Dosen Pengampu:
Oleh :
Kelompok 2
(EKU 437/B4)
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka................................................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Bagaimana pandangan mengenai alokasi laba atau rugi kepada para sekutu?
1.2.2 Bagaimana pandangan mengenai laporan keuangan persekutuan?
1.2.3 Bagaimana pandangan mengenai perubahan dalam keanggotaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan mengenai alokasi laba atau rugi
kepada para sekutu.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan mengenai laporan keuangan
persekutuan.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan mengenai perubahan dalam
keanggotaan.
1.3.4
BAB II
PEMBAHASAN
Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir priode sesuai dengan
perjanjian dalam persekutuan. Secara tidak langsung semua perjanjian memiliki perjanjian
alokasi laba atu rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak
jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba atau
rugi. Banyak permasalahan dan perdebatan di kemudian hari yang dapat dihindari dengan
menentukan secara hati- hati atas pembagian laba atau rugi di dalam perjanjian persekutuan.
Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi di dalam usaha. Beberapa persekutuan
memiliki rencana distribusi yang sederhana, sedangkan yang lain bersifat kompleks. Menjadi
tanggung jawab akuntan untuk mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan perjanjian
persekutuan terlepas seberapa sederhana atau kompleks perjanjian tersebut. Distribusi laba
hampir sama dengan dividen pada kororasi: Distribusi ini tidak seharusnya termasuk ke
dalam laporan laba rugi, terlepas bagaimana cara laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba
dicatat langsung kepada akun modal, bukan beban. Kelayakan persekutuan menggunakan
satu atau lebih metode distribusi:
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi antara sesama
sekutu. Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan, waktu
dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya. Biasanya
persekutuan yang lebih kecil memisahkan laba per masing-masing sekutu. Selain itu,beberapa
sekutu memiliki rasio yang berbeda jika perusahaan mengalami kerugian dibanding jika
memperoleh kentungan. Bentuk usaha persekutuan memungkinkan banyak pilhan distribusi
laba untuk memenuhi keinginan para sekutu.
Distribusi laba persekutuan berdasarkan bunga atas saldo modal mengakui kontribusi
dari investasi modal para sekutu pada kemampuan menghasilkan laba bgi persekutuan. Bunga
atas saldo modal ini bukanlah beban bagi persekutuan; tetapi merupakan distribusi laba. Jika
satu atau lebih jasa dari sekutu yang penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa
saja memberikan gaji atau bonus. Sekali lagi, gaji yang dibayarkan ke sekutu ini adalah
bentuk distribusi laba dantidak dibebankan. Terkadang proses distribusi bisa tergatung pada
besarnya laba atau bisa berbeda jika persekutuan mengalami kerugian di akhir periode.
Cotohnya gaji untuk sekutu hanya dibayarkan jika pendapatan melampaui beban pada jumlah
tertentu. Akuntan harus membaca dengan hati-hati perjanjian persekutuan untuk menentukan
distribusi laba yang paling tepat pada kondisi tertentu
Laporan modal persekutuan AB tahun 20X1 berdasarkan rencana distribusi laba dengan
basis berganda diislustrasikan pada bagian sebelumnya, yaitu sebagai berikut :
Seorang sekutu baru dapat mengakuisisi kepemilikan dengan cara melalikan investasi
ke dalam persekutuan. Dalam kasus ini, persekutuan menerima kas atau aset lain. Tiga
kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi di persekutuan, yaitu:
Kasus 1. Investasi sekutu sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai aset neto persekutuan sebelumnya
dicatat terlalu rendah di pembukuan atau adanya goodwill yang belum di catat.
Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih rendah dari proporsi sekutu baru terhadap nilai
buku persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai aset neto persekutuan
sebelumnya terlalu tinggi di pembukuan atau sekutu baru memberikan kontrobusi
goodwill sebagai tambahan aset lain.
Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu baru
adalah dengan menghitung proporsi sekutu baru terhadap buku persekutuan (new patner’s
proportion of the patnership book value) sebagai berikut:
Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan = (Modal sekutu sebelumnya +
Investasi sekutu baru) x Presentase modal atas sekutu baru
Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku prsekutuan dibandingkan dengan jumlah
investasi yang dibuat sekutu baru untuk menentukan prosedur akuntansi yang harus
dilakkan dalam penerimaannya sebagai sekutu baru. Langkah 1 membandingkan investasi
sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutun. Perlu dicatat hal ini
dilakukan sebelum revaluasi atau pengakuan goodwill. Langkah 2 adalah menentukan metode
penerimaan. Tiga metode yang berbeda tersedia untuk persediaan sekutu baru ketika terjadi
perbedaan antara investasi sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai buku pembukuan.
Ketiga metode tesebut adalah (1) revaluasi aset bersih, (2) pengakuan goodwill, (3)
menggunakan metode bonus (bonus method).
Terdapat beberapa kesamaan antara akuntansi untuk penerimaan sekutu baru dengan
akuntansi atas investasi pada saham di korporasi. Jika sekutu baru membayar lebih dari nilai
buku, kelebihan biaya perolehan atas nilai buku, yaitu diferensial bernilai positif, mungkin
adalah goodwill yang tidak diakui atau karena aset yang nilainya terlalu rendah-kasus yang
sama seperti akuntansi untuk diferensial pada investasi saham. Jika nilai buku sama dengan
biaya perolehan investasi maka tidak ada diferensial, indikasi bahwa nilai buku dari aset
bersih sama dengan nilai wajarnya. Jika biaya perolehan investasi kurang dari nilai buku,
maka muncul kelebihan nilai buku atas biaya perolehan, nilai persekutuan terlalu tinggi.
Oleh karena itu, konsep unik satu-satunya pada akuntansi persekutuan adalah menggunakan
metode bonus.
Kasus 1. Nilai Investasi Sekutu Baru Sama Dengan Proposal Nilai Buku Persekutuan.
Total nilai buku sebelum penerimaan sekutu baru Rp 30.000.000 dan sekutu baru, Citra
membeli seperempat kepemilikan modal senilai Rp 10.000.000.
Besarnya investasi sekutu baru seringkali merupakan hasil negoisasi antara sekutu lama
dengan calon sekutu baru. Seperti halnya akuisisi atau investasi. Investor harus menentukan
nilai pasarnya. Dalam kasus persekutuan, calon sekutu berusah untuk memastkan nilai pasar
dan kemampuan menghasilkan laba atas aset bersih persekutuan. Investasi sekutu baru
kemudian menjadi presentase modal persekutuan yang diakuisisi. Dalam kasus ini, Citra
harus percaya bahwa investasi senilai Rp 10.000.000 adalah harga yang wajar untuk
seperempat kepemilikan di persekutuan, atau dia tidak melakukan investasi sama sekali.
Setelah nilai investasi disetujui, barulah mungkin untuk menghitung proporsi nilai buku
sekutu baru. Untuk investasi Rp 10.000.000, Citra akan mendapatkan seperempat
kepemilikan pada persekutuan sebagai berikut:
Karena nilai investasi (Rp 10.000.000) sama dengan 25 persen proporsi nilai buku
sekutu baru (Rp 10.000.000 = Rp 40.000.000 x 0,25), mengimplimasikan bahwa aset bersih
telah dinilai secara wajar. Modal yang dihasilkan sama dengan modal awal (Rp 30.000.000)
ditambah investasi sekutu baru (Rp 10.000.000). Perlu dicatat bahwa modal yang
dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal persekutuan setelah
diterimanya ia sebagai sekutu baru. Jurnal yang dicatat dalam pembukuan persekutuan
adalah:
1 Januari 20X3
Kas Rp 10.000.000
Kasus 2. Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku
Dalam beberapa kasus, seorang sekutu dapat melakukan investasi lebih besar dari porsi
kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Hal ini berarti, sekutu tersebut menghargai nilai
lebih atas persekutuan yang tidak tercermin pada pembukuan.
Perusahaan dapat menggunakan salah satu dari ketiga alternatif yang ada. Keputusan
biasanya dibuat berdasarkan kesepakatan antara sekutu lama dengan calon sekutu baru.
Tanah Rp 3.000.000
Bagaian sekutu baru atas modal = (Rp 30.000.000 + Rp. 3.000.000 + Rp 11.000.000) x
yang dihasillkan 0,25 = Rp 11.000.000
Kas 11.000.000
Ketika tanah harus dijual, Citra akan berpartisipasi terhadap keuntungan atau kerugian
dengan dasar nilai buku yang baru sebesar Rp 7.000.000, yang merupakan nilai pasar tanah
pada saat penerimaannya dalam persekutuan. Seluruh kenaikan pada nilai tanah sebelum
penerimaan Citra adalah milik para sekutu lama.
Sebuah sekutu yang masuk mungkin membayar lebih karena adanya goodwill yang
tidak tercatat, diindikasikan dengan tingginya profitabilitas persekutuan. Beberapa
persekutuan menggunakan perubahan keanggotaan sebagai peluang untuk mengakui
goodwill yang dihasilkan sekutu lama. Mencatat goodwill yang belum diakui dibolehkan
dalam akuntansi untuk persekutuan karena kebutuhan untuk menciptakan modal yang
sewajarnya sesama sekutu. Sebagaimana yang dibahas sebelumnya, hal ini adalah
pengecualian dari PSAK 48, tetapi kebutuhan informasi para sekutu dan tujuan tertentu dari
laporan keuangan persekutuan menyebabkan pengecualian ini memungkinkan.
Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan negosiasi antara sekutu lama
dan baru, dan berdasarkan estimasi laba di masa datang. Misalnya, sekutu lama dan baru
setuju bahwa, disebabkan karena upaya sekutu lama, persekutuan memiliki potensi
menghasilkan laba, dan goodwill senilai Rp 3.000.000 harus diakui berdasarkan fakta
tersebut. Nilai biaya perolehan investasi yang dinegosiasikan oleh sekutu baru akan
didasarkan sebagian kepada potensi menghasilkan laba tersebut. Alternatifnya, goodwill bisa
diestimasikan berdasarkan jumlah investasi sekutu baru. Misalnya, dalam kasus ini, Citra
melakukan investasi Rp 11.000.000 untuk seperempat hak kepemilikan; maka, dia harus
percaya bahwa jumlah modal persekutuan yang dihasilkan bernilai Rp 44.000.000 (Rp
11.000.000 x 4). Perkiraan goodwill adalah Rp 3.000.000, yaitu:
Langkah 1
Langkah 2
Cara lain untuk melihat penciptaan goodwill pada saat penerimaan sekutu baru adalah
menggunakan Akun T untuk menggambarkan neraca persekutuan. Jika ada tambahan aset
neto, seperti pengakuan goodwill, harus diseimbangkan dengan penambahan modal, sebagai
berikut.
Neraca
Goodwill yang tidak dicatat diakui, dan modal sekutu lama dikredit untuk
meningkatkan nilai set. Penyesuaian terhadap modal dilakukan pada rasio laba atau rugi yang
telah ada pada saat goodwill dibangun. Hal ini akan meningkatkan modal Aldi sebesar 60
persen dari nilai goodwill dan modal Bayu sebesar 40 persen, Jurnal untuk mencatat goodwill
dan penerimaan Citra adalah sebagai berikut.
Goodwill Rp 3.000.000
Kas Rp 11.000.000
Rp44.000.000 x 0,25
Alasan lain mencatat goodwill karena sekutu baru menginginkan saldo modalnya sama
dengan Jumlah yang diinvestasikan. Investasi berdasarkan nilai pasar persekutuan, dan
supaya hal ini tercupat persekutuan harus melakukan menilai ulang saldo awal aset netonya
menjadi nilai wajar. Yang perlu dicatat adalah Rp 11.000.000 yang dikredit ke modal Citra
adalah seperempat dar Rp 44.000.000 modal yang dihasilkan Persekutuan ABC, sebagai
berikut:
Pada periode berikutnya, jika terdapat penurunan nilai pada goodwill, akan dibebankan
kepada laba persekutuan sebelum laba neto didistribusikan kepada para sekutu.
Konsekuensinya, distribusi laba Citra di masa datang bisa dipengaruhi oleh goodwill yang
diakui pada saat diterima ke dalam persekutuan.
Ilustrasi Metode Bonus
Beberapa persekutuan menolak mengakui goodwill dan revaluasi aset ketika jilat aku
diterimanya sekutu baru. Sebaliknya, mereka mengakui bagian dari investasi sekutu baru
sebagai bonus kepada sekutu lama untuk menyelaraskan saldo modal pada saat penerimaan
sekutu baru. Dalam kasus ini, nilai Rp 750.000 yang dibayarkan lebih oleh Citra adalah
bonus yang dialokasikan kepada sekutu lama pada rasio laba atau rugi mereka, yaitu 60
persen kepada Aldi dan 40 persen kepada Bayu. Persekutuan ABC menghasilkan saldo modal
senilai Rp 30.000.000 di awal, ditambah Rp 11.000.000 investasi dari Citra. Tidak ada modal
tambahan yang diakui melalui revaluasi aset. Nilai modal yang diakui oleh sekutu baru
adalah:
Jurnal yang dicatat dalam rangka penerimaan Citra sebagai sekutu adalah:
Citra mungkin tidak menyukai metode bonus, karena saldo modalnya lebih rendah Rp
750.000 daripada saldo investasinya di persekutuan. Hal ini merupakan kelemahan dari
metode bonus.
Kasus 3. Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Ada kemungkinan bahwa seorang sekutu baru membayar lebih kecil dari proporsi
kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Misalnya, Citra melakukan investasi Rp
8.000.000 untuk seperempat kepemilikan modal di Persekutuan ABC. Langkah pertama
adalah membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsi nilai buku sekutu baru, sebagai
berikut:
Fakta bahwa nilai investasi Citra lebih rendah dari nilai buku atas seperempat
kepemilikan pada persekutuan mengindikasikan persekutuan memiliki aset yang nilainya
terlalu tinggi atau sekutu lama mengakui bahwa Citra memiliki kontribusi nilai dalam bentuk
pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan persekutuan. Dalam kasus ini, Citra telah
menginvestasikan Rp 8.000.000 dalam bentuk kas dan sejumlah nilai tambah yang bisa
dianggap sebagai goodwill.
Seperti Kasus 2, dalam hal nilai investasi melebihi nilai buku yang diperoleh, terdapat
tiga alternatif pendekatan untuk mengakui diferensial ketika investasi lebih rendah dari nilai
buku yang diakuisisi. Ketiga pendekatan tersebut adalah:
Persediaan 6.000.000
Perhatikan bahwa jumlah nilai modal persekutuan sekarang telah diturunkan dari Rp
30.000.000 menjadi Rp 24.000.000 sebagai hasil dari penurunan nilai R p6.000.000. Bagian
Citra atas modal yang dihasilkan dari Persekutuan ABC, setelah penurunan nilai, dapat
dihitung sebagai berikut:
Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru dalam Persekutuan ABC adalah:
Kas 8.000.000
Nilai kredit modal tercatat milk Catra sama dengan investasinya karena jumlah nilai
modal persekutuan adalah Rp 32.000.000 (Rp 24.000.000 R p8.000.000) yang sekarang
mencerminkan nilai.
Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru bisa diperkirakan dari
jumlah modal yang ditahan oleh sekutu lama Dalam kasus ini, sekutu lama menahan 75
persen kepemilikan pada persekutuan dan memberikan 25 persen kepada sekutu baru Nilai
dari 75 persen kepemilikan sekutu lama adalah Rp 30.000.000. investasi Citra sebesar Rp
8.000.000 ditambah goodwill setara dengan 25 persen sisanya. Nilai goodwill yang dibawa
oleh Citra dapat dihitung sebagai berikut:
Langkah 1
Langkah 2
Nilai goodwill yang diestimasikan untuk sekutu baru dihitung menggunakan informasi
dari kepemilikan sekutu lama. Dalam Kasus 2, estimasi goodwill kepada sekutu lama dibuat
dengan menggunakan informasi dari investasi sekutu baru Alasan perbedaan ini karena untuk
mengestimasi nilai goodwill haruslah menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Jika
akan mengestimasi goodwill sekutu baru, tidaklah logis menggunakan investasi berwujud
sekutu baru untuk mengestimasikan total investasi sekutu baru, termasuk goodwill. Hal ini
disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasi itu sendiri. Demikian pula ketika
goodwill dialokasikan kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal sekutu lama
untuk mengestimasikan nilai goodwill mereka. Kalimat yang paling mudah untuk mengingat
bagaimana mengestimasikan goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak
lawan, yaitu:
Gunakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama; gunakan
sekutu lama untuk mengestimasikan goodwill untuk sekutu baru.
Jurnal yang dicatat untuk penerimaan Citra sebagai sekutu baru di Persekutuan ABC
adalah:
Kas 8.000.000
Goodwill 2.000.000
Kas 8.000.000
Jumlah yang dikredit kepada modal sekutu baru adalah bagian kepemilikannya
terhadap total modal yang dihasilkan, yaitu:
Bagaian sekutu baru atas modal = (Rp30.000.000+ Rp8.000.000) x 0,25 = Rp9.500.000
yang dihasillkan
Figur 15-2 menyajikan jurnal yang dicatat untuk ketiga kasus yang dibahas. Selain itu,
saldo modal dan ketiga sekutu masing-masing setelah penerimaan Citra disajikan di sebelah
kanan jurnal. Berikut ikhtisar ketiga alternatif metode akuntansi untuk investasi dari sekutu
baru
Kasus 1. Investasi sekutu haru sama dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.
Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.
Dalam pembahasan sebelumnya, nilai kontribusi dari sekutu baru telah tersedia. Dalam
beberapa situasi, akuntan diminta untuk menentukan jumlah investasi yang harus
dikontribusikan oleh sekutu baru. Prinsip dasar dari akuntansi untuk persekutuan
menyediakan sarana untuk menjawab pertanyaan ini. Misalnya, mari kita teruskan contoh
Aldi dan Bayu yang ingin memasukkan Citra sebagai sekutu baru. Modal sekutu lama adalah
Rp 30.000.000, dan para sekutu berkeinginan untu memasukkan Citra ke dalam persekutuan
dengan hak kepemilikan sebesar 25 persen.
Asumsikan bahwa sekutu lama, Aldi dan Bayu, menyetujui bahwa aset persekutuan
haria yang berh direvaluasi sehingga bertambah sebesar Rp 3.000.000 untuk mengakui
peningkatan nilai tanah yang dimiliki persekutuan. Pertanyaannya adalah berapakah investasi
yang harus dikontribusikan Citra kerusakan sebagai sekutu baru untuk seperempat hak
kepemilikan.
Ketika menentukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk mencatat total
modal persekutuan yang dihasilkan dan persentase kepemilikan yang masih ditahan sekutu
3
lama. Dalam contoh ini, sekutu lama mempertahankan kepemilikan pada persekutuan yang
4
dihasilkan, artiny 75 persen kepemilikan modal sebesar Rp 33.000.000, di mana Rp
30.000.000 berasal dari modal lama ditambah Rp 3.000.000 dari revaluasi tanah, sebagai
berikut.
Perhitungan di atas adalah cara mudah lainnya untuk mengevaluasi proses penerimaan
sekutu baru seperti yang telah didiskusikan pada ilustrasi revaluasi aset pada Kasus 2.
Dalam beberapa kasus, jumlah bonus bisa ditentukan sebelum penentuan kontribusi kas
yang dibutuhkan dari sekutu baru. Misalnya, asumsikan bahwa Aldi dan Bayu setuju untuk
memberikan Citra bonus senilai Rp 1.500.000 untuk bergabung dengan persekutuan. Skedul
berikut menentukan jumlah investasi kas yang harus dibayarkan Citra sebagai sekutu baru.
(Rp28.500.000+0,75) Rp 38.000.000
Contoh kedua ini adalah cara lain untuk menggambarkan metode bonus kepada sekutu
baru pada Kasus 3. Kuncinya adalah menentukan jumlah modal dari sekutu lama yang masih
ditahan pada persentase kepemilikan mereka pada modal persekutuan yang dihasilkan setelah
menerima sekuju baru. Kontribusi kas sekutu baru dapat dihitung secara sederhana dengan
menentukan jumlah modal yang akan dialokasikan kepadanya dan kemudian mengakui bonus
yang akan digunakan untuk menyelaraskan saldo modal.
Ketika seorang sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari asosiasi, maka persekutuan
tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin masih berkeinginan
melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan membeli semua
kepemilikan sekutu yang berbenti sebesar harga pembelian (buyout price). Harga pembelian
adalah jumlah estimasi jika, (1) aset persekutuan dijual pada harga sama dengan atau lebih
besar dari nilai likuidasi atau nilai yang menjadi dasar harga penjualan keseluruhan bisnis
yang terus berlangsung tanpa sekutu yang berhenti, dan (2) persekutuan diakhiri pada saat itu,
dan seluruh kewajiban persekutuan diselesaikan. Perhatikan bahwa goodwill dapat termasuk
dalam penilaian. Persekutuan harus membayar bunga kepada sekutu yang berhenti sejak
tanggal berhenti sampai dengan tanggal pembayaran. Dalam kasus berhentinya sekutu karena
ada pelanggaran, persekutuan dapat menuntut secara legal sekutu yang keluar atas kerusakan
atau kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran yang terjadi.
Dalam kasus di mana persekutuan menyetujui pemberhentian dan tidak ada kesalahan,
akuntan dapat membantu perhitungan harga pembelian kepemilikan. Ini penting untuk
menentukan seluruh kewajiban yang masih ada saat tanggal berhenti. Perjanjian persekutuan
dapat termasuk prosedur lain untuk digunakan pada kasus berhentinya sekutu, seperti
spesifikasi penilaian, proses akuisisi nilai sekutu baru yang dapat dialihkan, dan hal lain
terkait perubahan proses keanggotaan.
Baker,Richard E., Lembake, Valdean C., King, Thomas E., Jeffrey, Cynthia G., Jusuf, Amir
Abadi., NPS, Sylvia Veronica., Wulandari, Etty Retno., Martani, Dwi. (2016).
Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia). Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.