Anda di halaman 1dari 17

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

RPS 2: SAMPLING AUDIT

Oleh:

Kelompok 1

1. Putu Melia Utami Putri (2107531019/01)


2. I Wayan Nita Aristyani (2107531047/02)
3. I.A. PT. Wahyu Sri Saraswati (2107531050/03)

Dosen Pengampu:

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022/2023
2.1 Sampel Representatif
Dalam memilih suatu sampel dari suatu populasi, auditor berusaha untuk
mendapatkan sampel yang representatif. Suatu sampel representatif adalah sampel
yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik populasi. Auditor
dapat meningkatkan kemungkinan suatu sampel menjadi representative dengan cara
meningkatkan kecermatan dalam merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan
mengevaluasi hasilnya. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena
kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling. Kedua risiko ini dapat dikendalikan.
Risiko non-sampling adalah risiko suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab risiko non-samling yaitu auditor
gagal mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur
audit. Risiko Sampling adalah risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru
karena sampel tidak mencerminkan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren
dari sampling yang disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap
keseluruhan populasi. Auditor mempunyai dua cara dalam menghadapi risiko
sampling yaitu : mengubah ukuran sampel dan menggunakan metode yang tepat untuk
memilih unsur sampel dari populasi.

Auditor mempunyai dua cara untuk mengontrol risiko sampling, yaitu:

a. Mengubah ukuran sampel, menaikkan ukuran sampel akan mengurangi risiko


sampling, dan sebaliknya.
b. Menggunakan metoda yang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi,
penggunaan metoda pemilihan sampel yang tepat meningkatkan
kemungkinan keterwakilan.
2.2 Sampling Statistik dan Sampling Non Statistik serta Pemilihan Sampel
Probablistik dan Non Probabilistik

a. Perbedaan Sampel Statistik dan Non-Statistik


Kedua kategori ini serupa karena terdiri dari tiga tahapan yaitu:
1. Merencanakan sampel, yakni memastikan bahwa pengujian audit dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan risiko sampling yang diinginkan dan
meminimumkan kemungkinan terjadinya kesalahan non sampling.

2. Memilih sampel dan melakukan pengujian, yakni keputusan tentang bagaimana


suatu sampel dipilih dari populasi. Auditor hanya bisa melaksanakan pengujian
audit setelah unsur sampel dipilih.

3. Mengevaluasi hasil, yakni penilaian hasil diambil dari kesimpulan berdasarkan


pengujian audit.
Sampling statistik : berbeda dari sampling non-statistik. Dalam metode ini dengan
menerapkan aturan matematika, auditor dapat menguantifikasi (mengukur) risiko
sampling dalam perencanaan sampel (tahap 1), dan dalam mengevaluasi hasil (tahap 2)

Sampling non-statistik: auditor tidak menguantifikasi risiko sampling. Auditor


memilih unsur – unsur sampel yang diyakininya akan memberikan informasi yang
paling bermanfaat, dalam situasi yang dihadapi, dan menyampaikan kesimpulan
tentang populasi berdasarkan hasil pertimbangannya.

b. Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non-Probabilistik


Pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih sampel – sampel secara acak
yang setiap unsurpopulasinya memiliki probabilitas yang diketahui untuk dimasukkan
dalam sampel. Proses inimembutuhkan ketelitian yang tinggi dan menggunakan salah
satu dari berbagai metode.
Pemilihan sampel non-probabilitas, auditor mimilih unsur sampel dengan
menggunakan pertimbangan profesionalnya, tidak menggunakan metode
probabilistik. Auditor dapat memilih salah satu dari metode pemilihan sampel non-
probabilistik.

c. Penerapan Sampling Statistik dan Non-Statistik dalam praktik serta metode


pemilihan sampel

Ada tiga metode pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan
sampling audit non- statistik. Ketiganya adalah non-probabilistik. Ada empat tipe
metode pemilihan sampel yang berhubungan dengan sampling audit statistik. Keempat
metode tersebut adalah probabilistik. Metode pemilihan sampel non-probabilistik
(judgemental) terdiri dari :

