Anda di halaman 1dari 20

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN

DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI

DOSEN PENGAMPU:

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II

Muslimah (C1C017009)
Robbiah al adawiyah (C1C017013)

Semester V
Kelas R-009

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2019
A. LATAR BELAKANG

Pada awal perkembangan audit, sudah biasa bagi auditor untuk memeriksa seluruh
catatan perusahaan yang diaudit. Tetapi seiring dengan berkembangnya perusahaan, baik
dalam ukuran maupun kompleksitas, sangat tidak ekonomis untuk memeriksa seluruh
catatan akuntansi dan dokumen pendukungnya. Penting bagi auditor untuk dapat menarik
kesimpulan mengenai kewajaran mengenai laporan keuangan perusahaan berdasarkan
pemeriksaan atas bagian dari catatan-catatan dan transaksi-transaksi.

Akibatnya, auditor memberikan keyakinan yang memadai, bukan absolut. Seperti


disebutkan dalam Standar Pekerjaan Lapngan Ketiga, dalam auditnya,auditor tidak
mengumpulkan semua bukti untuk merumuskan pendapatnya,melainkan melakukan
pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti untuk membuat kesimpulan mengenai
karakteristik seluruh bukti.

Dalam melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti tersebut auditor dapat
menempuh empat cara yaitu : mengambil sampel 100%, Melaksanakan judgement
sampling, Melakukan representativesampling dan, melakukan statistical sampling. Tetapi
Sebelum pengujian dapat dilaksanakan, auditor perlu menentukan ukuran sampel dan pos
yang dipilih dari populasi untuk setiap prosedur audit yang akan dijalankan.

Ketika auditor memutuskan untuk memilih kurang dari 100 persen populasi pengujian
untuk membuat kesimpulan mengenai populasi tersebut, hal ini dinamakan pemilihan
sampel audit. Evaluasi sampel audit merupakan hal yang penting dan sering kali merupakan
bagian yang paling menantang dari sebuah pengauditan. Namun apakah sebuah sampel
secara akurat dapat menggambarkan informasi akuntansi klien.

Oleh karena itu disini kita akan membahas mengenai masalah pemilihan sampel untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk menguji siklus penjualan
dan penagihan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep pemilihan sampling representatif ?
2. Bagaimana membedakan antara sampling statistic dan non statistic dan antara
pemilihan sampel probabilistik dan non probabilistik ?
3. Bagaimana memilih sampel yang representative dan menggambarkan pemilihan
sampel audit untuk tingkat-tingkat pengendalian ?
4. Bagaimana menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut
pemilihan sampel dan distribusi sampel ?
5. Bagaimana pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep pemilihan sampling representatif.
2. Untuk mengetahui membedakan antara pengambilan sampel secara statistic dan non
statistic dan antara pemilihan sampel probabilistik dan non probabilistik.
3. Untuk mengetahui memilih sampel yang representatif dan menggambarkan
pemilihan sampel audit untuk tingkat-tingkat pengendalian.
4. Untuk mengetahui menggunakan pemilihan sampel non-statistik dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantive transaksi serta menggambarkan atribut
pemilihan sampel dan distribusi sampel.
5. Untuk mengetahui pemilihan sampel atribut dalam pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi.
BAB II
A. SAMPEL REPRESENTATIF

memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampel yang
representatif. Sampel representatif adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan
yang dimiliki karakteristik populasi. yang berarti unsur sampel serupa dengan unsur yang
tidak dijadikan/diikutsertakan dalam sampel.

Dalam praktiknya, auditor tidak mengetahui apakah sampel itu representatif atau tidak,
walaupun pengujian telah selesai dilakukan. Satu-satunya cara mengetahui apakah sampel
representatif adalah dengan melakukan audit terhadap keseluruhan populasi. Namun auditor
dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel agar menjadi representatif dengan
meningkatkan kecermatan dalam perancangan proses sampling, pemilihan dan evaluasi hasil
sampel. Sebuah hasil sampel dapat menjadi tidak representatif dikarenakan kesalahan non-
sampel dan risiko sampel. kedua risiko tersebut dapat dikendalikan.

Risiko non sampel adalah risiko dimana pengujian audit tidak mampu mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab risiko non-sampel ini adalah kegagalan
auditor dalam mengetahui adanya penyimpangan dan prosedur audit tidak tepat atau tidak
efektif.

Risiko sampling merupakan risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah kesimpulan
yang tidak benar karena sampelnya tidak mencerminkan populasi. Risiko sampling
merupakan bagian melekat(inheren) dari sampling yang disebabkan karena pengujian tidak
dilakukan terhadap keseluruhan populasi. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili
populasi. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan/mengontrol risiko pengambilan
sampel:

1. mengubah ukuran sampel (menyesuaikan)


2. menggunakan metode yang tepat dalam untuk memilih unsur sampel dari populasi.

B. SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON STATISTIK SERTA


PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK

Metode pengambilan sampel audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu
pengambilan sampel statistik dan pengambilan sampel nonstatistik. Kategori tersebut serupa
karena keduanya terdiri dari tiga tahapan :

1. Merencanakan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian
3. mengevaluasi hasil

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko pengambilan sampel yang diinginkan dan
meminimalkan kemungkinan kesalahan nonpengambilan sampel. Pemilihan sampel
melibatkan keputusan bagaimana sampel dipilih dari populasi. Auditor baru dapat
melaksanakan pengujian audit hanya setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil
adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit.

Pengambilan sampel statistik menerapkan aturan matematis, auditor dapat mengukur


risiko pengambilan sampel dalam perencanaan sampel serta dalam mengevaluasi hasil.
Sedangkan pengambilan sampel non-statistik, auditor tidak mengkuantifikasikan risiko
sampel. Namun auditor memilih unsur-unsur sampel yang diyakini akan memberikan
informasi yang paling bermanfaat dalam kondisiyang dihadapi dan mencapai kesimpulan
tentang populasi berdasarkan hasil pertimbangan profesional.

Dalam melakukan pengambilan sampel standart audit mengizinkan auditor untuk


menggunakan pendekatan/metoda sampling statistik ataupun non-statistik. Namun perlu
diingat bahwa penerapan kedua metode tersebut dilakukan dengan cermat dan teliti. Semua
tahapan dalam proses harus diikutidengan teliti. Ketika pendekatan statistik digunakan
sampel tersebut harus bersifat probabilistik dan metode evaluasi secara statistik harus
digunakan dengan hasil sampel untuk membuat perhitungan risiko pengambilan sampel.
Auditor dapat membuat evaluasi non-statistik ketika menggunakan pemilihan sampel
probabilistik namun tidak boleh mengevaluasi sampel non-probabilistik dengan
menggunakan metode statistik.

Tiga tipe metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan
sampel audit non-statistik. Ketiga metode itu bersifat non-probabilistik. Sementara itu, ada
empat jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan pengambilan
sampel audit statistik, yang semuanya bersifat probabilistik.

Metode pemilihan sampel non-probabilistik (judgemental) sebagai berikut ini :

1. Pemilihan sampel langsung(Directed sample selection)


2. Pemilihan sampel blok(Block sample selection)
3. Pemilihan sampe sembarangan(Haphazard sample selection)

Metode pemilihan sampel probabilistik sebagai berikut ini :

1. Pemilihan sampel acak sederhana(simple random sample selection)


2. Pemilihan sampel sistematis(systematic sample selection)
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran(probability
proportional to size sample selection)
4. Pemilihan sampel berjenjang(stratified sample selection)

C. METODA PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK


Hubungan antara metoda seleksi sampel dengan evaluasi hasil

Metode seleksi sampel Metode evaluasi hasil


statistik Non statistik
Probabilistik Direksi Dapat diterima
Non probabilistik Tidak dapat diterima wajib

Metode pemilhan sampel non probabilistik merupakan metode-metode yang tidak


memenuhi persyaratan teknis untuk pemilihan sampel ini tidak berdasarkan pada
probabilitas matematis,keterwakilan sampel tersebut mungkin sulit untuk ditentukan.

 PEMILIHAN SAMPEL LANGSUNG (DIRECTED SAMPLE SELECTION)

Dalam pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam
sampel berdasarkan pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada menggunakan
pemilihan sampel secara acak.pendekatan yang umumnya digunakan mencakup hal-hal
berikut.

PEMILIHAN SAMPEL TERARAH (DIRECTED SAMPLE SELECTION)

Dalam pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap unsur di
dalam sampel berdasarkan kriteria pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada
menggunakan pemilihan sampel secara acak.pendekatan yang umumnya digunakan
mencakup hal-hal berikut.

 Unsur yang paling mungkin berisi kesalahan penyajian

Auditor sering kali mampu mengidentifikasi unsur populasi mana yang paling mungkin
terjadi salah saji. Contohnya adalah piutang dagang yang belum dilunasi untuk periode
yang lama,pembelian dari dan penjualan pada karyawan dan perusahaan terafiliasi,serta
transaksi yang sangat besar dan tidak biasa.auditor dapat secara efisien menyelidiki unsur
sejenis ini dan hasilnya dapat diterapkan pada populasi.dalam mengevaluasi sampel sejenis
itu,auditor biasanya beralasan bahwa jika tidak ada unsur dari sampel yang dipilih ini yang
mengalami salah saji,kecil kemungkinan bahwa populasinya mengalami salah saji material.

 Unsur yang berisi karakteristik populasi tertentu

Dengan memilih satu atau lebih unsur dengan karakteristik populasi yang
berbeda,auditor dapat merancang sampel agar menjadi representatif. Sebagai contoh,auditor
dapat memilih sebuah sampel pengeluaran kas yang berisi beberapa sampel dari setiap
bulannya,dari setiap akun bank atau lokasi,dan jenis pengeluaran besar.

 Unsur bernilai rupiah besar

Auditor terkadang dapat memilih sebuah sampel yang mencakup sebagian besar dari
total rupiah populasi,sehingga dapat mengurangi risiko pengambilan kesimpulan yang tidak
tepat dengan tidak memeriksa unsur-unsur yang nilai rupiahnya kecil,di mana hanya sedikit
unsur yang membentuk bagian besar dari total nilai total populasi. Beberapa metode
pengambilan sampel statistik juga di rancang untuk mencapai tujuan yang sama.

 Pemilihan sampel blok (blok sampel selection)

Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama di dalam suatu blok
terlebih dahulu, kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan,sebagai contoh,anggaplah
sampel blok adalah 100 transaksi penjualan yang berurutan dari jurnal penjualan di minggu
ke tiga bulan maret.Auditor dapat memilih total sampel sebesar 100 dengan mengambil 5
blok yang berisi 20 unsur,10 blok yang berisi 10 unsur,50 blok yang berisi 2 unsur atau 1
blok berisi 100 unsur.

Biasanya merupakan praktik yang dapat diterima untuk menggunakan sampel blok
hanya jika suatu jumlah blok yang masuk digunakan,probabilitas mendapatkan sebuah
sampel yang representatif akuntansi,sifat musiman dari banyak bisnis .sebagai contoh,dalam
contoh sebelumnya,pengambilan sampel 10 blok yang berisi 10 unsur dari minggu ketiga
bulan maret sangat kurang tepat di bandingkan dengan memilih 10 blok yang berisi 10 unsur
dari 10 bulan yang berbeda.

Pengambilan sampel blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel lainnya
ketika terdapat kemungkinan salah saji yang besar untuk suatu periode tertentu.sebagai
contoh,auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan maret jika pada
saat itu petugas pembukuan sedang cuti dan pegawai pengganti yang kurang berpengalaman
menangani transaksi peneriamaan kas.

 Pemilihan sampel sembarang (Haphazard sampel selection)

Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur-unsur sampel tanpa bias yang
disengaja/disadari oleh auditor. Pada beberapa kasus,auditor memilih unsur populasi tanpa
mempertimbangkan ukuran,sumber,atau karekteristik pembeda lainnya.

Kelemahan yang paling utama dari pengambilan sampel sembarang adalah kesulitan
dalam menentukan sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel. Beberapa unsur
populasi lebih mungkin di masukkan ke dalam sampel di bandingkan dengan unsur lainnya
karena kterampilan auditor dan bias yang tidak disengaja.

Meskipun pemilihan sampel sembarang dan sampel blok nampaknya kurang logis di
bandingkan dengan pemilihan sampel langsung,keduanya sering kali digunakan ketika biaya
pemilihan sampel yang lebih rumit dari pada manfaat yang didapatkan dari penggunaan
kedua pendekatan ini.sebagai contoh,misalkan auditor ingin menelusuri sisi kredit pada
arsip utama piutang dagang kejurnal penerimaan kas dan bukti-bukti sah lainnya sebagai
pengujian penghapusan utang fiktif pada arsif utama. Dalam situasi itu,banyak auditor yang
mnggunakan pendekatan sembarang atau dalam situasi itu banyak auditor yang
menggunakan pendekatan sembarang atau blok,karena lebih mudah dan lebih murah di
bandingkan dengan metode pemilihan lainnya.namum demikian ,untuk banyak penerapan
metode pengambilan sampel statistik yang melibatkan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi,auditor lebih cenderung menggunakan metode pemilihan
sampel probabilistik untuk meningkatkan kemungkinan pemilihan sampel yang
representatif.

D. METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK

Pengambilan sampel statistic mengharuskan sampel probabilistik untuk mengukur risiko


sampel. Untuk sampel probabilistic, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai
unsur apa yang harus dipilih, kecuali dalam memilih metode seleksinya.

 Pemilihan Sampel Acak Sederhana

Dalam pemilihan sampel acak sederhana, setiap kombinas yang mugkin dari unsur
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor
menggunakan pengambilan acak sederhana untuk sampel populasi ketika tidak terdapat
kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih tipe unsur populasi.

Nomor-nomor acak merupakan serangkaian angka (digits) nomor yang memiliki


probabilitas yang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola tertentu.
para auditor sering mengasilkan nomor-nomor acak denggan menggunakan salah satu dari
tiga teknik pemilihan sampel berbantuan computer yaitu: electronic spreadsheets, random
number generators, dan generalized audit software.

Program komputer menawarkan beberapa keunggulan. Keunggulan itu antara lain


adalah hemat waktu, mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh auditor
dalam memilih nomor dan dokumentasi yang otomatis. Karena sebagian besar auditor
memilki akses terhadap komputer dan kertas kerja elektronik atau program penghasil nomor
acak, biasanya auditor cenderung menggunakan nomor acak yang dihasilkan oleh komputer
dibandingkan dengan metode pemilihan sampel probabilistik lainnya.

Nomor acak dapat diperoleh dengan atau tanpa penggantian. Dengan penggantian berarti
sebuah elemen dalam populasi dapat dimasukkan ke dalam sampel lebih dari sekali. Dalam
pemilihan sampel tanpa penggantian, sebuah unsur dapat dimasukkan dalam sampel hanya
sekali. Meskipun kedua pendekatan pemilihan sampel ini konsisten dengan teori statistic,
auditor jarang menggunakan pengambilan sampel dengan penggantian.

 Pemilihan Sampel Statistik

Dalam pemilihan sampel statistic,auditor menghitung suatu interval dan kemudian


memilih unsur-unsur untuk sampel tersebut berdasarkan ukuran interval. Intervalnya
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan.
Dalam suatu populasi faktur penjualan yang rentangnya dari 652 ke 3.151, dengan ukuran
sampel yang diinginkan sebanyak 125, maka intervalnya adalah 20 ([3.151-651]/125).
Auditor memilih sebuah nomor acak antara 0 dan 19 ( ukuran interval) lebih dulu untuk
menentukan titik awal sampel. Jika nomor yang dipilih secara acak adalah 9,unsur pertama
dalam sampel adalah faktur penjualan dengan nomor 661 (652 + 9). Seratus dua puluh
empat sisanya adalah 681 (661+20), 701 (681 + 20), dan seterusnya sampai dengan unsur ke
3.141.

