Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SAMPLING AUDIT PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


TRANSAKSI

MATA KULIAH: AUDITING 2

DOSEN PENGAMPU: Dr. Sri Rahayu, S.e., MSA., Ak.

KELOMPOK 1

ERJA HUMAIRAH LYDINA (C1C018197)

SALSABILA ARDELIA INDRA (C1C018207)

WENI FEBRIANI (C1C018161)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JAMBI 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya. Adapula yang mengatakan
bahwa, Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilakan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis.

Dengan memahami, menjelaskan, dan memprediksikan perilaku manusia sampai pada generalisasi
yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh bukti empiris yang dikumpulkan
secara impersonal melalui prosedur yang terbuka untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat
diverifikasi oleh ilmuan lainnya yang tertarik.

1.2. Rumusan Masalah


1.
2.
3.

1.3. Tujuan Makalah


1. Mengetahui
2. Mengetahui
3. Mengetahui
4. Mengetahui
5. Mengetahui
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sampel Representatif

sampel Representif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
karakteristik populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak diikut
sertakan dalam sampel.

Dalam praktik, auditor tidak pernah mengetahui apakah sampel representatif atau tidak, bahkan
sampai setelah pengujian selesai dikerjakan. (Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu
sampel representatif adalah dengan melakukan audit terhadap keseluruhan populasi). Auditor dapat
meningkatan kemungkinan suatu sampel menjadi representatif dengan cara meningkatkan kecermatan
dalam merencanakan proses sampling, pemilihan sampel, dan mengevaluasi hasilnya. Suatu hasil
sampel bisa jadi tidak resentatif karena kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling.

Auditor bisa gagak untuk mengetahui adanya penyimpangan karena kelehan, kebosanan, atau tidak
memahami apa yang dicari. Apabila auditor berkesimpulan bahwa tidak ada penyimpangan, maka di
sini terjadi kesalahan non-sampling. Suatu prosedur audit yang sedang dicari adalah apabila auditor
memeriksa suatu sampel dokumen pengiriman barang dilampitkan pada duplikat faktur penjualan
untuk menentukan apakah setiap dokumen pengiriman barang dilampirkan pada setiap faktur.

Risiko non-sampling adalah risiko bahwa suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan adanya
penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab non-sampling adalah: auditor gagal ubtuk mengetahui
adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur audit.

Risiko Sampling adalah risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru karena sampel tidak
mencerminkan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren dari sampling yang disebabkan
karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan populasi.

Auditor mempunyai dua cara untuk mengontrol risiko sampling, yaitu:

1. Meungubah ukuran sampel


2. Menggunakan metode yang tepat unyuk memilih unsur sampel dari populasi.

Menaikkan ukuran sampel akan mengurangi risiko sampling, dan sebaliknya. Penggunaan metode
pemilihan sampel yang tepat meningkatkan kemungkinan keterwakilan. Hal ini tidak meniadakan atau
mengurangi resiko sampling, tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan
dengan suatu ukuran sampel apabila digunakan metode statistik daklam pemilihan dan penilaian
sampel.

2.2. Sampling Statistik dan Sampling Non Statistik serta pemilihan Sampel Probabilistik
dan Non Probabilitas
 Sampling Statistik dan Sampling Non-Statistik

Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yakni sampling statistik dan
sampling non-statistik. Kedua kategori ini serupa karena keduanya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

1. Merencanakan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian
3. Mengevakuasi hasil
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk mematiskan bahwa pengujian audit dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan risiko sampling yang diinginkan dan meminimumkan
kemungkinan terjadinya kesalahan non-sampling.

Tindakan Langkah
 Menemukan bahwa ukuran sampel adalah 100  Merencanakan sampel
 Memutuskan 100 unsur mana yang akan dipilih  Memilih sampel
dari populasi
 Melaksanakan prosedur audit pada 100 unsur  Mengevaluasi hasil
yang dipilih dan menentukan bahwa terdapat
tiga penyimpangan.
 Menarik kesimpulan tentang kemungkinan  Mengevaluasi hasil
tingkat penyimpangan pada populasi. Ketika
diketahui bahwa tingkat penyimpangan dalam
sampel adalah tiga persen

 Sampling Statistik. Dalam metode sampling statistik, dengan menerapkan aturan


matematika, editor dapat mengkuantifikasi (mengukur) resiko sampling dalam perencanaan
sampel (tahap 1) dan mengevaluasi hasil (tahap 3).

