Oleh karena adanya risiko normal yang dihadapi ketika melakukan kegiatan usaha, mayoritas
persekutuan yang dimulai pada suatu tahun tertentu kemungkinan akan menghadapi permasalahan
dalam kurun waktu tiga tahun serta mengalami pembubaran (dissolution) dan likuidasi
(liquidation). Berakhirnya bisnis suatu persekutuan biasanya merupakan suatu peristiwa yang
emosional bagi para sekutu yang terlibat. Sekutu-sekutu tersebut mungkin telah menaruh harapan
yang tinggi atas bisnisnya serta telah menginvestasikan sejumlah besar sumber daya pribadi dan
waktu dalam bisnis itu. Akhir dari persekutuan sering kali merupakan akhir dari impian-impian
bisnis. Para akuntan biasanya mendampingi proses likuidasi dan harus mengakui hak-hak yang
sah dari sejumlah besar pihak yang terlibat dalam persekutuan : sekutu individual, kreditor
persekutuan, pelanggan, serta pihak lain yang memiliki hubungan bisnis dengan persekutuan.
KUHPer bagian 4, BAB VIII, Pasal 1646-1652 membahas secara ksusus mengenai terminasi
(berakhirnya) dan pembubaran persekutuan (dissolution). Pada bab ini akan dibahas mengenai
konsep-konsep yang harus diketahui oleh para akuntan jika mereka menawarkan jasa profesional
pada persekutuan yang sedang menjalani proses likuidasi.
Pembubaran (Dissolution)
Pembubaran merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang dapat
menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnis persekutuan adalah sebagai beriktut :
a. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan
pemberitahuan pengunduran diri dari persekutuan. Pengunduran diri sewaktu-
waktu ini dapat terjadi, sebagian besar, hanya dalam bentuk pemahaman secara
lisan diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang
diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian seperti ini yang dapat
menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukkan, misalnya, sebuah
ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu yang kkeluar dari persekutuan.
b. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas baktu dan tujuan tertentu,
pembubaran dapat terjadi karena (a)cseorang sekutu meninggal atau mengundurkan
diri karena melakuakn kesalahan,paling tidak terdapat setengah sekutu yang tinggal
memutuskan menghentikan bisnis persekutuan, (b) ketika semua sekutu setuju
untuk menghentikan persekutuan, atau (c) ketika batas waktu atau tujuan yang
dimaksud telah terpenuhi atau selesai.
c. Suatu peristiwa yang merupakan pelanggaran hukum jika diterapkan pada bagian
penting suatu permitraan bisnis.
d. Adanya keputusan pengendalian, (a) tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak
dapat tercapai, (b) seoramg sekutu terlibat dalam satu tindakan terkait dengan bisnis
persekutuan yang membuat bisnis persekutuan tidak mungkin dilanjutkan secara
praktik, atau (c) ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis persekutuan
secara praktik sejalan dengan perjanjian persekutuan.
LIKUIDASI LUMSUM
Likuidasi lumsum merupakan suatu proes likuidasi dimana seluruh asset dikonversikan
menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor dibayar, dan pembayaran tunggal
secara lumsum dilakukan kepada para sekutu atas kepentingan modalnya. Meskipun
kebanyakan likuidasi persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang sebagaimana
yang diilustrasikan berikut ini, likuidasi lumsum merupakan titik focus yang baik untuk
menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan.
Realisasi Aset
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual asetnya.
Persekutuan dapat saja melakukan penjualan “cuci gudang karena akan ditutup” dimana
persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai dibawah harga jual normal dengan
maksud untuk mendorong penjualan dengan segera. Sering kali, persediaan yang tersisa
dapat dijual kepada perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembelian asset usaha
yang mengalami likuidasi. Mebel, peralatan, dan asset perusahaan lainnya dapat
ditawarkan denganharga diskon atau dijual kepada pihak likuidator.
Piutang usaha umumnya ditagihkan oleh persekutuan. Kadang kala persekutuan
menawarkan diskon tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang tepat waktu yang
penagihannya malah dapat menunda proses terminasi persekutuan. Alternative yang lain
adalah piutang usaha dijual kepada perusahaan anjak piutang, yaitu perusahaan yang
mengkhususkan diri dalam pembelian piutang usaha dan dengan segera membayar uang
tunai kepada pihak penjual piutang. Persekutuan mencatat penjualan piutang tersebut
seperti halnya penjualan asset yang lain. Secara umum, pihak anjak hanya membeli piutang
usaha yang paling baik dengan harga dibawah nilai tercatat, tetapi beberapa anjak piutang
masih berminat untuk membeli seluruh piutang dan membayar dengan harga yang jauh
dibawah nilai nominalnya.
Aset persekutuan, termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontibusi yang
disyaratkan kepada sekutu untuk menutuoi deficit modal, digunakan untuk membayar
kreditor persekutuan. Liabilitas kepada sekutu individual, misalnya, liabilitas yang
diakibatkan dari pinjaman yang dibuat persekutuan dari sekutu, mempunyai status yang
sama sebagai liabilitas kepada kreditor pihak ketiga : kreditor diluar tidak memiliki
prioritas melebihi sekutu yang memberi pinjaman kepada persekutuan. Penting sekali
bahwa pinjaman antar sekutu dan persekutuan harus didokumentasikan secara lengkap,
seperti dalam bentuk surat promes , untuk mengindikasikan dengan jelas bahwa transaksi
tersebut adalah pinjaman dan bukan kontribusi modal atau penarikan. Pinjaman ini juga
dikenakan bunga sampai dibayar, kecuali terdapat nilai lain yang disetujui oleh
persekutuan dan sekutu individual. Pinjaman kepada dan dari sekutu harus diselesaikan
selama proses terminasi. Jumlah yang tersisa kemudian dibayar, dalam bentuk uang tunai,
kepada para sekutu sehubungan dengan hak mereka dalam distribusi likuidasi.
Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan liabilitas persekutuan yang telah
diketahui. Nama dan alamat kreditor serta jumlah yang terutang dari masing-masing pihak harus
dicatat. Sebagaimana umumnya terjadi, kreditor yang belum terjadwal akan diketahui selama
proses likuidasi. Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum dan
akuntansi tambahan. Persekutuan juga menanggung biaya pelepasan usaha, seperti biaya iklan
khusus dan biaya mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan ke akun
modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi.
Ilustrasi berikut ini menyajikan likuidasi yang dilakukan oleh Persekutuan ABC dengan para
sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu dan Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada tahun 20X4, mereka
menyesuaikan presentase distribusi laba rugi berdasarkan besarnya peran masing-masing sekutu.
Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah: Aldi, 40%, Bayu, 40%, dan Citra 20%.
Ringkasan neraca saldo perusahaan pada tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para sekutu memutuskan
untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal, Citra (20%) 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Persamaan dasar akuntansi, Aset – Liabilitas = Ekuitas Pemilik, dapat digunakan dalam akuntansi
persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah jumlah akun modal sekutu sebagai berikut.
Tiga kasus berikut ini menunjukkan konsep likuidasi perssekutuan yang digunakan secara umum.
Masing-masing dimulai dengan neraca saldo Persekutuan ABC per tanggal 1 Mei 20X5. Jumlah
kas yang direalisasikan dari penghapusan aset nonkas berbeda untuk masing-masing dari ketiga
kasus ini dan pengaruh realisasi yang berbeda tersebut dijadikan dalam laporan realisasi dan
likuidasi persekutuan untuk setiap kasus.
Kasus 1. Persekutuan Solven dan Tidak Ada Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Aset nonkas dijual dengan harga Rp 80.000.000pada tanggal1 Mei 20X5 dengan kerugian sebesar
Rp 10.000.000. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei dan sisa
kas sebesar Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi untuk Kasus 1disajikan dalam figur 16-1. Perhatikan bahwa tanda
kurung digunakan untuk mengindikasikan jumlah kredit dalam kertas kerja yang digunakan dalam
bab ini. Laporan ini hanya berisi akun laporan posisi keuangan di setiap kolom, dengan semua aset
nonkas disajikan bersamaan dalam satu akun. Pada saat unit usaha melakukan likuidasi, hanya
akun laporan posisi keuangan yang merupakan akun relevan; sedangkan laporan laba rugi adalah
untuk keberlangsungan usaha. Proses likuidasi disajikan berdasarkan urutan kejadian dalam baris-
baris kertas kerja. Jadi, kertas kerja mencakup seluruh proses realisasi dan likuidasi serta
merupakan dasar ayat jurnal untuk mencatat proseslikuidasi.
1. Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5.
2. Kerugian sebesar Rp 10.000.000 didistribusikan langsung kepada akun modal para sekutu.
3. Kreditor, termasuk sekutu individu yang telah memberikan pinjaman kepada persekutuan,
dibayarkan sebelum kas didistribusikan kepada para sekutu.
4. Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan saldo kredit modal.
5. Saldo pascalikuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah ditutup dan
persekutuan benar-benar telah dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.
FIGUR 16-1
Kasus 1. Persekutuan Solven; Tidak Terdapat Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Kasus 2. Persekutuan Solven dan Timbul Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Defisit dalam akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit pada akun modal sekutu terlampau
rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian. Defisit modal dapat terjadi kapan saja selama
proses likuidasi. Defisit tersebut dapat diatasi melalui salah satu dari dua cara berikut.
1. Para sekutu menginvestasikan kas atau aset lain untuk mengeliminasikan defisit modal.
2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang lain berdasarkan rasio pembagian
laba dan rugi yang dihasilkan.
Pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang mengalami defisit
modal. Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki kekayaan bersih untuk
mengeliminasikan defisit modal harus melakukan investasi tambahan pada persekutuan untuk
menutupi defisit tersebut. Di sisi lain, jika sekutu tersebut secara pribadi insolven-yaitu liabilitas
pribadi melebihi aset pribadinya-maka sekutu yang lain mennaggung difisit sekutu yang insolven
dengan mengalokasikannya ke dalam akun modal masing-masing sesuai dengan rasio pembagian
laba dan rugi yang dihasilkan.
2. Aset nonkas persekutuan dijual seharga Rp.35.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5, dan
kerugian sebesar Rp.55.000.000 dialokasikan ke akun modal para sekutu.
3. Kreditor persekutuan dibayar sebesar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5.
4. Oleh karena Bayu secara pribadi insolven, maka defisit modal Bayu sebesar Rp.
12.000.000 dialoksikan ke sekutu lainnya.
5. Sisa uang tunai sebesar Rp. 4.000.000 didistribuikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran lumsum pada tanggal 30 Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk kasus 2 disajikan pada figur 16-2.
1. Kerugian Rp. 55.000.000 dari realisasi aset nonkas dialokasikan dengan rasio pembagian
kerugian para sekutu sebesar 40% untuk Aldi, 40% untuk Bayu dan 20% untuk Citra.
Bagian Bayu atas kerugian akibat pelepasan aset Rp. 22.000.000, menimbulkan defisit
akun modal Rp. 12.000.000. Bayu secara pribadi insolven dan tidak mampu untuk
melakukan investasi tambahan untuk menghapus defisit modal.
2. Kreditor persekutun dibayar sebelum dilakukan distribsi kepada para sekutu.
3. Defisit Bayu Rp. 12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra dengan rasio
pembagian kerugian yang dihasilkan. Aldi menangung dua pertiga (40/60) dari defisit
Bayu dan Citra menanggung sebesar sepertiga (20/60)
4. Distribusi atas defisit Bayu menimbulkan defisit dalam akun modal Citra. Citra harus
memberikan kontribusi Rp. 1.000.000 untuk memulihkan defisit modalnya.
5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp. 4.000.000.
6. Saldo pascalikuidsi seluruhnya adalah nol, yang menunjukan bahwa seluruh akun telah
ditutup dan dipersekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan dihentikan.
Figur 16-2
Kasus 2. Persekutuan Solven; Terdapat Defisit Dalam Akun Modal Sekutu Yang Secara
Pribadi Insolven.
Kasus 3. Persekutuan Insolven Dan Defisit Timbul Dalam Akun Modal Sekutu.
Ilustrasi berikut ini menunjukan persekutuan yang insolven dan terdapat defisit dalam akun modal
salah satu sekutu.
1. Aldi dan citra secara pribadi masih solven, dan Bayu secara pribadi insolven seperti halnya
dalam kasus 2
2. Aset nonkas dijual Rp. 20.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5
3. Kreditor persekutuan dibayar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk kasus 3 disajikan dalam Figur 16-3.
1. Kerugian RP. 70.000.000 dialokasikan kepada para sekutu dengan rasio untuk pembagian
kerugian. Alokasi ini menimbulkan defisit akun modal Bayu Rp. 18.000.000.
2. Dikarenakan Bayu secara pribadi insolven, maka defisit Rp. 18.000.000 dialokasikan
kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian kerugian diantara keduanya, 40:60
untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra. Distribusi defisit Bayu menghasilkan defisit Rp.
6.000.000 untuk Aldi dan defisit Rp. 6.000.000 untuk Citra.
3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk memulihkan defisit modal
yang masing-masing nilainya Rp. 6.000.000.
4. Uang tunai persekutuan yang sekarang tersedia Rp. 42.000.000 digunakan untuk
membayar kreditor persekutuan.
5. Saldo pescalikuidasi adalah nol, yang menunjukan penyelesian likuidasi persekutuan.
Dalam kasus 3. Aldi dan Citra melakukan kontribusi modal tambahan untuk mengeliminasi
defisit modal mereka. Kegagalan Bayu Rp.12.000.000 pada kasus 2, dan Rp. 18.000.000 pada
kasus 3, mengharuskan Aldi dan Citra untuk mengatasi modal defisit Bayu.
LIKUIDASI BERTAHAP
Likuidasi betahap mencakup distribusi kas ke para sekutu sebelum menyelesaikan likuidasi aset
yang terjadi.
Figur 16-3
Kasus 3. Persekutuan Solven; Defisit Timbul Dalam Akun Modal Sekutu Yang Secara
Pribadi Insolven.
Aldi, Bayu, dan Citra memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama
beberapa periode waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap selama proses
likuidasi.
Ringkasan neraca saldo akun persekutuan ABC per tanggl 1 Mei 20X5, pada saat para
sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adala sebagai berikut. Presentase pembagian laba
dan rugi masing-masing sekutu juga ditunjukkan.
PERSEKUTUAN ABC
Neraca Saldo
1 Me 20X5
KAS RP. 10.000.000
ASET NONKAS RP. 90.000.000
LIABILITAS RP. 42.000.000
MODAL, ALDI RP. 34.000.000
MODAL, BAYU RP. 10.000.000
MODAL, CITRA RP. 14.000.000
TOTAL RP. 100.000.000 RP. 100.000.000
Bayu secara pribadi insolven; sedangkan Aldi dan Citra solven secara pribadi.
4. Para sekutu bersepakat untuk mengelola cadangan kas Rp. 10.000.000 selama proses likuidasi
yang digunakan untuk membayar beban likuidasi.
5. Para sekutu sepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap bulan; yaitu
likuidasi bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Mei dan 30 Juni. Distribusi kas final kepada
para sekutu akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 20X5, akhir proses likuidasi.
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan untuk likuidasi bertahap persekutuan ABC disajikan
pada Figur 16-4
Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan disribusi Rp. 5.000.000 kepada para
sekutu. Prosedur yang digunakann untuk menghasilkan jumlah ini adalah sebagai berikut:
1. Penjualan aset yang bernilai Rp. 55.000.000 menghasilkan kerugian Rp. 10.000.000 yang
didistibusikan kepada ketiga sekutu berdasarkan rasio pembagian kerugian.
2. Pembayaran Rp. 42.000.000 dilakukan kepada kreditor persekutuan atas liabilitas yang
diketahui.
3. Kas yang tersedia didistribusikan pada tanggal 31 Mei 20X5.
Figur 16-4 berlanjut untuk transaksi bulan Juni 20X5, yaitu sebagai berikut:
1. Aset nonkas Rp. 30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian sebesar Rp.
15.000.000. kerugian tersebut didistribusikan ke para sekutu dengan rasio pembagian
kerugian, yang menghasilkan saldo modal Bayu sebesar nol.
2. Pada tanggal 30 Juni 20X5, kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu sebagai
pembayaran bertahap.
Skedul pembayaran yang aman kepada para sekutu pada tanggal 30 Juni 20X5 dalam figur 16-5
menunjukan bagaimana jumlah distribusi dihitung.
FIGUR 16-4
Bagian terakhir figur 16-4 menunjukan penyelesaian transaksi likuidasi selama bulan Juli 20X5.
FIGUR 16-5
Pada awal proses likuidasi, akuntan umumnya menyusun rencana distribusi kas (cash
distribution plan), yang memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai pembayaran kas
secara bertahap yang akan diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam
persekutuan. Distribusi bertahap aktual ditentukan dengan menggunakan laporan realisasi dan
likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran aman kepada para sektu sebagaimna yang
disajikan pada bagian akhir bab ini. Rencana distribusi kas merupakan proyeksi pro forma
penggunaan kas apabila telah tersedia uang tunai.
Daya Serap Kegiatan
Konsep dasar dari rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah daya serap kerugian
(loss absorption power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai kerugian maksimum yang
dapat terjadi dalam persekutuan sebelum saldo akun modal sekutu dilunasi. Daya serap kerugian
merupakan fungsi dari dua elemen sebagai berikut:
𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑎𝑘𝑢𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢
LAP = 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢
Sebagai contoh, pada 1 Mei 20X5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar Rp 34.000.000
dan 40% bagian dalam kerugian persekutuan ABC. LAP Aldi adalah :
𝑅𝑝 34.000.000
LAP = = Rp 85.000.000
0,40
Ini berarti bahwa kerugian atas pelepasan aset nonkas atau dari biaya likuidasi tambahan sebesar
Rp 85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal Aldi, sebagai berikut:
Berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun laporan posisi keuangan
persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, hari saat persekutuan memutuskan melikuidasi usaha,
disajikan sebagai berikut:
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp 10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Liabilitas Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal, Citra (20%) 14.000.000
Total Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Para sekutu meminta rencana rencana distribusi kas pada tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan
distribusi atas kas setelah tersedia selama proses likuidasi. Rencana semacam itu selalu
memberikan pembayaran kepada kreditor persekutuan sebelum distribusi dapat dilakukan kepada
para sekutu. Figur 16-6 menyajikan rencana distribusi kas pada tanggal 1 Mei, tanggal awal proses
likuidasi.
FIGUR 16-6
Ringkasan reencana distribusi kas pada bagian bawah figur 16-6 diberikan kepada masing-masing
sekutu. Dari ringkasan ini, para sekutu mampu menentukan jumlah relatif yang akan diterima
masing-masing apabila telah tersedia kas pada persekutuan.
Figur 16-7 menyajikan saldo modal untuk tiap-tiap sekutu dalam persekutuan ABC selama periode
likuidasi bertahap pada tanggal 1 Mei 20X5 hingga 31 Juli 20X5. Pemabayaran secara bertahap
kepada para sekutu dihitung dalam laporan realisasi dan likuidasi persekutuan (figur 16-4) dengan
menggunakan skedul distribusi aman kepada para sekutu (figur 16-5). Figur 16-7 menunjukkan
bahwa distribusi yang sebenarnya dari kas yang tersedia sesuai dengan rencana distribusi kas yang
telah dipersiapkan pada awal proses likuidasi.
FIGUR 16-7
PERTIMBANGAN TAMBAHAN
Inkorporasi Persekutuan
Seiring dengan persekutuan yang terus berkembang, maka para sekutu dapat memutuskan untuk
menginkorporasikan/meleburkan usaha untuk memiliki akses pendanaan ekuitas tambahan,
membatasi tanggung jawab pribadi, mendapatkan keuntungan pajak tertentu, atau untuk mencapai
tujuan usaha lain yang lebih kuat. Pada inkorporasi, persekutuan dihentikan, serta aset dan
liabilitas direvaluasi dengan nilai pasarnya. Keuntungan atau kerugian revaluasi dialokasikan ke
akun modal para sekutu dengan rasio pembagian keuntungan dan kerugian.
Modal saham dalam perseroan yang baru kemudian didistribusikan secara proporsional pada akun
modal para sekutu. Entitas bisnis terpisah dari persekutuan harus menutup catatan akuntansinya
dan perseroan, sebagai entitas bisnis baru, harus membuka catatan akuntansi yang baru untuk
mencatat penerbitan modal saham kepada para sekutu sebelumnya.
Neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana yang ditunjukkan
sebelumnya, digunakan untuk mengilustrasikan inkorporasi persekutuan. Asumsikan para sekutu
bersepakat untuk menginkorporasikan persekutuan tersebut, daripada melikuidasi persekutuan
sebagaimana yang dijelaskan dalam bab ini.
Perseroan yang baru disebut sebagai PT. Induk. Pada saat pengubahan dari persekutuan menjadi
perseroan, seluruh aset dan liabilitas harus ditaksir dan dinilai dengan nilai pasar. Keuntungan atau
kerugian yang timbul harus didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian
keuntungan dan kerugian masing-masing sekutu. Asumsikan bahwa aset nonkas memiliki nilai
pasar sebesar Rp 80.000.000. kerugian sebesar Rp 10.000.000 terhadap nilai pasar dialokasikan ke
akun modal para sekutu sebelum inkorporasi, sebagi berikut:
Aset neto persekutuan memiliki nilai wajar sebesar Rp 48.000.000 (Rp 90.000.000 aset dikurangi
Rp 42.000.000 liabilitas). Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan nominal Rp
1.000 per lembar untuk ditukar dengan aset dan liabilitas persekutuan ABC. Jurnal yang dibuat
oleh PT Induk untuk memperoleh aset dan liabilitas persekutuan yang ditukar dengan penerbitan
4.600 lembar saham adalah sebagi berikut:
Ingatlah kembali bahwa aset nonkas telah dikurangi nilai wajarnya dalam ayat jurnal (4) diatas.
Untuk mendistribusikan saham kepada para sekutu dan menutup pembukuan persekutuan, ayat
jurnal finak adalah sebagai berikut:
No Keterangan Debit Kredit
7 Modal, Aldi 30.000.000
Modal, Bayu 6.000.000
Modal, Citra 12.000.000
Investasi pada saham PT Induk 48.000.000
Distribusi saham PT Induk kepada para sekutu
Proses tereliminasi dan likuidasi sebuah persekutuan sering kali menimbulkan trauma bagi para
sekutunya. Disosiasi sekutu adalah pengunduran diri sekutu, baik sukarela maupun tidak sukarela,
dari persekutuan. Pembubaran merupakan perubahan dalam hubungan antarsekutu. Tidak seluruh
pembubaran memerlukan tereliminasi (penghentian fungsi bisnis normal) atau likuidasi (pelepasan
aset, pembayaran liabilitas, dan distribusi sisa kas kepada para sekutu). Tereliminasi dan likuidasi
dapat dihindari dengan menyusun perjanjian persekutuan secara hati-hati yang memungkinkan
kelanjutan usaha apabila sekutu baru diterima atau seorang sekutu berhenti. Likuidasi dapat
dilakukan secara sukarela atau tidak sukarela. Alasan yang paling umum untuk likuidasi secara
tidak sukarela adalah adanya keputusan pengadilan atau persekutuan mengalami kebangkrutan.
Likuidasi dapat melibatkan pembayaran lumsum tunggal kepada para sekutu. Namundemikian,
kebanyakan likuidasi berlangsung selama beberapa bulan dan mencakup pembayaran bertahap
kepada para sekutu selama proses likuidasi. Likuidasi difasilitasi dengan penyusunan laporan
realisasi dan likuidasi persekutuan, yang merupakan kertas kerja berisi ringkasan proses likuidasi
dan berfungsi sebagai dasar ayat jurnal untuk mencatat beberapa peristiwa. Pembayaran secara
bertahap kepada para sekutu ditentukan berdasarkan kasus terburuk dengan menggunakan skedul
pembayaran aman kepada para sekutu, yang mengasumsikan bahwa seluruh aset nonkas akan
dihapuskan dan para sekutu dengan saldo debit dalam akun modal mereka tidak mampu untuk
memulihkan kekurangan yang ada.
Rencana distribusi kas memberikan informasi kepada para sekutu mengenai pembayaran bertahap
yang akan diterima pada saat telah tersedia uang tunai bagi persekutuan. Rencana ini dibuat pada
awal proses likuidasi. Distribusi kas yang sebenarnya selama proses likuidasi ditentukan dengan
laporan realisasi dan likuidasi persekutuan. Konsep daya serap kerugian (LAP) merupakan hal
yang paling penting dalam perkembangan rencana distribusi kas. Daya serap kerugian merupakan
jumlah kerugian persekutuan yang harus dieliminasi dengan saldo kredit modal tertentu para
sekutu. Daya serap kerugian ini ditentukan dengan membagi saldo kredit modal neto sekutu
dengan rasio pembagian kerugian masing-masing sekutunya.
Istilah Penting
Pembubaran (dissolution)
Skedul pembayaran aman kepada para sekutu (schedule of safe payments to partners)
Pada awal proses likuidasi, para sekutu biasanya meminta laporan keuangan pribadi untuk
menentukan kemampuan membayar utang (solvensi) dari seorang sekutu. Pedoman untuk
menyiapakan laporan keuangan pribadi terdapat di statement of position 82-1, “Personal Financial
Statement” (SOP 82-1).
1. Laporan konsisi keuangan, atau laporan posisi keuangan pribadi, yang menyajikan aset dan
liabilitas sekutu tersebut pada waktu tertentu.
2. Laporan perubahan kekayaan bersih, atau laporan laba rugi pribadi, yang menyajikan
sumber utama perubahan kekayaan bersih sekutu tersebut.
Selain untuk menyajikan aset dan liabilitas seorang sekutu tersebut, laporan kondisi keuangan
harus mencakup estimasi pajak penghasilan jika seluruh aset diubah dan liabilitas dibayarkan.
Kekayaan bersih sekutu tersebut lalu dihitung dengan aset yang dikurangi liabilitas dan dikurangi
estimasi pajak (lihat figur 16-8). Pada umumnya, akuntasi dasar akrual harus digunakan untuk
menentukan aset dan liabilitas sekutu tersebut, dan laporan komparatif biasanya tersedia. Namun,
tidak seperti laporan posisi keuangan dari bisnis yang berdasarkan pada biaya histori, aset dalam
laporan kondisi keuangan pribadi dinyatakan pada estimasi nilai kini. Liabilitas dinyatakan pada
nilai diskonto yang lebih rendah dari pembayaran kas masa depan atau jumlah penyelesaian kas
lancar. Disertakan sesaat dibawah liabilitas adalah estimasi pajak yang akan dibayar jika seluruh
aset dikonversi menjadi kas dan seluruh liabilitas dibayarkan.
Aset dan liabilitas disajikan sesuai urutan berdasarkan likuiditas dan jatuh tempo, bukan
berdasarkan lancar atau tidak lancar. SOP 82-1 memberikan pedoman untuk menentukan nilai kini
dari aset dan liabilitas sekutu. Model penelitian yang utama adalah nilai diskonto arus kas masa
depan. Harga pasar kini atas efek yang dapat diperdagangkan atau investasi lainya, dan penilaian
atas tanah dan bangunan investasi dalam entitas bisnis terpisah (misalnya persekutuan) harus
dilaporkan dalam satu baris, jumlah yang digabungkan dinilai pada nilai pasar investasi neto.
Liabilitas dinyatakan pada nilai arus kas diskonto atau likuidasi kini. Akuntan menggunakan aturan
pajak yang berlaku. Ketentuan carryover, dan peraturan lainya untuk menghitung estimasi
liabilitas dari asumsi konversi aset dan asumsi pembayaran liabilitas.
Ilustrasi berikut menyajikan kondisi keuangan pribadi Aldi pada tanggal 1 Mei 20X5, hari pada
saat para mitra memutuskan untuk melikuidasi persekutuan ABC. Kekayaan bersih Aldi pada
tanggal ini adalah sebagai berikut.
FIGUR 16-8
Laporan posisi keuangan Aldi pada tanggal 1 Mei 20X5 disajikan pada figur 16-8 bersama dengan
laporan tahun sebelumnya, ilustrasi laporan tahun 20X5 sebagai berikut.
1. Piutang terhadap Aldi dari pihak lain memiliki nilai sekarang sebesar Rp 3.500.000
2. Aldi memiliki dua investasi, satu diantaranya adalah kepentingannya dalam persekutuan
ABC, dinilai pada estimasi nilai pasar kini, yang dalam hal ini sama dengan nilai bukunya
sebesar Rp 34.000.000. investasi efek yang dapat diperdagangkan ditunjukan pada nilai
pasar.
3. Nilai penyerahan tunai asuransi jiwa disajikan secara neto dari setiap hutang pinjaman yang
tertera di dalam kebijakannya.
4. Rumah dan barang-barang pribadi Aldi disajikan pada nilai taksiran.
5. Liabilitas disajikan pada estimasi nilai likuidasi kini atau nilai diskonto arus kas masa
depan.
6. Estimasi pajak penghasilan atas selisih atas estimasi nilai kini aset dan liabilitas dengan
dasar pengenaan pajak mewakili jumlah pajak penghasilan yang harus ditanggung Aldi
jika seluruh aset dikonversi menjadi kas dan seluruh liabilitas dibayarkan.
7. Keayaan bersih adalah selisih antara estimasi nilai kini aset dan liabilitas Aldi termasuk
estimasi pajak.
Laporan Perubahan Kekayaan Bersih
Laporan perubahan kekayaan bersih Aldi ditampilkan pada figur 16-9, yang diilistrasikan sebagai
berikut.
1. Laporan keuangan tersendiri antara perubahan kekayaan bersih yang terealisasi dan yang
belum terealisas. Perubahan yang terealisasi adalah arus kas ke atau dari Aldi yang telah
terjadi. Perubahan yang belum terealisasi adalah arus kas yang setara dengan keuntungan
tau kerugian akibat pemilikan (holding gains or losses). Keuntungan atau kerugian tersebut
tidak dapat dikonversi ke kas. Misalnya, Aldi menerima Rp 3.000.000 dari persekutuan
ABC selama tahun yang berakhir pada 1 Mei 20X5. Selain itu, kepentingan Aldi pada
persekutuan mengalami kenaikan sebesar Rp 8.000.000 selama tahun berjalan.
2. Aldi mengalami kenaikan kekayaan bersih yang terealisasi sebesar Rp 42.200.000 selama
tahun yang berakhir pada 1 Mei 20X5. Sumber utamanya adalah gaji sebesar Rp
36.900.000 dari karyawan penuh waktu di luar persekutuan ABC.
3. Penurunan kekayaan bersih yang terealisasi jumlahnya besar selama tahun yang berakhir
pada 1 Mei 20X5 adalah untuk pengeluaran pribadi sebesar Rp 18.800.000.
4. Kenaikan yang belum terealisasi Rp 17.600.000 selama tahun berjalan terutama dari
kenaikan nilai rumah pribadi Aldi (Rp 8.000.000) dan kenaikan nilai investasi dari
kepentingan persekutuan pada persekutuan ABC (Rp 8.000.000). keuntungan akibat
pemilikan yang belum terealisasi sebesar Rp 1.600.000 ada di dalam investasi efek yang
dapat diperdagangkan milik Aldi.
5. Perubahan estimasi liabilitas pajak merupakan penurunan yang belum terealisasi karena
jumlah ini diakibatkan hanya jika Aldi mengkonversi asetnya menjadi kas.
6. Perubahan kekayaan bersih yang belum terealisasi neto ditambahkan pada perubahan
kekayaan bersih yang terealisasi neto untuk mendapatkan total perubahan kekayaan bersih
Aldi untuk setiap tahunnya. Kekayaan bersih Aldi meningkat sebesar Rp 13.000.000
selama tahun yang berakhir pada 1 Mei 20X4, dan Rp 24.000.000 selama tahun yang
berakhir pada 1 Mei 20X5.
FIGUR 16-9
Pengungkapan catatan kaki yang memadai harus menyertakan dua laporan keuangan pribadi.
Catatan kaki harus menjelaskan hal-hal sebagai berikut.