Anda di halaman 1dari 9

Proses Likuidasi Persekutuan

Nisfatul Izzah, SE. MA.


Sumber, Slamet Sugiri

A. PROSES LIKUIDASI

Pada umumnya, proses likuidasi persekutuan meliputi pengonversian,


aset non kas menjadi kas, mengakui laba, rugi, dan biaya yang terjadi selama
periode likuidasi, penyelesaian keseluruhan kewajiban, dan mendistribusikan
kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir akun saldonya.

1. Likuidasi Persekutuan Sederhana


Dalam bagian ini, kita mengasumsikan bahwa seluruh aset non kas
dikonversi menjadi kas sebelum aset didistribusikan ke kreditor dan sekutu.
Kebanyakan akuntansi untuk likuidasi persekutuan didasarkan pada
interpretasi terhadap perjanjian persekutuan dan provisi legal yang berkaitan
dengan likuidasi. Langkah pertama dalam proses likuidasi adalah menghitung
laba bersih dan rugi sampai saat akan dilakukannya pembubaran. Laba bersih
atau rugi dialokasikan berdasarkan perjanjian pembagian laba-rugi
persekutuan.
Untuk mengilustrasikan proses ini, perhatikan contoh berikut. Faikar dan
Dias memiliki persekutuan yang bergerak di bidang jasa. Neraca persekutuan
pada tanggal 31 Desember 2010 sebagai berikut.

NERACA (dalam jutaan)


ASET
Kas Rp40
Piutang usaha 120
Sediaan 120
Aset tetap 160
Rp440
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Utang usaha Rp160
Pinjaman dari Faikar 40
Modal Faikar 100
Modal Dias 140
Rp440
Karena ada ketidakcocokan maka setelah tanggal 4 Januari 2011
persekutuan sepakat untuk dilikuidasi oleh Faikar dan Dias. Tanggal 10
Januari 2011, seluruh aset terjual dengan rincian sebagai beriku
ASET Terjual Nilai Buku Untung/Rugi
Aset Tetap 120 160 (40)
Sediaan 100 120 (20)
Piutang Usaha 88 (tertagih) 120 (32)
Total 308 400 (92)
Berdasarkan hasil penjualan aset tersebut, seluruh penjualan aset
mengalami kerugian. Jadi, kerugian masing-masing aset akan dialokasikan ke
akun modal masing-masing sekutu berdasarkan perjanjian alokasi laba dan
rugi. Perjanjian alokasi laba-rugi Faikar dan Dias adalah sebesar 60% dan
40%. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan aset tersebut adalah

Des 31 Kas 120.000.000


Modal Faikar 24.000.000
Modal Dias 16.000.000
Aset tetap 250.000.000
(untuk mencatat penjualan aset
tetap dan alokasi kerugian
penjualan ke akun modal sekutu)

Kas 100.000.000
Modal Faikar 12.000.000
Modal Dias 8.000.000
Sediaan 120.000.000
(untuk mencatat penjualan
sediaan dan alokasi kerugian
penjualan ke akun modal sekutu)
Kas 88.000.000
Modal Faikar 19.200.000
Modal Dias 12.800.000
Piutang usaha 120.000.000
(untuk mencatat penagihan
piutang dan menghapus piutang
tak tertagih ke akun modal
sekutu)

Setelah terjadinya penjualan aset maka total kas yang tersedia untuk
melunasi kewajiban dan distribusi kepada sekutu adalah sebesar Rp348 juta.
Saldo modal masing-masing sekutu adalah

Modal Faikar = 100 juta - 24 juta-12 juta = 19,2 juta


= 44,8 juta
Modal Dias = 140 juta -16 juta - 8 juta = 12,8 juta
= 103,2 juta

Selanjutnya, kita akan membuat distribusi akhir dari hasil likuidasi aset
kepada kreditor dan sekutu dengan pembagian sebagai berikut.
Jumlah
Utang usaha Rp160 juta
Pinjaman dari Faikar 40 juta
Kepada Faikar 44,8 juta
Kepada Dias 103,2 juta
Total Rp348 juta

Jurnal untuk mencatat distribusi final kepada kreditor dan sekutu adalah
Des. 31 Utang usaha 160.000.000
Kas 160.000.000
(untuk mencatat pembayaran
utang kepada kreditor)

Des. 31 Pinjaman dari Faikar 40.000.000


Kas 40.000.000
(untuk membayar pinjaman
dari sekutu Faikar)

Des. 31 Modal Faikar 44.800.000


Modal Dias 103.200.000
Kas 148.000.000
(untuk mendistribusikan kas
kepada sekutu dalam likuidasi
akhir persekutuan)
Modal Sekutu Bersaldo Debit
Di dalam proses likuidasi persekutuan, proses ini dapat menghasilkan
rugi yang menyebabkan saldo modal dari sekutu menjadi bersaldo debit.
Sekutu yang memiliki saldo modal debit, memiliki kewajiban kepada sekutu
yang memiliki saldo modal kredit untuk melunasi kewajibannya, dengan
menggunakan aset pribadinya. Bila ternyata sekutu sudah tidak memiliki aset
pribadi maka para sekutu yang memiliki modal positif akan menutupi
kerugian yang diakibatkan oleh saldo modal debit sekutu. Alokasi kerugian
ini akan didasarkan pada perjanjian alokasi laba dan rugi.

2. Pendekatan Pembayaran Aman (Safe Payment Approach)


Dalam menghitung bagaimana kas didistribusikan kepada para sekutu
sebelum adanya likuidasi aset, kita harus memastikan bahwa seluruh saldo
modal sekutu akan cukup untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kerugian. Perhitungan pembayaran aman didasarkan pada asumsi sebagai
berikut.
a. Seluruh sekutu mengalami insolvensi secara personal (tidak mampu lagi
melakukan pembayaran ke dalam persekutuan).
b. Seluruh aset non kas mencerminkan kemungkinan terjadinya kerugian.
c. Pinjaman dari atau kepada sekutu akan dikombinasikan dengan akun
modal sekutu untuk menentukan kepemilikan bersihnya di dalam
persekutuan.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, bahwa kas tidak akan didistribusikan


ke sekutu yang memiliki saldo modal yang tidak cukup untuk menalangi
potensi kerugiannya. Jadi, tidak ada sekutu yang akan menerima kas hingga
seluruh kewajiban dapat dilunasi menggunakan kas yang cukup.
Untuk memahami pembahasan ini, anggaplah Budi, Joko, dan Made
memiliki persekutuan yang dibentuk pada tahun 2008. Pada tahun 2010 mereka sepakat bahwa
persekutuan akan dibubarkan. Berikut adalah neraca
persekutuan pada saat akan dibubarkan.

NERACA (dalam jutaan)


ASET
Kas Rp400
Pinjaman kepada Joko 50
Tanah 100
Aset tetap 700
Rp1.250
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Pinjaman dari Made Rp100
Modal Budi 250
Modal Joko 350
Modal Made 550
Rp1.250

Alokasi laba-rugi persekutuan kepada Budi, Joko, dan Made adalah


sebesar 40%, 30%, dan 30%. Seluruh kewajiban kepada pihak ketiga telah
dilunasi, dan berdasarkan perhitungan dari para sekutu, penjualan tanah dan
gedung akan memakan waktu beberapa minggu. Persekutuan sepakat untuk
melakukan distribusi kas segera, tetapi selain kas yang telah disiapkan untuk
mengantisipasi potensi kerugian sebesar Rp50 juta. Dari informasi tersebut
maka akan dibuat skedul pembayaran aman sebagai berikut.

Skedul Pembayaran Aman Persekutuan Budi, Joko, dan Made


(dalam jutaan)
Modal Modal Modal
Kemungkinan
Budi Joko Made
Rugi
(40%) (30%) (30%)
Modal sekutu (± saldo Rp250 Rp300 Rp650
pinjaman)
Kemungkinan kerugian 800 (320) (240) (240)
pada aset non kas
(70) 60 410
Kemungkinan antisipasi 50 (20) (15) (15)
kerugian
(90) 45 395

Skedul Pembayaran Aman Persekutuan Budi, Joko, dan Made


(dalam jutaan)
Modal Modal Modal
Kemungkinan
Budi Joko Made
Rugi
(40%) (30%) (30%)
Kemungkinan rugi pada 90 (45) (45)
saldo debit Budi
0 0 Rp350

