Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2

PERSEKUTUAN: LIKUIDASI

Dosen Pengampu : Siti Rodiah, SE.,M.Sc

DISUSUN OLEH :
1. Regina Cahyani (170301006)
2. Mia Wiliani (170301007)
3. Yunaldi Ermanis (170301008)
4. Hanika (170301009)
5. Putri Aska Pratiwi (170301010)
6. Indra Isnaidi (170301013)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2019/2020
i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrah Matullah Wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah Ta’ala Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang merupakan tugas
mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 yang berjudul “PERSEKUTUAN:
LIKUIDASI”.
Pada kesempatan ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Siti
Rodiah, SE.,M.Sc selaku dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 di
Universitas Muhammadiyah Riau yang telah mengamanahkan tugas ini kepada
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Mei 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Telaah Umum Tentang Likuidasi Persekutuan ..............................................3
2.2 Likuidasi Sekaligus .......................................................................................5
2.3 Likuidasi Bertahap ....................................………………………………...15
2.4 Pembahasan Tambahan ..........................................................……………..27
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 30
3.1 Simpulan ......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha)
secara keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan,
membayar semua utang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan
kepada para sekutu sesuai dengan rasio laba / rugi. Berhentinya persekutuan sebagai
bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis persekutuan yang disebut entitas likuidasi
persekutuan.
Likuidasi persekutuan mencakup konversi aktiva bukan kas menjadi kas,
pengakuan untung dan rugi selama masa likuidasi, pembayaran kewajiban, dan
distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya usaha. Laporan keuangan utama
untuk likuidasi persekutuan ialah laporan likuidasi persekutuan yang meringkas seluruh
transaksi dan peristiwa finansial selama masa likuidasi. Laporan ini juga digunakan
sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang dilakukan melalui pengadilan.
Likuidasi sederhana mengacu pada konversi seluruh aktiva menjadi kas
sebelum distribusi dilakukan kepada sekutu. Ketika persekutuan dilikuidasi dengan
pendistribusian bertahap kepada sekutu, kas didistribusikan kepada sekutu setelah
kewajiban dibayar, tetapi sebelum untung ataupun rugi likuidasi diakui. Untuk
mencegah pembayaran yang berlebihan kepada sekutu, jumlah kas yang didistribusikan
dihitung dengan dua asumsi yaitu seluruh sekutu secara pribadi tidak likui dan seluruh
aktiva bukan kas rugi.
Dengan asumsi ini ada dua pendekatan utama untuk menghitung jumlah
pembayaran aman kepada sekutu pada tiap tahap distribusi. Pendekatan pertama ialah
menyiapkan skedul pembayaran aman untuk setiap tahap distribusi dan pendekatan
kedua adalah menyiapkan rencana distribusi kas yang digunakan selama proses
likuidasi.
2

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis mengidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu Likuidasi Persekutuan secara umum?
2. Apa yang dimaksud dengan Likuidasi sekaligus?
3. Apa yang dimaksud dengan Likuidasi secara bertahap?
4. Bagaimana Persekutuan menjadi Perseroan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui likuidasi persekutuan.
2. Untuk mengetahui perhitungan Likuidasi sekaligus.
3. Untuk mengetahui perhitungan Lukuidasi secara bertahap.
4. Untuk mengetahui cara Persekutuan menjadi Perseroan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TELAAH UMUM TENTANG LIKUIDASI PERSEKUTUAN


• Disosiasi, Pembubaran, Terminasi, dan Likuidasi sebuah Persekutuan
a. Pengunduran Diri atau Disosiasi (Dissociation)
Pengunduran diri atau Disosiasi adalah konsep hukum untuk pengunduran
diri sekutu karena:
1. Sekutu meninggal.
2. Sekutu secara sukarela mengundurkan diri (misal, pensiun)
3. Keputusan pengadilan, seperti: (a) sekutu terlibat dalam tindakan yang
melanggar hukum yang secara signifikan nerakibat negatif bagi persekutuan,
(b) sekutu melanggar perjanjian persekutuan, (c) sekutu menjadi debitur dalam
kebangrutan, dan (d) sekutu individual sedah tidak mampu melaksanakan
kewajibannya berdasarkan perjanjian persekutuan.

Tidak seluruh disosiasi menimbulkan pembubaran persekutuan. Banyak


disosiasi yang hanya melibatkan pembelian kepemilikan sekutu yang
mengundurkan diri dibandingkan melakukan terminasi dan membubarkan bisnis
persekutuan.

b. Pembubaran (Dissolution)
Pembubaran merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang
dapat menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnis persekutuan adalah sebagai
berikut:
1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan
pemberitahuan pengunduran diri dari sekutu. Pengunduran diri sewaktu-waktu
ini dapat terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk pemahaman secara lisan
diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang
diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian seperti ini yang
dapat menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukkan, misalnya,
4

sebuah ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari


persekutuan.
2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu,
pembubaran dapat terjadi karena: (a) seorang sekutu meninggal atau
mengundurkan diri karena melakukan kesalahan, paling tidak terdapat
setengan sekutu yang tinggal memutuskan menghentikan bisnis persekutuan,
(b) ketika seluruh sekutu setuju untuk menghentikan persekutuan, atau (c)
ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi atau selesai.
3. Adanya keputusan pengadilan bahwa: (a) tujuan ekonomis persekutuan
tampaknya tidak dapat tercapai, (b) seorang sekutu terlibat dalam suatu
tindakan terkait dengan bisnis persektuan tidak mungkin dilanjutkan secara
praktik, atau (c) ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis
persektuan secara praktik sejalan dengan perjanjian persekutuan.

Pada saat pembubaran, persekutuan memulai proses terminasi bisnis persekutuan.

c. Terminasi (Winding Up) dan Likuidasi (Liquidation)


Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran
persekutuan. Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu penyelesaian
proses penghentian bisnis. Proses terminasi mencakup transaksi-transaksi yang
diperlukan untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan piutang, ternasuk
piutang sekutu, konversi aset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban
persekutuan, dan distribusi saldo neto yang tersisa kepada para sekutu dalam
bentuk kas sesuai proporsi kepemilikan modal. Jika perjanjian persekutuan tidak
memberikan rasio khusus untuk likuidasi, maka laba atau rugi yang terjadi selama
proses likuidasi didistribusikan berdasarkan rasio normal dan laba rugi yang biasa
digunakan selama operasi.
▪ Pinjaman dari Sekutu, kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan
kepada persekutuan memiliki status yang sama dengan kewajiban persekutuan
kepada kreditur pihak ketiga. Jadi, tidak ada saling hapus antara kewajiban
5

dengan akun modal sekuutu. Kewajiban persekutuan ke sekutu individual ini


harus dibayar selama proses terminasi persekutuan.
▪ Defisit Akun Modal Sekutu, dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki
akun modal defisit harus melakukan kontribusi kepada persekutuan untuk
menghilangkan defisit modal tersebut. Persekutuan melakukan distribusi
likuidasi dalam bentuk kas, kepada tiap sekutu dengan saldo modal kredit. Jika
seorang sekutu gagal melakukan kontribusi untuk menghilangkan defisit
modalnya, maka seluruh sekutu harus melakukan kontribusi, sesuai dengan
proporsi pembagian kerugian, berupa tambahan jumlah yang diperlukan untuk
membayar kewajiban persekutuan.

d. Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan


Untuk mengarahkan dan meringkas proses likuidasi persekutuan, sebuah
laporan likuidasi dan realisasi harus disiapkan. Laporan ini biasa disebut dengan
“laporan likuidasi”, adalah dasar pembuatan ayat jurnal untuk mencatat likuidasi.
Laporan ini menyajikan pengaruh likuidasi terhadap akun-akun neraca persekutuan
dalam bentuk kertas kerja. Laporan menunjukkan konversi aset tetap menjadi kas,
alokasi keuntungan atau kerugian para sekutu, dan di distribusi kas kepada para
kreditur dan sekutu. Laporan tersebut adalah fitur dasar akuntansi untuk likuidasi
persekutuan dan disajikan serta diilustrasikan dalam bab ini.

2.2 LIKUIDASI SEKALIGUS


Likudasi persekutuan secara sekaligus (lump-sum liquidation) merupakan suatu
proses likuidasi dimana seluruh aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang
sangat pendek, kreditur eksternal dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan
dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang disetorkan. Meskipun
kebanyakan likuidasi persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang.
a. Realisasi Aset
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual
asetnya. Persekutuan dapat saja melakukan penjualan “cuci gudang karena akan
6

tutup” di mana persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai dibawah harga


jual normal dengan maksud untuk mendorong penjualan dengan segera. Sering kali,
persediaan yang tersisa dapat dijual kepada perusahaann yang mengkhususkan diri
dalam pembelian aset usaha yang mengalami likuidasi. Mebel, peralatan, dan aset
perusahaan lainnya dapat ditawarkan dengan harga diskon atau dijual kepada pihak
likuidator.
Piutang usaha umumnya ditagihkan oleh persekutuan. Kadang kala
persekutuan menawarkan potongan tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran
piutang paling tepat waktu yang penagihannya malah dapat menunda proses
terminasi persekutuan. Alternatif yang lain adalah piutang usaha tersebut dijual
kepada perusahaan anjak pintang (factor), yaitu perusahaan yang mengkhususkan
diri dalam pembelian piutang usaha dan dengan segera membayar uang tunai
kepada pihak penjual piutang. Persekutuan mencatat penjualan piutang tersebut
seperti halnya penjualan aset yang lain. Secara umum, pihak anjak plutang hanya
membeli piutang usaha perusahaan yang paling baik dengan harga di bawah nilai
tercatat, namun beberapa anjak piutang masih berminat untuk membeli seluruh
piutang dan membayar dengan harga yang jauh di bawah nilai tercatatnya.
Aset-aset persekutuan, termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontribusi
yang disyaratkankepada sekutu untuk menutupi modal defisit, digunakan untuk
membayar kreditur persekutuan. Kewajiban kepada sekutu inividual, misalnya,
lkewajiban yang timbul atas pinjaman yang dibuat persekutuan dari sekutu,
mempunyai status yang sama dengan kreditur pihak ketiga: kreditur di luar tidak
memiliki prioritas melebihi sekutu yang inemberi pinjaman kepada persekutuan.
Penting sekali bahwa pinjaman antarsekutu dan persekutuan harus
didokumentasikan secara lengkap, seperti dalam bentuk wesel bayar, untuk
mengindikasikan dengan jelas bahwa transaksi tersebut adalah pinjaman dan
bukan kontribusi modal atau penarikan, Pinjaman ini juga dikenakan bunga
sampai dibayar kecuali terdapat hal lain yang disetujui oleh persekutuan dan
sekutu individual. Pinjaman kepada dan dari sekutu harus diselesaikan selama
7

proses terminasi. Jumlah yang tersisa kemudian dibayar, dalam bentuk kas, kepada
para sekutu sehubungan dengan hak mereka dalam distribusi likuídasi
b. Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan kewajiban
persekutuan yang diketahui. Nama dan alamat kreditur serta jumlah yang terutang
dari masing-masing pihak harus dicatat. Sebagaimana umumnya terjadi, kreditur
yang belum terjadwal akan diketahui selama proses likuidasi. Proses likuidasi juga
melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum dan akuntansi tambahan.
Persekutuan juga menanggung biaya penghentian usaha, seperti biaya iklan khusus
dan biaya mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan
terhadap akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi.

c. Ilustrasi Likuidasi Sekaligus


Ilustrasi berikut ini digunakan untuk menunjukkan likuidasi sekaligus yang
dilakukan oleh Persekutuan ABC dengan para sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu,
dan Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada tahun 20X4, mereka menyesuaikan persentase
distribusi laba rugi berdasarkan besarnya peran masing-masing sekutu. Hasil
penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah: Aldi, 40%; Bayu, 40%; dan Citra,
20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para
sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut.

Persekutuan ABC
Neraca Saldo
. 1 Mel 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas Rp 90.000.000
Kewajiban Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) Rp 34.000.000
Modal, Bayu (40%) Rp 10.000 000
Modal, Citra (20%) Rp 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
8

Persamaan dasar akuntansi, yaitu Aset - Kewajiban Eikuitas Pemilik, dapat


digunakan dalam akuntansi persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah
jumlah akun modal sekutu adalah sebagai berikut,
Aset - Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Rp100.000,000 - Rp42.000.000 = Rp58.000.000

Tiga kasus berikut ini menunjukkan konsep likuldasi persekutuan yang digunakan
secara umum. Masing-masing dimulai dengan neraca saldo Persekutuan ABC per
tanggal 1 Mei 20X5. Jumlah kas yang direalisasikan dari penghapusan aset nonkas
berbeda untuk masing-masing dari ketiga kasus ini dan pengaruh realisasi yang
berbeda tersebut disajikan dalam laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk
setiap kasus.

Kasus 1: Persekutuan Masih Solven dan Tidak Terdapat Defisit dalam Akun
Modal Sekutu
Aset non kas dijual dengan harga Rp80.000.000 pada tanggal 1 Mei 20X5
dengan kerugian Rp10.000,000. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp42.000.000
pada tanggal 20 Mei dan sisa kas sebesar Rp48.000.000 didistribusikan kepada para
sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi untuk Kasus 1 disajikan dalam Figur 16-1.
Perhatikan bahwa tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan jumlah kredit
dalam kertas kerja yang digunakan. Laporan ini berisi hanya akun-akun neraca di tiap
kolom, di mana seluruh aset nonkas disajikan dalam satu akun. Pada saat unit usaha
melakukan likuidasi, hanya akun-akun neraca yang merupakan akun relevan;
sedangkan laporan laba rugi adalah untuk kelangsungan usaha. Proses likuidasi
disajikan berdasarkan urutan kejadian dalam baris-baris kertas kerja. Jadi, kertas kerja
mencakup seluruh proses realisasi dan likuidasi serta merupakan dasar ayat jurnal
untuk mencatat proses likuidasi.
Observasi penting lainnya adalah sebagai berikut.
1) Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5.
9

2) Kerugian sebesar Rp10.000.000 didistribusikan langsung kepada akun modal


para sekutu.
3) Kreditur eksternal dibayarkan sebelum distribusi kas kepada para sekutu.
4) Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo modal kredit.
5) Saldo pascalikuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah
ditutup dan persekutuan benar-benar telah dilikuidasi dan dihentikan
sepenuhnya.
FIGUR 16-1
Kasus 1. Persekutuan Masih Solven; Tidak Terdapat Defisit dalam Akun Modal
Sekutu

Tanda kurung menunjukkan jumlah kredit.

Laporan realisasi dan likuidasi peraekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang
mencat
proses likuidasi sebagai berikut.
16 Mei 20X5
(1) Kas 80.000.000
Modal. Aldi 4.000.000
Modal. Bayu 4.000.000
Modal Citra 2.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Realisasi seluruh as et nonkas Pereekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp10.000.000 dengan menggunakan rasio
10

laba dan nugi


20 Mei 20X5
(2) Kewajban 42 000.000
Kas 42.000.000
Pembayaran kepada kreditur eksternal.
30 Mel 20X5
(3) Modal, Aldi 30.000.000
Modal. Bayu 6.000.000
Modal, Citra 12.000.000
Kas 48.000.000
Pembayaran sekaligus kepada para sekutu.

Kasus 2. Persekutuan Masih Solven dan Timbul Defisit pada Akun Modal
Sekutu
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun modal sekutu
terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian yang ditentukan. Defisit
modal dapat terjadi kapan saia selama proses likuidasi. Defisit tersebut dapat
dihilangkan melalui salah satu dari dua cara berikut:
1) Para sekutu menginvestasikan kas atau aset lain untuk mengeliminasikan
defisit modal
2) Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang lain berdasarkan
rasio pembagian

Pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang


mengalami defisit modal. Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan
memiliki kekayaan neto untuk mengeliminasikan defisit modal harus melakukan
investasi tambahan pada persekutuan untuk menutupi defisit tersebut. Di sisi lain, jika
sekutu tersebut secara pribadi tidak solven-yaitu kewajiban pribadi melebihi aset
pribadinya-maka sekutu yang lain menanggung defisit sekutu yang tidak solven
11

dengan mengalokasikannya ke dalam akun modal masing-masing sesuai dengan rasio


pembagian laba dan rugi yang berlaku.
Distribusi sekaligus berikut mengilustrasikan poin-poin ini.
1) Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut adalah sebagai berikut.
Aldi Bayu Citra
Aset Pribadi Rp150.000.000 Rp 12.000.000 Rp 42.000.000
Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)
Kekayaan neto Rp 64.000.000 Rp (4.000.000) Rp 28.000.000

Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih
solven.
1. Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi
masih solven.
2. Asset nonkas persekutuan dijual dengan harga Rp 35.000.000 pada tanggal 15
Mei 20X5 dan kerugian sebesar Rp 55.000.000 dialokasi kan pada akun
modal para sekutu.
3. Kreditor ekstemal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5.
4. Oleh karena bayu secara pribadi tidak solven, maka defisit modal bayu
sebesar Rp12.000.000 dialokasikan kepada sekutu lainnya.
5. Sisa kas sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran sekaligus pada tanggal 30 Mei 20X5.

Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk kasus 2 disajikan pada figur 16-2
Pengamatan dalam ilustrasi ini adalah sebagai berikut :

1. Kerugian sebesar Rp 55.000.000 dari realisasi aktiva nonkas dialokasikan


menurut rasio pembagian laba dan rugi para sekutu, yaitu Aldi 40%, Bayu
40%, dan Citra 20%. Bagian Bayu atas bagian penghapusan asset yaitu
sebesar Rp 22.000.000 menimbulkan defisit akun modal sebesar Rp
12.000.000. Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak mampu untuk
melakukan investasi tambahan untuk menghapus defisit modal.
12

2. Kreditor eksternal dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada pihak sekutu.


3. Defisit Bayu sebesar Rp 12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra
menurut rasio laba rugi yang berlaku. Aldi menanggung dua pertiga (40/60)
dari defisit Bayu dan Citra menganggung sebesar sepertiga (20/60).
4. Distribusi atas defisit Bayu menimbulkan defisit dalam akun modal Citra.
Citra harus memberikan kontribusi Rp 10.000.000 untuk menutupi defisit
modalnya.
5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp
4.000.000
6. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh
akun telah ditutup dan persekutuan secara pebuh telah dilikuidasi dan
dihentikan.
13

Kasus 3. Persekutuan Tidak Solven dan Timbul Defisit pada Akun Modal Sekutu

Sebuah persekutuan tidak solven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan dari
penjualan asset tidak cukup untuk membayar kewajiban persekutuan. Dalam kasus ini
sekutu secara individual bertanggung jawab untuk sisa kewajiban persekutuan yang
belum terbayar. Ilustrasi berikut ini menunjukkan persekutuan yang tidak solven dan
terdapat defisit dalam akun modal salah satu sekutu

1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven, dan Bayu secara pribadi tidak
solven seperti halnya kasus 2.
2. Aktiva nonkas dijual sebesar Rp 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5
3. Kreditor ekstemal dibayar sebesar Rp 40.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5

Laporan realisasi dan lukuidasi persekutuan untuk kasus 3 disajikan dalam figur 16-3.
14

Pengamatan dari ilustrasi ini adalah sebagai berikut,


1. Kerugian sebesar Rp 70.000.000 dialokasikan kepada sekutu menurut rasio
pembagian laba dan rugi yang ada. Alokasi ini menimbulkan defisit akun
modal Bayu sebesar Rp 18.000.000
2. Karena Bayu secara personal tidak solven,maka defisit sebesar Rp 18.000.000
yang ditanggung dialokasikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio
pembagian laba dan rugi antara keduanya, yaitu 40:60 untuk Aldi dan 40:20
untuk Citra. Distribusi defisit Bayu menghasilkan defisit sebesar Rp
6.000.000 untuk Aldi dan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Citra.
3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk menyelesaikan
defisit modal yang masing-masing nilainya Rp 6.000.000.
4. Saldo kas sebesar Rp 42.000.000 yang telah tersedia digunakan untuk
membayar kreditur eksternal.
5. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh
akun yang telah ditutup dan persekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan
dihentikan

Dalam kasus 3, Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk
mengeliminasi defisit modal mereka. Ketika seorang sekutu harus menutupi defisit
modal sekutu lainnya, sekutu yang mampu menutupi dapat menuntut sekutu yang
gagal menutupi defisitnya tersebut. Kegagalan Bayu sebesar Rp. 12.000.000 pada
kasus 2 dan Rp 18.000.000 pada kasus 3, mengharuskan Aldi dan Citra untuk
menutupi modal defisit Bayu. Aldi dan Citra dapat menuntut secara hukum kepada
Bayu dan dimasukkkan sebagai kewajiban pribadi Bayu. Walaupun Bayu secara
pribadi insolven, Aldi dan Citra kemungkinan dapat memperoleh sebagian jumlah
yang ditanggungnya.
15

2.3 LIKUIDASI BERTAHAP


Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi secara umum memerlukan
beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan menyangkut pembayaran secara periodik,
atau cicilan bertahap, kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Kebanyakan
likuidasi persekutuan dilakukan dalam periode yang diperpanjang dengan tujuan
memperoleh jumlah realisasi aset yang sebesar mungkin. Umumnya para sekutu
menerima pembayaran periodik selama likuidasikarena mereka memerlukan dana
tersebut untuk keperluan pribadi.
Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum
likuidasi aset sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati hati
pada saat mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa dimasa
mendatang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing
masing sekutu. Untuk alasan ini panduan praktis berikut dapat digunakan untuk
membantu para akuntan dalam menentukan pembayaran terhadap yang aman kepada
para sekutu:
1. Tidak mendistribusikan kas kepada sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban
likuidasi aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan
seperlunya.
2. Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum
menentukan jumlah uang tunai yang dapat diterima oleh masing masing sekutu:
a. asumsikan bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan sebagai
kerugian, yaitu asumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi
dari penghapusan aset.
b. asumsikanlah bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sekutu tidak
akan didistribusikan kepada sekutu yang tersisa; asumsikan bahwa defisit
tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi maka sisa
kredit pada akun modal menunjukan distribusi asset dan kas yang aman yang
dapat didistribusikan kepada masing masing sekutu dalam jumlah yang terkait.
16

a. Ilustrasi Likuidasi Bertahap


Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus dari persekutuan ABC
sekarang juga digunakan untuk mengilustrasikan likuidasi secara bertahap. Aldi,
Bayu, dan Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka
selama beberapa periode waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara
bertahap selama proses likuidasi.
Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para
sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha adalah sebagai berikut. Persentase
pembagian laba dan rugi masing masing sekutu juga ditunjukkan.

Berikut adalah penjelasan mengenai kasus tersebut.

1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5
adalah sebagai berikut.

Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan aldi dan citra secara pribadi
masih solven.
17

2. Ast non kas persekutuan dijual sebagai berikut.

3. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei.


4. Para sekutu bersepakat untuk menyimpan cadangan tunai sebesar Rp.
10,000,000 selama proses likuidasi yang digunakan untuk membayar beban
likuidasi yang mungkin timbul.
5. Para sekutu bersepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir
setiap bulan; yaitu likuidasi bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Mei dan
30 Juni. Distribusi kas terakhir pada para sekutu akan dilakukan pada tanggal
31 Juli 20X5, yaitu akhir proses likuidasi.

Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan dan likuidasi bertahap persekutuan ABC
disajikan pada figur 16-4.

Transaksi selama bulan Mei 20X5


Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar
Rp.5.000.000 kepada setiap sekutu. Prosedur yang digunakan untuk menghasilkan
jumlah ini adalah sebagai berikut.

1. Penjualan aset yang bernilai Rp.55.000.000 menghasilkan kerugian sebesar


Rp.10.000.000 yang didistribusikan kepada ketiga sekutu berdasarkan rasio
pembagian laba dan rugi.
2. Pembayaran sebesar Rp. 42.000.000 dilakukan kepada kreditur eksternal atas
kewajiban yang diketahui.
3. Kas yang tersedia didistribusikan pada tanggal 31 Mei 20X5.
18

Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada
para sekutu, pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi aset
tersisa dimasa depan. Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi,
sisa aset yang bernilai Rp.35.000.000 menimbulkan keugian total. Sebelum
melakukan distribusi kas kepada para sekutu, akuntan menyusun skedul pembayaran
aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Figur 16-5
menunjukkan skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 31 Mei 20X5.
Skedul ini dimulai dengansaldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31
Mei. Skedul ini secara logika hanya menggunakan akun – akun modal yang berasal
dari persaman akuntansi : aset – kewajiban = saldo modal sekutu. Jadi, misalnya
terjadi kenaikan kewajiban yang membuat aset neto berkurang, keseimbangan
persamaan akuntansi juga akan menghasilakan penurunan total modal para sekutu.
Karena hanya akun modal sekutu yang akan menjadi fokus pembayaran kepada
sekutu, tidak perlu memasukkan atau merinci seluruh aset dan kewajiban kedalam
skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup seluruh informasi
yang diperlukan agar para sekutu mengetahui berapa besar kas yang akan mereka
terima setiap tanggal distribusi kas.
Aldi, citra dan bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar
Rp.10.000.000 untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai
tambahan, aset nonkas memilki saldo sebesar Rp.35.000.000 pada tanggal 31 Mei.
Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total atas nonkas dan beban likuidasi sebesar
Rp.10.000.000 menimbulkan total pembebanan sebesar Rp.45.000.000 yang harus
didistribusikan terhadap akun modal para sekutu. Akun modal aldi, bayu dan citra
dikenakan beban masing – masing Rp. 18.000.000, Rp.18.000.000, Rp.9.000.000
untuk bagian dari kerugian sebesar Rp.45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan
perkiraan defisit dalam akun modal bayu. Ingat, ini bukanlah defisit akrual yang
harus ditutup. Ini hanyaah hasil dari penerapan asumsi kasus terburuk.
Dengan melanjutkan perencanaan kasus terburuk, pihak akuntan
mengamsumsikan bahwa bayu tidal solven (yang meman demikian dalam contoh ini)
dan mendestribusikan perkiraan defisit dalam akun modal bayu kepada aldi dan citra
19

sesuai dengan rasio pembagian laba dab rugi yaitu 40:60 untuk aldi dan 20:60 untuk
citra. Saldo kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman dapat
didistribusikan kepada para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan
dalam figur 16-5. Kas yang tersedia sebesar Rp.3.000.000 didistribusikan kepada
aldi. Saldo akhir seharusnys menunjukkan kesamaan jumlah aset dan ekuitas pada
persamaan akuntansi. Jika kesamaan tidak berwujud, maka kemungkinan telah terjadi
kesalahan yang harus dikoreksi sebelum berlanjut pada langkah berikut. Pada tanggal
31 Mei, setelah distribusi bertahap dilakukan, persamaan akuntansi akan menjadi :

Transaksi selama bulan Juni 20X5


Figur 16-4 dengan transaksi untuk bulan juni 20X5, yaitu sebagai berikut .

1. Aset nonkas sebesar Rp.30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan


kerugian sebesar Rp.15.000.000. kerugian tersebut didistribusikan kepada
para sekutu menurut rasio pembagian laba dan rugi, yang menghasilkan saldo
modal Bayu sebesar nol.
2. Pada tanggal 30 Juni 20X5, kas yang tersedia didistribusikan kepada para
sekutu sebagau pembayaran bertahap.

Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 dalam figur
16-5 menunjukkan sebagaimana jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk
mengamsumsi bahwa aset nonkas tersisa yang bernilai Rp.5.000.000 harus
dihapuskan menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp. 10.000.000
sepenuhnya akan digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian.
20

Sebesar Rp.15.000.000 ini dialokasikan kepada para sekutu sesuai dengan


resiko pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.6.000.000
dalam akun moda Bayu. Dengan melanjutkan skenario kasus terburuk ini,
diasumsikan bahwa bayu tidak dapat menghilangkan saldo debit dalam modal ini,
oleh karena itu, potensi defisit sebesar Rp.6.000.000 ini dialokasikan kepada aldi dan
citramenurut rasio pembagia laba dan rugi yang akan terjadi yaitu 40:60 untuk aldi
dan 20:60 untuk citra. Saldo kredit yang terjadi dalam akun modal para sekutu
menunjukkan jumlah aman kas yang akan didistribusikan. Hanya kas sebesar
Rp.15.000.000 dari saldo kas yang tersedia yang akan didistribusikan kepada Aldi
dan Citra pada tanggal 30 Juni, sebagaiman diperlihatkan dalam figur 16-4.
21

Transaksi selama bulan Juli 20X5


Bagian transaksi figur 16-4 menunjukkan penyeesaian transaksi likuidasi selama
bulan Juli 20X5.

1. Aset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya Rp.5.000.000.


2. Biaya likuidasi akrual sebesar Rp.7.500.000 dibayar dan dialokasikan kepada
para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga
menimbulkan defisit sebesar Rp.3.000.000 dalam akun modal Bayu. Sisa
sebesar Rp.2.500.000 dari cadangan Rp. 10.000.000 untuk beban yang
dikeluarkan agar dapat didistribusikan kepada para sekutu.

FIGUR 16 – 5
Skedul Pembayaran Aman pada Para Sekutu dalam Likuidasi Bertahap

PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu

Saldo modal

Aldi Bayu Citra


40% 40% 20%
Skedul 1, 31 Mei 20X5
Perhitungan Distribusi Kas Yang Tersedia per 31 Mei
20X5
- -
-Rp6.000.000
Saldo Modal, 31 Mei Sebelum Distribusi Rp30.000.000 Rp12.000.000
Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp35.000.000 atas
sisa
aset nonkas dan Rp18.000.000 Rp18.000.000 Rp9.000.000
kemungkinan terjadinya beban likuidasi di masa datang
Rp10.000.000
-
Rp12.000.000 -Rp3.000.000
Rp12.000.000
Asumsikan potensi defisit modal Bayu harus ditanggung -
oleh Aldi dan Citra Rp12.000.000
40/60 x Rp12.000.000 Rp8.000.000
20/60 x Rp12.000.000 Rp4.000.000
-Rp4.000.000 Rp0 Rp1.000.000
Asumsikan defisit modal Citra harus ditanggung oleh Rp1.000.000 -Rp1.000.000
22

Aldi
pembayaran aman kepada sekutu, 31 Mei -Rp3.000.000 Rp0 Rp0

Skedul 2, 30 Juni 20X5


Perhitungan Distribusi Kas Yang Tersedia per 30 Juni
20X5
-
Rp0 -Rp9.000.000
Saldo Modal, 30 Juni Sebelum Distribusi Rp21.000.000
Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp5.000.000 atas
sisa
aset nonkas dan Rp6.000.000 Rp6.000.000 Rp3.000.000
kemungkinan terjadinya beban likuidasi di masa datang
Rp10.000.000
-
Rp6.000.000 -Rp6.000.000
Rp15.000.000
Asumsikan potensi defisit modal Bayu harus ditanggung
-Rp6.000.000
oleh Aldi dan Citra
40/60 x Rp6.000.000 Rp4.000.000
20/60 x Rp6.000.000 Rp2.000.000
-
Rp0 -Rp4.000.000
Pembayaran aman kepada sekutu 30 Juni Rp11.000.000

3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan
kontribusi kepada persekutuan, maka defisit sebesar Rp3.000.000 tersebut
didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan
rugl. Perhatikan bahwa ini merupakan defisit aktual, bukan perkiraan defisit.
4. Sisa kin sebesar Rp7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut
saldo modal masing masing. Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akun
akan menjadi nol. Yang mengindikasikan penyelesaian proses likuidasi.

b. Rencana Distribusi Kas


Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun
rencana distribusi kas yang memberikan gambaran kepada pura sekutu mengenai
pembayaran kas bertahap yang akan diterima oleh masing-masing pada saat telah
tersedia kas dalam persekutuan. Distribusi bertahap aktual ditentukan dengan
menggunakan laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul
23

pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang ditunjukkan pada bagian
akhir bab ini. Rencana distribusi kas merupakan proyeksi pro forma penggunaan
kas, apabila telah tersedia uang tunai.

c. Kemampuan Menanggung Kerugian


Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah
kemampuan menanggung kerugian (loss absorption power – LAP). LAP
seorang sekulu diartikan sebagai kerugian maksimum yang dapat terjadi dalam
persekutuan sebelum saldo akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan
menanggung kerugian merupakan fungsi dari dua elemen, yaitu:

Saldo akun modal sekutu


LAP =
Bagian laba dan rugi sekutu

Sebagai contoh, pada 1 Mel 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar
Rp34.000.000 dan 40 persen dari bagian laba dan rugi persekutuan ABC. LAP
Aldi adalah:

Rp34.000.000
LAP = = Rp85.000.000
0,40

Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan aset nonkas atau beban likuidasi
tambahan sebesar Rp85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun
modal Aldi dengan perhitungan sebagai berikut.

Rp85.000.000 x 0,40 = Rp34.000.000


24

• Ilustrasi Rencana Distribusi kas

Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun-
akun neraca Persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, yaitu hari saat para
sekutu memutuskan melikuidasi usaha, disajikan sebagai berikut.

Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Kewajiban Rp 42.000.000
Modal Aldi (40%) 34.000.000
Modal Bayu (40%) 10.000.000
Modal Citra (20%) 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000

Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk
menentukan distribusi pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana
seperti itu selalu memberikan pembayaran kreditur eksternal sebelum distribusi
dapat dilakukan kepada para sekutu. Figur 16-6 menunjukkan rencana distribusi
kas per tanggal 1 Mei, yang merupakan tanggal awal proses likuidasi.

Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut.


1. Kemampuan menanggung kerugian masing-masing sekutu dihitung ketika
saldo moda sebelum likuidasi dibagi dengan persentase pembagian mugi para
sekutu. Aldi meni LAP tertinggi (Rp85.000.000), Citra memiliki angka
tertinggi berikutnya (Rp70.000.000 dan Bayu memiliki angka terendah
(Rp25.000.000). LAP masing-masing sekulu merupakan jumlah kerugian
yang akan menghapuskan secara total saldo kredit modal nctonya. Adul
25

adalah sekutu yang paling tidak rentan untuk mengalami kerugian dan Bayu
adalah yang paling rentan terhadap kerugian
2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima
pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para kreditur Aldiakan nenjadi
satu-satunya sekutu yang menerima kus hingga LAP menurun ke tingkat
sekutu tertinggi berikutnya, yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar
Rp15.000.000 membutuhkan pembayaran sebesar Rp6.000.000
(Rp15.000.000 x 0.40) kepada Aldi, Setelah pembayaran sebesar Rp6.000.000
kepada Aldi, kemampuan menanggung kerugian yang baru akan sama dengan
Citra, yang ditung dengan saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp28 000
000 dibagi dengan persentase pembagian laba dan rugi sebesar 40 persen
(Rp28.000.000/0,40 = Rp70.000.000
3. LAP Aldi dan Citra sekarang akan seimbang dan mereka menerima distribusi
kas hingga LAP masing masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu
sebesar Rp25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP
Rp45.000.000 (Rp70.000.000 - Rp25.000.000) dengan rasio pembagian rugi
kedua sekutu menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar
dapat dibayarkan dengan aman kepada masing-masing sekutu. Aldi dan citra
akan menerima distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan
tersedianya kas sebesar Rp. 27.000.000, maka yang akan didistribusikan
kepada aldi dan citra masing – masing adalah menurut rasio 40;60 untuk aldi
dan 20;60 untuk citra.
4. Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka
sisa kas yang tersedia akan didistribusikan menurut rasio pembagian rugi
masing-masing sekutu.
26

Ringkasan rencana distribusi kas yang dapat dilihat pada bagian bawah figur
16-6 ditunjukkan pada masing masing sekutu. Dari ringkasan ini sekutu mampu
menunjukkan jumlah relatif yang akan diterima masing – masing apabila telah
tersedia as pada persekutuan.

Figur 16-7 menunjukkan pada saldo akun modal masing – masing sekutu dalam
persekutuan ABC selama priode likuidasi bertahap pada tanggal 1Mei 20X5.
Pembayaran secara bertahap kepada sekutu dihitung dalam laporan realisasi dan
likuidasi persekutuan (figur 16-4) dengan menggunakan skedul distribusi aman
kepada para sekutu (figur 16-5). Figur 16-7 menunjukkan bahwa distribusi akrual kas
27

yang tersedia telah sesuai dengan rencana distribusi kas yang telah dipersiapkan pada
awal proses likuidasii.

2.4 PEMBAHASAN TAMBAHAN


a. Pengubahan persekutuan menjadi perseroan
Seiring dengan perkembangan persekutuan, para sekutu dapat memutuskan
dan mengubah bentuk usaha menjadi perseroan agar dapat memperoleh akses
pendanaan ekuitas tambahan, mengatasi tanggung jawab pribadi, mendapatkan
keuntungan pajak tertentu atau untuk mencapai tujuan usaha lain yang cukup
berat. Pada saat pembentukan perseroan, persekutuan diberhentikan, sedangkan
aset dan kewajiban direvaluasi menjadi sebesar nilai pasar. Keuntungan dan
28

kerugian revaluasi yang timbul dialokasikan pada akun modal para sekutu sesuai
dengan rasio pembagian laba dan rugi.

Modal saham pada perseroan yang baru kemudian didistribusikan secara


proporsional pada akun modal para sekutu. Entitas bisnis terpisah persekutuan
harus menutup catatan akuntansinya dan perseroan, sebagai entitas baru, harus
membuka catatan akuntansi yang baru untuk mencatat penerbitan modal saham ke
para sekutu persekutuan sebelumnya.

Neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana


ditunjukkan sebelumnya, digunakan untuk mengilustrasikan perubahan
persekutuan menjadi perseroan, misalkan para sekutu bersepakat untuk mengubah
persekutuan menjadi perseroan, dan bukan melakukan likuidasi sebagaimana yang
dijelaskan pada bab ini.

Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari
persekutuan menjadi perseroan, seluruh aset dan kewajiban harus diperiksa dan
dinilai berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus
didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi
masing masing sekutu. Misalkan aset non kas memiliki nilai pasar sebesar Rp.
80.000.000. kerugian nilai pasar sebesar Rp.10.000.000 dialokasikan kedalam
akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan sebagai berikut

Tentu saja dalam praktiknya, akunaset tentulah yang akan digunakan, bukan
klasifikasi umum sepeti aset non kas. Keuntungan atas revaluasi aset juga dapat
terjadi jika sebuah persekutuan yang sukses memilih untuk berubah menjadi
perseroan.
29

Aset neto persekutuab mempunyai nilai wajar Rp.48.000.000


(Rp.90.000.000 dikurangi Rp.42.000.000 kewajiban). Perseroan menerbitkan
4.600 lembar saham biasa dengan nilai par Rp.1.000per lembar untuk ditukar
dengan aset dan kewajiban persekutuan ABC. Ayat jurnal yang dibuat PT. Induk
untuk memperoleh aset dan kewajiban persekutuan yang ditukar dengan
penerbitan 4.600 lembar saham sebagai berikut:

Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada berikut ini pada buku
persekutuan :

Ingatlah kembali bahwa aset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga


menjadi nilai wajar dalam ayat jurnal (4) di atas. Untuk mendistribusikan saham
kepada para sekutu dan menutup buku persekutuan ayat jurnal final adakah
sebagai berikut :
30

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang
meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagaian harta yang
tersisa kepada para sekutu. Tujuan utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk
melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta perusahaan yang dibubarkan
tersebut.
Likuidasi dapat dilakukan dengan cara sekaligus dan juga bertahap. Likuidasi
dilaksanakan dengan penyusunan laporan realisasi dan likuidasi persekutuan, yang
merupakan kertas kerja berisi ringkasan proses likuidasi dan bermanfaat sebagai
dasar untuk ayat jurnal pencatatan beberapa peristiwa.
Konsep kemampuan menanggung kerugian (LAP) merupakan hal yang paling
penting dalam perkembangan rencana distribusi kas. Kemampuan menanggung
jumlah kerugian persekutuan harus dihilangkan dengan saldo kredit modal para
sekutu. Kemampuan menanggung kerugian ini ditentukan dengan membagi saldo
kredit modal neto sekutu dengan rasio pembagian laba dan ruginya.
31

DAFTAR PUSTAKA

E. Baker, Richard, dkk. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Buku 2. 2010. Jakarta:


Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai