Anda di halaman 1dari 8

RPS 4

“Persekutuan Likuidasi”

Dosen Pengampu:

Ni Gusti Putu Wirawati, S.E., M.Si.

Oleh:

Kelompok 1

EKA 437/B4

Ni Putu Ari Mirayani 2107531266

Kadek Mitta Pradila Yuardi 2107531268

Gede Tito Mahatma Agusta 2107531276

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2022/2023
RINGKASAN MATERI KULIAH

1.1 Likuidasi Persekutuan


Likuidasi adalah suatu keadaan dimana baik persekutuan maupun usaha
perusahaannya dibubarkan semua. Likuidasi didefinisikan oleh Floyd A.Beams (1988)
adalah sebagai “suatu proses yang meliputi merubah aktiva non kas menjadi kas, mengakui
laba atau rugi dari proses merubah aktiva non kas menjadi kas, melunasi kewajiban firma,
dan akhirnya membagi semua kas yang dimiliki kepada masing-masing anggota sekutu
sesuai dengan saldo modalnya”. Sedangkan menurut Harry Simon (1990) likuidasi adalah
proses merealisasikan aktiva non kas menjadi uang kas, menyelesaikan dengan para
kreditur dan pembagian sisa aktiva kepada kelompok-kelompok pemilikan. Dengan
melihat definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa likuidasi merupakan proses yang
berakhir dengan pembubaran perusahaan sebagai suatu unit organisasi.
Menurut The Uniform of Partnership Act (UPA), undang-undang persekutuan di
Amerika Serikat, pasal 31 menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu
persekutuan dibubarkan yang pada intinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut (seperti
yang dikutip oleh Arifin (1997) dalam bukunya pokok-pokok akuntansi lanjutan):
1. Sistem perkonomian masyarakat atau negara tidak mendukung adanya kegiatan usaha,
seperti adanya undang-undang pemerintah, sistem monopoli perusahaan besar dan
sebagainya, yang kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan hidup.
2. Ada faktor-faktor ekstern yang berada diluar jangkauan manajemen perusahaan seperti
bencana alam, kecelakaan, kebakaran dan sejenisnya yang kesemuanya tidak
memungkinkan lagi suatu persekutuan mempertahankan hidupnya.
3. Adanya faktor-faktor intern di dalam persekutuan, seperti adanya perselisihan antar
anggota, kesalahan dalam manajemen, ketidakserasian dalam kerja dan sejenisnya yang
kesemuanya itu dapat berakibat tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan
dipertahankan hidupnya.
1.1.1 Disosiasi, Pembubaran, Terminasi, dan Likuidasi Persekutuan
1. Pengunduran Diri atau Disosiasi (Dissociation)
Pengunduran diri atau disosiasi (dissociation) adalah konsep hukum
mengenai pengunduran diri sekutu karena:
• Sekutu meninggal.
• Sekutu secara sukarela mengundurkan diri (misalnya pensiun).
• Keputusan pengadilan, meliputi: (a) sekutu terlibat dalam tindakan yang
melanggar hukum yang secara signifikan berakibat negatif bagi persekutuan;
(b) sekutu melanggar perjanjian persekutuan; (c) sekutu menjadi debitur dalam
kebangkrutan, dan (d) sekutu individual sudah tidak mampu melaksanakan
tugasnya berdasarkan perjanjian persekutuan.
2. Pembubaran (Dissolution)
Pembubaran (dissolution) merupakan pengakhiran persekutuan. Suatu
persekutuan dinyatakan dibubarkan apabila perjanjian bersama yang semula
diadakan untuk menjalankan usaha Bersama-sama telah berakhir.
3. Terminasi (Winding Up) dan Likuidasi (Liquidation)
Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran
persekutuan. Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu
penyelesaian proses penghentian bisnis. Proses terminasi mencakup transaksi-
transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan
piutang, termasuk piutang sekutu, konversi aset nonkas menjadi kas, pembayaran
kewajiban persekutuan, distribusi saldo neto yang tersisa kepada sekutu dalam
bentuk kas sesuai proporsi kepentingan modal.
• Pinjaman dari sekutu, kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan
kepada persekutuan memiliki status yang sama dengan kewajiban persekutuan
kepada kreditor pihak ketiga.
• Defisit akun modal sekutu, dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki
akun modal defisit harus melakukan kontribusi kepada persekutuan untuk
menghilangkan defisit modal tersebut.
1.1.2 Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Laporan likuidasi adalah dasar pembuatn ayat jurnal untuk mencatat likuidasi.
Laporan ini menyajikan pengaruh likuidasi terhadap akun-akun neraca persekutuan
dalam bentuk kertas kerja. Laporan menunjukan konversi aset menjadi kas, alokasi
keuntungan/kerugian kepada para sekutu, dan distribusi kas kepada para sekutu dan
kreditor.
1.2 Likuidasi Sekaligus
Likuidasi persekutuan secara sekaligus merupakan suatu proses likuidasi dimana
seluruh aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu sangat pendek, kreditor eksternal
dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu atas
bagian modal yang disetorkan. Meskipun kebanyakan likuidasi persekutuan terjadi selama
periode yang lebih panjang sebagaimana yang diilustrasikan berikut ini, berikut likuidasi
untuk menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan.
1. Realisasi Aset
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual asetnya.
Persekutuan dapat saja melakukan penjualan “cuci gudang karena akan tutup” dimana
persediaan di turunkan nilainya sehingga mencapai di bawah harga normal dengan
maksud mendorong penjualan dengan segera. Mebel, peralatan dan aset perusahaan
lainnya dapat ditawarkan dengan harga diskon atau dijual ke pihak likuidator. Piutang
usaha umumnya ditagihkan kepada sekutu. Aset-aset persekutuan termasuk piutang dari
sekutu dan sejumlah kontribusi yang disyaratkan kepada sekutu untuk menutupi modal
defisit, digunakan untuk menutupi modal defisit, digunakan untuk membayar kreditor
persekutuan.
2. Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan kewajiban
persekutuan yang dimiliki. Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti
biaya hukum dan akuntansi tambahan. Persekutuan juga menanggung biaya
penghentian usaha, seperti biaya iklan khusus dan biaya mencari agen penjual peralatan
yang khusus. Beban ini dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam rasio
distribusi laba rugi.
Ilustrasi Lukuidasi Sekaligus
Ilustrasi berikut ini digunakan untuk menunjukkan likuidasi sekaligus yang dilakukan
oleh persekutuan ABC dengan para sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu, dan Citra, pada 1
Mei 2015. pada tahun 2014, mereka menyesuaikan persentase distribusi laba rugi
berdasarkan besarnya peran masing-masing peran masing-masing sekutu. hasil
penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah Aldi 40% Bayu 40% dan Citra 20%.
ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 205 pada saat para sekutu
memutuskan untuk melikuidasi usaha, ada sebagai berikut:
1.3 Likuidasi Bertahap
Likuidasi bertahap merupakan satu likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa
bulan dalam penyelesaian dan mencakup pembayaran secara periodik, atau cicilan
bertahap, kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan
dilakukan dalam periode yang diperpanjang dengan degan tujuan memperoleh relasi aset
yang sebesar mungkin. Umumya para sekutu menerima pembayaran periodik selama
likuidasi karena mereka memerlukan dana tersebut untu keperluan pribadi. Likuidasi
bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi aset sepunuhnya
dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat mendistribusikan kas,
karena dapat saja terjadi suatu peristiwa dimasa depan mendapatang yang mungkin
mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Untuk alasan ini,
panduan praktis berikut dapat digunakan untuk membantu para akuntan dalam
menentukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu.
1. Tidak mendistrubusikan kas kepada para sekutu sehingga seluruh kewajiban dan beban
aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan seperlunya.
2. Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum
menetukan jumlah uang tunai yang dapat di terima oleh masing-masing sekutu:
a. Asumsikanlah bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan kerugian,
yaitu asumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan
aset.
b. Asumsikanlah bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sekutu akan
didistribusi kepada sekutu yang tersisa: asumsikan bahwa defisit tersebut tidak akan
dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo
kredit pada akun modal menunjukan distribusi aset dan kas yang aman yang dapat
didistribusikan kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.
Ilustrasi Likuidasi Bertahap

Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus daro Persekutuan ABC sekarang
juga digunaka untuk mengilustrasikan likuidasi secara bertahap. Aldi, Bayu, dan Citra
memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama beberapa periode
waktu dan menerima distribusi kepada masing-masing proses likuidasi. Persekutuan ABC
Neraca Saldo 1 Mei 20X5 Kas Rp. 10.000.000 Aset Nonkas 90.000.000 Kewajiban Rp.
42. 000.000 Modal, Aldi (40%) 34.000.000 Modal, Bayu (40%) 10.000.000 Modal, Citra
(20%) 14.000.000 Total Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000.
Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5, pada saat sekutu
memutuskan untuk melikudasi usaha, adalah sebagai berikut. Presentase pembagian laba
dan rugi masing-masing sekutu yang ditunjukan.
Berikut adalah penjelasan mengenai kasus tersebut.
1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah
sebagai berikut.

Bayu secara pribadi tidak solven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.
2. Aset nonkas perekutuan dijual sebagai berikut.
3. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei.
4. Para sekutu bersepakat untuk meyimpan cadangan tunai sebesar Rp. 10.000.000 selama
proses likuidasi yang digunakan untuk membayar beban likuidasi yang mungkin
timbul.
5. Para sekutu bersepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap
bulan, yaitu likuidasi bertahap akan di lakukan pada tanggal 31 Mei dan 30 Juni.
Distribusi kas terakhir pada para sekutu akan dilakukan pada tanggal 31Juli 20X5, yaitu
proses likuidasi.
Rencana Retribusi Kas
Pada awal proses retribusi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun rencana
retribusi kas, yang memeberikan gambaran kepada para sekutu mengenai pembayaran kas
terhadap yang akan diteria masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam persekutuan.
Distribsi terhadap aktual ditentukan dengan menggunakan laporan relasi dan likuidasi,
Rencana retribusi kas merupakan proyeksi pro forma dalam penggunaan kas, apabila telah
tersedia uang tunai.
Kemampuan Menanggung Kerugian
Konsep dasar rencana retribusi kas pada awal proses likuidasi adalah kemampuan
menggung kerugian (losss absorption power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan
sebagai kerugian masimum yang dapat terjadi dalam persekutuan sebelum meninjam saldo
akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan menggung kerugian merupakan
fungsi dari dua elemen, yaitu:
𝑺𝒂𝒍𝒅𝒐 𝒂𝒌𝒖𝒏 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒌𝒖𝒕𝒖
𝑳𝑨𝑷 =
𝑩𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒃𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒓𝒖𝒈𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒖𝒕𝒖
Sebagai contoh, pada 1 Mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar Rp.
34.000.000 dan 40 persen dari bagian laba dan rugi Persekutuan LAP Aldi adalah:
𝑹𝒑 𝟑𝟒. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝑳𝑨𝑷 = = 𝑹𝒑 𝟖𝟓. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟒𝟎
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E., Lembke, Valdean C., King, Thomas E., Jeffrey, Cynthia G., Jusuf, Amir
Abadi., NPS, Sylvia Veronica., Wulandari, Etty Retno., 2016. Akuntansi Keuangan
Lanjutan Perspektif Indonesia. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai