(661-1031 M)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SKI yang
diampuh oleh Pak Yayat Hidayatulloh,M.Pd.I
Oleh:
Ade Jamilah
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Peradaban Islam Pada masa Dinasti Umayyah (661 - 1031 M). Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pak Yayat
Hidayatulloh,M.Pd.I pada mata kuliah SKI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Sejarah kebudayaan islam dan peserta didik
bagi para pembaca dan juga penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak
Yayat Hidayatulloh,M.Pd.I selaku dosen pengampu pada mata kuliah SKI yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada samua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami nantikan untuk dijadikan pedoman
penulisan kedepannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
D. ISLAM DI ANDALUSIA/SPANYOL
Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat Islam pada zaman Khalifah Al-
Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah Umayah yang berpusat di
Damaskus.[1] Dan masa ini berlangsung selama hampir delapan abad ( 711 – 1492
M ).
Sebelum umat Islam menguasai Andalusia wilayah yang terletak disekitar
semenanjung Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika ini dikenal dengan
berbagai nama. Sebelum abad ke – 5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia ( atau
Les Iberes ), yang diambil dari nama Bangsa Iberia ( penduduk tertua diwilaya
tersebut ). Ketika berada dibawah kekuasan Romawi, wilayah ini dikenal dengan
nama Asbania. Pada abad ke – 5 M, Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang
berasal dari wilayah ini sejak itu wilayah ini disebut Vandalusia yang oleh umat
Islam akhirnya disebut “ Andalusia “. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke
Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya
[
bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan
kemunduran kerajaan itu.
Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh
Roderick. Peristiwa ini menyebabkan putera-putera raja Witiza sangat marah dan
mereka mengadakan perjanjian persekutuan dengan kaum muslimin. Begitu pula
telah terjadi perselisihan antara Count Julian yang memegang pemerintah.
Perselisihan ini kabarnya karena Roderik mencemarkan kehormatan puteri dari
Julian. Karena itu Julian ingin membalas dendam untuk membela kehormatan dan
nama baiknya. Ia berusaha mendorong kaum Muslimin supaya menyerbu ke
Spanyol. Tentunya ini merupakan kesempatan yang baik bagi kaum muslim.
Kaum yang memusuhi Rodrick itu akhirnya meminta Graf Julian bekerja
sama Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin
pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan
segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah
pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan
pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah
komando Thariq bin Ziyad, kemudian Thariq bin Ziyad berngkat untuk
memimpin 7000 orang tentara yang terdiri dari bangsa Babar. Mereka
menyebrangi selat itu dengan kapal-kapal yang disediakan oleh Julian, penguasa
di Septah, yang dulunya pernah pula menyediakan kapal-kapal untuk Tharif dan
pasukannya. Ini terjadi pada bulan Rajab atau Sya’ban tahun 92 H. Thariq beserta
pasukannya kemud ian mendarat dan menempati suatu gunung yang sampai kini
masih dikenal dengan namanya sendiri, yaitu “jabal Thariq” (Giblatar). Disanalah
Thariq mempersiapkan satuan-satuannya untuk menyerbu semenanjung yang luas
dan makmur itu.[2]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena
pasukannya lebih besar dari hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian
besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang
arab yang dikirim Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi Selat
dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq
dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya. Dikenal dengan nama
[
Giblatar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu
secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam Pertempuran di suatu tempat
bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan
pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada, dan
Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota
Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara.
Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah
pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan
pasukan Ghotik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan
untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair
merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud
membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat
menyebrangi selat itu dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat
ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville
dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela,
ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa
sampai Navare.[3]
Selanjutnya Thariq menggerakkan pasukannya ke pusat kekuasaan
Roderick di Spanyol. Roderick terdesak sampai perbatasan tebing sungai
Guadelete, di perbatasan antara Medinia dan Sidonia. Merasa tidak ada jalan lain,
akhirnya Roderick meninggal dengan terjun ke dalam sungai Guadelete. Setelah
berhasil dalam pertempuran melawan Roderick, Thariq dengan mudah
menaklukan kota Sidonia, Carmona, dan Granada. Setelah menaklukan kota
Cordova, ia segera bergerak ke Toledo, Ibukota pemerintahan Spanyol dan
berhasil menguasainya. Jadi dalam waktu singkat, pasukan Thariq berhasil
menguasai sebagian besar wilayah Spanyol.
Kesuksesan Thariq yang gemilang menarik perhatian Musa ibn Nusyair. Ia
mendarat di Spanyol dengan 18.000 pasukan pada bulan Juli 712 M., dan segera
menaklukan kota Saville dan sejumlah kota kecil lainnya. Di dekat kota Toledo
[
Musa menjumpai Thariq. Dengan sikap marah Musa menanyakan prihal harta
rampasan perang selama ini, namun akhirnya mereka mencapai kesepakatan
sehingga terbentuklah pasukan gabungan. Pasukan gabungan itu dengan mudah
menaklukkan kota sarragosa, Terragona dan Barcelona. Selanjutnya Musa
mengerahkan pasukannya karah Timur untuk menaklukkan negeri-negeri Eropa
lainnya. Sementara itu kabar mengenai perlakuan Musa terhadap Thariq ibn Ziyad
terdengar sampai Damaskus, Sehingga Raja Walid I memerintahkan Musa
kembali ke Damaskus.[4]
Orang tak dapat membenarkan riwayat yang menggambarkan adanya rasa
permusuhan dan saling membenci antara Musa dan Thariq, dan bahwa Musa
pernah menganiaya dan mempersalahkan Thariq. Semua fakta yang ada
dihadapan kita bahkan menunjukkan adanya kerjasama yang erat antara kedua
pahlawan itu. Musa telah mengirim bala bantuan kepada Thariq, dan kemudian ia
sendiri datang kesana dan menaklukkan negeri-negeri yang berada di belakang
pasukan Thariq. Dengan demikian ia telah berusaha untuk menghindarkan
pasukan-pasukan Thariq dari pukulan musuh dari belakang. Selanjutnya, kedua
pahlawan itu terus maju bergandeng bahu dan bekerja sama dalam menaklukkan
negeri-negeri yang masih tertinggal, hingga akhirnya mereka mencapai
kemenangan yang sempurna di daerah itu. Melihat fakta-fakta ini bagaimana pula
kita bias bekata bahwa antara kedua pahlawan itu ada rasa permusuhan?[5]
Sebelum meninggalkan Spanyol, Musa mengatur keperluan untuk
tegaknya wilayah yang baru saja ditaklukkannya. Ia mengangkat ketiga putranya :
Abdul Aziz sebagai Raja muda di Spanyol, Abdullah sebagai gubernur di Afrika,
dan Abdul Malik sebagai gubernur Maroko. Dengan membawa harta rampasan
dalam jumlah yang besar, Musa kembali ke Damaskus untuk diserahkan kepada
Raja Walid I, namun sang raja meninggal sebelum Musa tiba di Damaskus.
Penaklukan pasukan muslim terhadap Spanyol merupakan lembaran baru
yang gemilang bagi sejarah negeri ini. Penaklukan tersebut menyelamatkan
wilayah Spanyol dari Tirani. Ghotik, dengan membuka suatu era baru di mana
kebenaran dan keadilan ditegakkan. Prinsip persaudaraan universal diterapkan
[
kepada seluruh rakyat. Kebebasan beragama terjamin, baik bagi mereka yang
beragama yahudi maupun Kristen. Sekalipun atas mereka diwajibkan membayar
jizya, namun terasa sangat ringan dibandingkan beban berbagai pajak yang dipikul
mereka pada masa sebelum pemerintahan muslim. Segala bentuk perpajakan yang
memberatkan rakyat dihapuskan dan digantikan dengan sistem perpajakan yang
adil. Para budakdan hamba sahaya dibebaskan. Perdagangan dan perniagaan
mengalami kemajuan pesat. Pertanian dikembangkan dengan membangun
sejumlah sistem irigrasi. Pembangunan menjadikan sejumlah kota di Spanyol
berdiri dengan megah. Cordova merupakan simbol kehebatan pada abad
pertengahan, suatu abad di mana bangsa Eropa tengah dilanda kegelapan dan
kebodohan. Spanyol merupakan satu-satunya negeri Eropa yang pertama kali
mengalami masa pencerahan lantaran kemajuan pendidikan dan peradaban, pada
saat itu kemajuan pendidikan dan peradaban Spanyol selama masa pemerintahan
muslim mengantarkan negeri-negeri Eropa lainnya mencapai masa pencerahan di
masa belakangan.
Demi ketertiban urusan administrasi, pemerintahan muslim di Spanyol
dibagi menjadi empat wilayah provinsi, masing-masing di bawah penguasaaan
gubernur. Masyarkat Spanyol diberikan kebebasan beragama dan antara mereka
dengan kaum emigrant Arab Muslim menjalin integritas masyarakat, bahkan
dalam urusan perkawinan sekalipun. Mereka diberikan kebebasan hidup,
beragama dan kebebasan berfikir. Selama masa ini masyarakat Spanyol
mengalami kemajuan pesat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, sehingga
Spanyol mencapai puncak kemajuan, pada saat itu, selama pemerintahan
Muslim.[6]
[
pembangunan dipandang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan
datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 13 H/755 M.[8]
[
di dalam masa enam tahun sejak kejatuhan pemerintahan Umayah, suatu dinasti
Umayah yang baru didirikan di Spanyol.[9]
Semenjak menjabat sebagai penguasa Spanyol, Abdur Rahman
menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar yang
terbesar adalah serbuan pasukan papin, seorang raja prancis dan putranya bernama
Charlemagne. Namun pasukan penanggung jawab ini dapat dikalahkan oleh
kekuatan Abdur Rahman. Belum selesai menangani aksi pemberontakan ia keburu
meninggal dunia pada tahun 172 H/788 M., sebelum Amirat Umayah di Spanyol
ini berdiri tegak.[10]
1. Hisyam I (172-180 H/788-796 M)
Abdur Rahman di gantikan oleh putranya yang bernama Hisyam I (172-
180 H/788-796 M). Ia merupakan penguasa yang lemah lembut dan administrator
yang liberal. Ia menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh saudaranya
sendiri di Toledo, yakni Abdullah dan Sualiman. Pemberontakan ini dapat
ditaklukan oleh Hisyam. Selanjutnya Hisyam mengarahkan perhatiannya ke
wilayah utara. Umat Kristen yang tidak henti-hentinya melancarkan gangguan
keamanan ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan perancis. Kota
Norebonne ditaklukkannya, sementara suku-suku yang tinggal di Galicia
mengajukan perdamaian.
Hisyam merupakan penguasa yang adil, dan bermurah hati khususnya
terhadap rakyatnya yang lemah dan miskin. Ia senantiasa ingin mengetahui
keluhan si miskin ia senantiasa dengan keluar malam masuk perkampungan di
kordoba, dan dengan mengunjungi mereka yang sedang sakit. Lalu meringankan
beban mereka dengan membagikan sejumlah uang. Sekalipun tempramennya
lemah lembut, namun seringkali ia menunjukan sikap tegas terhadap para pesuruh
dan pemberontak yang mengancam stabilitas Negara.
2. Hakam I (796-822 M)
Hakam I menggantikan ayahnya, Hisyam I, menduduki tahta Spanyol. Dia
adalah orang yang tidak baik dan tidak mulia. Dia suka dilingkungi kemegahan
[
dan pertunjukan-pertunjukan. Pembawaanya suka senang-senang dan menikmati
kehidupan yang diperolehnya, dia sangat kecanduan dengan minum anggur.
Tak lama setelah pelantikannya, hakam dihadapkan pada pemberontakan
yang hebat dari para pembelot yang dipimpin oleh seorang Faqih. Orang-orang
faqih itu sangat mempengaruhi para pembelot yang tinggal dipinggiran kota
Cordova sebelah selatan, yang ketika itu ibu kota Spanyol Muslim. Karena
kedermawanan kebijakan Hisyam yang disalahgunakan, kaum faqih itu menjadi
suatu kekuatan di negeri itu. Dia menghindari semua campur tangan dalam urusan
Negara” karena frustasi dalam harapannya memperoleh kekuasaan, dan merasa
bangga akan kependetaan mereka, mereka menjadi penghasut dengan pidato-
pidato.” Oleh karena itu, kaum faqih berusaha membakar kefanatikan orang-orang
Spanyol Muslim. Pengaruh mereka di antara orang-orang itu tak terhingga.
Sebagian besar penduduk di seleruh jazirah itu adalah mualaf, yaitu orang-orang
yang baru masuk Islam. Mereka diangap rendah oleh orang-orang Arab yang
berdarah murni. Pemimpin kaum faqih itu, Yahya bin Yahya, berkomplot dengan
sekelompok kaum bangsawan untuk mengangkat seorang paman Hakam ke atas
singgasana Kordofa. Akan tetapi, komplotan itu tercium sehingga tokoh-tokoh
faqih serta kaum bangsawan, sekitar 72 orang junmlahnya, dibunuh, dan Yahya
selamat melarikan diri.[11][11]
Hakam meninggal pada tahun 207 H/ 822 M, setelah berkuasa selama 26
tahun, suatu periode yang paling banyak diwarnai pertempuran. Ibnu Al-Athir,
mencatatnya sebagai penguasa Andalusia pertama yang bijaksana sekaligus
ksatria. Satu kekurangannya adalah tidak bersikap ramah terhadap fuqaha. Ia tidak
menghendaki campur tangan fuqaha dalam urusan Negara. Inilah sebab timbulnya
gerakan fuqaha yang berusaha menggulingkan kekuasaan hakam. Mererka muncul
sebagai oposisi hakam dan berusaha menciptakan kegaduhan sehingga melatari
gerakan pemberontakan di Gordoha.[12]
3. Abdurrahman II (822-852 M)
Hakam digantikan oleh anaknya, Abdurrahman, yang nama panggilannya
Ausad.pergantiannya tidak terlepas dari persaingan karena Abdullah, anak
[11]
[
Abdurrahman I, melakukan usaha untuk menduduki tahta. Namun hal ini gagal
dan Abdullah harus tunduk.
Pemerintahan tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan. “orang-orang Kristen
dari Merida bangkit memberontak di bawah pimpinan Mahmud bin Al Jabar,
bekas pengumpul pajak dan sulaiman bin Martin. Penyebab pemberontakan ini
adalah pembebanan pajak atas barang sehari-hari dan kekejaman para mentri serta
para pengumpul pajak“. Abdurrahman menumpasnya dengan kekerasan.
Bajingan-bajingan itu ditundukkan dan 7000 pemberontak di bunuh. Suatu
pemberontakan yang baru pecah di Toledo. Dalam pemberontakan itu para
neo/muslim dan orang-orang Yahudi mengambil bagian. Pemberontakan itu
dipimpin oleh seorang muallaf yang bernama Hasyim. Akan tetapi, Hasyim dapat
dikalahkan dan dibunuh dan para pemberontak itu dicerai-beraikan.
Menjelang akhir pemerintahan, golongan fanatic dari penduduk Kristen di
Kordova bangkit memberontak. Pemberontakan ini mengambil sikap yang paling
membahayakan. Mereka menghina orang-orang Islamdan menjelek-jelekkan Nabi
mereka. Tidak beral;asan bagi orang-orang Kristen untuk mengeluh terhadap
pemerintahan Arab. Mereka memperoleh kebebasan beragama, kehidupan social
dan ekonomi serta di beri jabatan-jabatan yang penting dalam pengelolaan
Negara. Orang-orang Kristen itu sangat terpengaruh olehj kesusaateraan dan
bahasa Arab. Mereka juga mengadopsi perilaku dan adat istiadat Arab tanpa
memeluk agama Islam. Orang-orang Kristen yang terpengaruh ooleh Arab itu,
yang disaebut Mozarab, dibenci oleh saudara-saudaranya yang fanatic dengan
mencela mereka sebagai tidak beragama. Pasra pemimpin golongan masyarakat
ini adalha seorang pendeta, Enlogios dan sahabatnya, Alvaro. Mereka
menggerakkan yang tidak puas dan dengan cara itu meningkatkan kebencian
golongan yang keras kepala. “Fitnahan kepada Nabi Muhammad dan kepada
Islam oleh orang-orang Kristen mempunyai arti yang sangat pentinmg di dalam
sejarah Islam di Spanyol. Hal itu menunjukkan sikap keras kepala orang-orang
Kristen yang menolak pemerintahan Muslim dan mengutuk setiap yang berbau
Muslim”. Abdurrahman harus mengambil tindakan yang efektif di dalam masalah
itu, dan mengakibatkan banyak laki-laki maupun perempuan yang suka rela mati
sebagai syuhada.[13]
Abdurrahman mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang diciptakan oleh
pendahulunya yaitu Hakam. Kerusuhan yang terjadi pada saat itu antara lain
ditimbulkan oleh umat Kristen di daerah pendalaman yang dikepalai pimpinan
Suku Leon, dan juga terdapat serbuan bangsa Norman terhadap wilayah pantai
Spanyol. Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan pada masa pemerintahan II
selama 30 tahun ini, perekonomian rakyat mengalami kemajuan dan kemakmuran.
Ia sangat mencintai seni, kepustakaan, dan berusaha membangun Kordoba sebagai
Baghdad II. Ia mendirikan sejumlah Istana, taman dan menghiasi Ibukota dengan
berbagai bangunan mesjid yang indah. Banyak Ilmuwan berkumpul di istananya
yang sebagian mereka berasal dari Baghdad.
4. Muhammad I (238-273 H / 853-886 M)
Muhammad menggantikan kedudukan ayahnya yaitu Abdurrahman II.
Pada masa ini masyarakat Kristen Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leon
bangkit menentang Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas kekuatan
pemberontak dalam pertempuran di Guadelet. Di Kordoba timbul gerakan
perusuh. Muhammad segera menempuh langkah-langkah pengamanan ibukota ini
dengan menumpas semua kekuatan pemberopntak. Kekacauan di pusat
pemerintahan ini dimanfaatkan oleh bangsa Perancis dengan menciptakan
gangguan di wilayah utara, dan oleh Normandia yang melancarkan serbuan
terhadap wilayah pantai Spanyol.
Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan oleh pasukan Muhammad I.
Pada akhir masa pemerintahan, muncul sejumlah pemberontakkan diberbagai
pennjuru. Seorang muslim Spanyol yang bernama Musa mengklaim sebagai
penguasa atas kota Aragon. Pemberontakan di wilayah barat dipimpin oleh Ibnu
Marwan. Pemberontakan terbesar terjadi di wilayah perbukitan antara kota Ronda
dan Malaga yang dipimpin oleh Umar ibnu Hafsun.
5. Munzir (273-275 H/886-888 M)
Munzir merupakan penguasa yang energik dan pemberani. Seandainya ia
berusia panjang, niscaya ia cukup mampu menegakkan kedamaian dan ketertiban
[
Negara. Munzir memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan Umar ibn
Hafsun. Ia keburu meninggal sebelum mengamankan Negara dari gangguan para
pemberontak.
6. Abdullah (275-300 H/888-912M)
Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut ibn Al-Athir, “Pada masa
ini timbul gerakan pemberontakan dan kerusuhan di segenap penjuru wilayah
Spanyol. Kondisi ini berlangsung sejak awal masa pemerintahanm Abdullah
hingga berakhir”. Ia tidak hanya mendapat perlawanan dari masyarakat Spanyol
pedalaman, tetapi kelompok Aristokratis arab juga menentangnya. Pertengkaran
yang sengit terjadi antar kelangan Arab, kalangan Seville, kalngan Elvire.
Pertengkaran ini sangat mengancam kekuasaaan raja.Umar ibn Hafsun
memanfaatkan kondisi pertengkaran ini dengan upaya memperluas wilayah
kekuasaan hingga mendekati batas Ibukota. Abdullah mengarahkan pasukannya
untuk menumpas gerakan pemberontakan dibawah pimpinan Obaydullah.
Pemberontakan yang terbesar selama ini, yakni pemberontakan Umar ibn Hafsun
berhasil dikalahkan oleh pasukan Obaydullah, sehingga pemberontakan kecil
lainnya segera tunduk kepadanya. Tahta kerajaan berhasil ditegakkannya.[14]
[
d. Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara
kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang
berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang
terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam
Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada
raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang kristen pada periode ini
mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil,
namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dana sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari
satu istana ke istana lain.[17]
[
diansti ini berakhir, baik di Afrika utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh
dinasti Muwahhidun.
Al-Muwahhidun didirikan oleh ibn Tumart, berasal dari kawasan sus di
Afrika Utara. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan al-Muwahhidun karena
gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (keesaan Allah), menolak segala
bentuk pemahaman anthropomorfisme (tajsim) yang dianut oleh Murabitun.
Karena itu, semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan
Murabithun. Ditangan Abdul Mun’im, seorang panglima militer Ibn Tumart dan
sekaligus pengganti kedudukannya, Muwahhidun berhasil memasuki Spanyol.
Antara tahun 1114-1154 M., kota-kota muslim di Spanyol.jatuh ke tangannya;
kordoba, Almeria, dan Granada. Abdul Mun’im digantikan oleh saudaranya yang
bernama Yaqub, dan kemudian tampilah Yaqub sebagai penerusnya. Dalam
beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa-masa kemajuan. Setelah
kematian Yaqub, Muwahhidun memasuki masa-masa kemundurannya.bersama
dengan kemunduran Muwahhidun ini, Pasukan salib yang telah dikalahkan oleh
salahuddin di palestina kembali ke eropa dan mulai menggalang kekuasaan baru
di bawah pimpinan Alfanso IX. Kekuasaan keristen ini mengulangi serangannya
ke Andalusia. Kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan muslim
Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengami kekalahan dan terusterdesak,
akhirnya penguasa Muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika
Utara (Marokko). Sepeninggalan Muwahhidun ini, di Spanyol timbul kembali
sejumlah kerajaan kecil. Di antara mereka yang terbesar adalah kekuatan
Muhammad ibn Yusuf ibn Nash yang lebih terkenal sebagai " ibn Ahmad". Ia
berhasil menegakkan sebuah kerajaan selama kurang lebih 2 abad.[18]
Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, dan kemudian diambil
alih oleh Bani Umayah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah.
Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-
taman kota dibangun untuk menghiasi ibukota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan
bunga di impor dari timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istaan yang megah
yang semakin mempercantik pemandangan, setiap Istana dan taman diberi nama
tersendiri dan dipuncaknya terpancang Istana damsik.
Diantara kembanggaan kota cordova lainya adalah mesjid cordova.
Menurut ibnu al dhalai', terdapat 491 mesjid disana, di samping itu, cirri khusus
kota-kota Islam adalah tempat tempat pengundian. Di cordova saja terdapat
sekitar 900 pemandian di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang
indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran
air dari pergunungan yang panjangnya 80 km.
Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol.
Diosana berkumpul sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir Islam. Posisi cordova
diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol.
Arsitektur bangunannya terkenal diseluruh Eropa Istana al hamra yan gindah dan
megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu
dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bias di perpanjang
dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
2. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa kedua Islam di Spanyol, para penguasa membangun
kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga
lalai membina perekonomian. Akibatnyaq timbul kesulitan ekonomi yang amat
memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
3. Tidak jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahliwaris. Bahkan,
karena inilah kekuasaan bani Umayyah runtuh dan Muluk At-Thawa'if muncul ke
Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh
ketangan Ferdinand an Isabela, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
4. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu
berjuang sendiri, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan
demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan
Kristen disana.[20]
[
E. MASA KEMUNDURAN BANI UMAYYAH
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan
lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya
tekanan dri pihak luar.
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti
Umayyah lemah dan membawanya pada kehancuran, yaitu sebagai berikut:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah suatu yang baru bagi
tradisi Arab yang lebuh menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas.
Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari
berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa Syi’ah
(para pengikut Ali) dan Khawarij terus terjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka
seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa
pertengahan kekuasaan Dinasti Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan
ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah, pertentangan etnis antara Suku Arabia
Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa
Dinasti Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.
Disamping itu, sebagian besar golongan Timur lainnya merasa tidak puas karena
status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan
keangkuhan bangsa Arab yang diperhatikan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintah daulah Dinasti Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu,
sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa terhadap
perkembangan agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah,
dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Dinasti Umayyah.
Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu, sehingga
akhirnya mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah, disusul dengan berdirinya
kekuasaan orang-orang Bani Abbasiyyah yang mengejar-ngejar dan membunuh
setiap orang dari Dinasti Umayyah yang dijumpainya.
Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang
berangsur-angsur melemah. Kekhalifan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-
pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah
diruntuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyyah pada masa khalifah Marwan bin
Muhammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744 M.[9]
BAB III
PENUTUP