Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH ORGANISASI REGIONAL DAN

GLOBAL TERHADAP BANGSA INDONESIA

Disusun Oleh:

1. Nadia Suci Ramadhani 2. Jasmin Rizky Ramadhani

3. Hani Ananda 4. Ramanda Fauzan

5. Norika Aiwa 7. Najwa Fadhilah

6. Faiz Zuhra 8. Raisa Rasyidi

Kelompok 4
Sebelumnya, telah dibahas tentang berbagai organisasi ekonomi regional dan
global, yaitu Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE),World
Trade Organization (WTO), ASEAN Free Trade Area(AFTA), North American Free
Trade Agreement (NAFTA), dan the Dominican Republic-Central America Free
Trade Agreement (DR-CAFTA). Diantara beberapa organisasi tersebut, hanya
terdapat satu organisasi ekonomi global, yaitu WTO. Sisanya merupakan organisasi
ekonomi regional/kawasan.
Keadaan tersebut menunjukkan fakta bahwa negara-negara di seluruh dunia telah
menjadi satu kekuatan pasar yang terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial
negara. Hal mendasar bagi semua organisasi ekonomi it adalah pemberlakuan
perdagangan bebas tau pasar bebas di antara negara-negara anggotanya. Dalam
pasar bebas, seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa
dihapuskan dan selanjurnya diserahkan kepada mekanisme pasar, yakni hukum
permintaan dan penawaran. Pasar bebas memungkinkan produk dari dalam negeri
mengalir ke pasar internasional secara kompetitif. Sebaliknya, juga membuka
peluang bagi masuknya produk-produk global ke dalam pasar dalam negeri
(domestik). Perdagangan bebas telah menjadi sebuah tuntutan di masa kini.
Kini Indonesia tidak bergabung lagi dalam OPEC karena bukan lagi merupakan
negara penghasil (produsen) minyak. Namun, Indonesia menjadi angora dari WTO,
dan beberapa organisasi ekonomi kawasan, seperti APEC dan AFTA.
1. Peluang positif integrasi ekonomi regional dan global bagi Indonesia

Secara umum, peluang positif yang didapatkan bangsa Indonesia dari perdagangan
bebas, baik secara regional maupun global, adalah sebagai berikut.
a) Mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi

Perdagangan bebas akan meningkatkan permintaan dan penawaran akan


suatu produk. Hal ini pada gilirannya mendorong tumbuh dan
berkembangnya industri-industri dalam negeri indonesia, seperti industri
batik, kerajinan, dan industri tekstil.

b) Meningkatkan pendapatan negara

Perdagangan bebas begitu potensial untuk mendatangkan devisa yang


merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Hal itu didapatkan dari
proses ekspor. Semakin besar ekspor, maka semakin bear pula devisa yang
diperoleh. Devisa yang semakin besar tentu akan mendukung
terlaksananya pembangunan di segala bidang.

c) Memperluas lapangan pekerjaan

Meningkatnya permintaan akan produk dalam negeri memungkinkan


perusahaan dapat berekspansi, yang berarti pula meningkatkan terciptanya
lapangan pekerjaan.

d) Meningkatkan kualitas produk

Dalam perdagangan bebas, seluruh batasan dan hambatan terhadap arus


modal, barang, dan jasa dihapuskan. Hal itu mendorong berbagai
perusahaan di berbagai negara, termasukIndonesia, untuk meningkatkan
mutu produk agar dapat bertahan di tengah ketatnya persaingan dengan
negara-negara lain dalam satu kawasan maupun dalam lingkup global. Jika
kualitas produk tidak meningkat, produk-produk itu tidak akan laku di
pasar internasional. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu produk
adalah dengan menggunakan mesin-mesin yang modern dan canggih.

e) Mendorong kreativitas

Ada banyak produk sejenis yang dipasarkan dalam era perdagangan bebas
antarnegara. Agar dapat bersaing, setiap perusahaan harus menghasilkan
produk yang unggul, baik dari segi harga maupun mutu produk itu sendiri.
Salah satu cara untuk menekan harga adalah melakukan proses produksi
dan distribusi secara efisien.

Persaingan dengan negara lain sebenarnya bisa dihindari. Caranya adalah


menciprakan produk yang unik, menarik, dan bermutu yang dibutuhkan
oleh negara-negara lain. Contohnya, produk-produk kreatif, seperti semi
dan kerarinan. Dengan demikian, perdagangan bebas mendorong
kreativitas warga negara.

f) Akses terhadap modal asing lebih terbuka

Pasar bebas dan perdagangan internasional memungkinkan terbukanya


akses modal investasi dari luar negeri. Hal ini sangat penting, terutama
bagi negara-negara yang mengalami kesulitan dalam modal investasi.
Masuknya modal asing lebih menguntungkan lagi ketika investasi bersifat
langsung, misalnya dengan mendirikan pabrik di Indonesia. Dampaknya
sangat positif, antara lain terciptanya lapangan pekerjaan baru.

2. Tantangan integrasi ekonomi regional dan global bagi Indonesia


1) Tantangan AFTA, APEC, dan WTO
Indonesia merupakan anggota aktif pada AFTA, APEC, dan WTO. Sebagai anggota,
Indonesia terkena pula dampal negative dari peraturan atau regulasi dari tiap-tiap
organisasi tersebut. Tantangan sekaligus ancaman AFTA, APEC, san WTO bagi
bangsa Indonesia terutama terletak pada ketidaksiaapan kita menghadapi era
perdagangan bebas yang di tuntut ileh ketiga organisasi tersebut.

 Kesiapan sumber daya manusia (SDM)


Pasar bebas di kawasan ASEAN (AFTA), Asia-Pasifik (APEC), dan dunia
(WTO) pertama-tama menuntut siapnya sumber daya manusia Indonesia.
Persiapan yang dimaksud adalah dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi,
kreativitas, serta jiwa kewirausahaan.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan kita memproduksi


barang-barang bermutu secara efektif dan efisien. Bagian yang integral dari
penguasaan iptek tidak hanya menyangkut keterampilan/keahlian, tetapi juga
penguasaan bahasa asing. Di era perdagangan bebas in, diharapkan tenaga
kerja Indonesia dapat bersaing dengan tenaga-tenaga kerja dari negara-negara
lain, misalnya ketika akan melamar pekerjaan atau melakukan hubungan
bisnis dengan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, Australia,
Singapura, Vietnam, dan sebagainya. Tidak hanya itu, negara yang berlimpah
tenaga terampil akan diminati investor untuk berinvestasi.

Sementara itu, kreativitas memungkinkan kita menemukan peluang-peluang


produk baru, yang tidak dilihat bangsa lain, yang menarik dan memiliki nilai
jual. Misalnya, persaingan produk-produk pertanian dapat dikarakan cukup
berat. Namun, jika kita berhasil menciptakan produk baru yang belum pernah
dibuat negara lain (menjadi trend-setter produk), dampak positifnya bagi
bangsa dan negara akan sangat besar. Semua itu memerlukan semangat atau
jiwa kewirausahaan (entrepreneurship). Tanpa semangat tersebut, produk-
produk kreatif dan keterampilan kita tidak akan bisa dijual ke negara-negara
lain.

Sayangnya, ketiga hal itu menjadi titik lemah kita saat ini. Penguasaan iptek,
jiwa kreatif, dan semangat kewirausahaan masih dianggap lemah. Pendidikan
nasional yang ditujukan untuk mencetak pribadi-pribadi yang inovatif belum
terlaksana secara maksimal. Hal itu berarti tugas menata pendidikan agar
mampu mendidik warga negara yang berwawasan luas, terampil, kreatif, dan
memiliki semangat kewirausahaan ada di depan mata.

Dikhawatirkan, tidak hanya terjadi banjir produk impor, negara kita akan
dibanjiri oleh tenaga-tenaga kerja asing yang lebih terampil, kompeten, dan
profesional. Pengangguran dalam negeri pun akan semakin meningkat.

 Siapnya produk dan ancaman bagi usaha kecil-menengah (UKM)

Bangsa Indonesia menjadi sorotan terkait dengan rendahnya jumlah ekspor ke


negara-negara lain. Bahkan, lebih rendah
dibandingkan Vietnam yang baru belakangan bergabung dalam AFTA. Padahal, setiap
negara senantiasa berusaha agar neraca perdagangannya positif atau surplus, artinya
jumlah ekspor lebih besar daripada impor.
Hal itu tidak terlepas dari beberapa faktor utama, seperti harga, kuantitas, dan kualitas
produk. Pasar produk ekspor Indonesia, misalnya produk-produk pertanian, kerap
kalah bersaing dengan produk Thailand dan Vietnam yang memiliki harga lebih
murah dan bermutu tinggi. Sementara produk mainan kalah bersaing dengan produk-
produk mainan dari Tiongkok. Produk-produk ekspor kita juga tidak terlalu bervariasi.
Produk ekspor dari tahun ke tahun didominasi oleh barang yang sama, padahal
persaingan semakin ketat. Bangsa Indonesia membutuhkan lebih banyak produk,
terutama produk kreatif yang tidak dimiliki negara-negara lain. Selain itu, mutu
produk juga menjadi persoalan tersendiri. Dikhawatirkan, Indonesia hanya akan
menjadi pasar bagi produk-produk impor negara lain, sementara kita tidak mampu
bersaing untuk membanjiri negara-negara lain dengan produk-produk ekspor kita.
Pengaruh secara langsung adalah matinya usaha-usaha di Indonesia karena harga dan
mutu produk-produknya kalah bersaing. Dalam hal itu, usaha-usaha kecil dan
menengah (UKM) akan menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya. Di
Indonesia, UKM termasuk sektor yang memiliki proses produksi kurang efisien,
seperti proses produksi yang dilakukan secara manual dengan volume yang terbatas.
Harga produk yang dikerjakan secara manual akan dijual dengan harga mahal
dibandingkan harga produk yang dikerjakan dengan mesin dan diproduksi secara
massal.

 Siapnya infrastruktur ekonomi dan politik

Pertama, infrastruktur ekonomi. Dalam hal ini, pemerintah perlu memastikan


bahwa regulasi-regulasi (peraturan-peraturan) yang terkait dengan investasi
tidak menghambat investor asing menanamkan modalnya di Indonesia. Saat
ini, pemerintah terus mendorong regulasi yang sederhana dan ramah investor
kendati di lapangan belum sesuai dengan yang diharapkan. Selain
itu,memastikan bahwa prasarana jalan, perkeretaapian, transportasi darat,
transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan informatika, serta
ketenagalistrikan telah siap untuk mendukung aktivitas investasi juga
diperlukan.
Kedua, infrastruktur politik. Dalam hal ini, seluruh elemen bangsa, termasuk
pemerintah, perl memastikan adanya kepastian hukum dan stabilitas politik
sehingga para investor asing tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.

Bangsa Indonesia kerap meributkan dan menghabiskan energi untuk hal-hal


yang remeh dan tidak ada manfaatnya bagi bangsa dan negara. Padahal,
negara lain, seperti Vietnam, Tiongkok, dan Thailand telah melompat jauh ke
depan dari segi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan iptek. Berkonflik untuk
hal-hal yang tidak produktif dapat mengakibatkan instabilitas politik dan
ekonomi. Oleh karena itu, investasi asing dan aktivitas ekonomi akan
terhambat. Sebagai sebuah bangsa, sudah seharusnya kita bergerak ke hal-hal
yang produktif, berpikiran positif, serta bekerja keras mengatasi
ketertinggalan.

 Ancaman dari sektor keuangan

Investasi yang telah ditanam di Indonesia bisa dengan mudah ditarik atau
dicabut jika dirasa tidak lagi menguntungkan. Hal ini bisa memengaruhi
kestabilan ekonomi dalam negeri.

 eksploitasi sumber daya alam (SDA) dan bahaya krisis lingkungan

Mengalir derasnya investasi asing ke Indonesia berarti sumber daya alam kita
dieksploitasi untuk mendapatkan nilai lebih. Hal ini berpotensi merusak
lingkungan. Oleh karena itu, berbagai negara dewasa ini memiliki pandangan
yang sama bahwa Pembangunan berkelanjuran (sustainable development)
mensyaratkan perlindungan terhadap lingkungan alam.

Bangsa Indonesia kerap mendapat sorotan dunia internasional terkait topik ini.
Perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia kerap dituduh
meninggalkan lingkungan dalam keadan rusak ,tanpa adanya konservasi. Di
banyak tempat, izin operasi perusahaan yang melanggar batas hutan lindung
serta mengancan kelestarian suaka margasatwa dan kenyamanan hidup
komunitas setempat akan dicabut.

 Lunturnya nasionalisme

Banyak warga negara Indonesia yang lebih menyukai produk buatan asing
daripada produk sejenis buatan dalam negara. Padahal, cepat atau lambat,hal
tersebut merupakan ancaman bagi ketahanan ekonomi nasional. Dalam
konteks tersebut, menggencarkan kampanye "Aku Cinta Produk Indonesia"
menjadi relevan. Pada saat yang sama, produsen dalam negeri diharapkan
terus meningkatkan daya saing produknya, baik dari segi harga, kretersediaan
di pasar, dan mutu. Produk-produk Indonesia diharapkan menjadi tuan rumah
di negerinya sendiri.

 Lemahnya perlindungan terhadap penduduk miskin dan terpinggirkan

Di era perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan transnasional dan pasar


modal dunia berupaya membebaskan bisnis dari intervensi negara.
Persoalannya, tidak semua warga negara berangkat dari titik permulaan yang
sama: Pendidikan yang sama, modal yang sama, jiwa wirausaha yang sama,
dan seterusnya. Terdapat warga masyarakat yang tidak mampu sama sekali
untuk masuk dalam dunia penuh persaingan ini. Warga negara semacam ini
harus dilindungi oleh negara, bukan oleh para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis
tidak mempunyai agenda sosial dan usaha pengentasan kemiskinan. Hal
tersebut merupakan tugas negara.

Tidak semua negara memiliki kesadaran semacam itu. Akibatnya, tidak ada
agenda-agenda sosial serta intervensi tertentu untuk melindungi golongan
masyarakat yang tidak berdaya. Hal itu menjadi tantangan pula bagi negara
Indonesia. Perlu adanya intervensi negara untuk pemerataan ekonomi dan
terwujudnya keadilan sosial.

2) Tantangan MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA


Tantangan MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA bagi Indonesia terkait erat dengan
kebijakan proteksi yang dilakukan negara-negara anggota di ketiga organisasi tersebut
terhadap produk-produk dan investasi-investasi dari Indonesia. Sebab, meskipun
perdagangan bebas dunia telah diberlakukan, sebagaimana diamanatkan dalam WTO,
dalam praktiknya, terap saja ada upaya-upaya proteksi dari negara-negara tertentu
serta organisasi perdagangan regional tertentu.
Politik proteksi menjadi kebijakan pemerintah suatu negara untuk melindungi industri
dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dari persaingan-persaingan
barang-barang impor. Politik proteksi dalam kebijakan perdagangan internasional
dapat dilakukan melalui kebijakan tarif dan bea masuk, subsidi, dumping, kuota atau
pembatasan impor, serta pelarangan impor.

 Bea masuk yang tinggi



Penerapan bea masuk yang tinggi atas barang-barang dari luar negeri
bertujuan untuk memproteksi industri sejenis di dalam negeri. Bentuk umum
kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan persentase tertentu dari
harga barang yang dimpor. Tarif dan bea masuk yang tinggi bagi barang impor
akan menjadikan harga barang impor naik sehingga produksi dalam negeri
menjadi lebih bisa bersaing (karena lebih murah). Selanjutnya, karena
produksi dalam neger mampu bersaing dengan barang impor, permintaan
terhadap barang impor akan menurun.

 Subsidi pemerintah

Subsidi adalah kebijakan pemerintah member bantuan kepada industri dalam


negeri berupa keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi
harga, dan lain-lain dengan tujuan menambah produksi dalam negeri,
menambah jumlah konsumsi dalam negeri, serta menjual dengan harga yang
lebih murah dari produk impor. Pada dasarnya, kebijakan subsidi melindungi
industri dalam negeri dari persaingan produk sejenis yang berasal dari luar
negeri (impor). Jika industri diberi banyak keringanan oleh pemerintah, biaya
produksi akan ditekan, dan selanjutnya harga jual akan relatif lebih murah.
Dengan cara itu, produk tersebut bisa bersaing dengan produk impor.
 Dumping

Dumping adalah kebijakan pemerintah menjual barang tertentu dengan harga


lebih murah di luar negeri dibandingkan di dalam negeri. Kebijakan dumping
dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara
pengimpor, terutama konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang
mempunyai industri sejenis sehingga adanya persaingan dari luar negeri dapat
mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijiakan anti-
dumping (dengan tarif impor yang lebih tingi). Hal tersebut dilakukan untuk
melindungi industri sejenis di negara pengimpor.
.
 Kuota atau pembatasan impor
Kuota adalah kebijakan pemerintah membatasi barang-barang impor. Akibat
dari kebijakan kuota dan pembatasan impor adalah jumlah barang di pasar
akan turun, harga barang naik, produksi dalam negeri meningkat, dan impor
barang menjadi turun.

 Pelarangan impor
Pelarangan impor biasanya dilakukan untuk melindungi produksi dalam negeri
dan meningkatkan produksi dalam negeri.

Dari kelima bentuk politik proteksi tersebut, MEE, CAFTA- DR, dan NAFTA
menerapkan kebijakan bea masuk atau tarif yang besar, kuota atau membatasi
impor, dan untuk produk-produk tertentu, melarang impor sama sekali.
Pelarangan impor sama sekali terutama berlaku untuk produk-produk
pertanian (agriculture), yang memengaruhi hajat hidup orang banyak.
Hambatan-hambatan tersebut ditujukan kepada negara-negara yang bukan
anggota organisasi mereka. Sebagaimana halnya AFTA, sesama negara
anggota MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA memberlakukan perdagangan bebas
tau penghapusan segala bentuk hambatan tarif dan nontarif di antara mereka.
Apa pengaruhnya bagi Indonesia? Jelas sekali, hambatan- hambatan tersebut
menyulitkan produsen Indonesia mengeskpor produk-produknya ke negara-
negara MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA. Sama halnya dengan hambatan tarif
dan nontarif, yang diberlakukan AFTA kepada negara-negara non-AFTA, yang
akan menyulitkan impor produk sejenis dari negara-negara non- AFTA ke
negara-negara AFTA. Hal tersebut merupakan realitas perdagangan
internasional sat ini. Itulah sebabnya, jika produk sejenis dari negara non-
anggota tidak memiliki nilai lebih, seperti keunikan dan harga yang relatif
lebih murah, sangat sulit menembus pasar MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA
yang sudah diproteksi sedemikian rupa.

Meskipun demikian, Indonesia masih bisa menembus pasar negara-negara


NAFTA dan CAFTA-DR. Sebagai salah satu negara anggota NAFTA,
misalnya, pemerintah Meksiko menyediakan fasilitas "Maquilladora" atau
assembling, yang memberi kesempatan bagi investor lokal dan asing untuk
berperan serta dalam kegiatan ekonomi NAFTA. Dengan skema Maquilladora,
barang setengah jadi, misalnya tekstil, furnitur, dan elektronik, diproses di
Meksiko menjadi barang jadi untuk kemudian dipasarkan langsung. Langkah
ini merupakan suatu strategi yang jitu karena ekspor barang jadi langsung ke
pasar di Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada akan terbentur aturan-aturan
NAFTA yang mengenakan tarif yang relatif tinggi. Di samping negara-negara
anggota NAFTA, ratusan perusahaan dari Jepang, Korea Selatan, dan beberapa
negara Eropa Barat telah mengambil bagian dari program Maquilladora ini.

Hingga sat ini, hanya ada satu perusahaan Indonesia yang ikut serta dalam
kegiatan Maquilladora, di Piedras Negras, dan bergerak dibidang tekstil.
Masih perlu didorong lebih banyak lagi industri dalam negeri untuk terlibat
dalam skema kerja sama ekonomi yang serupa.

Anda mungkin juga menyukai