Anda di halaman 1dari 2

A.

PENYAJIAN MODAL SAHAM DALAM NERACA

Penyajian modal saham dalam neraca harus diungkapkan dengan jelas.Hal tersebut dilakukan agar
neraca dapat disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan, dan juga sesuai dengan undan -
undang yang berlaku di Indonesia. Pada mulanya modal saham disajikan hanya sebesar nilai nominal
dari modal saham biasa dan modal saham prioritas yang beredar saja. Apabila terdapat selisih
antara nilai nominal dengan modal yang disetor, disajikan sebagai surplus. Dengan demikian
pembaca neraca akan beranggapan bahwa nilai nominal mencerminkan jumlah yang disetor
pemegang saham, dan surplus mencerminkan jumlah laba yang ditahan. Sebagai contoh, bila dalam
neraca terdapat akun surplus sebesar Rp10 juta, jumlah ini dapat ditafsirkan hanya terdiri atas laba
yang ditahan saja, atau merupakan gabungan premium saham sebesar Rp12 juta dan defisit sebesar
Rp2 juta.

Bagian kredit dari akun-akun modal saham yang ditempatkan, berasal dari emisi saham. Jika nilai
nominal saham yang dikeluarkan berbeda dengan harga pasarnya, maka selisih dicatat dalam akun
tersendiri: yaitu akun premium saham (agio saham) atau diskonto saham (disagio saham). Juga
merupakan hal yang biasa untuk menyediakan dua akun untuk emisi saham tanpa nilai nominal.
Satu akun untuk menampung nilai yang ditetapkan (stated value) dan akun lain untuk mencatat
kelebihan setoran modal di atas nilai yang ditetapkan tersebut.

Akun modal juga digunakan untuk mencatat sumbangan yang diperoleh perusahaan dan penebusan
saham sendiri. Sebagai contoh, kadang-kadang perusahaan memperoleh sumbangan tanah atau
gedung dari pemerintah dengan tujuan agar perusahaan mau mendirikan pabriknya di lokasi
tertentu

Sebagaimana penyajian akun-akun yang lain dari neraca, dalam modal saham juga dikenal berbagai
cara atau variasi untuk menyajikannya. Pertama kali harus dilaporkan modal untuk setiap jenis
saham lengkap dengan akun- akun lain yang menyertainya, seperti akun premium saham atau
disagio saham, kemudian diikuti dengan jenis-jenis modal yang lain. Berikut ini adalah berbagai cara
untuk menyajikan pos modal dalam neraca.

1. Modal saham

2. Ekuitas pemilik ( pemegang saham)

3. Investasi pemegang saham

B. ALOKASI PAJAK PENGHASILAN

Laba kena pajak suatu perseroan besarnya ditentukan berdasarkan Unndang-undang Pajak
Penghasilan dan peraturan-peraturan pemerintah lain. Laba kena pajak sering kali berbeda dengan
laba akuntansi (sebelum pajak penghasilan) yang dihitung atas dasar prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (Standar Akuntansi Indonesia), seperti yang disajikan dalam laporan laba rugi.
Perbedaan tersebut timbul karena salah satu atau lebih dari situasi sebagai berikut, yaitu
perbedaan:

1. Tarif pajak atas sumber-sumber pendapatan atau penghasilan tertentu berbeda dengan tarif
pajak perusahaan. Sebagai contoh: bunga tabungan, bunga deposito di bank, dan pendapatan
dividen oleh pemerintah dikenakan tarif pajak final yang berbeda dengan tarif pajak pendapatan
yang dikenakan pada perusahaan.

2.Biaya-biaya untuk tujuan tertentu tidak boleh digunakan untuk menghitung laba kena pajak,
misalnya sumbangan yang diberikan perusahaan, biaya perjamuan tamu, dan biaya promosi
tertentu. Sumbangan tertentu sering kali bagi perusahaan merupakan biaya yang tidak dapat
dihindari. Namun peraturan pajak menganggap bahwa pengeluaran tersebut tidak boleh
diperhitungkan sebagai biaya.

3. Metode pengakuan pendapatan dan biaya. Metode yang digunakan untuk menghitung
pendapatan dan biaya dapat saja berbeda antara peraturan perpajakan dengan prinsip-prinsip
akuntansi (PABU). Sebagai contoh, peraturan perpajakan mengharuskan pendapatan tertentu
berdasarkan asas tunai, tetapi PABU mengakui pendapatan berdasarkan asas akrual, contoh lain,
misalnya dalam penentuan umur ekonomis aktiva tetap dan metode depresiasi. Peraturan
perpajakan Sudah menentukan umur ekonomis aktiva tetap tertentu, yang mungkin berbeua
dengan taksiran umur ekonomis yang dilakukan perusahaan.

C. PENYISIHAN SALDO LABA (LABA YANG DITAHAN)

Laba yang ditahan adalah milik pemegang saham dan merupakan bagian laba yang belum dibagikan.
Untuk tujuan tertentu (misalnya, untuk mencegah dibagikan sebagai dividen guna tujuan ekspansi)
sering kali ada sebagian laba ditahan yang disisihkan. Jumlah yang disisihkan masih merupakan
bagian laba yang ditahan biarpun penggunaannya dibatasi. Untuk membedakan laba yang ditahan
yang bebas digunakan dan yang dibatasi penggunaannya perlu dibuat akun khusus untuk
membedakannya. Akun khusus ini diberi nama sesuai dengan maksud diadakannya penyisihan. Bila
penyisihan laba yang ditahan digunakan untuk mengadakan ekspansi pabrik, maka akun ini dapat
diberi nama "penyisihan ekspansi pabrik". Bila diadaka untuk melunasi obligasi, maka akun ini dapat
diberi nama "penyisihan untuk pelunasan obligasi".

Anda mungkin juga menyukai