Anda di halaman 1dari 25

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

AKUNTANS KEUANGAN LANJUTAN

“Perlakuan Akuntansi Pada Pendirian, Pengoperasian dan Perubahan Keanggotaan


Persekutuan”

Dosen Pengampu:

Ni Gusti Putu Wirawati, S.E., M.Si.

Oleh :

Kelompok 2

(EKU 437/B4)

Nyoman Tria Nadyanti 2107531267 ; 11

Kadek Adysti Ulandari 2107531271 ; 14

Made Pandith Bagus Prastistha 2107531290 ; 29

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................i

Daftar Isi .........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................2

BAB II Pembahasan .......................................................................................................3

2.1 Alokasi Laba Atau Rugi Kepada Para Sekutu............................................................ 3


2.2 Laporan Keuangan Persekutuan................................................................................. 3
2.3 Perubahan Dalam Keanggotaan.................................................................................. 3

BAB III Penutup .............................................................................................................3

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................3

Daftar Pustaka................................................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pandangan mengenai alokasi laba atau rugi kepada para sekutu?
1.2.2 Bagaimana pandangan mengenai laporan keuangan persekutuan?
1.2.3 Bagaimana pandangan mengenai perubahan dalam keanggotaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan mengenai alokasi laba atau rugi
kepada para sekutu.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan mengenai laporan keuangan
persekutuan.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan mengenai perubahan dalam
keanggotaan.

1.3.4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alokasi Laba Atau Rugi Kepada Para Sekutu

Alokasi Laba atau Rugi kepada sekutu

Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir priode sesuai dengan
perjanjian dalam persekutuan. Secara tidak langsung semua perjanjian memiliki perjanjian
alokasi laba atu rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak
jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba atau
rugi. Banyak permasalahan dan perdebatan di kemudian hari yang dapat dihindari dengan
menentukan secara hati- hati atas pembagian laba atau rugi di dalam perjanjian persekutuan.
Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi di dalam usaha. Beberapa persekutuan
memiliki rencana distribusi yang sederhana, sedangkan yang lain bersifat kompleks. Menjadi
tanggung jawab akuntan untuk mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan perjanjian
persekutuan terlepas seberapa sederhana atau kompleks perjanjian tersebut. Distribusi laba
hampir sama dengan dividen pada kororasi: Distribusi ini tidak seharusnya termasuk ke
dalam laporan laba rugi, terlepas bagaimana cara laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba
dicatat langsung kepada akun modal, bukan beban. Kelayakan persekutuan menggunakan
satu atau lebih metode distribusi:

1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya


2. Bunga atas saldo modal
3. Gaji kepada sekutu
4. Bonus kepada sekutu

Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi antara sesama
sekutu. Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan, waktu
dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya. Biasanya
persekutuan yang lebih kecil memisahkan laba per masing-masing sekutu. Selain itu,beberapa
sekutu memiliki rasio yang berbeda jika perusahaan mengalami kerugian dibanding jika
memperoleh kentungan. Bentuk usaha persekutuan memungkinkan banyak pilhan distribusi
laba untuk memenuhi keinginan para sekutu. 

Distribusi laba persekutuan berdasarkan bunga atas saldo modal mengakui kontribusi
dari investasi modal para sekutu pada kemampuan menghasilkan laba bgi persekutuan. Bunga
atas saldo modal ini bukanlah beban bagi persekutuan; tetapi merupakan distribusi laba. Jika
satu atau lebih jasa dari sekutu yang penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa
saja memberikan gaji atau bonus. Sekali lagi, gaji yang dibayarkan ke sekutu ini adalah
bentuk distribusi laba dantidak dibebankan. Terkadang proses distribusi bisa tergatung pada
besarnya laba atau bisa berbeda jika persekutuan mengalami kerugian di akhir periode.
Cotohnya gaji untuk sekutu hanya dibayarkan jika pendapatan melampaui beban pada jumlah
tertentu. Akuntan harus membaca dengan hati-hati perjanjian persekutuan untuk menentukan
distribusi laba yang paling tepat pada kondisi tertentu

2.2 Laporan keuangan persekutuan

Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah menurut kepentingan


akuntansi dan terdapat tiga laporan keuangan, antara lain laporan laba-rugi, neraca, dan
laporan arus kas, yang biasanya disusun pada akhir periode pelaporan. Laporan interim juga
bisa dibuat untuk memenuhi kebutuhan para sekutu.

Laporan modal sekutu (statement of partner’s capital) biasanya disiapkan untuk


menyajikan perubahan akun modal sekutu untuk suatu periode berjalan. Laporan modal
sekutu adalah satu-satunya laporan yang hanya ada untuk organisasi persekutuan perusahaan
baru yang akan dimiliki bersama.

Laporan modal persekutuan AB tahun 20X1 berdasarkan rencana distribusi laba dengan
basis berganda diislustrasikan pada bagian sebelumnya, yaitu sebagai berikut :

2.3 Perubahan Dalam Keanggotaan


Perubahan dalam keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambahan sekutu
baru atau berhentinya sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber tambahan
modal utama atau sebagai tenaga ahli. Struktur legal dari persekutuan mensyaratkan bahwa
penerima sekutu baru (admission of a new patner) secara tidak langsung merupakan
persetujuan dari semua sekutu saat ini. Lebih dari itu, pengumuman publik biasanya dibuat
mengenai penambahan sekutu baru sehingga pihak ketiga yang melakukan transaksi bisnis
dengan persekutuan menyadari adanya perubahan dalam persekutuan.

Berhentinya atau pengunduran diri seorang sekutu dari persekutuan (withdrawal of a


patner from a patnership) menyebabkan pembubaran secara hukum atas persekutuan. Banyak
persekutuan yang tetap melanjutkan operasi bisnisnya dan persekutuan mungkin saja
membeli kepemilikan sekutu yang berhenti pada harga pembelian (buyout price). Harga
pembelian adalah estimasi jika (1) aset dijual pada harga sama dengan atau lebih besar dari
likuidasi atau nilai yang menjadi dasar penjualan seluruh bisnis jika bisnis tetap berjalan
tanpa sekutu yang keluar tersebut, dan (2) persekutuan diakhiri pada saat tersebut, dengan
pembayaran seluruh kreditur persekutuan dan penghentian bisnis. Sekutu yang
mengundurkan diri dari persekutuan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh persekutuan
atas kerugian yang dialami persekutuan karena pengunduran diri atau disasosisi yang illegal.
Disasosiaai yang illegal terjadi ketika disasosiasi tersebut terjadi karena pelanggaran dalam
perjanjian persekutuan atau, untuk persekutuan yang dibentuk untuk waktu atau tujuan
tertentu, sebelum waktu atau tujuan tertentu selesai.

Konsep-konsep Umum untuk Mencatat Perubahan Keanggotaan dalam Persekutuan

1. Persekutuan sebagai sebuah entitas terpisah dari individu-individu sekutu dan


penggunaan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
KUHPer secara jelas mendefinisikan persekutuan sebagai sebuah entitas yang
terpisah dan masing-masing individu sekutu. Sebagai contoh, entitas persekutuan
tidak berubah karena penambahan atau pengunduran diri individu sekutu. Beberapa
persekutuan memilih mengikuti atau mentaati prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (General Accepted Accounting Principles-GAAP) dalam proses
akuntansi dan pelaporan keuangan. Persekutuan-persekutuan ini mengikuti standar
yang sama yang disusun oleh DSAK dan badan regulator lainnya seperti yang
dilakukan perusahaan publik. Dengan mengikuti GAAP dan pendefinisian
perusahaan sebagai entitas terpisah dari individu sekutu, perubahan keanggotan
dalam persekutuan akan dicatat sebagai entitas korporasi mencatat jika ada
perubahan investornya. Tambahan investasi diakui pada nilai wajar dan
meningkatkan total modal perusahaan.
2. Persekutuan sebagai sekumpulan hak kepemilikan sekutu dan penggunaan
akuntansi non-GAAP
Para sekutu dalam sebuah perusahaan swasta dapat saja memilih mengikuti metode
akuntansi non-GAAP untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam kasus
ini, perusahaan dapat diaudit oleh auditor eksternal, tapi opini audit yang
menyatakan dengan jelas bahwa prinsip-prinsip akuntansi non-GAAP digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan. Persekutuan seperti tidak dapat memperoleh
opini audit “wajar tanpa pengecualian”. Banyak persekutuan menggunakan
transaksi perubahan keanggotaan persekutuan sebagai kesempatan untuk
merevaluasi aset dan kewajiban persekutuan yang ada atau untuk mencatat
goodwill yang belum dicatat. Praktik revaluasi aset bersih atau pengakuan goodwill
tidak sesuai dengan GAAP. Argumen penggunaan metode non-GAAP adalah
bahwa revaluasi aset pada saat perubahan keanggotaan menyatakan secara lengkap
kondisi ekonomis sebenarnya persekutuan pada saat tersebut dan mengalokasikan
perubahan nilai aset serta kewajiban dan goodwill kepada para sekutu yang telah
mengelola bisnis sepanjang terjadinya perubahan nilai.

Sekutu Baru Melakukan Investasi di Persekutuan

Seorang sekutu baru dapat mengakuisisi kepemilikan dengan cara melalikan investasi
ke dalam persekutuan. Dalam kasus ini, persekutuan menerima kas atau aset lain. Tiga
kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi di persekutuan, yaitu:

Kasus 1. Investasi sekutu sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan.

Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai aset neto persekutuan sebelumnya
dicatat terlalu rendah di pembukuan atau adanya goodwill yang belum di catat.

Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih rendah dari proporsi sekutu baru terhadap nilai
buku persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai aset neto persekutuan
sebelumnya terlalu tinggi di pembukuan atau sekutu baru memberikan kontrobusi
goodwill sebagai tambahan aset lain.
Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu baru
adalah dengan menghitung proporsi sekutu baru terhadap buku persekutuan (new patner’s
proportion of the patnership book value) sebagai berikut:

Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan = (Modal sekutu sebelumnya +
Investasi sekutu baru) x Presentase modal atas sekutu baru

Proporsi sekutu baru terhadap nilai buku prsekutuan dibandingkan dengan jumlah
investasi yang dibuat sekutu baru untuk menentukan prosedur akuntansi yang harus
dilakkan dalam penerimaannya sebagai sekutu baru. Langkah 1 membandingkan investasi
sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutun. Perlu dicatat hal ini
dilakukan sebelum revaluasi atau pengakuan goodwill. Langkah 2 adalah menentukan metode
penerimaan. Tiga metode yang berbeda tersedia untuk persediaan sekutu baru ketika terjadi
perbedaan antara investasi sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai buku pembukuan.
Ketiga metode tesebut adalah (1) revaluasi aset bersih, (2) pengakuan goodwill, (3)
menggunakan metode bonus (bonus method).

Terdapat beberapa kesamaan antara akuntansi untuk penerimaan sekutu baru dengan
akuntansi atas investasi pada saham di korporasi. Jika sekutu baru membayar lebih dari nilai
buku, kelebihan biaya perolehan atas nilai buku, yaitu diferensial bernilai positif, mungkin
adalah goodwill yang tidak diakui atau karena aset yang nilainya terlalu rendah-kasus yang
sama seperti akuntansi untuk diferensial pada investasi saham. Jika nilai buku sama dengan
biaya perolehan investasi maka tidak ada diferensial, indikasi bahwa nilai buku dari aset
bersih sama dengan nilai wajarnya. Jika biaya perolehan investasi kurang dari nilai buku,
maka muncul kelebihan nilai buku atas biaya perolehan, nilai persekutuan terlalu tinggi.
Oleh karena itu, konsep unik satu-satunya pada akuntansi persekutuan adalah menggunakan
metode bonus.

Persekutuan AB yang digambarkan sebelumnya masih digunakan dalam 3 kasus


berikut, informasi yang terkait dalam 3 kasus tersebut sebagai berikut:

1. Tanggal 1 januari 20X3, modal dari persekutuan AB adalah Rp 30.000.000. Modal


Aldi senilai Rp 20.000.000, sedangkan modal Bayu senilai Rp 10.000.000. Rasio
pembagian laba antara Aldi dan Bayu adalah 60:40.
2. Citra diminta menjadi sekutu baru. Citra akan mendapatkan seperempat kepemilikan
modal dan 25 persen pembagian laba. Aldi dan Bayu akan membagi 75 persen sisa
laba dengan rasio 60:40. Menghasilkan 45 persen laba untuk Aldi. Dan 30 persen laba
untuk Bayu.

Kasus 1. Nilai Investasi Sekutu Baru Sama Dengan Proposal Nilai Buku Persekutuan.

Total nilai buku sebelum penerimaan sekutu baru Rp 30.000.000 dan sekutu baru, Citra
membeli seperempat kepemilikan modal senilai Rp 10.000.000.

Besarnya investasi sekutu baru seringkali merupakan hasil negoisasi antara sekutu lama
dengan calon sekutu baru. Seperti halnya akuisisi atau investasi. Investor harus menentukan
nilai pasarnya. Dalam kasus persekutuan, calon sekutu berusah untuk memastkan nilai pasar
dan kemampuan menghasilkan laba atas aset bersih persekutuan. Investasi sekutu baru
kemudian menjadi presentase modal persekutuan yang diakuisisi. Dalam kasus ini, Citra
harus percaya bahwa investasi senilai Rp 10.000.000 adalah harga yang wajar untuk
seperempat kepemilikan di persekutuan, atau dia tidak melakukan investasi sama sekali.

Setelah nilai investasi disetujui, barulah mungkin untuk menghitung proporsi nilai buku
sekutu baru. Untuk investasi Rp 10.000.000, Citra akan mendapatkan seperempat
kepemilikan pada persekutuan sebagai berikut:

Investasi Pada Persekutuan Rp 10.000.000

Proporsi Nilai Buku Sekutu Baru

(30.000.000 + 10.000.000) x 0,25 (10.000.000)

Selisih (Investasi = Nilai Buku) Rp -0-

Karena nilai investasi (Rp 10.000.000) sama dengan 25 persen proporsi nilai buku
sekutu baru (Rp 10.000.000 = Rp 40.000.000 x 0,25), mengimplimasikan bahwa aset bersih
telah dinilai secara wajar. Modal yang dihasilkan sama dengan modal awal (Rp 30.000.000)
ditambah investasi sekutu baru (Rp 10.000.000). Perlu dicatat bahwa modal yang
dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal persekutuan setelah
diterimanya ia sebagai sekutu baru. Jurnal yang dicatat dalam pembukuan persekutuan
adalah:

1 Januari 20X3

Kas Rp 10.000.000

Modal, Citra Rp 10.000.000


Penerimaan Citra untuk seperempat kepemilikan atas investasinya sebesar Rp
10.000.000

Kasus 2. Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku

Dalam beberapa kasus, seorang sekutu dapat melakukan investasi lebih besar dari porsi
kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Hal ini berarti, sekutu tersebut menghargai nilai
lebih atas persekutuan yang tidak tercermin pada pembukuan.

Misalkan diasumsikan Citra menginvestasikan Rp 11.000.000 untuk seperempat


kepemilikan modal dalam persekutuan. Langkah pertama adalah membandingkan investasi
baru dengan proporsi nilai bukunya sebagai berikut:

Investasi Pada Persekutuan Rp 11.000.000

Proporsi Nilai Buku Sekutu Baru: (30.000.000 + 11.000.000) x 0,25 (10.250.000)

Selisih (Investasi = Nilai Buku) Rp 750.000

Citra telah menginvestasikan Rp 11.000.000 untuk kepemilikan dengan nilai Rp


10.250.000, sehingga membayar lebih tinggi Rp 750.000 atas nilai buku saat ini.

Umumnya, kelebihan investasi atas nilai buku persekutuan mengindikasikan bahwa


nilai aset bersih sebelumnya kerendahaan atau persekutuan memiliki goodwill yang tidak
dicatat. Tiga alternaif perlakuan akuntansi dalam kasus ini adalah:

1. Revaluasi Nilai Aset. Pada alternatif ini adalah:


a. Nilai buku aset dinaikkan ke nilai pasarnya.
b. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding kenaikkan nilai buku aset.
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah
nilai revaluasi aset ditambah investasi sekutu baru.
2. Mengakui goodwill yang tidak tercatat. Dengan metode ini adalah:
a. Goodwill yang tidak tercatat diakui.
b. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan nilai goodwill.
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah
nilai goodwill ditambah investasi sekutu baru.
3. Menggunakan Metode Bonus (Bonus Method). Pada dasarnya, metode bonus adalah
perpindahan saldo modal antar sesama sekutu. Metode ini digunakan ketika sekutu
tidak menginginkan penyesuaian pada nilai aset atau mengakui goodwill. Dengan
metode ini adalah:
a. Modal sekutu lama dinaikkan sebanding dengan nilai bonus yang dibayarkan
sekutu baru.
b. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah
investasi sekutu baru.