1. Pemilihan sampel langsung (Directed sample selection)

2. Pemilihasn sampel blok ( Block sample selection)

3. Pemilihan sampel sembarang ( Haphazard sample selection)


Metode pemilihan sampel probabilistik terdiri dari:

1. Pemilihan sampel acak sederhana ( simple random sample)

2. Pemilihan sampel sistematik ( systematic sample selection)

3. Pemilihan sampel probabiliatas proportional dengan ukuran


(probability proportional ti sizesample selection)
4. Pemilihan sampel berjenjang ( stratified sample selection)

2.3 Metode Pemilihan Sampel Non Probablistik

Metode pemilihan sampel non probabilistic adalah metode-metode yang tidak


memenuhi persyaratan teknis untuk pemilihan sampel probabilistic.

a. Pemilihan Sampel Langsung

Dalam metode ini auditor secara sengaja memilih unsur di dalam sampel
berdasarkan kriteria menurut pertimbangannya sendiri dan tidak memilih secara
acak.

1) Unsur yang Paling Mungkin Berisi Kesalahan Penyajian


Auditor seringkali bisa mengidentifikasi unsur populasi mana yang
paling mungkin berisi kesalahan penyajian. Dalam mengevaluasi sampel,
auditor biasanya beranggapan bahwa apabila dari unsur yang dipilih tidak ada
yang tidak mengandung kesalahan penyajian, ,maka populasi diperkirakan
tidak mengandung kesalahan penyajian secara material.

2) Unsur yang Berisi Karakteristik Populasi Tertentu

Dengan memilih satu atau lebih unsur yang memiliki karakteristik


populasi yang berbeda, auditor mungkin bisa merancang sampel yang
representatif.

3) Unsur Bernilai Rupiah Besar

Cara ini merupakan pendekatan yang praktis, terutama pada perusahaan


kecil, dimana sejumlah kecil unsur populasi membentuk bagian besar dari nilai
total populasi.

b. Pemilihan Sampel Blok


Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama dalam suatu
blok, dan selanjutnya dipilih secara berurutan. Penggunaan sampel blok biasanya
dapat diterima hanya apabila jumlah blok yang digunakan cukup banyak. Apabila
hanya sedikit blok yang digunakan, probabilitas untuk mendapatkan satu sampel
yang tidak representatif akan terlalu besar, terutama bila terjadi pergantian pegawai,
terjadi perubahan sistem akuntansi, dan adanya sifat musiman yang sering dijumpai
dalam banyak bisnis.

1) Pemilihan Sampel Sembarang (Haphazard)

Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur – unsur tanpa


suatu bias yang disadari auditor. Dalam hal ini auditor memilih unsur
populasi tanpa mempertimbangkan ukuran, sumber, ataupun karakteristik
pembeda lainnya. Tetapi ada kelemahan paling serius dalam pemilihan
sampel ini, yakni sulitnya memegang teguh untuk sepenuhnya tidak bias
dalam pemilihan.

Meskipun pemilihan sampel sembarang dan sampel blok nampak kurang logis
dibandingkan dengan pemilihan sampel langsung, namun keduanya sering berguna
dalamsituasi di mana biaya dari metode pemilihan sampel yang kompleks lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh dari pendekatan ini.

2.4 Metode Pemilihan Sampel Probabilistik


Sampel Probabilistik atau Probability Sampling ialah teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Artinya cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Metode pemilihan sampel
probabilitas lebih memungkinkan memperoleh sampel yang representatif daripada
metode pemilihan sampel nonprobabilitas. Teknik Probilitas ini bertujuan mendapatkan
data seakurat mungkin agar diketahui jarak pasti dari kondisi ideal. (Asep, 2005).
Terdapat empat metode dalam penarikan sampel probabilitas. Metode dalam penarikan
sampel probabilitas akan dijelaskan sebagai berikut: (Asep, 2005)
a. Sampel Acak Sederhana
Metode sampel acak sederhana atau bisa juga disebut sampel random
sederhana merupakan suatu prosedur yang memungkinkan setiap elemen dalam
populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel ini
diambil dari anggota populasi dengan acak tanpa memperhatikan strata atau
tingkatan dalam anggota populasi tersebut. Auditor menggunakan sampel acak
sederhana apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan pada satu atau lebih
tipe unsur populasi.

