Anda di halaman 1dari 6

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

(EKA 437)
“PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PENDIRIAN, PENGOPERASIAN
DAN PERUBAHAN KEANGGOTAAN
PERSEKUTUAN”

OLEH:
ANGGOTA KELOMPOK 1
Cristiano Ronaldo Harijono 2207531001 (1)
Ni Ketut Nita Adnyani 2207531009 (2)

Dosen Pengampu:
I Gst Ayu Eka Damayanthi, S.E., M.Si., CRA.CRP

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2024
1. Gambaran Umum tentang Likuidasi Persekutuan
1.1 Disosiasi, Pembubaran, Terminasi, dan Likuidasi Persekutuan
a. Pengunduran Diri atau Disosiasi (Dissociation)
Pengunduran diri atau disosiasi (dissociation) adalah konsep hukum mengenai
pengunduran diri sekutu karena
1. Sekutu meninggal.
2. Sekata secara sukarela mengundurkan diri (misalnya pensiun).
3. Keputusan pengadilan, meliputi (a) sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar
huk yang secara signifikan berakibat negatif bagi persekutuan, (b) sekutu melanggar
perjara persekutuan, (c) sekutu menjadi debitur dalam kebangkrutan, dan (4) sekutu
individual sudah tidak mampu melaksanakan tugasnya berdasarkan perjanjian
persekutuan.
Tidak semua disosiasi menimbulkan pembubaran persekutuan. Banyak disosiasi hanya
melibatkan pembelian kepemilikan sekutu yang mengundurkan diri dibandingkan
melakukan terminasi dan membubarkan bisnis persekutuan.
b. Pembubaran (Dissolution)
Pembubaran (dissolution) merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang
dapat menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnis persekutuan adalah sebagai berikut.
1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan
pemberitahuan pengunduran diri dari persekutuan. Pengunduran diri sewaktu-waktu
ini dapat terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk pemahaman secara lisan di
antara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang diambil.
Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian seperti ini yang dapat
menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukkan, misalnya, sebuah
ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari persekutuan.
2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu, pembubaran
dapat terjadi karena: (a) seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena
melakukan kesalahan, paling tidak terdapat setengah sekutu yang tinggal memutuskan
menghentikan bisnis persekutuan, (b) ketika semua sekutu setuju untuk menghentikan
persekutuan, atau (c) ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi
atau selesai.
3. Suatu peristiwa yang merupakan pelanggaran hukum jika diterapkan pada bagian
penting suatu kemitraan bisnis.
4. Adanya keputusan pengadilan bahwa: (a) tujuan ekonomis persekutuan tampaknya
tidak dapat tercapai, (b) seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan
bisnis persekutuan yang membuat persekutuan tidak mungkin dilanjutkan secara
praktik, atau (c) ketika tidak memungkinan untuk meneruskan bisnis persekutuan
secara praktik sejalan dengan perjanjian persekutuan.
Pada saat pembubaran, persekutuan memulai proses terminasi bisnis persekutuan yaitu:
a) Terminasi (winding up) dan likuidasi (liquidation)
Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran persekutuan. Proses
terminasl mencakup transaksi-transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi
persekutuan, seperti penagihan piutang, termasuk piutang sekutu, konversi aset
nonkas menjadi kas, pembayaran kewajiban persekutuan, dan distribusi saldo neto
yang tersisa kepada sekutu dalam bentuk kas sesuai proporsi kepentingan modal, Jika
perjanjian persekutuan tidak memberikan rasto likuidasi khusus, maka laba atau rugi
yang terjadi selama proses likuidasi didistribusikan berdasarkan rasio laba dan rugi
normal yang biasa digunakan selama operasi persekutuan.
Pinjaman dari sekutu, liabilitas persekutuan ke sekutu individual ini harus dibayar
selama proses terminasi persekutuan.
Defisit akun modal sekutu, Dalam proses likuidasi, tiap-tiap sekutu yang memiliki
akan modal defisit harus melakukan kontribusi kepada persekutuan untuk
memulihkan defisit modal tersebut. Jika seorang sekutu gagal melakukan kontribusi
untuk memulihkan defisit modalnya. maka seluruh sekutu harus melakukan
kontribusi, sesuai dengan proporsi pembagian kerugian.
b) Laporan Realisasi dan Likuidasi Persekutuan
Laporan ini, yang biasa disebut dengan "laporan likuidasi", adalah dasar pembuatan
ayat jurnal untuk mencatat likuidasi. Laporan ini menyajikan pengaruh likuidasi
terhadap akun-akun laporan posisi keuangan persekutuan dalam bentuk kertas kerja.
Laporan menunjukkan konversi aset menjadi kas, alokasi keuntungan atau kerugian
kepada para sekutu, dan distribusi kas kepada para kreditor dan sekutu.
2. Likuidasi Lumsum
Likuidasi lumsum (lump-sum liquidation) merupakan suatu proses likuidasi di mana seluruh
aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor dibayar, dan
pembayaran tunggal secara lumsum dilakukan kepada para sekutu atas kepentingan
modalnya.
2.1 Realisasi Aset
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual asetnya.
Persekutuan dapat saja melakukan penjualan "cuci gudang karena akan tutup" di mana
persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai di bawah harga jual normal dengan
maksud untuk mendorong penjualan dengan segera. Piutang usaha umumnya ditagihkan
oleh persekutuan. Kadang kala persekutuan menawarkan diskon tunai dalam jumlah
besar untuk pembayaran piutang tepat waktu yang penagihannya malah dapat menunda
proses terminasi persekutuan. Alternatif yang lain adalah piutang usaha tersebut dijual
kepada perusahaan anjak piutang (factoring), yaitu perusahaan yang mengkhususkan diri
dalam pembelian piutang usaha dan dengan segera membayar uang tunai kepada pihak
penjual piutang. Persekutuan mencatat penjualan piutang tersebut seperti halnya
penjualan aset yang lain.
Aset persekutuan, termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontribusi yang disyaratkan
kepada sekutu untuk menutupi defisit modal, digunakan untuk membayar kreditor
persekutuan. Liabilitas kepada sekutu individual, misalnya, liabilitas yang diakibatkan
dari pinjaman yang dibuat persekutuan dari sekutu, mempunyai status yang sama sebagai
liabilitas kepada kreditor pihak ketiga. Kreditor di luar tidak memiliki prioritas melebihi
sekutu yang memberi pinjaman kepada persekutuan. Pinjaman antarsekutu dan
persekutuan harus didokumentasikan secara lengkap, seperti dalam bentuk surat promes,
hal ini betujuan untuk mengindikasikan dengan jelas bahwa transaksi tersebut adalah
pinjaman dan bukan kontribusi modal atau penarikan.
2.2 Beban Likuidasi
Proses likuidasi melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum dan akuntansi
tambahan. Persekutuan juga menanggung biaya pelepasan usaha, seperti biaya ikian
khusus dan biaya mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan ke
akun modal para sekutu rasio distribusi laba dan rugi.
3. Likuidasi Bertahap
Likuidasi bertahap (installment liquidation) merupakan likuidasi yang secara umum
memerlukan beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran periodik,
atau cicilan/bertahap kepada para sekutunya selama periode likuidasi. Kebanyakan likuidasi
persekutuan dilakukan dalam periode yang diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah
realisasi aset yang sebesar mungkin. Umumnya, para sekutu menerima pembayaran periodik
selama likuidasi karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi.
Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas ke para sekutu sebelum menyelesaikan likuidasi
aset yang terjadi. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat mendistribusikan
kas karena dapat saja terjadi suatu peristiwa di masa mendatang yang mungkin
mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Berikut ini adalah
panduan praktis yang dapat membantu akuntan dalam menentukan pembayaran angsuran
yang aman kepada para sekutu.
1. Tidak mendistribusikan uang tunai kepada para sekutu hingga seluruh liabilitas dan
beban likuldasi akrual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan
seperlunya.
2. Antisipasi kemungkinan yang terburuk, atau lebih membatasi sebelum menentukan
jumlah angsuran tunai yang diterima oleh masing-masing sekutu:
a. Asumsikan bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan sebagai
kerugian, yaitu dengan mengasumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan
pada pelepasan aset.
b. Asumsikan bahwa defisit yang timbul dalam akun modal para sekutu akan
didistribusikan kepada sekutu yang tersisa, yaitu dengan mengasumsikan bahwa
defisit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo kredit
pada akun modal menunjukkan distribusi kas yang aman yang dapat didistribusikan
kepada para sekutu dalam jumlah yang sesuai.
3.1 Rencana Distribusi Kas
Pada awal proses likuidasi, akuntan umumnya menyusun rencana distribusi kas (cash
distribution plan), yang memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai
pembayaran kas secara bertahap yang akan diterima oleh masing-masing pada saat
telah tersedia kas dalam persekutuan. Distribusi bertahap aktual ditentukan dengan
menggunakan laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul
pembayaran aman kepada para sekutu. Rencana distribusi kas merupakan proyeksi
pro forma penggunaan kas apabila telah tersedia uang tunai.
1. Daya Serap Kerugian
Konsep dasar dari rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah daya
serap kerugian (loss absorption power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan
sebagai kerugian maksimum yang dapat terjadi dalam persekutuan sebelum saldo
akun modal sekutu dilunasi. Daya serap kerugian merupakan fungsi dari dua
elemen, sebagai berikut
Saldo Akun Modal Sekutu
LAP =
Bagian Kerugian Sekutu
Sebagai contoh, pada tanggal 1 Mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal
sebesar Rp34.000.000 dan 40% bagian dalam kerugian persekutuan ABC.LAP
Aldi adalah
Rp34.000.000
LAP = = Rp85.000.000
0,4

Ini berarti bahwa kerugian atas pelepasan aset nonkas atau biaya likuidasi
tambahan sebesar Rp85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun
modal Aldi sebagai berikut yaitu Rp85.000.000 x 0,40 = Rp34.000.000.

Anda mungkin juga menyukai