Anda di halaman 1dari 15

Bab 15

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN


PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Kelompok 2

Nama Kelompok:
Rezy Ivan Samudra B1032201020
Ryza Ivan Dirgantara B1032201022
Konsep Sampling Representatif

- Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang


karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi.
Ini berarti bahwa item-item yang dijadikan sampel serupa dengan
item-item yang tidak dijadikan sampel.
- Dalam praktik, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu
sampel bersifat representatif, bahkan setelah semua pengujian
selesai dilakukan. (Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah
suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukan audit
lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan.)
Resiko Sampling & Non Sampling

 Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai


kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit
dari populasi secara keseluruhan.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel.
2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.
 Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit
tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko
nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan
prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif .
Metode Sampling Audit :
Sampling Statistik & Non Statistik
 Sampling statistik adalah proses pemilihan sampel yang dapat diukur
secara matematis yang memungkinkan auditor mengukur resiko
pengambilan sampel yaitu resiko bahwa suatu sampel tidak
mencerminkan populasi. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu
prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik yaitu
Pertama, sampel harus dipilih secara random. Kedua, hasil sampel harus
bisa dievaluasi secara matematis.
 Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman auditor.
Tahap Pemilihan Sample :

1. Perencanaan sampel.
2. Pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian.
3. Pengevaluasian hasil.

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan
bagaimana sampel dipilih dari populasi. Auditor ham dapat melaksanakan pengujian
audit hanya setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan
kesimpulan berdasarkan pengujian audit.
Sample Probabilistik dan Nonprobabilistik

 Sample Probabilistik adalah metode pengambilan sampel yang


menggunakan beberapa bentuk pemilihan acak. Misalnya sebuah pusat
perbelanjaan ingin mempelajari kebiasaan pembeli dalam membeli barang
mereka. Teknik probability sampling digunakan untuk populasi yang
besaran anggotanya dapat ditentukan lebih dulu oleh peneliti. Metode ini
menggunakan analisis statistik untuk membantu penentuan sampel
terpilih.
 Sample Nonprobabilistik merupakan teknik pengambilan sampel tidak
dipilih secara acak. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa
disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya
sudah direncanakan oleh auditor.
Memilih Sample Representatif :

 Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini:


1. Pemilihan sampel acak sederhana

2. Pemilihan sampel sistematis

3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran sampel

 Metode pemilihan sampel nonprobabilistik termasuk berikut ini:

1. Pemilihan sampel sembarangan

2. Pemilihan sampel blok


Sampling Audit untuk Tingkat
Pengecualian
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimasi
tingkat pengecualian dalam populasi, yang merupakan "estimasi terbaik'' auditor. atas
tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception) harus dipahami
sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang
salah secara moneter, apakah hal itu disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak
disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada
penyimpangan dari pengendalian yang telah digariskan.
Sampling Nonstatistik Dalam Pengujian Pengendalian
dan Pengujian Substantif atas Transaksi.

- 14 langkah yang ditetapkan dengan baik. Auditor harus mengikuti langkah-


langkah tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan
audit maupun sampling dengan benar.
 Merencanakan Sampel :
 1. Menyatakan tujuan pengujian audit.
 2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
 3. Mendefinisikan atribut clan kondisi pengecualian.
 4. Mendefinisikan populasi.
 5. Mendefinisikan unit sampling.
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu tinggi.
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal.

 Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit :


10. Memilih sampel
11. Melaksanakan prosedur audit.

 Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi.
13. Menganalisis pengecualian.
14. Memutuskan akseptabilitas populasi.
Sampling atribut &
Distribusi Sampling
 Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut (attribute
sampling).
 Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus
yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu.
Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas
mengenai kemungkinan terwakilinya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut
didasarkan pada distribusi binomial, di mana setiap sampel dalam populasi memiliki
satu dari dua nilai yang mungkin, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau deviasi
pengendalian/tidak ada deviasi pengendalian.
Sampling Atribut dalam Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
atas Transaksi.

 Merencanakan Sampel

 1. Menyatakan tujuan pengujian audit. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.

 2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. Sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.

 3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. Sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.

 4. Mendefinisikan populasi. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.

 5. Mendefinisikan unit sampling. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.

 6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER). Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
7. Menetapkan ARO. Konsep penetapan risiko ini sama baik untuk sampling statistik maupun
nonstatisik, tetapi biasanya metode kuantifikasinya berbeda. Untuk sampling nonstatistik,
sebagian besar auditor menggunakan · risiko yang dapat diterima yang rendah, sedang, atau
tinggi, sementara auditor yang menggunakan sampling atribut membebankan suatu jumlah
tertentu, seperti risiko 10 persen atau 5 persen. Metodenya berbeda karena auditor harus
mengevaluasi hasil secara statistik.
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
9. Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal
baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik: ukuran populasi, TER, ARO, dan EPER.
Dalam sampling atribut, auditor menentukan ukuran sampel dengan menggunakan program
komputer atau tabel yang dikembangkan dari rumus statistik.
- Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
IO. Memilih sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistik dan nonstatistik
terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling
acak sederhana maupun sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
11. Melaksanakan prosedur audit. Sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
- Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas ketepatan
atas ( CUER) dengan ARO tertentu, yang sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel yang
dikembangkan dari rumus statistik.
- 13. Menganalisis pengecualian. Sama untuk sampling atribut dan sampling nonstatistik.
- 14. Memutuskan akseptabilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas populasi pada intinya
sama baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. Untuk sampling atribut, auditor akan
membandingkan CUER dengan TER bagi setiap atribut. Sebelum populasi bisa dianggap dapat diterima,
CUER yang ditentukan berdasarkan hasil sampel aktual hams lebih kecil dari atau sama dengan TER jika
keduanya - didasarkan pada ARO yang sama.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai