PERSEKUTUAN – LIKUIDASI
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan untuk mampu memahami dan
menjelaskan konsep-konsep yang terkait likuidasi persekutuan dengan rincian sebagai berikut.
1. Memahami aspek legal dari likuidasi persekutuan
2. Mendeskripsikan langkah-langkah yang digunakan untuk mendistribusikan aset
persekutuan yang masih ada.
3. Mengaplikasikan perhitungan dan akuntansi likuidasi persekutuan.
4. Membuat skedul likuidasi untuk menyelesaikan kewajiban dan mengalokasikan aset.
5. Memahami rencana distribusi kas.
6. Membuat ayat-ayat jurnal yang diperlukan dalam proses likuidasi
1
KEGIATANBELAJAR 1
=======================================
PROSES LIKUIDASI
Pada umumnya, proses likuidasi persekutuan meliputi pengkonversian, aset non kas menjadi
kas, mengakui laba, rugi, dan biaya yang terjadi selama periode likuidasi, penyelesaian
keseluruhan kewajiban, dan mendistribusikan kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir akun
saldonya.
Karena ada ketidakcocokkan, maka setelah tanggal 4 Januari 2011 persekutuan sepakat untuk
dilikuidasi oleh Faikar dan Dias. Tanggal 10 Januari 2011, seluruh aset terjual dengan rincian
sebagai berikut.
2
Aset tetap Rp120 Rp160 (Rp40)
Sediaan 100 120 (20)
Piutang usaha 88 (tertagih) 120 (32)
Total Rp308 Rp400 (Rp92)
Berdasarkan hasil penjualan aset tersebut, seluruh penjualan aset mengalami kerugian. Jadi
kerugian masing-masing aset akan dialokasikan ke akun modal masing-masing sekutu
berdasarkan perjanjian alokasi laba dan rugi. Perjanjian alokasi laba-rugi Faikar dan Dias
adalah sebesar 60% dan 40%. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi penjualan aset tersebut
adalah:
Kas 88 juta
Modal Faikar 19,2 juta
Modal Dias 12,8 juta
Piutang usaha 120 juta
(untuk mencatat penagihan piutang dan dan menghapus piutang tak tertagih ke akun modal
sekutu)
Setelah terjadinya penjualan aset, maka total kas yang tersedia untuk melunasi kewajiban dan
distribusi kepada sekutu adalah sebesar Rp348 juta. Saldo modal masing-masing sekutu
adalah:
Modal Faikar = 100 juta – 24 juta – 12 juta – 19,2 juta
= 44,8 juta
Modal Dias = 140 juta – 16 juta – 8 juta – 12,8 juta
3
= 103,2 juta
Selanjutnya kita akan membuat distribusi akhir dari hasil likuidasi aset kepada kreditor dan
sekutu dengan pembagian sebagai berikut:
Jumlah
Utang usaha Rp160 juta
Pinjaman dari Faikar 40 juta
Kepada Faikar 44,8 juta
Kepada Dias 103,2 juta
Total Rp348 juta
Jurnal untuk mencatat distribusi final kepada kreditor dan sekutu adalah:
Utang usaha 160 juta
Kas 160 juta
(untuk mencatat pembayaran utang kepada kreditor)
4
Dalam menghitung bagaimana kas didistribusikan kepada para sekutu sebelum adanya
likuidasi aset, kita harus memastikan bahwa seluruh saldo modal sekutu akan cukup untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian. Perhitungan pembayaran aman didasarkan
pada asumsi sebagai berikut:
1. Seluruh sekutu mengalami insolvensi secara personal (tidak mampu lagi
melakukan pembayaran ke dalam persekutuan)
2. Seluruh aset non kas mencerminkan kemungkinan terjadinya kerugian.
3. Pinjaman dari atau kepada sekutu akan dikombinasikan dengan akun modal sekutu
untuk menentukan kepemilikan bersihnya di dalam persekutuan
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, bahwa kas tidak akan didistribusikan ke sekutu yang
memiliki saldo modal yang tidak cukup untuk menalangi potensi kerugiannya. Jadi tidak ada
sekutu yang akan menerima kas hingga seluruh kewajiban dapat dilunasi menggunakan kas
yang cukup.
Untuk memahami pembahasan ini, anggaplah Budi, Joko, dan Made memiliki
persekutuan yang dibentuk pada tahun 2008. Pada tahun 2010 mereka sepakat bahwa
persekutuan akan dibubarkan. Berikut adalah neraca persekutuan pada saat akan dibubarkan.
Alokasi laba-rugi persekutuan kepada Budi, Joko, dan Made adalah sebesar 40%,
30%, dan 30%. Seluruh kewajiban kepada pihak ketiga telah dilunasi, dan berdasarkan
perhitungan dari para sekutu, penjualan tanah dan gedung akan memakan waktu beberapa
minggu. Persekutuan sepakat untuk melakukan distribusi kas segera. Tetapi selain kas yang
telah disiapkan untuk mengantisipasi potensi kerugian sebesar Rp 50 juta. Dari informasi
tersebut, maka akan dibuat skedul pembayaran aman sebagai berikut.
Skedul Pembayaran Aman Persekutuan Budi, Joko, dan Made (dalam jutaan)
5
Kemungkinan Modal Modal Modal
Rugi Budi Joko Made
(40%) (30%) (30%)
Modal sekutu (± saldo pinjaman) Rp250 Rp300 Rp650
Kemungkinan kerugian pada aset non 800 (320) (240) (240)
kas
(70) 60 410
Kemungkinan antisipasi kerugian 50 (20) (15) (15)
(90) 45 395
Kemungkinan rugi pada saldo debit Budi 90 (45) (45)
0 0 Rp350
Pembuatan skedul di atas diawali dengan penjabaran modal bersih dari masing-masing sekutu
setelah ditambah/dikurangi dengan saldo pinjaman dari masing-masing sekutu. Setelah itu
kemungkinan rugi pada aset non kas dan kemungkinan antisipasi kerugian dialokasikan ke
modal masing-masing sekutu dengan alokasi sebesar kesepakatan pembagian laba-rugi.
Alokasi kerugian ini dapat menyebabkan modal beberapa sekutu menjadi negatif. Modal
sekutu yang negatif ini juga akan dialokasikan ke modal sekutu yang bersaldo positif. Setelah
semua alokasi ini dilakukan, maka akan didapatkan modal sekutu yang bersaldo positif,
menjadi dasar untuk memberikan kas kepada sekutu tersebut. Jadi, berdasarkan perhitungan,
jumlah kas sebesar Rp350 juta dapat didistribusikan dengan aman kepada Made.
Perlu diingat bahwa skedul pembayaran aman hanya dibuat untuk menghitung jumlah
kas yang akan didistribusikan, dan sekutu mana yang akan menerima kas. Perhitungan
tersebut tidak dicatat pada akun, sampai transaksi-transaksi yang dilibatkan benar-benar
terjadi. Ayat jurnal untuk mencatat distribusi kas kepada Made adalah:
Setelah pencatatan jurnal di atas, maka neraca persekutuan Budi, Joko, dan Made adaha
sebagai berikut:
NERACA (dalam jutaan)
ASET
Kas Rp50
Pinjaman kepada Joko 50
Tanah 100
Aset tetap 700
Rp900
6
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Pinjaman dari Made Rp100
Modal Budi 250
Modal Joko 350
Modal Made 300
Rp900
Waktu Transaksi
Februari 2011 Sediaan dengan kos Rp800.000.000 terjual dengan harga Rp1 miliar;
seluruh kewajiban non-pemilik diseslesaikan berdasarkan nilai tercatat;
pinjaman kepada Maria dihapus ke saldo modalnya; Rp1 miliar piutang
tertagih; dan goodwill dihapus; kemudian kas didistribusikan.
Maret 2010 Sisa sediaan sebesar Rp1.200.000.000 terjual dengan harga
Rp900.000.000; peralatan dengan nilai buku Rp400.000.000 terjual
dengan harga Rp300.000.000; terjadi kewajiban kontinjensi dan
langsung dibayarkan sebesar Rp40.000.000; biaya likuidasi dibayarkan
sebesar Rp20.000.000; kemudian kas didistribusikan.
April 2010 Tidak ada transaksi
Mei 2010 Biaya likuidasi dibayarkan sebesar Rp20.000.000; tanah terjual dengan
harga Rp750.000.000; kemudian kas didistribusikan.
Juni 2010 Sisa piutang usaha dihapuskan; sisa peralatan terjual dengan harga
Rp750.000.000; seluruh kas didistribusikan dalam likuidasi akhir
persekutuan.
Berdasarkan neraca dan transaksi-transaksi di atas, maka kita akan membuat laporan likuidasi
persekutuan, skedul pembayaran aman, dan ayat-ayat jurnal yang diperlukan selama proses
likuidasi persekutuan.
8
Laporan Likuidasi Bulan Feruari 2010
Berdasarkan transaksi-transaksi yang terjadi pada bulan Februari 2010, kita akan membuat
laporan likuidasi persekutuan sebagai berikut:
Laporan likuidasi di atas mencatat transaksi-transaksi yang terjadi pada bulan Januari hingga
akhir bulan Februari. Tabel 2-1 di atas merupakan laporan yang sifatnya internal. Laporan
likuidasi interim dapat menjadi lebih penting dari laporan likuidasi final karena laporan
interim memperlihatkan perkembangan yang telah dibuat selama proses likuidasi dan dapat
memberikan basis untuk pengambilan keputusan saat ini dan juga perencanaan ke depan.
Berdasarkan tabel 2-1, kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada sekutu, setelah
kewajiban nonsekutu dilunasi, persekutuan memiliki kas sebesar Rp700.000.000. dari jumlah
kas tersebut sebesar Rp100.000.000 ditahan sebagai antisipasi untuk terjadinya kewajiban
kontinjensi. Setelah kas tersedia untuk dibagikan kepada sekutu, maka dibuatlah skedul
pembayaran aman. Dari skedul pembayaran aman pada tabel 2-2, maka didapatkan jumlah
kas yang harus didistribusikan kepada sekutu adalah sebesar Rp600.000.000, Rp430.000.000
kepada Udin, dan Rp170.000.000 kepada Maria. Karena persekutuan memiliki pinjaman yang
berasal dari sekutu Udin, maka distribusi pertama akan dilakukan untuk melunasi pinjaman
tersebut yaitu sebesar Rp100.000.000, dan sisanya didistribusikan ke akun modal Udin.
Bila ada transaksi likuidasi yang menghasilkan laba atau rugi, maka laba atau rugi
tersebut akan didistribusikan kepada saldo modal masing-masing sekutu berdsarkan
kesepakatan pembagian laba-rugi. Untuk penghapusan goodwill, juga dialokasikan ke akun
modal masing-masing sekutu.
9
Setelah membuat laporan likuidasi dan skedul pembayaran aman untuk akhir bulan Februari
2010, maka ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi pada bulan Januari-
Februari adalah sebagai berikut (dalam jutaan):
Kas 1.000
Piutang usaha 1.000
(untuk mencatat penagihan piutang)
Kas 1.000
Sediaan 800
Modal Udin 120
Modal Maria 80
(untuk mencatat penjualan sediaan, dengan mendapatkan untung)
10
Pinjaman dari Udin 100
Modal Udin 330
Kas 430
(untuk mencatat distribusi kas kepada Udin)
Tabel 2-3 memperlihatkan perhitungan distribusi kas kepada sekutu hingga tanggal 31 Maret
2010. Seluruh kewajiban hingga tanggal 31 Maret 2010 telah dilunasi oleh persekutuan,
sehingga untuk distribusi kas selanjutnya akan didasarkan pada perjanjian pembagian laba-
rugi, tidak perlu lagi membuat skedul pemabayaran aman untuk proses likuidasi setelah bulan
Maret. Skedul pembayaran aman untuk likuidasi bulan Maret adalah sebagai berikut:
Kas 300
Modal Udin 60
Modal Maria 40
Tanah 400
(untuk mencatat penjualan peralatan dan mengalami kerugian sebesar Rp100 juta)
Kas 900
Modal Udin 180
Modal Maria 120
Sediaan 1.200
(untuk mencatat penjualan sediaan dan mengalami kerugian sebesar Rp300 juta)
Modal Udin 24
Modal Maria 16
Kewajiban Kontinjensi 40
(untuk mencatat timbulnya kewajiban kontinjensi)
Kewajiban kontinjensi 40
Kas 40
(untuk mencatat pelunasan kewajiban)
Modal Udin 12
Modal Maria 8
Kas 20
(untuk mencatat pembayaran biaya likuidasi)
12
Modal Udin 684
Modal Maria 456
Kas 1.140
(untuk mencatat distribusi kas kepada sekutu)
Karena seluruh kewajiban persekutuan telah dilunasi seluruhnya pada periode likuidasi
sebelumnya, maka kita tidak perlu membuat skedul pembayaran aman untuk distribusi kas
bulan Mei. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi pada bulan Mei adalah
sebagai berikut:
13
Kas 500
Modal Udin 150
Modal Maria 100
(untuk mencatat penjualan tanah yang menghasilkan untung sebesar Rp250 juta)
Modal Udin 12
Modal Maria 8
Kas 20
(untuk mencatat pembayaran biaya likuidasi)
14
Berdasarkan tabel 2-5, kas akhir yang tersedia sebelum didistribusikan kepada sekutu adalah
sebesar Rp850 juta. Pembagian kas akhir juga dilakukan berdasarkan perjanjian pembagian
laba-rugi sekutu. Dan proses likuidasi telah selesai pada akhir bulan Juni 2010.
15
KEGIATAN BELAJAR 2
=======================================
RENCANA DISTRIBUSI KAS
Skedul pembayaran aman menjadi tidak efektif bila distribusi angsuran dilakukan dalam jumlah
yang banyak. Mengapa? Karena skedul pembayaran aman harus dibuat untuk setiap kali akan
melakukan distribusi hingga seluruh kewajiban dilunasi dan saldo modal berjumlah sesuai
dengan rasio pembagian laba-rugi. Untuk mengatasi masalah ini, dikembangkanlah rencana
distribusi kas. Pembuatan rencana distribusi kas meliputi:
Memeringkatkan sekutu berdasarkan kerentanan mengalami kerugian
Membuat skedul asumsi absorpsi kerugian dengan menggunakan peringkat kerentanan
Membuat rencana distribusi kas berdasarkan skedul absorpsi kerugian.
Membuat Peringkat Kerentanan
Asumsikan Arif, Tari dan Pipit memiliki persekutuan yang akan segera dilikuidasi segera setelah
31 Desember 2012. Neraca persekutuan pada 31 Desember 2012 adalah (dalam jutaan):
16
Berdasarkan neraca di atas, saldo modal Arif sebesar Rp1.700.000.000, modal Tari sebesar
Rp1.700.000.000, dan modal Pipit sebesar Rp1.000.000.000. Rasio pembagian laba-rugi adalah
sebesar 50% (Arif), 30% (Tari), dan 20% (Pipit).
Langkah 1. Cara menghitung peringkat kerentanan adalah pertama dengan menghitung potensi
absorpsi kerugian.
Modal sekutu ÷ rasio pembagian laba-rugi = Potensi absorpsi kerugian
Arif = Rp1.700.000.000 ÷ 50% = Rp3.400.000.000
Tari = Rp1.800.000.000 ÷ 30% = Rp6.000.000.000
Pipit = Rp800.000.000 ÷ 20% = Rp4.000.000.000
Berdasarkan peringkat kerentanan, Arif merupakan sekutu yang paling rentan mengalami
kerugian. Saldo modal Arif akan menjadi nol dengan rugi persekutuan total dalam proses
likudasi sebesar Rp3.400.000.000. Modal Tari dapat mengabsorpsi bagiannya bila persekutuan
mengalami kerugian hingga sebesar Rp6.000.000.000. Jadi dapat dikatakan bahwa Tari
merupakan sekutu yang paling tidak rentan mengalami kerugian sehingga pada angsuran
likuidasi kas yang pertama akan didistribusikan kepada Tari.
17
3. Membebankan saldo sekutu yang memiliki peringkat kerentanan selanjutnya kepada
sekutu yang lain
4. Proses ketiga terus dilanjutkan hingga yang tersisa hanya saldo sekutu yang paling tidak
rentan mengalami kerugian.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut (dalam jutaan):
Perhitungan pertama adalah kita mengalokasikan jumlah saldo modal sekutu yang memiliki
peringkat yang paling rentan, yaitu Arif sebesar Rp1.700, ke sekutu yang lain berdasarkan rasio
pembagian laba-rugi. Kemudian kerugian persekutuan sebesar Rp300 juta (Rp120 juta modal
Pipit ÷ rasio pembagian laba 40%) yang menyebabkan saldo modal Pipit menjadi nol. Saldo Tari
akhir adalah sebesar Rp600 juta. Sejumlah ini akan dijadikan dasar distribusi kas yang pertama
kepada Tari.
Alokasi kas pertama dilakukan untuk melunasi kewajiban kepada kreditor sebesar
Rp2.500.000.000. selanjutnya dilakukan pelunasan terhadap pinjaman dari Tari sebesar Rp100
juta. Distribusi sebesar Rp500 juta selanjutnya dilakukan kepada Tari sesuai dengan rencana
distribusi kas yang telah dibuat. Sejumlah Rp300.000.000 didistribusikan kepada Tari dan Pipit
masing-masing sebesar 60% dan 40%. Distribusi selanjutnya dilakukan berdasarkan rasio
pembagian laba-rugi.
19
20