PERSEKUTUAN: LIKUIDASI
DISUSUN OLEH :
1. Regina Cahyani (170301006)
2. Mia Wiliani (170301007)
3. Yunaldi Ermanis (170301008)
4. Hanika (170301009)
5. Putri Aska Pratiwi (170301010)
6. Indra Isnaidi (170301013)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Telaah Umum Tentang Likuidasi Persekutuan ..............................................3
2.2 Likuidasi Sekaligus .......................................................................................5
2.3 Likuidasi Bertahap ....................................………………………………...15
2.4 Pembahasan Tambahan ..........................................................……………..27
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 30
3.1 Simpulan ......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui likuidasi persekutuan.
2. Untuk mengetahui perhitungan Likuidasi sekaligus.
3. Untuk mengetahui perhitungan Lukuidasi secara bertahap.
4. Untuk mengetahui cara Persekutuan menjadi Perseroan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pembubaran (Dissolution)
Pembubaran merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang
dapat menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnis persekutuan adalah sebagai
berikut:
1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan
pemberitahuan pengunduran diri dari sekutu. Pengunduran diri sewaktu-waktu
ini dapat terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk pemahaman secara lisan
diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang
diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian seperti ini yang
dapat menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukkan, misalnya,
4
proses terminasi. Jumlah yang tersisa kemudian dibayar, dalam bentuk kas, kepada
para sekutu sehubungan dengan hak mereka dalam distribusi likuídasi
b. Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan kewajiban
persekutuan yang diketahui. Nama dan alamat kreditur serta jumlah yang terutang
dari masing-masing pihak harus dicatat. Sebagaimana umumnya terjadi, kreditur
yang belum terjadwal akan diketahui selama proses likuidasi. Proses likuidasi juga
melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum dan akuntansi tambahan.
Persekutuan juga menanggung biaya penghentian usaha, seperti biaya iklan khusus
dan biaya mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan
terhadap akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
. 1 Mel 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas Rp 90.000.000
Kewajiban Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) Rp 34.000.000
Modal, Bayu (40%) Rp 10.000 000
Modal, Citra (20%) Rp 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
8
Tiga kasus berikut ini menunjukkan konsep likuldasi persekutuan yang digunakan
secara umum. Masing-masing dimulai dengan neraca saldo Persekutuan ABC per
tanggal 1 Mei 20X5. Jumlah kas yang direalisasikan dari penghapusan aset nonkas
berbeda untuk masing-masing dari ketiga kasus ini dan pengaruh realisasi yang
berbeda tersebut disajikan dalam laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk
setiap kasus.
Kasus 1: Persekutuan Masih Solven dan Tidak Terdapat Defisit dalam Akun
Modal Sekutu
Aset non kas dijual dengan harga Rp80.000.000 pada tanggal 1 Mei 20X5
dengan kerugian Rp10.000,000. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp42.000.000
pada tanggal 20 Mei dan sisa kas sebesar Rp48.000.000 didistribusikan kepada para
sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi untuk Kasus 1 disajikan dalam Figur 16-1.
Perhatikan bahwa tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan jumlah kredit
dalam kertas kerja yang digunakan. Laporan ini berisi hanya akun-akun neraca di tiap
kolom, di mana seluruh aset nonkas disajikan dalam satu akun. Pada saat unit usaha
melakukan likuidasi, hanya akun-akun neraca yang merupakan akun relevan;
sedangkan laporan laba rugi adalah untuk kelangsungan usaha. Proses likuidasi
disajikan berdasarkan urutan kejadian dalam baris-baris kertas kerja. Jadi, kertas kerja
mencakup seluruh proses realisasi dan likuidasi serta merupakan dasar ayat jurnal
untuk mencatat proses likuidasi.
Observasi penting lainnya adalah sebagai berikut.
1) Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5.
9
Laporan realisasi dan likuidasi peraekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang
mencat
proses likuidasi sebagai berikut.
16 Mei 20X5
(1) Kas 80.000.000
Modal. Aldi 4.000.000
Modal. Bayu 4.000.000
Modal Citra 2.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Realisasi seluruh as et nonkas Pereekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp10.000.000 dengan menggunakan rasio
10
Kasus 2. Persekutuan Masih Solven dan Timbul Defisit pada Akun Modal
Sekutu
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun modal sekutu
terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian yang ditentukan. Defisit
modal dapat terjadi kapan saia selama proses likuidasi. Defisit tersebut dapat
dihilangkan melalui salah satu dari dua cara berikut:
1) Para sekutu menginvestasikan kas atau aset lain untuk mengeliminasikan
defisit modal
2) Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang lain berdasarkan
rasio pembagian
Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih
solven.
1. Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi
masih solven.
2. Asset nonkas persekutuan dijual dengan harga Rp 35.000.000 pada tanggal 15
Mei 20X5 dan kerugian sebesar Rp 55.000.000 dialokasi kan pada akun
modal para sekutu.
3. Kreditor ekstemal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5.
4. Oleh karena bayu secara pribadi tidak solven, maka defisit modal bayu
sebesar Rp12.000.000 dialokasikan kepada sekutu lainnya.
5. Sisa kas sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran sekaligus pada tanggal 30 Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk kasus 2 disajikan pada figur 16-2
Pengamatan dalam ilustrasi ini adalah sebagai berikut :
Kasus 3. Persekutuan Tidak Solven dan Timbul Defisit pada Akun Modal Sekutu
Sebuah persekutuan tidak solven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan dari
penjualan asset tidak cukup untuk membayar kewajiban persekutuan. Dalam kasus ini
sekutu secara individual bertanggung jawab untuk sisa kewajiban persekutuan yang
belum terbayar. Ilustrasi berikut ini menunjukkan persekutuan yang tidak solven dan
terdapat defisit dalam akun modal salah satu sekutu
1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven, dan Bayu secara pribadi tidak
solven seperti halnya kasus 2.
2. Aktiva nonkas dijual sebesar Rp 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5
3. Kreditor ekstemal dibayar sebesar Rp 40.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5
Laporan realisasi dan lukuidasi persekutuan untuk kasus 3 disajikan dalam figur 16-3.
14
Dalam kasus 3, Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk
mengeliminasi defisit modal mereka. Ketika seorang sekutu harus menutupi defisit
modal sekutu lainnya, sekutu yang mampu menutupi dapat menuntut sekutu yang
gagal menutupi defisitnya tersebut. Kegagalan Bayu sebesar Rp. 12.000.000 pada
kasus 2 dan Rp 18.000.000 pada kasus 3, mengharuskan Aldi dan Citra untuk
menutupi modal defisit Bayu. Aldi dan Citra dapat menuntut secara hukum kepada
Bayu dan dimasukkkan sebagai kewajiban pribadi Bayu. Walaupun Bayu secara
pribadi insolven, Aldi dan Citra kemungkinan dapat memperoleh sebagian jumlah
yang ditanggungnya.
15
1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5
adalah sebagai berikut.
Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan aldi dan citra secara pribadi
masih solven.
17
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan dan likuidasi bertahap persekutuan ABC
disajikan pada figur 16-4.
Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada
para sekutu, pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi aset
tersisa dimasa depan. Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi,
sisa aset yang bernilai Rp.35.000.000 menimbulkan keugian total. Sebelum
melakukan distribusi kas kepada para sekutu, akuntan menyusun skedul pembayaran
aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Figur 16-5
menunjukkan skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 31 Mei 20X5.
Skedul ini dimulai dengansaldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31
Mei. Skedul ini secara logika hanya menggunakan akun – akun modal yang berasal
dari persaman akuntansi : aset – kewajiban = saldo modal sekutu. Jadi, misalnya
terjadi kenaikan kewajiban yang membuat aset neto berkurang, keseimbangan
persamaan akuntansi juga akan menghasilakan penurunan total modal para sekutu.
Karena hanya akun modal sekutu yang akan menjadi fokus pembayaran kepada
sekutu, tidak perlu memasukkan atau merinci seluruh aset dan kewajiban kedalam
skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup seluruh informasi
yang diperlukan agar para sekutu mengetahui berapa besar kas yang akan mereka
terima setiap tanggal distribusi kas.
Aldi, citra dan bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar
Rp.10.000.000 untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai
tambahan, aset nonkas memilki saldo sebesar Rp.35.000.000 pada tanggal 31 Mei.
Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total atas nonkas dan beban likuidasi sebesar
Rp.10.000.000 menimbulkan total pembebanan sebesar Rp.45.000.000 yang harus
didistribusikan terhadap akun modal para sekutu. Akun modal aldi, bayu dan citra
dikenakan beban masing – masing Rp. 18.000.000, Rp.18.000.000, Rp.9.000.000
untuk bagian dari kerugian sebesar Rp.45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan
perkiraan defisit dalam akun modal bayu. Ingat, ini bukanlah defisit akrual yang
harus ditutup. Ini hanyaah hasil dari penerapan asumsi kasus terburuk.
Dengan melanjutkan perencanaan kasus terburuk, pihak akuntan
mengamsumsikan bahwa bayu tidal solven (yang meman demikian dalam contoh ini)
dan mendestribusikan perkiraan defisit dalam akun modal bayu kepada aldi dan citra
19
sesuai dengan rasio pembagian laba dab rugi yaitu 40:60 untuk aldi dan 20:60 untuk
citra. Saldo kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman dapat
didistribusikan kepada para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan
dalam figur 16-5. Kas yang tersedia sebesar Rp.3.000.000 didistribusikan kepada
aldi. Saldo akhir seharusnys menunjukkan kesamaan jumlah aset dan ekuitas pada
persamaan akuntansi. Jika kesamaan tidak berwujud, maka kemungkinan telah terjadi
kesalahan yang harus dikoreksi sebelum berlanjut pada langkah berikut. Pada tanggal
31 Mei, setelah distribusi bertahap dilakukan, persamaan akuntansi akan menjadi :
Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 dalam figur
16-5 menunjukkan sebagaimana jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk
mengamsumsi bahwa aset nonkas tersisa yang bernilai Rp.5.000.000 harus
dihapuskan menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp. 10.000.000
sepenuhnya akan digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian.
20
FIGUR 16 – 5
Skedul Pembayaran Aman pada Para Sekutu dalam Likuidasi Bertahap
PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu
Saldo modal
Aldi
pembayaran aman kepada sekutu, 31 Mei -Rp3.000.000 Rp0 Rp0
3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan
kontribusi kepada persekutuan, maka defisit sebesar Rp3.000.000 tersebut
didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan
rugl. Perhatikan bahwa ini merupakan defisit aktual, bukan perkiraan defisit.
4. Sisa kin sebesar Rp7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut
saldo modal masing masing. Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akun
akan menjadi nol. Yang mengindikasikan penyelesaian proses likuidasi.
pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang ditunjukkan pada bagian
akhir bab ini. Rencana distribusi kas merupakan proyeksi pro forma penggunaan
kas, apabila telah tersedia uang tunai.
Sebagai contoh, pada 1 Mel 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar
Rp34.000.000 dan 40 persen dari bagian laba dan rugi persekutuan ABC. LAP
Aldi adalah:
Rp34.000.000
LAP = = Rp85.000.000
0,40
Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan aset nonkas atau beban likuidasi
tambahan sebesar Rp85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun
modal Aldi dengan perhitungan sebagai berikut.
Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun-
akun neraca Persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, yaitu hari saat para
sekutu memutuskan melikuidasi usaha, disajikan sebagai berikut.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Kewajiban Rp 42.000.000
Modal Aldi (40%) 34.000.000
Modal Bayu (40%) 10.000.000
Modal Citra (20%) 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk
menentukan distribusi pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana
seperti itu selalu memberikan pembayaran kreditur eksternal sebelum distribusi
dapat dilakukan kepada para sekutu. Figur 16-6 menunjukkan rencana distribusi
kas per tanggal 1 Mei, yang merupakan tanggal awal proses likuidasi.
adalah sekutu yang paling tidak rentan untuk mengalami kerugian dan Bayu
adalah yang paling rentan terhadap kerugian
2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima
pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para kreditur Aldiakan nenjadi
satu-satunya sekutu yang menerima kus hingga LAP menurun ke tingkat
sekutu tertinggi berikutnya, yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar
Rp15.000.000 membutuhkan pembayaran sebesar Rp6.000.000
(Rp15.000.000 x 0.40) kepada Aldi, Setelah pembayaran sebesar Rp6.000.000
kepada Aldi, kemampuan menanggung kerugian yang baru akan sama dengan
Citra, yang ditung dengan saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp28 000
000 dibagi dengan persentase pembagian laba dan rugi sebesar 40 persen
(Rp28.000.000/0,40 = Rp70.000.000
3. LAP Aldi dan Citra sekarang akan seimbang dan mereka menerima distribusi
kas hingga LAP masing masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu
sebesar Rp25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP
Rp45.000.000 (Rp70.000.000 - Rp25.000.000) dengan rasio pembagian rugi
kedua sekutu menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar
dapat dibayarkan dengan aman kepada masing-masing sekutu. Aldi dan citra
akan menerima distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan
tersedianya kas sebesar Rp. 27.000.000, maka yang akan didistribusikan
kepada aldi dan citra masing – masing adalah menurut rasio 40;60 untuk aldi
dan 20;60 untuk citra.
4. Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka
sisa kas yang tersedia akan didistribusikan menurut rasio pembagian rugi
masing-masing sekutu.
26
Ringkasan rencana distribusi kas yang dapat dilihat pada bagian bawah figur
16-6 ditunjukkan pada masing masing sekutu. Dari ringkasan ini sekutu mampu
menunjukkan jumlah relatif yang akan diterima masing – masing apabila telah
tersedia as pada persekutuan.
Figur 16-7 menunjukkan pada saldo akun modal masing – masing sekutu dalam
persekutuan ABC selama priode likuidasi bertahap pada tanggal 1Mei 20X5.
Pembayaran secara bertahap kepada sekutu dihitung dalam laporan realisasi dan
likuidasi persekutuan (figur 16-4) dengan menggunakan skedul distribusi aman
kepada para sekutu (figur 16-5). Figur 16-7 menunjukkan bahwa distribusi akrual kas
27
yang tersedia telah sesuai dengan rencana distribusi kas yang telah dipersiapkan pada
awal proses likuidasii.
kerugian revaluasi yang timbul dialokasikan pada akun modal para sekutu sesuai
dengan rasio pembagian laba dan rugi.
Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari
persekutuan menjadi perseroan, seluruh aset dan kewajiban harus diperiksa dan
dinilai berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus
didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi
masing masing sekutu. Misalkan aset non kas memiliki nilai pasar sebesar Rp.
80.000.000. kerugian nilai pasar sebesar Rp.10.000.000 dialokasikan kedalam
akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan sebagai berikut
Tentu saja dalam praktiknya, akunaset tentulah yang akan digunakan, bukan
klasifikasi umum sepeti aset non kas. Keuntungan atas revaluasi aset juga dapat
terjadi jika sebuah persekutuan yang sukses memilih untuk berubah menjadi
perseroan.
29
Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada berikut ini pada buku
persekutuan :
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang
meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagaian harta yang
tersisa kepada para sekutu. Tujuan utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk
melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta perusahaan yang dibubarkan
tersebut.
Likuidasi dapat dilakukan dengan cara sekaligus dan juga bertahap. Likuidasi
dilaksanakan dengan penyusunan laporan realisasi dan likuidasi persekutuan, yang
merupakan kertas kerja berisi ringkasan proses likuidasi dan bermanfaat sebagai
dasar untuk ayat jurnal pencatatan beberapa peristiwa.
Konsep kemampuan menanggung kerugian (LAP) merupakan hal yang paling
penting dalam perkembangan rencana distribusi kas. Kemampuan menanggung
jumlah kerugian persekutuan harus dihilangkan dengan saldo kredit modal para
sekutu. Kemampuan menanggung kerugian ini ditentukan dengan membagi saldo
kredit modal neto sekutu dengan rasio pembagian laba dan ruginya.
31
DAFTAR PUSTAKA