MATERI KE 3
ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADA PARA SEKUTU
Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai dengan
perjanjian dalam persekutuan. Jika tidak terdapat dalam perjanjian, maka dalam Bab VIII,
Bagian II, Pasal 1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau
rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke dalam persekutuan.
Secara tidak langsung, semua persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi. Perjanjian
tersebut harus diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus
memastikan bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba atau rugi. Banyak permasalahan dan
perdebatan di kemudian hari yang dapat dihindari dengan menentukan secara hati-hati atas
pembagian laba atau rugi di dalam perjanjian persekutuan.
Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi (profit distribution plans) di dunia
usaha. Beberapa persekutuan memiliki rencana distribusi yang sederhana, sedangkan yang lain
bersifat kompleks. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk mendistribusikan laba atau rugi
berdasarkan perjanjian persekutuan terlepas seberapa sederhana atau kompleks perjanjian
tersebut. Distribusi laba hampir sama dengan dividen pada korporasi: distribusi ini tidak
seharusnya termasuk ke dalam laporan laba rugi, terlepas bagaimana cara laba tersebut
didistribusikan. Distribusi laba dicatat langsung kepada akun modal, bukan beban.
Kebanyakan persekutuan menggunakan satu atau lebih metode distribusi, yaitu:
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya (preselected ratio)
2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance)
3. Gaji kepada sekutu
4. Bonus kepada sekutu
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi antara sesama sekutu.
Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan, waktu dan tenaga
yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya. Biasanya, persekutuan yang
lebih kecil memisahkan laba per masing-masing sekutu. Selain itu, beberapa sekutu memiliki
rasio yang berbeda jika perusahaan mengalami kerugian dibanding jika memperoleh keuntungan.
Bentuk usaha persekutuan memungkinkan banyak pilihan distribusi laba untuk memenuhi
keinginan para sekutu.
Distribusi laba persekutuan berdasarkan bunga atas saldo modal mengakui kontribusi dari
investasi modal para sekutu kepada kemampuan menghasilkan laba bagi persekutuan. Bunga atas
saldo modal ini bukanlah beban bagi persekutuan; tetapi merupakan distribusi laba. Jika satu atau
lebih jasa dari sekutu yang penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa saja
memberikan gaji atau bonus. Sekali lagi, gaji yang dibayarkan ke sekutu ini adalah bentuk
distribusi laba dan tidak dibebankan. Terkadang, proses distribusi bisa tergantung kepada
besarnya laba atau bisa berbeda jika persekutuan mengalami kerugian pada akhir periode.
Contohnya, gaji untuk sekutu hanya dibayarkan jika pendapatan melampaui beban pada jumlah
tertentu. Akuntan harus membaca dengan hati-hati perjanjian persekutuan untuk menentukan
distribusi laba yang paling tepat pada kondisi tertentu.
Distribusi laba atau rugi dicatat dengan jurnal penutup pada tiap akhir periode.
Pendapatan dan beban ditutup kepada ikhtisar laba rugi atau langsung ke akun modal para
sekutu. Dalam contoh-contoh berikut, digunakan akun ikhtisar laba rugi, saldo di mana laba
bersih atau rugi bersih setelah akun pendapatan dan beban ditutup dan sebelum distribusi laba
atau rugi kepada akun modal para sekutu.
CONTOH KASUS:
Selama tahun 2014, persekutuan AB memperoleh pendapatan Rp 45.000.000 dan beban
Rp 35.000.000 sehingga menghasilkan laba Rp 10.000.000 pada tahun tersebut. Agung masih
memiliki saldo modal Rp 20.000.000 selama tahun berjalan, tetapi investasi Bagus selama tahun
berjalan berubah-ubah sebagai berikut:
Tanggal Debit Kredit Saldo
1 Januari 10.000.000
1 Mei 3.000.000 7.000.000
1 September 500.000 7.500.000
1 November 1.000.000 6.500.000
31 Desember 6.500.000
Nilai debit sebesar Rp 3.000.000 dan Rp 1.000.000 dicatat dalam akun penarikan Bagus,
sedangkan tambahan investasi dikredit ke akun modalnya.
Agung dan Bagus dapat saja menyetujui pembagian laba dengan rasio yang tidak ada
hubungannya dengan saldo modal atau kondisi operasional persekutuan. Misalnya para sekutu
setuju untuk membagi laba atau rugi dengan rasio 60% untuk Agung dan 40% untuk Bagus.
Beberapa perjanjian pada persekutuan menyatakan perbandingan ini sebagai rasio 3:2. Tabel
berikut menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan menggunakan rasio 3:2.
Tabel di atas menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan ke akun modal para
sekutu. Distribusi secara aktual diselesaikan dengan menutup akun ikhtisar laba rugi. Selain itu,
akun penarikan ditutup kepada akun modal pada akhir periode.
31 Desember 2014
Modal Bagus 4.000.000
Penarikan Bagus 4.000.000
( Menutup penarikan oleh Bagus)
Pendapatan 45.000.000
Beban 35.000.000
Ikhtisar laba rugi 10.000.000
( Menutup pendapatan dan beban )
Ikhtisar laba rugi 10.000.000
Modal Agung 6.000.000
Modal Bagus 4.000.000
( Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian)
Perjanjian persekutuan dapat memberikan bunga atas saldo modal sekutu sebagai bagian
dari distribusi laba. Tingkat bunga sering kali dinyatakan dalam persentase tertentu, tetapi
beberapa persekutuan menggunakan suku bunga yang mengacu kepada suku bunga BI atau suku
bunga pasar uang saat ini.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bunga atas saldo modal bukanlah merupakan
bentuk distribusi laba. Perhitungannya dilakukan setelah laba bersih ditentukan agar dapat
diputuskan bagaimana laba didistribusikan.
Yang harus diperhatikan adalah ketika bunga atas modal termasuk dalam rencana
distribusi laba. Contohnya, jumlah yang akan didistribusikan dapat berbeda secara signifikan
tergantung kepada apakah bunga dihitung dari saldo awal modal, saldo akhir modal, atau rata-
rata saldo modal selama satu periode. Sebagian besar provisi untuk bunga atas modal
menyatakan menggunakan rata-rata tertimbang saldo modal. Metode ini secara eksplisit
mengakui kurun waktu dari tingkat modal selama satu periode. Misalnya, rata-rata tertimbang
saldo modal Bagus untuk tahun 2014 dihitung sebagai berikut:
Gaji
Gaji yang dibayarkan kepada sekutu sering kali termasuk di dalam rencana distribusi laba
untuk mengakui dan memberikan kompensasi atas perbedaan jasa yang diberikan masing-masing
sekutu kepada persekutuan.
Sudah menjadi persepsi umum dalam akuntansi persekutuan bahwa gaji kepada sekutu
bukan diakui sebagai beban operasi tetapi bagian dari rencana distribusi laba. Persepsi ini
berhubungan erat dengan konsep kepemilikan dalam ekuitas. Berdasarkan teori kepemilikan,
pemilik menginvestasikan modal dan jasa pribadi untuk menghasilkan laba. Laba dihasilkan dari
kedua investasi tersebut. Logika yang sama juga berlaku untuk bentuk organisasi persekutuan.
Beberapa sekutu melakukan investasi modal, sementara yang lain menginvestasikan waktunya.
Pihak-pihak yang melakukan investasi modal berhak mendapatkan bunga atas modal; sedangkan
pihak-pihak yang menginvestasikan waktunya berhak mendapatkan gaji. Meskipun demikian,
baik bunga maupun gaji adalah hasil investasi dan tidak digunakan untuk menentukan laba,
tetapi proporsi laba yang akan dikredit ke akun modal masing-masing sekutu. Pertanyaan
menarik muncul jika persekutuan mengalami kerugian. Dapatkah gaji yang dibayarkan kepada
para sekutu dikategorikan sebagai distribusi laba atau rugi? Ketika jumlah yang dibayarkan
kepada sekutu selama tahun berjalan adalah penarikan atas antisipasi laba, jumlah gaji yang
disetujui biasanya ditambahkan kepada kerugian dan jumlah tersebut kemudian didistribusikan
kepada modal masing-masing sekutu. Tindakan hati-hati harus dilakukan jika persekutuan
mengalami kerugian dalam tahun berjalan. Beberapa perjanjian persekutuan menyatakan
distribusi laba yang berbeda antara untuk laba dan untuk rugi. Akuntan harus berhati-hati
mengikuti perjanjian persekutuan dengan benar ketika mendistribusikan laba atau rugi kepada
masing-masing sekutu.
Untuk menghitung gaji para sekutu, misalnya perjanjian persekutuan menyatakan bahwa
gaji yang dibayarkan ke Agung Rp 2.000.000 dan Bagus Rp 5.000.000. Sisanya akan dibagikan
dengan dasar distribusi laba/rugi 60:40. Distribusi laba dihitung sebagai berikut:
Bonus
Kasus 2
Bonus = X% (NI MIN Bonus)
Bonus = 0,10 (Rp 10.000.000 Rp 5.000.000 Bonus)
Bonus = 0,10 (Rp 5.000.000 Bonus)
Bonus = Rp 500.000 0,10 Bonus
1,10 Bonus = Rp 500.000
Bonus = Rp 454.545
Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang akan
digunakan untuk distribusi laba. Misalnya, perjanjian laba atau rugi persekutuan AB menyatakan
alokasi dengan metode berikut:
1. Bunga 15% dari rata-rata tertimbang saldo modal
2. Gaji sebesar Rp 2.000.000 untuk Agung dan Rp 5.000.000 untuk Bagus
3. Bonus 10% akan dibayarkan kepada Bagus jika laba persekutuan melebihi Rp 5.000.000
sebelum dikurangi bonus, gaji dan bunga atas saldo modal.
4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60% untuk Agung dan 40% untuk Bagus
Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang menyatakan proses alokasi
dalam situasi laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi.
Beberapa persekutuan menyatakan distribusi laba yang akan diikuti walau apa pun kemungkinan
yang terjadi. Kebanyakan perjanjian menyatakan bahwa seluruh proses harus diselesaikan dan
jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba atau rugi sebagaimana yang digambarkan
di bawah ini:
Keterangan Agung Bagus Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Rata-rata modal 20.000.000 8.000.000
Laba bersih 10.000.000
Langkah 1
Bunga atas rata-rata modal (15%) 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa setelah langkah 1 5.800.000
Langkah 2
Gaji 2.000.000 5.000.000 (7.000.000)
Defisit setelah langkah 2 (1.200.000)
Langkah 3
Bonus 500.000 (500.000)
Defisit setelah langkah 3 (1.700.000)
Langkah 4
Alokasi 60:40 (1.020.000) (680.000) 1.700.000
Total 3.980.000 6.020.000 0
Dalam kasus ini, dua langkah distribusi pertama menghasilkan defisit. Perjanjian
persekutuan AB menyatakan seluruh proses distribusi laba harus diselesaikan dan defisit yang
timbul dibagikan dengan rasio laba atau rugi. Perjanjian persekutuan juga dapat menyatakan
proses distribusi dihentikan pada tahap mana pun apabila terjadi defisit. Sekali lagi, sangatlah
penting bagi akuntan untuk mempelajari isi perjanjian persekutuan sebelum memulai proses
distribusi laba.
Persekutuan AB
Laporan Modal Para Sekutu
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2014
Keterangan Agung Bagus Total
Saldo 1 Januari 2014 20.000.000 10.000.000 30.000.000
Ditambah: investasi tambahan 500.000 500.000
Distribusi laba bersih 3.980.000 6.020.000 10.000.000
23.980.000 16.520.000 40.500.000
Dikurangi: penarikan (4.000.000) (4.000.000)
Saldo 31 Desember 2014 23.980.000 12.520.000 36.500.000
KASUS
Laporan laba rugi Persekutuan Aprilia-Jaka untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2014 adalah
sebagai berikut:
Persekutuan Aprilia-Jaka
Laporan Pendapatan Komprehensif
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2014
Penjualan bersih 300.000.000
Harga pokok penjualan (190.000.000)
Laba kotor 110.000.000
Beban operasi (30.000.000)
Laba bersih 80.000.000