Oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
2.1 Sampel Representatif
Dalam memilih suatu sampel dari suatu populasi, auditor berusaha untuk
mendapatkan sampel yang representatif. Suatu sampel representatif adalah sampel
yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik populasi. Auditor
dapat meningkatkan kemungkinan suatu sampel menjadi representative dengan cara
meningkatkan kecermatan dalam merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan
mengevaluasi hasilnya. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena
kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling. Kedua risiko ini dapat dikendalikan.
Risiko non-sampling adalah risiko suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab risiko non-samling yaitu auditor
gagal mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur
audit. Risiko Sampling adalah risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru
karena sampel tidak mencerminkan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren
dari sampling yang disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap
keseluruhan populasi. Auditor mempunyai dua cara dalam menghadapi risiko
sampling yaitu : mengubah ukuran sampel dan menggunakan metode yang tepat untuk
memilih unsur sampel dari populasi.
Ada tiga metode pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan
sampling audit non- statistik. Ketiganya adalah non-probabilistik. Ada empat tipe
metode pemilihan sampel yang berhubungan dengan sampling audit statistik. Keempat
metode tersebut adalah probabilistik. Metode pemilihan sampel non-probabilistik
(judgemental) terdiri dari :
Dalam metode ini auditor secara sengaja memilih unsur di dalam sampel
berdasarkan kriteria menurut pertimbangannya sendiri dan tidak memilih secara
acak.
Meskipun pemilihan sampel sembarang dan sampel blok nampak kurang logis
dibandingkan dengan pemilihan sampel langsung, namun keduanya sering berguna
dalamsituasi di mana biaya dari metode pemilihan sampel yang kompleks lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh dari pendekatan ini.
b. Sampel Siatematik
Metode sampel sistematik, populasi dibagi dengan ukuran sampel yang
diperlukan (n) dan sampel diperoleh dengan cara mengambil setiap subyek ke-
n. Cara pemilihan sampel ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur
populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel
adalah yang “keberapa”. Keuntungan pemilihan sistematik adalah mudah
penggunaannya. Dalam kebanyakan populasi, sampel sistematik dapat dengan
cepat ditarik dan secara otomatis meletakkan nomor-nomor secara berurutan
sehingga memudahkan untuk membuat dokumentasi. Sedangkan kelemahannya
adalah adanya kemungkinan terjadinya bias.
c. Sampel Berstrata
Metode penarikan sampel berstrata merupakan metode pengambilan
sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang
homogen (disebut strata) dalam hal ini suatu subsampel –subsampel acak
sederhana ditarik dari setiap strata yang kurang lebih sama dalam beberapa
karakteristik, dan dari tiap stratum tersebut diambil sampel secara acak.
Teknik sampling ini dilakukan apabila anggota populasinya heterogen
(tidak sejenis). Ada dua macam penarikan sampel berstrata yaitu,
Proporsional dan Non-Proporsional.
d. Sampel Berkelompok
Metode penarikan data sampel berkelompok merupakan suatu prosedur
penarikan sampel probabilitas yang memilih sub-populasi yang
disebut cluster, kemudian setiap elemen didalam kelompok akan dipilih
sebagai anggota sampel
e. Sampel Random Bertingkat (Multi Stage Sample)
Pengambilan sampel metode random bertingkat ini dalam dua tahap
(two-stage sampling) atau lebih. Proses pengambilan sampel dilakukan
bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih.
2.5 Pemilihan Sampel Untuk Tingkat Penyimpangan
Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi untuk menaksir presentase unsur – unsur dalam suatu populasi yang
berisi suatu karakteristik atau atribut. Presentase ini disebut tingkat keterjadian atau tingkat
penyimpangan. Auditor menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpangan dalam populasi
data akuntansi berikut:
1) Review transaksi penjualan apakah ada yang berjumlah besar atau tidak
biasa
d. Merumuskan populasi
Ada empat faktor yang meentukan ukuran sampel awal untuk sampling
audit, yaitu : ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan
faktor yang signifikan dan biasanya bisa diabaikan, terutama apabila populasinya
besar.
a. Memilih sampel
C. Mengevaluasi Hasil
Untuk metode non statistik auditor bisa menggunakan dua cara untuk
melakukan generalisasi dari sampel ke populasi. Pertama menambahkan suatu
taksiran kesalahan sampling ke SER sehingga diperoleh tingkat batas atas
penyimpangan terhitung untuk suatu ARACR tertentu, dan kedua
mengurangkan suatu tingkat penyimpangan sampel dari tingkat penyimpangan
bisa ditoleransi sehingga bisa diketahui kesalahan sampling.
Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan karakteristik populasi. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena
kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling. Kedua risiko ini dapat dikendalikan.
Selanjutnya ada sampling statistic dan non-statistik yang memiliki tiga tahapan serupa, yakni
merencanakan sampel, memilih sampel dan melakukan pengujian, serta mengevaluasi hasil.
Selain pemilihan sampel statistik dan non-statistik, ada pemilihan sampel probabilistik dan
non-probabilistik, serta bagaimana penerapan kedua sampling itu dengan menggunakan
metode pemilihan sampel seperti pemilihan sampel langsung dan blok. Selanjutnya, Metode
pemilihan sampel probabilitas lebih memungkinkan memperoleh sampel yang representatif
daripada metode pemilihan sampel nonprobabilitas. Dalam penggunaan sampling audit untuk
tingkat penyimpangan, auditor ingin mengetahui tnggkat penyimpangan yang paling mungkin,
dan bukan lebarnya interval keyakinan. Sebelum sampling digunakan, kita perlu merencanakan
hingga mengevaluasi sampel yang akan digunakan, dan dalam proses tersebut banyak sekali
tahapannya. Sampling atribut adalah metode sampling statistik yang paling umum digunakan
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Sampling non statistik juga
mempunyai atribut yaitu karakteristik dalam populasi yang akan diuji, tetapi istilah sampling
atribut hanya digunakan dalam sampling statistik. Sedangkan, distribusi sampling adalah
frekuensi atau jumlah terjadinya distribusi hail dari seluruh sampel yang mungkin dari suatu
ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi sejumlah karakteristik
spesifik. Yang terakhir mengenai penerapan sampling audit, terdapat perbedaan di antara 14
tahapan dalam sampling non-statistik dan sampling atribut.
DAFPAR PUSTAKA
Al Haryono Yusuf 2014, Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II, Yogyakarta: STIE
YKPN.