Anda di halaman 1dari 53

Persekutuan Likuidasi

BAB 16
Kelompok 7

NI WAYAN WIDYA WEDANI 1807531147

FIRDA ANANDA 1807531148

NI KADEK SUKMA DWIYANTIKA 1807531149


Persekutuan: 01 DISOSIASI, PEMBUBARAN,
TERMINASI, DAN LIKUIDASI SEBUAH
Likuidasi PERSEKUTUAN

LIKUIDASI SEKALIGUS

02 DAN LIKUIDASI BERTAHAP

RENCANA DISTRIBUSI
03 KAS

INKORPORASI PERSEKUTUAN
04
1. DISOSIASI, PEMBUBARAN,
TERMINASI, DAN LIKUIDASI Keputusan pengadilan seperti :
A. Pengunduran Diri PERSEKUTUAN •Sekutu melanggar hukum
atau Disosiasi •melanggar perjanjian persekutuan
(Dissociation) •menjadi debitur dalam kebangkrutan
Adalah konsep hukum •tidak mampu melaksanakan perjanji
mengenai pengunduran an persekutuan
diri karena:

Sekutu secara sukarela mengundurkan


diri (misal: pensiun)
Sekutu meninggal
3.

2.
1.
2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan

B. PEMBUBARAN
tertentu, pembubaran dapat terjadi karena:
(1). seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena
melakukan kesalahan, paling tidak terdapat setengah sekutu
yang tinggal memutuskan menghentikan bisnis persekutuan,
(2). ketika seluruh sekutu setuju untuk menghentikan
persekutuan, (3). ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud
telah terpenuhi atau selesai.

Pembubaran berarti pengakhiran persekutuan.


Kejadian yang dapat menyebabkan pembubaran
yaitu:
1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang 3. Adanya keputusan pengadilan bahwa:
sekutu dapat mengeluarkan pemberitahuan (a) tujuan ekonomis persekutuan
pengunduran diri dari persekutuan. Pengunduran tampaknya tidak dapat tercapai, (b)
diri terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk seorang sekutu terlibat dalam suatu
pemahaman secara lisan diantara para sekutu tindakan terkait dengan bisnis persekutuan
dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan yang membuat bisnis persekutuan tidak
spesifik yang diambil. Perjanjian persekutuan mungkin dilanjutkan secara praktik, atau
dapat menghindari kejadian seperti ini yang (c) ketika tidak memungkinkan untuk
dapat menyebabkan bubarnya persekutuan meneruskan bisnis persekutuan secara
dengan memasukkan, misalnya, sebuah praktik sejalan dengan perjanjian
ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu persekutuan.
yang keluar dari persekutuan
C. TERMINASI (WINDING
UP) DAN LIKUIDASI
(LIQUIDATION)

Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai


setelah pembubaran persekutuan,
persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan
khusus, yaitu penyelesaian proses
penghentian bisnis. Proses terminasi
mencakup transaksi-transaksi seperti
penagihan piutang termasuk piutang sekutu,
konversi aset non kas menjadi kas,
pembayaran kewajiban persekutuan, dan
distribusi saldo bersih yang tersisa kepada
para sekutu dalam bentuk kas sesuai
dengan proporsi kepemilikan modal.
D. PINJAMAN DARI SEKUTU. E. DEFISIT AKUN MODAL
Kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan SEKUTU
kepada persekutuan memiliki status yang sama dengan
kewajiban persekutuan kepada kreditor pihak ketiga. Jadi, Dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki akun
tidak ada saling hapus antara kewajiban dengan akun modal modal defisit harus melakukan kontribusi kepada
persekutuan untuk menghilangkan defisit modal tersebut.
sekutu. Kewajiban persekutuan ke sekutu individual ini Jika seorang sekutu gagal melakukan kontribusi, maka
harus dibayar selama proses terminasi persekutuan. seluruh sekutu harus melakukan kontribusi, sesuai
dengan proporsi pembagian kerugian, berupa tambahan
jumlah yang diperlukan untuk membayar kewajiban
persekutuan
F. LAPORAN LIKUIDASI DAN REALISASI PERSEKUTUAN

Laporan yang sering disebut dengan “laporan likuidasi”


adalah dasar pembuatan ayat jurnal untuk mencatat
likuidasi. Laporan ini menunjukkan konversi aset
menjadi kas, alokasi keuntungan atau kerugian kepada
para sekutu, dan distribusi kas kepada para kreditor dan
sekutu. Laporan tersebut adalah fitur dasar akuntansi
untuk likuidasi persekutuan.
2. LIKUIDASI SEKALIGUS (LUMSUM)
Likuidasi persekutuan secara sekaligus (lump-sum liquidation) merupakan suatu proses likuidasi dimana seluruh aktiva dikonversikan menjadi kas dalam waktu
yang sangat pendek, kreditor eksternal dibayar, dan pembayaran tunggal secara lumsum dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang disetorkan. Likuidasi
sekaligus merupakan fokus yang baik untuk menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan.

Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjualnya assetnya. Piutang
usaha umumnya ditagihkan oleh persekutuan. Kadang kala persekutuan menawarkan potongan
tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang yang tepat waktu yang penagihannya dapat

a. Realisasi Aset menunda proses terminasi persekutuan. Alternatif lain adalah piutang usaha tersebut dijual
kepada perusahaan ‘anjak piutang’ (factor), yaitu perusahaan yang mengkhususkan diri dalam
pembelian piutang usaha dengan segera membayar uang tunai kepada pihak penjual piutang.
Proses likuidasi biasa yang dimulai dengan menjadwalkan asset dan
kewajiban persekutuan yang diketahui. Nama dan alamat kreditor dan jumlah
terutang dari masing-masing pihak harus dicatat. Kreditur yang belum
terjadwal akan diketahui selama proses likuidasi. Proses likuidasi melibatkan
beban seperti: biaya hukum dan akuntansi tambahan. Persekutuan juga
2.Beban Likuidasi
menanggung biaya pelepasan yaitu: biaya iklan khusus dan biaya mencari
agen dialokasikan ke akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan
rugi.
ILUSTRASI LIKUIDASI SEKALIGUS
Ilustrasi berikut ini menyajikan likuidasi yang dilakukan oleh Persekutuan ABC dengan para sekutu yang terdiri
dari Aldi, Bayu, dan Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada Tahun 20X4 mereka menyesuaikan persentase distribusi laba
rugi berdasarkan besarnya peran masing – masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah:
Aldi 40%, Bayu 405, dan Citra 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan pada saat para sekutu memutuskan
untuk melikuidasi usaha tanggal 1 Mei 20X5 sebagai berikut:

PERSEKUTUAN ABC
Neraca Saldo
Ekuitas pemilik adalah jumlah modal akun modal Per Tanggal 1 Mei 20X5
sekutu:
Persamaan akuntansi = Asset – Kewajiban = Ekuitas Kas Rp 10.000.000
Rp 100.000.000 - Rp 42.000.000 Aktiva Nonkas 90.000.000
= Rp 58.000.000 Kewajiban Rp 42.000.000
Modal,Aldi(40%) 34.000.000
Modal,Bayu(40%) 10.000.000
Modal,Citra(20%) 14.000.000
Total 100.000.000 100.000.000
KASUS 1. PERSEKUTUAN MASIH SOLVEN DAN TIDAK TIMBUL DEFISIT PADA AKUN MODAL SEKUTU
Laporan realisasi dan likuidasi untuk kasus 1. Perhatikan tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan jumlah kredit dalam kertas
kerja yang digunakan. Laporan ini hanya berisi akun neraca dimana seluruh asset nonkas disajikan ke dalam satu akun. Pada saat unit
usaha melakukan likuidasi, akun-akun neraca merupakan akun yang relevan, laporan laba rugi adalah untuk kelangsungan usaha.
Kertas kerja mencakup seluruh proses realisasi dan likuidasi serta merupakan dasar ayat jurnal untuk mencatat proses likuidasi.
Contoh soal :
Asset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 1 Mei 20X5 dengan kerugian sebesar Rp 10.000.000. Kreditur
persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei dan sisa kas sebesar Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para
sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5.
Observasi penting lainnya:
1. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5.
2. Kerugian sebesar Rp 10.000.000 didistribusikan langsung terhadap akun modal para sekutu.
3. Kreditor eksternal dibayarkan sebelum terdapat asset yang didistribusikan kepada sekutu.
4. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo modal kredit
5. Saldo pascalikuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah ditutup dan persekutuan telah benar-benar
dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.

Laporan realisasi dan likuidasi untuk kasus 1 ada di figure 16-1 HALAMAN 267
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus

Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo kas
sebelum likuidasi, 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
1 Mei

Penjualan asset
dan distribusi
kerugian sebesar 80.000.000 (90.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
Rp 10.000.000

90.000.000 0 (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)


Pembayaran
untuk Kreditor (42.000.000) 42.000.000
eksternal

48.000.000 0 0 (30..000000) (6.000.000) (12.000.000)


Pembayaran
sekaligus kepada (48.000.000) 0 0 30.000.000 6.000.000 12.000.000
sekutu:

Saldo
0 0 0 0 0 0
pascalikuidasi
Laporan realisasi dan likuidasi merupakan dasar
untuk ayat jurnal yang mencatat proses likuidasi
sebagai berikut :

15 Mei 20X5
(1) Kas 80.000.000
Modal, Aldi 4.000.000 20 Mei 20X5
Modal,Bayu 4.000.000 (2) Kewajiban 42.000.000
Modal,Citra 2.000.000 Kas 42.000.000
Asset nonkas 90.000.000 Pembayaran kepada Kreditor
Realisasi seluruh asset nonkas persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 10.000.000 dengan menggunakan rasio laba 30 Mei 20X5
dan rugi. (3) Modal, Aldi 30.000.000
Modal,Bayu 6.000.000
Modal,Citra 12.000.000
Kas 48.000.000
Pembayaran sekaligus kepada para sekutu
KASUS 2. PERSEKUTUAN MASIH SOLVEN DAN TIMBUL
DEFISIT PADA AKUN MODAL SEKUTU
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun
modal sekutu terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian
Aldi Bayu Citra
kerugian yang ditentukan. Defisit tersebut dapat dihilangkan melalui
salah satu dari dua cara berikut :
Para sekutu menginvestasikan kas atau asset lain untuk mengeliminasi
Asset Pribadi Rp Rp Rp
defisit modal, Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang
150.000.000 12.000.000 42.000.000
lain berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi.

Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki kekayaan
Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)
bersih untuk mengeliminasi defisit modal harus melakukan investasi
tambahan pada persekutuan untuk menutupi defisit tersebut. Jika sekutu
sekutu tersebut secara pribadi tidak solven, yaitu, kewajiban pribadinya
Kekayaan Defisit Rp Rp Rp
melebihi aktiva pribadinya maka sekutu lain wajib menanggung defisit sekutu
Bersih 64.000.000 4.000.000 28.000.000
yang tidak solven dengan mengalokasikan ke dalam akun modal masing-
masing sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang berlaku.
Distribusi sekaligus berikut menggambarkan poin-poin ini:
1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut adalah sebagai berikut:
Bayu secara pribadi insolven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.
2. Asset nonkas persekutuan dijual dengan harga Rp35.000.000 pada tanggal 15 Mei
20X5 dan kerugian sebesar Rp 55.000.000 dialokasi kan pada akun modal para
sekutu.
3. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5.
4. Oleh karena modal Bayu secara pribadi insolven, maka deficit modal bayu
sebesar Rp.12.000.000 dialokasikan ke sekutu lainnya.
5. Sisa kas sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran kepada sekaligus pada tanggal 30 Mei 20X5

Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk Kasus 2 ada di figure 16-2
HALAMAN 269
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Figure 16-2
Likuidasi Lumsum
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo sebelum
10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Likuidasi,1 Mei
Penjualan aktiva dengan
distribusi kerugian
35.000.000 (90.000.000) 22.000.000 22.000.000 11.000.000
sebesar Rp 55.000.000

45.000.000 0 (42.000.000) (12.000.000) 12.000.000 (3.000.000)


Pembayaran kepada
(42.000.000) 42.000.000
kreditur Eksternal
3.000.000 0 0 (12.000.000) 12.000.000 (3000.000)
Distribusi defisit sekutu
yang tidak solven : (12.000.000)

40/60 x Rp 12.000.000 8.000.000


20/60 x Rp 12.000.000 4.000.000

3.000.000 0 0 (4.000.000) 0 1.000.000


Kontribusi Citra untuk
menutupi modal deficit 1.000.000 (1.000.000)

4.000.000 (4.000.000)
Pembayaran Sekaligus
kepada sekutu (4.000.000) 4.000.000
Pengamatan dalam ilustrasi ini adalah sebagai berikut :
1. Kerugian sebesar Rp 55.000.000 dari realisasi aktiva nonkas dialokasikan menurut rasio pembagian laba dan
rugi para sekutu, yaitu Aldi 40%, Bayu 40%, dan Citra 20%. Bagian Bayu atas bagian penghapusan asset
yaitu sebesar Rp 22.000.000 menimbulkan defisit akun modal sebesar Rp 12.000.000. Bayu secara pribadi
tidak solven dan tidak mampu untuk melakukan investasi tambahan untuk menghapus defisit modal.
2. Kreditor eksternal dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada pihak sekutu.
3. Defisit Bayu sebesar Rp 12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra menurut rasio laba rugi yang
berlaku. Aldi menanggung dua pertiga (40/60) dari defisit Bayu dan Citra menganggung sebesar sepertiga
(20/60).
4. Distribusi atas defisit Bayu menimbulkan defisit dalam akun modal Citra. Citra harus memberikan kontribusi
Rp 1.000.000 untuk menutupi defisit modalnya.
5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp 4.000.000

Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun telah ditutup dan persekutuan
secara pebuh telah dilikuidasi dan dihentikan
KASUS 3. PERSEKUTUAN INSOLVEN DAN TIMBUL DEFISIT
PADA AKUN MODAL SEKUTU
Sebuah persekutuan tidak solven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan
dari penjualan asset tidak cukup untuk membayar kewajiban persekutuan .
Sekutu secara individual bertanggung jawab untuk sisa kewajiban
persekutuan yang belum terbayar.
Contoh soal :

1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven, dan Bayu secara pribadi tidak
solven seperti halnya kasus 2.
2. Aktiva nonkas dijual sebesar Rp 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5
3. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 40.000.000 pada tanggal 20 Mei
20X5

Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk kasus 3 ada di figure 16-3
HALAMAN 270
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Lumsum
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo sebelum Likuidasi, 1
10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Mei
Penjualan aktiva dengan
distribusi kerugian 20.000.000 (90.000.000) 28.000.000 28.000.000 14.000.000
sebesar Rp70.000.000
30.000.000 0 (42.000.000) (6.000.000) 18.000.000 0
Distribusi defisit sekutu
(18.000.000)
yang tidak solven :
40/60 x
12.000.000
Rp 18.000.000
40/60 x Rp 12.000.000 6.000.000
30.000.000 0 (42.000.000) 6.000.000 0 6.000.000
Kontribusi oleh Aldi dan
Citra untuk menutupi 12.000.000 (6.000.000) (6.000.000)
modal deficit
42.000.000 0 (42.000.000) 0 0 0
Pembayaran kepada
(42.000.000) 42.000.000
kreditor eksternal
Pengamatan dari ilustrasi :
1. Kerugian sebesar Rp 70.000.000 dialokasikan kepada sekutu menurut rasio pembagian laba dan rugi yang ada. Alokasi ini
menimbulkan defisit akun modal Bayu sebesar Rp 18.000.000.
2. Karena Bayu secara personal tidak solven ,maka defisit sebesar Rp 18.000.000 yang ditanggung dialokasikan kepada Aldi dan Citra
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi antara keduanya, yaitu 40:60 untuk Aldi dan 40:20 untuk Citra. Distribusi defisit Bayu
menghasilkan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Aldi dan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Citra.
3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk menyelesaikan defisit modal yang masing-masing nilainya Rp
6.000.000.
4. Saldo kas sebesar Rp 42.000.000 yang telah tersedia digunakan untuk membayar kreditur eksternal.
5. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun yang telah ditutup dan persekutuan secara penuh
telah dilikuidasi dan dihentikan.

Dalam kasus 3, Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk mengeliminasi defisit modal mereka. Ketika seorang sekutu
harus menutupi deficit modal sekutu lainnya, sekutu yang mampu menutupi dapat menuntut sekutu yang gagal menutupi defisitnya
tersebut. Kegagalan Bayu sebesar Rp. 12.000.000 pada kasus 2 dan Rp 18.000.000 pada kasus 3, mengharuskan Aldi dan Citra menutupi
modal defisit Bayu. Aldi dan Citra dapat menuntut secara hokum kepada Bayu dan dimasukkkan sebagai kewajiban pribadi Bayu.
Walaupun Bayu secara pribadi insolven, Aldi dan Citra kemungkinan dapat memperoleh sebagian jumlah yang ditanggungnya.
2. LIKUIDASI BERTAHAP ILUSTRASI LIKUIDASI BERTAHAP
Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi secara umum memerlukan
beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan menyangkut pembayaran Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus dari
secara periodik, atau cicilan bertahap, kepada para sekutunya selama persekutuan ABC sekarang juga digunakan untuk
masa likuidasi. Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para mengilustrasikan likuidasi secara bertahap. Aldi, Bayu, dan
sekutu sebelum likuidasi aset sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan
Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap
secara khusus harus berhati hati pada saat mendistribusikan kas, karena
usaha mereka selama beberapa periode waktu dan
dapat saja terjadi suatu peristiwa dimasa mendatang yang mungkin
menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap
mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing masing sekutu.
selama proses likuidasi.
Untuk para akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman
kepada para sekutu antara lain : Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei
1. Tidak mendistribusikan kas kepada sekutu hingga seluruh kewajiban 20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk
dan beban likuidasi aktual maupun potensial telah dibayarkan melikuidasi usaha adalah sebagai berikut. Persentase
2. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi pembagian laba dan rugi masing masing sekutu juga
maka sisa kredit pada akun modal menunjukan distribusi asset dan ditentukan
kas yang aman yang dapat didistribusikan kepadasekutu dalam
jumlah yang terkait.
Persekutuan ABC

Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp.10.000.000
Aset Nonkas 90.000000
Kewajiban Rp.42.000.000
Modal Aldi (40%) 34.000.000
Modal Bayu (40%) 10.000000
Modal Citra (20%) 14.000.000
Total Rp.100.000.000 Rp.100.000.000
Berikut penjelasan mengenai kasus tersebut.
1. Laporan kekayaan bersih ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei
20X5 adalah sebagai berikut.
Aldi Bayu Citra

Aset Pribadi Rp.150.000.000 Rp.12.000.000 Rp. 42.000.000

Kewajiban (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)


Pribadi

Kekayaan (defisit) Rp.64.000.000 Rp.4.000.000 Rp.28.000.000


neto

Bayu secara pribadi tidak solven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi
masih solven.
2. Aset nonkas persekutuan dijual sebagai berikut.

Nilai Buku Nilai Wajar Kerugian

5/15/X5 Rp.55.000.000 Rp.45.000.000 Rp.10.000.000

6/15/X5 30.000.000 15.000.000 15.000.000

7/15/X5 5.000.000 5.000.000

3. Kreditur dibayar sebesar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei.


4. Para sekutu bersepakat untuk mrnyimpan cadangan tunai sebesar Rp.10.000.000 selama
proses likuidasi yang digunakan untuk mrmbayar beban likuidasi yang mungkin timbul
5. Para sekutu sepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap bulan
yaitu likuidasi bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Mei dan 30 Juni. Distribusi kas final
kepada para sekutu akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 20X5 yaitu akhir proses likuidasi.

Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk likuidasi bertahap persekutuan ABC
disajikan pada figure 16-4 HALAMAN 272
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Bertahap
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo sebelum likuidasi , 1
10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Mei
Mei 20X5
Penjualan aset dan
distribusi Kerugian sebesar 45.000.000 (55.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
Rp10.000.000

55.000.000 35.000.000 (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)


Pembayaran kepada
(42.000.000) 42.000.000
kerditur
13.000.000 35.000.000 0 (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Pembayaran Kepada sekutu
(Skedul 1, Gbr 16-5) (3.000.000) 3.000.000

10.000.000 35.000.000 0 (27.000.000) (6.000.000) (12.000.000)


Juni 20X5:
Penjualan aset dan
distribusi kerugian sebesar 15.000.000 (30.000.000) 6.000.000 6.000.000 3.000.000
Rp15.000.000
25.000.000 5.000.000 0 (21.000.000) 0 (9.000.000)
Pembayan kepada sekutu
(skedul 2, Gbr 16-5) (15.000.000) 11.000.000 4.000.000
Juli 20X5
Penjualan asset
sebesar nilai buku 5.000.000 (5.000.000)

15.000.000 0 0 (10.000.000) 0 (5.000.000)


Pembayaran biaya
likuidasi Rp7.500.000 (7.500.000) 3.000.000 3.000.000 1.500.000

7.500.000 0 0 (7.000.000) 3.000.000 (3.500.000)


Distribusi defisit
sekutu yang insolven (18.000.000)

40/60 x Rp3.000.000
2.000.000

20/60 x 3.000.000
1.000.000

7.500.000 0 0 (5.000.000) 0 (2.500.000)


Pembayan unutk
(7.500.000) 5.000.000 2.500.000
sekutu
Saldo pascalikuidasi,
31 Juli 0 0 0 0 0 0
Figur 16-5
Skedul Pembayaran Aman pada Para Sekutu dalam Likuidasi Bertahap
PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu
Saldo Modal Sekutu
Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Skedul 1, 31 Mei 20X5
Perhitungan Distribusi Kas yang tersedia per 31 Mei 20X5

Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)


Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp.35.000.000 atas sisa
asset nonkas dan kemungkinan terjadinya beban likuidasi 18.000.000 18.000.000 9.000.000
di masa datang Rp10.000.000
(12.000.000) 12.000.000 (3.000.000)
Asumsikan potensi defisit modal Bayu harus ditanggung
(12.000.000)
oleh Aldi dan Citra
40/60 Rp 12.000.000 8.000.000
20/60 Rp 12.000.000 4.000.000
Asumsikan defisit modal Citra harus ditanggung oleh Aldi
(4.000.000) 0 1.000.000

Pembayaran aman kepada sekutu, 31 Mei 1.000.000 (1.000.000)


(3.000.000) 0 0
Skedul 2, 30 Juni 20X5
Perhitungan Distribusi Kas Yang Trsedia
per 30 Juni 20X5
Saldo modal, 30 Juni, sebelum distribusi
(21.000.000) 0 (9.000.000)

Asumsikan terjadi kerugian penuh


Rp5.000.000 atas sisa asset nonkas dari
6.000.000 6.000.000 3.000.000
kemungkinan terjadinya beban likuidasi
di masa datang Rp.10.000.000
(15.000.000) 6.000.000 6.000.000
Asumsikan potensi defisit modal Bayu
(6.000.000)
harus ditanggung oleh Aldi dan Citra

40/60 x Rp6.000.000 4.000.000


20/60 x Rp6.000.000 2.000.000
Pembayan aman kepada sekutu, 30 Juni
(11.000.000) 0 (4.000.000)
Transaksi Selama Bulan Mei 20X5
Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar Rp. 5.000.000 kepada
setiap sekutu.Prosedur yang digunakan untk menghasilkan jumlah ini adalah sebagai berikut:
1. Penjualan asset yang bernilai Rp.55.000.000 menghasilkan kerugian sebesar Rp.10.000.000 yang
didistribusikan kepada ketiga sekutu berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi.
2. Pembayaran sebesar Rp.42.000.000 dilakukan kepada kreditur persekutuan atas kewajiban yang
diketahui.
3. Kas yang tersedia didistribusikan pada tanggal 31 Mei 20X5.

Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada para sekutu pihak akuntan harus membuat beberapa
asumsi mengenai likuidasi asset tersisa dimasa depan. Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi, sisa aset yang
bernilai Rp.35.000.000 akan menimbulkan kerugian total.Sebelum melakukan distribusi kas kepada para sekutu, akuntan menyusun
skedul pembayaran aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Figur 16-5 menunjukkan skudul
pembayaran aman kepada para sekutu per tangal 31 Mei 20X5.
Skedul ini dimulai pada saldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31 Mei. Skedul ini secara logika
hanya menggunakan akun akun modal yang berasal dari persamaan akuntansi : Aset – Kewajiban = Saldo modal
sekutu. Jadi misalkan terjadi kenaikan kewajiban yang membuat asset neto berkurang, keseimbangan persamaan
akuntansi juga akan menghasilkan penurunan total modal para sekutu. Karena hanya akun modal sekutu yang
menjadi focus pembayaran kepada sekutu, tidak perlu memasukkan atau merinci seluruh asset dan kewajiban ke
dalam skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup seluruh informasi yang diperlukan agar
para sekutu mengetahui beberapa besar kas yang akan mereka terima pada setiap tanggal distribusi kas.

Aldi,Citra dan Bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp.10.000.000 untuk
menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai tambahan, asset nonkas memiliki sisa
saldo sebesar Rp.35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total
atas asset nonkas dan beban likuidasi sebesar Rp.10.000.000 menimbulkan total pembebanan
sebesar Rp.45.000.000 yang harus didistribusikan terhadap akun modal para sekutu. Akun modal
Aldi, Bayu dan Citra dikenakan beban masing masing sebesar Rp.18.000.000 , Rp.18.000.000 ,
Rp.9.000.000 untuk bagian dari kekurangan sebesar Rp.45.000.000 tadi. Asumsi ini
menghasilkan perkiraan defisit dalam akun modal bayu.
Dengan melanjutkan perencanan kasus terburuk pihak akuntan mengasumsikan bahwa Bayu tidak solven dan
mendistribusikan perkiraan defisit dalam akun modal Bayu kepada Aldi dan Citra sesuai rasio pembagian laba dan rugi
yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman
dapat didistribusikan kepada para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan pada figur 16-5. Kas yang
tersedia sebesar Rp.3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir seharusnya menunjukkan kesaman jumlah asset
dan ekuitas pada persamaan akuntansi. Jika kesamaan tidak berwujud, maka kemungkinan telah terjadi kesalahan yang
harus dikoreksi sebelum berlanjut pada langkah berikut. Pada tanggal 31 Mei setelah distribusi bertahap dilakukan,
persaman akuntasi akan menjadi:

Aset – Kewajiban = Ekuitas Pemilik


Rp.45.000.000 – Rp.0 = Rp.45.000.000
Transaksi Selama Bulan Juni 20X5
Figur 16-4 berlanjut dengan transaksi untuk bulan Juni 20X5, yaitu sebagai berikut:

1. Aset nonkas sebesar Rp.30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian sebesar
Rp.15.000.000. Kerugian tersebut didistribusikan kepada para sekutu menurut rasio pembagian laba
dan rugi, yang menghasilkan saldo modal Bayu sebesar nol
2. Pada tanggal 30 Juni 20X5 kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran
bertahap.
Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 dengan figur 16-5 menunjukkan bagaimana
jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk mengasumsikan bahwa asey nonkas tersisa yang bernilai
Rp.5.000.000 harus dihapuskan menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp.10.000.000 sepenuhnya
akan digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian sebesar Rp.15.000.000 ini dialokasikan kepada para sekutu
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.6.000.000 dalam akun modal
Bayu. Dengan melanjutkan scenario kasus terburuk ini, diasumsikan bahwa Bayu tidak dapat menghilangkan saldo
debit dalam modal ini. Oleh karena itu, potensi defisit sebesar Rp.6.000.000 ini dialokasikan kepada Aldi dan Citra
menurut rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang
terjadi dalam akun modal para sekutu menunjukkan jumlah aman kas yang akan didistribusikan. Hanya kas sebesar
Rp.15.000.000 dari saldo kas yang tersedia yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra pada tanggal 30 Juni,
sebagaimana diperlihatkan difigur 16-4.
Transaksi Selama Bulan Juli 20X5
Bagian terakhir figur 16-4 menunjukkan penyelesaian transaksi likuidasi selama bulan Juli 20X5.
1. Aset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya sebesar Rp.5.000.000
2. Biaya likuidasi actual sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada para sekutu sesuai
dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.3.000.000 dalam akun
modal Bayu. Sisa sebesar Rp.2.500.000 dari cadangan Rp.10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar
dapat didistribusikan kepada para sekutu.
3. Oleh karena Bayu secara pribadi insolven dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada persekutuan,
maka defisit sebesar Rp.3.000.000 tersebut didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio
pembagian laba dan rugi.
4. Sisa kas sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut saldo modal masing masing.
Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akun akan menjadi nol, yang mengindikasi penyesuaian
proses likuidasi.
3. RENCANA DISTRIBUSI
Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk
menyusun rencana distribusi kas, yang memberikan gambaran
kepada para sekutu mengenai pembayaran kas bertahap yang akan
diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam
persekutuan.
Distribusi bertahap actual ditentukan dengan menggunakan
laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul
pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang
ditunjukan pada bagian akhir bab ini. Rencana distribusi kas
merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas, apabila telah
tersedia uang tunai
a. Daya Serap Kerugian
Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah daya serap kerugian (loss absortion
power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai kerugian maksimum yang dapat terjadi dalam persekutuan
sebelum saldo akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan menanggung kerugian merupakan
fungsi dari dua elemen, yaitu :
𝑠𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑎𝑘𝑢𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢
LAP =
𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢

Sebagai contoh, pada 1 mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar RP.34.000.000 dan 40
persen dari bagian laba dan rugi persekutuan ABC LAP Aldi adalah:

𝟑𝟒.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
LAP = = 85.000.0000
𝟎,𝟒𝟎

Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan asset nonkas atau beban likuidasi tambahan sebesar
Rp.85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal aldi dengan perhitungan sebagai
berikut.
RP.85.000.000 X 0,40 = RP.34.000.000
b. Ilustrasi rencana distribusi kas
Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun-akun
neraca persekutuan ABC pada tanggal 1 mei 20X5, yaitu hari saat para sekutu memutuskan
melikuidasi usaha, disajikan sebagai berikut:

Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas RP. 10.000.000
Aset non kas 90.000.000
Kewajiban RP.42.000.000
Modal,Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal,Citra (20%) 14.000.000
Total RP.100.000.000 RP.100.000.000

Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk
menentukan distribusi pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana
seperti itu selalu memberikan pembayaran kreditur eksternal sebelum distribusi
dapat dilakukan kepada para sekutu. Figur16-6 menunjukkan rencana distribusi
kas per tanggal 1Mei, yang merupakan tanggal awal proses likuidasi.
Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan menanggung kerugian masing-masing sekutu
dihitung ketika saldo modal sebelum likuidasi dibagi dengan
presentase pembagian rugi para sekutu. Aldi memiliki LAP
tertingi (85.000.000), Citra memiliki angka tertinggi berikutnya
(RP.70.000.000) dan Bayu memiliki angka terendah
(RP.25.000.000). LAP masing-masing sekutu merupakan jumlah
b. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk
kerugian yang akan menghapuskan secara total saldo kredit
menerima pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para
modal netonya. Aldi adalah sekutu yang paling tidak rentan
kreditur. Aldi akan menjadi satu-satunya sekutu yang menerima kas
untuk mengalami kerugian dan bayu adalah yang paling rentan
hingga LAP menurun ke tingkat sekutu tertinggi berikutnya, yaitu
terhadap kerugian.
Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar Rp.15.000.000
membutuhkan pembayaran sebesar Rp.6.000.000 (Rp.15.000.000 X
0,40) kepada Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp.6.000.000 kepada
Aldi, kemampuan menanggug kerugian yang baru akan sama dengan
Citra, yang dihitung dengan saldo modal Aldi yang tersisa sebesar
Rp.28.000.000 dibagi dengan presentase pembagian laba dan rugi
sebesar 40 persen (Rp.28.000.000/ 0,40 = Rp.70.000.000)
c. LAP aldi dan Citra sekarang akan seimbang dan mereka menerima distribusi kas
hingga LAP masing-masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar
Rp.25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP Rp.45.000.000
(RP.70.000.000 –RP. 25.000.000) dengan rasio pembagian rugi kedua sekutu
menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar dapat dibayarkan
dengan aman kepada masig-masing sekutu. Aldi dan citra akan menerima distribusi
kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan tersedianya kas sebesar
Rp.27.000.000, maka yang akan didistribusikan kepada aldi dan citra masing-masing
adalah menurut 40:60 untuk aldi dan 20:60 untuk Citra.

d. Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sis akas
yang tersedia akan didstribusikan menurut rasio pembagian rugi masing-masing
sekutu.

Ringkasan rencana distribusi kas pada bagian bawah Figur 16-6 HALAMAN 277
Persekutuan ABC
Rencana Distribusi Kas
1 Mei 20X5
Daya Serap Kerugian Akun Modal
Aldi Bayu Citra Aldi Bayu Citra
Persentase pembagian rugi
40% 40% 20%

Saldo akun modal dan pinjaman


sebelum likuidasi, 1 Mei 20X5 (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)

Kemampuan menenggung
kerugian (LAP) (Akun modal/ (85.000.000) (25.000.000) (70.000.000)
rasio rugi)

Menurunkan Aldi sebesar Rp


15.000.000 (distribusi kas: Rp 15.000.000
6.000.000
15.000.000 x 0,40 = Rp 6.000.000

(70.000.000) (25.000.000) (70.000.000) (28.000.000) (10.000.000) (14.000.000)


Penurunan LAP tertinggi
berikutnya:
Menurunkan Aldi Sebesar Rp
45.000.000 18.000.000
45.000.000 ( distribusi kas: Rp
45.000.000 x 0.40 = Rp
18.000.000)
Menurunkan Citra sebesar Rp
45.000.000 (distribusi Kas: Rp 45.000.000 9.000.000
45.000.000 x 0,20 = Rp 9.000.000)

(25.000.000) (25.000.000) (25.000.000) (10.000.000) (10.000.000) (5.000.000)

Penurunan LAP dengan


mendistribusikan kas sesuai dengan 40% 40% 20%
persentase pembagian laba dan rugi

Ringkasan Rencana Distribusi Kas


Langkah 1: Pertama sebesar Rp42.000.000 kepada kreditur eksternal
Langkah 2: berikutnya sebesar Rp10.000.000 untuk beban likuidasi
Langkah 3: berikutnya sebesar Rp6.000.000 untuk Aldi 6.000.000
Langkah 4: berikutnya sebesar Rp45.000.000 untuk Aldi dan Citra sesuai dengan ratio pembagian laba dan
18.000.000 9.000.000
rugi masing-masing sekutu
Langkah 5: distribusi tambahan sesuia dengan rasio laba dan rugi masing-masing sekutu
40% 40% 20%
Figur 16-7 menyajikan saldo modal untuk tiap-tiap sekutu dalam persekutuan ABC selama periode likuidasi bertahap dari tanggal 1 Mei 20X5 hingga 31
Juli 20X5

Konfirmasi Rencana Distribusi Kas

PERSEKUTUAN ABC
Saldo Akun Modal
1 Mei 20X5 sampai dengan 31 Juli 20X5
Saldo Modal Sekutu
Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi
(34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)

Kerugian bulan Mei sebesar Rp 10.000.000 atas


4.000.000 4.000.000 2.000.000
penghapusan aset
(30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Distribusi kas yang tersedia sebesar Rp3.000.000
untuk para sekutu tanggal 31 Mei Rp 3000.000 3.000.000
pertama (dari Rp 6.000.000 prioritas untuk Aldi)

(27.000.000) (6.000.000) (12.000.000)


Kerugian bulan Juni sebesar Rp 15.000.000 atas
6.000.000 6.000.000 3.000.000
penghapusan asset
(21.000.000) 0 (9.000.000)
Distibusi kas yang tersedia sebesar Rp15.000.000
untuk para sekutu tanggal 30 Juni Rp3.000.000
berikutnya (untuk menyelesaikan Rp6.000.000 3.000.000
prioritas untuk Aldi) sisa Rp 12.000.000

40/60 untuk Aldi 8.000.000


20/60 untuk Citra 4.000.000
(10.000.000) 0 (5.000.000)
Biaya likuidasi Rp7.500.000 3.000.000 3.000.000 1.500.000
(7.000.000) 3.000.000 3.500.000
Distribusi defisit aktual Bayu 2.000.000 (3.000.000) 1.000.000
(5.000.000) 0 (2.500.000)
Pembayaran final Rp7.500.000 ke para sekutu pada
31 Juli 20X5:
40/60 untuk Aldi 5.000.000
20/60 untuk Citra 2.500.000
Saldo pascalikuidasi, 31 Juli 0 0 0
4. INKORPORASI PERSEKUTUAN
Seiring dengan perkembangan persekutuan, para
sekutu dapat memutuskan untuk mengubah bentuk
Modal saham dalam perseroan yang
usaha menjadi perseroan agar dapat memperoleh .
baru kemudian didistribusikan secara
akses pendanaan ekuitas tambahan, membatasi
proporsional pada akun modal para
tanggung jawab pribadi, mendapatkan keuntungan
sekutu. Entitas bisnis terpisah
pajak tertentu atau untuk mencapai tujuan usaha
persekutuan harus menutup catatan
lain yang cukup berat. Pada saat pembentukan
akuntansinya dan perseroan, sebagai
perseroan, persekutuan dihentikan, sedangkan
entitas baru, harus membuka catatan
asset dan kewajibannya direvaluasi menjadi
akuntansi yang baru untuk mencatat
sebesar nilai pasar. Keuntungan atau kerugian
penerbitan modal saham ke para sekutu
revaluasi yang timbul dialokasikan kepada akun
persekutuan sebelumnya.
modal para sekutu sesuai dengan rasio pembagian
laba dan rugi
Neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5,
sebagaimana yang ditunjukan sebelumnya, digunakan untuk
mengilustrasikan inkorporasi persekutuan. Misalkan para
sekutu bersepakat untuk menginkorporasikan persekutuan dan
bukan melakukan likuidasi.

Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari
persekutuan menjadi perseroan, seluruh asset dan kewajiban harus diperiksa dan
dinilai berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus
didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi
masing-masing sekutu. Misalkan, asset nonkas memiliki nilai pasar sebesar
Rp.80.000.000 kerugian nilai pasr sebesar Rp.10.000.000 dialokasikan ke dalam
akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan, sebagai berikut
(4) Modal Aldi 4.000.000
Modal Bayu 4.000.000
Modal Citra 2.000.000
Aset Nonkas 10.000.000
mengakui kerugian akibat pengurangan asset menjadi nilai pasar
Tentu saja dalam praktiknya, akun asset tertentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi umum seperti asset nonkas.
Keuntungan atas revaluasi asset juga dapat terjadi jika sebuah persekutuan yang sukses memilih untuk berubah menjadi
perseroan.
Asset neto persekutuan mempunya nilai wajar Rp.48.000.000 (Rp.90.000.000 aset dikurangi Rp.42.000.000 kewajiban).
Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan nilai par Rp.1.000 per lembar untuk ditukar dengan asset dan
kewajiban persekutuan ABC.ayat jurnal yang dibuat PT induk untuk memperoleh asset dan kewajiban persekutuan yang
ditukar dengan penerbitan 4.600 lembar saham sebagai berikut:

(5). Kas 10.000.000


Aset Nonkas 80.000.000
Kewajiban 42.000.000
Saham Biasa 4.600.000
Tambahan Modal disetor –Agio 43.400.000
Penerbitan saham untuk asset dan kewajiban persekutuan
Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada buku persekutuan
(6) Investasi dalam Saham PT induk 48.000.000
Kewajiban 42.000.000
Kas 10.000.000
Aset Nonkas 80.000.000
Penerimaan saham PT induk dalam pertukaran untuk asset neto persekutuan

Ingatlah kembali bahwa asset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar dalam ayat jurnal (4).
Untuk mendistribusikan saham kepada para sekutu dan menutup pembukuan persekutuan. Ayat jurnal final sebagai
berikut.
(7) Modal Aldi 30.000.000
Modal Bayu 6.000.000
Modal Citra 12.000.000
Investasi Pada Saham PT Induk 48.000.000
ditribusi saham PT Induk kepada para sekutu
CONTOH KASUS

KASUS L 16 - 6 KASUS L 16 - 8

PEMBAHASAN L 16-6 PEMBAHASAN L 16 – 8


L 16-6 SKEDUL PEMBAYARAN AMAN KEPADA PARA SEKUTU
Sekutu Marina dan Joko telah memutuskan untuk melikuidasi usaha mereka. Buku besar menunjukkan saldo akun
sebagai berikut:

Kas Rp.25.000.000 Utang usaha Rp.15.000.000

Persediaan Rp.120.000.000 Modal marina Rp.65.000.000

Modal, joko Rp.65.000.000

Marina dan Joko membagi keuntungan dan kerugian dengan rasio 8:2. Selama bulan pertama likuidasi,
setengah dari persediaan dijual dengan harga Rp.40.000.000, dan utang usaha sebesar Rp.10.000.000 telah
dibayarkan. Selama bulan kedua, sisa persediaan dijual dijual dengan harga Rp.30.000.000, dan sisa utang
usaha telah dibayarkan. Kas didistribusikan pada akhir setiap bulan dan likuidasi diselesaikan pada akhir
bulan kedua.
Diminta:
Buatlah laporan realisasi dan likuidasi persekutuan yang dilengkapi dengan skedul pembayaran
aman untuk periode likuidasi selama dua bulan!
PEMBAHASAN L 16-6
L16-8 RENCANA DISTRIBUSI KAS
Adam, Palgunadi, dan Brama membagi keuntungan dan kerugian dalam persekutuan APB dengan rasio
2:3:5. Ketika mereka memutuskan untuk melikuidasi usahanya, laporan posisi keuangan mereka adalah
sebagai berikut

Asset Liabilitas dan ekuitas

Kas Rp40.000.000 Liabilitas Rp50.000.000

Pinjaman Adam Rp10.000.000 Modal, adam Rp55.000.000

Asset lain Rp200.000.000 Modal, palgunadi Rp75.000.000

Modal brama Rp70.000.000

Total Rp.250.000.000 Total Rp250.000.000

Biaya likuidasi diharapkan dapat diabaikan. Tidak ada bunga


yang diakui untuk pinjaman para sekutu setelah penghentian
usaha.
Diminta:
Buatlah rencana distribusi kas untuk persekutuan APB!
PEMBAHASAN L 16-8
SESI DISKUSI
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai