Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DINASTI UMAYYAH

(661-750)

Disusun untuk memenuhi

Mata kuliah : Materi SKI untuk Madrasah/Se

Dosen pengasuh :MukhlisS.Pd.i MA

Oleh

1. Liyawati (201810939)
2. AmanSyarifin Gajah (2019101044)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

SYEK ABDUR RAUF ACEH SINGKIL

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan
rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam Selanjut nya penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Mukhlis S.pd.i,MA selaku dosen mata kuliah Sejarah
Kebudayaan islam yang telah menjadi pembimbing penulis dalam penulisan
makalah ini .Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna , masih banyak kekurangan di sebab kan keterbatasan kemampuan
dan penggetahuan penulis .Namun demikian, penulis tetap berusaha sebaik –
baik nya dalam menyelesaikan makalah ini .

Demikian kata pengantar ini penulis ingin sampaikan ,atas kesalahan


dan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini penulis mohon maaf .Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis tentu nya dan pihak
lain pada umum nya

Wassalamu’alaikum wr.wb

Lipat kajang , 3 April 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan................................................................................................

BAB 11 PEMBAHASAN ............................................................................

A .Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah ...................................

B .Khalifah Khalifah Bani Umayyah dan Kebijakan nya

C .Keberhasilan yang di Raih .......................................................

D .Gerakan -Gerakan Keagamaan .............................................

E.Kehancuran Bani Umayyah……………………………………5

BAB 111 PENUTUP ...............................................................................

A . Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

A.    Latar Belakang

Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf.
Ia adalah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Yang

3
memiliki cukup unsur untuk berkuasa di zaman jahiliyah yakni keluarga bangsawan
cukup kekayaan dan mempunyai sepuluh orang putra.Orang yang memiliki unsur
tersebut di zaman jahiliyah berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh
kehormatan dan kekuasaan.  Ia dan pamannya Hasyim bin Abd Manaf selalu
bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan. Dinasti Umayyah
didirikan oleh Muawiyyah Bin Abu Sufyan Bin Harb.Muawiyyah disamping sebagai
pendiri daulah Bani Abbasiyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama.

Awal kedaulatan bagi kedaulatan bani umayah adalah sepeninggal khalifah Ali bin
Abi Thalib, yang mana gubernur Syam tampil sebagai pemimpin Islam yang kuat.
Muawiyyah Bin Abu Sufyan Bin Harb yang dulunya gubernur Syam, menggantikan
posisi Ali Bin Abi Thalib sebagai sebagai pemimpin Islam dengan cara yang bisa
dbilang curang.

Muawiyyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian besar


sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas
kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih
dari itu, Muawiyyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang
diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula mengubah pimpinan Negara dari
seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun-
temurun (monarchi heridites).

4
B .Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah?


2. Siapa Saja Para khalifah Dinasti Umayah?
3. Apa Saja Kemajuan pada Masa Dinasti Umayyah
4. Apa Saja Penyebab Kehancuran Dinasi Umayyah

C.     Tujuan

1. Untuk Mengetahui Bagimana Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah


2. Untuk Mengetahui Para khalifah Dinasti Umayyah
3. Untuk Mengetahui Kemajuan pada Masa Dinasti Umayyah
4. Untuk Mengetahui Penyebab Kehancuran Dinasi Umayyah

5
BAB II

PEMBAHASAN

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH

A.       Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah

Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf.
Ia adalah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan
pamannya Hasyim bin Abd Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan
dan kedudukan.

Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah Bin Abu Sufyan Bin Harb.Muawiyyah
disamping sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyah juga sekaligus menjadi khalifah
pertama.Ia memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kuffah ke Damaskus.

Muawiyyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian besar


sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas
kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih
dari itu, Muawiyyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang
diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula mengubah pimpinan Negara dari
seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun-
temurun (monarchi heridites).

Diatas segala-galanya dilihat dari sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan,
sesungguhnya Muawiyyah adalah seorang pribadi yang sempurna dan pimpinan besar
yang berbakat.Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang penguasa, politikus, dan
administrator.

Muawiyyah tumbuh sebagai pemimpin karier. Pengalaman politik  telah


memperkaya dirinya dengan kebijakan-kebijakan dalam memerintah, mulai dari salah
seorang pemimpin pasukan di bawah komando panglima Abu Ubaidah Bin Jarrah
yang berhasil merebut wilayah-wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan
imperium Romawi yang telah menguasai tiga daerah itu sejak tahun 63 SM, kemudian
Muawiyyah menjabat kepala wilayah di Syam yang membawahi Suryah dan Palestina
yang berkedudukan di Damaskus selama kira-kira 20 tahun semenjak di angkat oleh
khalifah Umar. Khalifah Utsman telah menobatkannya sebagai “Amir al- Bahr”

6
(prience of the sea) yang memimpin aramada besar dalam menyerbu ke kota
Konstantinopel walaupun belum berhasil.

kemenangan diplomasi di siffin dan terbunuhnya khalifah Ali. Melainkan sejak


semula gubernur Suriah itu memiliki “basis rasional” yang solid bagi landasan
pembangunan politiknya dimasa depan.

Pertama, adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan dari Bani
Umayyah sendiri. Penduduk suriah yang lama diperintah oleh muawiyyah mempunyai
pasukan yang kokoh, terlatih, dan disiplin di garis depan dalam peperangan melawan
romawi. Mereka bersama-sama dengan kelompok bangsawan kaya Mekkah dari
keturunan umayah berada sepenuhnya dibelakang Muawiyah dan memasokkannya
dengan sumber-sumber kekuatan yang tidak ada habisnya, baik moral, tenaga
manusia, maupun kekayaan.Negara suriah sendiri terkenal makmur dan menyimpan
sumber alam yang melimpah.Ditambah lagi bumi Mesir yang berhasil dirampas, maka
sumber-sumber kemakmuran dan suplay bertambah bagi Muawiyyah.

Kedua, sebagai seorang administrator, Muawiyah sangat bijaksana dalam


menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah
mendapat perhatian khusus, yaitu ‘Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah, dan ziyad bin
Abihi. Ketiga pembantu Muawiyah merupakan empat politikus yang sangat
mengagumkan di kalangan muslim Arab, akses mereka sangat kuat dalam membina
perpolitikan Muawiyah.

Amr bin Ash sebelum masuk Islam dikagumi oleh bangsa Arab, karena
kecakapannya sebagai mediator antara Quraisy dan suku-suku Arab lainnya jika
terdapat perselisihan. Setelah menjadi muslim hanya beberapa bulan menjelang
penaklukan mekkah, nabi segera memanfaatkan kepandaiannya itu sebagai pemimpin
militer dan diplomat. Tokoh besar ini terutama dikenang sebagai penakluk Mesir di
zaman Umar dan menjabat gubernur pertama diwilayah itu.Setelah wafatnya Khalifah
Utsman ‘Amr mendukung Muawiyah dan ditunjuk olehnya sebagai penengah dalam
peristiwa tahkim. Sayang hanya dua tahun ia mendampingi Muawiyah. Orang kedua
adalah Mugirah bin Syu’bah seorang politikus independen. Karena keterampilan
politiknya yang besar, Muawiyah mengangkatnya menjadi gubernur di kuffah yang
meliputi wilayah Persia bagian utara, suatu jabatan yang pernah dipegangnya kira-kira
satu atau dua tahun semasa pemerintahan Umar. Keberhasilan Mugirah yang utama
adalah kesuksesan menciptakan situasi yang aman dan mampu meredam gejolak

7
penduduk Kufah yang sebagian besar pendukung Ali, sedangkan orang ketiga
bernama Ziyad bin Abihi, seorang pemimpin kharismatik yang netral, ditetapkan oleh
Muawiyah memangku jabatan gubernur di Basrah dengan tugas khusus di Persia
selatan. Sikap politiknya yang tegas, adil, dan bijakasana menjamin kekuasaan
Muawiyah kokoh diwilayah provinsi paling timur itu yang dikenal sangat gaduh dan
sukar diatur.

Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan


mencapai tingkat “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekkah
zaman dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat menguasai diri secara
mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada
tekanan dan intimidasi.

Gambaran dari sifat mulia tersebut dalam diri Muawiyah setidak-tidaknya tampak
dalam keputusannya yang berani memaklumkan jabatan khalifah secara turun-
temurun.Situasi ketika Muawiyah naik ke kursi kekhalifahan mengandung banyak
kesulitan.Anarkisme tidak dapat lagi dikendalikan oleh ikatan agama dan moral,
sehingga hilanglah persatuan umat.    

B.   Para khalifah Dinasti Umayyah

Masa kekuasaan Dinasti Umayah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan
14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyah bin Abi Sufyan,
sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan  bin Muhmmad. Di antara mereka
ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa diberbagai bidang sesuai dengan
kehendak zamannya, sebaliknya ada pula khalifah yang tidak patut dan lemah.

 Adapun urutan khalifah Umayah adalah seabagai berikut:

1.         Muawiyyah I bin Abi Sufyan                41-60H/661-679M

2.         Yazid I bin Muawiyah                           60-64H/679-683M

3.         Muawiyah II bin Yazid                         64H/683M

4.         Marwan I bin Hakam                             64-65H/683-684M

5.         Abdul Malik bin Marwan                      65-86H/684-705M

6.         Al-Walid I bin Abdul Malik                  86-96H/705-714M

7.         Sulaiman bin Abdul Malik                     96-99H/714-717M

8
8.         Umar bin Abdul Aziz                            99-101H/717-719M

9.         Yazid II bin Abdul Malik                      101-105H/719-723M

10.     Hisyam bin Abdul Malik                       105-125H/723-742M

11.     Al-Walid II bin Yazid II                       125-126H/742-743M

12.     Yazid bin Walid bin Malik                    126H743M

13.     Ibrahim bin Al-Walid II                         126-127H/743-744M

14.     Marwan II bin Muhammad                    127-132H/744-750M

Para sejarawan umumnya sependapat bahwa para khalifah terbesar dari daulah
Bani Umayyah adalah Muawiyah, Abdul Malik, dan Umar bin Abdul Aziz.

Muawiyah bin Abi Sufyan adalah bapak pendiri Dinasti Umayyah. Dialah tokoh
pembangun yang besar.Namanya disejajarkan dalam deretan Khulafaur
rasyidin.Bahkan kesalahannya yang menghianati prinsip pemilihan kepala Negara
oleh rakyat, dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang
mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi
Thalib bedamai dengannya pada tahun 41 H. umat Islam sebagiannya membaiat
Hasan setelah ayahnya itu wafat. Namun Hasan menyadari kelemahannya sehingga ia
berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyyah sehingga tahun
itu dinamakan ‘amul Jama’ah, tahun persatuan. Muawiyah menerima khalifahan di
Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni:

a. Agar muawiyah tidak menaruh dendam terhadap seorang pun


penduduk Irak;
b. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka;
c. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan
diberikan tiap tahun;
d. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain 2 juta dirham;
e. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian
kepada Bani Abdi Syams.

Muawiyah dibaiat oleh umat Islam di Kufah, sedangkan Hasan dan Husain
dikembalikan ke Madinah. Hasan wafat dikota Nabi itu pada tahun 50 H. diantara
jasa-jasa Muawiyah adalah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-
kuda yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan Kantor Cap (percetakan
mata uang), dan lain-lain.

9
Muawiyah pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh
anaknya, Yazid yang telah ditetapkannya sebagai putra mahkota sebelumnya. Yazid
tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang di hadapinya, antara
lain ialah membereskan pemberontakan kaum syi’ah yang telah membaiat Husain
sepeninggal Muawiyah. Terjadi perang di Karbala yang mengakibatkan terbunuhnya
Husain, cucu nabi itu.Yazid menghadapi para pemberontak di Mekkah dan Madinah
dengan keras.Dinding ka’bah runtuh dikarenakan terkena lemparan manjaniq, alat
pelempar batu kearah lawan.Peristiwa tersebut merupakan aib besar pada masanya.

Penduduk Madinah memberontak terhadap Yazid dan memecatnya kemudian untuk


mengangkat Abdullah bin Hanzalah dari kaum Anshar. Mereka juga memenjarakan
kaum Umayyah di Madinah dan mengusirnya dari kota suci kedua bagi umat Islam
itu, sehingga terjadilah bentrok fisik antara pasukan yang dikirim oleh Yazid yang
dipimpin oleh Muslim bin Uqbah Al-Murri, dan penduduk Madinah. Peperangan
antara kedua pasukan itu terjadi di Al-Harrah yang dimenangkan oleh pasukan Yazid,
pada tahun 63 H.

Khalifah Abdul Malik adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para
khalifah Bani Umayyah yang disebut-sebut sebagai pendiri kedua bagi keadaulatan
Umayyah.Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di
bidang fiqh. Ia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya integritas wilayah dan
wibawa kekuasaan keluarga Umayyah dari segala pengacau Negara yang merajalela
pada masa-masa sebelumnya. Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni
21 tahun ditopang oleh para pembantunya yang termasuk orang kuat dan menjadi
kepercayaannya, seperti Al-Hajjaj bin Yusuf yang gagah berani di medan perang, dan
Abdul Aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jabatan sebagai gubernur Mesir.
Khalifah Abdul Malik wafat tahun 86 H dan diganti oleh putranya yang bernama Al-
Walid.

Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya (86-
96 H). pada masa pemerintahannya, kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah.

Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol dibawah pimpinan pasukan Thariq bin


Ziyad ketika Afrika utara dipegang oleh gubernur Musa bin Nushair. Karena
kekayaan melimpah maka ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-
pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para khalifah yang
berlalu lalang di jalur tersebut. Ia membangun masjid Al-Amawi  yang terkenal

10
hingga masa kini di Damaskus. Disamping itu, ia menggunakan kekayaan negerinya
untuk menyantuni para yatim-piatu, fakir miskin dan penderita cacat seperti orang
lumpuh, buta, dan sakit kusta. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik wafat tahun 96 H,
dan di gantikan oleh adiknya, Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya.

Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik tidak sebijak kakaknya, ia kurang


bijaksana, suka harta sebagaimana yang diperlihatkan ketika ia menginginkan harta
rampasan perang dari Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nushair. Ia menginginkan
harta itu jatuh ketangannya, bukan ketangan kakanya, Al-Walid yang saat  itu masih
hidup meskipun dalam keadaan sakit. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci
oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah
belah, demikian pula masyarakatnya. Orang-orang yang berjasa di masa para
pendahulunya disiksanya, seperti keluarga Hajjaj bin Yusuf dan Muhammad bin
Qasim yang menundukkan India. Ia menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai
penggantinya sebelum meninggal pada tahun 99 H.

Adapun khalifah yang ketiga yang besar adalah Umar bin Abdul Aziz.
Meskipun masa pemerintahannya yang sangat singkat, namun Umar merupakan
‘lembaran putih’ Bani Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai
karakter yang tidak terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan daulah Bani Umayyah
yang banyak disesali. Ia yang merupakan personifikasi sorang khalifah yang taqwa
dan bersih, suatu sikap yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin
Bani Umayyah.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz berubah tingkah lakunya, ia menjadi seorang
zahid, sederhana, bekerja keras, dan berjuang tanpa henti sampai akhir hayatnya yang
hanya memerintah kurang lebih dua tahun. Khalifah yang adil itu berusaha
memperbaiki segala tatanan yang ada pada masa pemerintahannya, seperti menaikkan
gaji para gubernurnya, memeratakan kemakmuran dengan memberi santunan kepada
fakir dan miskin, dan memperbarui dinas pos. ia juga menyamakan kedudukan orang-
orang non-Arab sebagai warga Negara kelas dua, dengan orang-orang Arab. Ia
mengurangi beban pajak dan menghentikan pembayaran jizyah bagi orang Islam baru.
Khalifah Umar meninggal pada tahun 101 H dan diganti oleh Yazid II bin Abdul
Malik (101-105 H). pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum
Mudariyah dan Yamaniyah. Pemerintahannya yang singkat itu mempercepat proses

11
kemunduran Umayyah. Kemudian di gantikan oleh khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
Khalifahan Umayah mulai mundur sepeninggal khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Masih ada empat khalifah lagi setelah Hisyam yang memerintah hanya dalam
waktu tujuh tahun, yakni Al-Walid II bin Yazid II, Yazid III bin Al-Walid, Ibrahim
bin Al-Walid dan Marwan bin Muhammad adalah penguasa Umayyah terakhir yang
terbunuh di Mesir oleh pasukan Bani Abbasiyah pada tahun 132 H/750 M.  

C.       Masa Kemajuan Dinasti Umayyah

Masa pemerintahan Bani Umayah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian
tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman
kedua khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak
bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam,
yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, jazirah Arab, Syiria,
Palestina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri
sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan, yang termasuk Soviet
Rusia.

Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer di zaman Umayyah


mencakup tiga front penting, yaitu sebagai berikut.

Pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran keutama


pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan kepulau-pulau di Laut
Tengah.

Kedua, front Afrika Utara. Selain menundukkan daerah hitam Afrika, pasukan


muslim juga menyebrangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.

Ketiga,  front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi kejalur ini
dibagi menjadi dua arah.Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di seberang sungai
Jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri Sind,
wilayah India bagian barat1

Di samping keberhasilan tersebut, bani Umayyah juga banyak berjasa dalam


pembangunan berbagai bidang, baik politik (tata pemerintahan) maupun sosial
kebudayaan. Dalam bidang politik, Bani Umayah menyusun tata pemerintahan yang

1
Jain Mubarak ,Sejarah Peradapan Islam Dirayah Islam ,(Bandung :Pustaka Bani Quraisy,
2004), hal 100

12
sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks.

Selain mengangkat majelis penasehat sebagai pendamping, khalifah Bani


Umayyah dibantu oleh beberapa seorang sekretaris untuk membantu pelaksanaan
tugas, yang meliputi:

1. Katib Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan


surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
2. Katib Al-Kharraj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan
pengeluaran Negara.
3. Katib Al-Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang
berkaitan dengan ketentaraan.
4. Katib Asy-Syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban umum.
5. Katib Al-Qudat, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum
melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
6. Dalam bidang sosial budaya, Bani Umayah telah membuka terjadinya kontrak
antar bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang
terkenal memiliki tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa, dan
sebagainya.

  Kemajuan Bidang Peradaban

Dinasti Umayah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang yang telah
dilakukan masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur
Rasyidin.Dalam bidang peradaban Dinasti Umayah telah menemukan jalan yang lebih
luas kearah pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan
bahasa Arab sebagai media utamanya. 

Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang


pengembangan ilu pengetahuan antara lain sebagai berikut.

1.   Pengembangan Bahasa Arab

Para penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah


(negara), kemudian di kuatkannya dan dikembangkanlah bahasa Arab dalam wilayah
kerajaan Islam. Upaya tersebut dilakukan dengan menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa resmi dalam tata usaha Negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan

13
surat-menyurat harus menggunakan bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan
bahasa Romawi atau bahasa Persia di daerah-daerah bekas jajahan mereka dan di
Persia sendiri.  

2.   Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu

Dinasti Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan itu
dinamakan Marbad, kota satelit dari Damaskus. Di kota Marbad inilah berkumpul
para pujangga, filsuf, ulama, penyair, dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini
diberi gelar ukadz-nya Islam.

3.   Ilmu Qiraat

Ilmu qiraat adalah ilmu seni baca Al-qur’an.Ilmu qiraat merupakan ilmu
syariat tertua, yang telah di bina sejak zaman khulafaur rasyidin.Kemudian masa
Dinasti Umayyah dikembangkan sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat
penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair (w.
120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H).

4.   Ilmu Tafsir

Untuk memahami al-quran sebagai kitab suci diperlukan interpretasi


pemahaman secara komprehensif.Minat untuk menafsirkan al-quran dikalangan umat
Islam bertambah.Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu
tafsir yaitu Mujahid (w. 104 H).

5.  Ilmu Fiqh

Setelah Islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan


adanya peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai
masalah.  

6.   Ilmu Nahwu

Pada masa Dinasti Umayyah karena wilayahnya berkembang secara luas,


khususnya kewilayah di luar Arab, maka ilmu nahwu sangat diperlukan.

7.   Ilmu Jughrafi dan TarikhIlmu Jughrafi dan tarikh pada masa Diaasti Umayyah
telah berkembang menjadi ilmu tersendiri.Demikian pula ilmu tarikh (ilmu sejarah)
baik sejarah umum maupun sejarah Islam pada khususnya.

8.   Usaha penerjemahan

14
Untuk kepentingan dakwah Islamiyah, pada masa Dinasti Umayyah di mulai
pula penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain kedalam
bahasa Arab. Dengan demikian, jelaslah bahwa gerakan penerjemahan telah dimulai
pada zaman ini, hanya baru berkembang secara pesat pada zaman Dinasti Bani
Abbasiyah.2

9.    Ilmu Hadis

Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami al-quran ternyata ada satu
hal yang juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan nabi yang di sebut
hadis.Oleh karena itu, timbullah usaha untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal-
usulnya sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan
ilmu hadis.

Umar Ibn Abd Al-Aziz adalah khalifah yang memelopori penulisan (tadwin)
hadis.Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hajm
(120 H) gubernur Madinah, untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan-hafalan
penghafal hadis.

Umar Ibn Abn Al-Aziz menulis surat sebagai berikut:

“Periksalah hadis Nabi Muhammad SAW., dan tuliskanlah karena aku khawatir
bahwa ilmu (hadis) akan lenyap dengan meninggalnya ulama dan tolaklah hadis
selain dari Nabi SAW., hendaklah hadis disebarkan dan diajarkan dalam majelis-
majelis sehingga orang-orang yang tidak mengetahui menjadi mengetahuinya;
sesungguhnya hadis itu tidak akan rusak sehingga disembunykan (oleh ahlinya).”

Atas perintah khalifah, pengumpulan hadis dilakukan oleh ulama. Diantaranya adalah
Abu Bakar Muhammad Ibn Muslim Ibn Ubaidillah Ibn Shihab Az- zuhri (guru Imam
Malik). Akan tetapi, buku hadis yang dikumpulkan oleh Imam Az-Zuhri tidak
diketahui  dan tidak sampai kepada kita. Dalam sejarah tercatat bahwa ulama yang
pertama membuktikan hadis adalah Imam Az-Zuhri.3

2
Samsul Munir Amir ,Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta :Amzah ,2009 ) hal 118-129
3
Dedi Supriyadi ,Sejarah Peradapan Islam ,(Bandung :Pustaka Setia ,2008)hal 108

15
D.    Masa Kehancuran Dinasi Umayyah

Meskipun kejayaan telah di raih oleh Bani Umayah ternyata tidak bertahan
lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan
dari pihak luar.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan


membawanya kepada kehancuran, yaitu sebagai berikut:

1. System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru
bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya
tidak jelas.
2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Bani Umayyah tidak dapat dipisahkan
dari berbagai konflik yang terjadi di masa Ali.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia
utara (bani Qais) dan Arab selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam semakin runcing.
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah jug disebabkan oleh sikap
hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup
memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
Disamping itu, sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian
penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan dinsti Bani Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori olek keturunan Al-Abbas bin Abbas
Al-Muthalib.4  

4
Badri Yatim ,Sejarah Peradapan islam Dinasah Islamiyah ll,( Jakarta :PT Raja Grafindo Persada ),
hal 48

16
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1. Dari makalah di atas dapat disimpulkan: 


1.   Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah, nama Dinasti Umayyah dinisbatkan
kepada umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf. Ia adalah seorang tokoh
penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan pamannya Hasyim bin
Abd Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan
kedudukan. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah Bin Abu Sufyan Bin
Harb. Muawiyyah disamping sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyah juga
sekaligus menjadi khalifah pertama. 
2.     Para khalifah Dinasti Umayyah, masa kekuasaan Dinasti Umayah hampir
satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang
pertama adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir
adalah Marwan  bin Muhmmad. 
3.      Masa Kemajuan Dinasti Umayyah, Dinasti Umayah meneruskan tradisi
kemajuan dalam berbagai bidang yang telah dilakukan masa kekuasaan
sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur Rasyidin. Dalam bidang
peradaban Dinasti Umayah telah menemukan jalan yang lebih luas kearah
pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan
bahasa Arab sebagai media utamanya. 
4.      Masa Kehancuran Dinasi Umayyah, meskipun kejayaan telah di raih
oleh Bani Umayah ternyata tidak bertahan lebih lama, dikarenakan
kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari pihak luar.

B.Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua .Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami mengharap kan kritik dan saran yang sifat
nya membangun untuk kemajuan di masa mendatang .

17
DAFTAR PUSTAKA

MubarokJaih . 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Munir Samsul Amir. 2009. Sejarah peradaban islam. Jakarta: Amzah.

RajaGrafindo Persada.

Supriyadi Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Yatim Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT

18

Anda mungkin juga menyukai