Makalah Qardh Arief Dharma Laksana
Makalah Qardh Arief Dharma Laksana
Disusun Oleh :
(Kelompok 6)
Jurusan : Syariah
2016/2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah menjadi kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa
manusia harus hidup bermasyarakat dan saling tolong menolong antara
satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia menerima dan
memberikan andil dalam kehidupan orang lain, saling berinteraksi untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemajuan dalam hidupnya.
Untuk mencapai kemajuan dan tujuan hidup, diperlukan kerja sama yang
baik antara sesama manusia. Di antara sekian banyak aspek kerja sama
yang paling menonjol di antara manusia adalah aspek ekonomi.1
Di Islam, ekonomi bergantung dengan dimensi ruang dan waktu,
karena Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Islam sebagai agama
yang mengatur segala urusan dalam kehidupan manusia juga mengatur
mengenai perkara ekonomi seperti masalah hutang piutang.
Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu pinjaman baik berupa
uang maupun barang yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada
peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian yang
disepakati dan dengan jumlah yang sama.
Konsep hutang piutang yang ada dalam Islam pada dasarnya
adalah untuk memberikan kemudahan bagi orang yang sedang kesusahan.
Islam menganggap bunga sebagai suatu kejahatan ekonomi yang
menimbulkan penderitaan masyarakat baik itu secara ekonomi, sosial
maupun moral. Oleh karena itu, kitab suci Al - Qur’an melarang kaum
muslimin untuk memberi maupun menerima bunga. Dalam surah Al -
Baqarah ayat 278 – 279 Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang riba dan
mempertegas bahwa bunga itu melanggar hukum di dalam Islam.2
1
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan Hidup Dalam
Berekonomi, (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 13 – 14
2
Sutan Remy Syahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama, 1999), h. 6.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Qardh?
2. Apakah dasar hukum Qardh?
3. Apa saja rukun dan syarat Qardh?
4. Apa saja Manfaat Qardh dalam dunia usaha ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa Qardh.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Qardh.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat Qardh.
4. Untuk mengetahui manfaat Qardh dalam dunia usaha.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qardh
Secara etimologis qardh merupakan bentuk masdar dari qardha
asy-syai’ – yaqridhu, yang berarti dia memutuskan. Qardh adalah bentuk
masdar yang berarti memutuskan. Dikatakan, qaradhu asy-syai’a bil-
miqradh, atau memutus suatu dengan gunting. Al-qardh adalah sesuatu
yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar.3
Adapun qardh secara terminologis adalah memberikan harta
kepada orang yang akan memanfaatkan dan mengembalikan gantinya
dikemudian hari.4 Adapun menurut Ascaray qardh merupakan pinjaman
kebijakan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk pembelian barang-barang
fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat,
ukuran, dan jumlahnya).5 Sedangkan Muhammad berpendapat dalam
bukunya, qardh atau iqradh secara etimologi berarti pinjaman. Secara
terminologi muamalah (ta’rif) adalah memiliki sesuatu yang harus
dikembalikan dengan pengganti yang sama.6
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan qardh adalah pinjaman uang atau modal yang
diberikan sesorang kepada pihak lainnya, di mana pinjaman tersebut
digunakan untuk untuk usaha atau menjalankan bisnis tertentu. Pihak
peminjam berkewajiban mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan
jumlah yang dipinjamkan tanpa bergantung pada untung atau rugi usaha
yang dijalankannya. Pinjaman qardh juga tidak berbunga, karena prinsip
dalam qard adalah tolong menolong.7
3
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah; Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 333.
4
Abdullah bin Muhammad ath Thayyar, Ensklipedi Fiqh Muamalah dalam Pandangan 4
Mazhab, (Yogyakarta: Maktabah al - hanif, 2009), h. 153.
5
Ascara, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h. 46
6
Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press,
2009), h. 137
7
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalat Kontemporer, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), h. 169
4
B. Dasar Hukum Qardh
1. Dalil Al – Qur’an
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al – Baqarah
ayat 280 :
8
QS. Al – Baqarah (2): 280
9
QS. Al – Baqarah (2): 245
5
diberikan kepada beliau seekor unta shadaqah. Beliau
memerintahkan Abu Rafi’ r.a kembali kepada beliau dan berkata,
saya tidak menemukan diantara unta – unta tersebut kecuali unta
usianya menginjak tujuh tahun. Beliau menjawab, berikanlah unta
itu kepadanya karena sebaik – baik orang adalah yang paling baik
dalam membayar hutang” (HR. Muslim)10
3. Ijma
Para Ulama Sepakat bahwa qardh dibolehkan dalam Islam.
Kesepakatan ini didasari pada tabiat manusia yang tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak ada orang yang memiliki
semua barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu pinjam meminjam
sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan didunia ini, Islam
adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan
umatnya. 12
10
HR. Muslim
11
HR. Jama’ah
12
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dan Teori Praktik , (Jakarta: Gema Insani,
2001), h. 132
6
pula kabul sah dengan semua lafaz yang menunjukan kerelaan, seperti
“Aku berhutang” atau “Aku ridha” dan lain sebagainya.
2. ‘Aqidain
Yang dimaksud dengan ‘Aqidain (dua pihak yang melakukan
transaksi) adalah pemberi utang dan pengutang. Adapun syarat – syarat
bagi pengutang adalah merdeka, balig, berakal, sehat, dan pandai
(rasyid, dapat membedakan baik dan buruk).
3. Harta yang diutangkan
a. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu
sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang – barang yang
dapat ditakar, ditambang, ditanam, dan dihitung.
b. Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah
menghutangkan manfaat (jasa).
c. Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan
diketahui sifatnya.13
13
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah; Fiqih Muamalah, h. 335.
14
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalat Kontemporer, h. 152.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hutang-piutang berkonotasi pada uang dan barang yang dipinjam
dengan kewajiban untuk membayar kembali apa yang sudah diterima
dengan yang sama. Sedangkan menurut bahasa arab hutang-piutang sering
disebut juga dengan AL-qardh.
Adapun rukun, syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi ketika
melakukan akad qardh ini, yaitu: 1) Shigat. Yang dimaksud dengan
shighat adalah ijab dan kabul. 2) ‘Aqadain. Adalah dua pihak yang
melakukan transaksi yakni pemberi utang dan pengutang. 3) Harta yang
diutangkan.
Manfaat qardh dalam praktik perbankan syariah di antaranya
sebagai untuk membantu nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak
untuk mendapat talangan jangka pendek, juga untuk membantu usaha
sangat kecil dan keperluan sosial, dan adanya misi sosial-kemasyrakatan
ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat
terhadap bank syariah.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad ath Thayyar. 2009. Ensklipedi Fiqh Muamalah dalam
Pandangan 4 Mazhab. Yogyakarta: Maktabah al - hanif.
Ascara. 2013. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta : Rajawali Pers.
Hamzah Ya’qub. 1984. Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan
Hidup Dalam Berekonomi. Bandung: Diponegoro.
Imam Mustofa. 2016. Fiqih Mu’amalat Kontemporer. Jakarta : Rajawali Pers.
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah : Fiqh Muamalah. Jakarta : Kencana.
Muhammad. 2009 Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah. Yogyakarta :
UII Press.
Muhammad Syafi’I Antonio. 2001. Bank Syariah dan Teori Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Sutan Remy Syahdeni. 1999. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesi.Jakarta: PT. Pustaka Utama.