Anda di halaman 1dari 23

RPS 3

“Perlakuan Akuntansi Pada Pendirian, Pengoperasian, dan Perubahan


Keanggotaan Persekutuan”

Dosen Pengampu:

Ni Gusti Putu Wirawati, S.E., M.Si.

Oleh:

Kelompok 1

EKA 437/B4

Ni Putu Ari Mirayani 2107531266

Kadek Mitta Pradila Yuardi 2107531268

Gede Tito Mahatma Agusta 2107531276

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2022/2023
RINGKASAN MATERI KULIAH

1.1 Alokasi Laba atau Rugi Kepada Para Sekutu


Laba atau rugi dialokasikan ke para sekutu pada setiap akhir periode bersangkutan
dengan perjanjian persekutuan. Jika tidak ada dalam perjanjian, Bab VIII, Bagian II.
Pasal 1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau rugi
secara proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke persekutuan. Hampir
semua persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi. Perjanjian tersebut harus
diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan
bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba atau rugi. Banyak permasalahan dan
perdebatan di kemudian hari yang dapat dihindari dengan menentukan secara hati-hati
atas pembagian laba atau rugi dalam pasal-pasal perjanjian persekutuan.
Ada berbagai macam rencana distribusi laba (profit distribution plans) di dunia
usaha. Beberapa persekutuan memiliki rencana distribusi yang sederhana, sedangkan
rencana distribusi lainnya sangat kompleks. Hal ini menjadi tanggung jawab akuntan
untuk mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan perjanjian persekutuan terlepas
seberapa sederhana atau kompleksnya perjanjian tersebut. Distribusi laba serupa dengan
dividen untuk korporasi: Distribusi ini tidak harus dimasukkan dalam laporan laba rugi
persekutuan terlepas bagaimana laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba akan dicatat
langsung kepada akun modal, tidak dicatat sebagai pos beban. Sebagian besar
persekutuan menggunakan satu atau lebih metode distribusi sebagai berikut.
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya (preselected ratio).
2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance).
3. Gaji kepada sekutu.
4. Bonus kepada sekutu.
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi di antara para sekutu.
Rasio untuk distribusi laba bisa berdasarkan pada persentase jumlah modal persekutuan,
waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya.
Persekutuan yang lebih kecil terkadang memisahkan laba pada tiap-tiap sekutu. Selain
itu, beberapa persekutuan memiliki rasio yang berbeda jika perusahaan mengalami
kerugian dibandingkan memperoleh keuntungan. Bentuk usaha persekutuan
memungkinkan berbagai pilihan rasio distribusi laba untuk memenuhi keinginan para
sekutu.
Distribusi laba persekutuan berdasarkan pada bunga atas saldo modal mengakui
kontribusi dari investasi modal sekutu terhadap kemampuan dalam menghasilkan laba
bagi persekutuan. Bunga atas saldo modal ini umumnya bukan merupakan beban bagi
persekutuan; ini merupakan distribusi laba. Jika satu atau lebih jasa dari sekutu tersebut
penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa memberikan gaji atau bonus.
Sekali lagi, gaji yang dibayarkan ke sekutu ini adalah bentuk distribusi laba dan tidak
merupakan beban bagi persekutuan. Terkadang, proses distribusi bisa bergantung pada
besarnya laba atau bisa berbeda jika persekutuan mengalami kerugian pada akhir
periode. Contohnya, gaji untuk sekutu hanya dibayarkan jika pendapatan melampaui
beban pada jumlah tertentu. Akuntan harus membaca dengan teliti perjanjian
persekutuan untuk menentukan rencana distribusi laba yang paling tepat untuk kondisi
tertentu pada waku itu.
Distribusi laba atau rugi dicatat dengan jurnal penutup pada setiap akhir periode.
Pendapatan dan beban akan ditutup ke dalam ikhtisar laba rugi atau langsung ke dalam
akun modal sekutu. Dalam contoh-contoh berikut, digunakan akun ikhtisar laba rugi,
saldo di mana laba neto atau rugi neto setelah akun pendapatan dan beban ditutup dan
sebelum distribusi laba atau rugi ke akun modal sekutu.
Ilustrasi Alokasi Laba
Selama tahun 202X1, persekutuan AB memperoleh pendapatan Rp 45.000.000 dan
beban Rp 35.000.000, sehingga menghasilkan laba Rp 10.000.000 pada tahun tersebut.
Aldi mengelola saldo modal sebesar Rp 20.000.000 selama tahun berjalan, tetapi
investasi modal Bayu selama tahun berjalan berubah- ubah sebagai berikut:

Tanggal Debet Kredit Saldo


1 Januari 10.000.000
1 Mei 3.000.000 7.000.000
1 September 500.000 7.500.000
1 November 1.000.000 6.500.000
31 Desember     6.500.000
Nilai debit sebesar Rp3.000.000 dan Rp1.000.000 dicatat dalam akun penarikan
Bayu; investasi tambahan dikredit ke akun modalnya.
Rasio Pembagian Laba secara Arbitrer
Aldi dan Bayu dapat menyetujui pembagian laba dengan rasio yang tidak ada
hubungannya dengan saldo modal atau fitur operasi lainnya. Misalnya, para sekutu setuju
untuk membagi laba atau rugi dengan rasio 60 persen untuk Bayu. Beberapa perjanjian
persekutuan menyatakan perbandingan ini sebagai rasio 3:2. Tabel berikut
menggambarkan bagaimana laba neto didistribusikan menggunakan rasio pembagian
laba 3:2.

Aldi Bayu Total


Persentase Pembagian Laba 60% 40% 100%
Laba Neto 10.000.000
Alokasi 60:40 6.000.000 4.000.000 (10.000.000)
Total 6.000.000 4.000.000 0
Tabel di atas menggambarkan bagaimana laba neto didistribusikan ke akun modal
para sekutu. Distribusi aktual diselesaikan dengan menutup akun ikhtisar laba rugi.
Selain itu, akun penarikan ditutup ke akun modal pada akhir periode.
31 Desember
(4) Modal, Bayu 4.000.000
Penarikan-Bayu 4.000.000
(Menutup akun penarikan oleh Bayu)
(5) Pendapatan 45.000.000
Beban 35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000
(Menutup pendapatan dan beban)
(6) Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000
Modal, Aldi 5.000.000
Modal, Bayu 4.000.000
(Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian persekutuan)
Bunga atas Saldo Modal
Perjanjian dapat memberikan bunga atas saldo modal sekutu dikredit sebagai bagian
dari distribusi laba. Tingkat bunga sering kali dinyatakan dalam persentase, tetapi
beberapa persekutuan permenggunakan suku bunga yang ditentukan oleh referensi suku
bunga BI terkini atau suku bunga pasar uang terkini.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bunga yang dihitung pada modal sekutu
biasanya dalam bentuk distribusi laba. Perhitungannya dilakukan setelah laba neto
ditentukan agar dapat diputuskan bagaimana laba tersebut didistribusikan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika bunga atas saldo modal dimasukkan
dalam rencana distribusi laba. Contohnya, jumlah yang didistribusikan dapat berbeda
secara signifikan tergantung pada apakah bunga dihitung dari saldo awal modal, saldo
akhir modal, atau rata-rata saldo modal selama satu periode. Sebagian besar provisi
untuk bunga atas modal menyatakan bahwa harus menggunakan modal rata-rata
tertimbang. Metode ini secara eksplisit mengakui rentang waktu untuk setiap tingkat
modal yang digunakan selama periode berjalan. Misalnya, saldo rata-rata tertimbang
Bayu untuk tahun 20X1 dihitung sebagai berikut:

Tanggal Debet Kredit Saldo Jumlah Bulan Bulan x Saldo


1 Januari 10.000.000 4 40.000.000,0
1 Mei 3.000.000 7.000.000 4 28.000.000,0
1 September 500.000 7.500.000 2 15.000.000,0
1 November 1.000.000 6.500.000 2 13.000.000,0
Total 12 96.000.000,0
Modal rata-rata (Rp 96.000.000 : 12 bulan) 8.000.000,0

Jika Aldi dan Bayu setuju untuk mengenakan bunga sebesar 15 persen pada saldo
modal ratarata tetimbang dengan sisa laba yang akan didistribusikan pada rasio 60:40,
maka distribusi laba Rp 10.000.000 akan dihitung sebagai berikut:

  Aldi Bayu Total


Persentase Laba 60% 40% 100%
Modal rata-rata 20.000.000 8.000.000
Laba neto 10.000.000
Bunga pada modal rata-rata 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa laba 5.800.000
Alokasi 60:40 3.480.000 2.320.000 (5.800.000)
Total 6.480.000 3.520.000 0

Gaji
Gaji untuk para sekutu biasanya dimasukkan sebagai bagian dari rencana distribusi
laba untuk mengakui dan mengompensasi atas jumlah yang berbeda dari jasa yang
diberikan masing-masing sekutu kepada persekutuan.
Persepsi umum dalam akuntansi persekutuan adalah bahwa gaji nuntuk sekutu bukan
merupakan beban operasi, tetapi merupakan bagian dari rencana disribusi laba. Persepsi
ini berkaitan erat dengan konsep kepemilikan dari pemilik ekuitas. Berdasarkan teori
kepemilikan, pemilik menginvestasikan modal dan jasa pribadi untuk memperoleh laba.
Laba dihasilkan dari kedua investasi tersebut. Logika yang sama juga berlaku untuk
bentuk organisasi persekutuan. Beberapa sekutu menginvestasikan modal sementara
yang lainnya menginvestasikan waktunya. Pihak-pihak yang menginvestasikan modal
berhak mendapatkan bunga atas saldo modal; sedangkan pihak-pihak yang
menginvestasikan waktunya berhak mendapatkan gaji. Namun demikian, baik bunga
maupun gaji adalah hasil investas dan tidak digunakan untuk menentukan laba, tetapi
proporsi laba yang akan dikredit ke akun modal masing-masing sekutu. Pertanyaan
menarik muncul jika persekutuan mengalami kerugian. Dapatkah gaji yang dibayarkan
kepada para sekutu dikategorikan sebagai distribusi laba atau rugi? Ketika jumlah yang
dibayarkan kepada sekutu selama tahun berjalan adalah penarikan atas antisipasi laba,
jumlah gaji yang disetujui biasanya ditambahkan pada kerugian dan jumlah tersebut
kemudian didistribusikan pada modal masing-masing sekutu. Tindakan hatihati harus
dilakukan jika persekutuan mengalami kerugian sepanjang tahun berjalan. Beberapa
perjanjian persekutuan menyatakan distribusi laba yang berbeda antara untuk laba dan
untuk rugi. Akuntan harus berhati-hati mengikuti perjanjian persekutuan dengan benar
ketika mendistribusikan laba atau rugi kepada masing-masing sekutu.
Untuk menghitung gaji para sekutu, asumsikan bahwa perjanjian persekutuan
memberikan untuk gaji kepada Aldi sebesar Rp2.000.000 dan Bayu sebesar
Rp5.000.000. Sisanya akan didistribusikan dengan rasio pembagian laba rugi 60:40.
Distribusi laba dihitung sebagai berikut:

  Aldi Bayu Total


Persentase Laba 60% 40% 100%
Laba neto 10.000.000
Gaji 2.000.000 5.000.000 (7.000.000)
Sisa laba 3.000.000
Alokasi 60:40 1.800.000 1.200.000 (3.000.000)
Total 3.800.000 6.200.000 0

Bonus
Bonus terkadang digunakan sebagai cara untuk memberikan kompensasi tambahan
kepada sekutu yang menyediakan jasa kepada persekutuan, Bonus biasanya dinyatakan
dalam persentase dari laba sebelum atau setelah bonus. Sering kali perjanjian
persekutuan mensyaratkan laba minimum yang harus diperoleh sebelum bonus
dibagikan. Bonus mudah dihitung dengan menurunkan dan memecahkan persamaan.
Misalnya, bonus sebesar 10 persen dari laba akan dikredit pada akun modal Bayu jika
laba melebihi Rp5.000.000 sebelum mendistribusikan sisa laba. Dalam Kasus I, bonus
dihitung sebagai persentase dari laba sebelum dikurangi bonus. Dalam Kasus 2 bonus
dihitung sebagai persentase dari laba setelah dikurangi bonus.
Kasus 1:
Bonus = X% (NI – MIN)
Di mana: X% = Persentase Bonus
NI = Laba neto sebelum bonus
MIN = Jumlah minuman laba sebelum bonus
Bonus = 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000) = Rp 500.000
Kasus 2:
Bonus = X% (NI – MIN – Bonus)
= 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000 - Bonus)
= 0,10 (Rp5.000.000 - Bonus)
= Rp500.000 – 0,10 Bonus
1,10 Bonus = Rp500.000
Bonus = Rp454.545
Distribusi laba neto berdasarkan pada kasus 2 dihitung sebagai berikut:

  Aldi Bayu Total


Persentase Laba 60% 40% 100%
Laba neto 10.000.000
Bonus untuk sekutu 454.545 454.545
Sisa laba 9.545.454
Alokasi 60:40 5.727.273 3.818.182 (9.545.454)
Total 5.727.273 4.272.727 0

Basis Berganda Alokasi Laba


Perjanjian persekutuan dapat menggambarkan kombinasi dari beberapa prosedur
alikasi yang akan digunakan untuk mendistribusikan laba. Misalnya, perjanjian laba rugi
persekutuan AB menetapkan metode alokasi sebagai berikut:
1. Bunga sebesar 15 persen pada saldo modal rata-rata tertimbang.
2. Gaji sebesar Rp2.000.000 untuk Aldi dan Rp5.000.000 untuk Bayu.
3. Bonus sebesar 10 persen akan dibayarkan kepada bayu jika laba persekutuan melebihi
Rp5.000.000 sebelum dikurangi bonus, gaji, dan bunga atas saldo modal.
4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu.
Perjanjian persekutuan juga harus berisi provisi untuk menentukan proses alokasi saat
laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi. Beberapa
persekutuan menetapkan distribusi laba yang akan diikuti walau apa pun kemungkinan
yang terjadi. Kebanyakan perjanjian menetapkan bahwa keseluruhan proses harus
diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan dengan rasio laba atau rugi sebagaimana
diilustrasikan dalam tabel berikut ini:

  Aldi Bayu Total


Persentase Laba 60% 40% 100%
Model Rata-Rata 20.000.000 8.000.000
Laba Neto 20.000.000
Langkah 1:
Bunga atas modal rata-rata (15%) 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa setelah langkah 1 5.800.000
Langkah 2:
Gaji 2.000.000 5.000.000 (7.000.000)
Defisiensi setengah langkah 2 (1.200.000)
Langkah 3:
Bonus (500.000) (500.000)
Defisiensi setengah langkah 3 (1.700.000)
Langkah 4:
Alokasi 60:40 (1.020.000) (680.000) 1.700.000
Total 3.980.000 6.020.000 0
Dalam kasus ini, langkah dua distribusi pertama menghasilkan defisit. Perjanjian
persekutuan AB menunjukkan bahwa seluruh proses distribusi laba harus diselesaikan
dan defisiensi yang didistribusikan dengan rasio laba atau rugi. Perjanjian persekutuan
dapat menetapkan bahwa proses distribusi laba dihentikan pada titik di mana terjadi
kerugian operasi atau defisiensi. Sakali lagi, sangat penting bagi akuntan untuk
mempelajari perjanjian persekutuan sebelum memulai distribusi laba.
Metode Alokasi Laba Khusus
Beberapa persekutuan mendistribusikan laba neto atas dasar kriteria lainnya.
Misalnya, kebanyakan persekutuan publik mendistribusikan laba berdasarkan "unit"
persekutuan. Sekutu baru memperoleh sejumlah unit dan unit tambahan yang ditetapkan
oleh komite kompensasi dengan cara memperoleh klien baru, menyediakan perusahaan
dengan keahlian di bidang industri tertentu, berfungsi sebagai kantor lokal managing
partner, atau menerima berbagai tanggung jawab lainnya.
Persekutuan lain dapat menyusun rencana distribusi laba yang mencerminkan laba
dari persekutuan. Contohnya, beberapa persekutuan di bidang medis dan kesehatan gigi
mengalokasikan laba berdasarkan tagihan jasa. Kriteria lain bisa berdasarkan pada
jumlah klien, tahun bekerja dengan perusahaan, atau posisi sekutu dalam perusahaan.
Keuntungan yang nyata dari bentuk organisasi persekutuan adalah fleksibilitas yang
memungkinkan sekutu untuk mendistribusikan labanya.
1.2 Laporan Keuangan Persekutuan
Perubahan keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambahan sekutu baru
atau pengunduran diri sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber modal
tambahan utama atau sebagai tenaga ahli. Struktur hukum dari persekutuan
mensyaratkan bahwa penerimaan sekutu baru (admission of a new partner) secara tidak
langsung merupakan persetujuan dari semua sekutu saat ini. Lebih lanjut, pengumuman
publik biasanya dibuat mengenai penambahan sekutu baru, sehingga pihak ketiga yang
melakukan transaksi bisnis dengan persekutuan menyadari adanya perubahan dalam
persekutuan.
Berhentinya atau penarikan sekutu dari persekutuan merupakan disosiasi dari sekutu
tersebut. Diosiasi sekutu tidak harus berarti pembubaran dan penutupan dari persekutuan.
Banyak persekutuan yang tetap melanjutkan bisnisnya dan persekutuan dapat membeli
kepentingan sekutu yang berhenti pada harga buyout (buyout price). Harga buyout atau
harga pembelian merupakan estimasi jumlah jika (1) aset telah dijual pada harga sama
dengan yang lebih besar dari nilai likuidasi atau nilai berdasarkan penjualan seluruh
bisnis jika bisnis tetap berlangsung tanpa sekutu yang berhenti, dan (2) persekutuan
berakhir pada saat tersebut, dengan pembayaran seluruh kreditor persekutuan dan
penghentian bisnis Sekutu yang mengundurkan diri dari persekutuan dapat dikenai
tanggung jawab oleh persekutuan atas kerugian yang dialami persekutuan karena
pengunduran diri atau disasosiasi yang ilegal. Disasosiasi yang ilegal terjadi ketika
disasosiasi tersebut terjadi karena pelanggaran dalam ketentuan perjanjian persekutuan
atau, untuk persekutuan yang dibentuk untuk waktu atau tujuan tertentu, sebelum waktu
atau tujuan telah diselesaikan.
1.3 Perubahan Dalam Keanggotaan
1. Persekutuan sebagai Entitas Terpisah dari Sekutu Individu dan Penggunaan
Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
KUHPer secara jelas mendefinisikan persekutuan sebagai sebuah entitas yang
terpisah dari sekutu individu. Sebagai contoh, entitas persekutuan tidak berubah
karena penambahan atau penarikan dari sekutu individu. Ini sama dengan konsep
entitas untuk bentuk bisnis korporasi, di mana bisnis tidak perlu direvaluasi setiap
terjadi perubahan pemegang saham.
Beberapa persekutuan memilih untuk mematuhi prinsip akuntansi berterima
umum (general accepted accounting principles-GAAP) untuk entitas tanpa
akuntabilitas publik (SAK-ETAP) dalam pelaporan akuntansi dan keuangannya.
Persekutuan ini mengikuti standar yang sama yang disusun oleh DSAK dan badan
regulator lainnya seperti yang dilakukan perusahaan publik. Sering kali perusahaan
modal ventura atau pemasok kredit lainnya mensyaratkan perusahaan persekutuan
swasta mengikuti GAAP agar finansial persekutuan dapat dibandingkan dengan
perusahaan publik lainnya. Perusahaan ventura bersama memiliki tujuan untuk dapat
memperoleh pemodal publik. Sehingga jika persekutuan mengikuti PSAK atau SAK-
ETAP sehingga keuangan persekutuan dapat dibandingkan dengan perusahaan publik
lainnya. Perusahaan modal ventura memiliki tujuan yang pada akhirnya digunakan
investee untuk publik. Dengan demikian. jika persekutuan mengkuti PSAK dan atau
SAK-ETAP dan diaudit oleh auditor eksternal, maka persekutuan tersebut dapat
memperoleh opini audit yang menyatakan bahwa laporan keuangan persekutuan telah
sesuai denga prinsip-prinsip akuntansi berterima umum dan sepenuhnya diadopsi
SAK-ETAP.
Persekutuan yang mengikuti PSAK dan atau SAK-ETAP dan mendefinisikan
perusahaan sebaga entitas terpisah dari sekutu individual akan memperhitungkan
perubahan keanggotaan dalam cara yang sama seperti entitas korporasi yang akan
memperhitungkan perubahan investornya. Investas tambahan akan diakui pada nilai
wajar bersamaan dengan peningkatan yang berkaitan dalam total modal perusahaan.
PSAK atau SAK-ETAP tidak memberikan pedoman untuk merevaluasi aset neto
yang mengalam kenaikan nilainya dengan adanya perubahan keanggotaan
persekutuan. Namun, ada beberapa situan berdasarkan PABU, di mana penurunan
nilai aset neto tertentu dapat diakui ketika terjadi perubahan keanggotaan persekutuan.
Misalnya, PSAK 48 tentang "Penurunan Nilai Aset, menyajikan prosedur pengakuan
penurunan nilai aset, termasuk goodwill. Namun, tidak ada standar PABU yang
mengatur tentang kenalkan nilai aset takberwujud atau pengakuan gondwill baru,
hanya karena perubahan keanggotaan persekutuan.
2. Persekutuan sebagai Keseluruhan Kepentingan Sekutu dan Penggunaan
Akuntansi Non-SAK-ETAP
Para sekutu dalam sebuah perusahaan swasta dapat memilih untuk mengikuti
metode akuntansi non-SAK-ETAP untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.
Dalam kasus ini, perusahaan masih dapat diaudit oleh auditor eksternal, tetapi opini
audit yang menyatakan dengan jelas bahwa prinsip-prinsip akuntansi non-SAK-ETAP
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Persekutuan seperti ini tidak dapat
memperoleh opini audit "wajar tanpa pengecualian".
Banyak persekutuan menggunakan transaksi di sekitar perubahan keanggotaan
persekutuan sebagai kesempatan untuk merevaluasi aset dan liabilitas persekutuan
yang ada atau untuk mencatat goodwill yang diakui secara jelas. Praktik revaluasi aset
neto atau pengakuan goodwill tidak sesuai dengan PSAK atau SAK-ETAP.
Persekutuan menggunakan argumen metode non-PSAK atau non SAK-ETAP bahwa
merevaluasi aset pada saat perubahan keanggotaan persekutuan menyatakan secara
lengkap kondisi ekonomi yang sebenarnya dari persekutuan pada saat perubahan
keanggotaan tersebut dan menetapkan perubahan nilai aset dan liabilitas serta
goodwill kepada para sekutu yang telah mengelola bisnis sepanjang terjadinya
perubahan nilai. Beberapa akuntan percaya revaluasi ini diperlukan untuk menilai
secara tepat setiap ekuitas sekutu terkini dalam persekutuan.
Sekutu Baru Membeli Kepentingan
Seseorang bisa memperoleh kepentingan persekutuan secara langsung dari satu atau
lebih sekutu yang ada saat ini. Dalam jenis transaksi ini, kas atau aset lain ditukar di luar
persekutuan, dan pencatatatan yang dilakukan dalam pembukuan persekutuan merupakan
reklasifikasi dari total modal persekutuan.
Sebuah konsep yang sering digunakan adalah nilai buku. Nilai buku persekutuan
(book value of a partnership) ini hanya jumlah total modal, yang juga merupakan jumlah
aset neto (total aset dikurangi total liabilitas). Nilal buku sangat penting karena berfungsi
sebagai dasar untuk revaluasi aset dan liabilitas atau pengakuan goodwill.
Untuk tujuan dari pembahasan ini, asumsikan bahwa setelah operasi dan penarikan
sekutu selama tahun 20X1 dan 20X2, persekutuan AB memiliki nilai buku sebesar
Rp30.000.000 dan persentase pembagian laba pada tanggal 1 Januari 20X3 adalah
sebagai berikut:

Saldo Modal Presentase Laba

Adi Rp20.000.000 60
Bayu 10.000.000 40
Total Rp30.000.000 100
Berikut ini informasi yang menjelaskan seputar kasus ini.
1. Tanggal 1 Januari 20X3. Aldi dan Bayu mengundang Citra menjadi sekutu dalam
bisnis mereka. Persekutuan yang dihasilkan disebut persekutuan ABC.
2. Citra membeli seperempat kepentingan dalam modal persekutuan secara langsung dari
Aldi dan Bayu dengan jumlah biaya perolehan sebesar Rp9.000.000, dengan
membayar Rp5.900.000 kepada Aldi dan Rp3.100.000 kepada Bayu. Citra akan
memiliki kredit modal sebesar Rp7.500.000 (Rp30.000.00 x 0,25) dalam reklasifikasi
secara proporsional dari akun modal Aldi dan Bayu.
3. Citra berhak mendapatkan kepentingan sebesar 25 persen dalam laba atau rugi
persekutuan. Sisa kepentingan sebesar 75 persen akan dibagi antara Aldi dan Bayu
pada rasio laba mereka sebelumnya 60:40 persen. Hasil dari persentase laba atau rugi
setelah masuknya Citra adalah sebagai berikut:

Sekutu Presentase Laba


Aldi 45% (75% dari 60%)
Bayu 30% (75% dari 40%)
Citra 25
Total 100

Pada contoh ini, bagian Citra sebesar 25 persen dari laba atau rugi persekutuan
adalah sama dengan seperempat kepentingan modainya. Kedua bagian persentase
tersebut tidak harus sama. Kepentingan modal sekutu bisa berubah sepanjang waktu
karena distribusi laba, penarikan, atau investasi tambahan modal. Lebih lanjut Citra bisa
memperoleh seluruh kepentingan modal secara langsung dari sekutu mana pun. Hal ini
tidak diperlukan bahwa sekutu baru membeli secara langsung kepentingan melakukan
reklasifikasi secar proporsional dari setiap sekutu sebelumnya.
Transaksi antara Citra dan sekutu individu tidak direfleksikan pada pembukuan
persekus Satu-satunya jurnal untuk mereklasifikasi modal persekutuan. Aldi dan Bayu
memberikan seperempat dari modal mereka kepada Citra, seperti berikut ini:

1 Januari 20X3

(7) Modal, Adi 5.000.000

Modal, Bayu 2.500.000

Modal, Citra 7.500.000


Mereklasifikasi modal kepada sekutu baru

Dari Aldi : Rp5.000.000 = Rp20.000.000 x 0,25

Dari Bayu : Rp2.500.000 = Rp10.000.000 x 0,25

Pada kasus ini, kredit modal kepada Citra hanya sebesar Rp7.500.000, meskipun
Rp9.000.000 yang dibayarkan untuk seperempat kepentingan. Pembayaran sebesar
Rp9.000.000 menunjukka bahwa nilai wajar persekutuan adalah Rp36.000.000, dihitung
sebagai berikut.

Rp9.000.000 = Nilal wajar x 0,25

Rp36.000.000 = Nilai wajar

Nilai buku persekutuan adalah Rp30.000.000 sebelum investasi dari Citra.


Pembayaran sebesar Rp9.000.000 dilakukan secara langsung kepada sekutu individu, dan
tidak akan menjadi bagian dari aset persekutuan. Selisih sebesar Rp6.000.000 antara nilai
wajar dengan nilai buku yang baru bisa berupa aset yang dinilai terlalu rendah atau
adanya goodwill yang belum diakui.

Aldi dan Bayu bisa menggunakan bukti dari akuisisi yang dilakukan Citra untuk
merevaluasi aset persekutuan dan sepenuhnya mencerminkan perubahan nilai yang telah
terjadi sebelum masuknya Citra. Jika tidak, maka dapat menyebabkan bagian Citra akan
meningkat secara proporsional ketika kenaikan direalisasikan. Misalnya, jika
persekutuan memiliki tanah yang nilainya di bawah Rp6.000.000 yang dijual setelah
Citra dimasukkan dalam persekutuan, Citra akan mendapatkan bagian keuntungan atas
penjualan berdasarkan rasio laba. Untuk menghindari masalah yang mungkin terjadi,
beberapa persekutuan melakukan revaluasi atas aset pada saat masuknya sekutu baru
walaupun sekutu baru tersebut membeli kepentingan persekutuan secara langsung dari
sekutu yang ada. Dalam kasus ini, Aldi dan Bayu dapat mengakui kenaikan nilai tanah
secepatnya sebelum masuknya Citra dan mengalokasikan kenaikan tersebut secara tepat
ke akun modal mereka dengan rasio laba 60:40 sebagai berikut.

(8) Tanah 6.000.000

Modal, Aldi 3.600.000

Modal, Bayu 2.400.000

Revaluasi nilai tanah sebelum masuknya sekutu baru:

Untuk Aldi: Rp3.600.000 = Rp6.000.000 x 0,60

Untuk Bayu: Rp2.400.000 = Rp6.000.000 x 0,40

Perlu dicatat bahwa total modal yang dihasilkan persekutuan adalah Rp36.000.000
(Rp30.000.000 sebelumnya ditambah Rp6.000.000 revaluasi). Pengalihan seperempat
kredit modal kepada Citra dicatat sebagai berikut:

(9) Modal, Aldi 5.900.000

Modal, Bayu 3.100.000

Modal, Citra 9.000.000

Mereklasifikasi modal kepada sekutu baru:

Rp5.900.000 = Rp23.600.000 x 0,25

Rp3.100.000 = Rp12.400.000 x 0,25

Rp9.000.000 = Rp36.000.000 x 0,25

Akuntan dari persekutuan harus memastikan bahwa adanya bukti yang memadai
untuk setiap revaluasi aset dan liabilitas untuk mencegah kecurangan penilaian. Bukti
yang dapat menguatkan seperti jasa penilai atau jangka waktu diperpanjang atas laba
yang berlebih dapat membantu penilaian aset.

Sekutu Baru Berinvestasi dalam Persekutuan


Sekutu baru dapat memperoleh bagian dari persekutuan dengan cara melakukan
investasi ke dalam bisnis. Dalam kasus ini, persekutuan menerima kas atau aset lain. Ada
tiga kasus yang dapat terjadi saat sekutu baru menginvestasikan dalam persekutuan:
Kasus 1. Investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru atas nilai buku
persekutuan.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru atas nilai buku
persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa aset neto persekutuan sebelumnya
dinilai terlalu rendah pada pembukuan atau adanya goodwill yang belum dicatat.
Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih rendah dari proporsi sekutu baru atas nilal buku
persekutuan. Hal ini menunjukkan bahwa aset neto persekutuan sebelumnya dinilai
terlalu tinggi pada pembukuan atau sekutu baru memberikan kontribusi goodwill
sebagai tambahan untuk aset lain.
Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu baru
adalah dengan menghitung proporsi sekutu baru atas nilai buku persekutuan (new
partner's proportion of the partnership's book value) sebagai berikut:

FIGUR 15-1
Ikhtisar Akuntansi Penerimaan
Langkah Pertama : Membandingkan Proporsional Langkah 2 : Metode Alternatif Untuk
Menghitung Penerimaan Sekutu Baru
Biaya prolehan Investasi > Nilai buku (Kasus 2) 1. Merevaluasi aset neto sampai dengan nilai • Sekutu sebelumnya menerima kenaikan
pasar dari mengalokasikan ke sekutu penilaian aset goodwill
atau bonus yang sebelumnya. ditunjukkan dengan atas
investasi sekutu
2. Mencatat goodwill yang belum diakui baru di atas nilai buku
dari bagian modal dan mengalokasikan ke sekutu sebelunya awal yang dialihkan ke
sekutu baru.
3. Menetapkan bonus ke sekutu sebelumnya. • Mencatat kenaikan penilaian aset atau
goodwill sekutu sebelumnya
yang menaikkan total modal
persekutuan yang dihasilkan
Biaya prolehan investasi = Nilai buku (Kasus 1) 1. Tidak ada revaluasi bonus atau goodwill • Tidak diperlukan alokasi tambahan karena
sekutu baru akan menerima
bagian modal yang sebanding
dengan investasinya.
• Total modal yang dihasilkan persekutuan
sama dengan modal sekutu sebelumnya
ditambah investasi sekutu baru.
Biaya prolehan investasi < Nilai buku (Kasus 3) 1. Merevaluasi aset neto sampai dengan • Sekutu sebelumnya menetapkan penurunan
nilai pasar dan mengalokasikan ke sekutu nilai aset yang terjadi sebelum
penerimaan sebelumnya. sekutu baru. Kalau tidak sekutu baru
menetapkan
2. Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru goodwill atau bonus sebagai bagian dari insentif
3. Menetapkan bonus ke sekutu baru penerimaan.
• Mencatat penurunan penilaian aset yang dihasilkan dari
penurunan total modal sedangkan mencatat goowill sekutu
baru menaikkan total modal yang dihasilkan.
Proporsi sekutu baru atas nilai buku persekutuan dibanding dengan jumlah investasi
yang dilakukan sekutu baru untuk menentukan prosedur yang harus diikuti dalam
akuntansi untuk penerimaan sekutu baru. Figur 15-1 menyajikan ikhtisar dari ketiga
kasus di atas. Iangkah 1 adalah membandingkan investasi sekutu baru dengan
proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Perlu dicatat bahwa hal ini dilakukan
sebelum revaluasi atau pengakuan goodwill. Langkah 2 adalah menentukan metode
penerimaan tertentu. Tiga metode yang berbeda tersedia untuk menghitung penerimaan
sekutu baru ketika ada perbedaan antara investasi sekutu baru dengan proporsinya atas
nilal buku persekutuan. Ketiga metode itu adalah: (1) revaluasi aset neto (net assets
revaluation), (2) pengakuan goodwill (goodwill recognition). (3) menggunakan metode
bonus (bonus method). Dalam revaluasi aset neto dan metode pengakuan goodwill, dasar
biaya historis dari aset neto persekutuan disesuaikan selama penerimaan sekutu baru.
Beberapa sekutu keberatan dengan adanya biaya historis dan lebih memilih metode
bonus, yang menggunakan pengalihan kepentingan modal di antara sekutu untuk
menyelaraskan total modal yang dihasilkan dari persekutuan. Dalam metode bonus, aset
neto tetap berada pada dasar biaya historis. Pilihan metode akuntansi dalam penerimaan
sekutu baru bergantung pada kesepakatan para sekutu.
Terdapat beberapa kesamaan antara akuntansi untuk penerimaan sekutu baru dengan
akuntansi untuk investasi pada saham perusahaan lain. Jika sekutu baru membayar lebih
dari nilai buku, maka kelebihan biaya perolehan di atas nilai buku, yaitu diferensial
positif, mungkin disebabkan goodwill yang tidak diakui atau karena aset yang dinilai
terlalu rendahkasus yang sama dalam akuntansi untuk diferensial pada investasi saham.
Jika nilai buku sama dengan biaya perolehan investasi, maka tidak ada diferensial,
mengindikasikan bahwa nilai buku dari aset neto sama dengan nilai wajarnya. Jika biaya
perolehan investasi kurang dari nilai buku, maka ada kelebihan nilai buku di atas biaya
perolehan, aset persekutuan dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, konsep unik satu-
satunya pada akuntansi persekutuan adalah menggunakan metode bonus.
Persekutuan AB yang disajikan sebagai contoh awal masih digunakan dalam tiga
kasus berikut. Sebuah tinjauan dari fakta-fakta utama untuk contoh ini sebagai berikut.
1. Tanggal 1 Januari 20X3, modal dari persekutuan AB adalah Rp30.000.000. Saldo
Aldi adalah Rp20.000.000 dan saldo Bayu adalah Rp10.000.000. Rasio pembagian
laba antara Aldi dan Bayu adalah 60:40.
2. Citra diminta menjadi sekutu baru Citra akan mendapatkan seperempat kepentingan
modal dan 25 persen bagian laba. Aldi dan Bayu akan membagi 75 persen sisa laba
dengan rasio 60:40, menghasilkan bagian laba 45 persen untuk Aldi dan 30 persen
untuk Bayu.
Ilustrasi Revaluasi Pendekatan Aset Neto
Asumsikan bahwa Citra membayar kelebihan Rp750.000 (Rp11.000.000-Rp10.250.000)
atas nilai buku proporsional karena persekutuan memiliki tanah dengan nilai buku
sebesar Rp4.000.000, tetapi penilaian nilai buku terkini mengindikasikan tanah tersebut
memiliki nilai pasar sebesar Rp7.000.000. Sekutu sebelumnya memutuskan untuk
menggunakan penerimaan sekutu baru sebagai pengakuan menaikkan nilai tanah dan
untuk menetapkan kenaikan ini ke akun saldo modal sekutu sebelumnya. Kenaikan nilai
tanah tersebut dialokasikan ke akun modal para sekutu dengan menggunakan rasio laba
dan rugi yang ada sepanjang terjadinya kenaikan. Modal Aldi meningkat sebesar
Rp1.800.000 (60 persen dari kenaikan sebesar Rp3.000.000), dan modal Bayu meningkat
sebesar Rp1 200.000 (40 persen dari Rp3.000.000). Persekutuan akan membuat jurnal
untuk revaluasi tanah sebagai berikut. (11) Tanah 3.000.000 Modal, Aldi 1.800.000
Modal, Bayu 1.200.000 Merevaluasi tanah persekutuan menjadi nilai pasar Investasi
Citra sebesar Rp11.000.000 menjadikan total modal yang dihasilkan persekutuan sebesar
Rp44.000.000, seperti sebagai berikut:

Modal Persekutuan AB sebelumnya Rp 30.000.000


Revaluasi atas Tanah Menjadi Nilai Pasar Rp 3.000.000
Investasi Citra Rp 11.000.000
Total modal yang dihasilkan persekutuan ABC Rp 44.000.000
Citra mengakuisisi seperempat kepentingan pada total modal yang dihasilkan
persekutuan ABC. Kredit modal Citra, setelah merevaluasi tanah, dihitung sebagai
berikut:
Bagian sekutu baru dari total modal yang dihasilkan = (Rp30.000.000 + Rp3.000.000 +
Rp11.000.000) x 0,25 = Rp11.000.000
Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra ke dalam persekutuan adalah sebagai berikut:
(12) Kas 11.000.000
Modal, Citra 11.000.000
Penerimaan Citra untuk seperempat kepentingan modal dalam persekutuan
ABC
Ketika tanah dijual, Citra akan berpartisipasi pada keuntungan atau kerugian yang
dihitung dengan dasar nilai buku yang baru sebesar Rp7.000.000, yang merupakan nilai
pasar tanah pada saat penerimaannya ke dalam persekutuan. Seluruh kenaikan pada nilai
tanah sebelum penerimaan Citra adalah milik sekutu sebelumnya.
Ilustrasi Pengakuan Goodwill
Sebuah sekutu yang masuk mungkin akan membayar lebih karena adanya goodwill
yang tidak diakui, ditunjukkan dengan tingginya profitabilitas persekutuan. Beberapa
persekutuan menggunakan perubahan keanggotaan sebagai peluang untuk mencatat
goodwill yang tidak diakui oleh sekutu sebelumnya. Pencatatan goodwill yang tidak
diakui digunakan dalam akuntansi persekutuan untuk membentuk ekuitas modal yang
sesuai di antara para sekutu. Sebagaimana yang dibahas sebelumnya, hal ini adalah
pengecualian dari aturan umum yang diterapkan dalam PSAK 48. tetapi kebutuhan
informasi para sekutu dan tujuan spesifik dari laporan keuangan persekutuan dapat
berfungsi untuk membenarkan pengecualian.
Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan negosiasi antara sekutu
yang sudah ada dengan sekutu prospektif dan berdasarkan estimasi laba masa depan.
Misalnya, sekutu yang sudah ada dan sekutu baru setuju bahwa, disebabkan adanya
upaya sekutu yang sudah ada, persekutuan memiliki potensi menghasilkan laba, dan
goodwill senilai Rp3.000.000 harus dicatat untuk mengakui fakta ini. Biaya perolehan
investasi yang dinegosiasikan dengan sekutu baru akan didasarkan sebagian pada potensi

menghasilkan laba dalam persekutuan tersebut. Alternatifnya, goodwill mungkin akan


diestimasikan dari jumlah investasi sekutu baru. Misalnya, dalam kasus ini, Citra
menginvestasikan Rp11.000.000 untuk seperempat kepentingan; karena itu, dia harus
percaya bahwa total modal persekutuan yang dihasilkan sebesar Rp44.000.000
(Rp11.000.000 x 4). Perkiraan goodwill adalah Rp3.000.000.
Cara lain untuk melihat pembuatan goodwill pada saat penerimaan sekutu baru
adalah menggunakan akun T untuk menggambarkan laporan posisi keuangan
persekutuan. Setiap ada aset neto tambahan, seperti pengakuan goodwill, harus
diseimbangkan dengan modal tambahan, seperti sebagai berikut:
Oleh karena total modal yang dihasilkan dari persekutuan ABC diestimasikan
(Rp44.000.000), goodwill baru (Rp3.000.000) adalah penyeimbang laporan posisi
keuangan antara modal berwujud (Rp41.000.000). yang termasuk investasi kas sekutu
baru, dan estimasi total modal yang dihasilkan persekutuan ABC (Rp44.000.000).
Goodwill yang tidak diakui akan dicatat, dan akun modal sekutu sebelumnya
dikredit sebagai kenaikan aset. Penyesuaian terhadap akun modal pada rasio laba atau
rugi yang sudah ada selama periode goodwill dibentuk. Hal ini akan menaikkan modal
Aldi sebesar 60 persen dari nilai goodwill dan modal Bayu sebesar 40 persen. Jurnal
untuk mencatat goodwill dan penerimaan Citra adalah sebagai berikut:
(13) Goodwiil 3.000.000
Modal, Aldi 1.800.000
Modal, Bayu 1.200.000
Mengakui goodwill yang belum dicatat
(14) Kas 11.000.000
Modal, Citra 11.000.000
Penerimaan Citra kedalam persekutuan untuk seperempat kepentingan modal:
Rp44.000.000 x 0,25
Alasan lain mencatat goodwill karena sekutu baru menginginkan saldo modalnya
sama dengan jumlah yang diinvestasikan. Investasi berdasarkan nilai pasar persekutuan,
dan supaya hal ini tercapai. persekutuan harus menyatakan kembali aset neto sebelumnya
menjadi nilai wajarnya.
Penting untuk mencatat bahwa Rp11.000.000 yang dikredit ke akun modal Citra
adalah seperempat dari total modal yang dihasilkan persekutuan ABC sebesar
Rp44.000.000, seperti sebagai berikut.
Bagian sekutu baru dari total modal yang dihasilkan = (Rp30.000.000 Rp3.000.000
+ Rp11.000.000) x 0,25=Rp11.000.000.
Pada periode mendatang, jika ada penurunan nilai kerugian goodwill akan
dibebankan pada laba persekutuan sebelum laba neto didistribusikan kepada sekutu.
Konsekuensinya, distribusi laba kepada Citra di masa depan bisa dipengaruhi oleh
goodwill yang diakui pada saat Citra diterima ke dalam persekutuan.
Pengunduran Diri Sekutu dari Persekutuan
Ketika seorang sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari persekutuan, maka
persekutuan secara tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin
masih berkeinginan melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan
membeli semua kepentingan sekutu yang berhenti sebesar harga pembelian (buyout
price). Harga pembelian adalah jumlah estimasi jika (1) aset persekutuan dijual pada
harga sama dengan atau lebih besar dari nilai likuidasi atau nilai yang didasarkan pada
penjualan keseluruhan bisnis yang terus berlangsung tanpa sekutu yang berhenti, dan (2)
persekutuan berakhir pada saat itu, dan seluruh kewajiban persekutuan diselesaikan
Perhatikan bahwa goodwill dapat dimasukkan dalam penilaian. Persekutuan harus
membayar bunga kepada sekutu yang berhenti sejak tanggal pengunduran diri sampai
dengan tanggal pembayaran. Dalam kasus berhentinya sekutu karena ada pelanggaran,
persekutuan dapat menuntut secara legal sekutu yang keluar atas kerusakan atau kerugian
yang ditimbulkan akibat pelanggaran yang terjadi.
Dalam kasus di mana persekutuan menyetujui pengunduran diri dan tidak ada
kesalahan akuntan dapat membantu perhitungan harga pembelian. Hal ini penting untuk
menentukan seluruh liabilitas yang masih ada saat tanggal pengunduran diri. Perjanjian
persekutuan dapat termasuk prosedur lain untuk digunakan pada kasus pengunduran diri
sekutu, seperti penilaian spesifik, proses akuisisi dari nilai yang dapat dialihkan pada
sekutu yang mengundurkan diri, dan aspek lain terkait perubahan proses keanggotaan.
Beberapa persekutuan melakukan audit ketika terjadi perubahan komposisi sekutu.
Audit ini menghasilkan eksistensi dan keakuratan pada nilai buku aset dan liabilitas.
Terkadang, kesalahan akuntansi ditemukan selama proses audit. Kesalahan tersebut
harus diperbaiki dan akun modal sekuni harus disesuaikan berdasarkan rasio laba atau
rugi yang ada pada periode kesalahan ditemukan Misalnya, jika audit mengungkapkan
beban penyusutan tiga tahun yang lalu sebesar Rp4.000.000 lebih rendah dari
seharusnya, kesalahan tersebut diperbaiki dengan penyesuaian periode sebelumnya, dan
akun modal sekutu dibebankan dengan masing-masing bagiannya dari penyesuaian yang
didasarkan pada rasio laba atau rugi tiga tahun yang lalu.
Pada umumnya, sekutu yang tetap melanjutkan akan membeli sekutu yang berhenti
dengan akuisisi langsung atau persekutuan membeli kepentingan sekutu yang berhenti
tersebut. Jika sekutu yang tetap melanjutkan membeli langsung kepentingan sekutu yang
berhenti, satu-satunya jurnal pada pembukuan persekutuan adalah mencatat reklasifikasi
modal antarsekutu. Jika persekutuan mengakuisisi kepentingan sekutu yang berhenti,
persekutuan harus mencatat pengurangan total modal persekutuan dan pengurangan yang
berhubungan dengan pembayaran aset kepada sekutu yang berhenti.
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E., Lembke, Valdean C., King, Thomas E., Jeffrey, Cynthia G., Jusuf, Amir
Abadi., NPS, Sylvia Veronica., Wulandari, Etty Retno., 2016. Akuntansi Keuangan
Lanjutan Perspektif Indonesia. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai