Anda di halaman 1dari 6

Analisis dan Penyajian Laba Ditahan

pengertian saldo laba ditahan menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu.Akun ini dinyatakan
terpisah dari akun modal saham.Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai
diividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba.Misalnya
dicadangkan untuk perluasan pabrik atau untuk memenuhi ketentuan regulasi maupun ikatan
tertentu.Saldo laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena pembatasan-
pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri.Yang menggambarkan tujuan
pencadangan termaksud: pembatasan-pembatasan yang diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikreditkan dengan pos-pos yang seharusnya
diperhitungkan pada laporan laba rugi periode berjalan.

 Pengungkapan saldo laba meliputi berikut ini:

1. Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba, menjelaskan jenis


penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan pemisah saldo laba, serta jumlahnya.
Perubahan akun-akun penjatahan dan pemisahan saldo laba, juga diungkapkan.
2. Peraturan, perikatan, batasan dan jumlah batasan di sekitar saldo laba, diungkapkan.
Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung, perusahaan tidak diizinkan membagi
saldo laba tanpa seizin kreditur.
3. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak.
4. Pengungkapan jumlah dividen dan dividen per lembar saham, pengungkapan,
keterbatasan, saldo laba tersedia bagi dividen.
5. Tunggakan dividen, jumlah maupun tunggakan per lembar saham.
6. Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sebelum tanggal penyelesaian Laporan Keuangan.

 Pembatasan Laba Ditahan


Laba ditahan yang tersedia untuk digunakan sebagai dividen dapat dibatasi pada tindakan
dewan direksi perseroan. Jumlah tersebut, dinamakan pembatasan atau appropriation, tetap
menjadi bagian dari laba ditahan. Akan tetapi jumlah tersebut harus diungkapkan, biasanya
dalam catatan laporan keuangan. Pembatasan dapat diatur oleh aturan hukum, kontrak, maupun
kebijakan direksi. Sebagai contoh, beberapa ketentuan mengharuskan laba ditahan dibatasi
sejumlah saham treasury (treasury stock) yang dibeli agar modal perusahaan tidak akan
digunakan untuk membayar. Dewan direksi juga dapat diminta untuk membatasi laba ditahan
karena ketentuan dalam kontrak. Sebagai contoh, syarat untuk pinjaman bank dapat mencakup
pembatasan, agar uang yang dialokasikan untuk membayar pinjaman tidak digunakan sebagai
dividen. Dewan direksi juga dapat membatasi laba ditahan secara sukarela. Sebagai contoh,
dewan direksi dapat membatasi pembagian dividen agar tersedia lebih banyak uang yang
dapat digunakan untuk pengembangan bisnis.

 Penyesuaian Laba Ditahan Periode Sebelumnya


Kesalahan material pada laba bersih periode sebelumnya dapat terjadi karena kesalahan
penghitungan dan kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi. Pengaruh dari kesalahan
material yang tidak ditemukan dalam periode fiskal yang sama dengan waktu kesalahan tersebut
terjadi, tidak boleh dimasukkan dalam menentukan laba bersih untuk periode tersebut.
Sebaliknya, perbaikan atas kesalahan material yang disebut penyesuaian periode
sebelumnya (prior perioed adjustment), dilaporkan di laporan laba ditahan. Penyesuaian ini
dilaporkan sebagai penyesuaian untuk saldo laba ditahan pada awal periode di mana kesalahan
tersebut ditemukan dan diperbaiki.

Perhatikan contoh berikut: Contoh supporting schedule Laba (Rugi) Ditahan untuk
mengoreksi kekurangan biaya tahun 2017 yang dibebankan ke laba ditahan, karena jumlahnya
tidak material seharusnya dibebankan ke laba rugi tahun berjalan.
Pencatatan jurnal akuntansinya adalah sebagai berikut:

(Dr) Biaya Listrik dan Telepon Rp 500.000


(Cr) Laba (Rugi) Ditahan Rp 500.000

Contoh pembuatan laporan laba ditahan:

PT Manajemen Keuangan Network melaporkan hasil-hasil berikut ini untuk periode yang
berakhir pada tanggal 31 Maret 2018.

Laba ditahan, 1 April 2017 = Rp 3.000.000.000

Laba bersih = Rp 250.000.000

Dividen tunai yang diumumkan = Rp 50.000.000

Dividen saham yang diumumkan = Rp 100.000.000

Dari data-data tersebut maka dapat dibuat Laporan Laba Ditahan sebagai berikut:
 Cara Menyajikan Laporan Laba Ditahan
Ada 3 cara menyajikan laporan laba ditahan yaitu:

1. Menyajikan Laporan Laba Ditahan yang Terpisah


Saat laporan laba ditahan yang terpisah disiapkan, saldo awal laba ditahan dilaporkan.
Kemudian ditambahkan laba bersih atau dikurangi rugi bersih dan dikurangi dividen
untuk mendapatkan saldo akhir laba ditahan pada periode tersebut.
Contoh laporan laba ditahan jenis ini adalah sebagai berikut:

2. Menggabungkan Laporan Laba Ditahan dengan Laporan Laba Rugi

Format lain yang dapat digunakan untuk menyajikan laporan laba ditahan adalah dengan
menggabungkannya dengan laporan laba rugi. Kelebihannya adalah laporan tersebut
menekankan laba bersih sebagai penghubung antara laporan laba rugi dengan bagian bagian
laba ditahan dari ekuitas pemegang saham. Karena bentuk kombinasi ini jarang digunakan.
3. Laporan Ekuitas pemegang saham
Penyajian laporan ditahan yang ketiga adalah di laporan ekuitas pemegang saham.Perubahan
yang signifikan dalam ekuitas pemegang saham harus dilaporkan dalam periode saat mereka
terjadi.Jika perubahan dalam ekuitas pemegang saham hanya terjadi pada laba bersih atau
rugi bersih dan dividen, maka laporan laba ditahan saja sudah mencukupi.Akan tetapi, saat
perseroan juga mengalami perubahan dalam saham dan akun modal disetor lainnya,
biasanya disiapkan laporan ekuitas pemegang saham.Laporan tersebut seringkali disiapkan
dalam format kolom, di mana setiap kolomnya menunjukkan klasifikasi ekuitas pemegang
saham utama.Perubahan dalam masing-masing klasifikasi kemudian dijelaskan di kolom
sebelah kiri, dan berikut contoh tentang laporan ekuitas pemegang saham:

Perhatikan kolom-kolom yang menunjukkan klasifikasi ekuitas pemegang saham, antara lain
saham preferen, saham biasa, tambahan modal disetor, laba ditahan, dan saham treasuri (treasury
stock).
DAFTRA PUSTAKA

Wibowo, SE, MM, AK dan Abu Bakar Arif, SE, MM, 2003, Akuntansi Keuangan Dasar
2, Grasindo:Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2009. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Salemba
Empat:Jakarta.

Zaki Baridwan. 2000. “Intermediate Accounting”. Yogyakarta: BPFE


.

Prastowo, Dwi dan Julianty Rika, 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama. PP. AMP YKPN: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai