BAB 16
Kelompok 7
LIKUIDASI SEKALIGUS
RENCANA DISTRIBUSI
03 KAS
INKORPORASI PERSEKUTUAN
04
1. DISOSIASI, PEMBUBARAN,
TERMINASI, DAN LIKUIDASI Keputusan pengadilan seperti :
A. Pengunduran Diri PERSEKUTUAN •Sekutu melanggar hukum
atau Disosiasi •melanggar perjanjian persekutuan
(Dissociation) •menjadi debitur dalam kebangkrutan
Adalah konsep hukum •tidak mampu melaksanakan perjanji
mengenai pengunduran an persekutuan
diri karena:
2.
1.
2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan
B. PEMBUBARAN
tertentu, pembubaran dapat terjadi karena:
(1). seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena
melakukan kesalahan, paling tidak terdapat setengah sekutu
yang tinggal memutuskan menghentikan bisnis persekutuan,
(2). ketika seluruh sekutu setuju untuk menghentikan
persekutuan, (3). ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud
telah terpenuhi atau selesai.
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjualnya assetnya. Piutang
usaha umumnya ditagihkan oleh persekutuan. Kadang kala persekutuan menawarkan potongan
tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang yang tepat waktu yang penagihannya dapat
a. Realisasi Aset menunda proses terminasi persekutuan. Alternatif lain adalah piutang usaha tersebut dijual
kepada perusahaan ‘anjak piutang’ (factor), yaitu perusahaan yang mengkhususkan diri dalam
pembelian piutang usaha dengan segera membayar uang tunai kepada pihak penjual piutang.
Proses likuidasi biasa yang dimulai dengan menjadwalkan asset dan
kewajiban persekutuan yang diketahui. Nama dan alamat kreditor dan jumlah
terutang dari masing-masing pihak harus dicatat. Kreditur yang belum
terjadwal akan diketahui selama proses likuidasi. Proses likuidasi melibatkan
beban seperti: biaya hukum dan akuntansi tambahan. Persekutuan juga
2.Beban Likuidasi
menanggung biaya pelepasan yaitu: biaya iklan khusus dan biaya mencari
agen dialokasikan ke akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan
rugi.
ILUSTRASI LIKUIDASI SEKALIGUS
Ilustrasi berikut ini menyajikan likuidasi yang dilakukan oleh Persekutuan ABC dengan para sekutu yang terdiri
dari Aldi, Bayu, dan Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada Tahun 20X4 mereka menyesuaikan persentase distribusi laba
rugi berdasarkan besarnya peran masing – masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah:
Aldi 40%, Bayu 405, dan Citra 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan pada saat para sekutu memutuskan
untuk melikuidasi usaha tanggal 1 Mei 20X5 sebagai berikut:
PERSEKUTUAN ABC
Neraca Saldo
Ekuitas pemilik adalah jumlah modal akun modal Per Tanggal 1 Mei 20X5
sekutu:
Persamaan akuntansi = Asset – Kewajiban = Ekuitas Kas Rp 10.000.000
Rp 100.000.000 - Rp 42.000.000 Aktiva Nonkas 90.000.000
= Rp 58.000.000 Kewajiban Rp 42.000.000
Modal,Aldi(40%) 34.000.000
Modal,Bayu(40%) 10.000.000
Modal,Citra(20%) 14.000.000
Total 100.000.000 100.000.000
KASUS 1. PERSEKUTUAN MASIH SOLVEN DAN TIDAK TIMBUL DEFISIT PADA AKUN MODAL SEKUTU
Laporan realisasi dan likuidasi untuk kasus 1. Perhatikan tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan jumlah kredit dalam kertas
kerja yang digunakan. Laporan ini hanya berisi akun neraca dimana seluruh asset nonkas disajikan ke dalam satu akun. Pada saat unit
usaha melakukan likuidasi, akun-akun neraca merupakan akun yang relevan, laporan laba rugi adalah untuk kelangsungan usaha.
Kertas kerja mencakup seluruh proses realisasi dan likuidasi serta merupakan dasar ayat jurnal untuk mencatat proses likuidasi.
Contoh soal :
Asset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 1 Mei 20X5 dengan kerugian sebesar Rp 10.000.000. Kreditur
persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei dan sisa kas sebesar Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para
sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5.
Observasi penting lainnya:
1. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5.
2. Kerugian sebesar Rp 10.000.000 didistribusikan langsung terhadap akun modal para sekutu.
3. Kreditor eksternal dibayarkan sebelum terdapat asset yang didistribusikan kepada sekutu.
4. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo modal kredit
5. Saldo pascalikuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah ditutup dan persekutuan telah benar-benar
dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.
Laporan realisasi dan likuidasi untuk kasus 1 ada di figure 16-1 HALAMAN 267
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo kas
sebelum likuidasi, 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
1 Mei
Penjualan asset
dan distribusi
kerugian sebesar 80.000.000 (90.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
Rp 10.000.000
Saldo
0 0 0 0 0 0
pascalikuidasi
Laporan realisasi dan likuidasi merupakan dasar
untuk ayat jurnal yang mencatat proses likuidasi
sebagai berikut :
15 Mei 20X5
(1) Kas 80.000.000
Modal, Aldi 4.000.000 20 Mei 20X5
Modal,Bayu 4.000.000 (2) Kewajiban 42.000.000
Modal,Citra 2.000.000 Kas 42.000.000
Asset nonkas 90.000.000 Pembayaran kepada Kreditor
Realisasi seluruh asset nonkas persekutuan ABC dan distribusi
kerugian sebesar Rp 10.000.000 dengan menggunakan rasio laba 30 Mei 20X5
dan rugi. (3) Modal, Aldi 30.000.000
Modal,Bayu 6.000.000
Modal,Citra 12.000.000
Kas 48.000.000
Pembayaran sekaligus kepada para sekutu
KASUS 2. PERSEKUTUAN MASIH SOLVEN DAN TIMBUL
DEFISIT PADA AKUN MODAL SEKUTU
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun
modal sekutu terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian
Aldi Bayu Citra
kerugian yang ditentukan. Defisit tersebut dapat dihilangkan melalui
salah satu dari dua cara berikut :
Para sekutu menginvestasikan kas atau asset lain untuk mengeliminasi
Asset Pribadi Rp Rp Rp
defisit modal, Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang
150.000.000 12.000.000 42.000.000
lain berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi.
Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki kekayaan
Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)
bersih untuk mengeliminasi defisit modal harus melakukan investasi
tambahan pada persekutuan untuk menutupi defisit tersebut. Jika sekutu
sekutu tersebut secara pribadi tidak solven, yaitu, kewajiban pribadinya
Kekayaan Defisit Rp Rp Rp
melebihi aktiva pribadinya maka sekutu lain wajib menanggung defisit sekutu
Bersih 64.000.000 4.000.000 28.000.000
yang tidak solven dengan mengalokasikan ke dalam akun modal masing-
masing sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang berlaku.
Distribusi sekaligus berikut menggambarkan poin-poin ini:
1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut adalah sebagai berikut:
Bayu secara pribadi insolven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.
2. Asset nonkas persekutuan dijual dengan harga Rp35.000.000 pada tanggal 15 Mei
20X5 dan kerugian sebesar Rp 55.000.000 dialokasi kan pada akun modal para
sekutu.
3. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5.
4. Oleh karena modal Bayu secara pribadi insolven, maka deficit modal bayu
sebesar Rp.12.000.000 dialokasikan ke sekutu lainnya.
5. Sisa kas sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran kepada sekaligus pada tanggal 30 Mei 20X5
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk Kasus 2 ada di figure 16-2
HALAMAN 269
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Figure 16-2
Likuidasi Lumsum
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo sebelum
10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Likuidasi,1 Mei
Penjualan aktiva dengan
distribusi kerugian
35.000.000 (90.000.000) 22.000.000 22.000.000 11.000.000
sebesar Rp 55.000.000
4.000.000 (4.000.000)
Pembayaran Sekaligus
kepada sekutu (4.000.000) 4.000.000
Pengamatan dalam ilustrasi ini adalah sebagai berikut :
1. Kerugian sebesar Rp 55.000.000 dari realisasi aktiva nonkas dialokasikan menurut rasio pembagian laba dan
rugi para sekutu, yaitu Aldi 40%, Bayu 40%, dan Citra 20%. Bagian Bayu atas bagian penghapusan asset
yaitu sebesar Rp 22.000.000 menimbulkan defisit akun modal sebesar Rp 12.000.000. Bayu secara pribadi
tidak solven dan tidak mampu untuk melakukan investasi tambahan untuk menghapus defisit modal.
2. Kreditor eksternal dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada pihak sekutu.
3. Defisit Bayu sebesar Rp 12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra menurut rasio laba rugi yang
berlaku. Aldi menanggung dua pertiga (40/60) dari defisit Bayu dan Citra menganggung sebesar sepertiga
(20/60).
4. Distribusi atas defisit Bayu menimbulkan defisit dalam akun modal Citra. Citra harus memberikan kontribusi
Rp 1.000.000 untuk menutupi defisit modalnya.
5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp 4.000.000
Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun telah ditutup dan persekutuan
secara pebuh telah dilikuidasi dan dihentikan
KASUS 3. PERSEKUTUAN INSOLVEN DAN TIMBUL DEFISIT
PADA AKUN MODAL SEKUTU
Sebuah persekutuan tidak solven jika kas yang ada dan kas yang dihasilkan
dari penjualan asset tidak cukup untuk membayar kewajiban persekutuan .
Sekutu secara individual bertanggung jawab untuk sisa kewajiban
persekutuan yang belum terbayar.
Contoh soal :
1. Aldi dan Citra secara pribadi masih solven, dan Bayu secara pribadi tidak
solven seperti halnya kasus 2.
2. Aktiva nonkas dijual sebesar Rp 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5
3. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 40.000.000 pada tanggal 20 Mei
20X5
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk kasus 3 ada di figure 16-3
HALAMAN 270
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Lumsum
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo sebelum Likuidasi, 1
10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Mei
Penjualan aktiva dengan
distribusi kerugian 20.000.000 (90.000.000) 28.000.000 28.000.000 14.000.000
sebesar Rp70.000.000
30.000.000 0 (42.000.000) (6.000.000) 18.000.000 0
Distribusi defisit sekutu
(18.000.000)
yang tidak solven :
40/60 x
12.000.000
Rp 18.000.000
40/60 x Rp 12.000.000 6.000.000
30.000.000 0 (42.000.000) 6.000.000 0 6.000.000
Kontribusi oleh Aldi dan
Citra untuk menutupi 12.000.000 (6.000.000) (6.000.000)
modal deficit
42.000.000 0 (42.000.000) 0 0 0
Pembayaran kepada
(42.000.000) 42.000.000
kreditor eksternal
Pengamatan dari ilustrasi :
1. Kerugian sebesar Rp 70.000.000 dialokasikan kepada sekutu menurut rasio pembagian laba dan rugi yang ada. Alokasi ini
menimbulkan defisit akun modal Bayu sebesar Rp 18.000.000.
2. Karena Bayu secara personal tidak solven ,maka defisit sebesar Rp 18.000.000 yang ditanggung dialokasikan kepada Aldi dan Citra
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi antara keduanya, yaitu 40:60 untuk Aldi dan 40:20 untuk Citra. Distribusi defisit Bayu
menghasilkan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Aldi dan defisit sebesar Rp 6.000.000 untuk Citra.
3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk menyelesaikan defisit modal yang masing-masing nilainya Rp
6.000.000.
4. Saldo kas sebesar Rp 42.000.000 yang telah tersedia digunakan untuk membayar kreditur eksternal.
5. Saldo pascalikuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun yang telah ditutup dan persekutuan secara penuh
telah dilikuidasi dan dihentikan.
Dalam kasus 3, Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk mengeliminasi defisit modal mereka. Ketika seorang sekutu
harus menutupi deficit modal sekutu lainnya, sekutu yang mampu menutupi dapat menuntut sekutu yang gagal menutupi defisitnya
tersebut. Kegagalan Bayu sebesar Rp. 12.000.000 pada kasus 2 dan Rp 18.000.000 pada kasus 3, mengharuskan Aldi dan Citra menutupi
modal defisit Bayu. Aldi dan Citra dapat menuntut secara hokum kepada Bayu dan dimasukkkan sebagai kewajiban pribadi Bayu.
Walaupun Bayu secara pribadi insolven, Aldi dan Citra kemungkinan dapat memperoleh sebagian jumlah yang ditanggungnya.
2. LIKUIDASI BERTAHAP ILUSTRASI LIKUIDASI BERTAHAP
Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi secara umum memerlukan
beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan menyangkut pembayaran Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus dari
secara periodik, atau cicilan bertahap, kepada para sekutunya selama persekutuan ABC sekarang juga digunakan untuk
masa likuidasi. Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para mengilustrasikan likuidasi secara bertahap. Aldi, Bayu, dan
sekutu sebelum likuidasi aset sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan
Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap
secara khusus harus berhati hati pada saat mendistribusikan kas, karena
usaha mereka selama beberapa periode waktu dan
dapat saja terjadi suatu peristiwa dimasa mendatang yang mungkin
menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap
mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing masing sekutu.
selama proses likuidasi.
Untuk para akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman
kepada para sekutu antara lain : Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei
1. Tidak mendistribusikan kas kepada sekutu hingga seluruh kewajiban 20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk
dan beban likuidasi aktual maupun potensial telah dibayarkan melikuidasi usaha adalah sebagai berikut. Persentase
2. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi pembagian laba dan rugi masing masing sekutu juga
maka sisa kredit pada akun modal menunjukan distribusi asset dan ditentukan
kas yang aman yang dapat didistribusikan kepadasekutu dalam
jumlah yang terkait.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp.10.000.000
Aset Nonkas 90.000000
Kewajiban Rp.42.000.000
Modal Aldi (40%) 34.000.000
Modal Bayu (40%) 10.000000
Modal Citra (20%) 14.000.000
Total Rp.100.000.000 Rp.100.000.000
Berikut penjelasan mengenai kasus tersebut.
1. Laporan kekayaan bersih ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei
20X5 adalah sebagai berikut.
Aldi Bayu Citra
Bayu secara pribadi tidak solven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi
masih solven.
2. Aset nonkas persekutuan dijual sebagai berikut.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk likuidasi bertahap persekutuan ABC
disajikan pada figure 16-4 HALAMAN 272
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Bertahap
Saldo Modal
Kas Asset Nonkas Kewajiban Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo sebelum likuidasi , 1
10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Mei
Mei 20X5
Penjualan aset dan
distribusi Kerugian sebesar 45.000.000 (55.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
Rp10.000.000
40/60 x Rp3.000.000
2.000.000
20/60 x 3.000.000
1.000.000
Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada para sekutu pihak akuntan harus membuat beberapa
asumsi mengenai likuidasi asset tersisa dimasa depan. Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi, sisa aset yang
bernilai Rp.35.000.000 akan menimbulkan kerugian total.Sebelum melakukan distribusi kas kepada para sekutu, akuntan menyusun
skedul pembayaran aman kepada para sekutu dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Figur 16-5 menunjukkan skudul
pembayaran aman kepada para sekutu per tangal 31 Mei 20X5.
Skedul ini dimulai pada saldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31 Mei. Skedul ini secara logika
hanya menggunakan akun akun modal yang berasal dari persamaan akuntansi : Aset – Kewajiban = Saldo modal
sekutu. Jadi misalkan terjadi kenaikan kewajiban yang membuat asset neto berkurang, keseimbangan persamaan
akuntansi juga akan menghasilkan penurunan total modal para sekutu. Karena hanya akun modal sekutu yang
menjadi focus pembayaran kepada sekutu, tidak perlu memasukkan atau merinci seluruh asset dan kewajiban ke
dalam skedul pembayaran aman kepada para sekutu. Skedul mencakup seluruh informasi yang diperlukan agar
para sekutu mengetahui beberapa besar kas yang akan mereka terima pada setiap tanggal distribusi kas.
Aldi,Citra dan Bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp.10.000.000 untuk
menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai tambahan, asset nonkas memiliki sisa
saldo sebesar Rp.35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk berupa kerugian total
atas asset nonkas dan beban likuidasi sebesar Rp.10.000.000 menimbulkan total pembebanan
sebesar Rp.45.000.000 yang harus didistribusikan terhadap akun modal para sekutu. Akun modal
Aldi, Bayu dan Citra dikenakan beban masing masing sebesar Rp.18.000.000 , Rp.18.000.000 ,
Rp.9.000.000 untuk bagian dari kekurangan sebesar Rp.45.000.000 tadi. Asumsi ini
menghasilkan perkiraan defisit dalam akun modal bayu.
Dengan melanjutkan perencanan kasus terburuk pihak akuntan mengasumsikan bahwa Bayu tidak solven dan
mendistribusikan perkiraan defisit dalam akun modal Bayu kepada Aldi dan Citra sesuai rasio pembagian laba dan rugi
yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman
dapat didistribusikan kepada para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan pada figur 16-5. Kas yang
tersedia sebesar Rp.3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir seharusnya menunjukkan kesaman jumlah asset
dan ekuitas pada persamaan akuntansi. Jika kesamaan tidak berwujud, maka kemungkinan telah terjadi kesalahan yang
harus dikoreksi sebelum berlanjut pada langkah berikut. Pada tanggal 31 Mei setelah distribusi bertahap dilakukan,
persaman akuntasi akan menjadi:
1. Aset nonkas sebesar Rp.30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian sebesar
Rp.15.000.000. Kerugian tersebut didistribusikan kepada para sekutu menurut rasio pembagian laba
dan rugi, yang menghasilkan saldo modal Bayu sebesar nol
2. Pada tanggal 30 Juni 20X5 kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran
bertahap.
Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 dengan figur 16-5 menunjukkan bagaimana
jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk mengasumsikan bahwa asey nonkas tersisa yang bernilai
Rp.5.000.000 harus dihapuskan menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp.10.000.000 sepenuhnya
akan digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian sebesar Rp.15.000.000 ini dialokasikan kepada para sekutu
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.6.000.000 dalam akun modal
Bayu. Dengan melanjutkan scenario kasus terburuk ini, diasumsikan bahwa Bayu tidak dapat menghilangkan saldo
debit dalam modal ini. Oleh karena itu, potensi defisit sebesar Rp.6.000.000 ini dialokasikan kepada Aldi dan Citra
menurut rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang
terjadi dalam akun modal para sekutu menunjukkan jumlah aman kas yang akan didistribusikan. Hanya kas sebesar
Rp.15.000.000 dari saldo kas yang tersedia yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra pada tanggal 30 Juni,
sebagaimana diperlihatkan difigur 16-4.
Transaksi Selama Bulan Juli 20X5
Bagian terakhir figur 16-4 menunjukkan penyelesaian transaksi likuidasi selama bulan Juli 20X5.
1. Aset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya sebesar Rp.5.000.000
2. Biaya likuidasi actual sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada para sekutu sesuai
dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan defisit sebesar Rp.3.000.000 dalam akun
modal Bayu. Sisa sebesar Rp.2.500.000 dari cadangan Rp.10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar
dapat didistribusikan kepada para sekutu.
3. Oleh karena Bayu secara pribadi insolven dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada persekutuan,
maka defisit sebesar Rp.3.000.000 tersebut didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio
pembagian laba dan rugi.
4. Sisa kas sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut saldo modal masing masing.
Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akun akan menjadi nol, yang mengindikasi penyesuaian
proses likuidasi.
3. RENCANA DISTRIBUSI
Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk
menyusun rencana distribusi kas, yang memberikan gambaran
kepada para sekutu mengenai pembayaran kas bertahap yang akan
diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam
persekutuan.
Distribusi bertahap actual ditentukan dengan menggunakan
laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul
pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang
ditunjukan pada bagian akhir bab ini. Rencana distribusi kas
merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas, apabila telah
tersedia uang tunai
a. Daya Serap Kerugian
Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah daya serap kerugian (loss absortion
power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai kerugian maksimum yang dapat terjadi dalam persekutuan
sebelum saldo akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan menanggung kerugian merupakan
fungsi dari dua elemen, yaitu :
𝑠𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑎𝑘𝑢𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢
LAP =
𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢
Sebagai contoh, pada 1 mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar RP.34.000.000 dan 40
persen dari bagian laba dan rugi persekutuan ABC LAP Aldi adalah:
𝟑𝟒.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
LAP = = 85.000.0000
𝟎,𝟒𝟎
Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan asset nonkas atau beban likuidasi tambahan sebesar
Rp.85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal aldi dengan perhitungan sebagai
berikut.
RP.85.000.000 X 0,40 = RP.34.000.000
b. Ilustrasi rencana distribusi kas
Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun-akun
neraca persekutuan ABC pada tanggal 1 mei 20X5, yaitu hari saat para sekutu memutuskan
melikuidasi usaha, disajikan sebagai berikut:
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas RP. 10.000.000
Aset non kas 90.000.000
Kewajiban RP.42.000.000
Modal,Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal,Citra (20%) 14.000.000
Total RP.100.000.000 RP.100.000.000
Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk
menentukan distribusi pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana
seperti itu selalu memberikan pembayaran kreditur eksternal sebelum distribusi
dapat dilakukan kepada para sekutu. Figur16-6 menunjukkan rencana distribusi
kas per tanggal 1Mei, yang merupakan tanggal awal proses likuidasi.
Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan menanggung kerugian masing-masing sekutu
dihitung ketika saldo modal sebelum likuidasi dibagi dengan
presentase pembagian rugi para sekutu. Aldi memiliki LAP
tertingi (85.000.000), Citra memiliki angka tertinggi berikutnya
(RP.70.000.000) dan Bayu memiliki angka terendah
(RP.25.000.000). LAP masing-masing sekutu merupakan jumlah
b. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk
kerugian yang akan menghapuskan secara total saldo kredit
menerima pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para
modal netonya. Aldi adalah sekutu yang paling tidak rentan
kreditur. Aldi akan menjadi satu-satunya sekutu yang menerima kas
untuk mengalami kerugian dan bayu adalah yang paling rentan
hingga LAP menurun ke tingkat sekutu tertinggi berikutnya, yaitu
terhadap kerugian.
Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar Rp.15.000.000
membutuhkan pembayaran sebesar Rp.6.000.000 (Rp.15.000.000 X
0,40) kepada Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp.6.000.000 kepada
Aldi, kemampuan menanggug kerugian yang baru akan sama dengan
Citra, yang dihitung dengan saldo modal Aldi yang tersisa sebesar
Rp.28.000.000 dibagi dengan presentase pembagian laba dan rugi
sebesar 40 persen (Rp.28.000.000/ 0,40 = Rp.70.000.000)
c. LAP aldi dan Citra sekarang akan seimbang dan mereka menerima distribusi kas
hingga LAP masing-masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar
Rp.25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP Rp.45.000.000
(RP.70.000.000 –RP. 25.000.000) dengan rasio pembagian rugi kedua sekutu
menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar dapat dibayarkan
dengan aman kepada masig-masing sekutu. Aldi dan citra akan menerima distribusi
kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan tersedianya kas sebesar
Rp.27.000.000, maka yang akan didistribusikan kepada aldi dan citra masing-masing
adalah menurut 40:60 untuk aldi dan 20:60 untuk Citra.
d. Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sis akas
yang tersedia akan didstribusikan menurut rasio pembagian rugi masing-masing
sekutu.
Ringkasan rencana distribusi kas pada bagian bawah Figur 16-6 HALAMAN 277
Persekutuan ABC
Rencana Distribusi Kas
1 Mei 20X5
Daya Serap Kerugian Akun Modal
Aldi Bayu Citra Aldi Bayu Citra
Persentase pembagian rugi
40% 40% 20%
Kemampuan menenggung
kerugian (LAP) (Akun modal/ (85.000.000) (25.000.000) (70.000.000)
rasio rugi)
PERSEKUTUAN ABC
Saldo Akun Modal
1 Mei 20X5 sampai dengan 31 Juli 20X5
Saldo Modal Sekutu
Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi
(34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari
persekutuan menjadi perseroan, seluruh asset dan kewajiban harus diperiksa dan
dinilai berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus
didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi
masing-masing sekutu. Misalkan, asset nonkas memiliki nilai pasar sebesar
Rp.80.000.000 kerugian nilai pasr sebesar Rp.10.000.000 dialokasikan ke dalam
akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan, sebagai berikut
(4) Modal Aldi 4.000.000
Modal Bayu 4.000.000
Modal Citra 2.000.000
Aset Nonkas 10.000.000
mengakui kerugian akibat pengurangan asset menjadi nilai pasar
Tentu saja dalam praktiknya, akun asset tertentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi umum seperti asset nonkas.
Keuntungan atas revaluasi asset juga dapat terjadi jika sebuah persekutuan yang sukses memilih untuk berubah menjadi
perseroan.
Asset neto persekutuan mempunya nilai wajar Rp.48.000.000 (Rp.90.000.000 aset dikurangi Rp.42.000.000 kewajiban).
Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan nilai par Rp.1.000 per lembar untuk ditukar dengan asset dan
kewajiban persekutuan ABC.ayat jurnal yang dibuat PT induk untuk memperoleh asset dan kewajiban persekutuan yang
ditukar dengan penerbitan 4.600 lembar saham sebagai berikut:
Ingatlah kembali bahwa asset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar dalam ayat jurnal (4).
Untuk mendistribusikan saham kepada para sekutu dan menutup pembukuan persekutuan. Ayat jurnal final sebagai
berikut.
(7) Modal Aldi 30.000.000
Modal Bayu 6.000.000
Modal Citra 12.000.000
Investasi Pada Saham PT Induk 48.000.000
ditribusi saham PT Induk kepada para sekutu
CONTOH KASUS
KASUS L 16 - 6 KASUS L 16 - 8
Marina dan Joko membagi keuntungan dan kerugian dengan rasio 8:2. Selama bulan pertama likuidasi,
setengah dari persediaan dijual dengan harga Rp.40.000.000, dan utang usaha sebesar Rp.10.000.000 telah
dibayarkan. Selama bulan kedua, sisa persediaan dijual dijual dengan harga Rp.30.000.000, dan sisa utang
usaha telah dibayarkan. Kas didistribusikan pada akhir setiap bulan dan likuidasi diselesaikan pada akhir
bulan kedua.
Diminta:
Buatlah laporan realisasi dan likuidasi persekutuan yang dilengkapi dengan skedul pembayaran
aman untuk periode likuidasi selama dua bulan!
PEMBAHASAN L 16-6
L16-8 RENCANA DISTRIBUSI KAS
Adam, Palgunadi, dan Brama membagi keuntungan dan kerugian dalam persekutuan APB dengan rasio
2:3:5. Ketika mereka memutuskan untuk melikuidasi usahanya, laporan posisi keuangan mereka adalah
sebagai berikut