DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
Muslimah (C1C017009)
Robbiah al adawiyah (C1C017013)
Semester V
Kelas R-009
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2019
A. LATAR BELAKANG
Pada awal perkembangan audit, sudah biasa bagi auditor untuk memeriksa seluruh
catatan perusahaan yang diaudit. Tetapi seiring dengan berkembangnya perusahaan, baik
dalam ukuran maupun kompleksitas, sangat tidak ekonomis untuk memeriksa seluruh
catatan akuntansi dan dokumen pendukungnya. Penting bagi auditor untuk dapat menarik
kesimpulan mengenai kewajaran mengenai laporan keuangan perusahaan berdasarkan
pemeriksaan atas bagian dari catatan-catatan dan transaksi-transaksi.
Dalam melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti tersebut auditor dapat
menempuh empat cara yaitu : mengambil sampel 100%, Melaksanakan judgement
sampling, Melakukan representativesampling dan, melakukan statistical sampling. Tetapi
Sebelum pengujian dapat dilaksanakan, auditor perlu menentukan ukuran sampel dan pos
yang dipilih dari populasi untuk setiap prosedur audit yang akan dijalankan.
Ketika auditor memutuskan untuk memilih kurang dari 100 persen populasi pengujian
untuk membuat kesimpulan mengenai populasi tersebut, hal ini dinamakan pemilihan
sampel audit. Evaluasi sampel audit merupakan hal yang penting dan sering kali merupakan
bagian yang paling menantang dari sebuah pengauditan. Namun apakah sebuah sampel
secara akurat dapat menggambarkan informasi akuntansi klien.
Oleh karena itu disini kita akan membahas mengenai masalah pemilihan sampel untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk menguji siklus penjualan
dan penagihan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep pemilihan sampling representatif ?
2. Bagaimana membedakan antara sampling statistic dan non statistic dan antara
pemilihan sampel probabilistik dan non probabilistik ?
3. Bagaimana memilih sampel yang representative dan menggambarkan pemilihan
sampel audit untuk tingkat-tingkat pengendalian ?
4. Bagaimana menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut
pemilihan sampel dan distribusi sampel ?
5. Bagaimana pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep pemilihan sampling representatif.
2. Untuk mengetahui membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non
statistic dan antara pemilihan sampel probabilistik dan non probabilistik.
3. Untuk mengetahui memilih sampel yang representatif dan menggambarkan
pemilihan sampel audit untuk tingkat-tingkat pengendalian.
4. Untuk mengetahui menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut
pemilihan sampel dan distribusi sampel.
5. Untuk mengetahui pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi.
BAB II
A. SAMPEL REPRESENTATIF
memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampel yang
representatif. Sampel representatif adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan
yang dimiliki karakteristik populasi. yang berarti unsur sampel serupa dengan unsur yang
tidak dijadikan/diikutsertakan dalam sampel.
Dalam praktiknya, auditor tidak mengetahui apakah sampel itu representatif atau tidak,
walaupun pengujian telah selesai dilakukan. Satu-satunya cara mengetahui apakah sampel
representatif adalah dengan melakukan audit terhadap keseluruhan populasi. Namun auditor
dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel agar menjadi representatif dengan
meningkatkan kecermatan dalam perancangan proses sampling, pemilihan dan evaluasi hasil
sampel. Sebuah hasil sampel dapat menjadi tidak representatif dikarenakan kesalahan non-
sampel dan risiko sampel. kedua risiko tersebut dapat dikendalikan.
Risiko non sampel adalah risiko dimana pengujian audit tidak mampu mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab risiko non-sampel ini adalah kegagalan
auditor dalam mengetahui adanya penyimpangan dan prosedur audit tidak tepat atau tidak
efektif.
Risiko sampling merupakan risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah kesimpulan
yang tidak benar karena sampelnya tidak mencerminkan populasi. Risiko sampling
merupakan bagian melekat(inheren) dari sampling yang disebabkan karena pengujian tidak
dilakukan terhadap keseluruhan populasi. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili
populasi. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan/mengontrol risiko pengambilan
sampel:
Metode pengambilan sampel audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu
pengambilan sampel statistik dan pengambilan sampel nonstatistik. Kategori tersebut serupa
karena keduanya terdiri dari tiga tahapan :
1. Merencanakan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian
3. mengevaluasi hasil
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko pengambilan sampel yang diinginkan dan
meminimalkan kemungkinan kesalahan nonpengambilan sampel. Pemilihan sampel
melibatkan keputusan bagaimana sampel dipilih dari populasi. Auditor baru dapat
melaksanakan pengujian audit hanya setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil
adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit.
Tiga tipe metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan
sampel audit non-statistik. Ketiga metode itu bersifat non-probabilistik. Sementara itu, ada
empat jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan
sampel audit statistik, yang semuanya bersifat probabilistik.
Dalam pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam
sampel berdasarkan pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada menggunakan
pemilihan sampel secara acak.pendekatan yang umumnya digunakan mencakup hal-hal
berikut.
Dalam pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap unsur di
dalam sampel berdasarkan kriteria pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada
menggunakan pemilihan sampel secara acak.pendekatan yang umumnya digunakan
mencakup hal-hal berikut.
Auditor sering kali mampu mengidentifikasi unsur populasi mana yang paling mungkin
terjadi salah saji. Contohnya adalah piutang dagang yang belum dilunasi untuk periode
yang lama,pembelian dari dan penjualan pada karyawan dan perusahaan terafiliasi,serta
transaksi yang sangat besar dan tidak biasa.auditor dapat secara efisien menyelidiki unsur
sejenis ini dan hasilnya dapat diterapkan pada populasi.dalam mengevaluasi sampel sejenis
itu,auditor biasanya beralasan bahwa jika tidak ada unsur dari sampel yang dipilih ini yang
mengalami salah saji,kecil kemungkinan bahwa populasinya mengalami salah saji material.
Dengan memilih satu atau lebih unsur dengan karakteristik populasi yang
berbeda,auditor dapat merancang sampel agar menjadi representatif. Sebagai contoh,auditor
dapat memilih sebuah sampel pengeluaran kas yang berisi beberapa sampel dari setiap
bulannya,dari setiap akun bank atau lokasi,dan jenis pengeluaran besar.
Auditor terkadang dapat memilih sebuah sampel yang mencakup sebagian besar dari
total rupiah populasi,sehingga dapat mengurangi risiko pengambilan kesimpulan yang tidak
tepat dengan tidak memeriksa unsur-unsur yang nilai rupiahnya kecil,di mana hanya sedikit
unsur yang membentuk bagian besar dari total nilai total populasi. Beberapa metode
pengambilan sampel statistik juga di rancang untuk mencapai tujuan yang sama.
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama di dalam suatu blok
terlebih dahulu, kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan,sebagai contoh,anggaplah
sampel blok adalah 100 transaksi penjualan yang berurutan dari jurnal penjualan di minggu
ke tiga bulan maret.Auditor dapat memilih total sampel sebesar 100 dengan mengambil 5
blok yang berisi 20 unsur,10 blok yang berisi 10 unsur,50 blok yang berisi 2 unsur atau 1
blok berisi 100 unsur.
Biasanya merupakan praktik yang dapat diterima untuk menggunakan sampel blok
hanya jika suatu jumlah blok yang masuk digunakan,probabilitas mendapatkan sebuah
sampel yang representatif akuntansi,sifat musiman dari banyak bisnis .sebagai contoh,dalam
contoh sebelumnya,pengambilan sampel 10 blok yang berisi 10 unsur dari minggu ketiga
bulan maret sangat kurang tepat di bandingkan dengan memilih 10 blok yang berisi 10 unsur
dari 10 bulan yang berbeda.
Pengambilan sampel blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel lainnya
ketika terdapat kemungkinan salah saji yang besar untuk suatu periode tertentu.sebagai
contoh,auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan maret jika pada
saat itu petugas pembukuan sedang cuti dan pegawai pengganti yang kurang berpengalaman
menangani transaksi peneriamaan kas.
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur-unsur sampel tanpa bias yang
disengaja/disadari oleh auditor. Pada beberapa kasus,auditor memilih unsur populasi tanpa
mempertimbangkan ukuran,sumber,atau karekteristik pembeda lainnya.
Kelemahan yang paling utama dari pengambilan sampel sembarang adalah kesulitan
dalam menentukan sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel. Beberapa unsur
populasi lebih mungkin di masukkan ke dalam sampel di bandingkan dengan unsur lainnya
karena kterampilan auditor dan bias yang tidak disengaja.
Meskipun pemilihan sampel sembarang dan sampel blok nampaknya kurang logis di
bandingkan dengan pemilihan sampel langsung,keduanya sering kali digunakan ketika biaya
pemilihan sampel yang lebih rumit dari pada manfaat yang didapatkan dari penggunaan
kedua pendekatan ini.sebagai contoh,misalkan auditor ingin menelusuri sisi kredit pada
arsip utama piutang dagang kejurnal penerimaan kas dan bukti-bukti sah lainnya sebagai
pengujian penghapusan utang fiktif pada arsif utama. Dalam situasi itu,banyak auditor yang
mnggunakan pendekatan sembarang atau dalam situasi itu banyak auditor yang
menggunakan pendekatan sembarang atau blok,karena lebih mudah dan lebih murah di
bandingkan dengan metode pemilihan lainnya.namum demikian ,untuk banyak penerapan
metode pengambilan sampel statistik yang melibatkan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi,auditor lebih cenderung menggunakan metode pemilihan
sampel probabilistik untuk meningkatkan kemungkinan pemilihan sampel yang
representatif.
Dalam pemilihan sampel acak sederhana, setiap kombinas yang mugkin dari unsur
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor
menggunakan pengambilan acak sederhana untuk sampel populasi ketika tidak terdapat
kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih tipe unsur populasi.
Nomor acak dapat diperoleh dengan atau tanpa penggantian. Dengan penggantian berarti
sebuah elemen dalam populasi dapat dimasukkan ke dalam sampel lebih dari sekali. Dalam
pemilihan sampel tanpa penggantian, sebuah unsur dapat dimasukkan dalam sampel hanya
sekali. Meskipun kedua pendekatan pemilihan sampel ini konsisten dengan teori statistic,
auditor jarang menggunakan pengambilan sampel dengan penggantian.
Dalam banyak situasi pengauditan, akan sangat bermanfaat untuk memilih sampel yang
menekankan unsur-unsur populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Berikut, dua
cara untuk memperoleh sampel seperti itu,yaitu:
1) Ambillah suatu sampel dimana probabilitas untuk memilih setiap unsur populasi
proporsional terhadap jumlah tercatatnya. Metode ini dinamakan pengambilan
sampel proporsional dengan ukurannya (probability proportional to size- PPS), dan
pendekatan ini di evaluasi dengan menggunakan pendekatan pengambilan sampel
non-statistik atau pengambilan sampel statistic pos moneter.
2) Bagilah populasi ke dalam sub-sub populasi, biasanya dengan menggunakan ukuran
nilai rupiahnya dan ambillah sampel yang lebih besar dari sub-sub populasi yang
berukuran lebih besar. Pendekatan ini dinamakan dengan pemilihan sampel
berjenjang, dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan non-statistik atau
pendekatan statistic variabel.
Merencanakan Sampel
Evaluasi Hasil
Tujuan dari pengujian harus ditetapkan dalam pengertian siklus transaksi apa yang akan
diuji.Biasanya auditor pengedentifikasi tujuan dari pengujian pengendalian dan pengujian
substansif transaksi untuk.
Tujuan dari pengujian tersebut dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang
biasanya untuk menguji efektivitas pengendalian internal terhadap penjualan dan
penerimaan kas dan untuk menentukan apakah transaksi pemjualan dan penerimaan kas
berisi kesalahan penyajian rupiah.
Me-review transaksi penjualan yang memilki jumlah besar dan tidak biasa (prosedur
analitis).
Melakukan pengamatan(observasi) apakah tugas yang dijalankan oleh petugas
piutang dagang terpisah dari tugas dari penerimaan kas (pengujian pengendalian).
Memeriksa suatu sampel salian faktur penjualan berikut.
Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian penghendalian)
Keberadaan lampiran dokumen pengirimannya (pengujian pengendalian).
Dimasukkan nomor bagan akun untuk pembuuan (pengujian pengendalian)
Memilih suatu sampel dokumen pengiriman barang dan telusuri masing-masing
salian faktur penjualan yang terkait (pengujian pengendalian).
Membandingkan kuantitas pada setiap salinan faktur penujalan dengan kuantitas
pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian substansif transaksi).
Ketika pengambilan sampel audit digunakan, auditor harus sangat berhati-hati dalam
mendefenisikan karakteristiik (atribut) yang akan diuji dan kondisi penyimpangan.kecuali
auditor mendefenisikan masing-masing atribut dengan berhati-hati sebelumnya, personel
staf melakukan prosedur audit tidak akan memilki panduan untuk mengidentifikasi
penyimpangan.
Atribut yang penting dan kondisi penyimpangan untuk pengambilan sampel audit
diambil secara lansung dari prosedur audit yang ditetapkan auditor.Sampel faktur penjualan
akan di gunakan untuk memferfikasi atribut tersebut.baik dokumen yang hilang maupun
salah saji yang tidak lengkap akan mengakibatkan adanya penyimpangan.
4) Perumusan Populasi
unit sampel merupakan unit fisik yang berkaitan dengan nomor-nomor acak yang
digeneralisasi oleh auditor. berguna sebagai titik awal untuk melakukan pengujian
audit.untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang, unit sampel biasanya merupakan
sebuah faktur penjualan atau nomor dokumen pengiriman.Sebagai contoh auditor
menginginkan untuk menguji keterjadian penjualan, unit sampel yang tepat adalah faktur
penjualan yang di catat pada jurnal penjualan.
Menetapkan tingkat penyimpangan yang dapat diterima (tolerable excetion rate-TER) untuk
setipa atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor, TER merupakan tingkat
penyimpangan yang paling tinggi yang di izinkan oleh auditor dalam mengandalkan hal
yang sedang diuji dan masih bersedia untuk menyimpulkan bahwa pengendalian berjalan
dengan efektif (dan/atau tingkat kesalahan penyajianjumlah rupiah dalam transaksi yang
dapat diterima.
TER yang cocok yang merupakan pertanyaan atas meterialitas sehingga di pengaruhi
oleh perumusan atribut dan pentingnya atribut dalam perencaan audit .Jika hanya
pengendalian internal yang digunakan untuk mendukung penilian risiko pengendalian yang
rendah untuk suatu tujuan, TER akan lebih rendah untuk atribut tersebut di bandingkan jika
banyak pengendalian yang digunakan untuk mendukung penilain risiko pengendalian yang
rendah untuk tunjuan yang sama.
Dalam menentukan ARACR yang tepat untuk setiap atribut, auditor harus
menggunakan pertimbangan terbaiknya.pertimbangan utamanya adalah keluasan yang
direncanakan auditor untuk mengurangi risiko pengendalian yang di nilai sebagai dasar
keluasan penguji terperinci saldo.
Auditor dapat menetukan tingkat TER dan ARACR yang berbeda untik atribut yang
berbeda dalam suatu pengujian audit, bergantung pada signifikansi dari atribut dan
pengendalian yang terkait.sebagai contoh auditor biasanya menggunakan TER dan ARACR
yang lebuh tinggi untuk menguji persetujuan kredit dari pada untuk menguji keterjadian
salinan faktur penjualan dan dokumen pengiriman barang.
Auditor haru membuat estimasi terlebih dahulu atas tingkat pengecualian populasi
untuk merencanakan ukuran sampel yang tepat.Jika estimasi tingkat pengecualian populasi
(estimated population exeption rate-EPER) rendah, ukuran sanpel yang relatif rendah akan
memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di terima auditor, karena hanya di butuhkan
estimasi yang tidak begitu akurat.
9) Menentukan Ukuran Sampel Awal.
Empat faktor dalam menentukan ukuran sampel awal untuk pengambilan sampel audit
adalah ukuran populasi, TER, ARACR, dan EFER.Ukuran populasi bukan merupakan
faktor yang signifikan dan biasanya diabaikan, khususnya untuk populasi yang
besar.Auditor yang menggunakan pengambilan sampel non-statistik menentukan ukuran
sampel berdasarkan pertimbangan profeional dari pada menggunakan formula
statistik.Setelah tiga faktor utama yang memengaruhi ukuran sampeltelah ditentukan,
auditor dapat memutuskan sampel awal.
Sebuah kombinasi dua faktor yang memiliki pengaruh terbesar dalam ukuran sampel
adalah TER dikurangi EPER, selisih antara kedua faktor tersebut merupakan ketetapan
estimasi sampai awal.Ketetapan yang lebih kecil, yang memerlukan estimasi yang lebih
tepat, memerlukan sampel yang lebih besar.pada satu titik ekstrim, anggaplah TER 4% dan
FER 3%.Dalam kasus ini, ketepatanya adalah 1%, sehingga akan melibatkan ukuran sampel
yang besar.
Auditor dapat memilih sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau non-
propabilistik seperti yang sudah kita bahas sebelumnya pada bab ini.Untuk menentukan
kemungkinan klien mengubah unsur-unsur sampel auditor tidak boleh memberitahu klien
terlalu jauh mengenai unsur-unsur sampel mana yang akan dipilih.Auditor juga harus
mengendalikan sampel setelah klien memberikan dokumen-dokumen yang diminta.beberapa
unsur sampel tambahan dapat dipilih sebagai tambahan untuk mengganti setiap unsur yang
di batalkan pada sampel awal.
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap unsur dalam sampel
konsisten dengan devenisi atribut dan dengan membuat catatan atas semua pengecualian
yang ditemukan.Ketika prosedur audit telah diselesaikan untuk suatu penerapan
pengambilan sampel, auditor akan memiliki ukuran sampel dan jumlah pengecualian untuk
setiap atribut.
pada saat melakukan generalisasi dari sampel kepopulasi, sebagian besar auditor
menggunakan pendekata statistik dengan megurangkan SER dari TER dan mengevaluasi
apakah selisihnya (kesalahan pengambilan sampel cukup besar. Ketika auditor
menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi dapat
diterima, atau ketika SER telah besar dari TER, auditor harus mengikut satu dari empat
tindakan berikut.
Alternatif ini hanya harus di ikuti jika auditor telah menyimpulkan bahwa spesifikasi
awal terlalu konservatif, Merevisi TER dan ARACR mungkin sulit untuk di benarkan jika
auditor pernah di telah oleh pengadilan atau suatu komisi.Auditor hanya boleh mengubah
ketentuan ini jika telah melakukan pertimbangan yang cermat.`
suatu peningkatan dalam ukuran sampel dapat berdampak pada penurunan kesalahan
pengambilan sampel jika tingkat penyimpangan sampel sesungguhnya tidak
meningkat.Meningkatkan ukuran sampel, tepat dilakukan bila auditor yakin bahwa sampel
awal tidak representatif atau jika dirasa penting untuk mendapatkan bukti bahwa
pengendalian internal telah berjalan efektif.
Merevisi Penetapan Risiko Pengendalian
Auditor harus menentukan apakah akan meningkatkan ukuran sampel atau merevisi
penilaian risiko pengendalian berdasarkan pertimbangan biaya manfaat.jika sampel tidak
diperluas, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian keatas sehingga harus
melakukan pengujian substansif tambahan.
komunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan, digabungkan dengan salah satu
dari tiga tindakan yang baru saja yang dijelaskan sebelumnya, tanpa melibatkan sifat
penyimpangan tersebut.Ketika auditor menentukan bahwa pengendalian internal tidak
berjalan efektif, manajemen harus di beritahukan secara tepat waktu.Jika pengujian ini di
lakukan sebelum akhir tahun, hal ini memugkunkan manajemen untuk memperbaiki
kekurangan sebelum akhir tahun.
Auditor perlu menyimpan catatan yang memadai atas prosedur yang telah
dijalankan, metode yang digunakan untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil
dari pengujian yang di lakukan serta kesimpulan yang dicapai.
Metode pengambilan sampel statistik yang paling banyak digunakan dalam pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif transaksi adalah pengambilan sampel atribut
(attributes sampling)(.Ketika istilah pengambilan sampel atribut digunakan pada buku teks
ini, hal ini mengacu pada pengambilan sampel atribut statistik. Pengambilan sampel non-
statistik juga memiliki atribut yang merupakan karakteristik yang akan diuji dari suatu
populasi, namun pengambilan sampel atribut merupakan suatu metode dengan pendekatan
statistik)
DISTRIBUSI SAMPLING
Menggunakan table ketika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel
awal, mereka mengikuti empat langkah berikut:
Menilai hasil
1) Pilihlah table yang paling terkait dari ARACR auditor . ARACR ini seharusnya
sama dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal
2) Temukan nomor sesungguhnya dari pengecualian yang ditemukan dalam pengujian
audit pada bagian atas table
3) Temukan ukuran sampel actual dibagian kiri jauh kolom
4) Bacalah kolom jumlah pengecualian actual yang sesuai sehingga beririsan dengan
baris ukuran sampel yang sesuai . Nomor yang beririsan adalah CUER.
ukuran sampel yang tidak sebanding dengan apa yang disediakan dalam tabel evaluasi
pengambilan sampel atribut. Ketika ini terjadi adalah umum bagi audtor menginterpolasi
untuk pemikiran poin-poin data yang jauh diatara yang sudah disebut dalam table.
13) Menganalisis penyimpangan. sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling
non statistic
14) Memutuskan akseptabilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas
populasi, pada dasarnya untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
Kebutuhan Akan Pertimbangan Profesional