Perusahaan dapat menggunakan salah satu dari ketiga alternatif yang ada. Keputusan
biasanya dibuat berdasarkan kesepakatan antara sekutu lama dengan calon sekutu baru.

Ilustrasi Pendekatan atas Revaluasi Aset

Ilustrasikan Citra membayar kelebihan sejumlah Rp 750.000 (Rp 11.000.000 – Rp


10.250.000) terhadap proporsi nilai buku karena persekutuan memolili tanah dengan nilai
buku Rp 4.000.000 tetapi penilai terkini mengindikasikan tanah tersebut miliki nilai pasar Rp
7.000.000. Para sekutu lama memutuskan untuk menggunakan penerimaan sekutu baru ini
sebagai pengakuan peningkatan nilai tanah san mengalokasikan peningkatan ini kepada
masing-masing saldo modal sekutu lama. Peningkatan nilai tanah dialokasikan kepada saldo
modal para sekutu dengan menggunakan rasio laba dan rugi yang ada pada saat terjadinya
peningkatan. Modal Aldi meningkat sebesar Rp 1.800.000 (60 persen dari kenaikan sebesar
Rp 3.000.000), dan modal Bayu meningkat sebesar Rp 1.200.000 (40 persen dari Rp
3.000.000). Persekutuan akan mencatat jurnal berikut untuk revaluasi tanah.

Tanah Rp 3.000.000

Modal, Aldi Rp 1.800.000

Modal, Bayu Rp 1.200.000

Revaluasi tanah persekutuan menjadi nilai pasar

Investasi Citra sebesar Rp 11.000.000 menjadikan modal persekutuan bernilai Rp


44.000.000, sebagai berikut:

Modal persekutuan AB sebelumnya Rp 30.000.000

Revaluaso tanah menjadi nilai pasar Rp 3.000.000

Investasi Citra Rp 11.000.000

Modal Persekutuan ABC Rp 44.000.000


Citra mengakuisisi seperempat kepemilikan pada modal yang dihasilkan dalam
pembentukan persekutuan ABC. Saldo modal Citra setelah revaluasi tanah, dihitung sebagai
berikut:

Bagaian sekutu baru atas modal = (Rp 30.000.000 + Rp. 3.000.000 + Rp 11.000.000) x
yang dihasillkan 0,25 = Rp 11.000.000

Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra ke dalam persekutuan adalah

Kas 11.000.000

Modal, Citra 11.000.000

Penerimaan Citra untuk seperempat kepemilikan modal di persekutuan.

Ketika tanah harus dijual, Citra akan berpartisipasi terhadap keuntungan atau kerugian
dengan dasar nilai buku yang baru sebesar Rp 7.000.000, yang merupakan nilai pasar tanah
pada saat penerimaannya dalam persekutuan. Seluruh kenaikan pada nilai tanah sebelum
penerimaan Citra adalah milik para sekutu lama.

Ilustrasikan Pengakuan Goodwill.

Sebuah sekutu yang masuk mungkin membayar lebih karena adanya goodwill yang
tidak tercatat, diindikasikan dengan tingginya profitabilitas persekutuan. Beberapa
persekutuan menggunakan perubahan keanggotaan sebagai peluang untuk mengakui
goodwill yang dihasilkan sekutu lama. Mencatat goodwill yang belum diakui dibolehkan
dalam akuntansi untuk persekutuan karena kebutuhan untuk menciptakan modal yang
sewajarnya sesama sekutu. Sebagaimana yang dibahas sebelumnya, hal ini adalah
pengecualian dari PSAK 48, tetapi kebutuhan informasi para sekutu dan tujuan tertentu dari
laporan keuangan persekutuan menyebabkan pengecualian ini memungkinkan.

Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan negosiasi antara sekutu lama
dan baru, dan berdasarkan estimasi laba di masa datang. Misalnya, sekutu lama dan baru
setuju bahwa, disebabkan karena upaya sekutu lama, persekutuan memiliki potensi
menghasilkan laba, dan goodwill senilai Rp 3.000.000 harus diakui berdasarkan fakta
tersebut. Nilai biaya perolehan investasi yang dinegosiasikan oleh sekutu baru akan
didasarkan sebagian kepada potensi menghasilkan laba tersebut. Alternatifnya, goodwill bisa
diestimasikan berdasarkan jumlah investasi sekutu baru. Misalnya, dalam kasus ini, Citra
melakukan investasi Rp 11.000.000 untuk seperempat hak kepemilikan; maka, dia harus
percaya bahwa jumlah modal persekutuan yang dihasilkan bernilai Rp 44.000.000 (Rp
11.000.000 x 4). Perkiraan goodwill adalah Rp 3.000.000, yaitu:

Langkah 1

25 persen dari estimasi modal yang dihasilkan Rp 11.000.000

Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (Rp11.000.000+ 0.25) Rp 44.000.000

Langkah 2

Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp 44.000.000

Jumlah aset neto tidak termasuk goodwill

(Rp30.000.000 + Rp11.000.000 investasi dari Citra) (Rp 41.000.000)

Estimasi goodwill Rp 3.000.000

Cara lain untuk melihat penciptaan goodwill pada saat penerimaan sekutu baru adalah
menggunakan Akun T untuk menggambarkan neraca persekutuan. Jika ada tambahan aset
neto, seperti pengakuan goodwill, harus diseimbangkan dengan penambahan modal, sebagai
berikut.

Neraca

Sebelum penerimaan Aset neto Rp 30.000.000 Modal Rp 30.000.000


Citra sebagai sekutu baru sekutu

Investasi sekutu baru Kas Rp 11.000.000 Modal baru Rp 11.000.000


berupa kas

Modal sebelum Rp 41.000.000 Rp 41.000.000


pengakuan goodwill

Estimasi goodwill baru Goodwill Rp 3.000.000 Modal dari Rp 3.000.000


goodwill

Total modal dihasilkan Aset neto Rp 44.000.000 Total modal Rp 44.000.000


dihasilkan
Karena nilai modal yang dihasilkan dari pembentukan Persekutuan ABC diestimasikan
(Rp 44.000.000), goodwill baru (Rp 3.000.000) adalah penyeimbang antara modal (Rp
41.000.000), yang termasuk investasi kas sekutu baru, dan estimasi modal yang dihasilkan
Persekutuan ABC (Rp 44.000.000).

Goodwill yang tidak dicatat diakui, dan modal sekutu lama dikredit untuk
meningkatkan nilai set. Penyesuaian terhadap modal dilakukan pada rasio laba atau rugi yang
telah ada pada saat goodwill dibangun. Hal ini akan meningkatkan modal Aldi sebesar 60
persen dari nilai goodwill dan modal Bayu sebesar 40 persen, Jurnal untuk mencatat goodwill
dan penerimaan Citra adalah sebagai berikut.

Goodwill Rp 3.000.000

Modal, Aldi Rp 1.800.000

Modal, Bayu Rp 1.200.000

Mengakui goodwill yang belum dicatat

Kas Rp 11.000.000

Modal, Citra Rp 11.000.000

Menerima Citra sebagai sekutu baru untuk seperempat bagian modal:

Rp44.000.000 x 0,25

Alasan lain mencatat goodwill karena sekutu baru menginginkan saldo modalnya sama
dengan Jumlah yang diinvestasikan. Investasi berdasarkan nilai pasar persekutuan, dan
supaya hal ini tercupat persekutuan harus melakukan menilai ulang saldo awal aset netonya
menjadi nilai wajar. Yang perlu dicatat adalah Rp 11.000.000 yang dikredit ke modal Citra
adalah seperempat dar Rp 44.000.000 modal yang dihasilkan Persekutuan ABC, sebagai
berikut:

Bagaian sekutu baru atas modal = (Rp 30.000.000 + Rp 11.000.000) x 0,25 = Rp


yang dihasillkan 11.000.000

Pada periode berikutnya, jika terdapat penurunan nilai pada goodwill, akan dibebankan
kepada laba persekutuan sebelum laba neto didistribusikan kepada para sekutu.
Konsekuensinya, distribusi laba Citra di masa datang bisa dipengaruhi oleh goodwill yang
diakui pada saat diterima ke dalam persekutuan.
Ilustrasi Metode Bonus

Beberapa persekutuan menolak mengakui goodwill dan revaluasi aset ketika jilat aku
diterimanya sekutu baru. Sebaliknya, mereka mengakui bagian dari investasi sekutu baru
sebagai bonus kepada sekutu lama untuk menyelaraskan saldo modal pada saat penerimaan
sekutu baru. Dalam kasus ini, nilai Rp 750.000 yang dibayarkan lebih oleh Citra adalah
bonus yang dialokasikan kepada sekutu lama pada rasio laba atau rugi mereka, yaitu 60
persen kepada Aldi dan 40 persen kepada Bayu. Persekutuan ABC menghasilkan saldo modal
senilai Rp 30.000.000 di awal, ditambah Rp 11.000.000 investasi dari Citra. Tidak ada modal
tambahan yang diakui melalui revaluasi aset. Nilai modal yang diakui oleh sekutu baru
adalah:

Bagaian sekutu baru atas modal = (Rp 30.000.000 + Rp 11.000.000) x 0,25 = Rp


yang dihasillkan 10.250.000

Jurnal yang dicatat dalam rangka penerimaan Citra sebagai sekutu adalah:

Kas Rp. 11.000.000

Modal, Aldi Rp. 450.000

Modal, Bayu Rp. 300.000

Modal, Citra Rp10.250.000

Penerimaan Citra dengan bonus kepada Aldi dan Bayu

Citra mungkin tidak menyukai metode bonus, karena saldo modalnya lebih rendah Rp
750.000 daripada saldo investasinya di persekutuan. Hal ini merupakan kelemahan dari
metode bonus.

Kasus 3. Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan

Ada kemungkinan bahwa seorang sekutu baru membayar lebih kecil dari proporsi
kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Misalnya, Citra melakukan investasi Rp
8.000.000 untuk seperempat kepemilikan modal di Persekutuan ABC. Langkah pertama
adalah membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsi nilai buku sekutu baru, sebagai
berikut:

Investasi pada persekutuan Rp 8.000.000

Proporsi nilai buku sekutu baru:


(Rp 30.000.000+ Rp 8.000.000) x 0,25 (9.500.000)

Selisih (Investasi Nilai buku) Rp 1.500.000

Fakta bahwa nilai investasi Citra lebih rendah dari nilai buku atas seperempat
kepemilikan pada persekutuan mengindikasikan persekutuan memiliki aset yang nilainya
terlalu tinggi atau sekutu lama mengakui bahwa Citra memiliki kontribusi nilai dalam bentuk
pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan persekutuan. Dalam kasus ini, Citra telah
menginvestasikan Rp 8.000.000 dalam bentuk kas dan sejumlah nilai tambah yang bisa
dianggap sebagai goodwill.

Seperti Kasus 2, dalam hal nilai investasi melebihi nilai buku yang diperoleh, terdapat
tiga alternatif pendekatan untuk mengakui diferensial ketika investasi lebih rendah dari nilai
buku yang diakuisisi. Ketiga pendekatan tersebut adalah:

1. Revaluasi nilai aset yang menurun. Pada alternatif ini adalah:


a. Nilai buku aset diturunkan untuk mencatat penurunan nilainya.
b. Modal sekutu lama diturunkan sebanding dengan kenaikan penurunan nilai
buku aset.
c. Modal persekutuan yang dihasilkan lebih rendah dari saldo modal awal
ditambah nilai aset yang diturunkan ditambah investasi sekutu baru.
2. Mengakui goodwill yang yang dibawa sekutu baru. Dengan metode ini adalah:
a. Goodwill dan keunggulan lain yang dibawa sekutu baru dicatat dan dimasukkan
ke dalam saldo modal sekutu baru.
b. Modal sekutu lama dibiarkan tidak berubah.
c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah
nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru ditambah investasi sekutu baru.
3. Menggunakan metode bonus.Dengan metode ini adalah
a. Sekutu baru mendapatkan botas dari modal sekutu lama, yang akan menurunkan
bagan bonus mereka yang nantinya dibayarkan kepada sekutu baru.
b. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah
investasi sekutu baru.

Ilustrasi Pendekatan Revaluasi Aset

Asumsikan Citra hanya membayar Rp 8.000.000 untuk seperempat kepemilikan pada


persekutuan Persediaan yang saat ini dicatat pada nilai buku sebesar Rp 14.000.000 memiliki
nilai wajar hanya Rp 8.000.000 karena beberapa mengalami kerusakan. Para sekutu setuju
untuk menurunkan nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum masuknya sekutu baru.
Penurunan nilai dialokasikan kepada sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi pada saat
terjadinya penurunan nilai yaitu 60 persen kepada Aldi dan 40 persen kepada Bayu.
Penurunan nilai dicatat sebagai berikut:

Modal, Aldi 3.600.000

Modal, Bayu 2.400.000

Persediaan 6.000.000

Revaluasi persediaan menjadi nilai wajar

Perhatikan bahwa jumlah nilai modal persekutuan sekarang telah diturunkan dari Rp
30.000.000 menjadi Rp 24.000.000 sebagai hasil dari penurunan nilai R p6.000.000. Bagian
Citra atas modal yang dihasilkan dari Persekutuan ABC, setelah penurunan nilai, dapat
dihitung sebagai berikut:

Bagaian sekutu baru atas modal = (Rp 24.000.000+ Rp 8.000.000) x 0,25 = Rp


yang dihasillkan 8.000.000

Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru dalam Persekutuan ABC adalah:

Kas 8.000.000

Modal, Citra 8.000.000

Penerima Citra ke dalam persekutuan

Nilai kredit modal tercatat milk Catra sama dengan investasinya karena jumlah nilai
modal persekutuan adalah Rp 32.000.000 (Rp 24.000.000 R p8.000.000) yang sekarang
mencerminkan nilai.

Ilustrasi Pencatatan Goodwill untuk Sekutu Baru

Para sekutu lama mungkin menawarkan seperempat kepemilikan modal di Persekutuan


ABC seharga investasinya, yaitu Rp 8.000.000, karena Citra memiliki pengalaman bisnis,
keahlian, jaringan pelanggan, reputasi, dan komponen goodwill Jainnya yang dia bawa ke
persekutuan. Jumlah goodwill yang dibawa sekutu baru biasanya ditentukan dari tiegosiasi
antara sekotu lama dengan calon sekutu baru. Misalnya, Aldi, Bayu, dan Citra setuju bahwa
kemampuan Citra akan menghasilkan laba. Mereka setuju bahwa Citta layak mendapatkan
Rp 2.000.000 goodwill ketika bergabung sebagai antisipasi laba yang akan dihasilkan Citra di
kemudian hari. Goodwill hasil negosiasi diakut dan ditambahkan ke dalam investasinya untuk
menentukan Jumlah modal yang akan dikredit.

Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru bisa diperkirakan dari
jumlah modal yang ditahan oleh sekutu lama Dalam kasus ini, sekutu lama menahan 75
persen kepemilikan pada persekutuan dan memberikan 25 persen kepada sekutu baru Nilai
dari 75 persen kepemilikan sekutu lama adalah Rp 30.000.000. investasi Citra sebesar Rp
8.000.000 ditambah goodwill setara dengan 25 persen sisanya. Nilai goodwill yang dibawa
oleh Citra dapat dihitung sebagai berikut:

Langkah 1

75 persen dari estimasi modal yang dihasilkan Rp 30.000.000

Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (Rp 30 000 000/0.75) Rp 40.000.000

Langkah 2

Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp 40.000.000

Jumlah aset neto tidak termasuk goodwil

(Rp 30.000 000 + Rp 8.000.000 investasi dari Citra) (38.000.000)

Estimasi goodwill Rp 2.000.000

Nilai goodwill yang diestimasikan untuk sekutu baru dihitung menggunakan informasi
dari kepemilikan sekutu lama. Dalam Kasus 2, estimasi goodwill kepada sekutu lama dibuat
dengan menggunakan informasi dari investasi sekutu baru Alasan perbedaan ini karena untuk
mengestimasi nilai goodwill haruslah menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Jika
akan mengestimasi goodwill sekutu baru, tidaklah logis menggunakan investasi berwujud
sekutu baru untuk mengestimasikan total investasi sekutu baru, termasuk goodwill. Hal ini
disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasi itu sendiri. Demikian pula ketika
goodwill dialokasikan kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal sekutu lama
untuk mengestimasikan nilai goodwill mereka. Kalimat yang paling mudah untuk mengingat
bagaimana mengestimasikan goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak
lawan, yaitu:
Gunakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama; gunakan
sekutu lama untuk mengestimasikan goodwill untuk sekutu baru.

Jurnal yang dicatat untuk penerimaan Citra sebagai sekutu baru di Persekutuan ABC
adalah:

Kas 8.000.000

Goodwill 2.000.000

Modal, Citra 10.000.000

Penerimaan Citra sebagai sekutu baru

Jumlah modal yang dihasilkan dari pembentukan Persekutuan ABC adalah Rp


40.000.000 dengan Aldi dan Bayu bersama-sama memiliki 75 persen dan Citra sebesar 25
persen.

Ilustrasi Metode Bonus

Penerimaan Citra sebagai sekutu baru dengan seperempat kepemilikan pada


Persekutuan ABC dengan investasi hanya Rp 8.000.000 dapat juga diperlakukan sebagai
bonus kepada Citra dari sekutu lama. Bonus senilai Rp 1.500.000 adalah selisih antara nilai
buku sekutu baru senilai Rp 9.500.000 dengan investasinya senilai Rp 8.000.000. Modal
sekutu lama berkurang Rp 1.500.000 secara proporsional berdasarkan rasio laba atau rugi
yaitu 60 persen dari Aldi dan 40 persen dari Bayu, dan akun modal Citra akan dikredit senilai
Rp 9.500.000, sebagai berikut.

Kas 8.000.000

Modal, Aldi 900.000

Modal, Bayu 600.000

Modal, Citra 9.500.000

Penerimaan Citra dalam persekutuan

Jumlah yang dikredit kepada modal sekutu baru adalah bagian kepemilikannya
terhadap total modal yang dihasilkan, yaitu:
Bagaian sekutu baru atas modal = (Rp30.000.000+ Rp8.000.000) x 0,25 = Rp9.500.000
yang dihasillkan

Ikhtisar dan Perbandingan atas Akuntansi Investasi Sekutu Baru

Figur 15-2 menyajikan jurnal yang dicatat untuk ketiga kasus yang dibahas. Selain itu,
saldo modal dan ketiga sekutu masing-masing setelah penerimaan Citra disajikan di sebelah
kanan jurnal. Berikut ikhtisar ketiga alternatif metode akuntansi untuk investasi dari sekutu
baru

Kasus 1. Investasi sekutu haru sama dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.

1. Modal sekutu baru yang dikredit sama dengan investasinya.


2. Dalam kasus ini tidak ada goodwill atau bonus yang diakui

Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.

1. Revaluasi aset atau pengakuan goodwill meningkatkan modal persekutuan yang


dihasilkan Peningkatan tersebut dialokasikan kepada sekutu lama dengan rasio laba
atau augi masing masing.
2. Setelah pengakuan revaluasi aset atau goodwill tidak tercatat, modal sekutu baru akan
sama dengan investasinya dan persentasenya pada total modal persekutuan yang
dihasilkan.
3. Dengan menggunakan metode bonus, modal persekutuan yang dihasilkan akan sama
dengan jumlah modal sekutu lama ditambah investasi dari sekutu baru. Modal yang
dikredit kepada sekutu baru lebih rendah dari investasinya tetapi sama dengan
persentasenya dengan modal persekutuan yang dihasilkan.

Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.

1. Dengan menggunakan pendekatan revaluasi aset, penurunan nilai aset akan


mengurangi modal sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi masing-masing, Modal
sekutu baru dikredit sebesar nilai investasinya.
2. Dengan metode goodwill, goodwill dialokasikan kepada sekutu baru, dan modal
persekutuan 2. yang dihasilkan meningkat. Modal sekutu baru akan dikredit sebesar
persentase kepemilikan terhadap modal persekutuan yang dihasilkan.
3. Metode bonus menghasilkan transfer modal dari mitra lama ke mitra baru. Modal
persekutuan yang dihasilkan akan sama dengan jumlah modal lama ditambah
investasi dari sekutu baru. Modal yang dikreditkan ke sekutu lebih besar daripada
investasi tetapi sama dengan persentase modal persekutuan yang dihasilkan.

Menentukan Biaya Investasi Sekutu Baru

Dalam pembahasan sebelumnya, nilai kontribusi dari sekutu baru telah tersedia. Dalam
beberapa situasi, akuntan diminta untuk menentukan jumlah investasi yang harus
dikontribusikan oleh sekutu baru. Prinsip dasar dari akuntansi untuk persekutuan
menyediakan sarana untuk menjawab pertanyaan ini. Misalnya, mari kita teruskan contoh
Aldi dan Bayu yang ingin memasukkan Citra sebagai sekutu baru. Modal sekutu lama adalah
Rp 30.000.000, dan para sekutu berkeinginan untu memasukkan Citra ke dalam persekutuan
dengan hak kepemilikan sebesar 25 persen.

Asumsikan bahwa sekutu lama, Aldi dan Bayu, menyetujui bahwa aset persekutuan
haria yang berh direvaluasi sehingga bertambah sebesar Rp 3.000.000 untuk mengakui
peningkatan nilai tanah yang dimiliki persekutuan. Pertanyaannya adalah berapakah investasi
yang harus dikontribusikan Citra kerusakan sebagai sekutu baru untuk seperempat hak
kepemilikan.

Ketika menentukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk mencatat total
modal persekutuan yang dihasilkan dan persentase kepemilikan yang masih ditahan sekutu
3
lama. Dalam contoh ini, sekutu lama mempertahankan kepemilikan pada persekutuan yang
4
dihasilkan, artiny 75 persen kepemilikan modal sebesar Rp 33.000.000, di mana Rp
30.000.000 berasal dari modal lama ditambah Rp 3.000.000 dari revaluasi tanah, sebagai
berikut.

75 persen total modal yang dihasilkan Rp 33.000.000

Total modal yang dihasilkan (100%) Rp 44.000.000

Dikurangi modal sekutu lama (33.000.000)

Kontribusi kas yang dibutuhkan bagi sekutu baru Rp 11.000.000

Perhitungan di atas adalah cara mudah lainnya untuk mengevaluasi proses penerimaan
sekutu baru seperti yang telah didiskusikan pada ilustrasi revaluasi aset pada Kasus 2.

Dalam beberapa kasus, jumlah bonus bisa ditentukan sebelum penentuan kontribusi kas
yang dibutuhkan dari sekutu baru. Misalnya, asumsikan bahwa Aldi dan Bayu setuju untuk
memberikan Citra bonus senilai Rp 1.500.000 untuk bergabung dengan persekutuan. Skedul
berikut menentukan jumlah investasi kas yang harus dibayarkan Citra sebagai sekutu baru.

Modal Aldi dan Bayu sebelumnya Rp 30.000.000

Dikurangi bonus yang diberikan atas penerimaan Citra (1.500.000)

Modal yang ditahan oleh Aldi dan Bayu (75%) Rp 28.500.000

Total modal yang dihasilkan

(Rp28.500.000+0,75) Rp 38.000.000

Dikurangi modal sekutu lama (28.500.000)

Modal yang dibutuhkan untuk sekutu baru Rp 9.500.000

Dikurangi bonus dari sekutu lama untuk sekutu baru (1.500.000)

Kontribusi kas yang dibutuhkan dari sekutu baru Rp 8.000.000

Contoh kedua ini adalah cara lain untuk menggambarkan metode bonus kepada sekutu
baru pada Kasus 3. Kuncinya adalah menentukan jumlah modal dari sekutu lama yang masih
ditahan pada persentase kepemilikan mereka pada modal persekutuan yang dihasilkan setelah
menerima sekuju baru. Kontribusi kas sekutu baru dapat dihitung secara sederhana dengan
menentukan jumlah modal yang akan dialokasikan kepadanya dan kemudian mengakui bonus
yang akan digunakan untuk menyelaraskan saldo modal.

Berhentinya Seorang Sekutu dari Persekutuan

Ketika seorang sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari asosiasi, maka persekutuan
tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin masih berkeinginan
melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan membeli semua
kepemilikan sekutu yang berbenti sebesar harga pembelian (buyout price). Harga pembelian
adalah jumlah estimasi jika, (1) aset persekutuan dijual pada harga sama dengan atau lebih
besar dari nilai likuidasi atau nilai yang menjadi dasar harga penjualan keseluruhan bisnis
yang terus berlangsung tanpa sekutu yang berhenti, dan (2) persekutuan diakhiri pada saat itu,
dan seluruh kewajiban persekutuan diselesaikan. Perhatikan bahwa goodwill dapat termasuk
dalam penilaian. Persekutuan harus membayar bunga kepada sekutu yang berhenti sejak
tanggal berhenti sampai dengan tanggal pembayaran. Dalam kasus berhentinya sekutu karena
ada pelanggaran, persekutuan dapat menuntut secara legal sekutu yang keluar atas kerusakan
atau kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran yang terjadi.

Dalam kasus di mana persekutuan menyetujui pemberhentian dan tidak ada kesalahan,
akuntan dapat membantu perhitungan harga pembelian kepemilikan. Ini penting untuk
menentukan seluruh kewajiban yang masih ada saat tanggal berhenti. Perjanjian persekutuan
dapat termasuk prosedur lain untuk digunakan pada kasus berhentinya sekutu, seperti
spesifikasi penilaian, proses akuisisi nilai sekutu baru yang dapat dialihkan, dan hal lain
terkait perubahan proses keanggotaan.

Beberapa persekutuan melakukan audit ketika terjadi perubahan dalam komposisi


sekutu Audit ini menghasilkan keakuratan nilai buku aset dan kewajiban. Terkadang,
kesalahan akuntansi ditemukan selama proses audit. Kesalahan tersebut harus diperbaiki dan
akun modal para sekutu harus disesuaikan berdasarkan rasio laba atau rugi yang ada pada
periode kesalahan ditemukan. Misalnya, jika audit mengungkapkan beban penyusutan tiga
tahun yang lalu sebesar Rp 4.000.000 lebih rendah dari seharusnya, kesalahan tersebut
diperbaiki dengan penyesuaian periode sebelumnya, dan dikenakan kepada saldo modal para
sekutu sesuai dengan penyesuaian atas proporsi kepemilikannya berdasarkan rasio laba atau
rugi tiga tahun yang lalu. Perhitungan harga pembelian ketika seorang sekutu berhenti dari
persekutuan dapat digambarkan dalam tiga skenario berikut.

1. Harga pembelian sama dengan saldo kredit modal sekutu.


2. Harga pembelian lebih besar dari saldo kredit modal sekutu
3. Harga pembelian lebih besar dari saldo kredit modal sekutu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Baker,Richard E., Lembake, Valdean C., King, Thomas E., Jeffrey, Cynthia G., Jusuf, Amir
Abadi., NPS, Sylvia Veronica., Wulandari, Etty Retno., Martani, Dwi. (2016).
Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia). Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai