Anda di halaman 1dari 30

PEMILIHAN SAMPEL AUDIT

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI
PENGAUDITAN 1/ Pertemuan 13
STIESIA SURABAYA
A. Sample Representatif
B. Sampel Statistik vs Non-Statistik
C. Sampel Probabilistik dan Non-Probabilistik
D. Pengambilan sampel untuk tingkat pengecualian
E. Penerapan pengambilan Audit Non-Statistik
F. Pengambilan Sampel Audit secara Statistik
G. Penerapan Pengambilan Sampel Atribut
Menurut SA 530.2
Sampling audit (sampling): Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu
populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling memiliki peluang yang sama
untuk dipilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi
secara keseluruhan.
Resiko sampling : Risiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu sampel dapat berbeda
dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada keseluruhan populasi.
Risiko nonsampling : Risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah dengan alasan apapun
yang tidak terkait dengan risiko sampling.
Ada dua pendelatan umum dalam sampling audit : nonstatistik. Kedua pendekatan tersebut
mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian sampel , serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti
audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan.
“kedua pendekatan sampling audit di atas jika diterapkan dengan semestinya, dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup”.
Menurut SA 530.3
Sampling statistik : Suatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
i. Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak dan
ii. Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk
mengukur risiko sampling
Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik – karakteristik I dan ii dianggap
sebagai sampling nonstatistik
Menurut SA 530.7 dan 530.8
Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau nonstatistik dalam sampling
membutuhkan pertimbangan auditor, namun, ukuran sampel bukan merupakan kriteria
yang tepat untuk membedakan antara pendekatan statistik atau nonstatistik.
Menurut SA 530.10
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang tinggi yang
tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti audit tambahan yang memperkuat penilaian
awal risiko tersebut. Untuk pengujian rinci, suatu jumlah kesalahan penyajian yang
tinggi yang tidak diharapkan dalam suatu sampel dapat menyebabkan auditor menyakini
bahwa terjadi kesalahan penyajian material dalam suatu golongan transaksi atau saldo
akun, kecuali bukti audit tambahan membuktikan tidak ada kesalahan penyajian
material.
A. SAMPEL REPRESENTATIF
• Sampel dimana karakteristik sampel tersebut mendekati
karakteristik populasinya.
• Asumsikan pengendalian internal klien mengharuskan
seorang petugas untuk melampirkan dokumen pengiriman
pada setiap salinan faktur penjualan.
• Jika auditor memilih 100 sampel salinan faktur penjualan dan
menemukan bahwa ada 3 faktur yang tidak memiliki
lampiran dokumen pengiriman  sampel yang representatif
• Jika tidak ada atau banyak sekali faktur yang tidak dilampiri
dokumen pengiriman  sampel tidak representatif
Lanj………………
• Sebuah hasil sampel dapat menjadi tidak representatif karena kesalahan
non-sampel (resiko non-sampel) atau kesalahan sampel (resiko sampel).
• Kedua resiko tersebut dapat dikendalikan.
• Resiko non-sampel  resiko dimana pengujian audit tidak mampu
mengungkap pengecualian-pengecualian yang ada dalam sampel
tersebut.
• Penyebabnya  kegagalan auditor mengenali kesalahan dalam dokumen,
salah menginterpretasikan hasil sampel, kepercayaan pada informasi yang
salah yang diterima dari pihak lain dan prosedur audit yang tidak tepat /
tidak memadai.
• Auditor gagal mengenali pengecualian karena kelelahan, kebosanan atau
kurangnya pemahaman atas apa yang seharusnya dicari.
• Cara untuk mengendalikan kesalahan non-sampel  prosedur audit yang
sangat hati-hati, instruksi yang tepat, supervisi dan pengkajian ulang.
Lanj……………
• Resiko sampel  resiko dimana seorang auditor mencapai
sebuah kesimpulan yang tidak benar karena sampelnya tidak
representatif terhadap populasi.
• Auditor dapat melakukan 2 cara berikut untuk mengendalikan
resiko sampel:
• Menyesuaikan ukuran sampel  meningkatkan ukuran sampel akan
mengurangi resiko sampel, dan sebaliknya
• Menggunakan metode yang tepat dalam pemilihan pos sampel dari
populasi  akan meningkatkan sifat sampel yang representatif.
B. SAMPEL STATISTIK VS NON-STATISTIK
Melibatkan 3 fase berikut:
1. Merencanakan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian-pengujian
3. Mengevaluasi hasilnya
Sampel Statistik
• Dengan menerapkan aturan-aturan matematis, auditor dapat
mengukur resiko pengambilan sampel dalam merencanakan
sampel (langkah 1) serta dalam mengevaluasi hasil (langkah 3)
• Tingkat keyakinan 95% memiliki resiko sampel 5%.
• Ketika pendekatan statistik digunakan, sampel tersebut harus
bersifat probabilistik dan metode evaluasi secara statistik harus
digunakan dengan hasil sampelnya untuk membuat
perhitungan resiko pengambilan sampel.
Sampel Non-Statistik
• Auditor tidak mengkuantifikasikan resiko sampel.
• Auditor memilih pos-pos sampel yang diyakini akan
memberikan informasi yang paling berguna dalam kondisi
tersebut dan menarik kesimpulan atas populasi berdasarkan
pertimbangan professional.
• Seringkali dinamai dengan pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan (judgmental sampling)
C. SAMPEL PROBABILISTIK DAN
NON-PROBABILISTIK
Pemilihan Sampel Probabilistik dan
Non-Probabilistik
• Berada di tahap 2 (memilih sampel dan melakukan pengujian-
pengujian)
• Ketika menggunakan sampel probabilistik  auditor memilih pos
sampel secara acak sehingga setiap pos populasi memiliki
probabilitas yang pasti dimasukkan pada sampel.
• Dalam pemilihan sampel non-probabilistik  auditor memilih
pos-pos sampel dengan menggunakan pertimbangan profesional
untuk memilih hal-hal dari populasi.
Sampel Probabilistik
Metodenya:
• Pemilihan sampel acak sederhana
• Pemilihan sampel sistematik
• Pemilihan sampel probabilitas proporsional terhadap ukuran
• Pemilihan sampel berjenjang
Sampel Non-Probabilistik
Metodenya:
1. Pemilihan sampel terarah (directed sample selection) 
auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam sampel
berdasarkan pada pertimbangan profesionalnya daripada
menggunakan pemilihan sampel secara acak.
2. Pemilihan sampel blok (block sample selection)  pos-pos
dipilih dalam tahapan yang terukur.
3. Pemilihan sampel sembarang (haphazard sample selection)
 pemilihan pos populasi tanpa mempertimbangkan
ukuran, sumber, atau karakteristik khusus lainnya.
D. PENGAMBILAN SAMPEL
UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN
• Auditor menggunakan pengambilan sampel pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk
memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang
memuat karakteristik atau atribut yang penting.
• Persentase tersebut dinamakan tingkat keterjadian
(occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception
rate).
• Contoh: jika auditor memutuskan bahwa tingkat
pengecualian untuk verifikasi internal faktur penjualan
adalah sekitar 3% maka rata-rata 3 dari 100 faktur
penjualan tidak diverifikasi dengan tepat.
• Auditor memperhatikan dengan beberapa jenis
pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi:
• Mengetahui tingkat pengecualian sangat berguna khususnya untuk 2
jenis pengecualian pertama yang melibatkan transaksi-transaksi.
• Auditor menggunakan tingkat pengecualian yang ketiga untuk
memperkirakan jumlah rupiah pengecualian tersebut karena auditor
harus menentukan apakah salah sajinya material atau tidak.
• Tingkat pengecualian dalam sebuah sampel digunakan untuk
memperkirakan tingkat pengecualian pada seluruh populasi 
merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian
populasi.
• Istilah pengecualian harus dipahami merujuk pada baik deviasi dari
prosedur pengendalian klien maupun jumlah moneter yang tidak
benar, apakah disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak
disengaja ataupun penyebab lainnya.
• Deviasi khususnya merujuk pada penyimpangan dari pengendalian
yang ditetapkan.
• Terdapat kemungkinan yang signifikan bahwa tingkat
pengecualian sampel berbeda dengan tingkat pengecualian aktual
populasinya  kesalahan pengambilan sampel (sampling error)
• Auditor harus memperhatikan estimasi kesalahan sampel dan
keandalan estimasinya  resiko pengambilan sampel (sampling
risk)
E. PENERAPAN PENGAMBILAN AUDIT
NON-STATISTIK
Auditor menggunakan 14 langkah berikut dalam menerapkan
pengambilan sampel audit untuk pengujian pengendalian dan
substantif transaksi.
Langkah-langkah ini dibagi dalam 3 fase sebagai berikut:
• Merencanakan Sampel
1. Menetapkan tujuan dari pengujian audit
2. Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Mendefinisikan populasi
5. Mendefinisikan pos sampel
6. Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima
7. Menentukan resiko yang dapat diterima akibat resiko pengendalian
yang dinilai terlalu rendah
8. Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Lanjutan…………………………
• Memilih sampel dan Menjalankan Prosedur Audit
10. Memilih sampel
11. Menjalankan prosedur audit
• Evaluasi Hasil
12. Mengeneralisasikan sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian-pengecualian
14. Menentukan akseptabilitas populasi
• Auditor perlu menyimpan catatan yang memadai atas prosedur-
prosedur yang telah dijalankan, metode yang digunakan untuk
memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil dari pengujian yang
dilakukan serta kesimpulan yang dicapai.
• Dokumentasi diperlukan baik untuk pendekatan statistik maupun
non-statistik untuk mengevaluasi hasil gabungan dari semua
pengujian yang dilakukan untuk mendukung audit jika kemudian
dibutuhkan.
F. PENGAMBILAN SAMPEL AUDIT
SECARA STATISTIK
• Metode pengambilan sampel statistik yang paling banyak digunakan dalam
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi adalah pengambilan
sampel atribut (attributes sampling)
• Auditor mendasari kesimpulan statistiknya pada distribusi sampel.
• Suatu distribusi sampel merupakan distribusi frekuensi hasil yang mungkin dari
semua sampel dengan ukuran tertentu yang didapatkan dari suatu populasi yang
memiliki beberapa karakteristik khusus.
• Distribusi sampel memungkinkan auditor untuk membuat pernyataan probabilitas
mengenai kemungkinan sifat representatif dari setiap sampel yang didistribusikan.
• Pengambilan sampel atribut berdasarkan pada distribusi binomial, yang mana setiap
sampel yang mungkin dalam populasi memiliki kemungkinan satu atau dua nilai,
seperti misalnya ya/tidak, hitam/putih, ada deviasi pengendalian / tidak ada deviasi
pengendalian.
G. PENERAPAN PENGAMBILAN
SAMPEL ATRIBUT
14 langkah sama seperti pengambilan sampel non-statistik
• Merencanakan sampel
1. Menetapkan tujuan pengujian audit.
2. Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan.
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualiannya.
4. Mendefinisikan populasi.
5. Mendefinisikan pos sampel.
6. Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima.
7. Menentukan resiko yang dapat diterima akibat resiko pengendalian
yang dinilai terlalu rendah. Auditor menggunakan jumlah tertentu
missal 10% atau 5%
8. Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal. Empat faktor yang menentukan
adalah ukuran populasi, TER (Tolerable Exception Rate), ARACR
(Acceptable Risk of Assessing Control Risk too low), dan EPER
(Estimated Population Exception Rate)
14 langkah sama seperti pengambilan sampel non-statistik
• Pilih sampel dan Jalankan Prosedur Audit
10.Pilihlah sampel. Metode probabilitas harus digunakan. Baik acak
sederhana atau pengambilan sampel sistematis digunakan untuk
pengambilan sampel atribut.
11.Menjalankan prosedur-prosedur audit.
• Mengevaluasi Hasil
12.Mengeneralisasi dari sampel ke populasi. Menggunakan program
komputer atau table yang dikembangkan dari rumus-rumus statistik.
13.Analisis pengecualian.
14.Memutuskan tingkat penerimaan populasi.
Daftar Istilah
• TER  Tingkat pengecualian yang masih diperbolehkan
auditor dalam populasi dan masih bisa untuk dilakukan
penyimpulan jika pengendalian berjalan dengan efektif
dan/atau jumlah salah saji moneter dalam transaksi stabil
selama perencanaan masih dapat diterima.
• ARACR  resiko bahwa auditor bersedia menerima
pengendalian sebagai sesuatu yang efektif atau tingkat salah
saji moneter dapat diterima ketika tingkat pengecualian
seluruh populasi lebih besar dari tingkat pengecualian yang
dapat diterima.
• EPER  tingkat pengecualian yang diharapkan auditor
untuk ditemukan sebelum pengujian dimulai.

Anda mungkin juga menyukai