Anda di halaman 1dari 33

PERTEMUAN 3

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PERSEKUTUAN


PENDIRIAN, OPERASI,PERUBAHAN KEPEMILIKAN

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN (A2) – EKA 437


Dosen Pengampu Mata Kuliah
Luh Gede Krisna Dewi, S.E.,M.Si.,Ak.

OLEH :

KELOMPOK 2

1. Ni Wayan Kresnawati 2007531275


2. Ni Putu Eka Olipyantari 2007531276

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................3
C. TUJUAN................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADA PARA


SEKUTU...............................................................................................................4
B. LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN ....................................................10
C. PERUBAHAN DALAM KEANGGOTAAN
PERSEKUTUAN................................................................................................11
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................33

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntan sering kali diminta bantuannya dalam hal pendirian dan operasi dari
persekutuan untuk memastikan pengukuran dan penilaian yang benar atas transaksi
dalam persekutuan. Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer karena mudah
dalam pendiriannya dan memungkinkan beberapa individu untuk menggabungkan bakat
dan kemampuan mereka, dalam satu usaha tertentu. Selain itu, persekutuan
menyediakan sarana yang lebih fleksibel untuk memperoleh tambahan modal
dibandingkan dengan perusahaan perorangan dan memungkinkan pembagian risiko
dalam pertumbuhan usaha yang cepat. Dalam makalah ini akan membahas tentang
alokasi laba atau rugi kepada para sekutu, laporan keuangan persekutuan, perubahan
dalam keanggotaan persekutuan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana alokasi laba atau rugi kepada para sekutu ?
2. Bagaimana laporan keuangan persekutuan ?
3. Bagaimana perubahan dalam keanggotaan persekutuan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui alokasi laba atau rugi kepada para sekutu
2. Untuk mengetahui mengenai laporan keuangan persekutuan
3. Untuk mengetahui perubahan dalam keanggotaan persekutuan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alokasi Laba Atau Rugi Kepada Para Sekutu


Laba atau rugi dialokasikan ke para sekutu pada setiap akhir periode bersangkutan
dengan perjanjian persekutuan. Jika tidak ada dalam perjanjian, Bab VIII, Bagian II. Pasal
1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau rugi secara
proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke persekutuan. Hampir semua
persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti
secara benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua
sekutu setuju atas distribusi laba atau rugi. Banyak permasalahan dan perdebatan di
kemudian hari yang dapat dihindari dengan menentukan secara hati-hati atas pembagian laba
atau rugi dalam pasal-pasal perjanjian persekutuan.
Ada berbagai macam rencana distribusi laba (profit distribution plans) di dunia usaha.
Beberapa persekutuan memiliki rencana distribusi yang sederhana, sedangkan rencana
distribusi lainnya sangat kompleks. Hal ini menjadi tanggung jawab akuntan untuk
mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan perjanjian persekutuan terlepas seberapa
sederhana atau kompleksnya perjanjian tersebut. Distribusi laba serupa dengan dividen untuk
korporasi: Distribusi ini tidak harus dimasukkan dalam laporan laba rugi persekutuan terlepas
bagaimana laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba akan dicatat langsung kepada akun
modal, tidak dicatat sebagai pos beban.
Sebagian besar persekutuan menggunakan satu atau lebih metode distribusi sebagai berikut.
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya (preselected ratio).
2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance).
3. Gaji kepada sekutu.
4. Bonus kepada sekutu.
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi di antara para
sekutu. Rasio untuk distribusi laba bisa berdasarkan pada persentase jumlah modal
persekutuan, waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor
lainnya. Persekutuan yang lebih kecil terkadang memisahkan laba pada tiap-tiap sekutu.
Selain itu, beberapa persekutuan memiliki rasio yang berbeda jika perusahaan mengalami
kerugian dibandingkan memperoleh keuntungan. Bentuk usaha persekutuan memungkinkan
berbagai pilihan rasio distribusi laba untuk memenuhi keinginan para sekutu
Distribusi laba persekutuan berdasarkan pada bunga atas saldo modal mengakui
kontribusi dari investasi modal sekutu terhadap kemampuan dalam menghasilkan laba bagi
persekutuan. Bunga atas saldo modal ini umumnya bukan merupakan beban bagi
persekutuan; ini merupakan distribusi laba. Jika satu atau lebih jasa dari sekutu tersebut
penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa memberikan gaji atau bonus. Sekali
lagi, gaji yang dibayarkan ke sekutu ini adalah bentuk distribusi laba dan tidak merupakan
beban bagi persekutuan. Terkadang, proses distribusi bisa bergantung pada besarnya laba
4
atau bisa berbeda jika persekutuan mengalami kerugian pada akhir periode. Contohnya, gaji
untuk sekutu hanya dibayarkan jika pendapatan melampaui beban pada jumlah tertentu.
Akuntan harus membaca dengan teliti perjanjian persekutuan untuk menentukan rencana
distribusi laba yang paling tepat untuk kondisi tertentu pada waku itu.
Distribusi laba atau rugi dicatat dengan jurnal penutup pada setiap akhir periode.
Pendapatan dan beban akan ditutup ke dalam ikhtisar laba rugi atau langsung ke dalam akun
modal sekutu. Dalam contoh-contoh berikut, digunakan akun ikhtisar laba rugi, saldo di mana
laba neto atau rugi neto setelah akun pendapatan dan beban ditutup dan sebelum distribusi
laba atau rugi ke akun modal sekutu.
Ilustrasi Alokasi Laba
Selama tahun 202X1, persekutuan AB memperoleh pendapatan Rp 45.000.000 dan beban Rp
35.000.000, sehingga menghasilkan laba Rp 10.000.000 pada tahun tersebut. Aldi mengelola
saldo modal sebesar Rp 20.000.000 selama tahun berjalan, tetapi investasi modal Bayu
selama tahun berjalan berubah- ubah sebagai berikut.

Tanggal Debet Kredit Saldo


1 Januari Rp10.000.000
1 Mei Rp3.000.000 7.000.000
1 September Rp500.000 7.500.000
1 November 1.000.000 6.500.000
31 Desember 6.500.000

Nilai debit sebesar Rp3.000.000 dan Rp1.000.000 dicatat dalam akun penarikan Bayu;
investasi tambahan dikredit ke akun modalnya.

Rasio Pembagian Laba Secara Arbitrer


Aldi dan Bayu dapat menyetujui pembagian laba dengan rasio yang tidak ada hubungannya
dengan saldo modal atau fitur operasi lainnya. Misalnya, para sekutu setuju untuk membagi
laba atau rugi dengan rasio 60 persen untuk Bayu. Beberapa perjanjian persekutuan
menyatakan perbandingan ini sebagai rasio 3:2. Tabel berikut menggambarkan bagaimana
laba neto didistribusikan menggunakan rasio pembagian laba 3:2.

Aldi Bayu Total


Persentase pembagian laba 60% 40% 100%
Laba neto Rp10.000.000
Alokasi 60 : 40 Rp6.000.000 Rp4.000.000 (10.000.000)
Total Rp6.000.000 Rp4.000.000 Rp-0-

Tabel di atas menggambarkan bagaimana laba neto didistribusikan ke akun modal para
sekutu. Distribusi aktual diselesaikan dengan menutup akun ikhtisar laba rugi. Selain itu,
akun penarikan ditutup ke akun modal pada akhir periode.
5
31 Desember
(4) Modal, Bayu 4.000.000
Penarikan-Bayu 4.000.000
Menutup akun penarikan oleh Bayu

(5) Pendapatan 45.000.000


Beban 35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000
Menutup pendapatan dan beban

(6) Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000


Modal, Aldi 5.000.000
Modal, Bayu 4.000.000
Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian persekutuan

Bunga Atas Saldo Modal


Perjanjian dapat memberikan bunga atas saldo modal sekutu dikredit sebagai bagian dari
distribusi laba. Tingkat bunga sering kali dinyatakan dalam persentase, tetapi beberapa
persekutuan permenggunakan suku bunga yang ditentukan oleh referensi suku bunga BI
terkini atau suku bunga pasar uang terkini.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bunga yang dihitung pada modal sekutu biasanya
dalam bentuk distribusi laba. Perhitungannya dilakukan setelah laba neto ditentukan agar
dapat diputuskan bagaimana laba tersebut didistribusikan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika bunga atas saldo modal dimasukkan dalam
rencana distribusi laba. Contohnya, jumlah yang didistribusikan dapat berbeda secara
signifikan tergantung pada apakah bunga dihitung dari saldo awal modal, saldo akhir modal,
atau rata-rata saldo modal selama satu periode. Sebagian besar provisi untuk bunga atas
modal menyatakan bahwa harus menggunakan modal rata-rata tertimbang. Metode ini secara
eksplisit mengakui rentang waktu untuk setiap tingkat modal yang digunakan selama periode
berjalan. Misalnya, saldo modal rata-rata tertimbang Bayu untuk tahun 20X1 dihitung
sebagai berikut.
Tanggal Debet Kredit Saldo Jumlah Bulan Bulan x Saldo
1 Januari Rp1.000.000 4 Rp40.000.000.
1 Mei Rp3.000.000 7.000.000 4 28.000.000
1 September Rp5.000.000 7.500.000 2 15.000.000
1 November 1.000.000 6.500.000 2 13.000.000
Total 12 Rp96.000.000
Modal rata-rata (Rp96.000.000 : 12 Bulan Rp8.000.000

Jika Aldi dan Bayu setuju untuk mengenakan bunga sebesar 15 persen pada saldo modal rata-
rata tetimbang dengan sisa laba yang akan didistribusikan pada rasio 60:40, maka distribusi
laba Rp 10.000.000 akan dihitung sebagai berikut.

6
Aldi Bayu Total
Presentase laba 60% 40% 100%
Modal rata-rata Rp20.000.000 Rp8.000.000
Laba neto Rp10.000.000
Bunga pada modal rata-rata 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa laba Rp5.800.000
Alokasi 60:40 3.480.000 2.320.000 (5.800.000)
Total Rp6.480.000 Rp3.520.000 Rp0

Gaji
Gaji untuk para sekutu biasanya dimasukkan sebagai bagian dari rencana distribusi laba
untuk mengakui dan mengompensasi atas jumlah yang berbeda dari jasa yang diberikan
masing-masing sekutu kepada persekutuan.
Persepsi umum dalam akuntansi persekutuan adalah bahwa gaji nuntuk sekutu bukan
merupakan beban operasi, tetapi merupakan bagian dari rencana disribusi laba. Persepsi ini
berkaitan erat dengan konsep kepemilikan dari pemilik ekuitas. Berdasarkan teori
kepemilikan, pemilik menginvestasikan modal dan jasa pribadi untuk memperoleh laba. Laba
dihasilkan dari kedua investasi tersebut. Logika yang sama juga berlaku untuk bentuk
organisasi persekutuan. Beberapa sekutu menginvestasikan modal sementara yang lainnya
menginvestasikan waktunya. Pihak-pihak yang menginvestasikan modal berhak mendapatkan
bunga atas saldo modal; sedangkan pihak-pihak yang menginvestasikan waktunya berhak
mendapatkan gaji. Namun demikian, baik bunga maupun gaji adalah hasil investas dan tidak
digunakan untuk menentukan laba, tetapi proporsi laba yang akan dikredit ke akun modal
masing-masing sekutu. Pertanyaan menarik muncul jika persekutuan mengalami kerugian.
Dapatkah gaji yang dibayarkan kepada para sekutu dikategorikan sebagai distribusi laba atau
rugi? Ketika jumlah yang dibayarkan kepada sekutu selama tahun berjalan adalah penarikan
atas antisipasi laba, jumlah gaji yang disetujui biasanya ditambahkan pada kerugian dan
jumlah tersebut kemudian didistribusikan pada modal masing-masing sekutu. Tindakan hati-
hati harus dilakukan jika persekutuan mengalami kerugian sepanjang tahun berjalan.
Beberapa perjanjian persekutuan menyatakan distribusi laba yang berbeda antara untuk laba
dan untuk rugi. Akuntan harus berhati-hati mengikuti perjanjian persekutuan dengan benar
ketika mendistribusikan laba atau rugi kepada masing-masing sekutu

Untuk menghitung gaji para sekutu, asumsikan bahwa perjanjian persekutuan


memberikan untuk gaji kepada Aldi sebesar Rp2.000.000 dan Bayu sebesar Rp5.000.000.
Sisanya akan didistribusikan dengan rasio pembagian laba rugi 60:40. Distribusi laba
dihitung sebagai berikut.

7
Aldi Bayu Total
Presentase laba 60% 40% 100%
Laba neto Rp10.000.000
Gaji Rp2.000.000 Rp5.000.000 (7.000.000)
Sisa laba Rp3.000.000
Alokasi 60:40 1.800.000 1.200.000 (3.000.000)
Total Rp3.800.000 Rp6.200.000 Rp-0-

Bonus
Bonus terkadang digunakan sebagai cara untuk memberikan kompensasi tambahan kepada
sekutu yang menyediakan jasa kepada persekutuan, Bonus biasanya dinyatakan dalam
persentase dari laba sebelum atau setelah bonus. Sering kali perjanjian persekutuan
mensyaratkan laba minimum yang harus diperoleh sebelum bonus dibagikan. Bonus mudah
dihitung dengan menurunkan dan memecahkan persamaan. Misalnya, bonus sebesar 10
persen dari laba akan dikredit pada akun modal Bayu jika laba melebihi Rp5.000.000
sebelum mendistribusikan sisa laba. Dalam Kasus I, bonus dihitung sebagai persentase dari
laba sebelum dikurangi bonus. Dalam Kasus 2 bonus dihitung sebagai persentase dari laba
setelah dikurangi bonus.
Kasus 1 :
Bonus = X% (NI – MIN)

Di mana : X% = Persentase Bonus


NI = Laba neto sebelum bonus
MIN = Jumlah minuman laba sebelum bonus

Bonus = 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000) = Rp 500.000


Kasus 2 :
Bonus = X% (NI – MIN – Bonus)
= 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000 - Bonus)
= 0,10 (Rp5.000.000 - Bonus)
= Rp500.000 – 0,10 Bonus
1,10 Bonus = Rp500.000
Bonus = Rp454.545

8
Distribusi laba neto berdasarkan pada kasus 2 dihitung sebagai berikut.

Aldi Bayu Total


Presentase laba 60% 40% 100%
Laba neto Rp10.000.000
Bonus untuk sekutu Rp454.545 454.545
Sisa laba Rp9.545.454
Alokasi 60:40 Rp5.727.273 3.818.182 (9.545.454)
Total Rp5.727.273 Rp4.272.727 Rp-0-

Basis Berganda Alokasi Laba


Perjanjian persekutuan dapat menggambarkan kombinasi dari beberapa prosedur alikasi yang
akan digunakan untuk mendistribusikan laba. Misalnya, perjanjian laba rugi persekutuan AB
menetapkan metode alokasi sebagai berikut.
1. Bunga sebesar 15 persen pada saldo modal rata-rata tertimbang
2. Gaji sebesar Rp2.000.000 untuk Aldi dan Rp5.000.000 untuk Bayu
3. Bonus sebesar 10 persen akan dibayarkan kepada bayu jika laba persekutuan melebihi
Rp5.000.000 sebelum dikurangi bonus, gaji, dan bunga atas saldo modal
4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu
Perjanjian persekutuan juga harus berisi provisi untuk menentukan proses alokasi saat
laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi. Beberapa
persekutuan menetapkan distribusi laba yang akan diikuti walau apa pun kemungkinan yang
terjadi. Kebanyakan perjanjian menetapkan bahwa keseluruhan proses harus diselesaikan dan
jika ada sisa dialokasikan dengan rasio laba atau rugi sebagaimana diilustrasikan dalam tabel
berikut ini.
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Modal rata-rata 20.000.000 8.000.000
Laba neto Rp20.000.000
Langkah 1 :
Bunga atas modal rata-rata (15 persen) 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa setelah langkah 1 Rp5.800.000
Langkah 2 :
Gaji 2.000.000 5.000.000 (7.000.000)
Defisiensi setelah langkah 2 (Rp1.200.000)
Langkah 3 :
Bonus (500.000) (500.000)
Defisiensi setelah langkah 3 (Rp1.700.000)
Langkah 4 :
Alokasi 60 : 40 (1.020.000) (680.000) Rp1.700.000
Total Rp.3.980.000 6.020.000 Rp-0-

9
Dalam kasus ini, langkah dua distribusi pertama menghasilkan defisit. Perjanjian
persekutuan AB menunjukkan bahwa seluruh proses distribusi laba harus diselesaikan dan
defisiensi yang didistribusikan dengan rasio laba atau rugi. Perjanjian persekutuan dapat
menetapkan bahwa proses distribusi laba dihentikan pada titik di mana terjadi kerugian
operasi atau defisiensi. Sakali lagi, sangat penting bagi akuntan untuk mempelajari perjanjian
persekutuan sebelum memulai distribusi laba.
Metode Alokasi Laba Khusus
Beberapa persekutuan mendistribusikan laba neto atas dasar kriteria lainnya. Misalnya,
kebanyakan persekutuan publik mendistribusikan laba berdasarkan "unit" persekutuan.
Sekutu baru memperoleh sejumlah unit dan unit tambahan yang ditetapkan oleh komite
kompensasi dengan cara memperoleh klien baru, menyediakan perusahaan dengan keahlian
di bidang industri tertentu, berfungsi sebagai kantor lokal managing partner, atau menerima
berbagai tanggung jawab lainnya.
Persekutuan lain dapat menyusun rencana distribusi laba yang mencerminkan laba dari
persekutuan. Contohnya, beberapa persekutuan di bidang medis dan kesehatan gigi
mengalokasikan laba berdasarkan tagihan jasa. Kriteria lain bisa berdasarkan pada jumlah
klien, tahun bekerja dengan perusahaan, atau posisi sekutu dalam perusahaan. Keuntungan
yang nyata dari bentuk organisasi persekutuan adalah fleksibilitas yang memungkinkan
sekutu untuk mendistribusikan labanya.

B. LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN


Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah untuk tujuan akuntansi, dan ada
tiga laporan keuangan-laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas yang
biasanya disusun pada akhir periode pelaporan. Laporan interim juga bisa dibuat untuk
memenuhi kebutuhan informasi para sekutu. Selain ketiga laporan keuangan dasar, laporan
modal sekutu (statement of partners' capital) biasanya disiapkan untuk menyajikan perubahan
akun modal sekutu untuk suatu periode berjalan. Laporan modal sekutu untuk persekutuan
AB tahun 20X1 berdasarkan rencana distribusi laba dengan basis berganda diilustrasikan
pada bagian sebelumnya adalah sebagai berikut.

PERSEKUTUAN AB
Laporan Modal Sekutu
Untuk Tahun Berakhir pada 31 Desember 20X1
Aldi Bayu Total
Saldo 1 Januari 20X1 Rp20.000.000 Rp10.000.000 Rp30.000.000
Ditambah : Investasi tambahan 500.000 500.000
Distribusi laba neto 3.980.000 6.020.000 10.000.000
Rp23.980.000 Rp16.520.000 Rp40.500.000
Dikurangi : Penarikan (4.000.000) (4.000.000)
Saldo, 31 Desember 20X1 Rp23.980.000 Rp12.520.000 Rp36.500.000

10
C. PERUBAHAN KEANGGOTAAN
Perubahan keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambahan sekutu baru
atau pengunduran diri sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber modal
tambahan utama atau sebagai tenaga ahli. Struktur hukum dari persekutuan mensyaratkan
bahwa penerimaan sekutu baru (admission of a new partner) secara tidak langsung
merupakan persetujuan dari semua sekutu saat ini. Lebih lanjut, pengumuman publik
biasanya dibuat mengenai penambahan sekutu baru, sehingga pihak ketiga yang melakukan
transaksi bisnis dengan persekutuan menyadari adanya perubahan dalam persekutuan.
Berhentinya atau penarikan sekutu dari persekutuan merupakan disosiasi dari sekutu
tersebut. Diosiasi sekutu tidak harus berarti pembubaran dan penutupan dari persekutuan.
Banyak persekutuan yang tetap melanjutkan bisnisnya dan persekutuan dapat membeli
kepentingan sekutu yang berhenti pada harga buyout (buyout price). Harga buyout atau harga
pembelian merupakan estimasi jumlah jika (1) aset telah dijual pada harga sama dengan yang
lebih besar dari nilai likuidasi atau nilai berdasarkan penjualan seluruh bisnis jika bisnis tetap
berlangsung tanpa sekutu yang berhenti, dan (2) persekutuan berakhir pada saat tersebut,
dengan pembayaran seluruh kreditor persekutuan dan penghentian bisnis Sekutu yang
mengundurkan diri dari persekutuan dapat dikenai tanggung jawab oleh persekutuan atas
kerugian yang dialami persekutuan karena pengunduran diri atau disasosiasi yang ilegal.
Disasosiasi yang ilegal terjadi ketika disasosiasi tersebut terjadi karena pelanggaran dalam
ketentuan perjanjian persekutuan atau, untuk persekutuan yang dibentuk untuk waktu atau
tujuan tertentu, sebelum waktu atau tujuan telah diselesaikan.

Konsep Umum untuk Memperhitungkan Perubahan Keanggotaan Dalam Persekutuan


1. Persekutuan sebagai Entitas Terpisah dari Sekutu Individu dan Penggunaan Prinsip-
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
KUHPer secara jelas mendefinisikan persekutuan sebagai sebuah entitas yang terpisah dari
sekutu individu. Sebagai contoh, entitas persekutuan tidak berubah karena penambahan atau
penarikan dari sekutu individu. Ini sama dengan konsep entitas untuk bentuk bisnis korporasi,
di mana bisnis tidak perlu direvaluasi setiap terjadi perubahan pemegang saham.
Beberapa persekutuan memilih untuk mematuhi prinsip akuntansi berterima umum
(general accepted accounting principles-GAAP) untuk entitas tanpa akuntabilitas publik
(SAK-ETAP) dalam pelaporan akuntansi dan keuangannya. Persekutuan ini mengikuti
standar yang sama yang disusun oleh DSAK dan badan regulator lainnya seperti yang
dilakukan perusahaan publik. Sering kali perusahaan modal ventura atau pemasok kredit
lainnya mensyaratkan perusahaan persekutuan swasta mengikuti GAAP agar finansial
persekutuan dapat dibandingkan dengan perusahaan publik lainnya. Perusahaan ventura
bersama memiliki tujuan untuk dapat memperoleh pemodal publik. Sehingga jika
persekutuan mengikuti PSAK atau SAK-ETAP sehingga keuangan persekutuan dapat
dibandingkan dengan perusahaan publik lainnya. Perusahaan modal ventura memiliki tujuan
yang pada akhirnya digunakan investee untuk publik. Dengan demikian. jika persekutuan

11
mengkuti PSAK dan atau SAK-ETAP dan diaudit oleh auditor eksternal, maka persekutuan
tersebut dapat memperoleh opini audit yang menyatakan bahwa laporan keuangan
persekutuan telah sesuai denga prinsip-prinsip akuntansi berterima umum dan sepenuhnya
diadopsi SAK-ETAP.
Persekutuan yang mengikuti PSAK dan atau SAK-ETAP dan mendefinisikan perusahaan
sebaga entitas terpisah dari sekutu individual akan memperhitungkan perubahan keanggotaan
dalam cara yang sama seperti entitas korporasi yang akan memperhitungkan perubahan
investornya. Investas tambahan akan diakui pada nilai wajar bersamaan dengan peningkatan
yang berkaitan dalam total modal perusahaan.
PSAK atau SAK-ETAP tidak memberikan pedoman untuk merevaluasi aset neto yang
mengalam kenaikan nilainya dengan adanya perubahan keanggotaan persekutuan. Namun,
ada beberapa situan berdasarkan PABU, di mana penurunan nilai aset neto tertentu dapat
diakui ketika terjadi perubahan keanggotaan persekutuan. Misalnya, PSAK 48 tentang
"Penurunan Nilai Aset, menyajikan prosedur pengakuan penurunan nilai aset, termasuk
goodwill. Namun, tidak ada standar PABU yang mengatur tentang kenalkan nilai aset
takberwujud atau pengakuan gondwill baru, hanya karena perubahan keanggotaan
persekutuan.

2. Persekutuan Sebagai Keseluruhan Kepentingan Sekutu dan Penggunaan Akuntansi Non-


SAK-ETAP
Para sekutu dalam sebuah perusahaan swasta dapat memilih untuk mengikuti metode
akuntansi non-SAK-ETAP untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam kasus ini,
perusahaan masih dapat diaudit oleh auditor eksternal, tetapi opini audit yang menyatakan
dengan jelas bahwa prinsip-prinsip akuntansi non-SAK-ETAP digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan. Persekutuan seperti ini tidak dapat memperoleh opini audit "wajar tanpa
pengecualian".
Banyak persekutuan menggunakan transaksi di sekitar perubahan keanggotaan
persekutuan sebagai kesempatan untuk merevaluasi aset dan liabilitas persekutuan yang ada
atau untuk mencatat goodwill yang diakui secara jelas. Praktik revaluasi aset neto atau
pengakuan goodwill tidak sesuai dengan PSAK atau SAK-ETAP. Persekutuan menggunakan
argumen metode non-PSAK atau non SAK-ETAP bahwa merevaluasi aset pada saat
perubahan keanggotaan persekutuan menyatakan secara lengkap kondisi ekonomi yang
sebenarnya dari persekutuan pada saat perubahan keanggotaan tersebut dan menetapkan
perubahan nilai aset dan liabilitas serta goodwill kepada para sekutu yang telah mengelola
bisnis sepanjang terjadinya perubahan nilai. Beberapa akuntan percaya revaluasi ini
diperlukan untuk menilai secara tepat setiap ekuitas sekutu terkini dalam persekutuan.
Sekutu Baru Membeli Kepentingan
Seseorang bisa memperoleh kepentingan persekutuan secara langsung dari satu atau
lebih sekutu yang ada saat ini. Dalam jenis transaksi ini, kas atau aset lain ditukar di luar
persekutuan, dan pencatatatan yang dilakukan dalam pembukuan persekutuan merupakan
reklasifikasi dari total modal persekutuan.
Sebuah konsep yang sering digunakan adalah nilai buku. Nilai buku persekutuan (book
value of a partnership) ini hanya jumlah total modal, yang juga merupakan jumlah aset neto

12
(total aset dikurangi total liabilitas). Nilal buku sangat penting karena berfungsi sebagai dasar
untuk revaluasi aset dan liabilitas atau pengakuan goodwill.
Untuk tujuan dari pembahasan ini, asumsikan bahwa setelah operasi dan penarikan
sekutu selama tahun 20X1 dan 20X2, persekutuan AB memiliki nilai buku sebesar
Rp30.000.000 dan persentase pembagian laba pada tanggal 1 Januari 20X3 adalah sebagai
berikut.
Saldo Modal Presentase Laba

Adi Rp20.000.000 60
Bayu 10.000.000 40
Total Rp30.000.000 100

Berikut ini informasi yang menjelaskan seputar kasus ini.


1. Tanggal 1 Januari 20X3. Aldi dan Bayu mengundang Citra menjadi sekutu dalam bisnis
mereka. Persekutuan yang dihasilkan disebut persekutuan ABC
2. Citra membeli seperempat kepentingan dalam modal persekutuan secara langsung dari
Aldi dan Bayu dengan jumlah biaya perolehan sebesar Rp9.000.000, dengan membayar
Rp5.900.000 kepada Aldi dan Rp3.100.000 kepada Bayu. Citra akan memiliki kredit
modal sebesar Rp7.500.000 (Rp30.000.00 x 0,25) dalam reklasifikasi secara
proporsional dari akun modal Aldi dan Bayu.
3. Citra berhak mendapatkan kepentingan sebesar 25 persen dalam laba atau rugi
persekutuan. Sisa kepentingan sebesar 75 persen akan dibagi antara Aldi dan Bayu pada
rasio laba mereka sebelumnya 60:40 persen. Hasil dari persentase laba atau rugi setelah
masuknya Citra adalah sebagai berikut.
Sekutu Presentase Laba
Aldi 45% (75% dari 60%)
Bayu 30% (75% dari 40%)
Citra 25
Total 100

Pada contoh ini, bagian Citra sebesar 25 persen dari laba atau rugi persekutuan adalah
sama dengan seperempat kepentingan modainya. Kedua bagian persentase tersebut tidak
harus sama. Kepentingan modal sekutu bisa berubah sepanjang waktu karena distribusi laba,
penarikan, atau investasi tambahan modal. Lebih lanjut Citra bisa memperoleh seluruh
kepentingan modal secara langsung dari sekutu mana pun. Hal ini tidak diperlukan bahwa
sekutu baru membeli secara langsung kepentingan melakukan reklasifikasi secar proporsional
dari setiap sekutu sebelumnya.
Transaksi antara Citra dan sekutu individu tidak direfleksikan pada pembukuan
persekus Satu-satunya jurnal untuk mereklasifikasi modal persekutuan. Aldi dan Bayu
memberikan seperempat dari modal mereka kepada Citra, seperti berikut ini.

13
1 Januari 20X3
(7) Modal, Adi 5.000.000
Modal, Bayu 2.500.000
Modal, Citra 7.500.000
Mereklasifikasi modal kepada sekutu baru
Dari Aldi : Rp5.000.000 = Rp20.000.000 x 0,25
Dari Bayu : Rp2.500.000 = Rp10.000.000 x 0,25

Pada kasus ini, kredit modal kepada Citra hanya sebesar Rp7.500.000, meskipun
Rp9.000.000 yang dibayarkan untuk seperempat kepentingan. Pembayaran sebesar
Rp9.000.000 menunjukka bahwa nilai wajar persekutuan adalah Rp36.000.000, dihitung
sebagai berikut.
Rp9.000.000 = Nilal wajar x 0,25
Rp36.000.000 = Nilai wajar
Nilai buku persekutuan adalah Rp30.000.000 sebelum investasi dari Citra. Pembayaran
sebesar Rp9.000.000 dilakukan secara langsung kepada sekutu individu, dan tidak akan
menjadi bagian dari aset persekutuan. Selisih sebesar Rp6.000.000 antara nilai wajar dengan
nilai buku yang baru bisa berupa aset yang dinilai terlalu rendah atau adanya goodwill yang
belum diakui.
Aldi dan Bayu bisa menggunakan bukti dari akuisisi yang dilakukan Citra untuk
merevaluasi aset persekutuan dan sepenuhnya mencerminkan perubahan nilai yang telah
terjadi sebelum masuknya Citra. Jika tidak, maka dapat menyebabkan bagian Citra akan
meningkat secara proporsional ketika kenaikan direalisasikan. Misalnya, jika persekutuan
memiliki tanah yang nilainya di bawah Rp6.000.000 yang dijual setelah Citra dimasukkan
dalam persekutuan, Citra akan mendapatkan bagian keuntungan atas penjualan berdasarkan
rasio laba. Untuk menghindari masalah yang mungkin terjadi, beberapa persekutuan
melakukan revaluasi atas aset pada saat masuknya sekutu baru walaupun sekutu baru tersebut
membeli kepentingan persekutuan secara langsung dari sekutu yang ada. Dalam kasus ini,
Aldi dan Bayu dapat mengakui kenaikan nilai tanah secepatnya sebelum masuknya Citra dan
mengalokasikan kenaikan tersebut secara tepat ke akun modal mereka dengan rasio laba
60:40 sebagai berikut.

(8) Tanah 6.000.000


Modal, Aldi 3.600.000
Modal, Bayu 2.400.000
Revaluasi nilai tanah sebelum masuknya sekutu baru :
Untuk Aldi : Rp3.600.000 = Rp6.000.000 x 0,60
Untuk Bayu : Rp2.400.000 = Rp6.000.000 x 0,40

Perlu dicatat bahwa total modal yang dihasilkan persekutuan adalah Rp36.000.000
(Rp30.000.000 sebelumnya ditambah Rp6.000.000 revaluasi). Pengalihan seperempat kredit
modal kepada Citra dicatat sebagai berikut.

14
(9) Modal, Aldi 5.900.000
Modal, Bayu 3.100.000
Modal, Citra 9.000.000
Mereklasifikasi modal kepada sekutu baru :
Rp5.900.000 = Rp23.600.000 x 0,25
Rp3.100.000 = Rp12.400.000 x 0,25
Rp9.000.000 = Rp36.000.000 x 0,25

Akuntan dari persekutuan harus memastikan bahwa adanya bukti yang memadai untuk
setiap revaluasi aset dan liabilitas untuk mencegah kecurangan penilaian. Bukti yang dapat
menguatkan seperti jasa penilai atau jangka waktu diperpanjang atas laba yang berlebih
dapat membantu penilaian aset.
Sekutu Baru Berinvestasi dalam Persekutuan
Sekulu baru dapat memperoleh bagian dari persekutuan dengan cara melakukan investasi ke
dalam bisnis. Dalam kasus ini, persekutuan menerima kas atau aset lain. Ada tiga kasus yang
dapat terjadi saat sekutu baru menginvestasikan dalam persekutuan:
Kasus 1. Investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru atas nilai buku
persekutuan.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru atas nilai buku
persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa aset neto persekutuan sebelumnya dinilai
terlalu rendah pada pembukuan atau adanya goodwill yang belum dicatat.
Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih rendah dari proporsi sekutu baru atas nilal buku
persekutuan. Hal ini menunjukkan bahwa aset neto persekutuan sebelumnya dinilai terlalu
tinggi pada pembukuan atau sekutu baru memberikan kontribusi goodwill sebagai
tambahan untuk aset lain.

Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu baru adalah
dengan menghitung proporsi sekutu baru atas nilai buku persekutuan (new partner's
proportion of the partnership's book value) sebagai berikut.

15
FIGUR 15-1

Ikhtisar Akuntansi Penerimaan


Langkah Pertama : Membandingkan Proporsional Langkah 2 : Metode Alternatif Untuk Observasi Kunci
Nilai Buku dan Investasi Sekutu Baru Menghitung Penerimaan Sekutu Baru
Biaya prolehan Investasi > Nilai buku (Kasus 2) 1. Merevaluasi aset neto sampai dengan nilai • Sekutu sebelumnya menerima kenaikan
pasar dari mengalokasikan ke sekutu penilaian aset goodwill atau bonus yang
sebelumnya. ditunjukkan dengan atas investasi sekutu
2. Mencatat goodwill yang belum diakui baru di atas nilai buku dari bagian modal
dan mengalokasikan ke sekutu sebelunya awal yang dialihkan ke sekutu baru.
3. Menetapkan bonus ke sekutu sebelumnya. • Mencatat kenaikan penilaian aset atau
goodwill sekutu sebelumnya yang menaikkan
total modal persekutuan yang dihasilkan
Biaya prolehan investasi = Nilai buku (Kasus 1) 1. Tidak ada revaluasi bonus atau goodwill • Tidak diperlukan alokasi tambahan karena
sekutu baru akan menerima bagian modal
yang sebanding dengan investasinya.
• Total modal yang dihasilkan persekutuan
sama dengan modal sekutu sebelumnya ditambah
investasi sekutu baru.
Biaya prolehan investasi < Nilai buku (Kasus 3) 1. Merevaluasi aset neto sampai dengan • Sekutu sebelumnya menetapkan penurunan
nilai pasar dan mengalokasikan ke sekutu nilai aset yang terjadi sebelum penerimaan
sebelumnya. sekutu baru. Kalau tidak sekutu baru menetapkan
2. Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru goodwill atau bonus sebagai bagian dari insentif
3. Menetapkan bonus ke sekutu baru penerimaan.
• Mencatat penurunan penilaian aset yang
dihasilkan dari penurunan total modal
sedangkan mencatat goowill sekutu baru
menaikkan total modal yang dihasilkan.

Proporsi sekutu baru atas nilai buku persekutuan dibanding dengan jumlah investasi
yang dilakukan sekutu baru untuk menentukan prosedur yang harus diikuti dalam akuntansi
untuk penerimaan sekutu baru. Figur 15-1 menyajikan ikhtisar dari ketiga kasus di atas.
Iangkah 1 adalah membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai
buku persekutuan. Perlu dicatat bahwa hal ini dilakukan sebelum revaluasi atau pengakuan
goodwill. Langkah 2 adalah menentukan metode penerimaan tertentu. Tiga metode yang
berbeda tersedia untuk menghitung penerimaan sekutu baru ketika ada perbedaan antara
investasi sekutu baru dengan proporsinya atas nilal buku persekutuan. Ketiga metode itu
adalah: (1) revaluasi aset neto (net assets revaluation), (2) pengakuan goodwill (goodwill
recognition). (3) menggunakan metode bonus (bonus method). Dalam revaluasi aset neto dan
metode pengakuan goodwill, dasar biaya historis dari aset neto persekutuan disesuaikan
selama penerimaan sekutu baru. Beberapa sekutu keberatan dengan adanya biaya historis dan
lebih memilih metode bonus, yang menggunakan pengalihan kepentingan modal di antara
sekutu untuk menyelaraskan total modal yang dihasilkan dari persekutuan. Dalam metode
bonus, aset neto tetap berada pada dasar biaya historis. Pilihan metode akuntansi dalam
penerimaan sekutu baru bergantung pada kesepakatan para sekutu.
Terdapat beberapa kesamaan antara akuntansi untuk penerimaan sekutu baru dengan
akuntansi untuk investasi pada saham perusahaan lain. Jika sekutu baru membayar lebih dari
nilai buku, maka kelebihan biaya perolehan di atas nilai buku, yaitu diferensial positif,
mungkin disebabkan goodwill yang tidak diakui atau karena aset yang dinilai terlalu rendah-
kasus yang sama dalam akuntansi untuk diferensial pada investasi saham. Jika nilai buku
sama dengan biaya perolehan investasi, maka tidak ada diferensial, mengindikasikan bahwa
nilai buku dari aset neto sama dengan nilai wajarnya. Jika biaya perolehan investasi kurang
16
dari nilai buku, maka ada kelebihan nilai buku di atas biaya perolehan, aset persekutuan
dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, konsep unik satu-satunya pada akuntansi persekutuan
adalah menggunakan metode bonus.
Persekutuan AB yang disajikan sebagai contoh awal masih digunakan dalam tiga kasus
berikut. Sebuah tinjauan dari fakta-fakta utama untuk contoh ini sebagai berikut.
1. Tanggal 1 Januari 20X3, modal dari persekutuan AB adalah Rp30.000.000. Saldo Aldi
adalah Rp20.000.000 dan saldo Bayu adalah Rp10.000.000. Rasio pembagian laba
antara Aldi dan Bayu adalah 60:40.
2. Citra diminta menjadi sekutu baru Citra akan mendapatkan seperempat kepentingan
modal dan 25 persen bagian laba. Aldi dan Bayu akan membagi 75 persen sisa laba
dengan rasio 60:40, menghasilkan bagian laba 45 persen untuk Aldi dan 30 persen
untuk Bayu.
Kasus 1. Nilai Investasi Sekutu Baru Sama Dengan Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Total nilai buku dari persekutuan sebelum penerimaan sekutu baru adalah Rp30.000.000, dan
sekutu baru, Citra, membeli seperempat kepentingan modal senilai Rp10.000.000.
Nilai investasi sekutu baru biasanya hasil negosiasi antara sekutu sebelumnya dengan
sekutu prospektif. Seperti halnya akuisisi atau investasi, investor harus menentukan nilai
pasarnya. Dalam kasus persekutuan, sekutu prospektif berusaha memastikan nilai pasar dan
kemampuan menghasilkan laba atas aset neto persekutuan. Investasi sekutu baru kemudian
menjadi persentase modal persekutuan yang diakuisisi. Dalam kasus ini, Citra harus percaya
bahwa investasi senilai Rp10.000.000 adalah harga wajar untuk seperempat kepentingan
dalam persekutuan, atau dia tidak melakukan investasi sama sekali.
Setelah nilai investasi disetujui, mungkin akan dihitung nilai buku proporsional sekutu
baru. Untuk investasi Rp10.000.000, Citra akan mendapatkan seperempat kepentingan dalam
persekutuan sebagai berikut.

Investasi pada persekutuan Rp10.000.000


nilai buku proporsional sekutu baru :
(Rp30.000.000 : Rp10.000.000) x 0,25 (10.000.000)
Selisih (investasi = Nilai buku) Rp-0-

Oleh karena nilai investasi (Rp10.000.000) sama dengan 25 persen nilai buku proporsional
sekutu baru (Rp10.000.000 = Rp40.000.000 x 0,25), maka ada implikasi bahwa aset neto
telah dinilai secara wajar. Total modal yang dihasilkan sama dengan modal sekutu
sebelumnya (Rp30.000.000) ditambah Investasi berwujud sekutu baru (Rp10.000.000) Perlu
dicatat bahwa kredit modal yang ditetapkan kepada sekutu baru adalah bagian dari total
modal yang dihasilkan persekutuan setelah diterimanya ia sebagai sekutu baru. Jurnal pada
pembukuan persekutuan adalah sebagai berikut.

17
1 Januari 20X3
(10) Kas 10.000.000
Modal, Citra 10.000.000
Penerimaan Citra unuk seperempat kepentingan atas
investasinya sebesar Rp10.000.000

Berikut skedul yang disajikan konsep kunci dalam kasus 1


Proporsi Bagian
Sekutu Sekutu Baru
Baru dari dari Total
Modal Investasi Nilai Buku Total Modal Modal yang
Sebelumnya Berwujud Persekutuan yang Dihasilkan
Sekutu Baru 25% Dihasilkan 25%
Kasus 1
Investasi sekutu baru
sama dengan nilai buku
proporsional Rp30.000.000 Rp10.000.000 Rp10.000.000
Tidak ada revaluasi, bonus,
atau goodwill Rp40.000.000 Rp10.000.000

Kasus 2. Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Dalam beberapa kasus, sekutu baru dapat menginvestasikan lebih besar pada persekutuan
yang sudah ada dibanding bagian proporsional dari nilai buku persekutuan. Hal ini berarti
bahwa sekutu baru tersebut menghargai beberapa nilai pada persekutuan yang tidak tercermin
dalam pembukuan.
Sebagai contoh, asumsikan Citra menginvestasikan Rp11.000.000 untuk seperempat
kepentingan modal dalam persekutuan ABC. Langkah pertama adalah membandingkan
investasi sekutu baru dengan nilal buku proporsional sekutu baru, seperti sebagai berikut.

Investasi pada persekutuan Rp11.000.000


nilai buku proporsional sekutu baru :
(Rp30.000.000 : Rp11.000.000) x 0,25 (10.250.000)
Selisih (investasi = Nilai buku) Rp750.000

Citra telah menginvestasikan Rp11.000.000 atas kepentingan dengan nilai buku sebesar
Rp10.250.000, sehingga membayar lebih tinggi sebesar Rp750.000 di atas nilai buku saat ini.
Umumnya, kelebihan investasi di atas nilai buku kepentingan persekutuan
mengindikasikan bahwa nilai aset neto sebelumnya dinilai terlalu rendah atau persekutuan
memiliki goodwill yang tidak dicatat. Berikut ada tiga alternatif perlakuan akuntansi dalam
kasus ini.
1. Merevaluasi aset neto yang meningkat. Dalam alternatif ini:
a. Nilai buku dari aset neto dinaikkan ke nilai pasarnya.

18
b. Akun modal sekutu sebelumnya dinaikkan sebagai bagian dari kenaikan nilai
buku aset neto.
c. Total modal yang dihasilkan persekutuan mencerminkan saldo modal sebelumnya
ditambah nilai revaluasi aset ditambah investasi sekutu baru.
2. Mencatat goodwill yang tidak diakui. Pada metode ini:
a. Goodwill yang tidak diakui akan dicatat
b. Akun modal sekutu sebelumnya dinaikkan sebagai bagian dari goodwill.
c. Total modal yang dihasilkan persekutuan mencerminkan saldo modal sebelumnya
ditambah nilai goodwill yang diakui ditambah investasi sekutu baru.
3. Menggunakan metode bonus, Pada dasarnya, metode bonus adalah pengalihan saldo
modal di antara para sekutu. Metode ini digunakan ketika sekutu tidak ingin untuk
mencatat penyesuaian pada akun aset dan liabilitas atau mengakui goodwill. Dalam
metode ini:
a. Akun modal sekutu sebelumnya dinaikkan sebagai bagian dari bonus yang
dibayarkan sekutu baru.
b. Total modal yang dihasilkan persekutuan mencerminkan saldo modal sebelumnya
ditambah investasi sekutu baru.
Persekutuan dapat menggunakan salah satu dari ketiga alternatif tersebut. Keputusan
yang dibuat biasanya hasil negosiasi antara sekutu sebelumnya dengan sekutu prospektif.
Beberapa akuntan mengkritik revaluasi aset neto atau pengakuan goodwill karena
meninggalkan prinsip biaya historis dan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
dalam PSAK 19 tentang “Aset Takberwujud” yang melarang perusahaan mengakui goodwill
yang tidak diperoleh melalui pembelian. Akuntan yang menggunakan metode revaluasi
goodwill dan aset berpendapat bahwa tujuan akuntansi persekutuan adalah untuk menyatakan
secara wajar ekuitas modal relatif dari para sekutu, dan hal ini bisa menggunakan prosedur
akuntansi yang berbeda dari yang digunakan pada entitas kurporasi.
Fungsi akuntan adalah untuk memastikan bahwa setiap estimasi yang digunakan dalam
proses penilaian berdasarkan pada bukti terbaik yang tersedia. Penilaian subjektif yang dapat
menurunkan kewajaran penyajian laporan keuangan persekutuan harus dihindari atau
diminimalkan.
Ilustrasi Revaluasi Pendekatan Aset Neto
Asumsikan bahwa Citra membayar kelebihan Rp750.000 (Rp11.000.000-Rp10.250.000) atas
nilai buku proporsional karena persekutuan memiliki tanah dengan nilai buku sebesar
Rp4.000.000, tetapi penilaian nilai buku terkini mengindikasikan tanah tersebut memiliki
nilai pasar sebesar Rp7.000.000. Sekutu sebelumnya memutuskan untuk menggunakan
penerimaan sekutu baru sebagai pengakuan menaikkan nilai tanah dan untuk menetapkan
kenaikan ini ke akun saldo modal sekutu sebelumnya. Kenaikan nilai tanah tersebut
dialokasikan ke akun modal para sekutu dengan menggunakan rasio laba dan rugi yang ada
sepanjang terjadinya kenaikan. Modal Aldi meningkat sebesar Rp1.800.000 (60 persen dari

19
kenaikan sebesar Rp3.000.000), dan modal Bayu meningkat sebesar Rp1 200.000 (40 persen
dari Rp3.000.000). Persekutuan akan membuat jurnal untuk revaluasi tanah sebagai berikut.

(11) Tanah 3.000.000


Modal, Aldi 1.800.000
Modal, Bayu 1.200.000
Merevaluasi tanah persekutuan menjadi nilai pasar

Investasi Citra sebesar Rp11.000.000 menjadikan total modal yang dihasilkan persekutuan
sebesar Rp44.000.000, seperti sebagai beriku.

Modal persekutuan AB sebelumnya Rp30.000.000


Revaluasi atas tanah menjadi nilai pasar Rp3.000.000
Investasi Citra 11.000.000
Total modal yang dihasilkan persekutuan ABC Rp44.000.000

Citra mengakuisisi seperempat kepentingan pada total modal yang dihasilkan persekutuan
ABC. Kredit modal Citra, setelah merevaluasi tanah, dihitung sebagai berikut.
Bagian sekutu baru dari total modal yang dihasilkan = (Rp30.000.000 + Rp3.000.000 +
Rp11.000.000) x 0,25 = Rp11.000.000

Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra ke dalam persekutuan adalah sebagai berikut.

(12) Kas 11.000.000


Modal, Citra 11.000.000
Penerimaan Citra untuk seperempat kepentingan modal dalam
persekutuan ABC

Ketika tanah dijual, Citra akan berpartisipasi pada keuntungan atau kerugian yang dihitung
dengan dasar nilai buku yang baru sebesar Rp7.000.000, yang merupakan nilai pasar tanah
pada saat penerimaannya ke dalam persekutuan. Seluruh kenaikan pada nilai tanah sebelum
penerimaan Citra adalah milik sekutu sebelumnya.
Ilustrasi Pengakuan Goodwill
Sebuah sekutu yang masuk mungkin akan membayar lebih karena adanya goodwill
yang tidak diakui, ditunjukkan dengan tingginya profitabilitas persekutuan. Beberapa
persekutuan menggunakan perubahan keanggotaan sebagai peluang untuk mencatat goodwill
yang tidak diakui oleh sekutu sebelumnya. Pencatatan goodwill yang tidak diakui digunakan
dalam akuntansi persekutuan untuk membentuk ekuitas modal yang sesuai di antara para
sekutu. Sebagaimana yang dibahas sebelumnya, hal ini adalah pengecualian dari aturan
umum yang diterapkan dalam PSAK 48. tetapi kebutuhan informasi para sekutu dan tujuan
spesifik dari laporan keuangan persekutuan dapat berfungsi untuk membenarkan
pengecualian.

20
Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan negosiasi antara sekutu yang
sudah ada dengan sekutu prospektif dan berdasarkan estimasi laba masa depan. Misalnya,
sekutu yang sudah ada dan sekutu baru setuju bahwa, disebabkan adanya upaya sekutu yang
sudah ada, persekutuan memiliki potensi menghasilkan laba, dan goodwill senilai
Rp3.000.000 harus dicatat untuk mengakui fakta ini. Biaya perolehan investasi yang
dinegosiasikan dengan sekutu baru akan didasarkan sebagian pada potensi menghasilkan laba
dalam persekutuan tersebut. Alternatifnya, goodwill mungkin akan diestimasikan dari jumlah
investasi sekutu baru. Misalnya, dalam kasus ini, Citra menginvestasikan Rp11.000.000
untuk seperempat kepentingan; karena itu, dia harus percaya bahwa total modal persekutuan
yang dihasilkan sebesar Rp44.000.000 (Rp11.000.000 x 4). Perkiraan goodwill adalah
Rp3.000.000.

Cara lain untuk melihat pembuatan goodwill pada saat penerimaan sekutu baru adalah
menggunakan akun T untuk menggambarkan laporan posisi keuangan persekutuan. Setiap
ada aset neto tambahan, seperti pengakuan goodwill, harus diseimbangkan dengan modal
tambahan, seperti sebagai berikut.

Oleh karena total modal yang dihasilkan dari persekutuan ABC diestimasikan
(Rp44.000.000), goodwill baru (Rp3.000.000) adalah penyeimbang laporan posisi keuangan
antara modal berwujud (Rp41.000.000). yang termasuk investasi kas sekutu baru, dan
estimasi total modal yang dihasilkan persekutuan ABC (Rp44.000.000).
Goodwill yang tidak diakui akan dicatat, dan akun modal sekutu sebelumnya dikredit
sebagai kenaikan aset. Penyesuaian terhadap akun modal pada rasio laba atau rugi yang sudah
ada selama periode goodwill dibentuk. Hal ini akan menaikkan modal Aldi sebesar 60 persen
dari nilai goodwill dan modal Bayu sebesar 40 persen. Jurnal untuk mencatat goodwill dan
penerimaan Citra adalah sebagai berikut.

21
(13) Goodwiil 3.000.000
Modal, Aldi 1.800.000
Modal, Bayu 1.200.000
Mengakui goodwill yang belum dicatat

(14) Kas 11.000.000


Modal, Citra 11.000.000
Penerimaan Citra kedalam persekutuan untuk seperempat
kepentingan modal :
Rp44.000.000 x 0,25

Alasan lain mencatat goodwill karena sekutu baru menginginkan saldo modalnya sama
dengan jumlah yang diinvestasikan. Investasi berdasarkan nilai pasar persekutuan, dan
supaya hal ini tercapai. persekutuan harus menyatakan kembali aset neto sebelumnya menjadi
nilai wajarnya.
Penting untuk mencatat bahwa Rp11.000.000 yang dikredit ke akun modal Citra adalah
seperempat dari total modal yang dihasilkan persekutuan ABC sebesar Rp44.000.000, seperti
sebagai berikut.
Bagian sekutu baru dari total modal yang dihasilkan = (Rp30.000.000 Rp3.000.000 +
Rp11.000.000) x 0,25=Rp11.000.000
Pada periode mendatang, jika ada penurunan nilai kerugian goodwill akan dibebankan
pada laba persekutuan sebelum laba neto didistribusikan kepada sekutu. Konsekuensinya,
distribusi laba kepada Citra di masa depan bisa dipengaruhi oleh goodwill yang diakui pada
saat Citra diterima ke dalam persekutuan.
Ilustrasi Metode Bonus
Beberapa persekutuan menolak untuk mengakui revaluasi aset atau goodwill yang tidak
dicatat ketika sekutu baru bergabung. Sebaliknya, mereka mencatat bagian dari investasi
sekutu baru sebagai bonus kepada sekutu yang sudah ada untuk menyelaraskan saldo modal
pada saat penerimaan sekutu baru. Dalam kasus ini, kelebihan Rp750.000 yang dibayarkan
oleh Citra adalah bonus yang dialokasikan kepada sekutu sebelumnya dengan rasio laba atau
rugi mereka sebesar 60 persen kepada Aldi dan 40 persen kepada Bayu. Persekutuan ABC
menghasilkan total modal yang terdiri dari modal Aldi dan Bayu sebelumnya sebesar
Rp30.000.000 ditambah investasi Citra sebesar Rp11.000.000. Tidak ada modal tambahan
yang diakui dengan merevaluasi aset. Nilai kredit modal yang diakuisisi oleh sekutu baru
dihitung sebagai berikut.
Bagian sekutu baru dari total modal yang dihasilkan = (Rp30.000.000 + Rp11.000.000) x
0,25 = Rp10.250.000

22
Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra berdasarkan bonus adalah sebagai beriku.

(15) Kas 11.000.000


Modal, Aldi 450.000
Modal, Bayu 300.000
Modal, Citra 10.250.000
Penerimaan Citra dengan bonus untuk Aldi dan Bayu

Berikut adalah skedul yang menyajikan konsep kunci untuk Kasus 2.


Proporsi Bagian
Sekutu Sekutu Baru
Baru dari dari Total
Modal Investasi Nilai Buku Total Modal Modal yang
Sebelumnya Berwujud Persekutuan yang Dihasilkan
Sekutu Baru 25% Dihasilkan 25%
Kasus 2
Invetasi sekutu baru lebih besar
dari nilai buku proporsional Rp.30.000.000 Rp11.000.000 10.250.000
1. Merevaluasi aset dengan
kenaikan nilai tanah
sebesar Rp3.000.000 Rp44.000.000 Rp11.000.000
2. Mengakui goodwill sebesar
Rp3.000.000 untuk sekutu
sebelumnya Rp44.000.000 Rp11.000.000
3. Bonus sebesar Rp750.000
untuk sekutu sebelumnya Rp44.000.000 Rp10.250.000

Kasus 3. Nilal Investasi Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Ada kemungkinan bahwa sekutu baru membayar lebih kecil bagian proporsionalnya dari nilai
buku persekutuan. Misalnya, asumsikan Citra menginvestasikan Rp8,000.000 untuk
seperempat kepentingan modal dalam persekutuan ABC. Langkah pertama adalah
membandingkan investasi sekutu baru dengan nilai buku proporsional sekutu baru, seperti
sebagai berikut.
Investasi pada persekutuan Rp8.000.000
Nilai buku proporsional sekutu baru :
(Rp30.000.000 + Rp8.000.000) x 0,25 (9.500.000)
Selisih (Investasi < Nilai buku) Rp (1.500.000)

Fakta bahwa nilai investasi Citra lebih rendah dari nilai buku atas seperempat
kepentingan dalan persekutuan mengindikasikan bahwa persekutuan memiliki aset neto yang
dinilai terlalu tinggi atau sekutu sebelumnya mengakui bahwa Citra memberikan kontribusi
tambahan nilai dalam bentuk keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan oleh persekutuan.
Dalam kasus ini, Citra telah menginvestatikan Rp8.000.000 dalam bentuk kas dan jumlah
tambahan yang bisa dianggap sebagai goodwill.

23
Seperti pada Kasus 2, di mana nilal investasi lebih besar dari nilai buku yang diakuisisi,
ada tiga pendekatan alternatif untuk memperhitungkan diferensial ketika investasi lebih kecil
dari nilai buku yang diakuisisi. Ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Merevaluasi nilai aset yang menurun. Pada alternatif ini:
a. Nilai buku aset neto diturunkan untuk mengakui penurunan nilainya.
b. Akun modal sekutu sebelumnya diturunkan sebagai bagian dari penurunan nilai
buku aset neto.
c. Total modal yang dihasilkan persekutuan mencerminkan saldo modal sebelumnya
dikurangi jumlah dari penilaian penurunan nilai aset neto ditambah investasi
sekutu baru.
2. Mengakui goodwill yang dibawa masuk oleh sekutu baru. Dalam metode ini:
a. Goodwill dan manfaat tak berwujud lainnya yang dibawa masuk oleh sekutu baru
dicatat dan dimasukkan dalam akun modal sekutu baru..
b. Akun modal sekutu sebelumnya tetap tidak berubah.
c. Total modal yang dihasilkan persekutuan mencerminkan saldo modal sebelumnya
ditambah nilai goodwill yang dibawa masuk oleh sekutu baru ditambah investasi
berwujud sekutu baru.
3. Menggunakan metode bonus. Dalam metode bonus:
a. Sekutu baru menetapkan bonus dari akun modal sekutu sebelumnya, yang
diturunkan sebagai bagian dari bonus yang dibayarkan kepada sekutu baru.
b. Total modal yang dihasilkan persekutuan mencerminkan saldo modal sebelumnya
ditambah investasi sekutu baru.
lustrasi Revaluasi Pendekatan Aset Neto
Asumsikan bahwa Citra hanya membayar Rp8.000.000 untuk seperempat kepentingan pada
persekutuan karena persediaan yang saat ini dicatat pada nilai buku sebesar Rp14.000.000
memiliki nilai pasar wajar hanya sebesar Rp8.000.000 Para sekutsi setuju untuk menurunkan
nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum masuknya sekutu baru. Penurunan nilai
dialokasikan kepada sekutu sebelumnya dengan rasio laba atau rugi yang sudah ada selama
periode penurunan persediaan, yaitu 60 persen kepada Aldi dan 40 persen kepada Bayu
Penurunan nilai dicatat sebagai berikut.
(16) Modal, Aldi 3.600.000
Modal, Bayu 2.400.000
Persediaan 6.000.000
Merevaluasi persediaan menjadi nilai wajar

Perhatikan bahwa total modal persekutuan sekarang telah diturunkan dari Rp30.000.000
menjadi Rp24.000.000 sebagai hasil dari penurunan nilai Rp6.000.000, Bagian Citra atas
total modal yang dihasilkan dari persekutuan ABC, setelah penurunan nilai, dihitung sebagai
berikut.
24
Bagian sekutu baru dari total modal yang dihasilkan = (Rp24.000.000 + Rp8.000.000) x 0,25
= Rp8.000.000
Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru dalam Persekutuan ABC adalah:

(17) Kas 8.000.000


Modal, Citra 8.000.000
Penerimaan Citra ke dalam persekutuan

Kredit modal yang dicatat oleh Citra sama dengan investasinya karena total modal
persekutuan sebesar Rp32.000.000 (Rp24.000.000 + Rp8.000.000) sekarang mewakili nilai
wajar persekutuan.

Ilustrasi Pencatatan Goodwill untuk Sekutu Baru


Para sekutu sebelumnya mungkin menawarkan seperempet kepentingan modal dalam
persekutuan ABC untuk investasi sebesar Rp8.000.000 karena Citra memiliki pengalaman
bisnis penting, keahlian, jaringan pelanggan, reputasi, dan komponen goodwill lainnya yang
in bawa ke dalam persekutuan. Jumlah goodwill yang dibawa masuk oleh sekutu baru
biasanya ditentukan melalui negosiasi antara sekutu yang sudah ada dengan sekutu prospektif
Misalnya, Aldi, Bayu, dan Citra mungkin setuju bahwa kemampuan Citra akan menghasilkan
laba, Mereka setuju bahwa Citra harus mendapatkan Rp2.000.000 dari pengakuan goodwill
ketika ia bergabung sebagai pengakuan atas antisipasi kelebihan kontribusi untuk laba masa
depan persekutuan. Goodwill yang dinegosiasikan akan diakui dan ditambahkan ke investasi
berwujud untuk menentukan jumlah kredit modal.
Alternatif lain, jumlah goodwill yang dibawa masuk oleh sekutu baru bisa diperkirakan
dari jumlah total modal yang ditahan oleh sekutu sebelumnya. Dalam kasus ini, sekutu
sebelumnya menahan 75 persen kepentingan pada persekutuan dan memungkinkan sekutu
baru mendapatkan 25 persen kepentingan modal. Nilai dari 75 persen kepentingan sekutu
sebelumnya adalah Rp30.000.000. Investasi Citra sebesar Rp8.000.000 ditambah goodwill
setara dengan 25 persen sisanya. Nilai goodwill yang dibawa masuk oleh Citra ke dalam
persekutuan dapat ditentukan sebagai berikut.

Langkah 1
75% dari estimasi total modal yang dihasilkan Rp30.000.000
Estimasi total modal yang dihasilkan (Rp30.000.000 + 0,75) Rp40.000.000

Langkah 2
Estimasi total modal yang dihasilkan Rp40.000.000
Total aset neto tidak termasuk goodwill
(Rp30.000.000 + Rp8.000.000) (38.000.000)
Estimasi goodwill Rp2.000.000

25
Perhatikan bahwa goodwill yang diperkirakan untuk sekutu baru dibuat dengan
menggunakan informasi dari kepentingan sekutu yang sudah ada. Dalam Kasus 2, estimasi
goodwill kepada sekutu sebelumnya dibuat menggunakan informasi dari investasi sekutu
baru. Alasan perbedaan ini adalah bahwa Informasi yang tersedia dengan baik harus
digunakan untuk estimasi goodwill. Jika goodwill sekutu baru akan diestimasi, tidak logis
dalam menggunakan investasi berwujud sekutu baru untuk mengestimasikan total investasi
yang dilakukan oleh sekutu baru, termasuk goodwill. Hal ini disebabkan karena nilai
goodwill terdapat dalam investasi itu sendiri. Selanjutnya, ketika goodwill ditetapkan ke
sekutu sebelumnya, tidak logis menggunakan modal yang sudah ada dari sekutu sebelumnya
untuk mengestimasikan goodwill mereka. Kalimat yang paling mudah untuk mengingat
bagaimana mengestimasikan goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak
lawan.
Pergunakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill ke sekutu sebelumnya,
pergunakan sekutu sebelumnya untuk mengestimasikan goodwill ke sekutu baru.
Jurnal yang dicatat untuk penerimaan Citra sebagai sekutu baru di persekutuan ABC adalah :
(18) Kas 8.000.000
Goodwill 2.000.000
Modal, Citra 10.000.000
Penerimaan Citra dalam persekutuan

Perhatikan bahwa total modal yang dihasilkan persekutuan ABC sekarang adalah
Rp40.000.000, dengan Aldi dan Bayu bersama-sama memiliki 75 persen dan Citra memiliki
25 persen.

Ilustrasi Metode Bonus


Penerimaan Citra sebagai sekutu baru dengan seperempat kepentingan pada persekutuan
ABC dengan investasi hanya sebesar Rp8.000.000 mungkin dapat dicatat dengan mengakui
bonus yang diberikan kepada Citra dari sekutu sebelumnya. Bonus sebesar Rp1.500.000
adalah selisih antara nilai buku sekutu baru sebesar Rp9.500.000 dengan investasinya sebesar
Rp8.000.000. Akun modal sekutu sebelumnya berkurang menjadi Rp1.500.000 berdasarkan
rasio laba atau rugi sebesar 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu, dan akun modal
Citra akan dikredit sebesar Rp9.500.000, adalah sebagai berikut.
(19) Kas 8.000.000
Modal, Aldi 900.000
Modal, Bayu 600.000
Modal, Citra 9.500.000
Penerimaan Citra dalam persekutuan

Perhatikan bahwa jumlah dari kredit modal yang ditetapkan untuk sekutu baru adalah bagian
dan total modal yang dihasilkan, adalah sebagai berikut.
Bagian sekutu baru dari total modal yang dihasilkan = (Rp30.000.000 + Rp8.000.000) x 0,25
= Rp9.500.000

26
Berikut ini skedul yang disajikan konsep kunci untuk kasus 3

Proporsi Bagian
Sekutu Sekutu Baru
Baru dari dari Total
Modal Investasi Nilai Buku Total Modal Modal yang
Sebelumnya Berwujud Persekutuan yang Dihasilkan
Sekutu Baru 25% Dihasilkan 25%
Kasus 3
Invetasi sekutu baru lebih besar
dari nilai buku proporsional Rp.30.000.000 Rp8.000.000 9.500.000
1. Merevaluasi aset dengan
menurunkan nilai persediaan
sebesar Rp6.000.000 Rp32.000.000 Rp8.000.000
2. Mengakui goodwill sebesar
Rp2.000.000 untuk sekutu
baru Rp40.000.000 Rp10.000.000
3. Bonus sebesar Rp1.500.000
untuk sekutu baru Rp38.000.000 Rp9.500.000

Menentukan Biaya Investasi Sekutu Baru


Dalam pembahasan sebelumnya, jumlah kontribusi dari sekutu baru telah disediakan. Dalam
beberapa kasus, akuntan diminta untuk menentukan jumlah investasi uang tunai sekutu baru
yang haru diminta untuk berkontribusi. Prinsip dasar dari akuntansi persekutuan
menyediakan sarana unik menjawab pertanyaan ini. Misalnya, mari kita lanjutkan contoh
Aldi dan Bayu yang ingin memasukkan Citra sebagai sekutu baru. Modal persekutuan
sebelumnya adalah Rp30.000.000, dan para sekutu berkeinginan untuk mengajak Citra ke
dalam persekutuan dengan seperempat kepentingan.
Asumsikan bahwa sekutu yang sudah ada. Aldi dan Bayu, menyetujui bahwa aset
persekutuan harus direvaluasi sehingga bertambah sebesar Rp3.000.000 untuk mengakui
kenaikan nilai tanah yang dimiliki persekutuan. Pertanyaannya adalah berapa investasi yang
harus dikontribusikan Citra sebagai sekutu baru untuk seperempat kepentingan.
Ketika menentukan biaya investasi sekutu baru, sangat penting untuk mencatat total modal
yang dihasilkan persekutuan dan persentase kepemilikan kepentingan yang ditahan oleh
sekutu yang sudah ada. Dalam contoh ini, sekutu yang sudah ada mempertahankan tiga
seperempat kepentingan dalam persekutuan yang dihasilkan, artinya 75 persen kepentingan
modal sebesar Rp33,000.00 di mana Rp30.000.000 berasal dari modal sebelumnya ditambah
Rp3.000.000 berasal dari revaluaa tanah, adalah sebagai berikut.

75% dari total modal yang dihasilkan Rp33.000.000


Total modal yang dihasilkan (100%) 44.000.000
Dikurangi modal sekutu sebelumnya (33.000.000)
Kontribusi kas yang diperlukan sekutu baru Rp11.000.000
Perhatikan bahwa perhitungan ini hanya cara lainnya untuk mengevaluasi proses penerimaan
baru seperti yang telah dibahas pada ilustrasi revaluasi aset neto dalam Kasus 2.

27
Dalam beberapa kasus, jumlah bonus bisa ditentukan sebelumnya untuk penentuan
kontribusi kas yang dibutuhkan dari sekutu baru. Misalnya, asumasikan bahwa Aldi dan Bayu
setuju untuk memberikan bonus kepada Citra sebesar Rp1.500.000 untuk bergabung dengan
persekutuan. Berikut skedul untuk menentukan jumlah investasi uang tunai yang dibayarkan
Citra sebagai sekutu baru.

Modal sebelumnya dari Aldi dan Bayu Rp30.000.000


Dikurangi bonus yang diberikan atas penerimaan Citra (1.500.000)
Modal yang ditahan oleh Aldi dan Bayu (75%) Rp28.500.000
Total modal yang dihasilkan
(Rp28.500.000 : 0,75) Rp38.000.000
Dikurangi modal sekutu sebelumnya (28.500.000)
Kredit modal yang dibutuhkan sekutu baru Rp9.500.000
Dikurangi bonus dari sekutu sebelumnya untuk sekutu baru (1.500.000)
Kontribusi kas yang dibutuhkan sekutu baru Rp8.000.000

Contoh kedua ini adalah cara lain untuk menggambarkan metode bonus kepada sekutu
baru pada Kasus 3. Kuncinya adalah menentukan jumlah modal dari sekutu yang sudah ada
akan ditahan sebesar persentase bagian mereka pada total modal yang dihasilkan persekutuan
setelah menerima sekutu baru. Kontribusi kas dari sekutu baru dapat dihitung secara
sederhana dengan menentukan jumlah kredit modal yang akan ditetapkan kepada sekutu baru
tersebut dan kemudian mengakui bonus yang akan digunakan untuk menyelaraskan saldo
modal.

Pengunduran Diri Sekutu dari Persekutuan


Ketika seorang sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari persekutuan, maka persekutuan
secara tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin masih berkeinginan
melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan membeli semua
kepentingan sekutu yang berhenti sebesar harga pembelian (buyout price). Harga pembelian
adalah jumlah estimasi jika (1) aset persekutuan dijual pada harga sama dengan atau lebih
besar dari nilai likuidasi atau nilai yang didasarkan pada penjualan keseluruhan bisnis yang
terus berlangsung tanpa sekutu yang berhenti, dan (2) persekutuan berakhir pada saat itu, dan
seluruh kewajiban persekutuan diselesaikan Perhatikan bahwa goodwill dapat dimasukkan
dalam penilaian. Persekutuan harus membayar bunga kepada sekutu yang berhenti sejak
tanggal pengunduran diri sampai dengan tanggal pembayaran. Dalam kasus berhentinya
sekutu karena ada pelanggaran, persekutuan dapat menuntut secara legal sekutu yang keluar
atas kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran yang terjadi.
Dalam kasus di mana persekutuan menyetujui pengunduran diri dan tidak ada
kesalahan akuntan dapat membantu perhitungan harga pembelian. Hal ini penting untuk
menentukan seluruh liabilitas yang masih ada saat tanggal pengunduran diri. Perjanjian
persekutuan dapat termasuk prosedur lain untuk digunakan pada kasus pengunduran diri
sekutu, seperti penilaian spesifik, proses akuisisi dari nilai yang dapat dialihkan pada sekutu
yang mengundurkan diri, dan aspek lain terkait perubahan proses keanggotaan.
28
Beberapa persekutuan melakukan audit ketika terjadi perubahan komposisi sekutu.
Audit ini menghasilkan eksistensi dan keakuratan pada nilai buku aset dan liabilitas
Terkadang, kesalahan akuntansi ditemukan selama proses audit, Kesalahan tersebut harus
diperbaiki dan akun modal sekuni harus disesuaikan berdasarkan rasio laba atau rugi yang
ada pada periode kesalahan ditemukan Misalnya, jika audit mengungkapkan beban
penyusutan tiga tahun yang lalu sebesar Rp4.000.000 lebih rendah dari seharusnya, kesalahan
tersebut diperbaiki dengan penyesuaian periode sebelumnya, dan akun modal sekutu
dibebankan dengan masing-masing bagiannya dari penyesuaian yang didasarkan pada rasio
laba atau rugi tiga tahun yang lalu.
Pada umumnya, sekutu yang tetap melanjutkan akan membeli sekutu yang berhenti
dengan akuisisi langsung atau persekutuan membeli kepentingan sekutu yang berhenti
tersebut. Jika sekutu yang tetap melanjutkan membeli langsung kepentingan sekutu yang
berhenti, satu-satunya jurnal pada pembukuan persekutuan adalah mencatat reklasifikasi
modal antarsekutu. Jika persekutuan mengakuisisi kepentingan sekutu yang berhenti,
persekutuan harus mencatat pengurangan total modal persekutuan dan pengurangan yang
berhubungan dengan pembayaran aset kepada sekutu yang berhenti Perhitungan harga
pembelian ketika sekutu berhenti dari persekutuan dapat digambarkan dalam tiga skenario
berikut.

1. Harga Pembelian Sama dengan Kredit Modal Sekutu


Asumsikan Aldi berhenti dari persekutuan ABC saat akun modalnya sebesar
Rp55.000.000 setelah mencatat semua kenaikan dalam aset neto persekutuan termasuk laba
yang diperoleh sampai tanggal pengunduran diri. Jurnal yang dibuat oleh persekutuan ABC
adalah sebagai berikut.
(20) Modal, Aldi 55.000.000
Kas 55.000.000
Pengunduran diri Aldi dari persekutuan

Jika persekutuan tidak bersedia untuk membayar sejumlah Rp55.000.000 kepada aldi
pada saat pengunduran diri maka persekutuan harus mengakui liabilitas sebesar bagian yang
tersisa.
2. Harga Pembelian Lebih Besar dari Kredit Modal Sekutu
Asumsikan Aldi memiliki kredit modal sebesar Rp55.000.000 dan seluruh sekutu menyetujui
harga pembelian sebesar Rp65.000.000. Sebagian besar persekutuan akan mencatat sebesar
Rp10.000.000 pembayaran di atas kredit modal Aldi (Rp65.000.000 - Rp55.000.000) sebagai
bonus penyesuaian modal kepada Aldi dari akun modal sekutu yang tersisa. Pada kasus ini.
Rp10.000.000 akan dialokasikan ke akun modal Bayu dan Citra dengan rasio laba atau rugi
masing-masing sekutu. Bayu memiliki 30 persen kepentingan dan Citra memiliki 25 persen
kepentingan dalam laba neto persekutuan ABC. Jumlah dari bagian keduanya adalah 55
persen (30 persen + 25 persen), dan persentase laba keduanya, setelah dibulatkan adalah 55
persen untuk Bayu dan 45 persen untuk Citra. dihitung sebagai berikut.

29
Presentase Laba Presentase
Sebelumnya Laba Sisa
Aldi 45 0
Bayu 30 55(30/55)
Citra 25 45 (25/55)
Total 100 100

Jurnal yang dicatat pada saat pengunduran diri Aldi adalah sebagai berikut.

(21) Modal, Aldi 55.000.000


Modal, Bayu 5.500.000
Modal, Citra 4.500.000
Kas 65.000.000
Pengunduran diri Aldi dari persekutuan

Bonus sebesar Rp10.000.000 yang dibayarkan kepada Aldi dialokasikan untuk Bayu dan
Citra dengan rasio laba atau rugi masing-masing. Bayu dikenakan 55 persen, dan Citra
dikenakan sebesar sisanya 45 persen.
Terkadang, persekutuan menggunakan pengunduran diri sekutu untuk mencatat
goodwill yang tidak diakui. Dalam kasus ini, persekutuan dapat mencatat bagian sekutu yang
berhenti saja, atau menghitung keseluruhan jumlah goodwill yang didasarkan pada persentase
laba sekutu yang berhenti. Jika menghitung total goodwill, maka sekutu yang tersisa akan
menerima bagiannya atas total goodwill yang diakui. Banyak akuntan mengkritik pencatatan
goodwill pada saat pengunduran diri sekutu atas dasar teoretis yang sama sebagaimana
mereka mengkritik pencatatan goodwill yang tidak diakui pada saat penerimaan sekutu baru.
Dengan demikian, akuntansi untuk persekutuan terkadang menggunakan pengakuan goodwill
pada saat kejadian.
Misalnya, jika Rp65.000.000 dibayarkan kepada Aldi dan hanya bagian Aldi dari
goodwill yang tidak diakui yang akan dicatat, maka persekutuan akan membuat jurnal pada
saat mundurnya Aldi sebagai berikut.
(22) Goodwill 10.000.000
Modal, Aldi 10,000.000
Mengakui bagian goodwill untuk Aldi

(23) Modal, Aldi 65.000.000


Kas 65.000.000
Pengunduran diri Aldi dari persekutuan

30
3. Harga Pembelian Lebih Kecil dari Kredit Modal Sekutu
Sering kail harga pembelian kurang dari kredit modal sekutu. Hal ini dapat terjadi jika nilai
likuidasi dari aset neto lebih kecil dari nilai bukunya atau karena sekutu yang mengundurkan
diri berniat meninggalkan persekutuan dengan cukup menerima lebih kecil dari saldo
modalnya saat ini. Misalnya, Aldi setuju untuk menerima Rp50.000.000 sebagai harga
pembelian untuk kepentingan persekutuan Persekutuan harus mengevaluasi aset netonya
untuk menentukan jika terjadi penurunan nilai yang harus diakui. Jika tidak diperlukan
revaluasi dari aset neto, maka perbedaan Rp5.000.000 (Rp55.000.000 pembayaran kas-
Rp50.000.000 kredit modal) didistribusikan sebagai penyesuaian modal kepada Bayu dan
Citra berdasarkan rasio laba rugi masing-masing.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persekutuan menggunakan berbagai metode distribusi laba atau rugi, akuntan harus
memastikan bahwa perjanjian persekutuan diikuti dengan baik. Sebagian besar persekutuan
tetap melangsungkan kegiatan usahanya ketika ada sesuatu yang berhenti (keluar dari
persekutuan) dengan membeli kepemilikan sekutu yang keluar pada harga pembelian yang
didasarkan pada nilai persekutuan ketika persekutuan mengakhiri bisnisnya. Beberapa
metode akuntansi digunakan untuk mencatat perubahan anggota persekutuan, beberapa
persekutuan menggunakan pendekatan revaluasi aset neto, kadang termasuk mengakui
goodwill. Pendekatan akuntansi lainnya yang digunakan untuk mencatat perubahan anggota
adalah bonus dari berupa reklasifikasi modal sekutu. Persekutuan menyajikan empat laporan
keuangan, yaitu : laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan laporan modal sekutu yang
menyajikan perubahan modal sekutu selama periode tertentu. Perubahan keanggotaan
persekutuan terjadi dengan adanya penambahan sekutu baru atau pengunduran diri sekutu
saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber modal tambahan utama atau sebagai tenaga
ahli. Struktur hukum dari persekutuan mensyaratkan bahwa penerimaan sekutu baru
(admission of a new partner) secara tidak langsung merupakan persetujuan dari semua sekutu
saat ini

32
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E., Lembke, Valdean C., King, Thomas E., Jeffrey, Cynthia G., Jusuf, Amir
Abadi., NPS, Sylvia Veronica., Wulandari, Etty Retno., 2016. Akuntansi Keuangan Lanjutan
Perspektif Indonesia. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat

33

Anda mungkin juga menyukai