 Sampling Non-statistik.

Auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Auditor memilih unsur-unsur sampel yang
diyakininya dapat memberi informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi yang dihadapi, dan
mencapai kesimpulan tentang populasi berdasarkan pertimbangannya. Karena alasan tersebut,
pengguna sampling non-statistik sering disebut judgemental sampling.

 Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non-Probabilistik.

Ada dua tahap dalam pemilihan sampel, yaitu menggunakan pemilihan Sampel Probabilistik, auditor
memilih unsur-unsur secara acak yang setiap unsurnya memiliki probabilitas yang diketahui untuk
dimasukkan kedalam sampel. Pemilihan Sampel Non-Probabilistik, auditor memilih unsur sampel
dengan menggunakan profesionalnya, tidak menggunakan metode probabilistik.

 Penerapan Sampling Statistik dan Non-Statistik dalam Praktek serta Metode Pemilihan
Sampel.

Ada tiga metode pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan sampling non-probabilistik
(judgemental):

1. Pemilihan sampel langsung (Directed sample selection).


2. Pemilihan sampel blok (Block sample selection).
3. Pemilihan sampel sembarang (Haphazard sample selection).

Ada empat tipe metode pemilihan sampel yang berhubungan dengan sampling audit statistik:

1. Pemilihan sampel acak sederhana (simple random sample selection).


2. Pemilihan sample sistematik (systematic sample selection).
3. Pemilihan sample probabilitas propotional dengan ukuran (probability prpotional to size
sample selection.
4. Pemilihan sample berjenjang (Sstratified sample selection).

2.2. METODE PEMILIHAN SAMPEL NON-PRONANILISTIK

Metode pemilihan sampel non-probabilistik adalah metode-metode yang tidak memenuhi persyaratan
teknis untuk pemilihan sampel probabilistik. Karena metode-metode tersebut tidak didasarkan pada
probabiltas matematika, keterwakilan sampel menjadi sulit untuk ditentukan.

 Pemilihan Sampel Langsung

Dalam metode ini, auditor secara sengaja memilih setiap unsur didalam sampel berdasrkan kriteria
menurut pertimbangannya sendiri dan tidak memilihnya secara acak. Pendekatan yang digunakan
adalah:

1. Unsur yang paling mungkin berisi kesalahan penyajian

Auditor seringkali bisa mengidentifikasi unsur populasi mana yang paling mungkin berisi kesalahan
penyajian. Auditor juga bisa menyelidiki jenis unsur semacam ini dan hasilnya bisa diterapkan kepada
populasi atas dasar pertimbangannya sendiri. Dalam mengevaluasi sampel semacam itu, auditor
biasanya beranggapan bahwa apabila dari unsur yang dipihak tidak ada yang kesalahan penyajian,
maka populasi diperkirakan tidak mengandung kesalahan penyajian secara material.

2. Unsur yang berisi karakteristik populasi tertentu

Dengan memilih satu atau lebih unsur yang memiliki karakteristik populasi yang berbeda, auditor
mungkin bisa merancang sampel yang represenatif.

3. Unsur bernilai rupiah besar

Auditor dapat memilih suatu sampel yang mencakup sebagian besar dari total rupiah populasi. Dalam
kebanyakan audit, cara ini merupakan pendekatan yang praktis terutama pada perusahaan kecil,
dimana sejumlah kecil unsur populasi membentuk bagian besar dari nilai total populasi. Beberapa
metode sampling statistik juga dirancang untuk mencapai tujuan yang sama.

 Pemilihan sampel blok

Dalam metode ini, auditor memilih unsur pertama dalam suatu blok, dan selanjutnya dipilih secara
berurutan. Penggunaan sampel blok biasanya dapat diterima apabila jumlah blok yang digunakan,
probabilitas untuk mendapatkan satu sampel yang tidak representatif akan terlalu besar, terutama jika
terjadi penggantian pegawai, terjadi perubahan sistem akuntansi, dan adanya sifat musiman seperti
yang sering dijumpai dalam banyak bisnis.

Sampling blik dapat juga digunakan sebagai suplemen terhadap sampel lain apabila terdapat
kemungkinan besar terjadi kesalahan penyajian pada suatu periode yang diketahui.