Pembuatan skedul di atas diawali dengan penjabaran modal bersih dari


masing-masing sekutu setelah ditambah/dikurangi dengan saldo pinjaman
dari masing-masing sekutu. Setelah itu, kemungkinan rugi pada aset non kas
dan kemungkinan antisipasi kerugian dialokasikan ke modal masing-masing
sekutu dengan alokasi sebesar kesepakatan pembagian laba-rugi. Alokasi
kerugian ini dapat menyebabkan modal beberapa sekutu menjadi negatif.
Modal sekutu yang negatif ini juga akan dialokasikan ke modal sekutu yang
bersaldo positif. Setelah semua alokasi ini dilakukan maka akan didapatkan
modal sekutu yang bersaldo positif, menjadi dasar untuk memberikan kas
kepada sekutu tersebut. Jadi, berdasarkan perhitungan, jumlah kas sebesar
Rp350 juta dapat didistribusikan dengan aman kepada Made.
Perlu diingat bahwa skedul pembayaran aman hanya dibuat untuk
menghitung jumlah kas yang akan didistribusikan, dan sekutu mana yang
akan menerima kas. Perhitungan tersebut tidak dicatat pada akun, sampai
transaksi-transaksi yang dilibatkan benar-benar terjadi. Jurnal untuk mencatat
distribusi kas kepada Made adalah

Pinjaman dari Made 100.000.000


Modal Made 250.000.000
Kas 350.000.000

Setelah pencatatan jurnal di atas maka neraca persekutuan Budi, Joko,


dan Made sebagai berikut.

NERACA (dalam jutaan)


ASET
Kas Rp50
Pinjaman kepada Joko 50
Tanah 100
Aset tetap 70
Rp900

KEWAJIBAN DAN EKUITAS


Pinjaman dari Made Rp100
Modal Budi 250
Modal Joko 350
Modal Made 300
Rp900

B. LIKUIDASI SECARA BERANGSUR

Likuidasi secara berangsur meliputi distribusi kas yang tersedia kepada


sekutu selama periode likuidasi dan sebelum seluruh untung dan rugi
likuidasi terealisasi. Jika sekutu menerima kas secara berangsur sebelum total
rugi likuidasi dan total kas diketahui maka harus ada penjaga (safeguards)
untuk menjaga kepentingan kreditor dan kepemilikan setiap sekutu. Banyak
prosedur yang akan dilibatkan dalam proses likuidasi ini untuk memenuhi
persyaratan legal dan untuk melindungi individu yang berkaitan dengan
likuidasi dan kepentingan residual sekutu. Perlu diingat bahwa distribusi kas
yang utama adalah untuk melunasi seluruh kewajiban yang dimiliki oleh
persekutuan, sebelum kas yang tersedia dibagikan kepada para sekutu.
Pada saat kas tersedia untuk distribusi kepada sekutu, jumlah yang akan
didistribusikan ditentukan dengan membuat skedul pembayaran aman untuk
setiap distribusi angsuran. Saat akun modal pada awal dilakukannya proses
distribusi sesuai dengan jumlah rasio pembagian laba-rugi sekutu dan tidak
ada saldo pinjaman ke atau dari sekutu maka skedul pembayaran aman tidak
perlu dibuat. Dalam hal ini, seluruh distribusi kepada sekutu akan dibuat
berdasarkan rasio pembagian laba-rugi. Untuk mempermudah pemahaman
likuidasi berangsur, akan diilustrasikan dengan contoh.
Pada tahun 2008, Udin dan Maria sepakat untuk membuat persekutuan
yang bergerak di bidang konstruksi bangunan, tetapi karena ada konflik
internal mereka sepakat untuk melikuidasi persekutuan segera setelah bulan
Desember 2010. Seluruh kas yang di tangan kecuali dicadangkan sejumlah
Rp100.000.000 untuk mengantisipasi kontinjensi akan didistribusikan setiap
akhir bulan sampai proses likuidasi selesai dilakukan. Rasio pembagian laba-
rugi antara Udin dan Maria adalah 60:40. Informasi yang berkaitan dengan
persekutuan sebagai berikut.

NERACA PERSEKUTUAN UDIN DAN MARIA


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2010 (DALAM JUTAAN)

Aset :
Kas Rp1.200
Piutang usaha-bersih 1.400
Pinjaman kepada Maria 200
Sediaan 2.000
Tanah 500
Peralatan-bersih 1.500
Goodwill 200
Total aset Rp7.000

Kewajiban dan Modal :


Utang usaha Rp1.500
Utang wesel 1.000
Pinjaman dari Udin 100
Modal Udin (60%) 2.550
Modal Maria (40%) 1.850
Total Kewajiban dan Modal Rp7.000

Transaksi yang terjadi selama proses likuidasi:


Waktu Transaksi
Februari 2011 Sediaan dengan kos Rp800.000.000 terjual dengan harga
Rp1 miliar; seluruh kewajiban non-pemilik diselesaikan
berdasarkan nilai tercatat; pinjaman kepada Maria
dihapus ke saldo modalnya; Rp1 miliar piutang tertagih;
dan goodwill dihapus; kemudian kas didistribusikan.

Maret 2010 Sisa sediaan sebesar Rp1.200.000.000 terjual dengan


harga Rp900.000.000; peralatan dengan nilai buku
Rp400.000.000 terjual dengan harga Rp300.000.000;
terjadi kewajiban kontinjensi, dan langsung dibayarkan
sebesar Rp40.000.000; biaya likuidasi dibayarkan sebesar
Rp20.000.000; kemudian kas didistribusikan.

April 2010 Tidak ada transaksi


Mei Juni dan seterusnya (dihitung dan di catat seperti bulan sebelumnya jika ada transaksi)

Berdasarkan neraca dan transaksi-transaksi di atas maka kita akan


membuat laporan likuidasi persekutuan, skedul pembayaran aman, dan jurnal
yang diperlukan selama proses likuidasi persekutuan.

1. Laporan Likuidasi Bulan Februari 2010


Berdasarkan transaksi-transaksi yang terjadi pada bulan Februari 2010,
kita akan membuat laporan likuidasi persekutuan sebagai berikut.

Laporan Likuidasi Persekutuan Udin dan Maria untuk


Periode 1 Januari - 28 Februari 2010 (Dalam Jutaan)
Aset Kewa- Pinjam- Modal Modal
Transaksi Kas Non jiban an dari Udin Maria
Kas Prioritas Udin (60%) (40%)
Saldo 1 1,200 5,800 2,500 100 2,550 1,850
Januari
Menghapus (200) (200)
pinjaman Maria

Menghapus (200) (120) (80)


goodwill

Penagihan 1,000 (1,000)


piutang
Penjualan 1,000 (800) 120 80
sediaan

Saldo sebelum 3,200 3,600 2,500 100 2,550 1,650


distribusi

Distribusi
Februari:
Kreditor (2,500) (2,500)
Udin & (600) (100) (330) (170)
Maria
Saldo 1 Maret 100 3,600 0 0 2,220 1,480

Laporan likuidasi di atas mencatat transaksi-transaksi yang terjadi pada


bulan Januari hingga akhir bulan Februari.
laporan yang sifatnya internal. Laporan likuidasi interim dapat menjadi lebih
penting dari laporan likuidasi final karena laporan interim memperlihatkan
perkembangan yang telah dibuat selama proses likuidasi dan dapat
memberikan basis untuk pengambilan keputusan saat ini dan juga
perencanaan ke depan.

Berdasarkan Laporan Likuiditas diatas , kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada
sekutu, setelah kewajiban nonsekutu dilunasi, persekutuan memiliki kas
sebesar Rp700.000.000. Dari jumlah kas tersebut sebesar Rp100.000.000
ditahan sebagai antisipasi untuk terjadinya kewajiban kontinjensi. Setelah kas
tersedia untuk dibagikan kepada sekutu maka dibuatlah skedul pembayaran
aman. Dari skedul pembayaran aman pada tabel 2.2 maka didapatkan jumlah
kas yang harus didistribusikan kepada sekutu adalah sebesar Rp600.000.000,
Rp430.000.000 kepada Udin, dan Rp170.000.000 kepada Maria. Karena
persekutuan memiliki pinjaman yang berasal dari sekutu Udin maka
distribusi pertama akan dilakukan untuk melunasi pinjaman tersebut, yaitu
sebesar Rp100.000.000, dan sisanya didistribusikan ke akun modal Udin.
Bila ada transaksi likuidasi yang menghasilkan laba atau rugi maka laba
atau rugi tersebut akan didistribusikan kepada saldo modal masing-masing
sekutu berdasarkan kesepakatan pembagian laba-rugi. Untuk penghapusan
goodwill, juga dialokasikan ke akun modal masing-masing sekutu.

**Laporan Likudasi Bulan Maret dan seterusnya bisa dilakukan sebagaimana Laporan Februari tsb jika
ada transaksi terkait penjualan aset dan lainnya yang masih berkaitan dengan perjanjian persekutuan
sampai benar-benar selesai dan tutup pembagiannya.

Anda mungkin juga menyukai