Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AKUNTANSI KONSOLIDASI

Dosen Pengampu: Bpk. Mohammad Ridwan, SE., M.AK., AK.

Disusun oleh:

1. Nila Kholissotun Nikmah (E2B020304)


2. Nadya Nuryana (E2B020314)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI S1

AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Karena berkat petunjuk dam bimbingan-Nya,
penulis berhasil menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mengalami kesulitan. Namun
berkat bantuan dam bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Akuntansi Konsolidasi yang
berjudul “LIKUIDASI PERSEKUTUAN”, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran di masa yang akan datang.

Amin.

Semarang, 27 Mei 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN MASALAH.....................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN LIKUIDASI...............................................................................................6
2.2 TUJUAN LIKUIDASI.........................................................................................................6
2.3 TAHAP-TAHAP LIKUIDASI............................................................................................7
2.4 PROSES LIKUIDASI..........................................................................................................9
2.5 CONTOH SOAL................................................................................................................10
2.6 PENGUNDURAN DIRI ATAU DISASOSIASI (DISSOCIATION)..............................16
BAB III..........................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................18
DAFTAR ISI................................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Beam (2000, hal 625), disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan sekutu
yang menyebabkan berhentinya persekutuan secara hukum. Dengan disolusi, persekutuan tetap
bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti atau bubar secara
bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.Likuidasi merupakan proses
atau cara akibat terjadinya pembubaran atau perubahan terhadap perusahaan yang mengalami
kerugian yang sangat besar jumlahnya dan tidak mampu untuk membayar segala kerugian
tersebut. Sehingga perusahaan tersebut dengan terpaksa memberhentikan untuk sementara waktu
kegiatan dan kinerja perusahaannya agar tidak menimbulkan risiko-risiko yang mungkin saja
dapat terjadi, Risiko merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan
merupakan faktor penting dalam dunia bisnis. Risiko merupakan kemungkinan penyimpangan
harapan yang tidak menguntungkan, yaitu ketidakpastian suatu peristiwa yang tidak
diinginkan.Pembubaran persekutuan dapat disebabkan oleh:

1. Salah seorang sekutu menghendaki pembubaran


2. Salah seorang sekutu meninggal dunia, dan ahli warisnya tidak menyetujui untuk
melanjutkan persekutuan
3. Perselisihan intern diantara sekutu
4. Salah seorang sekutu dinyatakan pailit

Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta pailit.
Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan AtasUndang-
Undang tentang Kepailitan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud likuidasi?
2. Apa saja tujuan likuidasi?
3. Bagaimana tahap-tahap likuidasi?
4. Bagaimana proses likuidasi?
5. Bagaimana pengunduran diri atau disasosiasi?

4
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian likuidasi
2. Untuk mengetahui tujuan likuidasi
3. Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap likuidasi
4. Untuk mengetahui proses likuidasi
5. Untuk mengetahui pengunduran diri atau disasosiasi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LIKUIDASI

Disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan sekutu yang menyebabkan berhentinya


persekutuan secara hukum. Dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan
perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti atau bubar secara bisnis. Berhentinya
persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi. Kondisi yang mendasari likuidasi :

1) Salah seorang sekutu menghendaki pembubaran


2) Salah seorang sekutu meninggal dunia, dan ahli warisnya tidak menyetujui untuk
melanjutkan persekutuan
3) Perselisihan intern diantara sekutu
4) Salah seorang sekutu dinyatakan pailit Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan
pengurusan dan pemberesan atas harta pailit.

Saat persekutuan mengakhiri usaha, biasanya akan dilakukan penjualan aset, pembayaran
ke kreditur, dan pembagian sisa kas atau aset lainnya ke rekan‐rekan persekutuan. Proses
semacam ini disebut likuidasi (liquidation) persekutuan. Meskipun likuidasi mengacu pada
pembayaran liabilitas, sering kali juga mencakup proses mengakhiri usaha secara keseluruhan.
Saat persekutuan mengakhiri usaha dan kegiatan operasi normal tidak dijalankan. akun ‐akun
harus disesuaikan dan tditutup. Akun yang dibiarkan terbuka hanya akun aset, aset kontra,
liabilitas, dan ekuitas pemilik.

2.2 TUJUAN LIKUIDASI

Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang tentang Kepailitan. Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi
persekutuan dibuat bertingkat sesuai prioritas: 1) jumlah yang terhutang kepada negara. 2)
jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu. 3) jumlah yang dipinjam dari sekutu
selain untuk modal dan laba. 4) jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai
kepemilikannya. Meskipun terdapat urutan prioritas tersebut diatas, namun bukan berarti jika
terdapat kas yang akan dibagikan
6
kepada sekutu (distribusi kas) pasti dibagikan kepada sekutu atas bagian pinjaman kepada sekutu
yang bersangkutan, tetapi pada saat likuidasi maka kedudukan pinjaman dari sekutu/loan dan
modal sekutu yang bersangkutan adalah setingkat untuk menghitung hak sekutu yang
bersangkutan. Setelah melalui perhitungan yang tertuang dalam skedul pembayaran kas, maka
kas yang dibagikan kepada masing-masing sekutu barulah dibedakan berdasarkan prioritas
tersebut diatas untuk masing-masing sekutu yang bersangkutan.

2.3 TAHAP-TAHAP LIKUIDASI

Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142 ayat
(1) Undang- Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), maka Pasal 142
ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran perseroan karena alasan-alasan
yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan
oleh likuidator atau kurator. Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan,
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT

1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan

Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor mengenai pembubaran
Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia. Selanjutnya, Likuidator
juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam
daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi. (Pasal 147 ayat (1) UUPT). Kemudian,
likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar dan Berita Negara
Republik Indonesia. sebagaimana yang dimaksud diatas, pemberitahuan harus memuat
pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan alamat likuidator; tata cara pengajuan
tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan. Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut
adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman pembubaran Perseroan.
Dalam hal pemberitahuan kepada Menteri tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib
melengkapi dengan bukti dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada
kreditor dalam surat kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT). Apabila pemberitahuan
kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan, pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi
orang ketiga. Jika likuidator lalai melakukan pemberitahuan tersebut, likuidator secara
tanggung renteng dengan
7
Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga. (Pasal 148 ayat (1) dan
(2) UUPT)

2. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor

Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak tanggal pengumuman
pembubaran Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut ditolak oleh likuidator,
kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat
60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan (Pasal 149 ayat (3) dan (4)).
Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu tersebut, dan
kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung tanggal penolakan, sebaliknya
kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui pengadilan negeri
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran perseroan diumumkan (Pasal
150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal
terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan
demikian pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara
proposional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4)
dan (5) UUPT). Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti
yang diatur, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan
ketua pengadilan negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan memberhentikan likuidator
lama. Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah yang bersangkutan dipanggil
untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat
(1) dan (2) UUPT).

3. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator

Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas
likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas
atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).

8
4. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi

Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir
proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan
kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban likuidator yang
ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi kurator yang pertanggung jawabannya
telah diterima oleh hakim pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4) UUPT). Menteri mencatat
berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama Perseroan dari daftar
Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4)
dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya status badan hukum Perseroan karena
Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan (Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT). Selanjutnya,
pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 152 ayat (3) dan (4) UUPT
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau hakim
pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).
2.4 PROSES LIKUIDASI

1. Likuidasi secara langsung/sekaligus: Likuidasi secara langsung yaitu likuidasi yang


dilakukan setelah seluruh aktiva direalisasi. Untuk likuidasi secara langsung, syarat perlu
menyusun skedul pembayaran kas bila memenuhi minimal satu syarat sebagai berikut:
 bila ada sekutu yang deficit
 bila ada kas yang ditahan
 bila masih ada saldo aktiva non kas
2. Likuidasi secara bertahap periodik
Likuidasi secara bertahap periodik yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik
setelah terjadinya realisasi aktiva nonkas dan mengikuti prosedur likuidasi secara
berulang-ulang sampai akhirnya semua perkiraan tidak bersaldo.
3. Likuidasi secara bertahap dengan program kas Likuidasi secara bertahap dengan program
kas yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik dimana daftar likuidasi yang disusun
akan sama dengan likuidasi secara bertahap periodik tetapi perlu membuat suatu program
kas terlebih dahulu sebelum daftar likuidasi disusun, yang menunjukkan bagaimana kas

9
dibagikan kepada para sekutu dikemudian hari. Disamping itu skedul pembayaran kas pada
cara ini juga agak berbeda dengan likuidasi secara bertahap periodik.
Proses likuidasi digambarkan di Tampilan 4. Langkah‐langkah proses likuidasi adalah
sebagai berikut.
 Langkah 1. Menjual aset persekutuan. Langkah ini disebut realisasi (realization).
 Langkah 2. Membagikan laba atau rugi yang diperoleh dari realisasi kepada para
rekan berdasarkan rasio pembagian laba.
 Langkah 3. Membayar klaim kepada kreditur menggunakan kas yang diperoleh
dari realisasi langkah 1yang diperoleh dari realisasi langkah 1.
 Langkah 4. Membagikan sisa kas kepada para rekan berdasarkan saldo dalam
akun modal mereka.

2.5 CONTOH SOAL


LAPORAN LIKUIDASI PERSEKUTUAN – REALISASI LABA
Asumsikan bahwa Fania, Ghani, dan Hanum menjual seluruh aset non‐kas sebesar
Rp72.000.000. Dengan demikian, keuntungan sebesar Rp8 000 000 (Rp72 000 000 dikurangi
Rp64 000 000) direalisasikanRp8.000.000 (Rp72.000.000 dikurangi Rp64.000.000)
direalisasikan.

Persekutuan dilikuidasi selama bulan April sebagai berikut.

 Langkah 1. Menjual aset non‐kas sebesar Rp72.000.000.

10
 Langkah 2. Membagikan keuntungan: keuntungan sebesar Rp8.000.000 dibagikan
kepada Fania, Ghani, dan Hanum dengan rasio pembagian 5:3:2.sehingga akun modal
rekan‐rekan dikreditkan sejumlah berikut ini.
 Fania Rp4.000.000 (Rp8.000.000 × 50%)
 Ghani 2 400 000 (Rp8 000 000 × 30%)Ghani 2.400.000 (Rp8.000.000 × 30%)
 Hanum 1.600.000 (Rp8.000.000 × 20%)
 Langkah 3. Membayar liabilitas kepada kreditur sebesar Rp9.000.000
 Langkah 4. Mendistribusikan kas kepada para rekan: sisa kas sebesar Rp74.000.000
didistribusikan berdasarkan saldo modal sebagai berikut.
 Fania Rp26.000.000
 Ghani 24.400.000
 Hanum 23.600.000

Ayat jurnal untuk mencatat langkah langkah dalam proses likuidasi adalah sebagai berikut.
 Penjualan aset (Langkah 1):

11
 Pembagian laba (Langkah 2):

 Pembayaran liabilitas (Langkah 3):

 Distribusi kas kepada para rekan (Langkah 4):

LAPORAN LIKUIDASI PERSEKUTUAN- REALISASI KERUGIAN

Asumsikan bahwa Fania, Ghani, dan Hanum menjual seluruh aset non‐kas sebesar
Rp44.000.000. Dengan demikian, kerugian sebesar Rp20.000.000 (Rp64.000.000 dikurangi
Rp44.000.000) direalisasikan. Persekutuan (Rp64.000.000 dikurangi Rp44.000.000)
direalisasikan. Persekutuan dilikuidasi selama bulan April sebagai berikut.
 Langkah 1. Menjual aset non‐kas sebesar Rp44.000.000
 Langkah 2. Membagikan kerugian: kerugian sebesar Rp20.000.000 dibagikan kepada
Fania, Ghani, dan Hanum dengan rasio pembagian 5:3:2 sehingga akun modal rekan‐
rekan didebit sejumlah berikut ini.
 Fania Rp10.000.000 (Rp20.000.000 × 50%)
 Ghani 6.000.000 (Rp20.000.000 × 30%)( p )
 Hanum 4.000.000 (Rp20.000.000 × 20%)
 Langkah 3. Membayar liabilitas kepada kreditur sebesar Rp9.000.000
 Langkah 4. Mendistribusikan kas kepada para rekan: sisa kas sebesar Rp46 000 000
didistribusikan berdasarkan saldo modal sebagai berikut

12
 Fania Rp12.000.000
 Ghani 16.000.000
 Hanum 18.000.000

 Penjualan aset (Langkah 1):

 Pembagian rugi (Langkah 2):

13
 Pembayaran liabilitas (Langkah 3):

 Distribusi kas kepada para rekan (Langkah 4):

 Likuidasi persekutuan sederhana


Likuidasi persekutuan sederhana adalah konversi semua aktiva persekutuan menjadi kas
dengan satu distribusi kas kepada para sekutu dalam penyelesaian akhir atas permasalahan
persekutuan.
 Mendebet saldo modal dalam persekutuan yang solven
Likuidasi akan terjadi pada persekutuan yang solven dan tidak solven (insolven).
Persekutuan dianggap tidak solven apabila aktiva tercatat tidak memadai untuk melunasi
kewajiban persekutuan yang ada. Hal ini merupakan pendekatan entirtas terhadap masalah
insolvensi. Dari segi hukum insolvensi persekutuan dilihat dari sisi agregat / kumpulan yaitu
persekutuan yang dinyatakan tidak soven jika harta masing masing sekutu di tambah harta
persekutuan tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban persekutuan.
 Pembayaran terjamin kepada sekutu
Pembayaran terjamin (safe payments) adalah distribusi yang dapat dilkukan kepada
sekutu dengan kepastian bahwa jumlah yang didistribusikan tidak akan dikembalikan lagi kepada
persekutuan beberapa lama kemudian untuk menutupi kewajiban yang ada atau menesuaikan
modal sekutu. Perhitungan pembayaran terjamin didasarkan pada asumsi :
a) Semua sekutu secara pribadi insolven (para sekutu tidak dapat melakukan pembayaran
apa pun ke dalam persekutuan)

14
b) Semua aktiva nnks mencerminkan kerugian yang mungkin dialami (aktiva nonkas harus
dianggap sebagai rugi untuk menentukan pembayaran terjamin.
 Peringkat kerentanan
Peringkat kerentanan (vulnerability rangkings) yaitu tingkat kerentanan untuk
kemungkinan rugi ditentukan dalam pembagian setiap ekuitas sekutu dalam rasio laba
ditahannya. Jumlah ini merupakan maksimum rugi, dimana sekutu harus menyerap tanpa
mengurangi ekuitasnya dibawah nol.

 Absorpasi kerugian yang diasumsikan


Skedul Absorpasi kerugian yang diasumsikan dibuat sebagai tahap kedua dalam
mengembangkan rencana distribusi kas. Skedul tersebut dimulai dengan ekuitas sebelum
likuidasi dan membebankan ekuitas setiap sekutu dengan bagian mengurangi kerugian yang akan
mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan. Langkah berikutnya adalah membebankan
ekuitas setiap sekutu yang tersisa dengan bagian kerugiannya yang akan mengeliminasi ekuitas
sekutu yang paling rentan berikutnya. Proses ini tetap berlanjut hingga ekuitas semuanya, kevuali
sekutu yang tidak rentan telah berkurang menjadi nol
 Persekutuan yang insolven
Apabila persekutuan dianggap insolven kas yang tersedia setelah semua aktiva nonkas
dikonveri menjadi kas tidak cukup untuk membayar kreditur persekutuan. Kreditur persekutuan
akan memperoleh pemulihan sebagian dari aktiva persekutuan (peringkat 1) dan akan meminta
setiap sekutu menggunakan sumber daya pribadinya untuk memenuhi klaim yang terisa
(peringkat 3)
Dalam hal penentuan kemampuan masing-masing anggota perlu diperhatikan :
 Hak-hak kreditur pribadi anggota
Berhak sepenuhnya menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta pribadi
pemilik. Dengan kata lain kreditur persekutuan hanya dapat mengklaim atas harta pribadi
pemilik bila hutang-hutang pribadi telah dilunasi. Sebaliknya kreditur pribadi anggota
hanya dapat mengajukan klaim atas aktiva persekutuan, bila kewajiban persekutuan
kepada pihak luar telah dilunasi dan masih mempunyai hak dalam persekutuaan.
 Hak-hak kreditur persekutuan.
Berhak sepenuhnya untuk menerima pembayaran kembali dari hasil penjualan harta milik
persekutuan. Dengan kata lain kreditur pribadi hanya dapat mengklaim atas harta milik

15
persekutuan bila semuat kewajiban persekutuan kepada pihak luar telah dilunasi.
Sebaliknya kreditur persekutuan hanya dapat mengajukan klaim atas aktiva pribadi
anggota, bila semua kewajiban pribadi kepada pihak luar telah dilunasi.
2.6 PENGUNDURAN DIRI ATAU DISASOSIASI (DISSOCIATION)
Pengunduran diri atau disasosiasi (disasosiation) adalah konsep hokum untuk pengunduran
diri sekutu karena:
1. Sekutu meninggal
2. Sekutu secara sukarela mengundurkan diri (Misalnya Pensiun)
3. Keputusan pengadilan, seperti: (a) Sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar
hokum yang secara signifikan berakibat negative bagi persekutuan, (b) sekutu melanggar
perjanjian persekutuan, (c) sekutu menjadi debitor dalam kebangkrutan, dan (d) sekutu
individual sudah tidak mampu melaksanakan kewajiban berdasarkan perjanjian
persekutuan.

Tidak seluruh disasosiasi menimbulkan pembubaran persekutuan. Banyak disasosiasi hanya


melibatkan pembelian kepemilikan sekutu yang mengundurkan diri dibandingkan melakukan
terminasi dan pembubaran bisnis persekutuan.
A. TERMINASI (WINDING UP) DAN LIKUIDASI (LIQUIDATION)

Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran persekutuan.


Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu penyelesaian proses penghentian bisnis.
Proses terminasi mencakup transaksi-transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi persekutuan,
seperti penagihan piutang, termasuk piutang sekutu, konversi asset non kas menjadi kas,
pembayaran kewajiban persekutuan, dan distribusi saldo bersih yang tersisa kepada para sekutu
dalam bentuk kas sesuai proporsi kepemilikan modal. Jika perjanjian persekutuan tidak
memberikan rasio khusus untuk
likuidasi, maka laba atau rugi yang terjadi selama proses likuidasi didistribusikan berdasarkan
rasio normal laba rugi yang biasa digunakan selama operasi persekutuan.
B. PINJAMAN DARI SEKUTU
Kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan kepada para persekutuan memiliki
statsus yang sama dengan kewajiban persekutuan kepada kreditor pihak ketiga. Jadi, tidak ada

16
saling hapus antara kewajiban dengan akun modal sekutu. Kewajiban persekutuan ke sekutu
individual harus dibayar selama proses terminasi persekutuan.
C. DEFISIT AKUN MODAL SEKUTU
Dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki akun modal deficit harus melakukan
kontribusi kepada persekutuan untuk menghilangkan deficit modal tersebut. Persekutuan
melakukan distribusi likuidasi, dalam bentuk kas, kepada tiap sekutu dengan saldo modal kredit.
Jika seorang sekutu gagal melakukan kontribusi untuk menghilangkan deficit modalnya, maka
seluruh sekutu harus melakukan kontribusi, sesuai dengan proporsi pembagian kerugian, berupa
tambahan jumlah yang diperlukan untuk membayar kewajiban persekutuan.
D. KESALAHAN DALAM LIKUIDASI
Kesalahan paling umum yang terjadi dalam likuidasi persekutuan adalah distribusi tidak
sepantasnya kepada para rekan. Kesalahan tersebut terjadi karena adanya pembagian laba dan
rugi pada realisasi dalamya distribusi kas kepada para rekan ketika likuidasi.

Laba dan rugi atas realisasi merupakan hasil dari pelepasan aset kepada pihak luar. Laba
dan rugi yang pelepasan aset kepada pihak luar. Laba dan rugi yang terealisasi seharusnya
dibagikan di antara akun modal rekan‐rekan dengan cara yang sama seperti pembagian laba
bersih dan rugi bersih dari kegiatan operasi laba bersih dan rugi bersih dari kegiatan operasi
normal yaitu dengan menggunakan rasio pembagian laba.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan sekutu yang menyebabkan berhentinya


persekutuan secara hukum. Dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan
perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti atau bubar secara bisnis. Berhentinya
persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.Likuidasi merupakan proses atau cara akibat
terjadinya pembubaran atau perubahan terhadap perusahaan yang mengalami kerugian yang
sangat besar jumlahnya dan tidak mampu untuk membayar segala kerugian tersebut. Sehingga
perusahaan tersebut dengan terpaksa memberhentikan untuk sementara waktu kegiatan dan
kinerja perusahaannya agar tidak menimbulkan risiko-risiko yang mungkin saja dapat terjadi,
Risiko merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan merupakan faktor
penting dalam dunia bisnis.

Tujuan utama dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang tentang Kepailitan. Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi
persekutuan dibuat bertingkat sesuai prioritas: 1) jumlah yang terhutang kepada negara. 2)
jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu. 3) jumlah yang dipinjam dari sekutu
selain untuk modal dan laba. 4) jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai
kepemilikannya.

Dengan masuknya seorang sekutu kerja yang baru atau keluarnya sekutu kerja
ataumeninggalnya seorang sekutu maka akan membubarkan persetujuan bersama persekutuan.
Suatu persekutuan dikatakan bubar apabila persetujuan awal para sekutu untuk menjalankan
usaha bersama-sama dilanggar dan tidak berlaku lagi.Dengan bubarnya persekutuan firma, maka
wewenang para sekutu untuk menjalankan perusahaannya juga berakhir. Walaupun pembubaran
ini mengakhiri asosiasi perorangan- perorangan untuk tujuan awal mereka, namun hal ini tidak
berarti pembubaran perusahaan atau bahkan hambatan dalam kelangsungan hidupnya.Masuknya
sekutu baru dan keluarnya sekutu lama pada persekutuan akan mengakibatkan pembubaran.
Kondisi-kondisi yang menimbulkan pembubaran persekutuan yaitu : Pembubaranoleh tindakan
sekutu, pembubaran karena ketentuan Undang-undang, dan pembubaran oleh Keputusan
18
Pengadilan.

19
DAFTAR ISI

Beams, F.A., Anthony , J.H.,Bettinghaus., B., and Smith, K.A. 2012.

Advanced Accounting. Eleventh Edition. Person.

20

Anda mungkin juga menyukai