b. Sampel Siatematik
Metode sampel sistematik, populasi dibagi dengan ukuran sampel yang
diperlukan (n) dan sampel diperoleh dengan cara mengambil setiap subyek ke-
n. Cara pemilihan sampel ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur
populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel
adalah yang “keberapa”. Keuntungan pemilihan sistematik adalah mudah
penggunaannya. Dalam kebanyakan populasi, sampel sistematik dapat dengan
cepat ditarik dan secara otomatis meletakkan nomor-nomor secara berurutan
sehingga memudahkan untuk membuat dokumentasi. Sedangkan kelemahannya
adalah adanya kemungkinan terjadinya bias.

c. Sampel Berstrata
Metode penarikan sampel berstrata merupakan metode pengambilan
sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang
homogen (disebut strata) dalam hal ini suatu subsampel –subsampel acak
sederhana ditarik dari setiap strata yang kurang lebih sama dalam beberapa
karakteristik, dan dari tiap stratum tersebut diambil sampel secara acak.
Teknik sampling ini dilakukan apabila anggota populasinya heterogen
(tidak sejenis). Ada dua macam penarikan sampel berstrata yaitu,
Proporsional dan Non-Proporsional.
d. Sampel Berkelompok
Metode penarikan data sampel berkelompok merupakan suatu prosedur
penarikan sampel probabilitas yang memilih sub-populasi yang
disebut cluster, kemudian setiap elemen didalam kelompok akan dipilih
sebagai anggota sampel
e. Sampel Random Bertingkat (Multi Stage Sample)
Pengambilan sampel metode random bertingkat ini dalam dua tahap
(two-stage sampling) atau lebih. Proses pengambilan sampel dilakukan
bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih.
2.5 Pemilihan Sampel Untuk Tingkat Penyimpangan
Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi untuk menaksir presentase unsur – unsur dalam suatu populasi yang
berisi suatu karakteristik atau atribut. Presentase ini disebut tingkat keterjadian atau tingkat
penyimpangan. Auditor menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpangan dalam populasi
data akuntansi berikut:

a. Penyimpangan dari pengenmdalian yang ditetapkan klien


b. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi
c. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detil saldo akun.

Pengetahuan tingkat penyimpangan terutama berguna untuk penyimpangan tipe


satu dan tipe dua yang bersangkutan dengan transaksi. Oleh karena itu auditor banyak
menggunakan audit sampling yang mengukur tingkat penyimpangan dalam melakukan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Dalam penggunaan sampling
audit untuk tingkat penyimpangan, auditor ingin mengetahui tnggkat penyimpangan yang
paling mungkin, dan bukan lebarnya interval keyakinan. Oleh krena itu auditor fokus pada
batas atas dari taksiran itervval yang disebut taksiran atau computed upper exception
rate dalam pengujian pengendalian dan pengujian sustantif transaksi.

2.6 Penerapan Pemilihan Sampel Audit Non Statistik


Auditor menggunakan 14 langkah untuk menerapkan audit sampling dalam
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Langkah – langkah tersebut
terbagi dalam tiga tahapan yaitu :
A. Merencanakan Sampel
a. Menetapkan tujuan pengujian audit
Dalam perencanaan sampel, tujuan pengujian audit harus ditetapkan
sesuai dengan siklus transaksi yang akan diuji. Biasanya auditor merumuskan
tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi menjadi dua,
yaitu menguji efektivitas operasi pengendalian dan menentukan apakah transaksi
berisi kesalahan penyajian rupiah.

b. Menentukan apakah audit sampling bisa diterapkan

Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk


memperoleh kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor
harus melihat ke program audit dan memilih prosedur mana yang bisa diterapkan
dengan menggunakan sampling audit. Sebagai contoh, berikut ini adalah
sebagian dari program audit:

1) Review transaksi penjualan apakah ada yang berjumlah besar atau tidak
biasa

2) Lakukan pengamatan (observasi) apakah tugas yang menangani piutang


dan kas terpisah

3) Periksa suatu sampel duplikat faktur penjualan

4) Pilihlah suatu sampel dokumen pengiriman barang dan telusurilah ke


duplikat faktur penjualan yang bersangkutan
5) Bandingkan kuantitas pada setiap duplikat faktur penjualan dengan
kuantitas pada dokumen pengiriman barang yang bersangkutan.

c. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan

Saat akan menggunakan sampling audit, auditor harus merumuskan


karakteristik atau atribut yang akan diuji dan kondisi-kondisi penyimpangan.
Apabila atribut tidak dirumuskan di muka dengan cermat, para staf audit yang
melaksanakan prosedur audit tidak memiliki pegangan untuk mengidentifikasi
penyimpangan. Atribut dan kondisi penyimpangan untuk sampling audit
diambil langsung dari prosedur audit yang ditetapkan auditor.

d. Merumuskan populasi

Populasi adalah unsur – unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor.


Auditor bisa merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang
diinginkan, tetapi ketika mereka menarik sampel, unsur tersebut harus terpilih
dari keseluruhan dari populasi sebagaimana yang telah dirumuskan.

Auditor harus menguji kelngkapan populasi dan detil keterkaitan


sebelum suatu sampel ditarik untuk memastikan bahwa semua unsur populasi
memiliki kesempatan untuk dipilih. Auditor hanya bisa melakukan generalisasi
tentang populasi yang telah disampel. Sebagai contoh, ketika melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi penjualan, biasanya
yang dirumuskan auditor sebagai populasi adalah semua faktur yang telah dicatat
selama tahun diaudit. Apabila auditor hanya mengambil sampel dari satu bulan
transaksi, menjadi tidak valid untuk mengambil kesimpulan tentang faktur untuk
keseluruhan tahun. Auditor juga harus dengan cermat merumuskan populasi
dimuka dan harus konsisten.

e. Merumuskan unit sampling

Unit sampling adalah langkah awal dalam pelaksanaanpengujian audit.


Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi
dan tujuanpengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berkaitan dengan
nomor – nomor acak yang akan digeneralisasi oleh auditor.

f. Menetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi

Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable


exception rate (TER) untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan
profesional auditor. TER akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ukuran sampel. Ukuran sampel yang lebih besar akan dibutuhkan untuk TER
yang rendah dibandingkan dengan untuk TER yang tinggi.

g. Menetapkan risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah yang bisa


diterima

Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian


substantif, risiko tersebut disebut risiko yang bisa diterima untuk penetapan
risiko pengendalian terlalu rendahatau acceptable risk of assesing control risk
top low (ARACR). ARACR mengukur risiko yang bisa diterima auditor untuk
diterima bahwa pengendalian efektif (atau tingkat kesalahanpenyajian yang bisa
diterima) padahal tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya lebih
besar daripada TER. ARACR yang tinggi berarti bahwa auditor bersedia untuk
mengambil risiko yang substansial dengan menimpulakan bahwa pengendalian
efektif setelah semua pengujian selesai.

h. Menaksir tingkat penyimpangan populasi

Auditor harus menaksir dimuka tingkat penyimpangan populasi untuk


merencanakan ukuran sampel yang tepat. Apabila taksiran tingkat
penyimpangan populasi atau estimated population excepation rate (EPER)
rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan memuaskan tingkat
penyimpangan yang bisa ditoleransi sebagaimana ditetapkan auditor, karena
hanya diperlukansuatu tingkat ketepatan taksiran yang rendah. Auditor sering
menggunakan hasil audit tahun sebelumnya untuk menaksir EPER. Jika hasil
adit tahun lalu tidak tersedia, auditor bisa mengambil suatu sampel pendahuluan
yang kecil dari populasi tahun ini untuk tujuan audit tahun ini.

i. Menentukan ukuran sampel awal

Ada empat faktor yang meentukan ukuran sampel awal untuk sampling
audit, yaitu : ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan
faktor yang signifikan dan biasanya bisa diabaikan, terutama apabila populasinya
besar.

j. Sensitivitas ukuran sampel terhadap suatu perubahan dalam faktor penentu

Untuk memahami konsep yang melandasi sampling dalam pengauditan,


maka harus memahami pengaruh dari kenaikan atau penurunan yang terjadi pada
salah satu dari keempatkeempat faktor yang menentukan ukuran sampel, dengan
asumsi bahwa faktor lainnyakonstan.

B. Memilih Sampel dan Melaksanakan Proses Audit

a. Memilih sampel

Setelah auditor menentukan ukuran sampel awal untuk penerapan


sampling audit, auditorharus memilih unsur-unsur dalam populasi yang akan
diikutsertakan dalam sampel. Auditor dapat melakukan pemilihan sampel
dengan metoda probabilistik atau non probabilistik.

b. Melaksanakan prosedur audit

Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur


dalam sampel untuk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan
definisi dari atribut dan dengan mencatat semua penyimpangan yang
ditemukan.

C. Mengevaluasi Hasil

a. Melakukan generalisasi dari sampel ke populasi

Untuk metode non statistik auditor bisa menggunakan dua cara untuk
melakukan generalisasi dari sampel ke populasi. Pertama menambahkan suatu
taksiran kesalahan sampling ke SER sehingga diperoleh tingkat batas atas
penyimpangan terhitung untuk suatu ARACR tertentu, dan kedua
mengurangkan suatu tingkat penyimpangan sampel dari tingkat penyimpangan
bisa ditoleransi sehingga bisa diketahui kesalahan sampling.

b. Melakukan analisis penyimpangan

Penyimpangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti misalnya


kecerobohan pegawai, salah mengartikan instruksi atau kesalahan yang
memang disengaja dalam melaksanakan prosedur. Sifat suatu penyimpangan
dan penyebabnya memiliki pengaruh signifikan terhadap penilaian kualitatif
atas sistem. Auditor harus menganalisis penyimpangan individual untuk
menentukan titik lemah dalam pengendalian interen yang memungkinkan
terjadinya penyimpangan.

c. Menentukan aksetabilitas populasi

Pada saat melakukan generalisasi dari sampel ke populasi, kebanyakan


auditor yang menggunakan sampling non statistik mengurangkan SER dari TER
dan mengevaluasi apakahselisihnya cukup besar. Apabila auditor berpendapat
bahwa TER-SER adalah terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi bisa
diterima atau apabila SER lebih besar daripada TER, auditor harus mengikuti
salah satu dari empat tindakan yaitu merevisi TER atau ARACR, memperbesar
Ukuran Sampel, merevisi Penetapan Risiko Pengendalian atau berkomunikasi
dengan Komite Audit atau Manajemen.
2.7 Sampling Audit Statistik
Sampling atribut adalah metode sampling statistik yang paling umum digunakan
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Sampling non statistik
juga mempunyai atribut yaitu karakteristik dalam populasi yang akan diuji, tetapi istilah
sampling atribut hanya digunakan dalam sampling statistik. Adapun yang dimaksud dengan
sampling atribut yaitu, suatu metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan atau
estimasi terhadap sebagian dari populasi yang mengandung karakter atau atribut tertentu
yang menjadi perhatian atau menjadi tujuan audit seorang auditor. Penerapan sampling
atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi lebih banyak
persamaannya dengan sampling non-statistik dibandingkan dengan perbedaannya.
Pendekatan yang digunakan juga terdiri dari 14 tahap dan terminologi atau istilah yang
digunakan juga sama. Perhitungan ukuran sampel awal yang dilakukan dengan
menggunakan tabel yang dikembangkan dari distribusi probabilitas statistik dan
perhitungan taksiran batas atas penyimpangan dengan menggunakan tabel yang sama
seperti yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel merupakan perbedaan utama dari
sampling statistik dengan sampling non-statistik. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi
agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik yang dimana jika
salah satu syarat ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik, yaitu
:
1. Sampel harus dipilih secara random. Random merupakan lawan arbritrari atau
judgemental. Seleksi random menawarkan kesempatan sampel tidak akan bias.
2. Hasil sampel harus bisa dievaluasi secara matematis.

2.8 Distribusi Sampling


Distribusi sampling adalah frekuensi atau jumlah terjadinya distribusi hail dari
seluruh sampel yang mungkin dari suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu
populasi yang berisi sejumlah karakteristik spesifik. Distribusi sampling dapat
membantu auditor dalam membuat pernyataan probabilitas tentang kemungkinan
keterwakilan setiap sampel yang ada dalam distribusi. Untuk sampling atribut
didasarkan pada distriusi binomial, yaitu setiap sampel yang mungkin dalam populasi
memiliki satu atau dua kemungkinan nilai, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau deviasi
pengendalian/tidak ada deviasi pengendalian. Distribusi sampling berbasis binomial
menerangkan mengenai probabilitas dari setiap kemungkinan jumlah penyimpangan.
Dalam kenyataannya, sampel bisa saja tidak mengandung penyimpangan atau malahan
berisi penyimpangan lebih dari 10. Berikut merupakan contoh distribusi sampling
untuk populasi dengan suatu sampel yang terdiri dari 50 unsur dari suatu populasi yang
sangat besar dengan tingkat penyimpangan 5%.

Untuk menghitung probabilitas ditemukannya suatu sampel dengan paling


sedikit satu penyimpangan, kurangkan probabilitas tidak terjadinya penyimpangan dari
1 (100 persen). Dengan cara seperti ini, kemungkinan untuk menemukan suatu sampel
dengan paling sedikit satu penyimpangan yaitu 1 - 0,0769 atau 92,31%.
Adanya pengetahuan tentang distribusi sampling akan memungkinkan seorang
auditor untuk secara statistik membuat pernyataan yang valid tentang populasi. Apabila
auditor memilih suatu sampel yang terdiri dari 50 faktur penjualan untuk menguji
apakah faktur tersebut dilampiri bukti pengiriman barang dan menemukan satu
penyimpangan, auditor dapat memeriksa tabel probabilitas di atas dan mengetahui
bahwa terdapat 20,25% probabilitas bahwa sampel dari suatu populasi dengan tingkat
penyimpangan 5% dan 79,75% (1 - 0,2025) probabilitas bahwa suatu sampel yang
diambil dari suatu populasi memiliki tingkat penyimpangan yang lain. Berdasarkan
kolom probabilitas kumulatif pada tabel di atas, auditor bisa menaksir 27,94%
probabilitas bahwa sampel berasal dari suatu populasi dengan tingkat penyimpangan
lebih dari 5% dan 72,06% (1 - 0,2794) probabilitas bahwa sampel yang diambil dari
suatu populasi mempunyai tingkat penyimpangan 5% atau kurang. Karena ada
kemungkinan juga untuk menghitung probabilitas distribusi dengan tingkat
penyimpangan populasi yang lain, auditor menggunakan in untuk menarik kesimpulan
statistik tentang populasi yang tidak diketahui yang disampel. Distribusi sampling ini
merupakan dasar untuk membuat tabel yang digunakan auditor untuk sampling atribut.

2.9 Penerapan Sampling Atribut


Perbedaan di antara 14 tahapan dalam sampling non-statistik dan sampling atribut.
a. Merencanakan sampel
1. Merencanakan tujuan pengujian audit.
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-statistik.
2. Memastikan apakah sampai audit bisa diterapkan.
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-statistik.
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan.
Sama, baik untuk sampel atribut maupun sampling non-statistik.
4. Merumuskan populasi.
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-statistik.
5. Merumuskan unit sampling.
Sama, baik untuk sampel atribut maupun sampling non-statistik.
6. Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi.
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-statistik.
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu
rendah.
Konsep untuk perumusan risiko sama, baik untuk sampling statistik maupun
nonstatistik, tetapi metode untuk mengkuantifikasi biasanya berbeda. Untuk
sampling nonstatistik auditor biasanya menggunakan risiko bisa diterima yang
rendah, medium, atau tinggi. Sedangkan dalam metode sampling atribut auditor
biasanya menetapkan suatu jumlah tertentu seperti misalnya risiko 10% atau 5%.
Metode ini berbeda karena auditor perlu mengevaluasi hasil secara statistik.
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi.
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-statistik.
9. Menentukan ukuran sampel awal.
Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal baik untuk sampling
statistik maupun non-statistik, yaitu ukuran populasi, TER, ARACR dan EPER.
Dalam sampling atribut auditor menentukan ukuran sampel dengan menggunakan
program komputer atau tabel yang dikembangkan dari formula statistik. Pengaruh
dari ukuran sampel dalam teori statistikamenunjukkan bahwa pada populasi yang
yang menerapkan sampling atribut ukuran populasi hanya menjadi pertimbangan
kecil dalam penentuan ukuran sampel. Karena kebanyakan auditor menggunakan
sampling atribut untuk populasi yang besar maka pengurangan ukuran sampel
untuk populasi yang lebih kecil bisa diabaikan.
b. Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
1. Memilih sampel.
Berbeda dengan metode non-statistik pemilihan sampel pada metode statistika
harus menggunakan metode probabilistik. Untuk sampling atribut bisa digunakan
metode sampling acak sederhana atau metode sistematis.
2. Melaksanakan prosedur audit.
Sama, baik untuk samping atribut maupun untuk sampling non-statistik.
c. Menilai hasil
1. Generalisasi dari sampel ke populasi.
Untuk sampel atribut, auditor menghitung batas presisi atas (CUER) pada suatu
ARACR tertentu dengan menggunakan program komputer khusus atau penggunaan
tabel yang dibangun dari formula statitiska.
2. Menganalisis penyimpangan.
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-statistik.
3. Memutuskan akseptabilitas populasi.
Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas populasi pada dasarnya sama, baik
untuk sampling atribut maupun sampling non-statistik. Untuk samping atribut, auditor
membandingkan CUER dengan TER untuk masing- masing atribut. Sebelum populasi
dipandang dapat diterima, CUER yang ditetapkan berdasarkan hasil sampel
sesungguhnya harus lebih kecil atau sama dengan TER apabila keduanya didasarkan
pada ARACR yang sama.
KESIMPULAN

Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan karakteristik populasi. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena
kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling. Kedua risiko ini dapat dikendalikan.
Selanjutnya ada sampling statistic dan non-statistik yang memiliki tiga tahapan serupa, yakni
merencanakan sampel, memilih sampel dan melakukan pengujian, serta mengevaluasi hasil.
Selain pemilihan sampel statistik dan non-statistik, ada pemilihan sampel probabilistik dan
non-probabilistik, serta bagaimana penerapan kedua sampling itu dengan menggunakan
metode pemilihan sampel seperti pemilihan sampel langsung dan blok. Selanjutnya, Metode
pemilihan sampel probabilitas lebih memungkinkan memperoleh sampel yang representatif
daripada metode pemilihan sampel nonprobabilitas. Dalam penggunaan sampling audit untuk
tingkat penyimpangan, auditor ingin mengetahui tnggkat penyimpangan yang paling mungkin,
dan bukan lebarnya interval keyakinan. Sebelum sampling digunakan, kita perlu merencanakan
hingga mengevaluasi sampel yang akan digunakan, dan dalam proses tersebut banyak sekali
tahapannya. Sampling atribut adalah metode sampling statistik yang paling umum digunakan
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Sampling non statistik juga
mempunyai atribut yaitu karakteristik dalam populasi yang akan diuji, tetapi istilah sampling
atribut hanya digunakan dalam sampling statistik. Sedangkan, distribusi sampling adalah
frekuensi atau jumlah terjadinya distribusi hail dari seluruh sampel yang mungkin dari suatu
ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi sejumlah karakteristik
spesifik. Yang terakhir mengenai penerapan sampling audit, terdapat perbedaan di antara 14
tahapan dalam sampling non-statistik dan sampling atribut.
DAFPAR PUSTAKA

Al Haryono Yusuf 2014, Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II, Yogyakarta: STIE
YKPN.

Fekool.blogspot.com. 2022, 14 Maret. AUDITING: Memahami Sampling Audit. Diakses pada


6 Maret 2022, di https://fekool.blogspot.com/2017/05/auditing-memahami-sampling-
audit.html

Anda mungkin juga menyukai