Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

RENCANA DISTRIBUSI KAS


Tugas Mata Kuliah
“AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN”

Dosen Pengampu:

Faizal Satria Desitama, S.S.T., M.Acc.

Disusun Oleh:

Kelompok 4, AKS 4-C

1. Suci Cahyaning Puteri (NIM : 12403193090)

2. Irfan Alvin Pratama (NIM : 12403193103)

3. Ikhsan (NIM : 12403193115)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah serta
inayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya meksipun masih terdapat banyak kekurangan di
dalamnya. Makalah ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan (Rencana Distribusi Kas).

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Akuntansi Keuangan Lanjutan. Di sini
kami juga bermaksud untuk menambah pengalaman kami dengan cara
menuangkan hasil pemikiran kami melalui makalah yang telah kami susun
semaksimal mungkin. Semoga makalah dari kelompok 4 ini dapat berkontribusi
dalam pembahasan dalam Akuntansi Keuangan Lanjutan khususnya pada topik
ulasan “Rencana Distribusi Kas”. Kami ucapkan terima kasih kepada Bpk. Faizal
Satria Desitama, selaku Dosen Pengampu IAIN Tulungagung.

Kami juga menyadari pastilah terdapat kesalahan dan kekurangan dalam


makalah ini. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat ini sekaligus di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada segala sesuatu yang sempurna tanpa adanya kritik dan saran
yang membangun.

Sekali lagi, semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna baik
bagi kami sendiri maupun para pembaca. Akhir kata, mohon maaf atas segala
kelemahan dan kesalahan dalam penulisan atau penyusunan makalah ini. Dan
hanya kepada Allah SWT kita berlindung dan memohon ampun.

Tulungagung, 3 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Peringkat Kerentanan...................................................................................3

B. Asumsi Absorpsi Kerugian..........................................................................5

C. Rencana Distribusi Kas................................................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

Kesimpulan............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta merupakan segala kekayaan atau asset (suatu badan atau
perorangan) yang berwujud maupun tidak berwujud. Harta dalam ekonomi
terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain seperti harta lancar, harta tetap,
harta tidak berwujud dan lainnya. Harta atau Aset ini juga identik dengan
istilah likuid karena sifatnya yang mudah dicairkan yang tentu saja sesuai
jenisnya. Contohnya berdasarkan namanya harta lancar maka proses
likuidasinya juga yang paling cepat dibandingkan dengan harta tetap yang
umumnya membutuhkan waktu cukup lama dan juga secara berangsur-angsur.
Berbicara soal likuidasi, secara umum likuidasi berarti suatu proses
mengubah aset menjadi uang tunai tanpa mengurangi nilainya secara drastis.
Likuidasi juga bisa diartikan sebagai proses menjual semua aset suatu badan
usaha untuk menyelesaikan kewajiban yang ada serta mendistribusikan dana
yang tersisa kepada para sekutunya. Proses likuidasi sendiri dilakukan untuk
mengetahui nilai bisnis akibat dari kebangkrutan entitas tersebut, yang
dimasuki entitas lain ketika tidak memiliki cukup dana untuk melunasi atau
membayar kreditornya.
Pengajuan kebangkrutan oleh entitas ini bisa bersifat sukarela atau
tidak sukarela. Gagasan, Tuntutan atau Permohonan untuk melikuidasi entitas
dapat diajukan ke pengadilan yang berlaku oleh pihak kreditor yang belum
dibayar atau dilunasi pinjamannya oleh entitas yang bersangkutan (kewajiban
bagi entitas). Jika dikabulkan, bisnis tersebut secara tidak langsung akan
dinyatakan pailit atau bangkrut.
Berdasarkan kebangkrutan inilah yang pada akhirnya memunculkan
pembentukan rencana distribusi kas atau lebih sering disebut sebagai rencana
sebelum distribusi kas dimana hal ini berguna dalam proses likuidasi
persekutuan karena berhubungan dengan urutan sekutu berdasarkan

1
kerentanannya terhadap kerugian, penggunaan urutan yang paling mudah
mengalami kerugian. Sehingga untuk mengetahui jumlah kerugian
tertanggung bisa ditaksir melalui membuat skedul asumsi, dan pembuatan
rencana distribusi kas dari skedul kerugian distribusi kas dari skedul kerugian
yang dapat ditanggung. Untuk memahami mekanismenya, mari simak pada
bagian pembahasan berikut ini!

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana memeringkatkan sekutu berdasarkan kerentanan mengalami


kerugian?
1. Bagaimana membuat skedul asumsi absorpsi kerugian dengan
menggunakan peringkat kerentanan?
2. Bagaimana membuat rencana distribusi kas berdasarkan skedul absorpsi
kerugian?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui cara memeringkatkan sekutu berdasarkan kerentanan


mengalami kerugian.
2. Untuk mengetahui cara membuat skedul asumsi absorpsi kerugian dengan
menggunakan peringkat kerentanan.
3. Untuk mengetahui cara membuat rencana distribusi kas berdasarkan
skedul absorpsi kerugian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peringkat Kerentanan
Singkatnya metode ini digunakan untuk mengetahui mana sekutu yang
paling rentan mengalami kerugian sebelum adanya pembayaran kewajiban
kepada kreditor maupun distribusi kas. Mari simak contoh berikut!
Asumsikan Arif, Tari dan Pipit memiliki persekutuan yang akan segera
dilikuidasi segera setelah 31 Desember 2012. Neraca persekutuan pada 31
Desember 2012 adalah (dalam jutaan):

NERACA PERSEKUTUAN UDIN DAN MARIA


UNTUK TAHUN BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2010
(DALAM JUTAAN)

ASET
Kas Rp. 1.200
Piutang usaha bersih 1.400
Pinjaman kepada Pipit 200
Sediaan 2.000
Tanah 500
Peralatan bersih 1.500
Goodwill 200
TOTAL ASET Rp. 7.000
KEWAJIBAN DAN MODAL
Utang usaha Rp. 1.500
ASET
Utang wesel 1.000
Pinjaman dari Tari 100
Modal Arif (50%) 1.700
Modal Tari (30%) 1.700
Modal Pipit (20%) 1.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL Rp. 7.000

3
Berdasarkan neraca di atas, saldo modal Arif sebesar Rp 1.700.000.000,
modal Tari sebesar Rp 1.700.000.000, dan modal Pipit sebesar Rp
1.000.000.000. Rasio pembagian laba-rugi adalah sebesar 50% (Arif), 30%
(Tari), dan 20% (Pipit).
Penyesuaian Modal:
Arif = Rp 1.700.000.000 = Rp 1.700.000.000
Tari = Rp 1.700.000.000 + Rp 100.0000 = Rp 1.800.000.000
Pipit = Rp 1.000.000.000 – Rp 200.0000 = Rp 800.000.000

Langkah 1.
Cara menghitung peringkat kerentanan adalah pertama dengan menghitung
potensi absorpsi kerugian, yaitu:
Modal sekutu ÷ rasio pembagian laba-rugi = Potensi absorpsi kerugian
Arif = Rp 1.700.000.000 ÷ 50% = Rp 3.400.000.000
Tari = Rp 1.800.000.000 ÷ 30% = Rp 6.000.000.000
Pipit = Rp 800.000.000 ÷ 20% = Rp 4.000.000.000

Langkah 2.
Melakukan pemeringkatan berdasarkan potensi absorpsi kerugian. Jumlah
absorpsi kerugian yang paling kecil merupakan sekutu yang paling rentan
mengalami kerugian.
Pemeringkatannya adalah sebagai berikut:

Peringkat (Urut dari Paling Rentan) Sekutu


1 Arif
2 Pipit
3 Tari

Berdasarkan peringkat kerentanan, Arif merupakan sekutu yang paling rentan


mengalami kerugian. Saldo modal Arif akan menjadi nol dengan rugi
persekutuan total dalam proses likuidasi sebesar Rp 3.400.000.000. Modal
Tari dapat mengabsorpsi bagiannya bila persekutuan mengalami kerugian
hingga sebesar Rp 6.000.000.000. Jadi dapat dikatakan bahwa Tari merupakan

4
sekutu yang paling tidak rentan mengalami kerugian sehingga pada angsuran
likuidasi kas yang pertama akan didistribusikan kepada Tari.

B. Asumsi Absorpsi Kerugian


Selanjutnya dalam membuat rencana distribusi kas adalah membuat
skedul asumsi absorpsi kerugian. Metode ini bertujuan untuk mengetahui
jumlah kerugian yang bisa ditanggung masing-masing sekutu.
Langkah-langkah dalam pembuatan skedul asumsi absorpsi kerugian adalah:

1. Mengidentifikasi jumlah saldo dari masing-masing sekutu sebelum


dilakukannya atau melakukan distribusi.
2. Mengeliminasi saldo sekutu yang paling rentan mengalami kerugian.
3. Membebankan saldo sekutu yang memiliki peringkat kerentanan
selanjutnya kepada sekutu yang lain.
4. Proses ketiga terus dilanjutkan hingga yang tersisa hanya saldo sekutu
yang paling tidak rentan mengalami kerugian.

Ilustrasinya adalah sebagai berikut (dalam jutaan):

Tari (30%) Arif (50%) Pipit (20%) Total


Saldo 1.800 1.700 800 4.300
sebelum
likuidasi
Asumsi rugi (1.020) (1.700) (680) (3.400)
yang
mengabsorbsi
modal Arif
Saldo 780 - 120 900
Asumsi yang (180) - (120) (300)
mengabsorbsi
modal Arif
(alokasi
60:40)
Saldo Rp 600 - - Rp 600

5
Perhitungan:

Asumsi rugi yang mengabsorbsi modal Arif:

Arif = Rp 3.400.000.000 x 50% = Rp 1.700.000.000


Tari = Rp 3.400.000.000 x 30% = Rp 1.020.000.000
Pipit = Rp 3.400.000.000 x 20% = Rp 680.000.000

Asumsi yang mengabsorbsi modal Arif (alokasi 60:40):

Tari + Pipit = 100%

(30% + 20%)X = 100%

50%X = 100%

X = 100% ÷ 50%

= 2 atau 200%

Sehingga,

Tari = 30% x 2 = 60%

Pipit = 20% x 2 = 40%

Peringkat berdasarkan prosentase pembagian laba-rugi:

Tari = 780 ÷ 60% = 1.300 (2)

Pipit = 120 ÷ 40% = 300 (1) yang dipakai

Maka,

Tari = Rp 300.000.000 x 60% = Rp 180.000.000


Pipit = Rp 300.000.000 x 40% = Rp 120.000.000
Perhitungan pertama adalah kita mengalokasikan jumlah saldo modal sekutu
yang memiliki peringkat yang paling rentan, yaitu Arif sebesar Rp 1.700, ke
sekutu yang lain berdasarkan rasio pembagian laba-rugi. Kemudian kerugian

6
persekutuan sebesar Rp 300 juta (Rp 120 juta modal Pipit ÷ rasio pembagian
laba 40%) yang menyebabkan saldo modal Pipit menjadi nol. Saldo Tari akhir
adalah sebesar Rp 600 juta. Sejumlah ini akan dijadikan dasar distribusi kas
yang pertama kepada Tari.

C. Rencana Distribusi Kas


Ketiga adalah membuat rencana distribusi kas. Rencana distribusi kas
dibuat berdasarkan skedul asumsi absorpsi kerugian. Contoh dari rencana
distribusi kasnya adalah sebagai berikut:

RENCANA DISTRIBUSI KAS PERSEKUTUAN ARIF, TARI, DAN


PIPIT

Kewajiba Pinjaman Modal Modal Modal


n Prioritas dari Tari Tari Tari Pipit
(30%) (50%) (20%)
Rp. 2.500 100%
pertama
Rp. 100 100%
Rp. 500 100%
Rp. 300 60% 40%
Sisanya 30% 50% 20%

Pada saat proses likuidasi, distribusi kas yang pertama kali dilakukan adalah
untuk melunasi kewajiban sebesar Rp 2.500.000.000 kepada kreditor.
Distribusi selanjutnya dilakukan untuk melunasi kewajiban persekutuan
sebesar Rp 100.000.000 kepada Tari. Distribusi selanjutnya dilakukan kepada
Tari sebesar Rp 500.000.000 sesuai dengan perhitungan skedul asumsi
absorpsi kerugian, yang jumlahnya sebesar Rp 600.000.000 (sudah termasuk
pinjaman kepada persekutuan). Sejumlah Rp 300.000.000 didistribusikan
kepada Tari dan Pipit masing-masing sebesar 60% dan 40%. Distribusi
selanjutnya dilakukan berdasarkan rasio pembagian laba-rugi.

7
Aplikasi skedul distribusi kas adalah sebagai berikut. Diasumsikan bahwa
likuidasi persekutuan Arif, Tari, dan Pipit akan dilakukan segera setelah
pembuatan skedul distribusi kas, dan kas sebesar Rp 4.000.000.000 akan
segera didistribusikan. Skedul distribusi kasnya adalah sebagai berikut:

SKEDUL DISTRIBUSI KAS PERSEKUTUAN ARIF, TARI, DAN PIPIT

Distribusi Kewajiban Pinjaman Arif Tari Pipit


Kas Prioritas dari Tari (50%) (30%) (20%)
Kreditor 2.500 2.500
Pinjaman 100 100
dari Tari
Modal 500 500
Tari
Tari dan 300 180 120
Pipit
Sisa 600 300 180 120
Total 4.000 2.500 100 300 860 240

Alokasi kas pertama dilakukan untuk melunasi kewajiban kepada kreditor


sebesar Rp 2.500.000.000. selanjutnya dilakukan pelunasan terhadap pinjaman
dari Tari sebesar Rp 100 juta. Distribusi sebesar Rp 500 juta selanjutnya
dilakukan kepada Tari sesuai dengan rencana distribusi kas yang telah dibuat.
Sejumlah Rp 300.000.000 didistribusikan kepada Tari dan Pipit masing-
masing sebesar 60% dan 40%. Distribusi selanjutnya dilakukan berdasarkan
rasio pembagian laba-rugi.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut!

1. Persekutuan Rama, Niska, Sasa, dan Arif telah disepakati untuk dilikuidasi
karena tidak mampu berkembang. Persekutuan akan segera dilikuidasi

8
pada awal tahun 2012. Berikut adalah neraca Persekutuan pada akhir tahun
2011 setelah seluruh aset non kas dikonversi menjadi kas.

Debit Kredit
Kas Rp. 1.000.000
Modal Sasa 850.000
Modal Arif 400.000
Utang usaha Rp. 2.000.000
Modal Rama 200.000
Modal Niska 50.000

Aset dan kewajiban personal dari masing-masing sekutu pada akhir tahun
2011 adalah:

Aset Pribadi Kewajiban Pribadi


Rama Rp 3.000.000 Rp 1.500.000
Niska 500.000 750.000
Sasa 2.000.000 1.500.000
Arif 500.000 100.000

Keterangan:
a) Persentase pembagian laba rugi Rama, Niska, Sasa, dan Arif adalah
50%, 20%, 20%, dan 10%.
b) Rama membayarkan sejumlah kas kepada persekutuan sebesar Rp
1.000.000 pada tanggal 2 Januari 2012.
c) Seluruh kewajiban persekutuan dibayarkan pada tanggal 2 Januari
2012.
d) Pada tanggal 10 Januari 2012, Sasa membayarkan sejumlah kas
sebesar Rp 500.000 ke persekutuan. Setelah itu tidak adal lagi
kontribusi dari Sasa.
e) Pada tanggal 10 Januari 2012, Arif membayarkan sejumlah kas sebesar
Rp 400.000 ke persekutuan. Setelah itu tidak adal lagi kontribusi dari
Arif.

9
f) Kerugian yang disebabkan oleh insolvensinya Sasa, dialokasikan
kepada sekutu yang solven. Ini terjadi pada 20 Januari 2012.
g) Kas yang tersedia didistribusikan dan pembukuan persekutuan ditutup
pada 31 Januari 2012.
Perintah: Buatlah laporan likuidasi untuk periode Januari 2012.

2. Afri, Tamba, dan Andi memiliki persekutuan yang bergerak di bidang jasa
transportasi. Karena usaha persekutuan ini perkembangannya sangat
lambat, para sekutu memutuskan untuk melikuidasi persekutuan. Berikut
disajikan neraca persekutuan pada 31 Desember 2011:

ASET JUMLAH
Kas Rp 300.000
Piutang usaha 600.000
Sediaan 750.000
Pinjaman kepada Afri 75.000
Aset lainnya 1.275.000
TOTAL ASET Rp. 3.000.000
KEWAJIBAN DAN MODAL
Utang usaha Rp 450.000
Pinjaman dari Tamba 250.000
Modal Afri 475.000
Modal Tamba 800.000
Modal Andi 1.025.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL Rp. 3.000.000
Persekutuan akan dilikuidasi segera setelah 1 Januari 2012. Perjanjian
pembagian laba-rugi persekutuan antara Afri, Tamba, dan Andi adalah
20:30:50. Kas segera didistribusikan bila kas tersedia.
Perintah: Buatlah rencana distribusi kas untuk memperlihatkan bagaimana
kas didistribusikan kepada masing-masing sekutu.

Petunjuk Jawaban Latihan:


1) Laporan likuidasi Persekutuan Rama, Niska, Sasa, dan Arif untuk periode
Januari 2012.

