Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PROSES LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN”

Dosen Pengampu :

Faizal Satria Desitama, S.S.T., M.Ac.

Disusun oleh :

Kelompok 3, Akuntansi Syariah 4C

1. Dyan Nurokhman Bayhaqi (12403193089)

2. Dino Pratama (12403193102)

3. Annisa Rahmawati (12403193114)

4. Sherly Nur Aima (12403193129)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Alhamdulillah atas limpahan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Proses Likuidasi
Persekutuan” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah “Akuntansi Keuangan
Lanjutan” dengan harapan menjadi suatu acuan dalam pembelajaran.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan lapang dada kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
dengan harapan kami bisa membuat makalah dengan lebih baik di kemudian hari.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Proses Likuidasi


Persekutuan” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tulungagung, 29 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2

A. Pengertian dan Prosedur Likuidasi Persekutuan ..............................................3

B. Proses Likuidasi Persekutuan ...........................................................................5

C. Likuidasi Secara Berangsur ..............................................................................12

BAB III PENUTUP ..................................................................................................18

DAFTAR PUSTKA ..................................................................................................19

TES FORMATIF 1 ..................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Likuidasi merupakan proses atau cara akibat terjadinya pembubaran


atau perubahan terhadap perusahaan yang mengalami kerugian yang sangat
besar jumlahnya dan tidak mampu untuk membayar segala kerugian tersebut.
Sehingga perusahaan tersebut dengan terpaksa memberhentikan untuk
sementara waktu kegiatan dan kinerja perusahaannya agar tidak menimbulkan
risiko-risiko yang mungkin saja dapat terjadi, Risiko merupakan aspek utama
dari kehidupan manusia pada umumnya dan merupakan faktor penting dalam
dunia bisnis. Risiko merupakan kemungkinan penyimpangan harapan yang
tidak menguntungkan, yaitu ketidakpastian suatu peristiwa yang tidak
diinginkan.

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang


meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta
yang tersisa kepada para pemegang saham (Persero). Tujuan utama dari
likuidasi itu sendiri adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan atas
harta perusahaan yang dibubarkan tersebut. Proses likuidasi juga mengacu
pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
tentang Kepailitan. Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul
“Proses Likuidasi Persekutuan”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Likuidasi persekutuan?

2. Bagaimana proses Likuidasi persekutuan?

3. Apa pengertian Likuidasi persekutuan sederhana?

4. Apa pengertian Likuidasi secara berangsur?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui dan memahami pengertian Likuidasi persekutuan.

2. Mengetahui dan memahami proses Likuidasi persekutuan.

1
3. Mengetahui dan memahami pengertian Likuidasi persekutuan sederhana.

4. Mengetahui dan memahami pengertian Likuidasi secara berangsur.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Prosedur Likuidasi Persekutuan

Likuidasi menurut Floyd A. Beams (1988) adalah “suatu proses yang


meliputi merubah aktiva non kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari
proses merubah aktiva non kas menjadi kas, melunasi kewajiban firma, dan
akhirnya membagi semua kas yang dimiliki kepada masing-masing anggota
sekutu sesuai dengan saldo modalnya”. Sedangkan menurut Harry Simon
(1990) likuidasi adalah “proses merealisasikam aktiva non kas menjadi uang
kas, menyelesaikan dengan para kreditur dan pembagian sisa aktiva kepada
kelompok-kelompok pemilikan”.

Dengan melihat definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa likuidasi


merupakan proses yang berakhir dengan pembubaran perusahaan sebagai
suatu unit organisasi. Pembubaran persekutuan tidaklah berarti berakhirnya
secara resmi kegiatan usaha perusahaan. Pembubaran persekutuan ditetapkan
dalam kaitannya dengan reorganisasi perusahaan sebagai satu unit usaha yang
baru. Dalam hal-hal lainnya, pembubaran ditetapkan sebagai kondisi yang
mengharuskan likuidasi perusahaan. Dalam hal ini, asosiasi antara beberapa
sekutu telah berakhir bagi tujuan pelaksanaan kegiatan dengan cara biasa,
tetapi pada sekutu dapat terus bekerja dalam kegiatan yang menjurus ke arah
penyelesaian akhir dari transaksi perusahaan, dan persetujuan persekutuan
firma terus mengatur asosiasi ini sampai saat penyelesaian akhirnya. Dengan
demikian, istilah pembubaran (dissolution) menyatakan berakhirnya
persekutuan firma sebagai perusahaan yang sedang berjalan.

The Uniform Of Partnership Act (UPA), Undang-undang Persekutuan


di Amerika Serikat, pasal 31 menyebutkan, ada beberapa faktor yang
menyebabkan suatu persekutuan dibubarkan yang pada intinya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Sistem perekonomian masyarakat atau negara yang tidak mendukung lagi


adanya kegiatan usaha, seperti adanya perusahaan-perusahaan besar dan

3
sebagainya, yang kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu
persekutuan bertahan hidup.

2. Adanya faktor-faktor ekstern yang berada di luar jangkauan manajemen


perusahaan seperti bencana alam, kecelakaan, kebakaran, dan sejenisnya
yang kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan
mempertahankan hidupnya.

3. Adanya faktor-faktor intern dalam persekutuan, seperti adanya perselisihan


antar anggota, kesalahan dalam manajemen, ketidakserasian dalam kerja
dan sejenisnya yang kesemuanya itu dapat berakibat tidak memungkinkan
lagi suatu persekutuan dipertahankan hidupnya.1

Likuidasi persekutuan merupakan suatu proses likuidasi dimana seluruh


aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor
eksternal dibayar dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada
para sekutu atas bagian modal yang disetorkan. Meskipun kebanyakan
likuidasi persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang sebagaimana
yang diilustrasikan berikut ini, likuidasi bersamaan merupakan fokus yang
baik untuk menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan.

Secara ringkas urutan (prosedur) dalam melikuidasi persekutuan adalah


sebagai berikut :

1. Rekening-rekening pembukuan dilakukan penyesuaian dan penutupan


kemudian laba/rugi selama periode tersebut dipindahkan ke rekening
modal masing-masing sekutu.

2. Aktiva dicairkan menjadi kas (bisa dijual atau dibeli sendiri oleh anggota
sekutu), jika terjadi dibagikan kepada masing-masing sekutu sesuai dengan
perjanjian.

3. Jika ditemukan rekening modal salah satu sekutu bersaldo debet maka
dapat ditutup dengan saldo piutangnya, tetapi jika saldo piutangnya tidak
punya maka sekutu tersebut harus menyetorkan modalnya kembali. Dan

1
Rina Andriani, Akuntansi Keuangan Lanjutan I, (Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama,
2021), hlm. 55-56

4
jika ternyata juga tidak punya maka saldo debet harus ditanggung anggota
masing-masing anggota sekutu.

Berdasarkan saat dan cara pembayaran (distribusi) pembagian kas,


maka likuidasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi aktiva non kas selesai


(likuidasi secara langsung).

2. Likuidasi berlangsung setiap saat setelah realisasi aktiva non kas dilakukan
(likuidasi bertahap).

B. Proses Likuidasi Persekutuan

Proses likuidasi persekutuan meliputi pengonversian, asset non kas


menjadi kas, mengakui laba, rugi, dan biaya yang terjadi selama periode
likuidasi, penyelesaian keseluruhan kewajiban, dan mendistribusikan kas
kepada sekutu berdasarkan saldo akhir akun saldonya.

1. Likuidasi Persekutuan Sederhana

Likuidasi persekutuan sederhana yaitu likuidasi yang pembagian


kasnya dilakukan serentak karena realisasi non-aktivanya sekaligus. Dalam
bagian ini, kita mengasumsikan bahwa seluruh aset non kas dikonversi
menjadi kas sebelum aset didistribusikan ke kreditor dan sekutu.
Kebanyakan akuntansi untuk likuidasi persekutuan didasarkan pada
interprestasi terhadap perjanjian persekutuan dan provinsi legal yang
berkaitaan dengan likuidasi. Langkah pertama dalam proses likuidasi
adalah menghitung laba bersih dan rugi sampai saat akan dilakukannya
pembubaran. Laba bersih atau rugi dialokasikan berdasarkan perjanjian
pembagian laba-rugi persekutuan.2

Untuk mengilustrasikan proses ini, perhatikan contoh berikut. Faikar


dan Dias memiliki persekutuan yang bergerak di bidang jasa. Neraca
persekutuan pada tanggal 31 Desember 2010 sebagai berikut.

2
Slamet Sugiri, Akuntansi Keuangan Lanjutan II, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015),
hlm. 2.3

5
NERACA (dalam jutaan)

ASET
Kas Rp40
Piutang Usaha 120
Sediaan 120
Aset Tetap 160
Rp440
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Utang Usaha Rp160
Pinjaman dari Faikar 40
Modal Faikar 100
Modal Dias 140
Rp440

Karena ada ketidakcocokan maka setelah tanggal 4 Januari 2011


persekutuan sepakat untuk dilikuidasi oleh Faikar dan Dias. Tanggal 10
Januari 2011, seluruh aset terjual dengan rincian sebagai berikut.

ASET Nilai Untung/


Terjual
(dalam jutaan) Buku (Rugi)
Aset tetap Rp120 Rp160 (Rp40)
Sediaan 100 120 (20)
Piutang Usaha 88 (tetagih) 120 (32)
Total Rp308 Rp400 (Rp92)

Berdasarkan hasil penjualan aset tersebut, seluruh penjualan aset


mengalami kerugian. Jadi, kerugian masing-masing aset akan dialokasikan
ke akun modal masing-masing sekutu berdasarkan perjanjian alokasi laba
dan rugi. Perjanjian alokasi laba-rugi Faikar dan Dias adalah sebesar 60%
dan 40%. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan aset tersebut adalah3

3
Ibid, 2.4

6
Des 31 Kas 120.000.000
Modal Faikar 24.000.000
Modal Dias 16.000.000
Aset tetap 160.000.000
(untuk mencatat penjualan aset
tetap dan alokasi kerugian
penjualan ke akun modal
sekutu)

Kas 100.000.000
Modal Faikar 12.000.000
Modal Dias 8.000.000
Sediaan 120.000.000
(untuk mencatat penjualan
sediaan dan alokasi kerugian
penjualan ke akun modal
sekutu)

Kas 88.000.000
Modal Faikar 19.200.000
Modal Dias 12.800.000
Piutang usaha 120.000.000
(untuk mencatat penagihan
piutang dan menghapus
piutang tak tertagih ke akun
modal sekutu)

Setelah terjadinya penjualan aset maka total kas yang tersedia untuk
melunasi kewajiban dan distribusi kepada sekutu adalah sebesar Rp348
juta. Saldo modal masing-masing sekutu adalah

Modal Faikar = 100 juta – 24 juta – 12 juta - 19,2 juta

= 44,8 juta

7
Modal Dias = 140 juta – 16 juta – 8 juta – 12,8 juta

= 103,2 juta

Selanjutnya, kita akan membuat distribusi akhir dari hasil likuidasi


aset kepada kreditor dan sekutu dengan pembagian sebagai berikut.4

Jumlah
Utang usaha Rp160 juta
Pinjaman dari Faikar 40 juta
Kepada Faikar 44,8 juta
Kepada Dias 103,2 juta
Total Rp348 juta

Jurnal untuk mencatat distribusi final kepada kredtor dan sekutu adalah

Des 31 Utang usaha 160.000.000


Kas 160.000.000
(untuk mencatat pembayaran
utang kepada kreditor)

Des 31 Pinjaman dari Faikar 40.000.000


Kas 40.000.000
(untuk membayar pinjaman
dari sekutu Faikar)

Des 31 Modal Faikar 44.800.000


Modal Dias 103.200.000
Kas 148.000.000
(untuk mendistribusikan kas
kepada sekutu dalam likuidasi
akhir persekutuan)

4
Ibid, 2.5

8
Modal Sekutu Bersaldo Debit

Di dalam proses likuidasi persekutuan, proses ini dapat


menghasilkan rugi yang menyebabkan saldo modal dari sekutu menjadi
bersaldo debit. Sekutu yang memiliki saldo modal debit, memiliki
kewajiban kepada sekutu yang memiliki saldo modal kredit untuk
melunasi kewajibannya, dengan menggunakan aset pribadinya. Bila
ternyata sekutu sudah tidak memiliki aset pribadi maka para sekutu yang
memiliki modal positif akan menutupi kerugian yang diakibatkan oleh
saldo modal sekutu. Alokasi kerugian ini akan didasarkan pada perjanjian
alokasi laba dan rugi.5

2. Pendekatan Pembayaran Aman (Safe Payment Approach

Pendekatan pembayaran aman merupakan metode efektif untuk


menghitung jumlah pembayaran aman kepada sekutu dan mencegah
pembayaran yang berlebihan kepada sekutu. Untuk menentukan
pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada para sekutu,
pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi aset
tersisa di masa depan. Sebelum melakukan distribusi kas kepada para
sekutu, akuntan menyusun skedul pendekatann aman kepada para sekutu
dengan menggunajan asumsi kasus terburuk. Perhitungan pembayaran
aman didasarkan pada asumsi sebagai berikut.

a. Seluruh sekutu mengalami insolvensi secara personal (tidak mampu


lagi melakukan pembayaran ke dalam persekutuan).

b. Seluruh aset non kas mencerminkan kemungkinan terjadinya kerugian.

c. Pinjaman dari atau kepada sekutu akan dikombinasikan dengan akun


modal sekutu untuk menentukan kepemilikan bersihnya di dalam
persekutuan.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, bahwa kas tidak akan di


distribusikan ke sekutu yang memiliki saldo modal yang tidak cukup untuk
menalangi potensi kerugiannya. Jadi, tidak ada sekutu yang akan

5
Ibid, 2.6

9
menerima kas hingga seluruh kewajiban dapat dilunasi menggunakan kas
yang cukup.

Untuk memahami pembahasan ini, anggaplah Budi, Joko, dan Made


memiliki persekutuan yang dibentuk pada tahun 2008. Pada tahun 2010
mereka sepakat bahwa persekutuan akan dibubarkan. Berikut adalah
neraca persekutuan pada saat akan dibubarkan.6

NERACA (dalam jutaan)


ASET
Kas Rp400
Pinjaman kepada Joko 50
Tanah 100
Aset tetap 700
Rp1.250
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Pinjaman dari Made Rp100
Modal Budi 250
Modal Joko 350
Modal Made 550
Rp1.250

Alokasi laba-rugi persekutuan kepada Budi, Joko, Made adalah


sebesar 40%, 30%, dan 30%. Seluruh kewajiban kepada pihak ketiga telah
dilunasi, dan berdasarkan perhitungan dari para sekutu, penjualan tanah
dan gedung akan memakan waktu beberapa minggu. Persekutuan sepakat
untuk melakukan distribusi kas segera, tetapi selain kas yang telah
disiapkan untuk mengantisipasi potensi kerugian sebesar Rp50 juta. Dari
informasi tersebut maka akan dibuat skedul pembayaran aman sebagai
berikut.7

6
Ibid, 2.6
7
Ibid, 2.7

10
Skedul Pembayaran Aman Persekutuan Budi, Joko, dan Made
(dalam jutaan)
Kemungkinan Modal Modal Modal
Rugi Budi Joko Made
-40% -30% -30%
Modal sekutu ( saldo Rp250 Rp300 Rp650
pinjaman)
Kemungkinan kerugian 800 (320) (240) (240)
pada aset non kas
(70) 60 410
Kemungkinan antisipasi 50 (20) (15) (15)
Kerugian
(90) 45 395
Kemungkinan rugi pada 90 (45) (45)
saldo debit Budi
0 0 Rp350

Pembuatan skedul di atas diawali dengan penjabaran modal bersih


dari masing-masing sekutu setelah ditambah/dikurangi dengan saldo
pinjaman dari masing-masing sekutu. Setelah itu, kemungkinan rugi pada
aset non kas dan kemungkinan antisipasi kerugian dialokasikan ke modal
masing-masing sekutu dengan alokasi sebesar kesepakatan pembagian
laba-rugi. Alokasi kerugian ini dapat menyebabkan modal beberapa sekutu
menjadi negatif. Modal sekutu yang negatif ini juga akan dialokasikan ke
modal sekutu yang bersaldo positif. Setelah semua alokasi ini dilakukan
maka akan didapatkan modal sekutu yang bersaldo positif, menjadi dasar
untuk memberikan kas kepada sekutu tersebut. Jadi, berdasarkan
perhitungan, jumlah kas sebesar Rp350 juta dapat didistribusikan dengan
aman kepada Made.

Perlu diingat bahwa skedul pembayaran aman hanya dibuat untuk


menghitung jumlah kas yang akan didistribusikan, dan sekutu mana yang
akan menerima kas. Perhitungan tersebut tidak dicatat pada akun, sampai

11
transaksi-transaksi yang dilibatkan benar-benar terjadi. Jurnal untuk
mencatat distribusi kas kepada Made adalah

Pinjaman dari Made 100.000.000


Modal Made 250.000.000
Kas 350.000.000

Setelah pencatatan jurnal di atas maka neraca persekutuan Budi,


Joko, dan Made sebagai berikut.

NERACA (dalam jutaan)


ASET
Kas Rp50
Pinjaman kepada Joko 50
Tanah 100
Aset tetap 700
Rp900
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Pinjaman dari Made Rp100
Modal Budi 250
Modal Joko 350
Modal Made 300
Rp900

C. Likuidasi Secara Berangsur

Likuidasi secara berangsu rmeliputi distribusi kas yang tersedia kepada


sekutu selama periode likuidasi dan sebelum seluruh untung dan rugi
likuidasi terealisasi. Jika sekutu menerima kas secara berangsur sebelum total
rugi likuidasi dan total kas diketahui maka harus ada penjaga (safeguards)
untuk menjaga kepentingan kreditor dan kepemilikan setiap sekutu. Banyak
prosedur yang akan dilibatkan dalam proses likuidasi ini untuk memenuhi
persyaratan legal dan untuk melindungi individu yang berkaitan dengan
likuidasi dan kepentingan residual sekutu. Perlu diingat bahwa distribusi kas

12
yang utama adalah untuk melunasi seluruh kewajiban yang dimiliki oleh
persekutuan, sebelum kas yang tersedia dibagikan kepada para sekutu.

Pada tahun 2008, Udin dan Maria sepakat untuk membuat persekutuan
yang bergerak di bidang konstruksi bangunan, tetapi karena ada konflik
internal mereka sepakat untuk melikuidasi persekutuan segera setelah bulan
Desember 2010. Seluruh kas yang di tangan kecuali dicadangkan sejumlah
Rp100.000.000 untuk mengantisipasi kontinjensi akan didistribusikan setiap
akhir bulan sampai proses likuidasi selesai dilakukan. Rasio pembagian laba
rugi antara Udin dan Maria adalah 60:40. Informasi yang berkaitan dengan
persekutuan sebagai berikut.

NERACA PERSEKUTUAN UDIN DAN MARIA


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2010
(DALAM JUTAAN)
Aset
Kas Rp.1.200
Piutang usaha-bersih 1.400
Pinjaman kepada Maria 200
Sediaan 2.000
Tanah 500
Peralatan-bersih 1.500
Goodwill 200
Total asset Rp.7000
Kewajiban dan Modal
Utang usaha Rp.1.500
Utang wesel 1.000
Pinjaman dari Udin 100
Modal Udin (60%) 2.550
Modal Maria (40%) 1.850
Total Kewajiban dan Modal Rp.7.000

13
Transaksi yang terjadiselama proses likuidasi :

Waktu Transaksi

Februari Sediaan dengan kos Rp.800.000.000 terjual dengan harga


2011 Rp.1 miliar, seluruh kewajiban non-pemilik diselesaikan
berdasarkan nilai tercatat; pinjaman kepada Maria dihapus
ke saldo modalnya; Rp.1 miliar piutang tertagih; dan
goodwill dihapus kemudian kas didistribusikan.

Maret 2010 Sisa sediaan sebesar Rp.1.200.000.000 terjual dengan


harga Rp.900.000.000; peralatan dengan nilai buku
Rp.400.000.000 terjual dengan harga Rp.300.000.000;
terjadi kewajiban kontinjensi, dan langsung dibayarkan
sebesar Rp.40.000.000; biaya likuidasi dibayarkan sebesar
Rp.20.000.000; kemudian kas didistribusikan.

April 2010 Tidak ada transaksi

Mei 2010 Biaya likuidasi dibayarkan sebesar Rp.20.000.000; tanah


terjual dengan harga Rp.750.000.000; kemudian kas di
distribusikan.

Juni 2010 Sisa piutang usaha dihapuskan; sisa peralatan terjual


dengan harga Rp.750.000.000; seluruh kas didistribusikan
dalam likuidasi akhir persekutuan.

Berdasarkan neraca dan transaksi-transaksi di atas maka kita akan


membuat laporan likuidasi persekutuan, skedul pembayaran aman, dan jurnal
yang diperlukan selama proses likuidasi persekutuan.

1. Laporan Likuidasi Bulan Februari 2010

Berdasarkan transaksi-transaksi yang terjadi pada bulan Februari


2010. Kita akan membuat laporan likuidasi persekutuan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Laporan Likuidasi Persekutuan Udin dan Maria untuk

14
Peiode 1 Januari 28 Februari 2010 (Dalam Jutaan)

Transaksi Kas Asset Kewajib Pinjaman Modal Modal


Non an dari Udin Udin Maria
Kas Prioritas (60%) (40%)

Saldo 1 1,200 5,800 2,500 100 2,250 1,850


Januari
Menghapus (200) (200)
Pinjaman
Maria
Menghapus (200) (120) (80)
Goodwill
Penagihan 1,000 (1,000)
Piutang
Penjualan 1,000 (800) 120 80
Sediaan
Saldo 3,200 3,600 2,500 100 2,250 1.650
sebelum
Distribusi
Disribusi
Februari :
Kreditor (2,500) (2,500)
Udin&Maria (600) (100) (330) (170)
Saldo 1 100 3,600 0 0 2,220 1,480
Maret

Berdasarkan tabel 2.1, kas yang tersedia untuk di distribusikan kepada


sekutu, setelah kewajiban non sekutu dilunasi, persekutuan memiliki kas
sebesar Rp700.000.000. Dari jumlah kas tersebut sebesar Rp100.000.000
ditahan sebagai antisipasi untuk terjadinya kewajiban kontinjensi. Setelah kas
tersedia untuk dibagikan kepada sekutu maka dibuatlah skedul pembayaran
aman. Dari skedul pembayaran aman pada tabel 2.2 maka didapatkan jumlah

15
kas yang harus didistribusikan kepada sekutu adalah sebesar Rp600.000.000,
Rp430.000.000 kepada Udin, dan Rp170.000.000 kepada Maria. Karena
persekutuan memiliki pinjaman yang berasal dari sekutu Udin maka distribusi
pertama akan dilakukan untuk melunasi pinjaman tersebut, yaitu sebesar
Rp100.000.000, dan sisanya didistribusikan ke akun modal Udin. Bila ada
transaksi likuidasi yang menghasilkan laba atau rugi maka laba atau rugi
tersebut akan di distribusikan kepada saldo modal masing-masing sekutu
berdasarkan kesepakatan pembagian laba-rugi. Untuk penghapusan goodwill,
juga dialokasikan keakun modal masing-masing sekutu.
Tabel 2.2

SkedulPembayaranAmanPesekutuanUdindan Maria,

29 Februari 2010 (dalamjutaan)

Kemungkinan Modal dan Modal


Rugi Pinjaman Udin Maria
(60%) (40%)
Ekuitas Sekutu 28 2,650 1,650
Februari 2010
Kemungkinan rugi pada 3,600 (2,160) (1,440)
aset non kas
490 210
Kemungkinan rugi 100 (60) (40)
Kontinjensi
Pembagian kas ke sekutu 430 170

Setelah membuat laporan likuidasi dan skedul pembayaran aman untuk


akhir bulan Februari 2010 maka jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi
yang terjadi pada bulan Januari-Februari sebagai berikut :

Feb 29 Modal Maria 200.000.000


Pinjaman kepada Maria 200.000.000
(untuk menghapus pinjaman
ke akun modal)

16
Feb 29 Modal Udin 120.000.000
Modal Maria 80.000.000
Goodwill 200.000.000
(untuk menghapus goodwill)
Feb 29 Kas 1.000.000.000
Piutang usaha 1.000.000.000
(untuk mencatat penagihan
piutang)
Feb 29 Kas 1.000.000.000
Sediaan 800.000.000
Modal Udin 120.000.000
Modal Maria 80.000.000
(untuk mencatat penjualan
sediaan, dengan
mendapatkan untung)
Feb 29 Utang usaha 1.500.000.000
Utang wesel 1.000.000.000
Kas 2.500.000.000
(untuk mencatat
pembayaran kewajiban non
sekutu)
Feb 29 Pinjaman dari Udin 100.000.000
Modal Udin 330.000.000
Kas 430.000.000
(untuk mencatat distribusi
kas kepada Udin)
Feb 29 Modal Maria 170.000.000
Kas 170.000.000
(untuk mencatat distribusi
kas kepada Maria)

17
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Likuidasi persekutuan merupakan suatu proses likuidasi dimana seluruh aset


dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor eksternal
dibayar dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu
atas bagian modal yang disetorkan. Meskipun kebanyakan likuidasi persekutuan
terjadi selama periode yang lebih panjang sebagaimana yang diilustrasikan berikut
ini, likuidasi bersamaan merupakan fokus yang baik untuk menjelaskan konsep
utama likuidasi persekutuan.

Proses likuidasi persekutuan meliputi pengonversian, asset non kas menjadi


kas, mengakui laba, rugi, dan biaya yang terjadi selama periode likuidasi,
penyelesaian keseluruhan kewajiban, dan mendistribusikan kas kepada sekutu
berdasarkan saldo akhir akun saldonya.

SARAN

Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini bersifat sangat sederhana dan


simpel. Pembuatan makalah ini masih memerlukan kritikan dan saran bagi
pembahasan materi ini. Maka saran dan kritikan dari teman mahasiswa sangat
kami butuhkan untuk perbaikkan makalah ini menjadi lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sugiri, Slamet. 2015. Akuntansi Keuangan Lanjutan II. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Andriani, Rina. 2021. Akuntansi Keuangan Lanjutan I. Yogyakarta: Deepublish


CV Budi Utama

19
TES FORMATIF 1

Pertanyaan No.1-7

Persekutuan Budi (60%) dan Joko (40%) berada dalam proses likuidasi.
Berikut adalah neraca persekutuan pada 1 Januari 2010:
Aset Jumlah
Kas Rp50.000
Piutang usaha Rp125.000
Sediaan Rp200.000
Total aset Rp375.000
Kewajiban dan Ekuitas
Utang usaha Rp75.000
Modal Budi Rp200.000
Modal Joko Rp100.000
Total Kewajiban Rp375.000
Pada tanggal 1 Februari 2010, persekutuan berhasil menagih piutang sebesar
Rp105.000. Keesokan harinya, sediaan persekutuan berhasil terjual sebanyak
Rp100.000. Tidak ada lagi piutang yang dapat ditagih oleh persekutuan.

Penyelesaian:

ASET Nilai Untung/


Terjual
(dalam jutaan Buku (Rugi)
Sediaan Rp100.000 Rp200.000 (Rp100.000)
Piutang usaha Rp105.000 (tertagih) Rp125.000 (Rp20.000)
Total Rp205.000 Rp325.000 (Rp120.000)
Maka dari perhitungan di atas dapat diperoleh:

1. B. 100.000
Besar kerugian terhadap penjualan sediaan:
Terjual - Nilai buku = Rp100.000 – Rp200.000 = (Rp100.000)
2. B. Rugi Rp20.000
Besar untung/kerugian dari penagihan piutang:
Tertagih – Nilai buku = Rp105.000 – Rp125.000 = (Rp20.000) Rugi

20
3. A. 60.000
Besar alokasi kerugian likuidasi sediaan kepada Budi:
Rp100.000 x 60% = Rp60.000
4. B. 40.000
Besar alokasi kerugian likuidasi sediaan kepada Joko:
Rp100.000 x 60% = Rp40.000

Jurnal untuk mencatat transaksi penjualaan aset tersebut adalah


Jan 31 Kas Rp100.000
Modal Budi Rp60.000
Modal Joko Rp40.000
Sediaan Rp200.000
(untuk mencatat penjualan
sediaam dan alokasi kerugian
penjualan ke akun modal sekutu)

Kas Rp105.000
Modal Budi Rp12.000
Modal Joko Rp8.000
Piutang usaha Rp125.000
(untuk mencatat penagihan
piutang dan menghapus piutang
tak tertagih ke akun modal sekutu)
Sekutu modal masing-masing sekutu adalah
Modal Budi = Rp200.000 – Rp60.000 – Rp12.000
= Rp128.000
Modal Joko = Rp100.000 – Rp40.000 – Rp8.000
= Rp52.000

5. D. 128.000 (jumlah saldo modal Budi sebelum distribusi kas)


6. A. 52.000 (jumlah saldo modal Joko sebelum distribusi kas)
7. B. 255.000
Jumlah kas yang tersedia untuk didistribusikan segera kepada para sekutu

21
Utang usaha Rp75.000
Modal Budi Rp128.000
Modal Joko Rp52.000
Total Rp255.000

Jurnal untuk mencatat distribusi final kepada kreditor dan sekutu adalah
Jan 31 Utang usaha Rp75.000
Kas Rp75.000
(untuk mencatat pembayaran
utang kepada kreditor)

Jan 31 Modal Budi Rp128.000


Modal Joko Rp52.000
Kas Rp180.000
(untuk mendistribusikan kas
kepada sekutu dalam likuidasi
akhir persekutuan)
Pertanyaan No.8-12
Udin, Clara, dan Maria memiliki persekutuan yang bergerak di bidang jasa
transportasi. Karena usaha mereka yang tak kunjung berkembang, mereka
memutuskan untuk membubarkan persekutuan. Berikut adalah neraca persekutuan
pada 31 Desember 2010.
Aset Jumlah
Kas Rp390.000
Sediaan Rp160.000
Total aset Rp550.000
Kewajiban dan Ekuitas
Utang usaha Rp50.000
Modal Udin (40%) Rp150.000
Modal Clara (30%) Rp80.000
Modal Maria (30%) Rp270.000
Total Kewajiban Rp550.000

22
Selama bulan Januari 2011, sediaan berhasil terjual sebesar Rp100.000.
Pada 31 Januari 2011, seluruh kas yang tersedia didistribusikan.
Penyelesaian:
ASET Nilai Untung/
Terjual
(dalam jutaan) Buku (Rugi)
Sediaan Rp100.000 Rp160.000 (Rp60.000)
Total Rp100.000 Rp160.000 (Rp60.000)
Maka dari perhitungan di atas dapat diperoleh:

8. A. Debit kas sebesar Rp100.000; kredit sediaan Rp100.000


Jurnal untuk mencatat penjualan sediaaan:
Kas bertambah, Sediaan berkurang

Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan aset tersebut:


Kas Rp100.000
Modal Udin (40%) Rp24.000
Modal Clara (30%) Rp18.000
Modal Maria (30%) Rp18.000

Sediaan Rp160.000
9. A. 126.000
Jumlah distribusi kas kepada Udin
Rp150.000 – Rp24.000 = Rp126.000
10. C. 62.000
Jumlah distribusi kas kepada Clara
Rp80.000 – Rp18.000 = Rp62.000
11. A. 252.000
Jumlah distribusi kas kepada Maria
Rp270.000 – Rp18.000 = Rp252.000
12. C. 60.000
Besaran kemungkinan rugi yang terjadi terhadap sediaan yang belum terjual
Terjual – Nilai buku = Rp100.000 – Rp160.000 = (Rp60.000)

23

Anda mungkin juga menyukai