 Pemilihan sample sembarang

Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur-unsur tanpa suatu bias yang disadari oleh
auditor. Kelemahan paling serius pemilihan sampel sembarang adalah sulitnya memegang teguh
untuk sepenuhnya tidak bias dalam pemilihan, unsur tersebut memiliki kemungkinan untuk terpilih
sebagai sampel.

Meskipun pemilihan sampel sembarang dan sampel blok nampak kurang logis dibnadingka dengan
pemilihan sampel langsung, namu keduanya sering sering berguna dalam situasi di mana biaya dari
metode pemilihan sampel yang lebih kompleks lebih besar daripada manfaat yang diperoleh dari
pendekatan ini.

2.24. METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK

Sampling statistik mengharuskan digunakannya sampel probabilistik untuk menghitung risiko


sampling. Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakn pertimbangan (judgement) tentang
unsur sampel mana yangakan dipilih, kecuali dalam memilih metode seleksinya.

 Pemilihan Sampel Acak Sederhana

Auditor menggunakan pemilihan sampel acak sederhana apabila tidak ada kebutuhan untuk
menekankan pada satu atau lebih tipe unsur populasi. Auditor dapat memililih suatu sampel secara
acak yang terdiri dari 60 unsur dari jurnal penerimaan kan, menerapkan prosedur audit terhadap 60
unsur yang terpilih, dan menarik kesimpula tentang aeluruh transaksi pengeluaran kas yang dicatat
dalam tahun tersebut.

Nomor-nomor acak adalah serangkaian angka atau (digits) yang memiliki probabilitas yang sama
untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola tertentu. Para auditor sering
menghasilkan nomor-nomor acak dengan menggunakan salah satu dari iga teknik pemilihan sampel
berbantuan komputer, yaitu: electronic spreadsheets, random number generators, dan generalized
audit software.

 Pemilihan sampel sistematik

Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih unsur-unsur untuk sampel berdasarkan
ukuran interval. Interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang
dikehendaki.

Keuntungan pemilihan sistematik adalah mudah dalam menggunakannya. Dalam kebanyak popupasi,
sampel sistematik dapat dengan cepat ditarik dan secara otomatis meletakan nomor-nomor secara
berurutan sehingga memudahkan unruk membuat dokumentasi,

Kelemahan pemilihan sampel sistematik ialah adanya kemungkinan terjadi bias. Dengan cara
pemilihan sampel seperti ini, jika sekali unsur pertama dalam sampel dipilih, maka unsur lainnya
dalam sampel akan terpilih secara otomatis.

 Pemilihan sampel probabilitas proporsional terhadap ukuran dan smapel berjenjang

Dalam banyak situasi pengaudiytan, biasanya akan menguntungkan untuk memilih sampel yang
menekankan pada unsur-unsur populasi yang berjumlah besar. Ada dua cara untuk memperoleh
sampel seperti itu, yaitu:

1. Mengambil sampel yang kemungkinan terpilih setiap unsur individualnya proporsional


dengan jumlah rupiah dipembukuan. Metode ini disebut pemilihan sampel probabilitas
proposional dengan ukuran (PPU), dan kemudian dievaluasi dengan menggunakan sampling
non-statistik atau sampling statistik unit moneter.
2. Membagi populasi menjadi subpopulasi, biasanya dengan ukuran rupiah, dam mengam bil
sampel yang lebih besar dari subpopulasi dengan ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut
pemilihan sampel berjenjang, dan dievaluasi dengan menggunakan sampling non-statistik
atau sampling statistik variabel.
2.5. PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN

Auditor menggunakan sampel dalam pengujian dan pengujian substantif transaksi untuk menaksir
presentase unsur-unsur dalam suatu karakteristik atau atribut. Presentase ini disebut tingkat
keterjadian atau tingkat penyimpangan.

Auditor menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpangan dalam populasi data akuntansi berikut:

1. Penyimpangaan dari pengendalian yang ditetapkan klien.


2. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi.
3. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detil saldo akun.

Pengetahuan tentang tingkat penyimpangan terutama berguna untuk penyimpangan tipe satu dan tipe
dua yang bersangkutan dengan transaksi. Oleh karena itu auditor banyak menggunakan audit
sampling yang mengukur tingkat penyimpangan dalam melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi. Untuk penyimpangan tipe tiga, auditor biasanya prlu menaksirkan
jumlah total rupiah penyimpangan karena auditor harus menetapkan apakah kesalahan penyajian
material atau tidak.

Tingkat penyimpangan dalam suatu sampel digunakan untuk menaksir tingkat penyimpangan
dalamkeseluruhan populasi. Ini merupakan taksiran baik auditor mengenai tingkat penyimpangan
dalam populasi. Istilah penyimpangan harus diartikan baik berupa deviasi dari prosedur pengendalian
yang ditetapkan klien dan jumlah rupiah yang tidak benar, baik yang disebabkan olehbkesalahan
akuntansi yang tidak benar, baik yang disebabkan oleh kesalahamn akuntansi tidak disengaja maupun
oleh penyebab lainnya. Istilah deviasi terutama berkaitan dengan penyimpangan dari pengendalian
yang ditetapkan.

Karena tingkat penyimpang didasarkan pada suatu sampel, terdapat kemungkinan signifikan bahwa
tingkat penyimpangan sampel berbeda dari tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya.
Perbedaan ini disebut kesalahan sampling. Auditor perlu berhati-hati dengan taksiran kesalahan
sampling dan kendalan dari taksirkan tersebut, yang disebut risiko sampling.

Auditor fokus kepada batas atas dari taksiran interval yang disebut taksiran atau computed upper
exception rate (CUER) dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.

2.6. PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK

TERMINOLOGI DEFINISI

Terminologi Berkaitan dangan Pernecanaan

Characteristic or attribute Karakteristik atau atribut yang diuji dalam


aplikasi.
Acceptable Risk of Assesing Control Risk Too Risiko yang akan diambil auditor kibat dari
Low (ARACR) penerimaan bahwa pengendalian efektif atau
tingkat kesalahan penyajian rupiah yang dapat
ditoleransi, apabila tingkat penyimpangan
populasi yang sesungguhnya lebih besar daripada
tingkat penyimpangan bisa ditoleransi.

Torable Exception Rate (TER) Tingkat penyimpangan yang diijinkan auditor


populasi dan masih akan disimpulkan bahwa
pengendalian berjalan efektif dan/dan jumlah
kesalahan penyajian rupiah dalam transakasi
yang dapat diterima yang ditetapkan pada
perencanaan.

Estimated Population Exception Rate (EPER) Tingkat penyimpanan yang diharapkan auditor
akan dijumpai auditor dalam populasi sebelum
pengujian dimulai

Initial sample size Ukuran sampel yang diputuskan setelah


mempertimbangkan faktor-faktor di atas dalam
perencanaan.

Terminologi Berkaitan dengan Evaluasi Hasil

Exception Penyimpangan dari atribut dalam suatu unsur


dampel.

Sample Exception Rate (SER) Jumlah penyimpangan dalam sampel dibagi


dengan ukuran sampel.

Computed Upper Exception Rate (CUER) Taksiran tingkat penyimpangan tertinggi dalam
populasi pada suatu ARACR tertentu

 Menetapkan Tujuan Pengujian Audit

Tujuan pengujian harus ditetapkan sesuai dengan siklus transaksi yang akan diuji. Biasanya auditor
merumuskan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi sebagai berikut:

4. Mengujian efektivitas operasi pengendalian.


5. Menentukan apakah transaksi berisi kesalah penyajian rupiah.

Tujuan pengujian ini dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang biasanya adalah untuk
menguji efektivitas pengendalalian intern untuk penjualan dan penerimaan kas berisi kesalahan
penyajian rupiah.

 Mentukan apakah sampling audit bisa diterapkan

Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk memperoleh kesimpulan tentang
popupalasi.

Berikut adalah sebagian dari program audit:


1. Review transaksi penjualan apakah ada yang berjumlah besar atau tidak biasa (prodesur
analitis).
2. Lakukan pengamatan (observasi) apakah tugas pegawai yang menangani piutang usaha
terpisah dari tugas pegawai yang menangani kas (pengujian pengendali).
3. Peiksa suatu sampel duplikat faktur jualan dan periksalah:
A. Persetujuan pemberian kredit dari manajer kredit (pengujiamn pengendalian).
B. Apakah dilampiri dengan dokumen pengiriman barang (pengujian pengendalian).
C. Memuat nomor akun untuk pembukuan (pengujian pengendalian).
4. Pilihlah suatu sempel dokumen pengiriman barang dan terlusurlah ke duplikat faktur
penjualan yang bersangkutan (pengujian pengendalian).
5. Badingkan kuantitas pada setiap duplikat faktur penjualan dengan kuantitas pada dokumen
pengiriman barang yang bersangkutan (pengujian pengendalian).

