Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

AKUNTANSI KEUANGAN
LANJUTAN I

PEMBENTUKAN &
PENGOPERASIAN PERSEKUTUAN
(Formation and Operation of Partnership)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi Bisnis S1 Akuntansi
02 01510001 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS

Abstrak Kompetensi
Materi ini membahas teori, konsep Mahasiswa mampu memahami dan
dan pencatatan akuntansi dalam menjelaskan sifat, regulasi dan
melaksanakan pembentukan dan perbedaan di antara berbagai jenis
pengoperasian suatu persekutuan persekutuan.
atau kemitraan. Mahasiswa mampu melakukan
perhitungan dan entri jurnal untuk
pembentukan dan pengoperasian serta
alokasi laba atau rugi persekutuan.
Definisi dan Karakteristik Persekutuan
Persekutuan adalah suatu bentuk kerja sama usaha yang merupakan gabungan dari
dua atau lebih individu/pihak yang menyetorkan modal masing-masing dengan tujuan
memperoleh laba dan membagikannya diantara pihak sesuai kesepakatan. Individu/pihak
yang terlibat dan menjadi anggota dalam persekutuan disebut sekutu/mitra. Persekutuan di
Indonesia seringkali disebut firma, sehingga anggota firma disebut juga firman.

Pendirian badan usaha dalam bentuk persekutuan/kemitraan menjadi pilihan yang


paling banyak dilakukan dalam melaksanakan suatu usaha. Hal ini dikarenakan adanya
kemudahan dalam persyaratan pendirian serta mengakomodasi potensi bagi pihak-pihak
untuk menggabungkan bakat dan keahlian dalam menjalankan suatu usaha tertentu. Oleh
karena itu, dimungkinkan pada pendirian persekutuan besarnya kepentingan dan
pembagian laba (rugi) tidak didasarkan semata pada besarnya nilai setoran modal sebagai
investasinya. Selain itu, dengan mendirikan persekutuan dimungkinkan juga memperoleh
kemudahan terkait penambahan modal daripada suatu usaha hanya dilakukan secara
perorangan saja.

Suatu persekutuan dapat dibentuk dengan mudah hanya dengan sebuah perjanjian
yang sifatnya lisan. Namun demikian, pada prakteknya sebaiknya perjanjian tertulis yang
disepakati dihadapan notaris haruslah menjadi dasar pendirian persekutuan. Hal ini
dilakukan agar terhindar dari berbagai hal yang tidak diinginkan dalam menjalankan bisnis di
kemudian hari. Selain itu, saat pendirian persekutuan/kemitraan dimungkinkan pihak-pihak
yang tidak memiliki modal berwujud (misal uang tunai atau aset fisik) dapat menggabungkan
diri dalam suatu kegiatan usaha dengan kesepakatan berupa setoran modal tidak berwujud
misalnya keahlian, bakat, jejaring, pengalaman, dll.

Suatu persekutuan memiliki perlakuan yang sama dengan badan usaha perorangan
terkait aspek perpajakan, yaitu laba usaha diperlakukan sebagai satu kesatuan dengan
penghasilan pemiliknya. Namun demikian, laba usaha persekutuan dikenai pajak sebagai
wajib pajak (WP) badan berbeda dengan laba usaha badan perorangan merupakan wajib
pajak orang pribadi (WPOP). Dipandang dari sudut penghematan pajak, suatu persekutuan
memiliki keunggulan dari sisi tarif pajak dibandingkan badan usaha perseorangan. Laba
usaha suatu persekutuan dikenai pajak sesuai dengan tarif pajak WP Badan dengan tarif
tertinggi sebesar 30%.

Selain itu, keduanya tidak diperkenankan memperhitungkan pengurangan biaya


berupa gaji pemilik dan pembagian laba. Hal ini berarti terjadinya aliran penghasilan
persekutuan kepada sekutu/mitra tidak dianggap sebagai terjadinya aliran penghasilan. Oleh
karena itu, ketentuan pajak tidak mengakui pengurangan berupa biaya gaji sekutu/mitra di

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


1 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
persekutuan. Namun sebaliknya, pendapatan berupa gaji oleh sekutu tidak dianggap
sebagai adanya pendapatan bagi si pemilik. Hal yang sama juga berlaku terhadap
pembagian laba yang diterima oleh sekutu/mitra. Ketentuan pajak mengakui bahwa
pendapatan sekutu/mitra dari persekutuan diperlakukan sebagai satu kesatuan dalam
penghitungan pajak penghasilan (PPh) atas laba usaha persekutuan. Hal ini berarti
tambahan kemampuan ekonomis dari usaha persekutuan yang hanya akan dikenai pajak
penghasilan (PPh) satu kali.

Karakteristik suatu bentuk persekutuan relatif berbeda dengan karakteristik dari


bentuk usaha lain (misalnya perseorangan atau perseroan), yaitu:
1. Keagenan melekat (Mutual agency) yaitu setiap sekutu/mitra dapat bertindak mewakili
sekutu laindalam persekutuan. Sekutu/mitra memiliki wewenang dan kemampuan
bertindak mengambil keputusan atas nama persekutuan saat melakukan suatu kontrak
bisnis yang sifatnya mengikat persekutuan secara keseluruhan dengan pihak atau
entitas ketiga.
2. Tanggung jawab tak terbatas (unlimited liability) yaitu setiap sekutu/mitra dimungkinkan
bertanggung jawab atas semua hutang persekutuan/kemitraan. Hal ini berarti pada saat
terjadi persekutuan mengalami kepailitan dan hutangnya tidak dapat tertutupi aset
persekutuan, maka dimungkinkan sekutu/mitra dituntut untuk menggunakan aset pribadi
untuk membayar hutang yang ada yang mungkin merupakan hasil persetujuan hutang
oleh sekutu/mitra lain.
3. Kepemilikan sekutu atas aset yang telah diserahkan kepada persekutuan menjadi milik
persekutuan. Hal ini berarti sekutu dipandang tidak lagi memiliki hak atas aset tersebut
maupun dianggap pemilik bersama-sama, pada saat asset tersebut diserahkan sekutu
sebagai setoran modal/investasinya.
4. Jangka waktu terbatas (limited life), yaitu persekutuan secara hukum keberadaanya
dinyatakan tidak berlaku lagi dan harus dibubarkan apabila terdapat
pergantian/perubahan dalam keanggotaan. Perubahan keanggotaan berdampak pada
terjadinya perubahan perjanjian yang artinya perjanjian persekutuan lama sudah tidak
berlaku lagi. Oleh karena itu, sebaiknya dalam akta perjanjian persekutuan
dicantumkan prosedur perubahan keanggotaan agar operasional dari persekutuan tidak
terganggu. Pembubaran persekutuan akibat berubahnya keanggotaan tanpa
menghentikan operasional persekutuan dikenal dengan istilah disolusi persekutuan
(dissolution of partnership). Selain itu, jangka waktu yang terbatas dapat pula
diakibatkan oleh adanya perjanjian persekutuan yang menginginkan seperti itu.
Misalnya, karena tujuan persekutuan telah tercapai, kegiatan usaha sudah tidak
menguntungkan, proyek sudah selesai, dll.

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
5. Pembagian laba (rugi) persekutuan bagi sekutu (participation on partnership profit or
loss), yaitu setiap sekutu mempunyai hak dalam pembagian laba (rugi) persekutuan.
Ketentuan tentang hal ini sebaiknya diatur dengan rinci dalam perjanjian persekutuan.
6. Hak untuk mengundurkan diri dari persekutuan (right to dispose in a partnership
interests), yaitu setiap sekutu mempunyai hak untuk melepaskan kepemilikannya dalam
persekutuan dengan cara menjual atau memindahkan investasi modalnya kepada orang
lain atau sekutu lain.

Persekutuan yang ada di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan jenis usaha dan
sifatnya. Bentuk Persekutuan berdasarkan jenis usahanya, dapat dibedakan menjadi :
1. Persekutuan Dagang (trading partnership), yaitu persekutuan yang usaha pokoknya
membuat, membeli dan menjual barang-barang
2. Persekutuan Jasa (services / non trading partnership), yaitu persekutuan yang usaha
pokoknya memberikan jasa-jasa sesuai dengan keahliannya.
Selain itu, bentuk Peresekutuan berdasarkan sifat usahanya, dapa dibedakan
menjadi :
1. Persekutuan Umum/Firma (general partnership), yaitu persekutuan yang didirikan
menggunakan nama bersama para sekutu dimana semua sekutu dapat bertindak atas
nama persekutuan dan kepadanya dapat dimintakan pertanggungjawaban terhadap
kewajiban-kewajiban persekutuan.
2. Persekutuan Terbatas (limited partnership), yaitu persekutuan yang dididirikan dengan
pembatasan terhadap aktivitas, tanggungjawab dan investasi yang dilakukan oleh salah
satu satu lebih sekutu tertentu. Sekutu yang bertanggung jawab penuh atas aktivitas
operasional dan kewajiban persekutuan disebut sekutu aktif (active/managing partner),
sedangkan, sekutu yang memiliki tanggung jawab terbatas atas aktivitas dan kewajiban
disebut sekutu diam (passive/silent partner).
3. Persekutuan Perseroan (joint stock partnership), yaitu persekutuan yang struktur
modalnya berupa saham-saham yang dapat dipindahtangankan. Perpindahtanganan
saham tidak boleh mengganggu kelanjutan usaha persekutuan dan tanggung jawab
sekutu/pemilik saham sifatnya sama dengan sekutu pada persekutuan umum.

Akuntansi Pendirian Persekutuan

Secara umum tidak ada perbedaan akuntansi sebuah persekutuan dengan


perusahaan biasa (perseroan), akan tetapi ada sedikit perbedaan khusus dengan
perusahaan biasa. Perbedaan yang ada hanyalah yang berhubungan dengan pembagian
laba dan permodalan. Pada suatu persekutuan, laba atau rugi selalu dibagi di antara para

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
sekutu sesuai dengan metode pembagian laba yang disepakati. Yang dimaksud pembagian
laba di dalam akuntansi adalah pemindahan saldo laba (rugi) persekutuan ke rekening/akun
modal masing-masing sekutu. Jadi pembagian laba tidak selalu diikuti dengan pembagian
kas atau aktiva yang lain. Modal sekutu pada dasarnya merupakan keseluruhan dari hak
para sekutu terhadap persekutuan.
Perbedaan utama antara modal persekutuan dengan modal perseroan terbatas (PT)
adalah dalam pengelompokkannya. Modal PT dikelompokkan berdasarkan sumbernya, yaitu
modal setoran (paid in capital), saldo laba (retained earnings), dan modal lain-lain.
Sedangkan, modal persekutuan dikelompokkan untuk masing-masing sekutu. Akun modal /
ekuitas persekutuan, yaitu perlu dilakukan pencatatan yang terpisah untuk masing-masing
sekutu atas akun- akun di bawah ini:
1. Akun Modal; terdiri dari akun modal yang sesuai dengan jumlah dan nama sekutu
masing-masing. Modal berasal dari setoran mula-mula (awal) sekutu, selanjutnya akan
bertambah dengan setoran tambahan modal dan pembagian laba serta berkurang
dengan pengambilan modal dan pembagian rugi. Rekening/akun modal akan didebit
apabila berkurang dan dikredit apabila bertambah. Dengan demikian transaksi yang
mempengaruhi rekening/akun modal adalah:
 Rekening modal akan didebit, jika terjadi transaksi: penarikan modal; pemindahan
saldo debit rekening prive; Bagian rugi (jika tidak ditutup ke rekening prive).
 Rekening modal akan dikredit, jika terjadi transaksi: Setoran modal mula-mula yang
dilakukan sekutu; Setoran tambahan modal; Pemindahan saldo kredit rekening prive;
Bagian laba (jika tidak ditutup ke rekening prive).
Pada lazimnya rekening modal akan bersaldo kredit, biasanya akan bersaldo debit jika
persekutuan menderita rugi yang sangat besar, keadaan seperti ini dapat terjadi dalam
likuidasi.
2. Akun Prive/Withdrawal, yaitu akun yang mencatat besarnya penarikan uang yang
dilakukan sekutu terhadap persekutuan. Akun ini akan mengurangi saldo akun modal
masing-masing sekutu pada akhir periode. Rekening ini akan didebit dan dikredit, jika
terjadi transaksi sebagai berikut:
 Rekening prive akan didebit jika terjadi pengambilan harta persekutuan untuk sekutu,
seperti: Pembayaran gaji sebagai pembagian laba; Pembayaran bonus sebagai
pembagian laba; Pembayaran bunga modal sebagai pembagian laba; Bagian rugi
yang harus ditanggung sekutu (jika tidak langsung ditutup ke rekening modal).
 Rekening prive akan dikredit dengan bagian laba (jika tidak langsung ditutup ke
rekening modal). Pada akhir periode saldo rekening prive ini akan dipindahkan ke
rekening modal sekutu yang bersangkutan, yaitu:

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
 Ke sisi debit, jika rekening prive bersaldo debit dan
 Ke sisi kredit, jika rekening prive bersaldo kredit.
Dengan demikian setelah tutup buku saldo rekening prive selalu 0 (nol). Oleh karena itu
dalam neraca akhir periode tidak ada rekening prive.
3. Akun Utang Piutang Sekutu (loan), sebenarnya rekening ini tidak termasuk rekening
modal, yang dapat berupa:
a. Utang kepada Anggota Sekutu (loan credit)
Pada neraca persekutuan, saldo rekening ini akan disajikan di dalam kelompok
pasiva, yaitu dalam elemen utang.
Rekening ”Utang Kepada Sekutu” akan didebit apabila utang kepada sekutu
berkurang, dan dikreditkan apabila utang kepada sekutu bertambah. Dalam hal
persekutuan dilikuidasi, maka saldo rekening ini ikut dipertimbangkan di dalam
menghitung bagian kas sekutu yang bersangkutan, yaitu menambah hak sekutu
yang bersangkutan.
b. Piutang kepada Anggota Sekutu (loan debit)
Pada neraca persekutuan, saldo rekening ini akan disajikan di dalam elemen aktiva,
yaitu di dalam kelompok piutang.
Rekening ini didebit apabila piutang kepada sekutu bertambah dan dikredit apabila
piutang kepada sekutu berkurang. Saldo rekening ini ikut diperhitungkan di dalam
menghitung bagian kas sekutu yang bersangkutan dalam hal dilikuidasi (yaitu
mengurangi hak sekutu yang bersangkutan).

Pendirian suatu persekutuan sebaiknya dilaksanakan secara legal formal dalam


sebuah perikatan antara dua pihak di atas kertas bermeterai yang ditandatangani di
hadapan notaris yang disebut akta pendirian persekutuan (article of copartnership). Seluruh
sekutu harus setuju dan menandatangani atas perjanjian persekutuan agar meminimalisasi
potensi konflik yang mungkin terjadi pada saaat pengoperasian persekutuan di masa depan.
Akta pendirian persekutuan harus mencakup hal-hal minimal antara lain sebagai
berikut:
1. Nama persekutuan dan nama para sekutu.
2. Jenis usaha dan jangka waktu perjanjian persekutuan,
3. Setoran modal awal dari masing-masing sekutu dan metode penerapan setoran modal
di masa 5issal,
4. Penjelasan lengkap tentang pembagian laba (rugi), termasuk gaji sekutu, bonus, limit
penarikan (limit prive/ withdrawal) dan rasio pembagian laba (rugi).
5. Prosedur yang digunakan tentang perubahan sekutu, baik penambahan sekutu baru
maupun berhentinya seorang sekutu.

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
6. Aspek-aspek lain dalam pengoperasian persekutuan, 6issal hak manajemen,
pemungutan suara atau metode akuntansi yang digunakan

Pendirian persekutuan dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:


1. Mendirikan persekutuan baru.
Pendirian dengan cara ini dapat dilakukan dengan investasi modal awal dalam
pendirian persekutuan baru berupa :
1. Setoran kas
Investasi awal setoran kas dicatat dalam akun modal msing-masing sekutu. Misalnya
Tn. Vitto dan Tn. Bondan masing-masing menginvestasikan Rp. 20.000.000,- dalam
persekutuan, maka pencatatan yang dilakukan persekutuan adalah :
Dr. Kas Rp. 40.000.000,-
Cr. Modal Tn. Vitto Rp. 20.000.000,-
Modal Tn. Bondan Rp. 20.000.000,-

Adakalanya timbul pula permasalahan dalam penilaian setoran kas dalam persekutuan,
yaitu jika para sekutu menyetujui bagian modal yang tidak sesuai dengan nilai investasi
kas yang dapat diidentifikasikan. Misalnya saja: Tn Vitto dan Tn Bondan sepakat
membagi sama besar rasio laba rugi persekutuan dimana Tn Vittograni
menginvestasikan kas sebesar Rp. 50.000.000,- sedangkan Tn Bondan sebesar Rp.
42.000.000,-
Kesepakatan tersebut menyiratkan bahwa Tn Bondan memberikan setoran aktiva tidak
berwujud yang dapat berupa bakat individu, relasi bisnis keahlian, koneksi bank,
kedekatan dengan sumber informasi, dll. Untuk mencatat transaksi tersebut, maka
persekutuan dapat melakukan dengan pendekatan metode bonus dan metode goodwill.
Jika metode bonus yang dipergunakan, maka aktiva tidak berwujud tidak dicatat pada
pembukuan persekutuan dan jurnalnya adalah:
dr. Kas Rp. 92.000.000,-
cr. Modal Tn Vitto Rp. 46.000.000,-
Modal Tn Bondan Rp. 46.000.000,-

Sedangkan jika metode goodwill yang dipergunakan, maka investasi kas Tn Vitto
sebesar Rp. 50.000.000 yang akan diakui untuk rasio laba (rugi) sebesar 50%.
Sehingga hal ini menyiratkan investasi total modal persekutuan haruslah terdapat
sebesar Rp. 100.000.000,- (yaitu dari Rp. 50.000.000,- ÷ 50%) dan timbul pengakuan
goodwill sebesar Rp. 8.000.000,- (Rp. 100.000.000,- dikurangi kas Rp. 92.000.000,-)
dan jurnalnya adalah:
dr. Kas Rp. 92.000.000
Goodwill Rp. 8.000.000

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
cr. Modal Tn Vitto Rp. 50.000.000,-
Modal Tn Bondan Rp. 50.000.000,-

Pemilihan kedua metode di atas didasarkan pada keputusan bersama para sekutu
sesuai penerimaan para sekutu dengan kondisi –kondisi yang terjadi akibat
digunakannya salah satu metode di atas.

2. Setoran aktiva non kas


Sangatlah penting untuk melakukan penilaian yang tepat terhadap aktiva selain kas dan
kewajiban yang disetorkan oleh masing-masing sekutu pada saat pendirian. Aktiva non
kas yang disetor dinilai berdasarkan nilai wajarnya yang mungkin diperlukan jasa penilai
atau teknik penilaian lainnya, sedangkan untuk kewajiban dinilai sebesar nilai sekarang
dari sisa arus kas yang akan dibayarkan di masa datang.
Hal ini berkaitan dengan pengakuan aktiva non kas yang disetor oleh masing-masing
sekutu akan menjadi harta persekutuan. Setiap laba (rugi) dari penggunaan atau
penjualan aktiva tersebut nantinya akan dibagikan berdasarkan rasio laba (rugi) sekutu,
sehingga perlu adanya pemisahan yang jelas antara setoran modal dan pinjaman yang
diberikan sekutu kepada persekutuan.

2. Merubah perusahaan perseorangan menjadi persekutuan


Sekutu yang menginvestasikan modalnya berupa neraca perusahaan perseorangan,
harus melakukan penilaian kembali atas aktiva dan kewajibannya ke nilai wajar atau
nilai pasar dan harus disetujui oleh para sekutu lainnya.
Masalah yang timbul dalam hubungannya dengan pembentukan persekutuan dengan
cara mengubah pemilikan perusahaan perseorangan yang sudah ada adalah 3
masalah:
1. Penilaian aktiva bersih yang disetor
Penilaian akan didasarkan pada taksiran nilai pasar yang disepakati oleh semua
sekutu. Di dalam aktiva ini termasuk juga aktiva tidak berwujud seperti goodwill
dan sebagainya jika ada. Selisih antara nilai buku dengan nilai yang disepakati
adalah hak pemilik perusahaan perseorangan yang bersangkutan.
2. Penentuan modal masing-masing sekutu
Penentuan modal masing-masing sekutu, besarnya setoran modal sekutu
adalah sama dengan jumlah aktiva bersih yang diserahkan kepada persekutuan
setelah dinilai kembali (dalam nilai ini termasuk juga aktiva tidak berwujud).
3. Pembukuan dan akuntansinya, dalam hubungannya dengan akuntansi dapat
digunakan 2 alternatif, yaitu:

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
a. Meneruskan buku-buku lama bahwa persekutuan akan melanjutkan buku-
buku yang telah dipakai oleh perusahaan perseorangan. Dalam alternatif ini
catatan yang harus dibuat oleh persekutuan meliputi:
 menyesuaikan saldo buku-buku yang lama ke nilai pasar yang telah
disepakati. Selisih antara nilai buku dengan nilai pasar dipindah ke
rekening modal sekutu yang bersangkutan.
 Mencatat setoran sekutu yang lain.
b. Menggunakan buku baru.
Jika menggunakan buku baru berarti buku-buku perusahaan perseorangan
ditutup dan pencatatan perusahaan persekutuan.
Penutupan buku-buku perusahaan perseorangan, dilakukan dengan
mendebit rekening-rekening utang dan modal serta mengkredit rekening-
rekening aktiva.
Pencatatan perusahaan persekutuan, dibuat oleh persekutuan sehubungan
dengan pembentukan persekutuan tersebut meliputi:
1. Mencatat setoran modal yang berupa perusahaan. Setoran ini akan
dicatat berdasarkan nilai yang telah disepakati.
2. Mencatat setoran sekutu yang lain
Kedua metode tersebut di atas akan menghasilkan laporan keuangan yang
sama pada persekutuan baru.

Ilustrasi untuk kasus tersebut di atas dapat diperlihatkan sebagai berikut:


• Tn Vitto dan Tn Bondan sepakat untuk mendirikan persekutuan ”Fa. Victory”
dengan kondisi dan persyaratan sebagai berikut:
1. Tn Vitto bersedia merubah perusahaannya menjadi persekutuan dengan
menyerahkan pembukuan dalam neraca perusahaannya sebagai investasi
dalam persekutuan.
2. Tn Bondan menginvestasikan kas dalam persekutuan sebesar Rp.
100.000.000,-
3. Neraca perusahaan Tn Vitto sebelum pendirian sebagai berikut:

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
Tn VITTO
NERACA
31 Desember 2016

Kas 64.800.000 Utang Usaha 96.600.000


Piutang Usaha 80.000.000 Modal Tn. Vitto 161.000.000
(-)Cadangan Piutang
Tidak tertagih (4.800.000)
Persediaan 85.600.000
Peralatan kantor 6.400.000
Aktiva tetap 48.000.000
(-)Akumulasi penyusutan (22.400.000)
Total 257.600.000 257.600.000

• Sebelum melaksanakan pendirian mereka sepakat melakukan penilaian kembali


dan perubahan terhadap neraca Tn Vitto, yaitu:
1. Seluruh uang diambil pemilik.
2. Piutang sebesar Rp. 4.000.000 dianggap tidak tertagih dan harus dihapus.
Cadangan piutang tidak tertagih ditetapkan 4% dari saldo piutang yang baru.
3. Persediaan dinilai kembali menjadi Rp. 106.400.000,-
4. Nilai pengganti aktiva tetap sebesar Rp. 60.000.000,- telah susut sebesar 50%
dan dicatat berdasarkan nilai yang masih baik sebesar Rp. 30.000.000
5. Tn Vitto diberikan goodwill atas reputasi perusahaannya sebesar Rp.
40.000.000,-
• Diminta: Buat jurnal atas transaksi tersebut di atas dan sajikan Neraca Fa. Victory
bila digunakan pencatatan dengan pembukuan baru dan pembukuan lama.

3. Merubah persekutuan menjadi persekutuan baru.


Pembahasan lebih lanjut atas topik ini, akan dibahas pada pembahasan perubahan
keanggotaan persekutuan (dissolution of partnership).