Keunggulan pemilihan sampel sistematik adalah kemudahan dalam penggunaannya.


Pada sebagian besar populasi, sampel sistematik dapat diambil dengan cepat dan pendekatan
ini akan secara otomatis memasukkan nomor secara berurutan, sehingga mudah untuk
membuat dokumentasi yang tepat.

Kelemahan pemilihan sampel sistematik adalah kemungkinan terjadinya bias. Karena


cara dilakukannya pengambilan sampel sistematik adalah jika unsur pertama dalam sampel
sudah dipilih, semua unsur lainnya dipilih secara otomatis. Hal ini tidak menimbulkan
masalah jika karekteristik yang penting, misalnya kemungkinan adanya deviasi
pengendalian, didistribusikan secara merata pada seluruh populasi, yang biasanya tidak
selalu terjadi.

 Pemilihan sampel probabilitas proporsional terhadap ukuran dan sampel


berjenjang

Dalam banyak situasi pengauditan, akan sangat bermanfaat untuk memilih sampel yang
menekankan unsur-unsur populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Berikut, dua
cara untuk memperoleh sampel seperti itu,yaitu:

1) Ambillah suatu sampel dimana probabilitas untuk memilih setiap unsur populasi
proporsional terhadap jumlah tercatatnya. Metode ini dinamakan pengambilan
sampel proporsional dengan ukurannya (probability proportional to size- PPS), dan
pendekatan ini di evaluasi dengan menggunakan pendekatan pengambilan sampel
non-statistik atau pengambilan sampel statistic pos moneter.
2) Bagilah populasi ke dalam sub-sub populasi, biasanya dengan menggunakan ukuran
nilai rupiahnya dan ambillah sampel yang lebih besar dari sub-sub populasi yang
berukuran lebih besar. Pendekatan ini dinamakan dengan pemilihan sampel
berjenjang, dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan non-statistik atau
pendekatan statistic variabel.

E. PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN

Auditor menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalian dan pengujian


substantive transaksi untuk memperkirakan persentase unsur-unsur dalam populasi yang
memuat karekteristik atau atribut yang penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat
keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Auditor
memperhatikan dengan beberapa jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi.

1. Deviasi(penyimpangan) dari pengendalian yang diterapkan klien.


2. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi.
3. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi datil saldo akun.
Mengetahui tingkat pengecualian sangat berguna, khususnya untuk dua jenis
pengecualian pertama, yang melibatkan transaksi-transaksi. Oleh karena itu, auditor
melakukan pengambilan sampel audit yang ekstensif sehingga mampu mengukur tingkat
pengecualian dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi.
Auditor biasanya menggunakan tingkat pengecualian tersebut karena auditor harus
menentukan apakah salah sajinya material atau tidak. Ketika auditor ingin mengetahui total
jumlah salah saji, auditor menggunakan metode yang mengukur nilai rupiahnya, bukan
tingkat penyimpangan.

Tingkat penyimpangan dalam sebuah sampel digunakan untuk memperkirakan tingkat


pengecualian pada seluruh populasi. Hal ini berarti merupakan “taksiran terbaik”auditor atas
tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian harus dipahami merujuk pada baik
deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah moneter yang tidak benar, apakah
disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau pun penyebab lainnya.
Istilah deviasi khususnya merujuk pada penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan.

Dalam menggunakan pengambilan sampel audit untuk tingkat penyimpangan, auditor


ingin mengetahui apakah sebagian besar tingkat penyimpangana sudah tepat dibandingkan
dengan kedalaman interval keyakinannya. Sehingga, auditor memfokuskan pada batas atas
taksiran interval yang disebut juga dengan batas atas tingkat pengecualian yang dihitung
atau diestimasi (computed upper exception rate- CUER) pada pengujian pengendalian dan
pengujian substantfif transaksi. Dengan menggunakan angka-angka pada contoh
sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk faktur penjualan yang tidak
dilampiri dokumen pengiriman adalah 4 persen dengan tingkat risiko pengambilan sampel
sebesar 5 persen.

F. PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON- STATISTIK

Auditor menggunakan 14 langkah berikut dalam menerapkan pengambilan sampel


audit untuk pengujian pengendalian dan pengujuan substansif transaksi.langkah-langkah di
bagi dalam tiga tahapan sebagaimana telah disajikan sebelumnya.auditor harus mengikuti
langka-langkah ini dengan seksama untuk meyakinkan agar dilakukan penerapan
pengauditan maupun ketentuan pengambilan sampel yang tepat.Kita menggunakan contoh
audit pada PT ABC untuk menggambarkan langkah-langkah ini kedalam pembahasan
berikut.

Merencanakan Sampel

1) Menerapkan tujuan darp pengujian audit.


2) Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan ditetapkan.
3) Mendevenisikan atribut dan kondisi pengecualian.
4) Mendevenisikan populasi.
5) Mendevenisikan pos sampel.
6) Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima.
7) Menentukan resiko yang dapat diteriam akibat risiko pengendalian yang di nilai
terlalu rendah.
8) Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi.
9) Menentukan ukuran sampel awal.

Memilih Sampel dan Menjalankan prosedur audit

10) Memilih sampel.


11) Menjalankan prosedur audit.

Evaluasi Hasil

12) Menggenerelisasikan sampel ke populasi.


13) Menganalisis pengeculian-pengeculalian.
14) Menentukan askpeptabulitas populasi

1) Menetapkan Tujuan Pengujian Audit.

Tujuan dari pengujian harus ditetapkan dalam pengertian siklus transaksi apa yang akan
diuji.Biasanya auditor pengedentifikasi tujuan dari pengujian pengendalian dan pengujian
substansif transaksi untuk.

 Menguji efektivitas operasi pengendalian


 Menentukan apakah transaksi berisi kesalahan penyajian

Tujuan dari pengujian tersebut dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang
biasanya untuk menguji efektivitas pengendalian internal terhadap penjualan dan
penerimaan kas dan untuk menentukan apakah transaksi pemjualan dan penerimaan kas
berisi kesalahan penyajian rupiah.

2) Menentukan Apakah Pengambilan Sampel Auditor Akan Diterapkan.

Pengambilan sampel audit diterapkan bila mana auditor merencanakan untuk


menarik kesimpulan mengenai suatu populasi berdasarkan pada suatu sampel. berikut
adalah sebagian dari program audit:

 Me-review transaksi penjualan yang memilki jumlah besar dan tidak biasa (prosedur
analitis).
 Melakukan pengamatan(observasi) apakah tugas yang dijalankan oleh petugas
piutang dagang terpisah dari tugas dari penerimaan kas (pengujian pengendalian).
 Memeriksa suatu sampel salian faktur penjualan berikut.
 Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian penghendalian)
 Keberadaan lampiran dokumen pengirimannya (pengujian pengendalian).
 Dimasukkan nomor bagan akun untuk pembuuan (pengujian pengendalian)
 Memilih suatu sampel dokumen pengiriman barang dan telusuri masing-masing
salian faktur penjualan yang terkait (pengujian pengendalian).
 Membandingkan kuantitas pada setiap salinan faktur penujalan dengan kuantitas
pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian substansif transaksi).

3) Merumuskan atribut dan Kondisi-kondisi penyimpangan.

Ketika pengambilan sampel audit digunakan, auditor harus sangat berhati-hati dalam
mendefenisikan karakteristiik (atribut) yang akan diuji dan kondisi penyimpangan.kecuali
auditor mendefenisikan masing-masing atribut dengan berhati-hati sebelumnya, personel
staf melakukan prosedur audit tidak akan memilki panduan untuk mengidentifikasi
penyimpangan.

Atribut yang penting dan kondisi penyimpangan untuk pengambilan sampel audit
diambil secara lansung dari prosedur audit yang ditetapkan auditor.Sampel faktur penjualan
akan di gunakan untuk memferfikasi atribut tersebut.baik dokumen yang hilang maupun
salah saji yang tidak lengkap akan mengakibatkan adanya penyimpangan.

4) Perumusan Populasi

Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor.Auditor dapat


mendefenisikan populasi untuk memasukkan setiap unsur yang mereka inginkan, namum
ketika mereka memilih sampel, harus di pilih dari keseluruhan populasi sebagaimana telah
telah didefenisaikan sebelumnya.

Auditor dapat mengeneralisasi populasi yang telah diambil sampelnya.sebagai


contoh, ketika melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substansif transaksi,
auditor umumnya mendefinisikan populasi sebagai semua faktur penjualan yang sudah di
catat pada tahun berjalan.Jika auditor hanya mengambil sampel dari salah satu bulan
transaksi saja, maka tidak sah untuk menarik kesimpulan, mengenai faktur penjualan untuk
keseluruhan tahun. auditor harus dengan cermat merumuskan populasi dimuka konsisten
dengan tujuan pengujian audit.

5) Perumusan unit sampling

unit sampel merupakan unit fisik yang berkaitan dengan nomor-nomor acak yang
digeneralisasi oleh auditor. berguna sebagai titik awal untuk melakukan pengujian
audit.untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang, unit sampel biasanya merupakan
sebuah faktur penjualan atau nomor dokumen pengiriman.Sebagai contoh auditor
menginginkan untuk menguji keterjadian penjualan, unit sampel yang tepat adalah faktur
penjualan yang di catat pada jurnal penjualan.

6) Menetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi/diterima

Menetapkan tingkat penyimpangan yang dapat diterima (tolerable excetion rate-TER) untuk
setipa atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor, TER merupakan tingkat
penyimpangan yang paling tinggi yang di izinkan oleh auditor dalam mengandalkan hal
yang sedang diuji dan masih bersedia untuk menyimpulkan bahwa pengendalian berjalan
dengan efektif (dan/atau tingkat kesalahan penyajianjumlah rupiah dalam transaksi yang
dapat diterima.

TER yang cocok yang merupakan pertanyaan atas meterialitas sehingga di pengaruhi
oleh perumusan atribut dan pentingnya atribut dalam perencaan audit .Jika hanya
pengendalian internal yang digunakan untuk mendukung penilian risiko pengendalian yang
rendah untuk suatu tujuan, TER akan lebih rendah untuk atribut tersebut di bandingkan jika
banyak pengendalian yang digunakan untuk mendukung penilain risiko pengendalian yang
rendah untuk tunjuan yang sama.

7) Merumuskan risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian


terlalu rendah.

Untuk pengambilan sampel audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian


substansif transaksi, risiko itu dinamakan risiko yang dapat diterima akibat penilaian risiko
penegendalian yang rendah.(Acceptable risk of assessing control risk too low-
ARACR).ARACR mengukur risiko yang tersedia diterima auditor karena menerima
pengendalian tersebut sebagai pengendalian yang efektif (atau tingkat salah saji yang dapat
diterima) ketika tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih beser dari TER.

Dalam menentukan ARACR yang tepat untuk setiap atribut, auditor harus
menggunakan pertimbangan terbaiknya.pertimbangan utamanya adalah keluasan yang
direncanakan auditor untuk mengurangi risiko pengendalian yang di nilai sebagai dasar
keluasan penguji terperinci saldo.

Untuk pendekatan pengambilan sampel non-statistik merupakan hal yang umum


bagi auditor untuk menyatakan ARACR pada tingkat yang tinggi, sedang atau rendah di
bandingkan dengan menyatakan dalam bentuk presentase.untuk pengembuilan sampekl
statistik merupakan hal yang umum bagi auditor untuk menyatakan dalam presentase,
seperti misalnya 5% atau 10%.ARACR yang rendah menandakan pengujian pengendalian
sangat penting sehinggan risiko pengendalian dinilai rendah dan pengujian substansif
perincian saldo dikurangi.

Auditor dapat menetukan tingkat TER dan ARACR yang berbeda untik atribut yang
berbeda dalam suatu pengujian audit, bergantung pada signifikansi dari atribut dan
pengendalian yang terkait.sebagai contoh auditor biasanya menggunakan TER dan ARACR
yang lebuh tinggi untuk menguji persetujuan kredit dari pada untuk menguji keterjadian
salinan faktur penjualan dan dokumen pengiriman barang.

8) Menaksir tingkat penyimpangan populasi

Auditor haru membuat estimasi terlebih dahulu atas tingkat pengecualian populasi
untuk merencanakan ukuran sampel yang tepat.Jika estimasi tingkat pengecualian populasi
(estimated population exeption rate-EPER) rendah, ukuran sanpel yang relatif rendah akan
memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di terima auditor, karena hanya di butuhkan
estimasi yang tidak begitu akurat.
9) Menentukan Ukuran Sampel Awal.

Empat faktor dalam menentukan ukuran sampel awal untuk pengambilan sampel audit
adalah ukuran populasi, TER, ARACR, dan EFER.Ukuran populasi bukan merupakan
faktor yang signifikan dan biasanya diabaikan, khususnya untuk populasi yang
besar.Auditor yang menggunakan pengambilan sampel non-statistik menentukan ukuran
sampel berdasarkan pertimbangan profeional dari pada menggunakan formula
statistik.Setelah tiga faktor utama yang memengaruhi ukuran sampeltelah ditentukan,
auditor dapat memutuskan sampel awal.

Sensitivitas Ukuran Sampel Terhadap Suatu Perubahan dalam Faktor Penentu

Sebuah kombinasi dua faktor yang memiliki pengaruh terbesar dalam ukuran sampel
adalah TER dikurangi EPER, selisih antara kedua faktor tersebut merupakan ketetapan
estimasi sampai awal.Ketetapan yang lebih kecil, yang memerlukan estimasi yang lebih
tepat, memerlukan sampel yang lebih besar.pada satu titik ekstrim, anggaplah TER 4% dan
FER 3%.Dalam kasus ini, ketepatanya adalah 1%, sehingga akan melibatkan ukuran sampel
yang besar.

10) Memilih Sampel

Auditor dapat memilih sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau non-
propabilistik seperti yang sudah kita bahas sebelumnya pada bab ini.Untuk menentukan
kemungkinan klien mengubah unsur-unsur sampel auditor tidak boleh memberitahu klien
terlalu jauh mengenai unsur-unsur sampel mana yang akan dipilih.Auditor juga harus
mengendalikan sampel setelah klien memberikan dokumen-dokumen yang diminta.beberapa
unsur sampel tambahan dapat dipilih sebagai tambahan untuk mengganti setiap unsur yang
di batalkan pada sampel awal.

11) Melaksanakan Prosedur Audit

Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap unsur dalam sampel
konsisten dengan devenisi atribut dan dengan membuat catatan atas semua pengecualian
yang ditemukan.Ketika prosedur audit telah diselesaikan untuk suatu penerapan
pengambilan sampel, auditor akan memiliki ukuran sampel dan jumlah pengecualian untuk
setiap atribut.

12) Generalisasi dari Sampel ke Populasi

Tingkat penyimpangan sampel (sample exception rate-SER) dapat dengan mudah


dihitung dari hasil sampel aktual. SER sama dengan banyaknya penyimpangan
sesungguhnya dibagi dengan dengan ukuran sampel sunggguhnya.

Untuk mentode non-statistik, auditor menggunakan dua cara dalam mengeneralisasi


dari sampel kepopulasi,yaitu:
a) Tambahkan estimasi kesalahan pengambilan sampel pada SEitor R agar
mendapatkan batas-batas tingkat pengecualian yang dihitung (CUER) yang sebuah
ARACR akan sulit bagi auditor untuk memebuat estimasi kesalahan pengambilan.
b) Kurangkan tingkat pengecualian dari tingkat penyimpangan yang dapat diterima
untuk mendapatkan perhitungan kesalahan pengambilan sampel (TER-SER), dan
Evaluasi apakah ini sudah cukup besar untuk menyimpilkan bahwa tingkat
penyimpangan populasi yang sebenarnya dapat diterima.dalam pendekatan ini
auditor tidak membuat estimasi batas-batas tingkat penyimpangan di hitung.

13) Menganalisis Penyimpangan

Pengecualian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kecorobohan karyawan,


kesalah pahaman instruksi yang diberikan, atau kesalahan yang di sengaja dalam melakukan
prosedur yang di haruskan sifat penyimpangan dan penyebabnya memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap terhadap evaluasi kualitatif sistem.sebagai contoh, jika semua
penyimpangan dalam pengujian verifikasi internal atas faktur penjualan terjadi ketika
pegawai yang biasanya bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi internal sedang
berlibur, hal ini akan memengaruhi evaluasi auditor atas pengendalian internal dan
infestigasi selanjutnya.akan berbeda dibandingkan dengan penyimpangan disebabkan karena
pegawai yang tidak berkompoten.

14) Menentukan Akseptabilitas Populasi

pada saat melakukan generalisasi dari sampel kepopulasi, sebagian besar auditor
menggunakan pendekata statistik dengan megurangkan SER dari TER dan mengevaluasi
apakah selisihnya (kesalahan pengambilan sampel cukup besar. Ketika auditor
menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi dapat
diterima, atau ketika SER telah besar dari TER, auditor harus mengikut satu dari empat
tindakan berikut.

Merevisi TER dan ARACK

Alternatif ini hanya harus di ikuti jika auditor telah menyimpulkan bahwa spesifikasi
awal terlalu konservatif, Merevisi TER dan ARACR mungkin sulit untuk di benarkan jika
auditor pernah di telah oleh pengadilan atau suatu komisi.Auditor hanya boleh mengubah
ketentuan ini jika telah melakukan pertimbangan yang cermat.`

Memperbesar Ukuran Sampel

suatu peningkatan dalam ukuran sampel dapat berdampak pada penurunan kesalahan
pengambilan sampel jika tingkat penyimpangan sampel sesungguhnya tidak
meningkat.Meningkatkan ukuran sampel, tepat dilakukan bila auditor yakin bahwa sampel
awal tidak representatif atau jika dirasa penting untuk mendapatkan bukti bahwa
pengendalian internal telah berjalan efektif.
Merevisi Penetapan Risiko Pengendalian

Auditor harus menentukan apakah akan meningkatkan ukuran sampel atau merevisi
penilaian risiko pengendalian berdasarkan pertimbangan biaya manfaat.jika sampel tidak
diperluas, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian keatas sehingga harus
melakukan pengujian substansif tambahan.

Berkomunikasi dengan Komite Audit Atau Manajemen

komunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan, digabungkan dengan salah satu
dari tiga tindakan yang baru saja yang dijelaskan sebelumnya, tanpa melibatkan sifat
penyimpangan tersebut.Ketika auditor menentukan bahwa pengendalian internal tidak
berjalan efektif, manajemen harus di beritahukan secara tepat waktu.Jika pengujian ini di
lakukan sebelum akhir tahun, hal ini memugkunkan manajemen untuk memperbaiki
kekurangan sebelum akhir tahun.

Pendokumentasi yang Memadai

Auditor perlu menyimpan catatan yang memadai atas prosedur yang telah
dijalankan, metode yang digunakan untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil
dari pengujian yang di lakukan serta kesimpulan yang dicapai.

G. SAMPLING AUDIT SECARA STATISTIK

Metode pengambilan sampel statistik yang paling banyak digunakan dalam pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif transaksi adalah pengambilan sampel atribut
(attributes sampling)(.Ketika istilah pengambilan sampel atribut digunakan pada buku teks
ini, hal ini mengacu pada pengambilan sampel atribut statistik. Pengambilan sampel non-
statistik juga memiliki atribut yang merupakan karakteristik yang akan diuji dari suatu
populasi, namun pengambilan sampel atribut merupakan suatu metode dengan pendekatan
statistik)

Penerapan pengambilan sampel atribut untuk menguji pengendalian dan pengujian


subtantif transaksi memiliki banyak kemiripan dengan pengambilan sampel non-statistik
dibandingkan dengan perbedaanya.14 tahap yang sama digunakan untuk kedua pendekatan
tersebut, dan istilah-istilah yang digunakan juga pada dasarnya sama saja . Perbedaan utama
adalah dalam perhitungan ukuran sampel awal dengan menggunakan tabel yang
dikembangkan dari distribusi probabilitas statistatistik dan perhitungan taksiran batas atas
tingkat penyimpangan dengan menggunakan tabel yang mirip dengan tabel yang digunakan
untuk menghitung ukuran sampel.

DISTRIBUSI SAMPLING

Auditor mendasari kesimpulan statistiknya pada distribusi sampel merupakan distribusi


Frekuensi hasil yang mungkin dari semua sampel dengan ukuran tertentu yang didapatkan
dari suatu populasi yang memiliki beberapa krakteristik khusus.Distribusi sampling
memungkinkan auditor untuk membuat pertanyaan probabilitas mengenai kemungkinan
sifat representative dari setiap sampel yang didistribusikan. Pengambilan sampel atribut
berdasarkan pada distribusi binomial,yang mana setiap sampelyang mungkin dalam populasi
memiliki kemungkinan satu atau dua nilai, seperti misalnya ya atau tidak, hitam atau putih
atau ada deviasi pengendalian atau tidak ada deviasi pengendalian.

H. PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT


 Merencanakan Sampel
1) Menerapkan tujuan pengujian audit.sama untuk pengenbilan sampel atribut maupun
pengambilan sampel non-statistik
2) Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan. Sama untuk
pengambilan sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
3) Mendefinisikan atribut dankondisi pengecualiannya.sama untuk pengambilan
sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
4) Mendefinisikan populasi. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun
pengambilan sampel non-statistik
5) Mendefinisikan unit sampel. Sama untuk pengambilan sampel atribut maupun
pengambilan sampel non-statistik
6) Menentukan tingkat penyimpangan yang dapat diterima.sama untuk pengambilan
sampel atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
7) Menentukan risiko yang dapat diterima akibat risiko pengendalian yang dinilai
terlalu rendah. Konsep penentuan risiko ini sama baik untuk pengambilan sampel
statistic maupun non-statistik , Sebagian besar audit menggunakan risiko yang
rendah, sedang atau tinggi,sementara auditor lainnya yang menggunakan
pengambilan sampel atribut menggunakan jumlah tertentu, Misalnya risiko 10%
atau 5% metodenya berbeda karena auditor perlu mengevaluasi hasilnya secara
statistic
8) Mengestimasikan tingkat penyimpangan populasi. Sama untuk pengambilan sampel
atribut maupun pengambilan sampel non-statistik
9) Menentukan ukuran sampel awal.Empat faktor yang menentukan ukuran sampel
awal baik untuk pendekatan statistik maupun non-statistik adalah ukuran populasi ,
TER,ARACR,dan EPER. Dalam pengambilan sampel atribut,auditor menentukan
ukuran sampel dengan menggiunakan program computer atau table yang
dikembangkan dari rumus-rumus tatistik

Menggunakan table ketika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel
awal, mereka mengikuti empat langkah berikut:

1) Memilih table untuk suatu tingkat ARACR tertentu.


2) Menempatkan TER pada bagian atas table
3) Menempatkan EPER pada bagian kolom yang paling kiri
4) Membaca kebawa kolom TER dengan tepat hingga beririsan dengan baris EPER
yang tepat. Angka pada irisan baris dan kolom ini merupakan ukuran sampel
awalnya
Pengaruh Ukuran Populasi

Pada pembahasan sebelumnya auditor mengabaikan ukuran populasi dalam menentukan


ukuran sampel awal. Teori statistika menunjukkan bahwa dalam populasi dimana
pengambilan sampel atribut diterapkan ukuran populasi.tidak terlalu dipertimbangkan dalam
menentukan ukuran sampel. Karena sebagian besar auditor menggunakan pengambilan
sampel atribut untuk satu populasi yang yang cukup besar, pengurangan ukuran sampel
untuk populasi yang lebih kecil diabaikan disini.

Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit

10) Pilihlah sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel untuk


pengambilan sampel statistic dan non-statistik adalah persyaratan bahwa metode
probabilitas harus digunakan untuk pengambilan sampel statistic. Baik acak
sederhana atau pengambilan sampel sistimatis , digunakan untuk pengambilan
sampel atribut.
11) Menjalankan prosedur-prosedur audit. Sama untuk pengambilan sampel atribut dan
non-statistik.

Menilai hasil

12) Menggeneralisasikan dari sampel ke populasi. Untuk pengambilan sampel atribut,


auditor menghitung batas presisi atas (CUER) dan sebuah ARACR spesifik, dan
kembali mengunakan program computer atau table yang dikembangkan dari rumus-
rumus statistik.

Penggunaan Tabel penggunaan table untuk menghitung CUER melibatkan empet


tahapan, yaitu:

1) Pilihlah table yang paling terkait dari ARACR auditor . ARACR ini seharusnya
sama dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal
2) Temukan nomor sesungguhnya dari pengecualian yang ditemukan dalam pengujian
audit pada bagian atas table
3) Temukan ukuran sampel actual dibagian kiri jauh kolom
4) Bacalah kolom jumlah pengecualian actual yang sesuai sehingga beririsan dengan
baris ukuran sampel yang sesuai . Nomor yang beririsan adalah CUER.

ukuran sampel yang tidak sebanding dengan apa yang disediakan dalam tabel evaluasi
pengambilan sampel atribut. Ketika ini terjadi adalah umum bagi audtor menginterpolasi
untuk pemikiran poin-poin data yang jauh diatara yang sudah disebut dalam table.

13) Menganalisis penyimpangan. sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling
non statistic
14) Memutuskan akseptabilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas
populasi, pada dasarnya untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
Kebutuhan Akan Pertimbangan Profesional

Sebuah kritik terhadap pengambilan sampel statistic terkadang itu mengurangi


penggunaan pertimbangan profesional dari auditor. Perbandingan 14 tahapan yang dibahas
pada bab ini untuk pengambilan sampel non-statistik dan atribut menynjukkan bahwa
kritikan ini tidak penting. Untuk aplikasi yang benar, pengambilan sampel atribut menuntut
auditor memakai penilaian profesional dalam banyak tahapan. Untuk memilih ukuran
sampel awal, auditor bergantung terutama pada TER dan ARACR, membutuhkan taksiran
yang cermat.

Anda mungkin juga menyukai