Globalisasi membuat harga dan mutu berbagai produk akan bersaing di pasar internasional. Agar
produk yang sama laku di pasar internasional, masing-masing negara akan berlomba-lomba
menaikan mutu dan menurunkan harga. Produk yang paling murah dan bermutu akan paling
banyak dibeli. Ini menguntungkan tidak saja negara kaya, tetapi juga negara-negara berkembang.
1. Peluang ekspor
Ekspor membuka peluang pasar baru di luar negeri. Ini tidak hanya berlaku bagi pengusaha-
pengusaha besar, tetapi juga pengusaha kecil di pedesaan. Fakta menunjukkan, negara yang
berorientasi ekspor (seperti Korea Selatan) lebih maju perekonomiannya daripada negara yang
hanya mengimpor.
Bagi pemerintah, hadirnya investasi asing menguntungkan untuk Indonesia. Hal itu secara tidak
langsung ikut menyejahterakan rakyat Indonesia, sebab pajak itu digunakan untuk membangun
sarana prasarana dasar rakyat.
Dalam kenyataan, apa yang dicita-citakan oleh pasar bebas jarang terbukti. Negara kaya tetap
kaya, negara miskin tetap miskin bahkan semakin miskin. Mengapa? Pertama, masih banyak
negara yang melindungi produk ekspor negaranya dengan memberikan subsidi dan bea masuk
yang tinggi. Dan kedua, Negara-negara yang mengkampanyekan pasar bebas bersikap ganda. Di
satu sisi, mereka melarang Negara lain memberikan subsidi dan bea masuk untuk berbagai
produk negaranya, di sisi lain mereka sendiri memberikan subsidi bagi para petaninya.
Globalisasi tidak dapat dielakkan. Tetapi, globalisasi bisa dihadapi dengan strategi tertentu.
MenurutJoseph E. Stiglitz, peraih Nobel bidang ekonomi tahun 2001, strategi menghadapi
globalisasi adalah mengelola globalisasi. Upaya-upaya itu dipaparkan dalam uraian berikut ini:
Selain hal itu, hal lain yang sangat penting yang dilakukan adalah tidak lagi mengandalkan pada
keunggulan komparatif, melainkan makin meningkatkan keunggulan kompetitif yang meliputi:
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan keterampilan, peningkatan etos kerja,
disiplin nasional dan daya saing yang tinggi. Keunggulan kompetitif yang lebih menentukan
berhasil atau tidaknya bangsa Indonesia mengelola globalisasi.
Globalisasi membuat harga dan mutu berbagai produk akan bersaing di pasar internasional. Agar
produk yang sama laku di pasar internasional, masing-masing negara akan berlomba-lomba
menaikan mutu dan menurunkan harga. Produk yang paling murah dan bermutu akan paling
banyak dibeli. Ini menguntungkan tidak saja negara kaya, tetapi juga negara-negara berkembang.
1. Peluang ekspor
Ekspor membuka peluang pasar baru di luar negeri. Ini tidak hanya berlaku bagi pengusaha-
pengusaha besar, tetapi juga pengusaha kecil di pedesaan. Fakta menunjukkan, negara yang
berorientasi ekspor (seperti Korea Selatan) lebih maju perekonomiannya daripada negara yang
hanya mengimpor.
Bagi pemerintah, hadirnya investasi asing menguntungkan untuk Indonesia. Hal itu secara tidak
langsung ikut menyejahterakan rakyat Indonesia, sebab pajak itu digunakan untuk membangun
sarana prasarana dasar rakyat.
Dalam kenyataan, apa yang dicita-citakan oleh pasar bebas jarang terbukti. Negara kaya tetap
kaya, negara miskin tetap miskin bahkan semakin miskin. Mengapa? Pertama, masih banyak
negara yang melindungi produk ekspor negaranya dengan memberikan subsidi dan bea masuk
yang tinggi. Dan kedua, Negara-negara yang mengkampanyekan pasar bebas bersikap ganda. Di
satu sisi, mereka melarang Negara lain memberikan subsidi dan bea masuk untuk berbagai
produk negaranya, di sisi lain mereka sendiri memberikan subsidi bagi para petaninya.
Globalisasi tidak dapat dielakkan. Tetapi, globalisasi bisa dihadapi dengan strategi tertentu.
MenurutJoseph E. Stiglitz, peraih Nobel bidang ekonomi tahun 2001, strategi menghadapi
globalisasi adalah mengelola globalisasi. Upaya-upaya itu dipaparkan dalam uraian berikut ini:
Selain hal itu, hal lain yang sangat penting yang dilakukan adalah tidak lagi mengandalkan pada
keunggulan komparatif, melainkan makin meningkatkan keunggulan kompetitif yang meliputi:
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan keterampilan, peningkatan etos kerja,
disiplin nasional dan daya saing yang tinggi. Keunggulan kompetitif yang lebih menentukan
berhasil atau tidaknya bangsa Indonesia mengelola globalisasi.