Akuntansi Operasi Persekutuan

Dalam pengoperasian persekutuan setelah pendirian maka semua transaksi dicatat


oleh persekutuan sebagaimana perusahaan pada umumnya. Namun demikian, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sesuai dengan karakteristik utama persekutuan
yaitu participation in partnership profit/loss yaitu masing-masing anggota mempunyai hak di
dalam pembagian laba atau rugi persekutuan secara adil.
Adil dalam hal ini adalah besarnya bagian masing-masing anggota sesuai dengan
besarnya kontribusi masing-masing sekutu di dalam menghasilkan laba. Agar konsep adil
dapat dicapai maka di dalam pembagian laba tersebut harus memperhatikan faktor-faktor

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
yang mempengaruhi besarnya kontribusi masing-masing sekutu di dalam menghasilkan
laba. Faktor-faktor tersebut meliputi modal, waktu yang diberikan kepada persekutuan dan
kemampuan pribadi yang lain.
Teori akuntansi yang mendasari pembagian laba atau rugi adalah teori pemilikan
(proprietary theory) yang menyatakan sebagai berikut:
1. Menurut pandangan pemilikan, kegiatan dan operasi perusahaan diinterpretasikan
berdasarkan pengaruhnya terhadap pemilik perusahaan. Apakah perusahaan
dioperasikan dalam bentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau
perseroaan.
2. Sudut pandang pemilikan melihat perusahaan dengan kacamata pemilik. Jadi,
walaupun pada kenyataannya suatu perseroaan mempunyai identitas hukum yang
berbeda, namun pandangan pemilikan melihat perseroan tersebut sebagai suatu
sarana dimana beberapa perusahaan melakukan kegiatan usaha bersama.
3. Pada umumnya, perseroan dianggap sebagai agen, wakil, atau sarana operasi bagi
setiap pengusaha atau pemegang saham. Oleh karena itu dalam persekutuan diatur
sebagai berikut:
1. Bunga atas hutang dipandang sebagai komponen perhitungan laba rugi;
2. Gaji untuk anggota dipandang sebagai pembagian laba, bukan sebagai
komponen perhitungan laba;
3. Persekutuan tidak dipandang sebagai satuan usaha kena pajak yang terpisah,
tetapi lebih merupakan suatu “saluran” laba bagi pemilik yang akan dikenakan
pajak penghasilan;
4. Dalam neraca persekutuan tidak ada rincian sumber modal pemilik.
5. Biaya pribadi sekutu tidak termasuk dalam biaya persekutuan. Akibatnya biaya
pribadi sekutu dibayarkan oleh aktiva sekutu dengan membebankannya kepada
akun prive yang akan ditutup ke akun modal sekutu bukan ikhtisar laba rugi.
Mengingat pentingnya dasar dan metode pembagian laba maka sebaiknya metode
pembagian laba tersebut diatur di dalam perjanjian persekutuan. Metode pembagian laba
rugi yang dapat dipakai antara lain:
1. Laba (rugi) dibagi sama besar;
2. Laba (rugi) dibagi dengan ratio tertentu;
3. Laba (rugi) dibagi menurut perbandingan modal;
Dasar yang digunakan adalah:
3.1. Investasi awal;
3.2. Modal awal suatu periode;
3.3. Modal akhir suatu periode;
3.4. Modal rata-rata;

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
3.5. Kelebihan modal di atas jumlah tertentu;
3.6. Kelebihan modal di atas modal rata-rata.
4. Laba (rugi) dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya di bagi
berdasarkan butir 1,2 atau 3;
5. Laba (rugi) dibagi dengan memperhitungkan gaji dan atau bonus dan sisanya di bagi
berdasarkan butir 1,2 atau 3;
6. Laba (rugi) dibagi dengan memperhitungkan bunga modal serta gaji dan atau bonus
dan sisanya dibagi menurut butir 1,2 atau 3.

Ilustrasi kasus untuk lebih mendapat pemahaman lebih lanjut berkaitan dengan
pengoperasian persekutuan adalah sebagai berikut:
 Selama tahun 2017 telah terjadi transaksi sebagai berikut:
1. Total Penjualan secara Kredit adalah sebesar Rp 83.725.000,-
2. Total Pembelian secara kredit adalah sebesar Rp 41.289.000,-
3. Penerimaan piutang dagang secara tunai sebesar Rp 47.215.000,-
4. Pembayaran hutang dagang secara tunai sebesar Rp 32.209.000,-
5. Pembayaran bunga pinjaman ke Bank sebesar Rp 3.600.000,-
6. Biaya Operasional sebesar Rp 6.820.000,-
7. Penyusutan untuk tahun 2000 Bangunan adalah 5 % dari nilai perolehan dan untuk
kendaraan adalah 25 % dari nilai buku.
8. Nilai persediaan pada 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp 17.239.000,-
 Atas dasar informasi di atas Saudara diminta untuk:
1. Jurnal transaksi tersebut di atas.
2. Buatlah laporan laba rugi dan neraca per 31 Desember 2017
3. Hitunglah distribusi pembagian laba dengan asumsi – asumsi sebagai berikut:
3.1. Dibagi sama besar
3.2. Dibagi berdasarkan perbandingan modal awal suatu periode
3.3. Diperhitungkan bunga modal sebesar 1 % per bulan.
3.4. Diperhitungkan gaji kepada anggota dengan perincian sebagai berikut:
a. Gaji untuk Ali Rp 150.000,- per bulan
b. Gaji untuk Badu Rp 125.000,- per bulan
c. Gaji untuk Caca Rp 175.000,- per bulan
Sisanya dibagi berdasarkan perbandingan modal awal suatu periode.
3.5. Diperhitungkan bunga modal, gaji dan bonus untuk Ali dengan dasar
perhitungan bonus adalah sebesar 25 % dari laba setelah dikurangi dengan
bunga modal, gaji dan bonus.
4. Susun laporan perubahan modal anggota per 31 Desember 2017

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
Laporan Keuangan Persekutuan
Seperti umumnya pada perusahaan, laporan keuangan disusun untuk badan usaha
yang berbentuk persekutuan terdiri dari:
1. Neraca, perbedaan utama dengan perusahaan biasa adalah pada sisi passiva (modal)
yang menonjolkan hak kepemilikan tiap-tiap sekutu melalui akun modalnya masing-
masing.
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
Bentuk laporan perubahan modal adalah sebagai berikut:
PERSEKUTUAN ................
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
PERIODE: ........................
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KETERANGAN MODAL A MODAL B MODAL C TOTAL
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saldo awal periode ............... ............... ................. ................
Penambahan:
Investasi ............... ............... ................ …............
Pendistribusian laba ................ .............. ............... …............
Total Penambahan
Pengurangan:
Penarikan modal
(Prive) ................ ............... .............. ….............
(Pembebanan Rugi) ............... .............. .............. ….............
Saldo akhir Periode -------------- -------------- -------------- ---------------
========================================================================
Laporan keuangan persekutuan dirancang untuk memenuhi kebutuhan 3 (tiga) pemakai
yaitu:
1. Sekutu, untuk merencanakan dan mengontrol harta dan aktivitas persekutuan serta
untuk membuat keputusan investasi pribadi atas persekutuan.
2. Kreditur, untuk mempertimbangkan permohonan kredit serta masalah-masalah kredit
lain yang berkaitan dengan persekutuan.
3. Fiskus, memastikan bahwa para sekutu telah membayar pajak penghasilan sesuai
dengan rasio laba (rugi) sekutu
Jurnal Pendistribusian laba:
Dr. Ikhtisar Laba Rugi XXXXX
Cr. Modal Sekutu A XXXXX
Modal Sekutu B XXXXX
Modal Sekutu C XXXXX

Apabila terbebani dengan rugi:


Dr. Modal Sekutu A XXXXX
Modal Sekutu B XXXXX
Modal Sekutu C XXXXX
Cr. Ikhtisar Laba rugi XXXXX

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
Pendistribusian bunga modal:
Dr. Ikhtisar Laba Rugi XXXXX
Cr. Modal Sekutu A XXXXX
Modal Sekutu B XXXXX
Modal Sekutu C XXXXX

Pendistribusian gaji kepada anggota:


Dr. Ikhtisar Laba Rugi XXXXX
Cr. Modal Sekutu A XXXXX
Modal Sekutu B XXXXX
Modal Sekutu C XXXXX

Pendistribusian bonus kepada anggota yang diangkat sebagai penanggungjawab


(managing partner):
Dr. Ikhitisar laba rugi XXXXX
Cr. Modal Sekutu (managing Partner) XXXXX

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka
Beams, F. A., Anthony, J. H., Bettinghaus, B., & Smith, K. A. (2016). Advanced accounting.
Pearson Education Limited 2018.
UU No. 36 Tahun 2008, Pasal 4, ayat 3

‘20 Akuntansi Keuangan Lanjutan I / 2020 Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Eriana Kartadjumena, Ph.D, Ak, CSRS http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai