KELOMPOK 4:
1
b. Penerimaan Pendapatan Asli Desa melalui Bank (Transfer via bank)
Penerimaan PADesa melalui bank adalah penerimaan pendapatan asli desa
melalui mekanisme transfer ke rekening kas Desa. Atas penerimaan ini,
masyarakat melaporkan ke bendahara untuk selanjutnya dibuatkan tanda bukti
penerimaan.
c. Penerimaan Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
Pendapatan yang berasal dari swadaya, partisipasi dan gotong royong adalah
pekerjaan membangun dengan kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta
masyarakat baik berupa uang, barang atau tenaga. Pendapatan dari swadaya dan
partisipasi masyarakat dikumpulkan dari masyarakat desa yang diserahkan
langsung kepada pelaksana kegiatan atau dikoordinir dari lingkup kewilayahan
terkecil yaitu tingkat Rukun Tetangga (RT) atau dusun kemudian dikumpulkan
dan diserahkan ke Pelaksana Kegiatan.
Pendapatan swadaya masyarakat yang diterima oleh Pelaksana Kegiatan,
harus segera dilaporkan kepada Bendahara Desa setelah sebelumnya dilakukan
konversi/diberi nilai rupiahnya dengan menggunakan harga pasar setempat atau
berdasarkan RAB yang telah telah dibuat sebelumnya. Terhadap pendapatan dari
swadaya dan partisipasi masyarakat, harus dibuatkan bukti penerimaannya berupa
kuitansi/tanda terima uang/barang. Untuk penerimaan yang diberikan dalam
bentuk tenaga dibuatkan daftar hadir atas orang‐orang yang menyumbangkan
tenaganya.
2. Pendapatan Transfer Desa
Selain PADesa, desa juga menerima Pendapatan Transfer Desa yang berasal dari
pemerintah supra desa yang menyalurkan dana atau bantuan keuangan kepada desa
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dana transfer yang akan diberikan kepada desa
telah tertuang dalam APBD provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan
diinformasikan kepada desa dalam waktu 10 hari setelah KUA/PPAS disepakati
kepala daerah dan DPRD. Besaran alokasi yang diterima desa secara umum
ditetapkan dalam bentuk peraturan bupati/walikota mengenai penetapan besaran Dana
Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, dan Bantuan Keuangan dari
APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Atas alokasi anggaran tersebut selanjutnya
dilakukan penyaluran dana kepada desa secara bertahap sesuai ketentuan yang berlaku
2
3. Dana Desa
Mekanisme penyaluran Dana Desa diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 dan
telah diubah dua kali yaitu terakhir dengan PP Nomor 8 Tahun 2016. Dalam
ketentuan tersebut diatur bahwa Dana Desa disalurkan oleh Pemerintah kepada
kabupaten/kota dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya oleh
kabupaten/kota disalurkan ke desa dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke
RKD. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan.
Sesuai PP 8/2016 dan PMK 49/2016, penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap
pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan:
Tahap I bulan Maret sebesar 60%.
Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD tahap I dilakukan setelah
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima
dari bupati/walikota berupa:
Peraturan daerah mengenai APBD kabupaten/kota tahun anggaran
berjalan;
Peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan
rincian Dana Desa setiap desa; dan
Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa
tahun anggaran se belumnya.
3
dari kepala desa. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa tahap I
menunjukkan paling kurang Dana Desa tahap I telah digunakan se besar 50%
(lima puluh persen). Penyaluran dana setiap tahap dilakukan paling lambat
pada minggu kedua, selanjutnya disalurkan paling lama 7 hari kerja setelah
diterima kas daerah (RKUD) ke RKD bagi desa yang telah memenuhi
persyaratan.
Dalam hal bupati/walikota tidak menyalurkan Dana Desa sesuai dengan
ketentuan, Menteri Keuangan dapat melakukan sanksi administratif berupa
penundaan penyaluran bahkan pemotongan terhadap Dana Alokasi Umum
dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi hak kabupaten/kota yang
bersangkutan (PMK 49/2016).
4. Pendapatan Transfer Desa Lainnya
Mekanisme penyaluran ADD dan Bagian Dari Hasil Pajak Daerah/Retribusi
Daerah dilakukan secara bertahap, dan ketentuannya diatur dalam peraturan
bupati/walikota masing‐masing. Sedangkan mekanisme bantuan keuangan dari APBD
provinsi/kabupaten/kota dilakukan sesuai dengan peraturan kepala daerah pemberi
bantuan keuangan kepada desa.
4
1. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, setelah APB Desa ditetapkan maka
pelaksana kegiatan menyusun RAB terlebih dahulu. RAB tersebut harus diverifikasi
terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa untuk kemudian disahkan Kepala Desa. RAB
kegiatan ini menjadi dasar bagi Pelaksana Kegiatan untuk melakukan tindakan
pengeluaran atas beban anggaran belanja kegiatan. Berdasarkan RAB Kegiatan yang
telah disetujui oleh Kepala Desa, Pelaksana Kegiatan melakukan proses kegiatan
sesuai RAB tersebut misalnya berupa pengadaan barang dan jasa (PBJ) yang
dilakukan melalui swakelola dan atau melalui penyedia barang dan jasa.
2. Mekanisme Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Setelah RAB disetujui, maka langkah berikutnya adalah pengajuan dana melalui
SPP. SPP merupakan dokumen yang berisi permintaan pembayaran atau pengesahan
belanja. SPP yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan diverifikasi terlebih dahulu oleh
Sekretaris Desa (ordonator) untuk kemudian mendapat persetujuan dari Kepala Desa
(otorisator). SPP sekaligus juga menjadi dasar perintah bagi Bendahara Desa dalam
pembayaran atau pengesahan belanja (comptable).
a. Verifikasi atas SPP yang dilakukan oleh Sekretaris Desa meliputi:
b. Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran diajukan oleh pelaksana
kegiatan.
c. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB Desa yang tercantum
dalam permintaan pembayaran.
d. Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan dimaksud.
e. Menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Dalam pengeluaran belanja desa terdapat dua cara pembayaran yang dapat
dilakukan oleh Bendahara Desa, yaitu Bendahara Desa melakukan pembayaran tanpa
panjar (Definitif); dan pembayaran melalui panjar kepada Pelaksana Kegiatan. Terkait
hal itu perlu dipahami beberapa istilah berikut ini:
a. Uang Muka yaitu pemberian uang dalam rangka pembayaran sebagian atas
PBJ kepada pihak ketiga.
b. Uang Panjar adalah uang yang diberikan kepada Pelaksana Kegiatan dalam
rangka pelaksanaan kegiatan.
5
c. Uang Persediaan adalah uang yang diberikan khusus kepada Bendahara
Pengeluaran Pembantu. Namun demikian khusus untuk desa istilah ini tidak
digunakan dikarenakan tidak ada Bendahara Pembantu di desa.
Pelaksanaan kegiatan baik yang pembayarannya melalui panjar kegiatan ataupun
tanpa panjar (definitif) menggunakan formulir SPP yang sama dengan lampirannya
yang berbeda. SPP diverifikasi oleh Sekretaris Desa untuk selanjutnya disetujui oleh
Kepala Desa.
a. Pembayaran Tanpa Melalui Panjar (Definitif)
Mekanisme Pembayaran tanpa melalui panjar dilakukan atas pembayaran
terhadap barang/jasa yang telah diterima terlebih dahulu. Dengan mekanisme ini,
saat pengajuan SPP sudah dilampiri bukti‐bukti transaksi atas pembelian
barang/jasa. Dengan demikian, SPP Definitif baru bisa diajukan setelah barang
dan jasa diterima.
Mekanisme SPP Definitif bisa dilakukan melalui pembayaran langsung oleh
Bendahara Desa kepada pihak ketiga melalui transfer bank atau melalui uang kas
tunai yang dipegang oleh Bendahara Desa. Pengajuan SPP Definitif oleh
Pelaksana Kegiatan dilampiri dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja, dan
Bukti Transaksi.
Mekanisme pembayaran melalui SPP Definitif lebih baik dan akuntabel
dibandingkan mekanisme panjar karena barang/jasa diterima terdahulu baru
dilakukan pembayaran. Hal ini berarti dengan disetujuinya SPP Definitif oleh
kepala desa maka pertanggungjawaban belanja tersebut telah lengkap dan cukup.
Namun, mekanisme ini membutuhkan kepercayaan yang tinggi dari pihak
penyedia, serta tidak bisa diterapkan untuk lokasi penyedia yang jauh dari desa.
b. Pembayaran Melalui SPP Panjar Kegiatan
Berbeda dengan mekanisme SPP Definitif, SPP Panjar Kegiatan dilakukan
oleh pelaksana kegiatan untuk meminta uang dalam rangka akan melaksanakan
kegiatan. Hal ini berarti belum ada barang/jasa yang diterima. Jika dibandingkan
dengan mekanisme di pemerintah daerah, mekanisme ini seperti mekanisme
pembayaran Tambahan Uang Persediaan (TU). Pengajuan SPP Panjar Kegiatan
oleh Pelaksana Kegiatan dilampiri dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja
dan Rencana Penggunaan Uang Panjar kegiatan.
6
Setelah uang panjar diterima, maka pelaksana kegiatan melakukan pengadaan/
pembelian. Atas pengadaan/pembelian tersebut maka diperoleh bukti‐bukti
transaksi. Bukti transaksi tersebut selanjutnya dipertanggungjawabkan
sebagaimana SPP definitif. Jika ada kelebihan uang panjar, maka kelebihan
tersebut diserahkan kembali kepada Bendahara Desa sebagai bagian
pertanggungjawaban SPP Panjar.
Bukti Transaksi Mekanisme pemberian panjar kepada pelaksana kegiatan
hanya dapat dilakukan apabila memenuhi kondisi yang dipersyaratkan yang cukup
ketat. Kondisi tersebut dapat berupa kondisi penyedia barang/jasa yang jauh atau
belum ada kepercayaan. Selain itu SPP panjar harus memenuhi persyaratan berupa
batasan tertentu seperti batasan jumlah dan batasan waktu pertanggungjawaban
panjar.
Mekanisme SPP Panjar Kegiatan memang memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan mekanisme SPP definitif karena bendahara desa melakukan
penyerahan uang kepada pelaksana kegiatan namun barang/jasa belum diterima.
Setelah SPP Panjar kegiatan terbit, masih ada langkah berikutnya berupa
pertanggungjawaban dari SPP Panjar untuk mengetahui pengeluaran definitif.
Mekanisme SPP Panjar Kegiatan dilakukan khususnya penyedia barang/jasa baru
atau belum memberikan kepercayaan kepada desa atau pun juga lokasi penyedia
barang /jasa yang jauh dari desa.
Sebagaimana disebutkan dalam bagian sebelumnya bahwa harus ada Peraturan
Bupati/Walikota yang mengatur mengenai prosedur pengajuan panjar, batasan
pembayaran secara kas, batasan uang panjar yang dapat diberikan kepada
pelaksana kegiatan, lamanya waktu proses pertanggungjawaban panjar oleh
pelaksana kegiatan, dan ketentuan lainnya terkait pemberian panjar (misalnya
diatur bahwa panjar tidak boleh diberikan untuk kegiatan yang sama jika atas
panjar sebelumnya belum dipertanggungjawabkan). Semua ketentuan tersebut
harus diperhatikan dan menjadi kriteria bagi Sekretaris Desa dalam melakukan
verifikasi permintaan panjar kegiatan.
Berikut adalah contoh ilustrasi pengaturan mengenai pemberian panjar.
• Batasan maksimal jumlah uang yang dapat dibayarkan secara kas kepada
pihak ketiga. Nilai pembayaran sebesar di atas Rp 10 juta harus dilakukan
melalui transfer langsung ke nomor rekening bank pihak ketiga oleh
7
Bendahara Desa. Hal ini berarti pembayaran yang nilainya dibawah Rp 10
juta dapat menggunakan kas tunai.
• Batasan maksimal jumlah uang panjar yang dapat diberikan kepada
pelaksana kegiatan adalah Rp 5 juta. Hal ini dimaksudkan agar Pelaksana
Kegiatan tidak memegang uang kas dalam jumlah besar sehingga bisa
menekan risiko kehilangan dan risiko lainnya.
• Batas waktu pertanggungjawaban panjar adalah maksimal 7 hari sejak uang
panjar diterima. Jika terdapat uang sisa panjar (belanja lebih kecil dari panjar
yang diberikan), maka sisa uang panjar tersebut segera disetorkan ke
Bendahara Desa bersamaan dengan pertanggungjawaban panjar.
• Panjar tidak boleh diberikan untuk kegiatan yang sama sebelum ada
pertanggungjawaban atas panjar sebelumnya.
• Penerimaan dan penyetoran sisa panjar harus dicatat dalam Buku Kas
Pembantu Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan. Pembayaran kepada pihak
ketiga dilakukan setelah barang dan jasa diterima. Selanjutnya Pelaksana
Kegiatan mengajukan SPP untuk dilakukan pengesahan belanjanya oleh
Kepala Desa.
• Pembayaran kepada pihak ketiga tersebut dilakukan atas kegiatan‐kegiatan
penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan desa, serta pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat desa yang menjadi tanggung jawab Kepala Seksi
sebagai Pelaksana Kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya masing‐masing.
9
d. Kewajiban Pemungutan Pajak Daerah
Khusus untuk pajak daerah seperti pajak restoran (saat pembelian konsumsi
makan‐minum), kewajiban pemungutannya disesuaikan dengan kondisi daerah
masing‐masing. Bendahara Desa dapat melakukan pemungutan pajak daerah tersebut
jika diberi amanat yang diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota. Peraturan ini juga
sekaligus menjadi acuan bagi Bendahara Desa terkait mekanisme tata cara
pemungutan, bukti pemungutan, pencatatan serta penyetorannya ke kas daerah. Jika
tidak ada peraturan yang mendasarinya maka Bendahara Desa tidak boleh melakukan
pemungutan dan penyetoran pajak daerah.
E. KASUS
KORUPSI DANA DESA MENGWITANI, MANTAN PERBEKEL DIPENJARA
Majelis hakim pimpinan I Wayan Sukanila akhirnya menghukum I Made Rai Sukadana,
selama setahun tiga bulan atau 15 bulan dalam sidang di Pengadilan Tipikor Denpasar,
Rabu (24/1) malam. Selain itu, mantan Perbekel Mengwitani itu juga dihukum membayar
denda Rp 100 juta subsider satu bulan kurungan.
10
Putusan itu lebih rendah dari tuntutan jaksa. Sebelumnya JPU Wayan Suardi dkk.,
menuntut supaya terdakwa dihukum satu tahun enam bulan (1,5 tahun). Mantan perbekel
yang didakwa atas korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang
merugikan negara hingga Rp 1.227.031.888,06, juga dituntut membayar denda Rp 100
juta subsider tiga bulan kurungan. Terdakwa bersalah melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana yang
telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU
No.31 Tahun 1999 tentang tipikor, jo Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP jo Pasal 64 ayat
(1) KUHP.
Tipikor Denpasar. Selain Rai Sukadana yang saat itu menjabat Perbekel Mengwitani, ada
terdakwa Ni Wayan Nestri selaku Kaur Keuangan masih menjalani proses persidangan
dengan agenda pembuktian di Pengadilan Tipikor Denpasar. Sedangkan Ni Kadek
Wirastini selaku staf pembantu Kaur Keuangan Desa Mengwitani sudah divonis bersalah
oleh hakim tipikor dan dipidana penjara selama empat tahun. Perbuatan terdakwa
bertentangan dengan asas pengelolaan keuangan negara, akuntabilitas, profesional dan
proporsional, sehingga menyebabkan kerugian keuangan negara.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Keuangan Desa. 2016. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP
https://bali.bpk.go.id/wp-content/uploads/2018/02/Korupsi-Dana-Desa-Mengwitani-Mantan-
Perbekel-Dipenjara.pdf diakses pada tanggal 15 Maret 2021
12