Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI KEPRILAKUAN

“Aspek Keprilakuan pada Pembuatan Keputusan”

KELOMPOK 8:

1. I Putu Bagus Sastra Wirayudha 1807531146 / 22


2. Ni Wayan Widya Wedani 1807531147 / 23
3. Made Dwi Ananda Suryani 1807531165 / 28

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2020
2
BAB I
PEMBAHASAN

1.1. Proses Pembuatan Keputusan


A. Definisi. Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai
proses memilih di antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak pada masa
depan. Proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang
berurutan, yaitu:
a. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang. Untuk
mengenali dan mendefi-nisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan
memerlukan informasi lingkungan, keuangan, dan operasi.
b. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya.
Dalam tahap ini, sebanyak mungkin alternatif yang praktis diidentifikasikan dan
dievaluasi.
c. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan. Walaupun tahap ini
tampaknya rasional, tetapi keputusan akhir sering kali didasarkan pada
pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta-fakta ekonomi.
d. Penerapan dan tindak lanjut. Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir
bergantung pada efisiensi dari penerapannya.
B. Motif Kesadaran. Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan
keputusan karena merupakan sumber dari proses berfikir. Dua faktor penting dari
motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu:
a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian. Keinginan akan kestabilan
menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan.
b. Keinginan akan kompleksitas dan keragaman. Motif kompleksitas
menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta mengaktifkan
pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan
C. Jenis-Jenis dari Model Proses
a. Model Ekonomi. Model tradisional mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan
keputusan manusia adalah rasional sempurna.
b. Model Sosial. Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah
irasional dan keputusan yang dihasilkan terutama didasarkan pada interaksi sosial.

1
c. Model Kepuasan Simon. Model ini tentang manusia administrasi, dimana
manusia dipandang sebagai rasional karena mereka mempunyai kemampuan
untuk berpikir, mengolah informasi, membuat pilihan, dan belajar.

1.2. Pembuatan Keputusan Organisasi


A. Perusahaan sebagai Unit Pengambilan Keputusan. Suatu perusahaan dapat
dianggap sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa dalam banyak hal dengan
seorang individu. Untuk mengatasi kelebihan beban dalam pengambilan keputusan,
organisasi mengembangkan “prosedur operasi standar” yang formal atau tidak formal
untuk masalah-masalah yang berulang. Cyber dan March menggambarkan empat
konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis:
a. Resolusi Semu dari Konflik. Teori keputusan klasik mengasumsikan bahwa
konflik dapat diselesaikan dengan menggunakan rasionalitas lokal.
b. Penghindaran Ketidakpastian. Para pengambil keputusan dalam organisasi
sering kali menggunakan strategi yang kurang rumit ketika berhadapan dengan
risiko dan ketidakpastian
c. Pencarian Masalah. Pencarian masalah didefinisikan sebagai proses menemukan
suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu cara untuk bereaksi
terhadap suatu peluang.
d. Pembelajaran Organisasional. Walaupun organisasi tidak mengalami proses
pembelajaran seperti yang dialami oleh individu, organisasi memperlihatkan
perilaku adaptif dari karyawannya.
B. Manusia Para Pengambil Keputusan Organisasional. Penting untuk diingat bahwa
manusia, dan bukannya organisasi, yang mengenali dan mendefinisikan masalah atau
peluang dan yang mencari tindakan alternatif. Manusialah yang memilih kriteria
pengam-bilan keputusan, memilih alternatif yang optimal, dan menerapkanya.
C. Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambil Keputusan. Manusia
merupakan makhluk yang rasional karena mereka memiliki kapasitas untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena
mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu
memproses informasi yang tersedia secara berurutan.
D. Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecah Masalah. Kelompok
dianggap sebagai faktor yang menyebabkan ide-ide diinvestigasi dengan lebih teliti
dan meningkatnya kemungkinan bahwa keputusan tersebut akan dapat diterapkan
2
dengan efektif. Kemampuan kelompok untuk menganalisis masalah, mendefinisikan,
dan menilai alternatif secara kritis, serta untuk mencapai keputusan yang valid bisa
diperlemah oleh dua fenomena perilaku, yaitu: fenomena pemikiran kelompok, dan
fenomena pergeseran yang berisiko (dampak diskusi kelompok).
E. Kesatuan Kelompok. Kesatuan kelompok didefinisikan sebagai tingkat dimana
anggota-anggota kelompok tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok
yang sama. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi oleh jumlah waktu yang
dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan
anggota baru ke dalam kelompok, ukuran kelompok, ancaman eksternal yang
mungkin, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan di masa lalu.
F. Pengambilan Keputusan dengan Konsensus vs Aturan Mayoritas. Dalam
kebanyakan situasi, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang
serta evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan
konsensus membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan pengambilan
keputusan dengan pengaturan mayoritas.
G. Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan Bawahan. Ketika kelompok
pengambilan keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi tidak bisa di-
hindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang berbeda, sehingga
memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya.
H. Pengaruh Dasar Kekuasaan. Dalam situasi pengambilan keputusan, seseorang
mampu memengaruhi hasil keputusan karena wewenang atau kekuasaan yang
diberikan oleh organisasi. Elemen kekuasaan yang paling sering disebutkan adalah
kekuasaan posisi, kekuasaan keahlian, kekuasaan sumber daya, atau kekuasaan
politik.
I. Dampak dari Tekanan Waktu. Tekanan waktu menyebabkan para anggota
kelompok menjadi lebih sering setuju guna mencapai konsensus kelompok; lebih
kurang menuntut dan lebih bersifat mendamaikan dalam situasi tawar-menawar; lebih
membatasi partisipasi dalam proses pengambilan keputusan hanya pada relatif sedikit
anggota; dan lebih menyukai aturan mayoritas.

1.3. Ahli dalam Pembuatan Keputusan


Studi atas sikap pengambilan keputusan secara keseluruhan menunjukkan bahwa
pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan diskriminasi dan menunggu untuk
melihat apa yang akan terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara
3
diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu, mereka secara teratur meringkas
data tersebut dan memformulasikan hipotesis. Untuk menggambarkan perbedaan dalam
penggunaan data peneliti membagi tugas analisis keuangan tersebut ke dalam tiga
komponen, yaitu:
a. Pengujian Informasi. Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis
informasi yang disajikan dan menyeleksi untuk dipertimbangkan lebih lanjut, hanya
informasi yang terlihat sangat relevan dengan tugas keputusan itu yang harus
dilaksanakan. Para pakar lebih banyak mengandalkan aturan-aturan yang diperoleh
berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan para pendatang baru dan mereka juga
menguji data dari lebih banyak tahun.
b. Integrasi Pengamatan dan Temuan. Integrasi melibatkan pengelompokan atas
pengamatan, baik berdasarkan hubungan sebab akibat atau berdasarkan komponen
fungsional dari perusahaan. Ketika mengintegrasikan pengamatan dan temuan, para
pendatang baru menghubungkan pengamatan dan temuan yang menjelaskan satu
sama lain dan mengabaikan yang tidak. Sebaliknya, para pakar menempatkan
penekanan khusus pada kontradiksi yang potensial dalam pengamatan dan temuan
sebagai alat untuk mendeteksi masalah yang mendasari.
c. Pertimbangan. Pertimbangan yang digunakan di sepanjang proses pengambilan
keputusan tampak lebih jelas dalam formulasi hipotesis, pengembangan petunjuk
dalam formulasi keputusan akhir, dan dalam penyusunan ringkasan temuan.

1.4. Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan


Perbedaan psikologis individu dapat dibagi menjadi dua kategori: kepribadian dan
gaya kognitif. Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sementara gaya
kognitif mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan,
memproses, serta meneruskan informasi. Dalam suatu situasi pengambilan keputusan,
kepribadian dan gaya kognitif saling berinteraksi dan memengaruhi (menambah atau
mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.

1.5. Peran Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan


Secara definisi, keputusan manajemen memengaruhi kejadian atau tindakan masa
depan, sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa di masa
lalu tidak dengan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal
itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan mana kejadian masa depan
4
beserta konsekuensinya ditentukan. Karena pengambilan keputusan dan informasi
mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya
hanya dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data
akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.
A. Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah. Akuntansi dapat
berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan deviasi
kinerja aktual dari sasaran standar atau anggaran atau melalui pemberian informasi
kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang
ditentukan sebelumnya.
B. Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan. Informasi akuntansi
memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka pendek di bandingkan
dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena informasi
akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan operasi
sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi
eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal
dibandingkan dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.
C. Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi. Informasi akuntansi adalah
salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Input tersebut dapat bersifat
keuangan, nonkeuangan, atau bahkan tidak dapat dikuantifikasi.
D. Umpan Balik. Untuk memahami perubahan dalam metode atau istilah akuntansi dan
untuk menyesuaikan aturan pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka
pengambil keputusan harus menerima informasi me-ngenai perubahan tersebut atau
memiliki umpan balik tidak langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang
mengabaikan dampak jangka pendek yang mungkin akibat selang waktu antara
perubahan dan indikasinya, maka kecil kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan
balik sama sekali.
E. Fiksasi Fungsional. Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi
fungsional bervariasi tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain namun
tidak pernah tidak ada sama sekali.

5
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2014. Akuntansi Keprilakuan. Edisi II. Penerbit Salemba Empat:
Jakarta.
Christanty, Tanty. (2015, 15 Mei). Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan
Para Pengambil Keputusan. [Tersedia di:
http://thequeenparadise.blogspot.com/2015/05/aspek-keperilakuan-pada-
pengambilan.html diakses pada tanggal 22 Oktober 2020].

Anda mungkin juga menyukai