.
2. Manusia Sama di Sisi Allah
Islam merupakan agama yang tidak membedakan golongan manusia.
Sejatinya, semua manusia sama di mata Allah dan hanya ketaqwaan
yang membedakannya.
3. Iman, Islam, dan Ikhsan
Iman berarti mempercayai akan adanya Allah, Malaikat, Kitab, Rasul,
dan percaya akan adanya hari kiamat. Islam ialah mengabdikan dan
menyerahkan diri kepada Allah, melaksanakan salat, menunaikan zakat,
puasa di bulan ramadhan, dan menunaikan ibadah haji. Ikhsan berarti

6|Landasan Pendidikan
bahwa manusia mengabdikan diri kepada kepada Allah sebagaimana
kita berhadapan dengan Allah. Allah memerintahkan manusia agar
berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama manusia dan
lingkungannya.

2.2.3 Pendidikan Islam


1. Perkembangan Pendidikan
Pada mulanya, Islam disebarkan melalui perdagangan khususnya di
Jawa. Pada saat itu, pendidikan Islam belum memiliki organisasi yang
teratur, masih bersifat sporadis. Pendidikan Islam di Jawa mulai teratur
sejak ulama yang bernama Maulana Malik Ibrahim mengajarkan agama
secara khusus di rumahnya, kemudian mendirikan langgar di Gresik.
Beberapa penulis sejarah mengatakan beliaulah yang pertama-tama
mendirikan pesantren.

Pada saat itu, penyebaran agama dan pendidikan di Jawa dilakukan oleh
ulama yang dikenal dengan Wali. Para wali tersebut dikenal dengan
istilah Wali Songo, karena jumlahnya sembilan orang. Yang termasuk
wali songo adalah: Sunan Kudus, Sunan Kalijogo, Sunan Muria, Sunan
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri,
dan Sunan Gunung Jati. Para wali memperhatikan filsafat hidup dan
kebudayaan dalam mengajarkan agama Islam. Dengan begitu, Islam
menjadi sangat mudah diterima oleh masyarakat pada saat itu.

Pendidikan Islam lebih teratur setelah Raden Patah mendirikan


pesantren di hutan Glagah Arum tahun 1475 yang masih berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1500 Masehi, Raden Patah
memisahkan diri dari Majapahit yang sudah sangat lemah. Dengan
begitu, pengembangan pendidikan Islam lebih leluasa lagi dan dari
sinilah Islam menyebar ke seluruh pelosok Pulau Jawa. Raden Patah

7|Landasan Pendidikan
juga mengorganisir para wali untuk mengembangkan pendidikan Islam
di daerah tertentu agar lebih merata.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar pendidikan Islam ialah yang mengandung kerangka Iman, Islam,
dan Ikhsan.
Adapun tujuan pendidikan pada zaman Islam ialah sebagai berikut:

a. Memiliki pengetahuan praktis yang berguna untuk kehidupan


sehari-hari
b. Memiliki pengetahuan keagamaan yang bersumber dari al-
Quran, sunnah, Ijma, dan Qiyas.
c. Menjadi manusia yang menjalankan ajaran Islam dan
mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah.
3. Lembaga-Lembaga Pendidikan
a. Langgar
Pendidikan ini diselenggarakan secara sederhana yang
mengajarkan pendidikan pendahuluan agama Islam.
b. Pondok pesantren
Pesantren merupakan pendidikan lanjutan setelah pendidikan
yang diselenggarakan di Langgar. Prof. Sugardan Purbakawatja
mengemukakan bahwa pesantren merupakan lanjutan dari
sistem Hindu/Budha. Perbedaannya hanya dalam materi yang
diberikan.
4. Metode Pendidikan
a. Metode sorogan (individual)
Metode ini dilakukan oleh guru yang mengajarkan bacaan al-
Quran kepada para santri secara individual atau seorang demi
seorang. Metode individual ini juga dilakukan di tingkat lanjutan
pesantren. Dikarenakan banyaknya jumlah murid, terkadang
para Kyai mengangkat santrinya yang senior untuk membantu
mengajar.
b. Metode halaqah/palagan

8|Landasan Pendidikan
Metode ini dilakukan secara klasikal, diberikan oleh Kyai
kepada guru-guru muda dan santri yang pandai. Para santri muda
duduk melingkari Kyai dengan kitab yang dipelajarinya. Para
santri mendengar dan menulis terjemahan kitab dan diadakan
tanya jawab pula.
5. Ciri-Ciri Pendidikan
a. Pendidikan bersifat religius
Pendidikan berpusat kepada agama dan ajaran Islam. Pendidikan
merupakan bagian dari kehidupan dan kehidupan bersumber dari
ajaran agama.
b. Guru tidak memperoleh bayaran
Dalam pendidikan islam terdahulu, guru tidak mendapatkan
bayaran namun memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa hidup ini dari
agama, oleh agama, dan untuk agama. Hidup ini dari Allah, dan
untuk Allah.
c. Pendidikan Islam bersifat demokratis
Ajaran Islam didasari oleh pandangan bahwa semua manusia
memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah, hanya karena
taqwa yang membedakan antara satu dengan lainnya. Al-Quran
harus dipelajari oleh seluruh umat manusia, bukan hanya Kyai
dan para penguasa saja.

2.3 Pendidikan Zaman Pendudukan Asing

2.3.1 Kedatangan Orang Portugis

Yang pertama-tama mengembangkan agama Katholik di Indonesia bagian


Timur itu adalah dari Ordo Franciskan, namum kemudian mereka terdesak
oleh Ordo Yezuit di bawah pimpinan Franciscus Xaverius, dimana ia
menjadi peletak dasar Katholicisme di Indonesia. Untuk mengembangkan
agama Katholik itu, penguasa Portugis di Maluku Antonio Galvano pada

9|Landasan Pendidikan
tahun 1536 mendirikan sekolah seminary (seminary school). Mungkin
inilah Lembaga pendidikan pertama yang berbentuk sekolah di Indonesia.
Di seminary itu diajarkan agama Katholik dan baca tulis huruf latin, dan
juga diajarkan bahasa latin.

2.3.2 Zaman VOC

Pada tahun 1596 Belanda pertama kali mendarat di teluk Banten di bawah
Cornelius de Houtman. Kemudian mereka menelusuri ke Timur Banten,
sehingga sampai di Jayakarta dirubah namanya menjadi Batavia, dan pada
tahun 1602 di dirikanlah suatu perkumpulan dengan VOC. Selanjutnya
keluarga Belanda membutuhkan pendidikan dan sebagai perkumpulan
dagang VOC membutuhkan tenaga pembantu dari bumi putra, maka merek
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.

1. Dasar dan Tujuan Pendidikan


Sebagai perusahaan dagang, wajarlah VOC memiliki tujuan komersial,
yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya bagi kepentingan Belanda
pada umumnya dan pemegang saham khususnya. Pada abad 17 dan 18
di Negeri Belanda segala kegiatan yang menyangkut pendidikan
dilaksanakan oleh lembaga keagamaan.
Adapun yang menjadi tujuan pendidikan adalah:
a. Untuk mengembangkan ajaran Kristen Protestan
b. Pendidikan yang diberikan kepada bumi putra untuk mendapatkan
tenaga pembantu yang murah, yang dapat dikerjakan di VOC.

2. Jenis-Jenis Sekolah
a. Pendidikan Dasar
b. Sekolah Latin
c. Seminarium Theologica
d. Akademi Pelayaran (Academie der Merine)

10 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
2.3.3 Pendidikan Hindia Belanda Sejak 1900

a. Lahirnya Politik Etis


Sebagai kelanjutan dari abad pencerahan, sejak permulaan abad 20 di
seluruh dunia terjadi perubahan-perubahan, terutama dalam bidang
politik, ekonomi, dan bidang ideologi, serta perkembangan
pengetahuan, demikian pula di Indonesia.

Pemerintah Belanda melalui perusahaan-perusahaan orang-orang


Belanda telah mengeruk keuntungan dari bumi Indonesia, namun rakyat
Indonesia nasib dan kehidupannya tidak dirasakan adanya perbaikan.
Melihat keadaan ini muncul pandangan-pandangan di kalangan Orang
Belanda untuk memberikan kepada penduduk asli, sebagian dari
keuntungan yang telah diperoleh orang Belanda selama mereka
berkuasa di indonesia. Aliran tersebut terkenal dengan Sebutan politik
etis, yang berpendapat bahwa kepada bangsa Bumi Putra harus diberi
dan pengetahuan yang berasal dari Barat yang membawa bangsa
Belanda menjadi suatu bangsa yang maju dan besar.

Bangsa Belanda yang mencetuskan ide atau gagasan tersebut ialah Van
de Venter dengan, gan mottonya de Eereschuld (hutang kehormatan).
Politik Etis ini ditunjukkan demi kepentingan Bumi Putra dengan cara
memajukan penduduk asli dengan cara yang memajukan penduduk asli
dengan cara Barat (pendidikan adalah : Edukasi, irigasi, dan imigrasi.

b. Landasan dan Tujuan Pendidikan

Sebagai pengaruh dari gerakan politik etis, maka arah etis (etische
koers) dijadikan landasan dalam menentukan kebijakan dan langkah-
langkah pendidikan. Pemerintah mendasarkan kebijaksanaannya dalam
pendidikan pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

11 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
a. Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin
bagi golongan Bumi Putra, sehingga diharapkan bahasa Belanda
dapat dijadikan bahasa pengantar di setiap jenis sekolah.
b. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumi Putra
disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Selama pemerintahan
Hindia Belanda, tujuan pendidikan tidak pernah dinyatakan secara
eksplisit.

c. Jenis-Jenis Persekolahan
Dua Puluh tahun pertama pada abad ke-20 pendidikan di Hindia
Belanda mengalami perkembangan pesat, terutama dalam pendidikan
dasar. Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa pendidikan Kolonial
Belanda bersifat dualistis, walaupun atas dasar politik etis, pendidikan
Belanda masih didasarkan kepada golongan penduduk menurut
kebangsaan, yaitu: Pendidikan untuk orang Eropa, pendidikan untuk
orang Bumi Putra dan pendidikan untuk orang asing lainnya.

a. Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)


1) Sekolah Rendah berbahasa pengantar bahasa Belanda
(Westersch Lagere Onderwijs)
• Sekolah Rendah Eropa (Eropeesche Lagere School - ELS).
Sekolah ini untuk anak-anak keturunan Eropa, atau
keturunan Timur asing, atau Bumi Putra dari tokoh-tokoh
terkemuka.
• Sekolah Bumi Putra (Inlandsch School) Kelas Satu (Eerste
Klasse), terdiri dari Sekolah Cina Belanda dan Sekolah Bumi
Putra Belanda.
2) Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Daerah
• Sekolah Bumi Putra Kelas Dua (Inlandsche School Tweede
Klasse)
• Sekolah Desa (Volksschool), bagi anak Bumi Putra.

12 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
• Sekolah Lanjutan (Vervolgschool), merupakan lanjutan
dasar sekolah desa.
3) Sekolah Peralihan (Schakelschool), merupakan sekolah
peralihan dari sekolah bagi Bumi Putra. Lama sekolah 5 tahun
diperuntukkan bagi Bumi Putra.

b. Pendidikan Lanjutan/Menengah (Middelbaar Onderwijs)


1) MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) menurut sistem
pendidikan Belanda termasuk pendidikan dasar yang diperluas.
2) AMS (Algemeene Middelbareschool) merupakan lanjutan dari
MULO berbahasa Belanda, diperuntukkan bagi Bumi Putra dan
Timur Asing.
3) HBS (Hogere Burger School), merupakan sekolah tinggi warga
negara, sebagai kelanjutan dari ELS, yang disediakan untuk
golongan Eropa, bangsawan Bumi Putra atau tokoh-tokoh
terkemuka.

c. Pendidikan Kejuruan (Vakonderwijs)


1) Sekolah Pertukangan (Ambachts Leergang).
2) Sekolah Pertukangan (Ambachtsschoo).
3) Sekolah Teknik (Technisch Onderwijs).
4) Sekolah Dagang (Handels Onderwijs).
5) Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs).
6) Pendidikan Kejuruan Kewanitaan (Meisjes Valkonderwijs).
7) Pendidikan Keguruan (Kweekschool).

d. Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs).


1) Pendidikan Tinggi Kedokteran
Lembaga ini merupakan pengembangan dari Sekolah Dokter
Jawa yang sudah berdiri sejak 1815, lama belajar dua tahun, dan
hanya berasal dari lulusan Sekolah Dasar lima tahun.

13 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
2) Pendidikan Tinggi Hukum
Pendidikan Hukum sudah dimulai sejak didirikan Sekolah
Hukum (Rechtsshool) pada tahun 1909 di Jakarta.
3) Pendidikan Tinggi Teknik
Pendidikan Tinggi Teknik yang betul memenuhi syarat sebagai
perguruan tinggi adalah tahun 1920, dengan didirikannya
Sekolah Teknik di Bandung atas prakarsa lembaga Koninklijk
Institut Voor Indische Ambtrenaren.

2.3.4 Pendidikan Swasta oleh Bumi Putera

1. Muhammadiyah
Situasi yang mendorong lahirnya Muhammadiyah adalah situasi politik,
Ekonomi rakyat, dan Kehidupan Agama islam. Muhammadiyah berdiri
pada tanggal 18 November 1912, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Dasar dan Tujuan Pendidikan muhammadiyah adalah ajaran islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
2. Taman Siswa
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922, oleh R.M. Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) dengan kawan-kawan lainnya. yang
menjadi dasar pendidikan Taman Siswa adalah: Kodrat Alam;
Kemerdekaan; Kebangsaan; Kebudayaan; dan Kemanusiaan.
3. INS (Indonesia Nederlandsche School)
Lembaga pendidikan ini didirikan oleh Mohamad Syafei di Kayutanam
Sumatera Barat pada tahun 1926.

2.3.5 Masa Pendudukan Jepang

Jepang memperkenalkan militerisme dengan landasan ideal dalam


pemerintahannya di Indonesia. Landasan itu ialah kemakmuran bersama
Asia Timur Raya berpusat di Jepang, Manchuria, dan Cina. Dalam

14 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
menyelenggarakan pendidikan, semua sekolah harus dipadukan dan
terbuka.Bahasa Jepang harus diajarkan, juga latihan militer dan adat istiadat
Jepang. Namun kenyataannya proses pembelajaran selama tiga setengah
tahun tidak efektif karena pemerintah Jepang menghadapi peperangan, yang
pada akhirnya harus bertekuk lutut kepada sekutu.
1. Landasan dan Tujuan Pendidikan
Semua pelajar setiap hari harus mengucapkan sumpah setia kepada
kaisar Jepang dan membentuk Indonesia baru dalam rangka
kemakmuran bersama Asia Raya. Tujuan pendidikan di Indonesia
adalah menyediakan tenaga sukarela dan prajurit-prajurit untuk
membantu peperangan bagi kemenangan Jepang, dalam melawan
tentara sekutu yaitu Inggris dan Amerika Serikat. Oleh karena itu para
pelajar diharuskan mengikuti latihan fisik. latihan kemiliteran, dan
indoktrinasi yang ketat.

2. Sistem Persekolahan
Sistem persekolahan di zaman pendudukan Jepang banyak mengalami
perubahan karena sistem penggolongan baik menurut bangsa maupun
status sosial dihapus. Jenis sekolah hanya terdiri dari:
a. Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin Gakko), SMP 3 tahun (Koto Chu
Gakko):
b. Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun (Kogya Semmon Gakko).

Pada zaman Jepang didirikan Sekolah Pelayaran dan Sekolah Pelayaran


Tinggi.

3. Hal-Hal yang Menguntungkan


Bagaimanapun mundurnya pendidikan, karena terdesak oleh usaha
peperangan, namun banyak hal yang menguntungkan bag perjuangan
bangsa selanjutnya. Keuntungan tersebut diantaranya:

15 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
a. Bahasa Indonesia berkembang secara luas, karena dijadikan bahasa
pengantar di semua lembaga pendidikan.

b. Buku-buku bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,


karena dalam suasana perang hak cipta internasional diabaikan.
c. Seni bela diri dan perang dimiliki para pemuda Indonesia, ternyata
berguna bagi perang kemerdekaan melawan belanda.
d. Perasaan rindu kepada kebudayaan dan kemerdekaan berkembang
dan bergejolak luar biasa.
e. Diskriminasi menurut golongan penduduk, keturunan dan agama
ditiadakan, sehingga semua lapisan masyarakat mendapat
kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan.
f. Bangsa Indonesia dilatih dan dididik untuk memegang jabatan
pimpinan walaupun di
g. bawah pengawasan orang-orang Jepang.
h. Sekolah-sekolah diseragamkan dan dinegerikan, walaupun sekolah-
sekolah swasta seperti Muhammadiyah, Taman Siswa, dan sekolah-
sekolah Missi-Zending diizinkan terus
i. berkembang tetapi di bawah pengaturan dan diselenggarakan sesuai
dengan sekolah negeri.

2.4 Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945 – 1950 (Proklamasi – RIS)


Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 menimbulkan kehidupan baru
dalam segala bidang kehidupan bangsa Indonesia, termasuk bidang Pendidikan.
Beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara
(Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) mengeluarkan “instruksi
umum”, yaitu sebagai berikut :
1. Pengibaran “Sang Merah Putih” setiap hari di halaman sekolah
2. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Menghentikan pengibaram bendera Jepang dan menghapuskan
nyanyian Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang)

16 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
4. Menghapuskan pelajaran Bahasa Jepang, serta segala upacara yang
berasal dari Pemerintah Balatentara Jepang
5. Memberi semangat kebangsaan kepada semua murid

2.4.1 Undang-Undang Dasar


Yang menjadi Undang-Undang Dasar sejak 18 Agustus 1945 hingga
pengekuan kedaulatan oleh Belanda yang melahirkan RIS 27 Desember
1949 adalah Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pedoman di lapangan
Pendidikan. Pasal-Pasal dalam UUD 1945 yang menyatakan secara tersurat
tentang Pendidikan adalah pasal 31 menyatakan:
1. Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran yang diatur dengan undang-undang.

Konstitusi Sementara RIS berlaku sejak 27 Desember 1949 – 17 Agustus


1950

2.4.2 Tujuan dan Dasar Pendidikan


Melalui Kongres Pendidikan Indonesia di Solo (1947) yang bertujuan
meninjau Kembali berbagai masalah Pendidikan/pengajaran, Usaha Panitia
Pembentukan Rencana Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran
(1948) yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara, serta Kongres Pendidikan di
Yogyakarta (1949), maka lahirlah UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-
Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia.

Seperti yang tercantum pada Pasal 3 untuk tujuan Pendidikan dan


pengajaran ialah membentuk manusia Susila yang cakap dan warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
masyarakat dan tanah air.

17 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
2.4.3 Sistem Pendidikan
Selama kurun waktu 1945-1950, sistem persekolahan Indonesia akhirnya
mengkristal dalam bentuk seperti bagan berikut.

Pendidikan Perguruan Tinggi, Universitas, Sekolah


Akademi
Tinggi Tinggi

Umum Kejuruan Keguruan

Kursus
Guru
Sekolah
Sekolah Sekolah Teknik
Guru
Menengah Menegah (STM)
Kepandaian
Tinggi
Putri
(SMT) Sekolah Teknik (ST)
(SKGP) Sekolah
Guru A
Pendidikan
(SGA)
Menengah

Sekolah
Sekolah
Guru B
Dagang
Sekolah Teknik (SKB)
Sekolah
Pertama (STP)
Menengah
Pertama
Kursus Kerajinan
(SMP) Sekolah
Negeri (KKN) Sekolah
Kepandaian
Guru C
Putri (SKP)
(SGC)

Pendidikan
Sekolah Rakyat (SR
Rendah

Sumber : Redja Mudyahardjo, (2002)

2.4.4 Penyelenggaraan Pendidikan


1. Pendidikan Masyarakat
Tujuan Pendidikan masyarakat adalah membangun masyarakt adil dan
Makmur berdasarkan Pancasila yang akan diraih dengan menggunakan
dua cara, yakni metode belajar (ceramah dan tanya jawab, diskusi,

18 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
pastisipasi aktif, dan orientasi pada masalah), serta metode kerja yang
dilaksanakan secara masal dan integral di suatu desa.
2. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi terdiri atas dua macam, yaitu pendidikan tinggi
republik dan pendidikan tinggi di daerah pendudukan Belanda.
3. Penyelesaian Bekas Pelajar Pejuang Bersenjata
Setelah penyerahan kedaulatan, yang banyak pelajar dan mahasiswa
yang berhenti belajar dan menjadi tentara pelajar, mereka diberi
kesempatan untuk memilih tiga alternatif yaitu: Meneruskan karir di
dalam Angkatan bersenjata, Melanjutkan studi, dan Kembali ke
masyarakat dengan mencari penghidupan sebagai warga masyarakat
biasa.
4. Kurikulum Pendidikan
Salah satu hasil dari Panitia Penyelidik Pengajaran, yang berkenaan
dengan kurikulum, menetapkan bahwa setiap rencana pelajaran
(kurikulum) pada setiap jenjang Pendidikan sekolah hendaknya
meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat; meningkatkan
Pendidikan jasmani; dan meningkatkan pendidikan watak.

Pembaharuan kurikulum, antara lain menghasilakn Kurikulum SR 1947,


yang membedakan tiga macam struktur program, yaitu :
a. SR yang mempergunakan pengantar Bahasa daerah (Jawa,
Sunda, dan Madura) pada kelas yang lebih rendah.
b. SR yang menggunakan pengantar Bahasa Indonesia sejak kelas
1.
c. SR yang diselenggarakan sore hari oleh karena keadaan.
2.5 Perkembangan Pendidikan Indonesia Tahun 1950 – 1959

2.5.1 Undang-Undang Dasar

Masa demokrasi liberal ditandai oleh dilaksanakannya UUD Sementara


1950, yang ditetapkan berlaku sejak 17 Agustus 1950, sebagai dasar negara

19 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
kesatuan II Republik Indonesia. UUD Sementara 1950 menyatakakan
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat yang diubah menjadi
UUD Sementara Republik Indonesia berdasarkan Piagam Persetujuan
Pemerintah Republik Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia
tanggal 19 Mei 1950. Pancasila sebagai dasar negara kesatuan dengan
rumusan yang sama dengan rumusan Konstitusi Sementara RIS, dan dengan
pasal tentang Pendidikan yang sama pula dengan pasal 30 Konstitusi
Sementara RIS.

2.5.2 Tujuan dan Dasar Pendidikan


Tujuan Pendidikan dan pengajaran didasarkan pada UU No.4 Tahun 1950
tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah yang berlaku di
RI, melalui UU No.12 Tahun 1954 berlaku untuk seluruh Indonesia, ialah
membentuk manusia Susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air
(pasal 3). Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas azas-azas yang
termaktub dalam Pancasila UUD Negara Kesatuan dan atas kebudayaan
kebangsaan Indonesia (pasal 4).

UU No.4 Tahun 1950 mulai berlaku di seluruh Indonesia dalam rangka


Negara kesatuan pada tanggal 18 Maret 1954, setelah menjadi UU No.2
Tahun 1954.

2.5.3 Sistem Persekolahan


Sistem persekolahan pada zaman demokratis liberal ini pada dasarnya
mengikuti zaman sebelumnya yang disesuaikan dengan UU No.12 Tahun
1954. Pada tanggal 25 Agustus 1950, sebagai tindak lanjut dari
Pengumuman Bersama, Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Negara Kesatuan RI, mengeluarkan pengumuman No. 1983/I-
A/1950 tentang Iktisar Perubahan Sekolah-Sekolah dalam Tahun
Pengajaran 1945/1950.

20 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
2.5.4 Penyelenggaraan Pendidikan

1. Persiapan Kewajiban Belajar


Pada tahun 1950, dalam rangka Pendidikan dan pengajaran untuk semua
warga negara, disiapkan suatu rencana 10 tahun kewajiban belajar, yang
dimulai dengan mengadakan daerah percobaan di Kabupaten Pasuruan
(daerah darat) dan Kabupaten Jepara (daerah laut). Pada tahun ini juga,
untuk kepentingan pelaksanaan kewajiban belajar, diselenggarakan
Kursus Pengajar untuk Kursus Pengantar ke Kewajiban Belajar (KPK-
PKB) dengan lama belajar 4 tahun, tetapi sesudah 1 tahun calon-calon
disuruh mengajar sambal belajar melalui kursus tertulis, Pada tahun
1953 Kursus ini menjadi SGB.

2. Pendidikan Masyarakat
Tenaga yang bekerja dalam bidang Pendidikan Masyarakat pada
mulanya adalah guru-guru sekolah. Untuk menambah tenaga
Pendidikan Masyarakat dan juga meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja, maka didirikan beberapa jenis kursus/pusat Latihan
yaitu Kursus Pengasuh Pendidikan Masyarakat, Kursus Penjenjang
Pendidikan masyarakat, Kursus Pemilik Pendidikan Masyarakat, dan
Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat (PLPM).

3. Partisipasi Pendidikan Swasta


Sejak 1951 lembaga Pendidikan swasta bermunculan, baik dalam
bentuk meneruskan kegiatan yang telah ada sebelumnya maupun dalam
bentuk mendirikan sekolah-sekolah baru. Selain bercirikan keagamaan,
terdapat pula sekolah-sekolah yang bercirikan kebangsaan dan netral.

2.6 Perkembangan Pendidikan Indonesia Merdeka Era Demokrasi Terpimpin

2.6.1 Undang-Undang Dasar

21 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
Undang-Undang Dasar 1945 mulai berlaku lagi mengganti Undang-Undang
dasar Sementara melalui dekrit presiden 5 Juli 1959. Dengan demikian
Pancasila kembali pada rumusan seperti tercantum dalam pembukaan UUD
1945.

2.6.2 Tujuan dan Dasar Pendidikan

Secara formal tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah sebagaimana


yang tersurat dalam UU No. 12 Tahun 1954, yaitu manusia susila yang
cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dasarnya adalah Pancasila dan
kebudayaan kebangsaan Indonesia.

Dalam Tap MPRS No II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola


Perkembangan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama (1961 –
1969), antara lain dinyatakan : politik dan sistem pendidikan nasional kita
baik yang diselenggrakan oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta,
dari pendidikan pra-sekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan
warga negara yang berjiwa Pancasila, yang berjiwa patriot komplit, supaya
melahirkan tenaga-tenaga kejuruan yang ahli dan berjiwa Revolusi Agustus
1945, suatu politik dan sistem pendidikan yang menitikberatkan pada
pendidikan kejuruan.

2.6.3 Sistem Persekolahan

UU No. 22 Tahun 1961 tentang perguruan tinggi menjadi dasar formal


sistem persekolahan pada zaman Demokrasi Terpimpin. Gagasan-gagasan
baru tentang Sistem Pendidikan Nasional muncul dan terkristalisasi dalam
usul yang disusun setelah dikeluarkan nya keputusan Presiden No.145 tahun

22 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
1965 tentang Nama dan Rumusan Induk Sistem Pendidikan Nasional,
gagasan-gagasan yang diusulkan tentang Pendidikan Nasional antara lain
yaitu :
1. Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional adalah pendidikan bangsa (nation building) yaitu
pendidikan yang mempertimbangkan dan membangun suatu bangsa
supaya, dalam berdiri sendiri atas tanggung jawab sendiri, dapat
menyelesaikan revolusinya di dalam dan diluar.

2. Pendidikan Nasional Indonesia


Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang secara spiritual
membina bangsa yang ber-Pancasila dan melaksanakan UUD 45,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian Indonesia
dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai
dengan manipol yaitu membentuk NKRI berwilayah dari Sabang
sampai Merauke, menyelenggarakan suatu masyarakat Sosialis
Indonesia yang adil dan makmur lahir batin, melenyapkan kolonialisme,
mengusahakan susunan dunia baru, tanpa penjajahan,

3. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan yang baik terdiri unsur-unsur berikut :
1) Dasar/Azas Pendidikan Nasional
2) Tujuan Pendidikan Nasional
3) Moral Pendidikan Nasional
4) Pancawardhana/Pengembangan-pengembangan pokok Pendidikan
Nasional
5) Pengembangan-pengembangan khusus dari Pendidikan Nsional
6) Pelaksanaan Pendidikan Nasional
7) Politik Pendidikan Nsional
8) Struktur Perguruan/Persekolahan dalam rangka Pendidikan
Nasional

23 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
9) Kurikulum Perguruan/Persekolahan dalam rangka Pendidikan
Nasional
10) Metodik/Didaktik Perguruan/Persekolahan dalam rangka
pendidikan nasional

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka diusulkan konsep struktur


persekolahan yang terdiri dari
1) Taman Kanak-Kanak;
2) Sekolah Dasar;
3) Sekolah Menengah Pertama;
4) Sekolah Menengah Atas; dan
5) Universitas.

2.6.4 Penyelenggaraan Pendidikan

Pendidikan pada masa demokrasi terpimpin ini dilaksanakan dalam bentuk:


1. Sapta Usaha Tama
Pada tanggal 17 Agustus 1959 Menteri Muda Pendidikan, Pengajaran
dan Kebudayaan mengeluarkan Instruksi yang disebut Sapta Usaha
Tama, yang terdiri atas:
1) Penertiban aparatur dan usaha-usaha Kementrian Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan.
2) Menggiatkan Kesenian dan Olahraga
3) mengharuskan “usaha halaman
4) Mengharuskan penabungan
5) Mewajibkan usaha-usaha kooperasi
6) Mengadakan kelas masyarakat
7) Membentuk “Regu Kerja” di kalangan SLA dan Universitas

24 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
2. Panca Wardhana
Pada tanggal 10 Oktober 1960, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan menetapkan Panca Wardhana atau lima pokok
perkembangan, yang terdiri atas:
1. Perkembangan Cinta Bangsa dan tanah air, moral
nasional/internasional/keagamaan
2. Perkembangan intelegensi
3. Perkembangan emosional-artistik atau rasa keharusan dan
keindahan lahir batin
4. Perkembangan Keprigelan (kerajinan) tangan
5. Perkembangan jasmani

3. Panitia Pembantu Pemeliharaan Sekolah dan Perkumpulan Orang Tua


Murid dan Guru-guru.
Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan No.
58438/Kab, Jakarta 6 Desember 1954 tentang Panitia Pembantu
Pemeliharaan Sekolah, antara lain menetapkan :
1) Guru mewujudkan dan memelihara hubungan erat antara orang tua
murid dan sekolah, bagi tiap-tiap sekolah dibentuk suatu Panitia
Pembantu Pemeliharaan Sekolah, terdiri atas beberapa orang tua
murid yang bertugas membantu memelihara sekolah, sehingga
sekolah itu dapat hidup subur dan lebih sanggup memenuhi tugasnya
sebagai tempat pembentuk manusia susila yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan Pendidikan Nasional dan tanah air
(Pasal 1).
2) Untuk mencapai tujuan itu, panitia berusaha:
a) Mengadakan pertemuan-pertemuan antara lain orang tua/wali
murid, (selanjutnya disebut orang tua), dan guru-guru guna
bersama-sama membicarakan hal-hal yang bertalian dengan
sekolah, bertukar pikiran dan bila perlu mengambil keputusan

25 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
tentang sesuatu yang perlu mengambil keputusan tentang
sesuatu yang perlu diselenggarakan.
b) Menyelenggarakan segala sesuatu yang diperlukan oleh sekolah,
murid dan guru yang elum atau tidak dicukupi oleh pemerintah
(Pasal 2, ayat 1)
3) Segala sesuatu dilaksanakan oleh panitia hanya mengenai semata-
mata sekolah yang bersangkutan (pasal 2, ayat 2)
4) Panitia tidak berhak mencampuri urusan pimpinan sekolah dan
urusan teknis pengejaran yang menjadi kompetisi kepala sekolah,
guru-guru, dan inspeksi pengajaran (Pasal 2, ayat 3).
5) Panitia pertemuan didirikan suatu perkumpulan yang mengikat
orang-orang tua murid dan guru-guru yang disebut “Pertemuan
Orang Tua Murid dan Guru-Guru, disingkat POMG” yang bertujuan
ikut serta memelihara sekolah yang bersangkutan (Pasal 4, ayat 1).

4. Pendidikan Masyarakat
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri PP & K, No 4223/Kab./1951,
Jawatan Pendidikan Masyarakat bertugas:
1) Merencanakan, memimpin, menggiatkan dan mengawasi
Pemberantasan Buta Huruf.
2) Merencanakan, memimpin dan menggiatkan kursus.
3) Mengusahakan buku-buku untuk dan mengisi Perpustakaan Rakyat.
4) mengikuti dan Membantu Perkembangan Gerakan Pemuda
5) Meggusahakan buku-buku pimpinan dan pelajaran untuk
memberantas buta huruf, serta buku-buku dan majalah untuk
memelihara dan memperdalam kecakapan membaca dan menulis.
6) Memimpin dan mengawasi pendidikan jasmani diluar sekolah
7) Menyelenggarakan kursus-kursus kader untuk pendidikan
masyarakat
8) Memajukan membantu gerakan kepanduan
9) Membantu inisiatif masyarakat untuk kemajuan kaum wanita.

26 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
Jawatan Pendidikan masyarakat berubah menjadi Direktorat
Pendidikan Masyarakat (Ditpenmas) pada 1 januari 1961, dengan
lima buah inspektorat, yaitu (a) Pendidikan fundamenta, (b)
Pendidikan kader, (c) Pendidikan perpustakaan rakyat, (d)
Pendidikan taruna karya, (e) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, (f)
Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat Kewanitaan.

5. Perguruan Tinggi
UU No 22 tahun 1961 tentang Pergurun tinggi ditetapkan, yang
diundang di Jakarta 14 Desember 1961, antara alain menetapkan hal-hal
sebagai berikut :
1) Perguruan Tinggi adalah Lembaga ilmiah yang mempunyai tgas
menyelenggarakan pendidikan dan pengejaran di atas perguruan
tingkat menengah, dan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran berdasarkan kebudayaan kebangsaan indonesia dan
dengan cara ilmiah (Pasal 1).
2) Perguruan Tinggi pada umumnya bertujuan :
a) Membentuk manusia susila yang berjiwa Pancasila dan
bertanggung jawab
b) Menyiapkan tenaga yang cakap untuk memangku jabatan yang
memerlukan pendidikan tinggi dan yang cakap berdiri sendiri
dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
c) Melakukan Penelitian dan Usaha kemajuan dalam lapangan
ilmu pengetahuan , kebudayaan dan kehidupan masyarakat.
(Pasal 2).

6. Kurikulum
1) Kurikulum SD
Kurikulum Sekolah Rendah selama Demokrasi Terpimpin mengalai
perubahan pada tahun 1964 yang dilaksanakan tahun 1965. Sekolah

27 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
Rakyat diubah menjadi Sekolah Dasar. Kurikulum SD 1964
membedakan dua struktur program yaitu :
a) SD yang menggunakan bahasa pengantar daerah dari kelas I
samapai kelas III
b) SD yang mengunakan bahasa pengantar Bahasa Indonesia sejak
kelas I
2) Kurikulum SMP
Pada tahun 1962 kurikulum SMP selama Demokrasi Terpimpin
mengalami perubahan, Kurikulum SMP 1962 disebut pula
kurikulum SMP Gaya Baru. Perubahan kurikulum SMP mencakup
empat hal penting yaitu :
a) Pengahapusan bagian A dan B di kelas III SMP.
b) Penambahan dua mata pelajaran baru yaitu Ilmu Administrasi
dan Kesejahteraan Keluarga.
c) Dimasukkannya jam krida dengan maksud memberi kesempatan
kepada siswa mengembangkan bakat dan minatnya.
d) Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan.

Struktur kurikulum SMP Gaya Baru terdiri atas

a) Kelompok Dasar, yang mencakup mata-mata pelajaran :


Kewarga Negara, Bahasa Indonesia, Sejarah Kebangsaan, Ilmu
Bumi Indonesia, Pendidikan Agama atau Budi Pekerti,, dan
Pendidikan Jasmani/Kesehatan
b) Kelompok Cipta, yang mencakup mata-mata pelajaran : Bahasa
Daerah, Bahasa Inggris, Ilmu Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu Alam,
Ilmu Hayat, Ilmu Bumi Dunia, Sejarah Dunia Ilmu
Administrasi.
c) Kelompok Rasa/Karsa, yang mencakup mata-mata pelajaran:
Menggambar, Kesenian, Prakarya dan Kesejahteraan Keluarga.
d) Krida

28 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
3) Kurikulum SMA
Selama Demokrasi Terpimpin, Kurikulum SMA mengalami tiga
kali perubahan tahun 1952, tahun 1961 dan tahun 1964. SMA
Terdiri atas bagian A (Bahasa/Sastra), bagian B (Ilmu Pasti dan
Alam), dan Bagian C ( Ekonomi).

Kurikulum SMA bagian A terdiri atas:


a) Pokok, mencakup mata-mata pelajaan Bahasa dan kesustraan
Indonesia, Bahasa Daerah Jawa Kuno, Bahasa Inggris, Bahasa
Perancis, Bahasa Jerman, Sejarah, Ilmu Bumi.
b) Penting, mencakup mata-mata elajaran Sejarah kesenian,
Sejarah Kebudayaan, Ilmu Bangsa-Bangsa, Ekonomi, Tata
Negara dan Kewarganegaraan.
c) Pelengkap, mencakup mata-mata pelajaran Aljabar, Ilmu
Kesehatan, Menggambar, Pendidikan Agama.

Kurikulum SMA bagian B terdiri atas:

a) Pokok, mencakup mata-mata pelajaran Aljabra, Ilmu Ukur


Sudut, Ilmu Ukur Ruang, Ilmu Alam, Mekanika, Ilmu Kimia,
Ilmu Hayat dan Kesehatan.
b) Penting, mencakup mata-mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris
c) Pelengkap, mencakup mata-mata pelajaran Bahasa Jerman,
Bahasa Perancis, Bumi Alam dan Falak, Sejarah, Tata Negara
dan Kewarganegaraan, Ekonomi, Tata Buku, Menggambar,
Pendidikan Agama.

Kurikulum SMA bagian C terdiri atas:

a) Pokok, mencakup mata-mata pelajaran Tata Negara dan


Kewarganegaraan, Tata Hukum, Ilmu Ekonomi, Ilmu Bumi
Sosial dan Ekonomi, Ilmu Bangsa-Bangsa dan Sejarah.

29 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
b) Penting, mencakup mata-mata pelajaran Pengetahuan dan
Hitung, Tata Buku, Sejarah Perekonomian, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris.
c) Pelengkap, mencakup mata-mata pelajaran : Bahasa Jerman,
Bahasa Perancis, Ilmu Kimia dan Pengetahuan Bahan, Aljabar,
Ilmu Kesehatan, Menggambar, Pendidikan Jasmani dan
Pendidikan Agama.

Kurikulum SMA 1961 dikembangkan melalui pertemuan antar


SMA Teladan di Surakarta pada Tanggal 6 s.d 13 November 1961.
Perubahan kurikulum tersebut berkenaan dengan

a) Tujuan Pendidikan SMA,


b) Penggolongan mata pelajaran di SMA yang dibagi menjadi
empat kelopok yaitu dasar, khusus, penyerta dan prakarya.
c) Penjurusan SMA mulai dilakukan dikelas III, dan menghapus
jurusan A,B dan C dengan menggantinya menjadi jurusan
Budaya, Sosial, Ilmu Pasti, dan Ilmu Alam.

4) Kurikulum Sekolah Keguruan


SGB dihapus dan dialihfungsikan menjadi SMTp lainnya pada tahun
1951 berdasarkan Kepmen No. 69691/S/1957 tentang penghapusan
SGB terhitung mulai 1 Agustus 1958. SGA diubah menjadi Sekolah
Pendidikan Guru (SPG), dan SGPD diubah menjadi sekolah Guru
Olah Raga (SGO), SGTK diinteragasikan ke SPG, sehingga SPG
mendidik Calon Guru Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak.

30 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
2.7 Perkembangan Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka Era Orde Baru

2.7.1 Perkembangan Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1966 – 1969

1. Undang-Undang Dasar
Orde Baru dimulai setelah menumpasan G-30S, pada tahun 1965, dan
ditndai oleh upaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen, pelaksanaan nya dilengkapi dengan 24 ketetapan MPRS,
satu Resolusi MPRS, dan satu keputusan MPRS, dan satu keputusan
MPRS tahun 1966.
2. Tujuan dan Dasar Pendidikan
Haluan Penyelenggaraan Pendidikan dikoreksi melalui Tap MPRS
No.XXII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan.
UU No. 12 Tahun 1954 dan UU No. 22 Tahun 1961 masih tetap berlaku,
tetapi sudah mengalami perbaikan Tap MPRS No II/MPRS/1966,
terutama tentang tujuan pendidikan.
3. Sistem Persekolahan
Sistem persekolahan pada dasarnya masih tetap mengikuti struktur lama
berdasarkan UU No 12 Tahun 1954 dan UU No 22 Tahun 1961.
4. Penyempurnaan Kurikulum Pendidikan Sekolah
1) Kurikulum SD
Kurikulum SD 1964 diubah menjadi kurikulum SD 1968, yang
berlaku pada tahun 1968. Dasar, tujuan, dan azas pendidikan
Pancasila di Sekolah Dasar mencakup lima prinsip, yaitu :
a) Prinsip umum pelaksanaan pendidikan nasional Pancasila
menganut prinsip-prinsip integritas, kontinuitas, dan
sinkronisasi.
b) Landasan idiil mencakup tiga ketentuan pokok yaitu :
(1) Dasar Pendidikan Nasional adalah falsafah Pancasila
(2) Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia sejati
(3) Isi pendidikan nasional terdiri atas tiga hal yaitu
mempertinggi budi mental pekerti dan memperkuat

31 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
keyakinan beragama, serta mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan serta membina fisik yang kuat dan sehat
c) Prinsip umum pembinaan kurikulum mencakup tiga hal yaitu
kriteria pemilihan isi kurikulum, prinsip-prinsip didaktik dan
metodik, dan sistem evaluasi yang menyeluruh kontinue dan
objektif.
d) Prinsip-prinsip pendidikan sekolah dasar mencakup dua hal
yaitu tujan pendidikan sekolah dasar dan garis-garis besar
kurikulum sekolah dasar.
e) Azas-azas didaktik-metodik Sekolah dasar yang uraiannya sama
dengan yang tercantum dalam kurikulum SD 1964.
2) Kurikulum SMP
Kurikulum SMP 1962 disempurnakan menjadi kurikulum SMP
1967 yang berlaku 1968. Struktur kurikulum SMP 1967 adalah
sebagai berikut :
a) Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila
b) Kelompok Pembinaan Pengetahuan Dasar
c) Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus
3) Kurikulum SMA
Kurikulum SMA 1964 disempurnakan menjadi kurikulum SMA
1968. Menurut kurikulum SMA 1968, tujuan-tujuan pendidikan
SMA yatu :
a) Membentuk manusia sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan
dalam pembukaan dan isi UUD 1945:
b) Mempersiapkan anak didik untuk memasuki perguruan tinggi
dengan jalan dilengkapi dengan dasar-dasar umum kecakapan
kejuruan dan pembinaan pengembangan fisik yang kuat dan
sehat.
c) Memberikan dasar keahlian umum kepada anak didik sesuai
dengan bakat dan minat nya masing-masing.
4) Kurikulum Sekolah Kejuruan

32 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
Pada tahun 1967 disusun kurikulum baru yang disebut kurikulum
1968. Karakteristik kurikulum Sekolah kejuruan 1968 yaitu:
a) Tujuan pendidikan adalah agar siswa melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dan sealius dipersiapkan untuk
memasuki dunia kerja.
b) Titik berat ditekankan pada materi pelajaran.
c) Orientasi pengajaran pada guru, artinya guru yang aktif dan
siswa yang pasif.
d) Pada umumnya komunikasi pengajaran hanya satu arah.
e) Organisasi kurikulum bervariasi antara satu jenis sekolah
dengan jenis sekolah kejuruan lainnya.
f) Dokumen kurikulum hanya berbentuk struktur program dan
pada jenis sekolah ini dilengkapi dengan uraian mata pelajaran.
g) Teori dan praktek dilaksanakan secara terpisah dengan bobot
praktek kejuruan berkisar antara 20 % sampai 50 % dari
keseluruhan program pendidikan.
h) Kurikulum sekolah kejuruan mengunakan istilah jurusan.

2.7.2 Perkembangan Pendidikan Nasional Indonesia Pada Masa


Pembangunan Jangka Panjang I (Tahun 1969/1970 – 1993/1994)
1. Undang-Undang Dasar
Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) merupakan pengamalan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaannya mengacu
pada ketetapan-ketetapan yang dihasilkan oleh Sidang Umum MPR
terutama yang berkenaan dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Pembangunan Jangka Panjang Pertama mengacu pada:
1) Tap MPRS-RI No XLI/MPRS/1968 tentang Tugas Pokok Kabinet
Pembangunan
2) Tap MPR-RI No IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN).

33 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
3) Tap MPR-RI No II/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN)
4) Tap MPR-RI No IV/MPR/1983 1978 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN)
5) Tap MPR-RI No II/MPR/1988 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN)
2. Tujuan Dasar Pendidikan
Tap MPR-RI No IV/MPR?1973 antara lain menetapkan :
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar sekolah dan
beralngsung seumur hidup. Pembangunan di bidang pendidikan
didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan diarahkan untuk
membentuk manusia-manusia pembangunan yang bepancasila dan
membentuk manusia Indonesia yang sehat Jasmani dan rohaninya.
3. Sistem Pendidikan dan Persekolahan

Undang-Undang No 2 Tahun 199 menetapkan bahwa Sistem


Pendidikan Nasioanal terbentuk dari dua jalur yaitu pendidikan sekolah
dan pendidikan luar sekolah. Menurut UU No 2 tahun 1989, sistem
persekolahan terdiri atas tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi yang memilii dua
macam program yaitu program pendidikan akademik dan program
pendidikan profesional.

4. Penyelenggaraan Program Pembangunan Pendidikan


Program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan pada masa
PJP 1 ini antara lain:
a. Perluasan dan Pemerataan Kesempatan Pendidikan.
Menciptakan suatu keadaan sehingga setiap orang memiliki
ksesmpatan yang sama memperoleh pendidikan tanpa membedakan
jensi kelamin, status sosial, ekonomi, agama, dan letak geografis.
b. Peningkatan Mutu Pendidikan

34 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n
Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pada PJP I antara lain :
c. Pengadaan alat pendidikan untuk SD, SMP, SMA, Sekolah
Kejuruan, Sekolah Keguruan dan untuk jenjang Pendidikan tinggi.
d. Pengadaan buku pelajaran SD, SMP, SMA, Sekolah Kejuruan,
Sekolah Keguruan dan Pendidikan Tinggi.
e. Pangadaan dan Peningkatan mutu tenaga pengajar, yang meliputi
pengangkatan guru dan penjaga sekolah dan perantara guru SD,
pengangkatan dan penataran guru SMP dan SMA, pengangkatan
dan penataran guru Sekolah Keguruan, pengangkatan dan
peningkatan tenaga dosen.
f. Perubahan Kurikulum
Pada masa PJP 1 terjadi tiga kali perubahan kurikulum pendidikan
(Sekolah), yaitu apa yang dikenal dengan kurikulum 1968,
kurikulum 1975 dan kurikulum 1984. Di dalam kurikulum 1968
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan ialah membentuk manusia
Pancasila sejati. Isi pendidikanya ialah untuk mempertinggi budi
pekerti, akhlak dan keyakinan agama, mempertinggi keterampilan
da kecerdasan dan mempertinggi mutu. Ciri utama kurikulum 1968
adalah organisasi kurikulumnya berorientasi pada bahan atau materi
pelajaran. Dengan mengacu pada Tap MPR No II/MPR?1973
tentang GBHN dan dengan menampung berbagai hasil percobaan
dalam bidang pendidikan waktu itu, maka kurikulum 1968
diperbaharui dengan kurikulum 1975. Kurikulum 1975
dikembangkan dengan menggunakan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI) yang selanjutnya dijabarkan ke dalam
satuan pelajaran atau modal ciri utama kurikulum 1975 yaitu
organisasi kurikulumnya berorientasi pada tujuan pendidikan,
menekankan CBSA dan konsep belajar tutas. Dengan Lahirnya Tap
MPR No II/MPR?1983 tentnag GBHn, dan berbagai masukan dari
Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional (KPPN), kurikulum
1975 diperbaharui lagi dengan kurikulum 1984.

35 | L a n d a s a n P e n d i d i k a n

Anda mungkin juga menyukai