Disusun Oleh:
Kelompok 4
Sebelumnya, telah dibahas tentang berbagai organisasi ekonomi regional dan
global, yaitu Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE),World
Trade Organization (WTO), ASEAN Free Trade Area(AFTA), North American Free
Trade Agreement (NAFTA), dan the Dominican Republic-Central America Free
Trade Agreement (DR-CAFTA). Diantara beberapa organisasi tersebut, hanya
terdapat satu organisasi ekonomi global, yaitu WTO. Sisanya merupakan organisasi
ekonomi regional/kawasan.
Keadaan tersebut menunjukkan fakta bahwa negara-negara di seluruh dunia telah
menjadi satu kekuatan pasar yang terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial
negara. Hal mendasar bagi semua organisasi ekonomi it adalah pemberlakuan
perdagangan bebas tau pasar bebas di antara negara-negara anggotanya. Dalam
pasar bebas, seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa
dihapuskan dan selanjurnya diserahkan kepada mekanisme pasar, yakni hukum
permintaan dan penawaran. Pasar bebas memungkinkan produk dari dalam negeri
mengalir ke pasar internasional secara kompetitif. Sebaliknya, juga membuka
peluang bagi masuknya produk-produk global ke dalam pasar dalam negeri
(domestik). Perdagangan bebas telah menjadi sebuah tuntutan di masa kini.
Kini Indonesia tidak bergabung lagi dalam OPEC karena bukan lagi merupakan
negara penghasil (produsen) minyak. Namun, Indonesia menjadi angora dari WTO,
dan beberapa organisasi ekonomi kawasan, seperti APEC dan AFTA.
1. Peluang positif integrasi ekonomi regional dan global bagi Indonesia
Secara umum, peluang positif yang didapatkan bangsa Indonesia dari perdagangan
bebas, baik secara regional maupun global, adalah sebagai berikut.
a) Mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi
e) Mendorong kreativitas
Ada banyak produk sejenis yang dipasarkan dalam era perdagangan bebas
antarnegara. Agar dapat bersaing, setiap perusahaan harus menghasilkan
produk yang unggul, baik dari segi harga maupun mutu produk itu sendiri.
Salah satu cara untuk menekan harga adalah melakukan proses produksi
dan distribusi secara efisien.
Sayangnya, ketiga hal itu menjadi titik lemah kita saat ini. Penguasaan iptek,
jiwa kreatif, dan semangat kewirausahaan masih dianggap lemah. Pendidikan
nasional yang ditujukan untuk mencetak pribadi-pribadi yang inovatif belum
terlaksana secara maksimal. Hal itu berarti tugas menata pendidikan agar
mampu mendidik warga negara yang berwawasan luas, terampil, kreatif, dan
memiliki semangat kewirausahaan ada di depan mata.
Dikhawatirkan, tidak hanya terjadi banjir produk impor, negara kita akan
dibanjiri oleh tenaga-tenaga kerja asing yang lebih terampil, kompeten, dan
profesional. Pengangguran dalam negeri pun akan semakin meningkat.
Investasi yang telah ditanam di Indonesia bisa dengan mudah ditarik atau
dicabut jika dirasa tidak lagi menguntungkan. Hal ini bisa memengaruhi
kestabilan ekonomi dalam negeri.
Mengalir derasnya investasi asing ke Indonesia berarti sumber daya alam kita
dieksploitasi untuk mendapatkan nilai lebih. Hal ini berpotensi merusak
lingkungan. Oleh karena itu, berbagai negara dewasa ini memiliki pandangan
yang sama bahwa Pembangunan berkelanjuran (sustainable development)
mensyaratkan perlindungan terhadap lingkungan alam.
Bangsa Indonesia kerap mendapat sorotan dunia internasional terkait topik ini.
Perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia kerap dituduh
meninggalkan lingkungan dalam keadan rusak ,tanpa adanya konservasi. Di
banyak tempat, izin operasi perusahaan yang melanggar batas hutan lindung
serta mengancan kelestarian suaka margasatwa dan kenyamanan hidup
komunitas setempat akan dicabut.
Lunturnya nasionalisme
Banyak warga negara Indonesia yang lebih menyukai produk buatan asing
daripada produk sejenis buatan dalam negara. Padahal, cepat atau lambat,hal
tersebut merupakan ancaman bagi ketahanan ekonomi nasional. Dalam
konteks tersebut, menggencarkan kampanye "Aku Cinta Produk Indonesia"
menjadi relevan. Pada saat yang sama, produsen dalam negeri diharapkan
terus meningkatkan daya saing produknya, baik dari segi harga, kretersediaan
di pasar, dan mutu. Produk-produk Indonesia diharapkan menjadi tuan rumah
di negerinya sendiri.
Tidak semua negara memiliki kesadaran semacam itu. Akibatnya, tidak ada
agenda-agenda sosial serta intervensi tertentu untuk melindungi golongan
masyarakat yang tidak berdaya. Hal itu menjadi tantangan pula bagi negara
Indonesia. Perlu adanya intervensi negara untuk pemerataan ekonomi dan
terwujudnya keadilan sosial.
Subsidi pemerintah
Pelarangan impor
Pelarangan impor biasanya dilakukan untuk melindungi produksi dalam negeri
dan meningkatkan produksi dalam negeri.
Dari kelima bentuk politik proteksi tersebut, MEE, CAFTA- DR, dan NAFTA
menerapkan kebijakan bea masuk atau tarif yang besar, kuota atau membatasi
impor, dan untuk produk-produk tertentu, melarang impor sama sekali.
Pelarangan impor sama sekali terutama berlaku untuk produk-produk
pertanian (agriculture), yang memengaruhi hajat hidup orang banyak.
Hambatan-hambatan tersebut ditujukan kepada negara-negara yang bukan
anggota organisasi mereka. Sebagaimana halnya AFTA, sesama negara
anggota MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA memberlakukan perdagangan bebas
tau penghapusan segala bentuk hambatan tarif dan nontarif di antara mereka.
Apa pengaruhnya bagi Indonesia? Jelas sekali, hambatan- hambatan tersebut
menyulitkan produsen Indonesia mengeskpor produk-produknya ke negara-
negara MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA. Sama halnya dengan hambatan tarif
dan nontarif, yang diberlakukan AFTA kepada negara-negara non-AFTA, yang
akan menyulitkan impor produk sejenis dari negara-negara non- AFTA ke
negara-negara AFTA. Hal tersebut merupakan realitas perdagangan
internasional sat ini. Itulah sebabnya, jika produk sejenis dari negara non-
anggota tidak memiliki nilai lebih, seperti keunikan dan harga yang relatif
lebih murah, sangat sulit menembus pasar MEE, CAFTA-DR, dan NAFTA
yang sudah diproteksi sedemikian rupa.
Hingga sat ini, hanya ada satu perusahaan Indonesia yang ikut serta dalam
kegiatan Maquilladora, di Piedras Negras, dan bergerak dibidang tekstil.
Masih perlu didorong lebih banyak lagi industri dalam negeri untuk terlibat
dalam skema kerja sama ekonomi yang serupa.