 Merumaskan atribut dan kondisi-kondisi penyimpangan

Apabila akan menggunakan sampling audit, auditor harus merumuskan karakteristik atau atribut yang
akan diuji dan kondisi-kondisi penyimpangan. Apanila atribut tidak dirumuskan di muka dengan
cermat, para staf audit yang melaksanakan prosedur audit tidak memiliki pegangan untuk
mengidentifikasi penyimpangan.

 Perumusan Populasi

Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor bisa merumuskan
populasi untuk mengikut sertakan setiap unsur yang diinginkan, tetapi ketika mereka menarik sampel,
unsur tersebut harus terpilih dari keseluruhan populasi sebagaimana yang telah dirumuskan. Auditor
harus mengunji kelengkapan populasi sebagaimana yang telah dirumuskan. Auditor harus menguji
kelengkapan populasi dan detil keterkaitan sebelum suatu sampel ditarik utuk memastikan bahwa
semua unsur popilasi memiliki kesempatan untuk terpilih.

 Perumusan unit sampling

Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan tujuan pengujian
audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berkaitan dengan nomor-nomor acak yang akan
digeneralisasikan oleh auditor. Unit sampling adalah langkah awal dalam pelaksanakan pengujian.
Untuk siklus penjualan dan pengumpulan pintung, unit sampling biasanya adalah nomor-nomor
faktur penjualan dan dokumen pengiriman barang.

 Menetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi

Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau torable exception rate (TER) untuk setiap
atribut membutuhkan pertimbangkan profesional auditor. TER mencerminkan tingkat penyimpangan
tertinggi yang bisa diterima auditor dalam suatu pengendalian yang sedang diuji dan masih dapat
disimpulkan bahwa pengendalian berjalan efektf (dan/atau tingkat kesalahan penyajian jumlah rupiah
dalam transaksi yang diterima).

Sebrapa besar TER yang dipandang memadai, berkaitan dengan materialistis dan oleh karena itu
dipengaruhi oleh perumusan atribut dalam perencanaan audit. TER akan memilikin pengaruh yang
signifikan terhadapnukuran sampel. Ukuran yang lebih besar akan dibutuhkjan untuk TER yang
rendah dibandingkan dengan TER yang tinggi.

 Merumuskan risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlau
rendah

Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, risiko
tersebut risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah atau
accepptable risk of assesiing control risk too low (ARACR). ARACR mengukur risiko yang bisa
diterima auditor untuk menerima bahwa pengendalian efektif (atau tingkat kesalahan yang bisa
diterima) padahal tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya lebih besar daripada TER.

Dalam memilih ARACRyang tepat untuk setiap atribut, auditor hendaknya menggunakan
pertimbangan profesional terbaiknya.pertimbangan utama adalah seberapa besar auditor
merencanakan untuk mengurangi risiko pengendalian yang ditetapkan sebagai dasar untuk
menentukan luasnya pengujian detil saldo. Auditor biasanya menetapkan ARACR pada tingkat yang
rendah dalam audit atas perusahaan-perusahaan publik. Dalam audit pada perusahaan-perusahaan
privat, ARACR yang tepat dan luasnya pengujian pengendalian tergantung pada tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan.

Untuk sampling non-statistik, auditor biasanya menggunakan ARACR dengan ukuran tinggi, sedang,
dan rendah, bukan dengan presentase. Seperti halnya TER, terdapat hubungan terbaik antara ARACR
dengan ukuran sampel direncanakan. Auditor bisa menetapkan tingkat TER dan ARACR yang
berbeda untuk atribut yang berbeda dalam suatu penguji audit, tergantung pada penting tidaknya
atribut dan pengendalian yang bersangkutan.

 MENAKSIR TINGKAT PENYIMPANGAN POPULASI

Auditor harus menaksir di muka tingkat penyimpangan populasi untuk merencanakan ukuran sampel
yang tepat. Apabila taksiran tingkat penyimpangan populasi atau estimated Population exception rate
(EPER) rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan memuaskan tingkat penyimpangan yang
bisa ditoleransi sebagaimana ditetapkan auditor, karena hanya diperlukan suatu tingkat ketepatan
taksiran yang rendah.

Auditor sering menggunakan hasil audit tahun sebelumnya untuk menaksir EPER. Jika hasil audit
tahun lalu tidak tersedia, auditor nisa mengambil suatu sampel pendahuluan yang kecil dari populasi
tahun ininuntuk tujuan ini. Apabila digunakan sampel pendahuluan, sampel tersebut bisa diikut
sertakan dalam total sampel, asalkan diikuti prosedur pemilihan sampe yang tepat.

 MENENTUKAN UKURAN SAMPEL AWAL

Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit, yaitu: ukuran populasi,
TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan faktor yang signifikan dan biasanya bisa diabaikan
terutama apabila populasinya besar. Auditor menggunakan sampling non-statistik dalam penentuan
ukuran sampel apabila ia bermaksud akan menggunakan pertimbangan profesional, tidak
menggunakan formula statisti. Setelah ketiga faktor yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan,
auditor dapat memutuskan ukuran sampel awal.

MEMILIH SAMPEL
Setelah auditor menentukan ukuran sampel awal untuk penerapan sampling audit, auditor harus
memilih unsur-unsur dalam populasi yang akan diikut sertakan dalam sampel. Auditor dapat
melakukan pemilihan sampel dengan metode probabilistik dan non-probabilistik. Auditor tidak
memberitahu klien terlalu jauh sebelumnya mengenai unsur sampel yang akan dipilih. Auditor juga
harus mengontrol sampel setelah klien menyerahkan dokumen. Beberapa unsur sampel tambahan bisa
dipilih sebagai ekstra untuk mengganti unsur yang dibatalkan dalam sampel semual.

MELAKSANAKAN PROSEDUR AUDIT

Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur dalam sampel untuk
menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari atribut dan dengan mencatat semua
penyimpangan yang ditemukan. Apabila prosedur audit telah selesai diterapkan pada sampel, auditor
telah memiliki suatu ukuran sampel dan sejumlah penyimpangan untuk setiap atribut.

GENERALISASI DARI SAMPEL KE POPULASI

Tingkat penyimpangan sampel atau sample exception rate (SER) dapat dengan mudah dihitung dari
hasil sampel sesungguhnya. SER sama dengan jumlah penyimpangan sesungguhnya bagi dengan
ukuran sampel sesungguhnya.

Tidaklah tepat bagi auditor untuk menyilpulkan bahwa tingkat penyimpangan populasi sama dengan
tingkat penyimpangan smapel, karena hanya sekilas saja mereka yang identic. Untuk metode non-
statistik, auditor bias menggunakan du acara untuk melakukan generalisasi dari sampel ke populasi.

1. Tambahkan suatu taksiran kesalahan sampling (estimated sampling eror) ke SER sehingga
diperoleh tingkat batas atas penyimpangan terhitung (computed upper exception rate/CUER)
untuk suatu ARACR tertentu.
2. Kurangkan suatu tingkat penyimpangan sampel dari tingkat penyimpangan bis ditoleransi
sehingga bias diketahui kesalahan sampling terhitung (calculated sampling error), (TER,
SER), dan evaluasi apakah cukup besar untuk mengambil kesimpulan bahwa tingkat
penyimpangan populasi sesungguhnya bisa diterima.

Apabila SER lebih besar daripada EPER yang digunakan dalam perancangan sampel, auditor biasanya
berkesimpulan bahwa hasil sampel tidak mendukung penetapan risiko pengendalian pendahuluan.
Dalam keadaan demikian, auditor kemungkinan akan berkesimpulan bahwa terdapat risiko tinggi
bahwa tingkat deviasi dalam populasi yang sesungguhnya lebih besar daripada TER.

Pertimbangan auditor tentang apakah kesalahan sampling cukup besar juga tergantug pada ukuran
sampel yang digunakan.

MENGANALISIS PENYIMPANGAN

Penyimpangan bisa disebabkan oleh bebetapa faktor, seperti misalnya kecerobohan pegawai, salah
mengartikan insturksi, atau kesalahan yang memang disengaja dalam melaksanakan prosedur. Sifat
suatu penyimpangan dan penyebab memiliki pengaruh signifikan terhadap penilaian kualitatif atas
system.

MEMUTUSKAN AKSEPBILITAS POPULASI


Apabila auditor berkesimpulan bahwa selisih cukup besar, maka pengendalian yang diuji dapat
digunakan untuk mengurangi penetapan risiko pengendalian sebagaimana direncanakan, dengan
asumsi analisis yang cermat tentang penyimpangan tidak menunjukkan kemungkinan adanya masalah
signifikan lain dalam pengendalian internal. Apabila auditor berpendapat bahwa TER-SER adalah
terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi bisa diterima, atau apabila SER lebih besar
daripada TER, auditor harus mengikuti salah satu dari tindakan berikut ini:

 Merevisi TER dan ARACR


Alternatif ini harus diikuti hanya apabila auditor telah berkesimpulan bahwa spesifikasi
aslinya terlalu konservatif. Melonggarkan baik TER maupun ARACR akan sulit untuk
sipertahankan apabila seandainya auditor direviuw oleh pengendalian atau oleh komisi.
Auditor harus mengubah persyaratan ini hanya setelah ia melakukan pertimbangan yang
cermat.
 Memperbesar Ukuran Sampel
Peningkatan ukuran sampel akan tepat apabila auditor berkeyakinan bahwa sampel asli tidak
representative, atau apabila diperlukan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian
berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilakuakan pada akun yang memiliki saldo besar seperti
piutang usaha dan persediaan.
 Merevisi Penetapan Risiko Pengendalian
Apabila hasil pengujian pengendalian dan pengujian sustantif transaksi tidak mendukung
penetapan risiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merevisi penetapan risiko
pengendalian ke atas. Hal ini kemungkinan berakibat auditor menaikkan pengujian
substantive dan pengujian detil atas saldo. Auditor harus memutuskan apakah akan
menaikkan ukuran sampel atau merevisi penetapan risiko pengendalian berdasarkan
pertimbangan manfaat dan biaya. Jika sampel tidak diperluas, auditor harus merevisi
penetapan resiko pengendalian ke atas dan selanjutnya melakuakan tambahan pengujian detil
atas saldo.
 Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Mnajemen
Komunikasi diperlukan, bersamaan dengan salah satu dari ketiga tindakan diatas, bagaimana
pun bentuk penyimpangannya. Apabila auditor memutuskan bahwa pengendalaian internal
tidak berjalan dengan efektif, manajemen harus diberi informasi secepatnya. Apabila
pengujian dilaksanakan sebelum akhir tahun buku, hal tersebut dapat memberi kesempatan
bagi manjemen untuk melakukan perbaikan sebelum tahun buku berakhir.
Dalam keadaan tertentu, bisa saja auditor hanya memberikan laporan tertulis kepada
manajemen apabila TER-SER terlalu kecil. Hal ini terjadi apabila suditor tidak bermaksud
mengurangi tingkat penetapan risiko pengendalian atau telah cukup melaksanakan prosedur
yang dipandang memuaskan sebagai bagisan dari pengujian substantive transaksi.

PENDOKUMENTASIAN YANG MEMADAI

Auditor harus menyimpan catatan yang memadai tentang prosedur-prosedur yang telah dilakukan,
metode yang telah digunakan dalam memilih sampel dan pelaksanaan pengujian, hasil yang diperoleh
dari pengujian, dan kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi diperlkan baik untuk sampling statistic
maupun non-statistik untuk mengevaluasi hasil audit jika diperlukan.

2.7. SAMPLING AUDIT STATISTIK


Metode sampling statistic yang paling umum digunakan untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantive transaksi adalah sampling atribut. (sampling atribut yang dimaksud adalah sampling
atribut statistic. Sampling non statistic juga mempunyai atribut, yaitu karakteristik dalam populasi
yang akan diuji, tetapi istilah sampling atribut hanya digunakan dalam sampling statistik0.

2.8. DISTIRBUSI SAMPLING

Auditor mendasarkan inferensi statistic pada distribusi sampling. Distirbusi sampling adalah frekuensi
distribusi hasil dan seluruh sampel yang mungkin dari suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari
suatu populasi yang berisi sejumlah karakteristik spesifik. Distirbusi sampling memungkinkan auditor
untuk membuat pernyataan probabilitas tentang kemungkinan keterwakilan setiap sampel yang ada
dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan kepada distiribusi binomial, dimana setiap sampel yang
mungkin dalam populasi memiliki satu atau dua kemungkinan nilai, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau
deviasi pengendalian/tidak ada deviasi pengendalian.

2.9. PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT


 Merencanakan Sampel
1. Menetapkan tujuan pengujian audit.
2. Memastikan apakah sampling audit bisa ditetapkan.
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan.
4. Merumuskan populasi.
5. Merumuskan unit sampling.
6. Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi.
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah.
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal.

 Penggunaan Tabel

Apabila auditor akan menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel awal, harus diikuti empat
tahap berikut ini:

i.
Pilih table yang cocok daengan ARACR
ii.
Tentukan lokasi TER pada bagian atas table.
iii.
Tentukan lokasi EPER pada kolom paling kiri.
iv.Baca kolom TER yang sesuai kebawah hingga memotong baris EPER yang
sesuai. Angka yang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukkan ukuran
sampel awal.
 Pengaruh dari Ukuran Populasi

Dalam pemmbahasan yang lalu, auditor mengabaikan ukuran populasi dalam penentuan ukuran
sampel awal. Teori statistika menunjukkan bahwa pada populasi dimana diterangkan sampling atribut,
ukuran populasi hanya menjadi pertimbangan kecil dalam penentuan ukuran sampel.

Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit


10. Memilih sampel. Berbeda dengan metode non-statistik, pemilihan sampel pada metode
statistika harus menggunakan metode probalistik. Untuk samplinf atribut bisa digunakan
metode sampling acak sederhana atau metode sistematis.
11. Melaksanakan prosedur audit. Sama, baik untk sampling atribut maupun untuk sampling
nonstatistik.

Menilai hasil.

12. Generalisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas
presesi atas (CUER) pada suatu ARACR tertentu dengan menggunakan program computer
khusus atau menggunakan table yang dibangun dari formula statistika.

Menggunakan tabel. Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari empat tahapan, yakni:

i. Memilih tabel yang sesuai dengan ARACR yang ditetapkan auditor. ARACR ini harus
sama dengan ARACR yang digubakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
ii. Menentukan lokasi jumlah penyimpangan sesungguhnya yang ditemukan dalam
pengujian audit pada bagian atas tabel.
iii. Menentukan lokasi ukuran sampel sesungguhnya pada kolom paling kiri.
iv. Baca kolom jumlah penyimpangan sesungguhnya yang sesuai ke bawah sampai
memotong baris ukuran sampel yang sesuai angka yang tercantum pada titik perpotongan
adalah CUER.

Pengaruh ukuran populasi terhadap CUER juga sangat kecil, sehingga di abaikan.

1. Menganalisis penyimpangan. Sama, baik untuk sampling atribut maupun Sampling


nonstatistik.
2. memutuskan aksepbilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas, pada
dasarnya sama baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. Untuk sampling
atribut, auditor membandingkan CUER dengan TER untuk masing-masing atribut. Sebelum
populasi dipandang dapat diterima, CUER yang ditetapkan berdasarkan hasil sampel
sesungguhnya harus lebih kecil atau sama dengan TER apabila keduanya didasarkan kepada
ARACR yang sama. Apabila CUER lebih besar dari TER, maka perlu diambil tindakan
khusus. Empat macam tindakan seperti yang telah dibicarakan untuk sampling nonstatistik di
atas berlaku juga untuk atribut.

KEBUTUHAN AKAN PERTIMBANGAN PROFESIONAL

Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistic adalah bahwa metode statistic telah
mengurangi penggunaan pertimbangan professional auditor. Untuk sampling nonstatistik dan
sampling atribut menunjukkan bahwa kritik tersebut tidak sepenuhnya benar. Apabila diterapkan
dengan benar, sampling atribut menuntut auditor untuk menggunakan pertimbangan professional pada
berbagai tahapan. Untuk memilih ukuran sampel awal, auditor terutama akan menggantungkan pada
TER dan ARACR yang membutuhkan pertimbangan professional tingkat tinggi, demikian pula untuk
EPER diperlukan penaksiran yang cermat. Hal yang sama juga terjadi dalam penilaian akhir tentang
kecukupan penerapan sampling atribut keseluruhan, termasuk kecukupan ukuran sampel, juga harus
didasarkan pada pertimbangan professional tingkat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai