OLEH KELOMPOK 07 :
Desak Putu Ana Febriani (1902622010164 / 06)
I Wayan Wahyu Kharisma (1902622010168 / 10)
Ni Komang Sri Bintang Apriani (1902622010183 / 25)
I Putu Yudi Deningrat (1902622010185 / 27)
Apabila Jaya secara pribadi mampu membayar untuk menutupi saldo debitnya, maka ia
harus membayar sebesar Rp 3.000.000 kepada persekutuan. Pembayarannya akan
menaikkan kas menjadi Rp 28.000.000, yang nantinya akan didistribusikan kepada Joko dan
Joni pada akhir likuidasi. Jika Jaya tidak mampu membayar untuk menutupi saldo debitnya,
maka jumlah itu dianggap rugi dan dibebankan ke Joko dan Joni menurut rasio pembagian
laba dan rugi. Rugi yang dibebankan ke Joko adalah sebesar Rp 2.000.000 (Rp 3000.000 X
0,4/0,6), dan untuk Joni sebesar Rp 1.000.000 (Rp 3.000.000 X 0,2/0,6). Dalam hal ini, kas
sebesar Rp 25.000.000 dibagikan kepada Joko sejumlah Rp 14.000.000 dan Joni sejumlah
Rp 11.000.000.
2. Proses Likuidasi Pembayaran Aman Untuk Sekutu
Umumnya proses likuidasi suatu bisnis memakan waktu yang cukup panjang, dan kas
mungkin akan tersedia untuk didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar,
tetapi sebelum aktiva nonkas dikonversi menjadi kas. Apabila sekutu memutuskan untuk
mendistribusikan kas yang tersedia sebelum seluruh aktiva nonkas yang dijual (dan sebelum
keuntungan atau kerugian diakui), maka akan timbul pertanyaan mengenai berapa banyak
kas yang bias didistribusikan secara aman kepada masing-masing sekutu. Pembayaran aman
ialah distribusi yang bias dilakukan kepada sekutu dengan keyakinan bahwa jumlah yang
didistribusikan tidak berlebihan, dengan kata lain, sumber daya yang didistribusikan tidak
perlu dikembalikan kepada persekutuan.
Ukuran pembayaran yang aman untuk sekutu didasarkan pada asumsi berikut ini: 1.
Seluruh sekutu secara pribadi tidak likuid (sekutu tidak mampu membayar kepada
perusahaan), 2. Seluruh aktiva nonkas menunjukkan kemungkinan rugi (aktiva nonkas harus
dipertimbangkan rugi untuk tujuan untuk menentukan pembayaran yang aman). Selain itu,
ketika mengkalkulasi pembayaran yang aman persekutuan juga memegang sejumlah
tertentu kas untuk menutupi biaya likuidasi, kewajiban, yang belum tercatat dan kontijensi
lainnya. Asumsikan persekutuan Budi, Mina, dan Nani sedang dalam proses likuidasi, dan
saldo perkiraan mereka adalah sebagai berikut:
Seluruh kewajiban selain kepada sekutu telah dibayar, dan para sekutu memperkirakan
penjualan tanah dan bangunan akan memakan waktu beberapa bulan. Maka dari itu, mereka
sepakat bahwa seluruh kas yang ada di tangan, di luar Rp 10.000.000 untuk menutup biaya
dan kontijensi, harus diidstribusikan secepatnya. Dengan informasi ini, skedul pembayaran
aman dipersiapkan untuk menentukan jumlah kas yang bias didistribusikan secara aman
untuk tiap sekutu. Skedul pembayaran aman untuk Budi, Mina dan Nani diberikan pada
table berikut.
B. Perlakuan Akuntansi Pada Saat Likuidasi Persekutuan (Lanjutan) dan Usaha Patungan
1. Laporan Likuidasi Bertahap
Likuidasi Pembayaran Bertahap pendistribusian kas kepada sekutu pada saat kas
tersedia selama periode likuidasi dan sebelum seluruh keuntungan dan kerugian
likuidasi direalisasikan alternatifnya adalah likuidasi sederhana yakni tidak ada kas
yang didistribusiakan kepada para sekutu sampai seluruh keuntungan dan kerugian
likuidasi direalisasikan dan direfleksikan dalam saldo modal para sekutu.
Likuidasi yang terencana baik atas persekutuan yang likuid dilakukan dengan
mendistribusikan kas yang tersedia dengan cara yang biasa sampai seluruh aktiva non
kas dikonversi menjadi kas. Kewajiban selain pada sekutu harus dibayar sebelum
pendistribusian kepada para sekutu. Setelah kas tersedia sehingga dapat didistribusikan
kepada para sekutu, jumlah yang didistribusikan kepada masing – masing sekutu bisa
ditentukan dengan menyiapkan skedul pembayaran yang aman untuk tiap distribusi
yang pembayarannya dilakukan secara bertahap. Skedul pembayaran yang aman tidak
diperlukan jika perkiraan modal pada awal proses likuidasi relatif sama dengan rasio
pembagian laba rugi sekutu, dan saldo pemberian pinjaman atau pembayaran dimuka
kepada sekutu. dalam kasus tersebut, seluruh distribusi kepada sekutu dilakukan
menurut rasio pembagian laba rugi.
Ketika pembayaran bertahap pada sekutu ditentukan dengan mengacu ke skedul
pembayaran yang aman, aturan pendistribusian akan seperti pada saldo modal sisa
setelah distribusi disesuaikan dengan rasio laba rugi sekutu. Ketika seluruh sekutu
tercakup dalam distribusi bertahap, sisa modal akan disesuaikan dan pembayaran
bertahap selanjutnya menurut rasio pembagian laba.
Contoh kasus : Persekutuan Duro, Kemp, Roth akan dilikuidasi sesegera mungkin
setelah 31 Desember 2011, dan seluruh kas yang ada ditangan, kecuali Rp. 20.000
saldo kontijensi, akan didistribusikan pada akhir bulan sampai likuidasi selesai
dilakukan. Laba dan rugi dibagi berdasarkan 50%, 30% dan 20% untuk Duro, Kemp,
dan Roth. Neraca Persekutuan pada 31 Desember 2011 berisikan akun dan saldo
berikut ini :
DURO, KEMP DAN ROTH
NERACA
Wesel Bayar
Pinjaman
Total Total
Urutan kerentanan tersebut menunjukan bahwa Duro adalah yang paling rentan terhadap
kerugian karena ekuitasnya akan berkurang sampai nol akibat total rugi likuidasi
persekutuan Rp. 680.000. Sebaliknya, Kemp paling kecil kerentanannya karena ekuitasnya
cukup untuk menyerap bagian kerugiannya akibat likuidasi sampai Rp.1.200.000.
interpretasi itu membantu menjelaskan mengapa Kemp mendapatkan seluruh kas yang
didistribusikan kepada sekutu pada distribusi pembayaran bertahap yang pertama.
Penyerapan Kerugian yang Ditanggung:
Skedul penyerapan kerugian yang ditanggung dibuat sebagai langkah kedua dalam
penyusunan membentuk rencana distribus kas. Skedul penyerapan kerugian yang
ditanggung untuk Duro, Kemp dan Roth adalah sebagai berikut :
Total
Saldo
Kerugian yang
ditanggung yang
harus diserap
ekuitas Roth
Saldo
Kerugian persekutuan yang benar-benar menghilangkan ekuitas Duro ialah Rp. 680.000,
jumlah yang didapat dari perhitungan urutan kerentanan. Setelah ekuitas Duro menurun
sampai 0 pada tahap pertama, keugian dibagi 60% kepada Kemp dan 40% kepada Roth
sampai ekuitas Roth berkurang menjadi nol. Tambahan kerugian persekutuan yang
menurunkan ekuitas Roth menjadi nol adalah Rp. 60.000 – ekuitas Roth Rp. 24.000 dibagi
dengan 40% rasio pembagian laba setelah Duro dikeluarkan dari perhitungan ( dengan kata
lain, diasumsikan pribadi Duro tidak mampu membayar atau insolven). Setelah ekuitas Roth
dikurangkan menjadi nol, ekuitas Roth tinggal Rp.120.000.
Kemp harus menerima Rp. 120.000 yang didistribusikan pertama kali kepada para
sekutu. Dalam membuat rencana distribusi kas, kas yang tersedia pertama untuk distribusi
akan diberikan kepada Kreditur bukan sekutu. Kas pertama itu terdiri dari Rp. 300.000 hutang
dagang dan Rp. 200.000 wesel bayar persekutuan Duro, Kemp dan Roth tgl 31 Desember
2011. Rp. 20.000 berikutnya dibayarkan kepada Kemp sebagai penyelesaian atas pinjaman
yang diberikan kepada persekutuan, karena pinjaman sekutu lebih tinggi prioritasnya daripada
saldo modal sekutu. Rp. 100.000 berikutnya yang tersedia didistribusikan kepada Kemp
dengan mempertimbangkan saldo modalnya. Distribusi itu menyamakan sepenuhnya
penyesuaian seluruh saldo modal dan rasio pembagian laba. Sisa distribusi dilakukan
berdasarkan rasio pembagian laba.
SKEDUL DISTRIBUSI KAS DURO, KEMP DAN ROTH
3. Sekutu dan Persekutuan yang Tidak Likuid (Insolven)
Untuk sekutu yang insolven mengklaim properti terpisah sekutu yang bangkrut adalah
sebagai berikut :
a. Jumlah yang terhutang kepada kreditur terpisah
b. Jumlah yang terhutang kepada kreditur persekutuan
c. Jumlah yang terhutang kepada para sekutu melalui kontribusi
Urutan Prioritas itu memberikan implikasi yang penting untuk likuidasi persekutuan yang
insolven (aktiva persekutuan < kewajiban persekutuan), dan untuk likuidasi persekutuan yang
solven (aktiva persekutuan > Kewajiban Persekutuan), tetapi satu atau lebih sekutu individunya
insolven (aktiva pribadi < kewajiban pribadi). Para kreditur persekutuan pertama kali harus
berusaha memulihkan klaim mereka dengan menerima pembayaran dari properti persekutuan,
dan kreditur dari sekutu individu harus mencari pemulihan klaim dari properti individu.
Jika sekutu persekutuan insolven, kas yang tersedia setelah seluruh aktiva non kas dikonversi
menjadi kas tidak akan cukup untuk membayar kreditur persekutuan. Kreditur persekutuan akan
mendapatkan pemulihan sebagian pembagian dari aktiva persekutuan dan mendesak sekutu untuk
menggunakan properti pribadi untuk menutupi sisa klaim. Walaupun kreditur pribadi mempunyai
klaim prioritas atas properti pribadi, kreditur persekutuan dapat mencari pemulihan atas klaim
mereka dari aktiva pribadi sekutu yang secara pribadii solven. Menurut The Act, para sekutu
harus memberikan sejumlah kontribusi wajib untuk menutupi kewajiban persekutuan. The Act
secara spesifik menyatakan bahwa seorang sekutu haru mengkontribusikan bagian
pembayarannya untuk memenuhi kewajiban tersebut, dengan juga bagian relatifnya atas
kewjiban para sekutu yang insolven atau yang tidak dapat atau tdak mau berkontribusi atas
bagian kewajiban mereka
4. Laporan Usaha Patungan
Menurut PSAK No. 12 usaha patungan adalah perjanjian kontraktual antar dua atau lebih
pihak untuk melaksanakan kegiatan keonomi yang dikendalikan bersama. Jenis Usaha Patungan
PSAK No. 12 hanya mengatur dua jenis umum usaha patungan, yaitu pengendalian bersama
operasi dan pengendalian bersama aset. Ciri – ciri umum dari suatu usaha patungan adalah
sebagai berikut:
a. Dua atau lebih venturer diikat oleh suatu perjanjian kontraktual
b. Perjanjian kontraktual tersebut menciptakan pengendalian bersama.
Berdasarkan bentuknya, pengendalian bersama operasi dana pengendalian bersama aset
setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya masing – masing
sesuai dengan bentuk joint venture yang dilkukan. Untuk bagian partisipasi venturer dalam
pengendalian bersama operasi, tiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan
keuangannya masing – masing:
a. Aktiva yang dikendalikan sendiri dan kewajiban ynag timbul atas aktivitasnya sendiri
b. Beban yang terjadi atas aktivitasnya sendiri dan bagiannya atas pendapatan bersama dari
penjualan barang dan jasa oleh joint venture tersebut.
Sehubungan dengan bagian partisipasi venturer dalam pengendalian bersama aset, tiap
venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangan masing – masing:
a. Bagian atas aset yang dikendalikan bersama, diklasifikasikan menurut sifat dari aset tersebut,
bukan sebagai investasi.
b. Setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri
c. Bagiannya atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung bersama oleh para venturer
sehubungan dengan usaha patungan
d. Bagiannya atas output usaha patungan, dan bagiannya atas beban bersama yang terjadi pada
usaha patungan tersebut.
e. Beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan partisipasinya dalam usaha
patungan.
Laporan keuangan tersendiri wajib disusun untuk usaha patungan tersebut apabila jumlahnya
material dan proyek kerjasama diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan
keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Richard E., Valdean C. Lembke. 2010. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Salemba
Empat.
https://pdfcoffee.com/31-definisi-likuidasi-dan-perbedaannya-dengan-disolusi-likuidasi-4-
pdf-free.html
Beams, Floyd A.Brozovsky, John A.Shoulders, Craig D.2005.Akuntansi Lanjutan.Edisi
Ketujuh.Jilid 2.Jakarta:Indeks
Beams, Floyd A.Jusuf, Amir Abadi.2000.Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia.Buku
Dua.Jakarta.Salemba Empa
https://pdfcoffee.com/likuidasi-persekutuandocx-pdf-free.html