10
Kewajiba Modal Modal Modal Modal
Kas n Rama Niska Sasa Arif
(50%) (20%) (20%) (10%)
Saldo
31 Des 1.000.000 2.000.000 200.000 50.000 (850.000) (400.000)
2011
2 Januari
2012 1.000.000 1.000.000
Investasi
oleh
Rama
2.000.000 2.000.000 1.200.000 50.000 (850.000) (400.000)
01-Jul-08
Pembayara
n (2.000.000) (2.000.000)
kewajiban
Saldo
2 Jan 2012 0 0 1.200.000 50.000 (850.000) (400.000)

10 Jan
2012 500.000 500.000
Investasi
oleh
Sasa
Investasi 400.000 400.000
oleh
Arif
900.000 1.200.00 50.000 (350.000) 0
0

Kerugian
(250.000) 350.000
Insolvensi (100.000)

Sasa 900.000 950.000 (50.000) 0

11
Kerugian (50.000) 50.000
isolvensi
Niska 900.000 900.000 0

31 Jan
2012 (900.000) (900.000)
Distribusi
akhir
0 0

2) Rencana distribusi kas persekutuan Afri, Tamba, dan Andi Langkah


pertama yang dilakukan adalah menghitung peringkat kerentanan sekutu.

Sekutu Ekuitas Rasio Laba Rugi Absorpsi Peringkat


Kerugian Kerentanan
Afri 400.000 ÷ 20% 2.000.000 1
Tamba 1.050.000 ÷ 30% 3.500.000 3
Andi 1.025.000 ÷ 50% 2.050.000 2

Penyesuaian Modal:
Afri = Rp 475.000 – Rp 75.000 = Rp 400.000
Tamba = Rp 800.000 + Rp 250.0000 = Rp 1.050.000
Andi = Rp 1.025.000 = Rp 1.025.000

Skedul Asumsi Absorpsi Kerugian

Afri Tamba Andi Total


Ekuitas 400.000
1.050.000 1.025.000 2.475.000
Rugi untuk mengabsorpsi (400.000) (1.000.00 (2.000.00
Afri (600.000) 0) 0)
0 450.000 25.000 475.000

12
Rugi untuk mengabsorpsi
Andi
(25.000 ÷ (5/8))
(15.000) (25.000) (40.000)
435.000 0 435.000

Perhitungan:
Asumsi rugi yang mengabsorbsi modal Arif:
Arif = Rp 2.000.000 x 20% = Rp 400.000
Tamba = Rp 2.000.000 x 30% = Rp 600.000
Andi = Rp 2.000.000 x 50% = Rp 1.00.000

Asumsi yang mengabsorbsi modal Arif (3/8 dan 5/8):


Tamba + Andi = 100%
3/8 + 5/8 =1
8/8 =1
Peringkat berdasarkan prosentase pembagian laba-rugi:
Tamba = 450.000 ÷ 3/8 = 1.200.000 (2)
Andi = 25.000 ÷ 5/8 = 40.000 (1) yang dipakai
Maka,
Tamba = Rp 40.000 x 3/8 = Rp 15.000
Andi = Rp 40.000 x 5/8 = Rp 25.000

Pinjam Moda
Kredit an dari Modal l Modal
or Tamb Afri Tamb Andi
a a
450.000 pertama 100%
250.000 pertama 100%
185.000 ketiga 100%
40.000 keempat 3/8 5/8
Sisanya 20% 30% 50%

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembentukan “Rencana Distribusi Kas” pada dasarnya muncul akibat
adanya kehendak Likuidasi oleh suatu entitas. Entah itu atas dasar kontrak
bersama yang sudah habis, keputusan untuk membubarkan diri atas suatu alasan
atau disebabkan kondisi pailit yang tengah dialami oleh perusahaan tersebut serta
lain sebagainya. Karena dalam pembubaran perusahaan sebagai badan hukum
sebelumnya perlu melakukan berbagai mekanisme seperti membayar kewajiban
kepada para kreditor dan pembagian harta yang tersisa kepada para sekutu.
Sehingga, pembubaran perusahaan ini bisa juga didefinisikan sebagai
proses menuntaskan pendirian badan usaha dengan cara melakukan penjualan
harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan penyelesaian sisa harta
atau utang di antara para sekutu (likuidasi). Likuidasi sendiri bertujuan untuk
menyelesaikan pembagian atas harta suatu perusahaan atau badan hukum yang
akan dibubarkan. Apabila syarat pembubaran perusahaan telah terpenuhi, proses
likuidasi ini akan dimulai. Dalam tahap inilah salah satunya yang dilakukan
adalah membuat rencana distribusi kas.
Dalam Rencana Distribusi Kas terdapat beberapa tahap atau langkah,
antara lain: membuat “Peringkat Kerentanan” dan “Asumsi Absorpsi Kerugian”.
Peringkat Kerentanan digunakan untuk menaksir sekutu mana yang memiliki
kerentanan untuk merugi, dari langkah ini ditemukan jumlah saldo sebelum
adanya likuidasi. Sedangkan Asumsi Absorpsi Kerugian ini untuk memerkirakan

14
atau menaksir berapa jumlah kerugian yang dapat ditanggung oleh masing-masing
sekutu, sesuai dengan kesepakatan prosentase pembagian laba-ruginya. Jika sudah
ketemu, maka proses pembuatan rencana distribusi kas dari skedul kerugian
distribusi kas dapat dilakukan. Ketiga metode tersebut memiliki keterkaitan yang
erat dan saling terhubung untuk menyelesaikan proses likuidasi kepada para
sekutu dan tentu saja hal itu dilakukan dalam pandangan “Memrioritaskan
kewajiban entitas kepada kreditor terlebih dahulu baru sisa kasnya dapat
dibagikan”.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiri Slamet, 2015, “Akuntansi Keuangan Lanjutan II”, (Banten: Universitas


Terbuka – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi).

15
TES FORMATIF 2
Pertanyaan No 1-6
Udin, Atikah, dan Bening sepakat untuk melikuidasi persekutuan mereka. Berikut
disajikan neraca persekutuan pada 31 Desember 2010.

Aset Jumlah
Kas Rp. 40.000
Sediaan 80.000
Aset tak berwujud 40.000
Piutang kepada Udin 15.000
Total aset Rp. 175.000
Kewajiban dan Ekuitas
Utang usaha Rp. 20.000
Pinjaman dari Atikah 20.000
Modal Udin (40%) 54.000
Modal Atikah (50%) 66.000
Modal Bening (10%) 15.000
Total kewajiban dan ekuitas Rp. 175.000

1. C. Menghapusan aset tak berwujud


Penyesuaian saldo modal sekutu sebelum dilakukan pembagian kas.
Jurnalnya:
Kas 40.000
Modal Udin (40%) 16.000
Modal Atikah (50%) 20.000
Modal Bening (10%) 4.000
Sediaan 80.000

16
2. B. 23.000
Modal Udin = 54.000 – 15.000 – 16.000
= 23.000
3. A. 46.000
Modal Atikah = 66.000 – 20.000
= 46.000
4. D. 11.000
Modal Udin = 15.000 – 4.000
= 11.000
5. C. 40.000
Kas yang tersedia untuk membayar kewajiban.
Jurnalnya:
Utang usaha 20.000
Pinjaman dari Atikah 20.000
Kas 40.000
6. D. Tidak ada

Pertanyaan No 7-10
Berikut disajikan neraca persekutuan Vogy, Udin, dan Endu pada 31 Desember
2010.

Aset Jumlah
Kas Rp. 500.000
Aset lainnya 2.500.000
Total aset Rp. 3.000.000
Kewajiban dan Ekuitas
Utang usaha Rp. 400.000
Modal Vogy (40%) 500.000
Modal Udin (40%) 1.250.000
Modal Endu (20%) 850.000
Total kewajiban Rp. 3.000.000
Pada tanggal 10 Januari 2011, para sekutu memutuskan untuk melikuidasi
persekutuan. Keesokan harinya terjual sejumlah asset sebesar Rp 850.000, dengan
nilai buku Rp 1.500.000. Setelah penjualan asset ini, akan segera dilakukan

17
distribusi kas dengan skedul pembayaran aman. Dana kontijensi ditetapkan
sebesar Rp 50.000.

7. C. 650.000

Aset Terjual Nilai Buku Untung/Rugi


Sediaan 850.000 1.500.000 (650.000)
Total 850.000 1.500.000 (650.000)
Kas = 850.000
Kerugian = 650.000
Kerugian, jurnalnya:
Kas 850.000
Modal Vogy (40%) 260.000
Modal Udin (40%) 260.000
Modal Endu (20%) 130.000
Sediaan 1.500.000
8. A. 260.000
Alokasi Kerugian Vogy = 650.000 x 40% = 260.000
9. A. 260.000
Alokasi Kerugian Udin = 650.000 x 40% = 260.000
10. C. 130.000
Alokasi Kerugian Endu = 650.000 x 20% = 130.000

18

Anda mungkin juga menyukai