NIP. 200809937
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta'ala yang telah
memberikan kemampuan untuk Penulis, sehingga dapat menyusun modul akuntansi keuangan
lanjutan 1, sebagai sebagai lanjutan dari pengantar akuntansi, akuntansi keuangan menengah.
Modul ini muncul adanya kebutuhan yang harus ada dengan acuan garis – garis Besar Program
Belajar (GBPB) yang mengikuti perkembangan dilapangan, sehingga Modul ini akan tetap up to
date. Isi Inti Pokok pada modul ini adalah agar mahasiswa/mahasiswi, pelajar maupun pengusaha
dan siapapun yang berminat dapat mudah memahami dan menguasai permasalahan bisnis yang
sangat komplek.
Penulis sangat sadar bahwa semua insane pasti mempunyai kelemahan-kelemahan oleh
karena itu penyusun menyadari dalam penyusunan modul ini masih ada kekurangan-kekurangan
baik dalam pemadatan materi maupun bahasa serta kelengkapan kasus, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan sumbang saran dari rekan-rekan yang membaca modul ini untuk dapat
menjadi modul yang lebih lengkap dan lebih baik. Besar harapan modul Akuntansi Keuangan
Lanjutan 1 ini dapat dijadikan modul pegangan para pembaca, sehingga dipakai oleh masyarakat
luas.
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................... ii
Bab I Usaha Persekutuan ...................................................................................................... 1
Bab II Pembagian Laba Rugi Persekutuan............................................................................ 15
Bab III Pembubaran Persekutuan ......................................................................................... 22
Bab IV Likuiditas Persekutuan ............................................................................................. 27
Bab V Joint Venture............................................................................................................. 37
Bab VI Penjualan Angsuran ................................................................................................. 44
Bab VII Penjualan Konsinyasi ............................................................................................. 78
Bab VIII Penggabungan Usaha ............................................................................................ 81
ii
BAB I
USAHA PERSEKUTUAN
C. Penggolongan Persekutuan
Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Persekutuan Firma ( Fa ), adalah :
1
Suatu usaha kerjasama yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan menggunakan nama
bersama dan semua sekutu dalam usaha tersebut bertanggung jawab penuh (dan biasanya ikut aktif)
mengelola perusahaan.
2. Persekutuan Komanditer ( cv ), adalah : Suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha di mana
salah satu atau lebih dari anggotanya bertanggung jawab terbatas.
a. Sekutu Aktif, adalah :
Sekutu yang ikut aktif mengelola perusahaan dan bertanggung jawab penuh dengan seluruh
harta pribadinya.
b. Sekutu Pasif (Silent Partner), adalah :
Sekutu yang hanya menyetor modal saja tanpa ikut mengelola perusahaan.
3. Joint Stock Company, adalah :
Persekutuan yang struktur modalnya terbagi atas saham-saham yang dapat dipindahtangankan.
Besarnya saham masing-masing sekutu didalam Joint Stock Company tidak menunjukkan besarnya
tanggung jawab sekutu yang bersangkutan melainkan hanya menunjukkan besarnya kepemilikan.
2
2. Bentuk persekutuan seperti firma juga lebih mudah dalam pembubarannya misalkan akan berubah
menjadi bentuk perseroan terbatas.
3. Bentuk persekutuan juga mempunyai kebebebasan dan keluwesan dalam menentukan bentuk
usahanya.
4. Kebebasan masing-masing sekutu dalam pengambilan keputusan.
5. Persekutuan hanya wajib melaporkan pajaknya tetapi bukan pembayar pajaknya karena yang
membayar pajak adalah para sekutu yang memperoleh laba persekutuan. Pajaknya berupa pajak
penghasilan.
Kelemahan Bentuk Usaha Persekutuan:
1. Tanggung jawab pribadi sekutu akan hutang perusahaan.
2. Kelangsungan hidup perusahaan biasanya terbatas karena ikut ditetukan oleh perjanjian dalam
pendirian persekutuan.
3. Kesulitan dalam memindahtangankan kepentingan pemilik.
1. Rekening “ Modal ”
Rekening modal menunjukkan besarnya hak modal sekutu yang bersangkutan. Modal
masing masing sekutu berasal dari setoran modal mula-mula. Selanjutnya akan bertambah dengan
setoran tambahan modal dan pembagian laba serta berkurang dengan pengambilan modal dam
pembgian rugi. Rekening modal akan didebit apabila berkurang dan dikredit apabila bertambah.
2. Rekening “ prive ”
Rekening prive juga diselenggarakan untuk tiap-tiap sekutu. Rekening akan didebit apabila
terjadi pengambilan harta persekutuan untuk sekutu. Sedangkan Rekening akan dikredit dengan
bagian laba ( apabila tidak langsung ditutup ke rekening modal ).
Pada akhir periode saldo rekening “ prive ” ini akan dipindah ke rekening “ modal ” sekutu yang
bersangkutan yaitu :
• Ke sisi debit, apabila rekening prive bersaldo debit.
• Ke sisi kredit apabila rekening prive bersaldo kredit.
Jadi setelah tutup buku saldo rekening prive selalu nol.
3. Rekening “ Utang Kepada Sekutu ”
Rekening ini akan di debit apabila utang kepada sekutu berkurang dan di kredit apabila
utang kepada sekutu bertambah. Dalam hal persekutuan dilikuidasi maka saldo rekening ini ikut
3
dipertimbangkan di dalam menghitung bagian kas sekutu yang bersangkutan. Di dalam neraca
saldo disajikan pada kelompok pasiva, yaitu utang.
LATIHAN: 1.1
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan
latihan berikut ini !
1) Apa yang dimaksud dengan Persekutuan dalam arti luas maupun dalam arti sempit ?
2) Apa saja yang menjadi ketentuan dalam perjanjian pendirian persekutuan?
3) Sebutkan jenis persekutuan !
4) Apa yang dimaksud dengan silent partner?
5) Sebutkan karakteristik utama dari persekutuan!
Pembentukan Persekutuan
A. Pembentukan Persekutuan Baru
Yaitu merupakan pembentukan persekutuan yang samasekali baru berdasarkan kesepatan
dua orang sekutu atau lebih.
Masing-masing sekutu menyetor modal untuk mendirikan perusahaan baru yang akan
dimiliki bersama. Setoran modal tersebut dapat berupa kas, aktiva nonkas atau bahkan aktiva
tidak berujud seperti kemampuan lebih yang dimiliki oleh seorang sekutu diatas kemampuan
sekutu yang lain. Bila aktiva berupa non-kas maka penilaian besarnya modal harus dengan
persetujuan masing-masing sekutu agar mendapatkan nilai yang wajar dan memenuhi prinsip
keadilan sehingga biasanya digunakan nilai pasarnya yang wajar. Penurunan nilai aktiva juga
harus ditetapkan secara bersama.
Bila terdapat kemampuan lebih dari sekutu maka perlakuan terhadap kemampuan lebih
yang dimiliki sekutu ada 2 metode pengakuan modal yaitu:
1. Metode Bonus
2. Metode Goodwill
Metode Bonus :
Di asumsikan bhw jumlah Setoran modal mula-mula = jumlah rerata modal mula-mula
Metode Goodwill
Mengasumsi bhw jumlah setoran modal mula-mula = jumlah rerata modal mula-mula di+
goodwill yang diakui
4
A.1. Setoran Modal berupa Kas (contoh dan penyelesaiannya)
Tuan Artha & Tuan Graha sepakat mendirikan usaha persekutuan firma dengan nama
“GATRA ”. Sebagai setoran awal masing-masing sekutu menyetorkan sbb :
Artha : Sebesar Rp 240.000.000 sedangkan Graha sebesar Rp 200.000.000).
a) Bagaimana pengakuan dan pencatatan setoran modal awal pendirian persekutuan tersebut dengan
menggunakan metode bonus dan metode goodwill? Buatlah juga jurnal yang diperlukan!
Jawab A.1. :
a) Jurnal untuk Setoran Modal ke Fa. GATRA dalam Rp
Bila dalam pendirian persekutuan tidak ada ketentuan proporsi pengakuan modal di dalam
perjanjian, maka proporsi pengakuan modal dengan metode bonus besarnya dibagi rata (dibagi
sama besar). Dengan demikian penyelesaian soal A.1 adalah:
Masing-masing modal diakui sebesar Rp 220.000.000,- (440.000.000 ÷ 2) oleh karena pengakuan
modal dalam Fa. GATRA dengan menggunakan metode Bonus maka perhitungannya seperti
berikut:
b) Pengakuan Modal dengan Metode Bonus
5
Jurnal untuk mencatat besarnya goodwill
Goodwill 40.000.000,-
Modal Graha 40.000.000,-
Demikian contoh sederhana tentang pembentukan persekutuan (Fa) dengan setoran modal
awalnya berupa uang kas. Dalam contoh ini juga telah dijelaskan bagaimana kita melakukan
perhitungan dan perekayasaan pencatatan apabila salah satu dari anggota sekutu mempunyai
kemampuan lebih dalam persekutuan, sehingga pengakuan modal-nya terhadap setoran modal para
sekutu dapat diakui dengan menggunakan 2 metode yaitu Bonus dan Goodwill.
Sub pembahasan berikutnya adalah pembentukan Fa. dengan setoran modal awalnya
berupa Aktiva Non-kas. Apabila penyetoran modalnya berupa aktiva non-kas maka penilaian
besarnya modal harus memenuhi prinsip keadilan dan biasanya di nilai berdasarkan harga pasar
yang wajar. Berikut adalah contoh sederhana mengenai penyetoran modal berupa aktiva non-kas.
A.2. Penyetoran Modal berupa Aktiva Non-Kas (contoh dan penyelesaiannya)
Bapak Upin & Ipin mendirikan usaha dengan nama “PT. MAKMUR”. Masing-masing
menyetorkan modal: Upin berupa uang tunai (Kas) Rp 150.000.000.- dan Ipin berupa Gedung,
Tanah dan Truk dengan nilai Rp 225.000.000,-; Rp 160.000.000,- dan Rp 175.000.000,-.
Dari informasi ini Saudara diminta (a) menyusun bagaimana cara mengakui setoran modal
awal pendirian persekutuan tersebut apabila menggunakan metode bonus dan metode goodwill?
(b) buatlah jurnal yang diperlukan dan Neraca awal atas setoran perdirian firma tersebut!
Jawab A.2. :
a). Jurnal untuk mencatat setoran Modal Upin dan Ipin ke PT MAKMUR adalah (Rp)
Kas 150.000.000,-
Gedung 225.000.000,-
Tanah 160.000.000,-
Truk 175.000.000,-
Modal Upin 150.000.000,-
Modal Ipin 560.000.000,-
6
b). Jumlah Setoran 710.000.000 710.000.000 0 Pengakuan
Modal
dengan Metode Bonus
Neraca awal atas setoran modal Upin dan Ipin : (metode bonus)
Neraca PT. “MAKMUR ”
Aktiva Pasiva
Tanah 160.000.000,-
Truk 175.000.000,-
c). Pengakuan
Modal dengan
Total Aktiva 710.000.000,- Total Pasiva 710.000.000,-
Metode
Goodwill
7
Jumlah Setoran 710.000.000 1.120.000.000 140.000.000
8
Contoh Soal Pendirian Persekutuan Yang Sudah Ada:
Pada awal tahun 2001 Upin dan Ipin sepakat mendirikan Persekutuan “Murah Rejeki”. Upin sudah
mempunyai perusahaan perseorangan “Sumber Rejeki” yang bergerak di bidang servis dan perawatan
kendaraan bermotor dan akan menggunakan aktiva bersih perusahaan perseorangan tersebut sebagai setoran
modal. Sedangkan Ipin akan menyetor modal berupa kas sebesar Rp 375.000.000,- untuk mendirikan
persekutuan baru. Neraca perusahaan perseorangan Upin pada saat itu sebagai berikut:
Perusaha Jasa “Sumber Rejeki”
Neraca per 31 Desember 2000
(dalam Rp)
Aktiva:
Kas 37.500.000
Piutang Dagang 45.000.000
Persediaan Brg. Dagang 52.500.000
Tanah 42.000.000
Gedung 37.500.000
Akumulasi Penyusutan 22.500.000
15.000.000
Mebel dan Peralatan 22.500.000
Akumulasi Penyusutan 12.000.000
10.500.000
Total Aktiva 202.500.000
Pasiva :
Utang Bank 82.500.000
Modal 120.000.000
Total Pasiva 202.500.000
Dalam hubungannya dengan setoran Upin tersebut telah disepakati adanya penyesuaian sebagai berikut :
1. Cadangan kerugian piutang diakui sebesar 10 % dari saldo piutang dagang.
2. Persediaan barang dagangan dinilai berdasarkan nilai pasarnya yaitu Rp 60.000.000
3. Diakuinya adanya goodwill sebesar Rp 15.000.000
4. Nilai tanah disepakati sebesar Rp 75.000.000
5. Diakuinya adanya utang biaya sebesar Rp 6.000.000
Pertanyaan:
a) Atas transaksi tersebut diatas buatlah Neraca dan pencatatan pembentukan persekutuan dengan
metode pembukuan lama (metode pembukuan melanjutkan pencatatan persekutan lama)?
9
b) Atas transaksi tersebut diatas buatlah Neraca dan pencatatan pembentukan persekutuan dengan
metode pembukuan baru?
Jawab B.1. :
a) Pengakuan Modal Pendirian Persekutuan “Murah Rejeki” Menggunakan Metode Buku Lama:
√ Persediaan :
- Nilai Pasar Persd. Brg. Dagangan 60.000.000
- Nilai Buku 52.500.000
Kenaikan nilai persd. Brg Dagangan 7.500.000
√ Tanah :
- Nilai Pasar Tanah 75.000.000
- Nilai Buku 42.000.000
Kenaikan nilai Tanah 33.000.000
Dengan demikian untuk mengakui adanya penilaian kembali (revaluasi) atas aktiva tetap
yang diserahkan Upin tersebut kita diwajibkan mencatat dan menilai kembali untuk rekening
persediaan barang dagangan, Tanah, goodwill serta cadangan kerugian piutang dan utang.
Sekaligus mencatat setoran Ipin berupa kas. Dan dalam metode pembukuan lama ini , neraca dari
persekutuan baru yang mereka dirikan merupakan gabungan antara nilai aktiva perusahaan lama +
penyesuaian + setoran modal sekutu baru, yaitu sebagai berikut:
10
Perusaha Jasa “Murah Rejeki”
Neraca per 1 Januari 2001
b) Pengakuan Modal Pendirian Persekutuan “Murah Rejeki” Menggunakan Metode Buku Baru :
Pertanyaan dan Latihan
Untuk memperluas cakrawala pemahaman saudara mengenai materi pembentukan persekutuan,
silahkan mengerjakan latihan berikut ini !
1. Apa yang dimaksud dengan“Ownership of an Interest in a Partnership”?
2. Apa yang dimaksud dengan “Right to Dispose of Partnership Interest”?
3. Sebutkan cara pembentukan persekutuan !
4. Apa perbedaan pembentukan persekutuan antara metode goodwill dengan metode bonus?
5. Tiga orang yaitu Doni, Endah (keduanya bekas foto model) dan Ferdy 2001 mendirikan
persekutuan yang usahanya berupa foto studio bernama “ MODEL “. Mereka menyetorkan modal,
masing-masing:
• Doni Rp 12.500.000 dan kursi dengan nilai buku Rp 3.000.000 dan nilai pasar Rp 5.000.000
• Endah Rp 15.000.000 dan peralatan foto dengan nilai buku Rp 2.500.000 dan nilai pasarnya
Rp 4.500.000.
• Ferdy Rp 2.000.000 dan Ruko dengan nilai buku Rp 20.000.000 namun nilai pasarnya Rp
23.000.000
Berapakah besarnya setoran modal yang diakui bila persekutuan yang akan didirikan
menggunakan metode bonus? Buatlah laporan pengakuan setoran dan jurnal untuk setiap transaksi
yang berkaitan dengan setoran modal tersebut dan neracanya setelah ada pemberian bonus!
6. Tiga orang yaitu Andi, Beni, dan Cindy pada tahun 1991 mendirikan persekutuan yang usahanya
berupa café bernama “ MOGE “. Mereka menyetorkan modal sebesar:
11
•Andi Rp. 10.500.000 dan kursi dengan nilai buku Rp. 3000.000 dan nilai pasar Rp. 4000.000.
•Beni Rp. 13.000.000 dan peralatan dapur dengan nilai buku Rp. 2500.000 dan nilai pasarnya
Rp. 4500.000.
• Cindy Rp. 1000.000 dan tanah dan bangunan dengan nilai buku Rp 19.000.000 namun nilai
pasarnya Rp. 21.000.000.
Berapakah besarnya setoran modal yang diakui bila persekutuan yang akan didirikan
menggunakan metode goodwill? Buatlah laporan pengakuan setoran, jurnal untuk setiap
transaksi yang berkaitan dengan setoran modal tersebut dan neracanya setelah ada pengakuan
goodwill!
7. Perhatikan neraca dari perusahaan dagang di bawah ini!
Perusahaan dagang “ SANTOSO”
Neraca Per 31 Desember 2000
Aktiva :
Kas 45.000.000
Piutang Dagang 77.500.000
Cad. Kerugian Piutang (5.000.000)
18.000.000
Pasiva :
Utang Bank 112.500.000
Modal Burhan 158.000.000
Pada 10 Januari 2001 Tuan Burhan dan Tuan Teddy sepakat untuk mendirikan persekutuan baru
dengan nama “RUKUN SANTOSO”. Tuan Burhan sebelumnya telah memiliki perusahaan perorangan
dengan neraca seperti diatas dan Tuan Teddy akan menyetorkan modal berupa kas sebesar Rp.
170.000.000. Bila kemudian terdapat beberapa hal untuk penyesuaian berikut:
1. Cadangan kerugian piutang perlu diakui sebesar 10% dari saldo piutang dagang.
2. Persediaan dinilai dari nilai pasarnya sebesar Rp. 50 juta,
3. Diakui adanya goodwill yang timbul dari usaha yang dijalankan selama ini sebsar Rp. 15 juta.
4. Nilai tanah dinilai kembali seharga Rp. 45 juta. Diakui adanya hutang gaji sebesar Rp 7 juta.
Buatlah system pencatatan secara lengkap untuk mendirikan persekutuan “RUKUN SANTOSO”
dengan metode pembukuan lama (berdasarkan neraca perusahaan “SANTOSO” milik Tuan Burhan).
12
RANGKUMAN:
• Pengakuan setoran modal dengan metode bonus maka penghitungannya = total modal sekutu
dibagi banyaknya sekutu.
Besarnya bonus = sebelum memperoleh bonus dikurangi setelah memperoleh bonus.
• Pengakuan setoran modal dengan metode goodwill maka penghitungannya modal masing-
masing sekutu dinaikkan sebesar setoran modal tertinggi sehingga besarnya goodwill =
setelah pengakuan goodwill dikurangi modal masing-masing sebelumnya.
• Pembentukan persekutuan dimana salah satu sekutunya sudah mempunyai perusahaan
sebelumnya: Pencatatan akuntansinya dengan metode pembukuan lama maka harus
melakukan penyesuaian terhadap penilaian kembali aktiva non-kasnya, kemudian langsung
menambahkan dalam neracanya.
TES FORMATIF 1
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan !
1) Berikut ini yang bukan merupakan prinsip pemilikan dan pengelolaan bersama,adalah:
A. Pemilikan bersama dari persekutuan
B. Bila ada resiko ditanggung bersama
C. Bila memperoleh laba dibagi bersama
D. Silent Partner tidak memperoleh laba, hanya gaji saja.
E. Tidak ada jawaban yang benar
2) Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan ketentuan yang diatur di dalam perjanjian persekutuan
adalah:
A. Ketentuan mengenai Sekutu
B. Ketentuan mengenai Pembagian Hutang.
C. Ketentuan mengenai Pembagian Laba
D. Ketentuan mengenai Permodalan
E. Tidak ada jawaban yang benar
3) Karakteristik persekutuan adalah umurnya terbatas, hal ini disebut juga:
A. Unlimited Liability
B. Mutual Liability
C. Limited Life
D. Mutual Agency
E. Tidak ada jawaban yang benar
4) Karakteristik persekutuan yang menyebutkan “ Participation on Partnership Profit”, artinya adalah:
A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.
B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor.
C. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja
D. Masing-masing sekutu berpartisipasi sebagai agen (wakil)
E. Tidak ada jawaban yang benar
5) Karakteristik persekutuan yang menyebutkan “Mutual Liability”, artinya adalah:
A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan
B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor
C. Tanggungjawab terhadap utang persekutuan adalah pada sekutu-sekutunya
D. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja
E. Tidak ada jawaban yang benar
6) Yang menyebabkan modal persekutuan dicatat disisi kredit adalah:
A. Penambahan Piutang
13
B. Penambahan modal dan pembagian laba
C. Transaksi Prive
D. Penambahan hutang
E. Tidak ada jawaban yang benar
7) Berikut ini pernyataan yang benar mengenai cara mendirikan persekutuan dengan mengubah
pemilikan perusahaan perseorangan yang sudah ada:
A. Pengakuan Aktiva Bersih yang disetor
B. Pembukuan Hutang masing-masing sekutu
C. Penilaian Modal masing-masing sekutu
D. Penentuan modal masing-masing sekutu
E. Tidak ada jawaban yang benar
8) Yang menyebabkan rekening Prive di dalam persekutuan dicatat disisi debet adalah, kecuali:
A. Penerimaan laba persekutuan
B. Pembayaran gaji sebagai pembagian laba
C. Pembayaran bonus sebagai pembagian laba
D. Bagian rugi yang harus ditanggung sekutu
E. Tidak ada jawaban yang benar
9) Apabila Avin dan Huges mendirikan persekutuan Gono-Gini dengan perbandingan modal 1: 3
dengan total modal Rp. 600 juta apabila kemudian masuk sekutu baru Reza yang menyetor modal
Rp. 240 juta maka besarnya modal bila diakui dengan metode bonus adalah sebesar:
A. Rp. 240 juta
B. Rp. 300 juta
C. Rp. 270 juta
D. Rp. 280 juta
E. Tidak ada jawaban yang benar
10) Apabila Avin, Huges dan Reza yang mendirikan persekutuan Gono-Gini tersebut diatas (no.9),
Modalnya diakui dengan metode goodwill. Atas masuknya Reza sebagai sekutu baru maka besarnya
goodwill Reza adalah:
A. Rp. 50 juta
B. Rp. 60 juta
C. Rp. 40 juta
D. Rp. 55 juta
E. Tidak ada jawaban yang benar
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Jawaban yang benar dalam diskusi kelas dan refensi buku, dan
hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan dalam materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus
14
BAB II
PEMBAGIAN LABA - RUGI PERSEKUTUAN
Pendahuluan
Karakteristik utama yang kelima dari persekutuan adalah participation in partnership profit maka
laba rugi persekutuan harus dibagi kepada para sekutu secara adil, artinya adil dalam pembagian laba
kepada masing-masing sekutu disesuaikan dengan kontribusinya baik berupa waktu, modal dan
kemampuan pribadi dalam menghasilkan laba.
Di samping itu adil juga berarti tidak ada perbedaan yang mencolok dari besarnya masing-masing
bagian rugi-laba yang diberikan kepada sekutu. Oleh karena itu diperlukan metode penghitungan untuk
pembagian laba-rugi yang disepakati bersama. Selanjutnya metode-metode yang dapat digunakan akan
dibahas ke dalam dua bagian atau topik, yaitu:
1. Macam-macam Metode Pembagian Laba
2. Metode Pembagian Laba dengan Penghitungan Khusus
Tujuan yang ingin didapat dari pembelajaran dari materi ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami prinsip pembagian laba-rugi persekutuan dan latar
belakangnya.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan dan memahami 3 metode yang dapat digunakan dalam pembagian
laba-rugi persekutuan.
3. Mahasiswa dapat menghitung, menjurnal serta menyusun laporan pembagian laba dengan
masingmasing metode yang ada.
Metode Pembagian Laba
A. Pengertian Metode Pembagian Laba
Metode pembagian laba adalah metoda atau cara yang digunakan untuk dasar penghitungan
pembagian laba. Ada berbagai macam Metode Pembagian Laba yang digunakan:
1. Laba dibagi sama
2. Laba dibagi dengan rasio tertentu
3. Laba dibagi menurut perbandingan modal
4. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dibagi menurut metode 1,2, atau
3.
5. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi menurut metode
1,2 atau 3
6. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal serta gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi
menurut metode 1,2 atau 3
15
2. Laba Dibagi Dengan Rasio Tertentu (Kasus 2)
Misalnya : Sekutu A = Rp 51.000.000
Sekutu B = Rp 54.000.000
Sekutu C = Rp 45.000.000
Rp 150.000.000
Laba atau rugi persekutuan dibagi dengan rasio 3 : 4 : 3, dengan laba Rp 9.000.000 Maka :
Sekutu A = 30 % x Rp 9.000.000 = Rp 2.700.000
Sekutu B = 40 % x Rp 9.000.000 = Rp 3.600.000
Sekutu C = 30 % x Rp 9.000.000 = Rp 2.700.000
Untuk menguji pemahaman Saudara mengenai metode pembagian laba rugi (cara ke 3) ini,
silakan saudara mengerjakan latihan berikut ini. (Cermatilah cara menghitung dan
analisisnya seperti “Clue” yang ada ditabel tersebut)
LATIHAN 1
Perhatikan rekapitulasi saldo modal sekutu X, Y dan Z pada Tahun 2000 di bawah ini, untuk
menjawab soal no. 1 sampai dengan 4!
Sekutu Periode Saldo Modal
1/1-1999 Rp. 64.000.000
Sekutu X 1/5-1999 Rp. 70.000.000
1/9-1999 Rp. 75.000.000
1/1-1999 Rp. 64.000.000
Sekutu Y
1/7-1999 Rp. 74.000.000
1/1-1999 Rp. 60.000.000
Sekutu Z 1/4-1999 Rp. 70.000.000
1/8-1999 Rp. 80.000.000
Laba yang dibagi pada akhir tahun 1999 adalah sebesar Rp 25.000.000
16
1. Berdasarkan tabel di atas hitunglah pembagian rugi-laba persekutuan X, Y dan Z berdasarkan saldo modal
awal!
2. Berdasarkan tabel di atas hitunglah pembagian rugi-laba persekutuan X, Y dan Z berdasarkan saldo modal
akhir!
3. Bila ada tambahan informasi sebagai berikut: Bunga modal 10%, Gaji perbulan X, Y dan Z masing-masing
Rp. 600.000, Rp. 600.000, dan Rp. 750.000, Bonus 5% untuk X karena prestasi kerjanya. Pembagian laba
perusahaan pada akhir tahun 1999 meningkat menjadi Rp. 50.000.000, maka:
3.1. Hitunglah pembagian laba mereka setelah bunga modal, gaji dan bonus mereka dengan metode rasio
modal rata-rata.
3.2. Buatlah laporan perubahan modal bila diketahui prive X, Y dan Z masing-masing Rp.5.000.000, Rp.
6.500.000, dan Rp. 6.500.000.
4. Buatlah jurnal dari semua transaksi akuntansi dari soal no. 3 dan laporan perubahan modalnya!
Besarnya bagian laba masing-masing sekutu adalah sama dengan bunga modal ditambah bagian
sisanya. Apabila setelah diperhitungkan bunga tersebut menjadi minus, yang berarti rugi, maka
besarnya bagian laba masing-masing sekutu adalah sama dengan bunga modal dikurangi denganbagian
sisa rugi. Bunga modal ini hanya sebagai alat pembagian laba saja, sehingga tidak mempengaruhi
besarnya laba
2. Laba dibagi dengan memperhitungkan Gaji dan/ atau Bonus
Di dalam metode ini laba yang ada dikurangi gaji dan atau bonus terlebih dahulu baru kemudian
sisanya dibagi menurut laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio modal.
17
sehingga sisa tersebut dapat positif maupun negatif. Bila negatif berarti mengalami rugi riil
meskipun sebenarnya ada laba namun setelah dikurangi gaji dan bonus menjadi rugi karena gaji dan
bonusnya terlalu besar. Gaji biasanya dihitung dalam satuan waktu satu tahun (disetahunkan)
sedangkan bonus dihitung dengan prestasi atau berdasarkan setoran modalnya.
3. Laba dibagi dengan memperhitungkan Bunga Modal, Gaji dan/ atau Bonus
Dalam metode ini pertama-tama laba dikurangi bunga modal, gaji dan bonus (gabungan metode 1
dan 2) kemudian sisanya dibagi menurut metode laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio
modal. Dalam metode ini, semua faktor yang menentukan besarnya andil masing-masing sekutu di
dalam menghasilkan laba atau rugi. Perubahan metode pembagian laba ini harus disetujui oleh para
sekutu.
Contoh Soal:
Perhatikan tabel Fa “X” tentang rekapitulasi setoran modal masing-masing sekutu menurut periodenya
Periode setoran Sekutu X Sekutu Y Sekutu Z
1 Jan 2001 55.000.000 65.000.000 60.000.000
1 April 2001 60.000.000 - -
1 Juni 2001 65.000.000 70.000.000 60.000.000
1 Agustus 2001 75.000.000 72.000.000 75.000.000
1 Sept 2001 - 78.000.000 -
Apabila dalam satu tahun operasi Fa “X” memperoleh laba sebesar Rp 36.000.000,- maka
Hitunglah :
1. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode rasio tertentu!
2. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode modal awal!
3. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode modal akhir!
4. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode modal rata-rata!
5. Buatlah jurnal untuk pencatatan laba dengan metode rata-rata!
6. Buatlah laporan perubahan modal setelah penentuan laba berdasarkan metode rata-rata!
Jawaban Soal I:
Diketahui komposisi setoran modal masing-masing sekutu sebagai berikut:
Periode setoran Sekutu X Sekutu Y Sekutu Z
1 Jan 2001 55.000.000 65.000.000 60.000.000
1 April 2001 60.000.000 - -
1 Juni 2001 65.000.000 70.000.000 60.000.000
1 Agustus 2001 75.000.000 72.000.000 75.000.000
1 Sept 2001 - 78.000.000 -
255.000.000 285.000.000 195.000.000
Maka perhitungan Laba Rugi untuk masing-masing metode sebagai berikut:
1. Metode rasio tertentu
Jumlah Modal Laba yang dibagi dengan
Proporsi
Sekutu Rasio Tententu
X 255,000,000,- 0,35* 36.000.000 12.489.796
Y 285,000,000,- 0,39 36.000.000 13.959.184
Z 195,000,000,- 0,27 36.000.000 9.551.020
100% 36.000.000
18
2. Metode Modal awal
Jumlah Modal Laba yang dibagi dengan
Proporsi
Sekutu Rasio tertentu
X 55,000,000,- 0,31*) 36.000.000 11.000.000
Y 65,000,000,- 0,36 36.000.000 13.000.000
Z 60,000,000,- 0,33 36.000.000 12.000.000
100% 36.000.000
19
Jurnal-jurnal yang diperlukan dalam pembagian laba:
Rugi – laba 36.000.000,-
Modal X 11.742.362
Modal Y 12.440.958
Modal Z 11.816.680
II. Menghitung pembagian Laba dengan memperhitungkan Bunga Modal, Gaji dan Bonus
Periode setoran Sekutu X Sekutu Y Sekutu Z
1 / 1’ 01 55.000.000 65.000.000 60.000.000
1 / 4 ‘01 60.000.000 - -
1 / 6 ‘01 65.000.000 70.000.000 60.000.000
1 / 8 ‘01 75.000.000 72.000.000 75.000.000
1 / 11 ‘01 - 78.000.000 -
Pertanyaan:
Hitung berapa pembagian laba-rugi setelah memperhitungkan bunga modal; gaji & bonus?
20
Jawaban permasalahan soal II
21
BAB III
PEMBUBARAN PERSEKUTUAN
Pembubaran Persekutuan
Suatu persekutuan dinyatakan dibubarkan apabila perjanjian bersama yang semula
diadakan untuk menjalankan usaha bersama telah berakhir.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pembubaran Persekutuan
A. Pembubaran atas dsr perjanjian persekutuan (Act Of The Parties). Karena :
• Berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian
• Persetujuan bersama
• Pengunduran diri seorang anggota persekutuan
B. Pembubaran atas dasar bekerjanya undang-undang, karena :
• Kematian seorang/beberapa orang anggota
• Bangkrutnya seorang/lebih anggota persekutuan.
• Kejadian tertentu yang mengakibatkan tidak dapat bertindaknya persekutuan yang disebabkan
perbuatan individu anggota yang, membawa nama persekutuan.
• Ada perang didalam suatu negara dari salah seorang anggota persekutuan
C. . Pembubaran atas dasar keputusan pengadilan, karena :
• Ketidakmampuan seorang anggota untuk memenuhi kewajibannya terhadap perjanjian
persekutuan
• Tindakan seorang anggota yg mengakibatkan tdk adanya keserasian dalam usaha yg sedang
berjalan
• Perselisihan intern antar anggota
• Tidak mungkin lagi utk mendapatkan keuntungan secara kontinue dari usaha persekutuan
• Kecurangan didalam pembentukan formasi persekutuan
Jika ada anggota baru yg masuk, berarti persekutuan yg lama bubar & terbentuk
persekutuan yg baru. Perjanjian persekutuan harus dirubah atau dibuat yg baru & ditentukan
pembagian laba rugi yg baru.
Pembelian sebagian hak penyertaan dari anggota persekutuan
Persekutuan YE
Neraca 1 Desember 2012
Kas 5.000.000 Hutang Dagang 12.000.000
22
Tn. S masuk dengan membeli hak Tn. Y ½ bagian dan membeli hak Tn. E ¼ bagian,maka
pencatatan pemindahan hak penyertaan atau modal sebagai berikut :
Ø Modal Tn. Y 2.000.000
Ø Modal Tn. E 1.500.000
Ø Modal Tn. S 3.500.000
Oleh karena itu persekutuan berubah dari “YE” menjadi persekutuan “YES” dengan neraca sbb:
Persekutuan “YES”
Neraca 1 Desember 2012
Kas 5.000.000 Hutang Dagang 12.000.000
Kemudian Tn. H masuk dengan menyetorkan modal sebesar 3.000.000 dan diakui haknya sebesar
15 % dari jumlah modal persekutuan yang baru.
Modal Tn. H 15 % x 18.000.000 = 2.700.000
Setoran Tn. H = 3.000.000
23
Bonus kepada anggota lama = 300.000
Kelebihan setoran Tn.H dianggap sebagai bonus untuk sekutu lama yang dibagikan sesuai dengan
ketentuan laba (rugi) yang telah disepakati.Sehingga modal sekutu lama akan bertambah masing-
masing sbb:
Tn.N 25% x 300.000 = 75.000
Tn.O 35% x 300.000 = 105.000
Tn.A 40% x 300.000 = 120.000
Maka Jurnal untuk mencatat masuknya Tn.H adalah sbb.
Kas 3.000.000
u Modal N 75.000
u Modal O 105.000
u Modal A 120.000
u Modal H 2.700.000
Suatu penyertaan (investasi) dengan memberikan bonus atau goodwill kepada anggota yang baru
u Bonus atau goodwill yang diberikan kepada anggota yang baru timbul karena persekutuan
yang ada mungkin mengharapkan adanya keuntungan yang lebih besar apabila calon anggota
tertentu masuk ke dalam persekutuannya.
u Dalam hal ini akan terjadi kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
u Bagian modal anggota pemilik lama dikurangi dan diberikan sebagai bonus kepada anggota
yang baru, atau
u Goodwill harus dibentuk dan dikredit pada rekening modal anggota yang baru.
24
Pemberian bonus kepada anggota baru
Persekutan Tn.N,Tn.O,Tn.A setuju untuk memasukkan Tn.H kedalam persekutuan
dengan menyetorkan modal sebesar 3.000.000 diakui haknya sebesar 20% daro total
modal persekutuan yang baru,maka pencatatannya adalah sbb.
Modal Tn.H 20% x 18.000.000= 3.600.000
Setoran Tn.H 3.000.000
Bonus kepada anggota baru 600.000
Perhitungan pengurangan masing-masing modal pada sekutu lama
Tn.N 25% x 600.000 = 150.000
Tn.O 35% x 600.000 = 210.000
Tn.A 40% x 600.000 = 240.000
Jurnal untuk mencatat masuknya Tn.H
Kas 3.000.000
Modal Tn.N 150.000
Modal Tn.O 210.000
Modal Tn.A 240.000
Ø Modal Tn.H 3.600.000
• Pembayaran Kepada Sekutu yang Mengundurkan Diri Suatu Jumlah yang Melebihi Saldo
Modalnya.
Pembayaran kepada sekutu yang keluar melebihi saldo modalnya, pencatatannya ada 3 (tiga)
metode:
a) Selisihnya dicatat sebagai bonus.
b) Selisihnya dicatat sebagai goodwill.
c) Modal persekutuan dinilai kembali dengan dasar jumlah selisihnya.
• Pembayaran Kepada Sekutu yang Mengundurkan Diri Dengan Jumlah yang Lebih Kecil Daripada
Saldo modalnya.
25
Pencatatan pembayaran kepada sekutu yang keluar lebih kecil dari saldo modalnya, ada dua
metode yaitu goodwill dan bonus.
Penyelesaian pembayaran oleh persekutuan firma kepada sekutu yang mengundurkan diri
mengakibatkan penurunan aktiva perusahaan, yang dibarengi dengan penghapusan modal sekutu yang
mengundurkan diri. Jika penyelesaian ditangguhkan sampai tanggal pengunduran diri, maka perkiraan
modal sekutu yang mengundurkan diri ditutup dan perkiraan kewajiban di kredit sebesar jumlah yang harus
dibayarkan dalam penyelesaian.
26
BAB IV
LIKUIDASI PERSEKUTUAN
Pengertian
Likuidasi adalah suatu keadaan dimana baik persekutuan maupun usaha perusahaannya
dibubarkan semua. Pengunduran diri atau disasosiasi (disasosiation) adalah konsep hokum untuk
pengunduran diri sekutu karena:
1. Sekutu meninggal
2. Sekutu secara sukarela mengundurkan diri (Misalnya Pensiun)
3. Keputusan pengadilan, seperti: (a) Sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar hokum yang secara
signifikan berakibat negative bagi persekutuan, (b) sekutu melanggar perjanjian persekutuan, (c)
sekutu menjadi debitor dalam kebangkrutan, dan (d) sekutu individual sudah tidak mampu
melaksanakan kewajiban berdasarkan perjanjian persekutuan.
Prosedur Likuidasi :
1. Rekening –rekening pembukuan harus disesuaikan dan ditutup. Laba dan rugi bersih selama periode
terakhir diperhitungkan ke rekening modal masing – masing, sesudah itu dikatakan persekutuan
siap untuk dilikuidasi ;
2. Pada proses pengubahan aktiva menjadi uang tunai, apabila ada perbedaan antara nilai buku dan
nilai realisasi yang menunjukkan keuntungan atau kerugian harus dibagi di antara anggota sesuai
dengan perbandingan pembagian laba (rugi). Saldo modal selanjutnya dipakai sebagai dasar
penyelesaian.
3. Apabila dijumpai keadaan di mana salah seorang anggota mempunyai saldo debit di dalam
rekening modalnya, di lain pihak ia mempunyai piutang kepada persekutuan, maka piutang kepada
persekutuan itu dipakai untuk menutup saldo debit rekening modal yang Di samping itu pada
prinsipnya apabila seorang anggota mengalami defisit maka anggota yang lain berkewajiban untuk
menutupnya terlebih dahulu.
4. Apabila uang tunai sudah tersedia untuk dibagi, maka pertama-tama harus dibayarkan terlebih
dahulu kepada para kreditur extern, baru sesudah itu dibayarkan saldo –saldo modal masing –
masing anggota.
Pembubaran (dissolution)
Pembubaran (dissolution) merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang dapat
menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnios persekutuan adalah sebagai berikut:
1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan pemberitahuan pengunduran
diri dari persekutuan. Pengunduran diri sewaktu-waktu ini dapat terjadi sebagian besar, hanya dalam
pemahaman secara lisan diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan para sekutu dan tidak ada
ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari
kejadian sperti ini yang dapat menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukkannya, sebuah
ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari persekutuan.
2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu, pembubaran dapat terjadi
karena: (a) seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena melakukan kesalahan, pealing
tidak terdapat setengah sekutu yang tinggal memtuskan menghentikan bisnis persekutuan, (b) ketika
27
seluruh sekutu setuju untuk menghentikan persekutuan, atau (c) ketika batas waktu atau tujuan yang
dimaksud telah terpenuhi atau selesai.
3. Adanya keputusan pengadilan bahwa: (a) tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak dapat
tercapai, (b) seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan bisnis persekutuan yang
membuat bisnis persekutuan tidak mungkin dilanjutkan secara praktik.
LIKUIDASI SEKALIGUS
Likuidasi persekutuan secara sekaligus (Lump-sump liquidation) merupakan proses likuidasi dimana
seluruh asset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor eksternal dibayar, dan
pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang disetorkan.
Meskipun kebanyakan likuidasi persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang.
Realisasi Aset
Pada umumnya sebuah perusahaan mengalami kerugian ketika menjual asetnya. Perusahaan dapat
melakukan:
- Cuci gudang karena akan tutup dimana persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai dibawah
harga jual normal dengan maksud untuk mendorong penjualan dengan segera.
- Piutang usaha persekutuan menawarkan potongan tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang
tepat waktu atau piutang tersebut dijual kepada perusahaan anjak piutang (Factor)
- Aset-aset persekutuan termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontribusi yang disyaratkan kepada
sekutu untuk menutupi modal deficit digunakan untuk membayar kreditor persekutuan
Beban likuidasi
Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti biaya hokum dan akuntansi tambahan.
Persekutuan juga menanggung biaya penghentian usaha, seperti biaya iklan khusus dan biaya menvcari
agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam rasio
distribusi laba dan rugi.
28
Ilustrasi Likuidasi Sekaligus
Aldi, Bayu dan Citra pada 1 Mei 20X5, pada tahun 20X4 melakukan penyesuaian persentase
distribusi laba rugi berdasarkan besarnya peran masing-masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba
rugi tersebut adalah: Aldi; 40%; bayu, 40% dan Citra 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal
1 Mei 20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut:
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas 10.000.000
Aset non kas 90.000.000
Kewajiban 42.000.000
Modal, Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal Citra (20%) 14.000.000
Persamaan dasar akuntansi akuntansi, yaitu Aset – Kewajiban = Ekuitas Pemilik, dapat digunakan dalam
akuntansi persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah jumlah akun modal sekutu adalah sebagai
berikut :
Tiga Kasus berikut ini menunjukkan konsep likuidasi persekutuan yang digunakan secara umum
Kasus 1 Persekutuan masih solven dan tidak terdapat deficit dalam akun modal sekutu
Kasus 2 Persekutuan Masih solven dan timbul deficit pada akun modal sekutu
Kasus 3 Persekutuan tidak solven dan deficit timbul dalam akun modal sekutu
Ilustrasi Kasus 1 Persekutuan masih solven dan tidak terdapat deficit dalam akun modal sekutu
Aset non kas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 1 Mei 20X5 dengan kerugian sebesar
Rp 10.000.000. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20Mei dan sisa kas sebesar
Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5.
29
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuiditas Sekaligus
Kas Aset Kewajiban Saldo Modal
nonkas Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.00)
Penjualan aser Rp 80.000.000 dan 80.000.000 (90.000.000) . 0 4.000.000 4.000.000 2.000.000
distribusi kerugian Rp 10.000.000
90.000.000 0 (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.00)
Pembayaran untuk kreditor eksternal (42.000.00) .0 (42.000.000) . 0 . 0 . 0
Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang mencatat proses
likuidasi sebagai berikut:
Jurnal Realisasi seluruh nonkas persekutuan ABC dan distribusi kerugian sebesar Rp 10.000.000
dengan menggunakan rasio laba dan rugi.
30
Kasus 2 Persekutuan Masih solven dan timbul deficit pada akun modal sekutu
Defisit akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun modal sekutu terlampau rendah untuk dapat
menanggung bagian kerugian yang ditentukan. Defisit modal dapat terjadi kapan saja selama proses
likuidasi. Defisit tersebut dapat dihilangkan melalui salah satu dari dua cara berikut:
1. Para sekutu menginvestasikan kas atau asset lain untuk mengeliminasi kan deficit modal
2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang lain berdasarkan rasio pembagian laba
dan rugi yang terjadi.
Pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang mengalami defidit modal.
Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki kekayaan bersih untuk mengeliminasi
deficit modal harus melakukan investasi tambahan pada persekutuan untuk menutup dsefisit tersebut. Di
sisi lain, jika sekutu tersebut secara pribadi tidak solven, yaitukewajiban pribadi melebihi asset pribadinya
– maka sekutu lain yang menanggung deficit sekutu yang tidak solven dengan mengalokasikannya kedalam
akun modal masing-masing sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang berlaku.
2. Aset nonkas persekutuan dijual seharga Rp 35.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5, dan kerugian
sebesar Rp 55.000.000 dialokasikan kepada akun modal para sekutu
3. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5
4. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven, maka deficit modal Bayu sebesar Rp 12.000.000
dialokasikan kepada sekutu lainnya.
5. Sisa kas sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran sekaligus pada
tanggal 30 Mei 20X5.
3. Defisit Bayu sebesar Rp 12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra menurut rasio laba dan rugi
yang berlaku. Aldi menanggung dua pertiga (40/60) dari deficit Bayu dan Citra menanggung sebesar
sepertiga (20/60).
4. Distribusi atas deficit Bayu menimbulkan deficit dalam akun modal Citra. Citra harus memberikan
kontribusi Rp 1.000.000 untuk menutup deficit modalnya.
31
5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp 4.000.000
6. Saldo Pasca Likuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukkan bahwa seluruh akun telah ditutup dan
persekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan dihentikan.
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi sekaligus
LIKUIDASI BERTAHAP
Likuidasi Bertahap merupakan likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa bulan dalam
penyelesaiannya dan mencakup pembayaran secara periodic, atau cicilan /bertahap, kepada para sekutunya
selama masa likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan dalam periode yang diperpanjang
dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi asset yang sebesar mungkin. Umumnya para sekutu menerima
pembayaran periodic selama likuidasi karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi.
Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi asset sepenuhnya
dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat mendistribusikan kas, karena dapat
saja terjadi suatu peristiwa di masa mendatang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan
kepada masing-masing sekutu. Panduan Praktis berikut dapat digunakan untuk membantu para akuntan
dalam menatukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu.
32
1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban likuidasi actual
maupun potential telah dibayarkan atau telah dicadangkan seperlunya.
2. Antisipasilah kemungkinan terburuk, atau yang paling membatasi sebelum menentukan jumlah uang
tunai yang dapat diterima oleh masing-masing sekutu.
a. Aumsikan bahwa seluruh asset non kas yang tersisa akan dihapuskan sebagai kerugian, yaitu
asumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan asset.
b. Asumsikan bahwa deficit yang timbul pada akun modal para sekutu akan didistribusikan kepada
sekutu yang tersisa, asumsikan bahwa deficit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal
tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntans mengasumsikan kondisi terburuk yang terburuk dapat terjadi, maka sisa saldo
kredit pada akun modal menunjukkan distribusi asset dank as yang aman yang dapat
didistribusikan kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas 10.000.000
Aset non kas 90.000.000
Kewajiban 42.000.000
Modal, Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal Citra (20%) 14.000.000
33
Bayu secara pribadi tidak solven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.
2. Aset non kas persekutuan dijual sebagai berikut:
Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar Rp 5.000.000 kepada
setiap sekutu. Prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jumlah ini adalah sebagai berikut:
Transaksi Selama Bulan Julii 20X5Berlanjut dengan transaksi untuk bulan Juli 20X5 adalah sebagai
berikut:
1. Aset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya Rp 5.000.000
2. Biaya likuidasi actual sebear Rp 7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada para sekutu sesuai
dengan rasio pembagian laba rugi, sehingga menghasilkan deficit sebesar Rp 3.000.0000 dalam akun
Modal Bayu. Sisa sebesar Rp 2.500.000 dari cadangan Rp 10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar
dapat didistribusikan kepada para sekutu.
34
3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada
persekutuan., maka deficit sebesar Rp 3.000.000 tersebut didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai
dengan rasio pembagian laba rigu. Perhatikan bahwa ini deficit actual, bukan perkiraan deficit
4. Sisa kas sebesar Rp 7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menuru saldo modal masing-masing.
Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akan menjadi nol, yang mengindikasikan penyelesaian proses
likuidasi.
PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Bertahap
35
Skedul Pembayaran Aman pada para sekutu dalam likuidasi bertahap
PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu
Saldo Modal
Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%
Skedul 1, 31 Mei 20X5
Perhitungan distribusi kas yang tersedia per 31 Mei 20X5
Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp 35.000.000 atas sisa asset non kas dan
kemungkinan 18.000.000. 18.000.000 9.000.000.
terjadinya beban likuidasi dimasa mendatang Rp 10.000.000
(12.000.000 12.000.000 (3.000.000)
Asumsikan potensi deficit modal Bayu harus ditanggung oleh Aldi dan Citra : (12.000.000)
40/60 x Rp 12.000.000 8.000.000
20/60 x Rp 12.000.000 . . 4.000.000
(4.000.000) 0 1.000.000
Asumsikan bahwa deficit modal Citra harus ditanggung oleh Aldi 1.000.000 . (1.000.000)
36
BAB V
JOINT VENTURE
Para anggota (pihak yang menyelenggarakan) joint venture sering disebut dengan istilah venture
atau partner atau juga disebut sekutu. Disebut juga sekutu karena kedudukannya seperti sekutu dalam
persekutuan. Anggota joint venture dapat berupa perseorangan, persekutuan, perseorangan terbatas dan
sebagainya. Pada umumnya semua partner ikut mengelola jalannya perusahaan. Salah satu di antara para
sekutu tersebut bertindak sebagai manajernya, yang disebut managing partner. Biasanya orang atau badan
yang dianggap cakap dan modalnya relatif besar dibandingkan lainnya.
37
Akuntansi Joint Venture
Pada dasarnya akuntansi joint venture dapat diselenggarakan dengan 2 metode, yaitu:
Dalam rangka perayaan Sekaten tahun 1991 A, B, dan C sepakat untuk mengadakan joint venture yang
bergerak dalam bidang penjualan pakaian dan mainan anak-anak selama selama perayaan Sekaten di alun-
alun utara Yogyakarta. Setoran modal masing-masing sekutu disepakati:
- A. Rp 10.000.000,00
- B. Rp 10.000.000,00
- C. Rp 15.000.000,00
Cara pembagian laba disepakati:
a. A sebagai managing partner mendapat bonus sebesar 20% dari laba.
b. Sisa laba setelah dikurangi bonus akan dibagi:
- A 30%
- B 30%
- C 40%
Transaksi yang terjadi selama beroperasinya joint venture tersebut adalah:
1. A menyetor modal berupa kas sebesar Rp 10.000.000,00.
2. Joint venture membayar biaya sewa tempat sebesar Rp 2.500.000,00.
3. B menyetor kas sebesar Rp 10.000.000,00 sebagai setoran modal.
4. C menyerahkan barang dagangan sebagai setoran modal. Harga perolehan
5. Barang dagangan tersebut Rp 14.000.000,00 akan tetapi nilainya disepakati Rp 15.000.000,00.
6. Joint venture membeli tambahan barang dagangan seharga Rp 9.000.000,00. Pembelian ini
dilakukan oleh managing partner.
7. Joint venture membayar berbagai macam biaya usaha sebesar Rp 3.500.000,00.
8. Joint venture berhasil menjual semua barang dagangan seharga Rp 35.000.000,00 secara tunai.
9. Rugi – laba joint venture dihitung dan dibagikan kepada para partner.
38
10. Joint venture dibubarkan dan semua kas dibagikan kepada para sekutu.
Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara terpisah, maka pencatatan baik oleh joint venture
maupun oleh masing-masing partner dapat dilihat pada setoran modal. Perhitungan pembagian laba dapat
dilihat pada table di bawah ini. Pembagian kas tersebut didasarkan pada saldo modal masing-masing partner
setelah pembagian laba.
Pembagian Rugi-laba
Joint venture ABC
39
Aktiva-joint venture
1) Utang-joint venture
2) Rekening sekutu atau partner
3) Rekening joint venture.
- Joint-venture……………………………………… xxx
Hasil saldo perhitungan ini harus dan selalu sama dengan saldo rekening managing partner yang
diselenggarakan oleh sekutu yang lain ( Non-managing partner ).
40
(4) Joint Venture
Rekening ini merupakan gabungan dari rekening pendapatan dan biaya. Jadi rekening ini didebit
dengan biaya dan dikredit dengan pendapatan. Jadi saldo rekening ini akan menunjukkan laba atau
rugi , yaitu saldo debit menunjukkan rugi dan sebaliknya saldo kredit menunjukkan laba.
Jadi managing partner akan menyelenggarakan 4 rekening. Selisih antara jumlah saldo debit dengan
jumlah saldo kredit adalah hak managing partner. Hubungan antara keempat rekening dengan hak
managing partner adalah sebagai berikut :
Jenis rekening Saldo
Pemakaian kedua macam rekening modal ini ada perbedaaan yang cukup prinsipil, yaitu:
Rekening Managing partner
Rekening ini dipakai untuk menampung aktiva bersih joint venture yang dititipkan pada managing
partner dan hak atau modal managing partner. Oleh karena itu saldo rekening ini menunjukkan selisih antara
aktiva bersih joint venture yang dititipkan pada managing partner dengan modal managing partner. Aktiva
bersih joint venture adalah selisih antara aktiva-joint venture dengan utang-joint venture. Dengan demikian
mekanisme pendebitan dan pengkreditan rekening ini adalah:
41
Pendebitan
Pendebitan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat:
- Aktiva joint venture bertambah,
- Utang joint venture berkurang dan
- Modal atau managing partner berkurang.
Pengkreditan
Pengkreditan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat:
- Aktiva joint venture berkurang,
- Utang joint venture bertambah dan
- Modal atau hak managing partner bertambah.
Pada umumnya aktiva bersih joint venture yang dititipkan pada managing partner lebih besar daripada
hak managing partner. Oleh karena itu rekening managing partner pada umumnya bersaldo debit.
42
Contoh 2
Dari data pada contoh 1 akan tetapi menggunakan metode akuntansi tidak terpisah yaitu:
Dalam rangka perayaan Sekaten tahun 1991 A, B, dan C sepakat untuk mengadakan joint venture yang
bergerak dalam bidang penjualan pakaian dan mainan anak-anak. Modal masing-masing sekutu
disepakati:
- A Rp 10.000.000,00
- B Rp 10.000.000,00
- C Rp 15.000.000,00.
Cara pembagian laba disepakati:
a. A sebagai managing partner mendapat bonus 20% dari laba.
b. Sisa laba setelah dikurangi bonus akan dibagi:
- A 30%
- B 30% dan
- C 40%
43
BAB VI
PENJUALAN ANGSURAN
I. Pendahuluan
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada perusahaan real
estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang
bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan (seperti mobil, motor), mesin, alat-alat rumah tangga
(seperti kulkas, mesin cuci, ac, tv, dsb) dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan
angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan dan
juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya
meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang
yang dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi
kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.
Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah. Masalah utama adalah :
“membandingkan antara beban dan pendapatan” (matching of costs and revenues), yaitu :
a. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada saat terjadinya penjualan
ataukah harus diakui selama masa kontrak angsuran tersebut?
b. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan angsuran yang terjadi pada
periode setelah penjualan tersebut?
c. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat tertagih, pertukaran, dan
pemilikkan kembali barang angsuran?
44
Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-
kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran,
sebagai berikut :
1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-barang telah diserahkan,
tetapi hak atas barang-barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah
lunas.
2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak milik dapat
diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga
penjualan yang belum dibayar kapada si penjual.
3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan “trust” (trustee) sampai
pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee
menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan
membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).
4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada pembeli. Pembayaran
angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik
berpidah kepada pembeli.
Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas dilaksanakan untuk barang-
barang tidak bergerak/barang yang bukan barang dagang, seperti : gedung, tanah, dan aktiva-aktiva tetap
lainnya. Apabila terjadi tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki
hak untuk memiliki kembali barang yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu mungkin akan lebih
rendah dari nilai barang berdasarkan perhitungan yang sesuai dengan perjanjian yang ada sehingga
pemilikan kembali tersebut dapat menimbulkan kerugian.
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali, maka faktor-faktor
yang harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut :
1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup besarnya semua
kemungkinan terjadinya penurunan harga barang tersebut dari semula barang baru menjadi barang
bekas.
2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain hendaknya tidak terlalu lama,
kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.
3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk menutup kemungkinan
penurunan nilai barang-barang yang ada selama jangka pembayaran yang satu dengan pembayaran
angsuran berikutnya.
Sehubungan dengan banyaknya resiko yang mungkin akan dijumpai oleh penjual atau dengan kata
lain adanya kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka diperlukan
beberapa solusi terbaik untuk mengatasi resiko-resiko tersebut. Solusi tersebut antara lain :
45
6. beli sewa (lease-purchase) artinya barang-barang yang dibeli secara angsuran yang sudah berada di
tangan pembeli dianggap barang sewaan sampai semua biaya dalam Perjanjian dibayar lunas, barulah
hak milik berpindah kepada pembeli.
7. dan lain-lain.
46
Jurnalnya adalah:
Beban usaha xxxxxx
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Jika pada periode berikutnya penjualan angsuran tersebut terjadi, perkiraan
penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha yang
tidak tertagih akan dikredit.
Jurnalnya adalah:
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx
47
Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan
mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha
Jurnalnya adalah:
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat sbb:
Jurnalnya adalah:
Laba kotor yang belum direalisasi xxxxxx
Laba kotor yang direalisasi xxxxxx
Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran dengan
harga pokoknya. Laba kotor yang belum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan
piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan presentase laba kotor dengan kas yang
diterima dari piutang usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor yang
belum dieralisasi dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya dikalikan 100%.
Contoh soal:
1. PT Osaka telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan Rp.
170.000.000,00. di samping itu PT Osaka juga membayar biaya-biaya lainnya seharga Rp.
10.000.000,00
Pada tanggal 1 mei 2000, PT Handoko membeli tanah tersebut seharga Rp. 240.000.000,00. PT
Handoko membayar uang muka sebesar Rp. 40.000.000,00 dan sisanya akan dibayar angsuran
sebanyak 10 kali setengah tahunan, setiap kali angsuran Rp. 20.000.000,00. PT Osaka mengenakan
bunga 18% pertahun terhadap sisa angsuran. Komisi dan beban penjualan dibayar tunai sebesar 2%
dari harga jual. Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun fiskal.
Diminta : Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000 dan 2001,
dengan menggunakan metode:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
b. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas
Jawaban:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
1 Mei 2000
• Penjualan tanah dengan harga jual
Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00
Tanah Rp. 180.000.000,00
Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00
• Penerimaan uang muka
Kas Rp. 40.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00
48
• Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Kas Rp. 4.800.000,00
1 November 2000
• Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 38.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00
31 Desember 2000
• Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)
Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
• Realisasi Laba kotor
Tidak ada jurnal
1 Mei 2001
• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 36.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00
1 November 2001
• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp. 34.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00
31 Desember 2001
• Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
49
• Realisasi laba kotor
Tidak ada jurnal
1 Mei 2000
• Penjualan tanah seharga Rp. 240.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00
Tanah Rp. 180.000.000,00
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 60.000.000,00
1 November 2000
• Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 38.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00
31 Desember 2000
• Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp.180.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
50
1 januari 2001
• Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
1 Mei 2001
• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 36.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00
1 November 2001
• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp. 34.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00
31 Desember 2001
• Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
• Realisasi laba kotor (10% x Rp.40.000.000,00)
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 10.000.000,00
Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00
Pada penjualan angsuran dengan metode pengakuan laba kotor dilakukan pada saat penjualan
terjadi maka laba kotor yang diakui adalah sebesar Rp. 60.000.000,00 pada tahun 2000, yaitu pada
saat penjualan terjadi (jurnal tanggal 1 mei 2000) dan tidak diakui lagi pada tahun-tahun berikutnya.
Sedangkan pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas (metode
proporsional) juga akan mengakui laba kotor sebesar Rp. 60.000.000,00 pula. Hal ini dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tahun Penerimaan Angsuran Persentase Laba Kotor Pengakuan Laba Kotor
2000 Rp. 60.000.000 25% Rp. 15.000.000
2001 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2002 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2003 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2004 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2005 Rp. 20.000.000 25% Rp. 5.000.000
Rp. 240.000.000 Rp. 60.000.000
51
Apabila kewajiban tidak dapat dipenuhi oleh pihak pembeli, maka pihak penjual akan menarik
kembali harta yang telah dijual. Pencatatan atas penarikan kembali harta tersebut tergantung dari
metode pengakuan laba kotor yang digunakan. Jika laba kotor laba kotor diakui pada saat penjualan
terjadi, maka harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian
membatalkan saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau kerugian karena
pemilikan kembali. Jika menggunakan metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas,
maka harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan laba
kotor yang belum direalisasi serta saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau
kerugian karena pemilikan kembali. Contoh kasus ketidakmampuan pelunasan piutang usaha angsuran
adalah:
2. Mengacu pada soal no 1 bila pada tanggal 1 Mei 2002, PT. Handoko tidak dapat membayar
(memenuhi) kewajibannya. PT Osaka kemudian menarik hartanya kembali dan pada tanggal
tersebut tanah itu dinilai menurut harga pasarnya yaitu sebesar Rp. 150.000.000,00.
PT. Handoko menerima 5% dari jumlah yang telah dibayarnya tetapi tidak termasuk bunga.
Diminta: Buatlah perhitungan rugi/laba dan jurnal pemilikan kembali untuk
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
Jawaban:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00
Jumlah yang dikembalikan kepada PT Handoko (5%) (Rp. 5.000.000,00)
Rp. 95.000.000,00
Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00
Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)
52
Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00
Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)
Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00)
Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00
Laba kotor yang telah diakui (Rp. 25.000.000,00)
Laba (Rugi) karena pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00
Untuk kedua metode di atas masih diperlukan jurnal lagi, yaitu jurnal untuk menutup
pendapatan bunga sebesar Rp. 4.200.000,00 sebagai kerugian.
53
B. Laporan Rugi/Laba dan Daftar analisa realisasi laba kotor
Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus dipisahkan
antara penjualan biasa dengan angsuran. Laba kotor penjualan angsuran periode tersebut
dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum direalisasi pada akhir periode, yang
menghasilkan laba kotor periode tersebut yang telah direalisasi.
Contoh soal:
1. Bila PT Handoko mendapatkan laba untuk tahun 1999 sebesar Rp. 10.250.000,00.
Sedangkan menurut undang-undang pajak penghasilannya adalah Rp. 9.500.000,00.
Buatlah jurnal untuk menyesuaikannya!
Pajak penghasilan menurut perusahaan Rp. 10.250.000,00
Pajak pengahsilan menurut UU pajak penghasilan Rp. 9.500.000,00
Selisih Rp. 750.000,00
• Jurnal untuk mencatat pembebanan pajak tersebut
Ikhtisar rugi/laba Rp. 10.250.000,00
Hutang pajak (PPh pasal 29) Rp. 9.500.000,00
Pajak penghasilan yang ditangguhkan Rp. 750.000,00
Jika perusahaan menggunakan metode pengakuan laba kotor pada saat penjualan angsuran,
maka tidak terdapat perbedaan antara laba menurut perusahaan dengan laba menurut pajak.
54
• Undang-undang perpajakan No.8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah
Untuk perusahaan dagang umumnya dan perusahaan dagang angsuran harus ditetapkan
apakah perusahaan tersebut adalah pengusaha kena pajak (PKP) atau non PKP.
Bila perusahaan tersebut adalah PKP, maka untuk seluruh penjualan barang dagangnya
harus dikenakan PPN. Dan bila merupakan non PKP maka tidak boleh dipungut PPN. PPN
yang dikenakan atas nilai jual ini disebut sebagai PPN keluaran. Sedangkan PPN atas barang
yang dibeli merupakan PPN masukkan. PPN masukkan dapat dikreditkan dengan PPN
keluaran.
Selain itu perusahaan juga membayar pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), bila
barang yang dibeli merupakan kategori barang mewah. Tarif ini berkisar anatar 10% - 30%.
PPnBM ini dikenakan hanya sekali pada pengusaha dan tidak daoat dikreditkan dengan PPN
keluarannya sehingga harus dimasukkan sebagai harga pokok barang yang dibelinya.
Contoh Soal:
PT Handoko menjual tanahnya secara angsuran. Pada tanggal 1 Februari 1998, dijual tanah
secara angsuran dengan harga jual sebesar Rp. 10.000.000,00. Pembeli membayar uang muka
sebesar Rp. 1.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran sebanyak 10 kali bulanan dengan
bunga sebesar 12% pertahun. Harga perolehan tanah adalah Rp. 8.000.000,00. Buat perhitungan
bunga dan jurnal yang diperlukan untuk 3 bulan pertama !
Jawaban:
1. Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka waktu
angsuran.
Pada cara ini bunga yang dibebankan pada setiap kali angsuran dihitung dari saldo pokok
pinjaman awal periode tersebut. Bunga yang dibayar setiap periode akan makin lama makin
kecil, sesuai dengan makin kecilnya saldo pinjaman penjualan angsuran tersebut.
Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
55
Tgl Angsuran Bunga 1 % per Jumlah yang Saldo Pokok
Pokok bulan harus dibayar Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000
1/4/98 900.000 81.000 981.000 7.200.000
1/5/98 900.000 72.000 972.000 6.300.000
1/6/98 900.000 63.000 963.000 5.400.000
1/7/98 900.000 54.000 954.000 4.500.000
1/8/98 900.000 45.000 945.000 3.600.000
1/9/98 900.000 36.000 936.000 2.700.000
1/10/98 900.000 27.000 927.000 1.800.000
1/11/98 900.000 18.000 918.000 900.000
1/12/98 900.000 9.000 909.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
2. Bunga dihitung dari akumualsi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo (tidak
termasuk uang muka)
Cara ini menghitung bunga dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo.
Dengan demikian bunga yang dibebankan makin lama makin besar, seiirng dengan makin
membesarnya akumulasi pembayaran angsuran tiap periode.
Pembayaran bunga dengan metode ini tidak sesuai dengan system bunga accrual. Pada sitem
tersebut, bunga dihitung dari saldo pinjaman yang belum dilunasi dan bukan dari akumualsi
angsuran yang jatuh tempo. Oleh karena itu jika perusahaan membuat laporan keuangan
tiap akhir periode, maka harus dilakukan penyesuaian atas bunga menurut system accrual.
56
Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tgl Angsuran Bunga 1 % per Jumlah yang Saldo Pokok
Pokok bulan harus dibayar Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 9.000 909.000 8.100.000
1/4/98 900.000 18.000 918.000 7.200.000
1/5/98 900.000 27.000 927.000 6.300.000
1/6/98 900.000 36.000 936.000 5.400.000
1/7/98 900.000 45.000 945.000 4.500.000
1/8/98 900.000 54.000 954.000 3.600.000
1/9/98 900.000 63.000 963.000 2.700.000
1/10/98 900.000 72.000 972.000 1.800.000
1/11/98 900.000 81.000 981.000 900.000
1/12/98 900.000 90.000 990.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
57
Dalam contoh diatas maka pembayaran anuitet dapat dicari sebagai berikut :
Rp. 9.000.000 = Ann 1- 1/(1+1%)10
1%
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
58
4. Bunga selama masa pembayaran angsuran dihitung dari harga kontrak awal setelah
diperhitungkan dengan uang muka.
Pada cara ini bunga untuk setiap periode dihitung dari saldo awal pokok pinjaman setelah
dikurangi dengan uang muka. Sehingga dengan demikian buinga yang dibebankan untuk
setiap periode sama besarnya dan jumlah angsuran ditambah bunga periode terebut akan
menghasilkan jumlah yang sama besar pula.
Contoh terkait diatas:
Bunga untuk setiap periode = 1% x Rp. 9.000.000,00 = Rp. 90.000,00
Angsuran untuk setiap periode = Rp. 900.000 + Rp. 90.000,00 = Rp. 990.000,00
Tabel perhitungan bunga
Tgl Angsuran Bunga 1 % per Jumlah yang Saldo Pokok
Pokok bulan harus dibayar Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000
1/4/98 900.000 90.000 990.000 7.200.000
1/5/98 900.000 90.000 990.000 6.300.000
1/6/98 900.000 90.000 990.000 5.400.000
1/7/98 900.000 90.000 990.000 4.500.000
1/8/98 900.000 90.000 990.000 3.600.000
1/9/98 900.000 90.000 990.000 2.700.000
1/10/98 900.000 90.000 990.000 1.800.000
1/11/98 900.000 90.000 990.000 900.000
1/12/98 900.000 90.000 990.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
59
Dari keempat cara di atas, bila dipandang dari sudut perusahaan yang melakukan
penjualan angsuran, maka cara yang terakhir yang menghasilkan bunga lebih besar dari cara yang
lainnya. Biasanya dalam dunia usaha penjualan angsuran digunakan metode anuitas atau dengan
menggunakan bunga flat.
60
februari 1998 seharga Rp. 200.000.000,00 dengan cicilan sebanyak 5 kali setengah
tahunan dan sudah memberikan uang muka sebesar Rp. 20.000.000,00. Bunga yang
dikenakan sebesar 12 %, dan PT Surken membayar komisi dan beban penjualan
sebesar 2 % dari harga jual.
c. Tanah di Sulawesi akan dibeli oleh PT Gadifs. Tanah tersebut memiliki harga beli
Rp. 300.000.000,00 (dengan surat-surat). PT Gadifs membeli tanah tersebut tanggal
1 maret 1998 seharga Rp. 400.000.000, dengan metode cicilan yang mengakui laba
kotor pada saat penjualan. PT Gadifs juga membayar uang muka sebesar Rp.
100.000.000,00 dan sisanya diangsur 10 kali dan atas angsuran tersebut dikenakan
bunga 12%. Untuk beban komisi penjualan PT Surken membayar Rp. 10.000.000,00.
Malangnya, PT Gadifs salah dalam berinvenstasi sehingga tanggal 1 maret 2000
tidak mampu memenui kewajibannya. PT Surken terpaksa harus menarik kembali
tanahnya, dan pada waktu itu harga tanah tersebut Rp. 250.000.000,00 dan
dikembalikan 15% dari jumlah yang telah dibayar.
Pertanyaan :
Buatlah seluruh jurnal yang mencatat transaksi penjualan tersebut untuk 2 tahun !
Jawaban :
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
1 April 1999
• Mencatat penjualan tanah
Piutang usaha angsuran Rp. 250.000.000,00
Tanah Rp. 200.000.000,00
Laba atas penjualan tanah Rp. 50.000.000,00
• Mencatat penerimaan uang muka
Kas Rp. 50.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 50.000.000,00
1 Oktober 1999
• Mencatat pembayaran angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 32.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00
31 Desember 1999
• Mencatat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)
Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan Bunga Rp. 5.400.000,00
61
Beban penjualan Rp. 2.500.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 64.900.00,00
1 Januari 2000
• Mencatat ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
1 April 2000
• Mencatat pembayaran angsuran kedua dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 30.800.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00
1 Oktober 2000
• Mencatat pembayaran angsuran ketiga dan bunga
Kas Rp. 29.600.000,00
Piutang usaha angsuran Rp.20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00
31 Desember 2000
• Ayat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
1 April 2001
• Mencatat pembayarn angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)
Kas Rp. 28.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00
62
Tanah Rp. 150.000.000,00
Laba kotor yang ditangguhkan Rp. 50.000.000,00
1 September 2000
• Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x 180.000.00,00)
Kas Rp. 30.800.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00
31 Desember 2000
• Ayat jurnal Penyesuaian (4/12 x 12% x Rp 160.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 6.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00
1 Januari 2001
• Ayat Jurnal Pembalik
Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00
Piutang bunga Rp. 6.400.000,00
29 Februari 2001
• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 160.000.00,00)
Kas Rp. 29.600.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00
63
1 September 2001
• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)
Kas Rp. 28.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00
31 Desember 2001
• Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.800.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.800.000,00
1 Januari 2002
• Ayat Jurnal Pembalik
Piutang Bunga Rp. 4.800.000,00
Pendapatan Bunga Rp. 4.800.000,00
29 Februari 2002
• Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00)
Kas Rp. 27.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00
64
1 September 1998
• Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 32.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00
31 Desember 1998
• Ayat jurnal penyesuaian (4/12 x 12%x Rp. 180.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 7.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00
1 Januari 1999
• Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00
Piutang bunga Rp. 7.200.000,00
1 Maret 1999
• Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 30.800.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00
1 September 1999
• Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp.29.600.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00
31 Desember 1999
• Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12%x Rp. 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 5.600.000
Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00
1 Januari 2000
• Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00
Piutang bunga Rp. 5.600.000,00
65
Kemudian PT Gadifs tidak dapat memenuhi kewajibannya, sehingga
Jumlah piutang yang telah diterima Rp. 160.000.000,00
Jumlah yang dikemnbalikan (15%) (Rp. 24.000.000,00)
Rp. 136.000.000,00
Harga pokok tanah Rp 300.000.000,00
Nilai pasar (Rp.250.000.000,00)
Contoh soal dan penyelesaian : Penjualan angsuran barang tak bergerak dengan metode laba kotor
diakui secara periodik (pada saat penjualan dilakukan)
1 Sept 1990
Dijual mesin (aktiva tetap) kepada PT B dengan harga Rp. 500 juta yang nilai bukunya Rp. 400 juta.
Piutang-PT B 500.000.000
Mesin 400.000.000
Diterima uang muka (d/p) Rp. 100 juta dan sisanya dengan wesel hipotik yang dapat diangsur selama
4 kali angsuran semesteran @ Rp. 100 juta ditambah bunga 12% per tahun atas saldo yang belum
dibayar. Angsuran dilakukan tiap 1/3 dan 1/9.
Kas 100.000.000
Wesel Hipotik 400.000.000
Piutang-PT B 500.000.000
66
31 Desember 1990
Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima selama 4 bulan yaitu sebesar 16 juta (4/12
* 12% * 400.000.000)
67
1 Januari 1992
Jurnal Pembalik:
Pendapatan bunga 8.000.000
Piutang bunga 8.000.000
1 Maret 1992
Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga
Kas 112.000.000
Wesel hipotik 100.000.000
Pendapatan bunga 12.000.000
1 September 1992
Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga
Kas 106.000.000
Wesel hipotik 100.000.000
Pendapatan bunga 6.000.000
31 Desember 1992
Jurnal penutup:
Pendapatan bunga 10.000.000
Ikt. R/L 10.000.000
Mesin 190.000.000
Kerugian atas pemilikan kembali 10.000.000
Wesel hipotik 200.000.000
68
Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran :
a. Bunga dihitung dari sisa kontrak selama jangka waktu angsuran. Cara ini disebut: “Long end
interest”
Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp.
500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka
sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran semesteran, ditambah bunga
20% pertahun yang dihitung dari saldo piutang (sisa harga kontrak berjalan) atau menggunakan
metode “Long end interest”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah
pembayaran adalah sbb:
Tgl Bunga Angsuran Pokok Jumlah Sisa
Pembayaran harga kontrak
1/9/90 500,000,000
1/9/90 35,900,000 35,900,000 464,100,000
1/3/91 46,410,000 116,025,000 162,435,000 348,075,000
1/9/91 34,807,500 116,025,000 150,832,500 232,050,000
1/3/92 23,205,000 116,025,000 139,230,000 116,025,000
1/9/92 11,602,500 116,025,000 127,627,500 -
b. Bunga dihitung dari setiap angsuran yang dibayar, yang dihitung sejak tanggal perjanjian sampai
tanggal jatuh tempo tiap angsuran.
Cara ini disebut Short End Interest.
Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp.
500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka
sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran semesteran, ditambah bunga
20% pertahun yang dihitung dari saldo angsuran pokok selama berjalannya jangka waktu angsuran
atau menggunakan metode “Short end interest”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran
pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:
Tgl Bunga Angsuran Pokok Jumlah Sisa
Pembayaran harga kontrak
1/9/90 500,000,000
1/9/90 35,900,000 35,900,000 464,100,000
1/3/91 11,602,500 116,025,000 127,627,500 348,075,000
1/9/91 23,205,000 116,025,000 139,230,000 232,050,000
1/3/92 34,807,500 116,025,000 150,832,500 116,025,000
1/9/92 46,410,000 116,025,000 162,435,000 -
c. Besarnya pembayaran angsuran sama, yang terdiri dari angsuran pokok + bunga yang dihitung dari
saldo berjalan harga kontrak selama jangka waktu angsuran.
Cara ini disebut Metode Anuitas.
Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp.
500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka
sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran semesteran yang sama, dan sudah
termasuk bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo berjalan sis harga kontrak atau
69
menggunakan metode anuitas”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah
pembayaran adalah sbb:
Tgl Bunga Angsuran Pokok Jumlah Sisa
Pembayaran harga kontrak
1/9/90 500,000,000
1/9/90 35,900,000 35,900,000 464,100,000
1/3/91 46,410,000 100,000,000 146,410,000 364,100,000
1/9/91 36,410,000 110,000,000 146,410,000 254,100,000
1/3/92 25,410,000 121,000,000 146,410,000 133,100,000
1/9/92 13,310,000 133,100,000 146,410,000 0
PT. ALTAR
Neraca
Per 1 Januari 2008
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Kas 30.000.000 Utang Usaha 20.000.000
Piutang Usaha 25.000.000 PPN keluaran 4.000.000
Piutang Usaha angsuran: Laba kotor yang
2005 10.000.000 ditangguhkan: 2005 4.000.000
2006 25.000.000 2006 8.750.000
2007 45.000.000 2007 13.500.000
Persediaan barang dagang 117.000.000 Total Kewajiban 50.250.000
PPN masukan 3.000.000
225.000.000
Aktiva Tetap Ekuitas
Tanah 50.000.000 Modal saham 150.000.000
Bangunan 75.000.000 Laba ditahan 168.500.000
Akumulasi Penyusutan (11.250.000) 318.500.000
Nilai buku aktiva tetap 113.750.000
Total aktiva 368.750.000 Total utang & ekuitas 368.750.000
70
Catatan : - PT. Altar sebagai pengusaha kena pajak (PKP)
- Uang muka penjualan angsuran untuk suatu periode meliputi pelunasan sebagian piutang
usaha angsuran dan seluruh tagihan atas pajak pertambahan nilai transaksi selama tahun
2008, jurnal penyesuaian dan jurnal penyesuaian dan jurnal penutup pada akhir periode
antara lain :
2. Penerimaan uang muka dari penjualan angsuran sebesar Rp 20.000.000 (termasuk PPN Rp
12.000.000)
71
Jurnal yang diperlukan selama tahun 2008 sebagai berikut (dengan metode perpetual) :
No Transaksi Debit Kredit
1. Kas 29.700.000
Piutang usaha 61.600.000
Piutang usaha angsuran 2008 120.000.000
Piutang usaha angsuran-PPN 12.000.000
Penjualan 83.000.000
Penjualan angsuran 120.000.000
PPN keluaran 20.300.000
(mencatat penjualan tunai, kredit dan angsuran)
2. Kas 20.000.000
Piutang usaha angsuran 2008 8.000.000
Piutang usaha angsuran-PPN 12.000.000
(mencatat penerimaan uang muka + PPN)
5. Kas 147.000.000
Piutang usaha 40.000.000
Piutang usaha angsuran 2005 10.000.000
Piutang usaha angsuran 2006 15.000.000
Piutang usaha angsuran 2007 22.000.000
Piutang usaha angsuran 2008 60.000.000
(mencatat pelunasan piutang usaha dan piutang usaha angsuran)
Jurnal penyesuaian
7. Beban operasi (beban penyusutan) 3.750.000
Akumulasi penyusutan bangunan 3.750.000
72
(mencatat beban penyusutan bangunan)
Jurnal penutup :
10. Realisasi laba kotor 32.850.000
Penjualan 83.000.000
Harga pokok penjualan 67.000.000
Beban operasi 26.250.000
Ikhtisar L/R 22.600.000
(menutup perkiraan nominal)
PT. A
NERACA
Per 31 Desember 1992
(Jutaan Rp)
Kas 500 Hutang Usaha 60
Persediaan BD 400 LK yg belum direalisasi th 92 50
Piutang Usaha (biasa) 300 LK yg belum direalisasi th 91 40
Piutang Usaha Cicilan th 92 200 Modal Saham 500
Piutang Usaha Cicilan th 91 100 Laba yang ditahan 850
1.500 1.500
73
Penjualan cicilan th 92 dengan tingkat laba kotor 25% dan penjulan cicilan th 91 dengan tingkat laba
kotor 40%.
Transaksi dan ayat jurnal untuk PT. A yang berhubungan dengan penjulan biasa dan penjualan angsuran
th. 1993 adalah sbb:
1 Januari 1993 sampai dengan 31 Desember 1993
Pembelian barang dagang secara kredit Rp. 300.000.000,-
Pembelian 300.000.000
Hutang Usaha 300.000.000
Penjualan terdiri dari : Tunai 400 juta
Kredit 300 juta
Cicilan 200 juta
Kas 400.000.000
Piutang Usaha 300.000.000
Penjualan 700.000.000
Piutang Usaha Cicilan th 93 200.000.000
Penjualan Cicilan 200.000.000
Kas 550.000.000
Piutang Usaha 280.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 93 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 92 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 91 70.000.000
Pembayaran untuk :
Hutang Usaha 350 juta
-/- Potongan ( 3 juta)
347 juta
Biaya operasi 53,5 juta
Jumlah kas yg dikeluarkan 400,5 juta
Jurnal penyesuaian.
Bila pada th. 93 tingkat laba kotor dari penjualan adalah 50% maka Harga Pokok barang yang berkaitan
dengan penjulan adalah Rp. 100 juta.
Untuk menutup perkiraan penjualan cicilan dengan HPP cicilan serta mencatat LK yang belum direalisasi.
74
Penjualan Cicilan 200.000.000
HPP Cicilan 100.000.000
LK yang belum direalisasi th. 93 100.000.000
Untuk menutup perkiraan persediaan awal, pembelian, potongan, pembelian , dan penyisihan atas
penjualan cicilan.
Ikhtisar R/L 597.000.000
Pengiriman atas penjulan cicilan 100.000.000
Potongan pembelian 3.000.000
Persediaan BD (awal) 400.000.000
Pembelian 300.000.000
75
Masalah tukar-tambah dalam penjualan cicilan barang bergerak.
Misalkan barang dagangan dengan harga pokok Rp. 72 juta dijual seharga Rp. 100 juta. Sebagai pengganti
uang muka, maka diterima barang bekas dengan nilai tukar tambah sebesar Rp. 30 juta. Perusahaan
memperkirakan biaya perbaikan barang bekas ini sebesar Rp. 2 juta dan harga jual setelah diperbaiki sebesar
25 juta. Perusahaan biasanya mengharapkan laba kotor sebesar 12% atas penjualan barang bekas.
Nilai barang tukar tambah dan selisih nilai tukar tambah dihitung sbb :
Jumlah yang ditetapkan atas tukar tambah Rp. 30 juta
Nilai barang tukar tambah : Rp. 25 juta
Nilai penjualannya
Dikurangi:
Biaya perbaikan Rp. 2 juta
Laba kotor yg diharapkan atas penjualan kembali barang bekas =Rp. 3 juta
(Rp. 5 juta)
(Rp. 20 juta)
Nilai tukar lebih Rp. 10 juta
Jurnal untuk mencatat penjualan cicilan dengan tukar tambah ini adalah sbb :
Barang dagangan (tukar tambah) Rp. 20.000.000
Nilai tukar lebih atas penj. cicilan dg tukar tambah Rp. 10.000.000
Piutang penjualan cicilan Rp. 70.000.000
Penjualan Cicilan Rp. 100.000.000
Pada tahun ’94, seorang customer tidak mampu membayar kontrak penjualan cicilan sebesar Rp. 10 juta
yang berasal dari transaksi th. 93 dan total yang telah ditagih pada th. 93 adalah Rp. 5 juta. Barang
dimiliki kembali dan dinilai sebesar Rp. 2 juta.
Maka jurnal untuk mencatat ketidakmampuan membayar dan kepemilikan kembali adalah:
Barang dagangan (pemilikan kembali) Rp. 2.000.000
LK yang belum direalisasi th. 93 Rp. 2.500.000
Kerugian atas pemilikkan kembali Rp. 500.000
Hutang Usaha Cicilan th. 93 Rp. 5.000.000
Soal 1
PT. Maryana mempunyai data mengenai penjualan angsuran barang dagangan untuk tahun : 2001, 2002,
dan 2003.
Data-data tersebut adalah .
76
Tahun Persentase Piutang Angsuran Jum. yg ditagih Piut. Angsuran
Laba Kotor 1 Januari 2003 dalam th. 2003 per 31 Des 2003
2001 30 % 130.000.000 130.000.000 -
2002 40 % 150.000.000 84.000.000 66.000.000
2003 40 % - 180.000.000 180.000.000
Diminta :
Buatlah semua jurnal yang diperlukan pada th. 2003.
Soal 2
Pada tanggal 1 April 2000, PT. Noki menjual sebidang tanah seharga Rp. 500 juta Harga Pokok tanah
tersebut sebesar Rp. 300 juta.
Perjanjian pembayaran disetujui sbb :
• Dibayar Rp. 50 juta.
• Sisanya diterbitkan hipotik. Bunga hipotik 12% dibayarkan bersamaan dengan angsuran setiap 1 April
dan 1 Oktober, dimulai 1 Oktober 2000. Tiap-tiap angsuran pokok sebesar Rp. 150 juta.
Pada saat terjadinya transaksi penjualan, PT Noki membayar biaya-biaya berupa komisi, biaya akte hipotik
dll sebesar Rp. 600.000,-
Diminta :
Buatlah jurnal dalam pembukuan PT. Noki, bila :
a. Laba dari penjualan angsuran diakui pada periode terjadinya penjualan.
b. Laba dari penjualan angsuran diakui sebanding dengan penerimaan pembayaran
77
BAB VII
PENJUALAN KONSINYASI
Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan
sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi.
Pengamanat (Consignor)
Pihak yang menyerahkan barang.
Komisioner (Consignee)
Pihak yang menerima barang.
Karakteristik Konsinyasi
1. Barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat karena hak milik
atas barang-barang konsinyasi masih berada ditangan pengamanat. Barang- barang konsinyasi
tidak boleh diakui sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee).
2. Pengiriman barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan baik bagi pengamanat
maupun bagi komisioner sampai barang dagangan dapat dijual kepada pihak ketiga.
3. Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik barang tetap bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman
sampai dengan saat komisioner berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Kecuali
ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua belah pihak.
4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu.
78
Kewajiban Komisioner :
• melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamanat.
• mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian.
• mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun administratif terhadap barang-barang milik
pengamanat, sehingga identitas barang-barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat.
• membuat laporan secara periodik tentang barang yang diterima, barang-barang yang berhasil dijual
dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti
dinyatakan dalam perjanjian.
Apabila diselenggarakan pembukuan secara terpisah, maka komisioner harus membentuk rekening
“barang-barang komisi”.
Contoh :
Fa Baru berusaha dibidang perdagangan elektronik. Khusus untuk pesawat TV mengadakan kerjasama
consignor dengan PT Jaya. Dengan ketentuan, Fa Baru diberikan komisi 25% dari penjualan. Ongkos
angkut lokal ditanggung pihak pengamanat. Harga jual Rp 100.000 setiap pesawat TV.
79
Masalah akuntansi bagi pengamanat :
- diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler
- tidak diselenggarakan secara terpisah
Metode administrasi barang dagangan :
- metode perpetual
- metode phisik
80
BAB VIII
PENGGABUNGAN BADAN USAHA (BUSINESS COMBINATIONS)
Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau
lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.
Dari segi organisasinya usaha mengembangkan perusahaan, dapat dilakukan melalui salah satu dari
dua jalan berikut:
a. Mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau Internal business expansion.
b. Mengadakan penggabungan badan usaha atau External business expansion.
Di lihat dari segi cara pembentukannya, penggabungan usaha jmelalui external business expansion
kini dapat dibedakan menjadi 2 cara, berikut:
1. Penggabungan badan usaha
Menggabungkan beberapa perusahaan yang telah ada sebelumnya menjadi satu perusahaan yang baru,
atau berfungsinya beberapa perusahaan ke dalam satu perusahaan yang baru.
2. Pemilikan sebagian besar saham-saham perusahaan lain
Dengan dimilikinya sebagian besar saham-saham perusahaan lain, berarti berhak untuk sepenuhnya
mengendalikan operasi dan manajemen perusahaan lain tersebut.
81
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Dasar yang Akan Dipakai Di dalam Menentukan Besarnya
Kontribusi Relatip dari Masing-Masing Pihak
Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan:
1. Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan satu jenis atau golongan surat berharga
(modal saham) saja.
2. Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan dua atau lebih jenis (golongan) surat
berharga (modal saham).
PT Siwi Peni mengeluarkan satu jenis saham atas dasar ratio kekayaan bersih, pemegang saham
PT Anon, PT Dian, dan PT Dani masing-masing akan menerima modal saham tersebut dengan
perbandingan; 20 : 30 : 50. Dengan demikian, pembagian modal dalam hubungannya dengan kontribusi
masing-masing terhadap kekayaan bersih sebesar Rp.75.000.000 tetap sama seperti halnya pada saat
sebelum mereka bergabung. Akan tetapi keuntungan sebesar Rp. 7.500.000 di kemudian hari akan dibagi
sesuai dengan perbandingan modal saham yang dimiliki. Hal ini akan berakibat kerugian bagi pemegang
saham PT Anon di satu pihak dan keuntungan bagi pemegang saham PT Dani di pihak yang lain.
Sebaliknya, jika modal dibagikan sesuai dengan perbandingan tingkat keuntungan relatip yang
disumbangkan. Pemegang saham PT Anon, PT Dian, dan PT Dani masing-masing akan menerima jumlah
sahm dengan perbandingan 30 : 30 :40. Dengan demikian meskipun pembagian keuntungan yang kelak
diperoleh dapat dipertahankan seperti sediakala, kan tetapi para pemegang saham tidak dapat
mempertahankan pemilikan terhadap kekayaan bersih yang diserahkan kepada perusahaan yang baru
dibentuk. Hal ini berakibat para pemegang saham PT Anon akan mempunyai klaim terhadap net assets
lebih besar dari jumlah yang ditanamkan, sebaliknya bagi para pemegang sahan PT Dani, klaim terhadap
net assets pada perusahaan yang baru akan lebih kecil dibandingkan dari jumlah yang diinvestasikan.
Untuk menghindarkan ketidak-adilan sebagaimana disebutkan di atas, maka kontribusi dari
masing-masing pihak harus ditentukan lebih lanjut dengan memperhatikan adanya kemampuan lebih untuk
mendapatkan leuntungan dan menambah jumlah tersebut kepada kekayaan bersih yang diserahkan. Sedang
sebgai dasar alokasi modal saham selanjutnya adalah kontribusi relatp daripada kekayaan bersih masing-
masing yang telah ditambah dengan gooswill tersebut.
Contoh 2:
Jika dari contoh 1 di atas, di tentukan sebagai berikut:
Tingkat laba normal dari jumlah investasi adalah 6%. Kelebihan laba di atas laba normal, dikapitalisasikan
dengan tingkat kapitalisasi 20% untuk menentukan besarnya goodwill.
82
Dengan ketentuan tersebut, maka jumlah kontribusi relatip yang diperhitungkan dengan
mempertimbangkan kedua faktor itu dihitung sebagai berikut:
Pada cara ini Modal Saham PT Siwi Peni, selanjutnya dikeluarkan dan dibagikan kepada masing-
masing pihak atas dasar kontribusi relatip dari kekayaan bersih termasuk goodwill. Sedang besarnya
kekayaan yang harus diakui oleh perusahaan yang baru dibentk dalam penggabungan perusahaan dapat
dipakai dua dasar. Pertama perusahaan yang baru dibentuk dapat mengakui besarnya kekayaan yang
diserahkan oleh masing-mmasing pihak sebesar kekayaan bersih termasuk goodwill. Kedua besarnya
kekayaan yang diakui dan dicatat hanya sebesar kekayaan bersih riil, tidak termasuk goodwill.
Dibawah ini adalah prosedur pembukuan pada buku-buku PT Siwi Peni; masing-masing apabila
modal saham dikeluarkan dalam hubungan nya dengan kontribusi kekayaan bersih termasuk goodwill, dan
kontribusi yang diakui sebesar kekayaan bersih riil tanpa goodwill.
Goodwill diakui
Keterangan PT Siwi Peni mengeluarkan 9.000 lb saham biasa, nominal
@ Rp. 10.000
Kontribusi kekayaan bersih Goodwil Rp. 15.000.000 (D)
termasuk goodwill: Macam-macam aktiva Rp. 75.000.000 (D)
PT Anon = Rp. 21.750.000 Modal Saham Rp. 90.000.000 (K)
PT Dian = Rp. 27.000.000
PT Dani = Rp. 41.250.000
Jumlah = Rp. 90.000.000
Alokasi Modal Saham =
PT Anon = Rp. 21.750.000 : 10.000 = 2.175 lb
PT Dian = Rp. 27.000.000 : 10.000 = 2.700 lb
PT Dani = Rp. 41.250.000 :10.000 = 4.125 lb
Jumlah = 9.000lb
83
Goodwill Tidak Diakui
PT Siwi Peni mengeluarkan PT Siwi Peni mengeluarkan
Keterangan
7.500 lb Saham Biasa, nominal 18.750 lb Saham Biasa, nominal
@ Rp. 10.000 @ Rp. 10.000
Kontribusi kekayaan bersih Macam-macam Aktiva Rp. Macam-macam Aktiva Rp.
termasuk goodwill: 75.000.000 (D) 75.000.000 (D)
PT Anon = Rp. 15.000.000 PT Modal Saham Rp. 75.000.000 Modal Saham Rp. 52.250.000
Dian = Rp. 22.500.000 (K) (K)
PT Dani = Rp. 37.500.000 Agio Saham Rp. 18.750.000 (K)
Jumlah = Rp. 75.000.000
Alokasi Modal Saham: Alokasi Modal Saham:
!".$%& !".$%&
PT Anon = '&.&&& x 7.500 lb = PT Anon = '&.&&& x 18.7500 lb
1.812 lb = 4.375 lb
!$.&&& !$.&&&
PT Dian = '&.&&& x 7.500 lb = PT Dian = '&.&&& x 18.750 lb =
2.250 lb 5.625 lb
(".!%& (".!%&
PT Dani = '&.&&& x 7.500 lb = PT Dani = '&.&&& x 18.250 lb =
3.438 lb 8.750 lb
Meskipun pada masing – masing cara itu jumlah lembar saham yang di bagikan berbeda satu sama
lain, akan tetapi cara alokasi tersebut memungkinkan prosentase pemilikan oleh masing-masing perusahaan
yang terdahulu di dalam perusahaan yang baru di bentuk tetap sama. Pada cara ini klaim terhadap kekayaan
bersih dan bagian terhadap keuntungan dari perusahaan terdahulu dalam perusahaan yang baru, akan
menjadi sebgai berikut:
Kesimpulan:
Jika keuntungan relatip yang diserahkan berbeda dengan kekayaan bersih relatipnya dan satu jenis saham
dikeluarkan dalam penggabungan perusahaan, maka perbandingan semula baik dalam hak atas bagian laba
maupun klaim terhadap kekayaan bersihnya kedua-duanya tidak dapat dipertahankan dalam perusahaan
yang baru.
84
Penggabungan Perusahaan dengan Mengeluarkan dua atau lebih Jenis Modal Saham
Jika dikehendaki agar proporsi pemilikan dan hak-hak dari masing-masing pihak dapat
dipertahankan dalam perusahaan yang baru, maka perlu dikeluarkan lebih dari satu jenis saham.
Cara mengalokasikan modal saham tersebut, jika dikeluarkan lebih dari satu jenis diatur sebagai
berikut:
1) Keuntungan relatip dari masing-masing pihak harus dikapitalisasikan dengan suatu tingkat atau
tertentu. Suatu prioritas saham harus dikeluarkan dan dibagikan kepada masing-masing pihak, sesuai
dengan jumlah kekayaan bersih riil yang diserahkan.
2) Saham biasa yang dikeluarkan adalah sebesar slisih antara modal saham yang harus dikeluarkan
dikurangi dengan jumlah modal saham prioritas.
3) Preferensi saham prioritas terhadap kekayaan, dimaksudkan agar klaim terhadap kekayaan dlam
perusahaan yang baru sama dengan kekayaan riil yang diserahkannya. Sedang saham prioritas juga
harus berpartisipasi penuh, dimaksudkan agar ratio pembagian laba tetap dapat di pertahankan.
Dengan demikian itu mencakup keharusan untu dipertimbangkannya atau dikapitalisasikannya
kemampuan memperoleh laba di atas laba normal dengan suatu tingkat tertentu. Apabila laba yang
diperoleh oleh perusahaan baru dibentuk kurang dari jumlah laba yang didapat oleh masing-masing
perusahaan sebelum digabungkan, maka hak atas laba dalam perusahaan yang baru tidak lagi sama dengan
kontribusi relatip masing-masing pihak. Hal ini terjadi karena saham biasa yang dkeluarkan atas dasar laba
di atas normal yag diperhitungkan itu ternyata tidak dapat direalisasikan.
Berarti, modal statuair untuk seluruh golongan saham dlam perusahaan yang baru dibentuk dan
dibagikan kepada masing-masing pihak yang bergabung harus didasarkan atas kontribusi relatip dari
keuntungannya. Prosentase yang dipakai sebagai dasar untuk mengkapitalisasikan laba tidak boleh lebih
besar dari rentabilitas yang paling rendah di antara perusahaan yang bergabung dan hak prioritas atau
preferensi atas pembagian laba dari Saham Prioritas. Laba yang diharapkan dari masing-masing perusahaan
terdahulu dikapitalisasikan dengan satu prosentase tertentu, untuk menentukan jumlah saham yang akan
dikeluarkan sebagai pembayaran atas kekayaan bersih yang diserahkan.
Apabila prosentase yang digunakan untuk mengkapitalisasikan laba melampaui rate of return dari
kekayaan bersih riil, akan berakibat jumlah pembayaran kepada perusahaan terdahulu kurang dari jumlah
kekayaan bersih riil yang diserahkan. Agar klaim terhadap kekayaan bersih di dalam perusahaan yang baru
sesuai dengan kontribusinya, harus dikeluarkan modal saham yang nilainya lebih besar dari jumlah yang
harus dibayar kepada perusahaan yang digabungkan tersebut.
Jika tingkat kapitalisasi yang dipakai lebih kecil dari prioritas hak atas laba dari saham preferen,
ketidaksesuaian akan terjadi di dalam pembagian laba di antara perusahaan yang terdahulu.
Untuk mencapai keseimbagngan pembagian laba di antara perusahaan yang terdahulu diperlukan laba
minimum pada perusahaan yang baru dibentuk jauh lebih besari dari tingkat laba yang diharapkan.
Contoh 3 :
PT. Anon, PT. Dian, dan PT. Dani pada contoh 1 bermaksud untuk mengadakan penggabungan
badan usaha dengan membentuk perusahaan baru bernama PT Siwi Peni. Untuk itu telah disetujui PT Siwi
Peni akan mengeluarkan 1.000 lembar 6% Sahan Prioritas, nominal @ Rp 100.000,00 per lembar dan 3.000
lembar Saham Biasa dengan nilai nominal @ Rp 25.000,00 per lembar. Data tentang kekayaan bersih yang
akan diserahkan oleh masing-masing perusahaan dan laba yang diproyeksikan untuk setiap perusahaan itu
nampa pada tabel berikut :
Perusahaan Kontribusi Jumlah Laba yang Kontribusi Prosentase
kekayaan kekayaan diproyeksikan relatip yang laba dari
bersih bersih diproyeksikan kekayaan
relatip bersih
(ROA)
PT Anon 15.000.000 20% 2.250.000 30% 15%
PT Dian 22.500.000 30% 2.250.000 30% 10%
PT Dani 37.500.000 50% 3.000.000 40% 8%
Jumlah 75.000.000 100% 7.500.000 100% 10%
85
Berdasar uraian tersebut, besarnya modal saham yang harus dikeluarkan untuk pembayaran
kekayaan bersih yang diserahkan oleh masing-masing perusahaan menurut golongan saham sesuai dengan
prosentase yang dipakai untuk mengkapitalisasi kemampuan memperoleh laba beserta pengaruhnya
terhadap pembagian laba kelak di kemudian hari.
A. Tingkat kapitalisasi laba adalah 6% sama dengan prioritas yang diberikan kepada Pemegang Saham
Preferen (Prioritas)
Penentuan besarnya nominal saham yang harus dikeluarkan dan alokasinya kepada masing-
masing perusahaan yang bergabung yaitu :
86
Apabila hal ini terjadi, maka laba (keuntungan) PT Siwi Peni sebesar Rp 7.500.000,00 di
kemudian hari akan memberikan hak atas laba kepada para pemegang saham (perusahaan terdahulu)
masing-masing 6% dari nominal sham yang dimilikinya seperti berikut :
PT Anon PT Dian PT Dani Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Untuk
Saham
Prioritas:
6% dari
nominal 900.000 20 1.350.000 30 2.250.000 50 4.500.000 100
Untuk
Saham
Biasa : 6%
dari nominal
1.350.000 45 900.000 30 750.000 25 3.000.000 100
Bagian laba
stlh pggbgan
Bagian laba 2.250.000 30 2.250.000 30 3.000.000 40 7.500.000 100
sblm
pggbgan
(kontribusi)
2.250.000 30 2.250.000 30 3.000.000 40 7.500.000 100
Keuntungan - - - - - - - -
(kerugian)
Ratio pembagian laba antara para pemegang saham perusahaan terdahulu = 30% : 30% : 40%,
sesuai dengan kontribusi relatipnya dalam perusahaan gabungan, akan dapat dipertahankan apabila PT Siwi
Peni meperoleh laba lebih besar atau sama dengan Rp 7.500.000,00.
Jumlah laba dibawah Rp 7.500.000,00 pada perusahaan yang baru dibentuk, berarti tidak dapat
direalisasikanya jumlah laba sebelum terjadinya penggabungan yang tidak dipertahankan, sehungga pihak-
pihak tertentu akan merasa untung dengan adanya penggabungan tersebut.
Risiko demikian itu akan menimpa pada pihak-pihak tertentu yang kontribusi relatip kekayaan bersihnya
berbeda dengan kontribusi relatip keuntungannya. Pada contoh ini, risiko itu akan berlaku antara PT Anon
dan PT Dani. laba sebesar Rp 4.500.000,00 yang didapat PT Siwi Peni misalnya, akan berakibat ratio
pembagian laba di antara pemegang saham perusahaan terdahulu menjadi = PT Anon : PT Dian : PT Dani
= 20% : 30% : 50%.
Jumlah laba yang semakin mendekati jumlah yang dipoyeksikan, akan mengubah ratio pembagian laba
menuju ke arah ratio keseimbangan tersebut.
87
B. Tingkat Kapitalisasi Laba sebesar 8%, di atas prosentase hak prioritas yang diberikan kepada
Pemegang Saham Preferen (Prioritas)
Apabila laba dikapitalisasi dengan tingkat 8%, maka jumlah modal saham yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan yang baru dibentuk sebesar Rp 93.750.000,00 terdiri dari Saham Preferen Rp
75.000.000,00 dan saham biasa Rp 18.750.000,00. Alokasi sahm tersebut kepada (pemegang saham)
perusahaan terdahulu, sebagai berikut :
88
Pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 di kemudian hari akan memberikan hak atas laba
kepada para pemegang saham (perusahaan terdahulu) sebagai berikut :
Komposisi pembagian laba tetap dapat dipertahankan seperti keadaan sebelum terjadinya
penggabungan. Akan tetapi apabila tingkat kapitalisasi laba leih besar dari hak prioritas atas pembagian
laba yang diberikan kepada saham preferen dan presentase itu tidak lebih besar dari rate of return terendah
di antara peusahaan-perusahaan yang bergabung, maka komposisi pembagian laba dapat dipertahankan
sejak tingkat laba yang dibentuk sama dengan hak prioritas saham preferen. Pada contoh sejak PT Siwi
Peni memperoleh laba sebesar Rp 5.625.000,00 (6% dari Rp 93.750.000,00), pembagian laba akan
mencapai komposisi sebelum terjadi penggabungan, meskipun jumlah laba itu belum mencapai laba yang
diproyeksikan.
Pembagian laba sebesar Rp 5.625.000 akan memberikan hak atas laba masing-masing sebesar PT
Anon Rp 1.687.500, PT Dian Rp 1.687.500, PT Dani Rp 2.250.000.
89
C. Tingkat Kapitalisasi Laba sebesar 5%, lebih rendah dari hak prioritas pembagian laba yang diberikan
kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas)
Pada cara ini modal saham yang dikeluarkan perusahaan yang baru dibentuk akan berjumlah Rp
150.000.000,00 terdiri dari masing-masing Rp 75.000.000,00 untuk setiap golongan saham. Perhitungan
moda saham yang harus dikeluarkan dan alokasinya kepada masing-masing pihak adalah sebagai berikut :
Sedang pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 dikemudian hari tidak akan memberikan hak-hak
sesuai komposisi pada saat sebelum diadakan penggabungan, meskipun jumlah tersebut sesuai dengan laba
yang diproyeksikan.
90
Hal ini disebabkan hak prioritas pembagian laba yang diberikan kepada saham preferen lebih besar
dari tingkat laba yang diharapkan. Pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 akan menghasilkan komposisi
sebagai berikut :
Pada cara ini komposisi pembagian laba itu akan mencapai komposisi seperti keadaan sebelum
penggabungan, apabila tingkat laba perusahaan yang baru dibentuk minima 6% dari jumlah aktivanya atau
sebesar Rp 9.000.000,00, yaitu sama dengan hak prioritas yang diberikan kepada pemegang saham
preferen, yaitu :
D. Kapitalisasi Laba sebesar 10%, lebih besar dari tingkat laba yang paling rendah diantara
perusahaan-perusahaan yang bergabung
Modal saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk berjumlah Rp 75.000.000,00.
Dengan demikian tidak ada goodwill yang harus diperhitungkan di dalan penggabungan badan usaha.
Pada cara ini pembagian laba oleh perusahaan yang baru , tidak akan pernah mencapai komposisi semula
pada saat sebelum terjadi penggabungan. Pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 di kemudian hari akan
berakibat komposisi pembagian laba menjadi sebagai berikut :
91
Meskipun dalam penggabungan ini, misalnya ada goodwill yang dibentuk tetapi selama tingkat
kapitalisasi laba adalah lebih besar dari tingkat laba paling rendah di antara perusahaan yang bergabung,
maka komposisi keseimbangan pembagian laba itu tidak pernah dapat dicapai.
Informasi keuangan PT Dahlia dan PT Wijaya, yang digunakan sebagai titik tolak dalam penggabungan
kedua perusahaan tersebut :
PT Dahlia PT Wijaya
Kekayaan Bersih Riil Rp 50.000.000 Rp 150.000.000
Laba yang Diproyeksikan Rp 7.500.000 Rp 15.000.000
Prosentase laba dari kekuasaan
bersih 15% 10%
Sesuai dengan ketentuan dan uraian di atas, maka perhitungan penentuan jumlah modal saham PT EVS
yang harus dikeluarkan dalam penggabungan PT Dahlia dan PT Wijaya serta alokasinya kepada masing –
masing pihak yaitu :
Perhitungan PT Dahlia PT Wijaya Total
Laba diproyeksikan 7.500.000 15.000.000 22.500.000
-tingkat laba atas kekuasaan
bersih riil yang diserahkan
5% dari 50.000.000
5% dari 150.000.000 2.500.000 - 2.500.000
- 7.500.000 7.500.000
-tingkat laba atas aktiva tak
berwujud, yang tidak dibukukan
5.000.000 7.500.000 12.500.000
Modal saham yang harus
dikeluarkan :
-5% saham preferen, sebesar
kekayaan bersih riil
-saham biasa, sebesar goodwill 50.000.000 150.000.000 200.000.000
yang diperhitungkan :
a. 5.000.000 :0,10
92
b. 7.500.000 :0,10
50.000.000 - 50.000.000
- 75.000.000 75.000.000
Jumlah 100.000.000 225.000.000 325.000.000
Ratio pembagian laba setelah
penggabungan
-tingkat laba atas kekayaan
bersih riil 25% 75% 100%
-tingkat laba atas aktiva tak
berwujud 40% 60% 100%
Ratio pembagian laba
keseluruhan 33"/+ % 66!/+ % 100%
Tabel berikut memperlihatkan berbagai kemungkinan ratio pembagian laba kepada para pemegang
saham perusahaan – perusahaan terdahulu pada setiap tingkat laba yang dicapai oleh PT EVS.
Tingkat laba Pembagian laba Ratio pembagian laba Ratio pembagian laba Keuntungan (kerugian)
setelah sebelum penggabungan setelah penggabungan
penggabungan
Jumlah
% PT.Dahlia PT.Wijaya PT Dahlia PT.Wijaya PT.Dahlia PT.Wijaya PT.Dahlia PT.Wijaya
(Rp)
5000 1,00 1.250 3.750 33,30 66,70 25,0 75,0 (8,30) 8,30
10000 2,00 2.500 7.500 33,30 66,70 25,0 75,0 (8,30) 8,30
15000 3,00 4.500 10.500 33,30 66,70 30,0 70,0 (3,30) 3,30
20000 4,00 6.500 13.500 33,30 66,70 32,50 67,50 (0,80) 0,80
22500 4,50 7.500 15.000 33,30 66,70 33,30 66,70 0 0
25000 5,00 8.500 16.500 33,30 66,70 34,0 66,0 0,70 (0,70)
30000 6,00 10.500 19.500 33,30 66,70 35,0 65,0 1,70 (1,70)
35000 7,00 12.500 22.500 33,30 66,70 35,70 64,30 2,40 (2,40)
40000 8,00 14.500 25.500 33,30 66,70 36,25 63,75 2,95 (2,95)
45000 9,00 16.500 28.500 33,30 66,70 36,60 63,40 3,30 (3,30)
50000 10,00 18.500 31.500 33,30 66,70 37,0 63,0 3,70 (3,70)
93
perubahan substansial di dalam pemilikan yang terjadi segera sebelum atau segera sesudah
kombinasi.
- Apabila manajemen dari salah satu perusahaan yang bergabung itu dieliminasikan, atau
pengaruhnya terhadap manajemen secara keseluruhan perusahaan – perusahaan sedemikian kecil,
maka merupakan petunjuk adanya “pembelian”.
-
Contoh 5 :
Berikut adalah neraca PT Danny, PT Hanny, dan PT Sanny pada tanggal 1 Juli 1979.
PT Danny PT Hanny PT Sanny
Aktiva lain lain 150.000.000 93.750.000 75.000.000
Jumlah 150.000.000 93.750.000 75.000.000
Hutang 56.250.000 30.000.000 26.250.000
Modal saham @50.000/lembar 75.000.000 - -
Modal saham @100.000/lembar - 37.500.000 -
Modal saham @50.000/lembar - - 37.500.000
Agio saham 26.250.000 11.250.000 7.500.000
Laba ditahan (defisit) (7.500.000) 15.000.000 3.750.000
Jumlah hutang dan modal 150.000.000 93.750.000 75.000.000
Pada saat posisi keuangan masing – masing seperti tersebut di atas para pemegang saham
bersepakat untuk mengadakan penggabungan badan usaha. PT Danny yang akan tetap meneruskan usaha
– usahanya bersedia membeli kekayaan bersih PT Hanny dan PT Sanny. Sebagai alat pembayaran PT
Danny akan mengeluarkan modal sahamnya yang pada tanggal tersebut mempunyai harga pasar @ Rp
50.000/lembar. Penilaian kembali terhadap harta kekayaan PT Hanny dan PT Sanny sesuai dengan
persetujuan bersama mengakibatkan kenaikan kekayaan bersih PT Hanny sebesar Rp 11.250.000 dan
kekayaan bersih PT Sanny sebesar Rp 7.500.000.
Jumlah saham PT Danny yang akan dikeluarkan sesuai dengan kontribusi kekayaan bersih setelah diadakan
penilaian kembali, untuk para pemegang saham PT Hanny dan PT Sanny dihitung sebagai berikut :
PT Hanny PT Sanny Jumlah
Jumlah aktiva (nilai buku) 93.750.000 75.000.000 168.750.000
Jumlah kenaikan nilai aktiva 11.250.000 7.500.000 18.750.000
Jumlah aktiva (penilaian) 105.000.000 82.500.000 187.500.000
Jumlah hutang (per buku) 30.000.000 26.250.000 56.250.000
Jumlah kekayaan bersih 75.000.000 56.250.000 131.250.000
Jumlah saham yang harus
dikeluarkan (kekayaan bersih dibagi
Rp 50.000) 1500 lembar 1.125 lembar 2.625 lembar
Jurnal untuk mencatat pemilikan aktiva dan pengakuan hutang PT Hanny dan PT Sanny serta pengeluaran
2.625 lembar saham oleh PT Danny dan penerimaan modal saham serta pembagiannya kepada para
pemegang saham PT Hanny dan PT Sanny, menurut penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai
by purchase sebagai berikut :
Transaksi Buku PT Danny Buku PT Hanny Buku PT Sanny
Pemilikan Aktiva 187.500
aktiva,pengakuan Hutang 56.250 - -
hutang, pengeluaran Modal 131.250
modal saham
Penyerahan Saham - saham PT Danny Saham –saham PT Danny
kekayaan bersih dan 75.000 56.250
penerimaan saham Hutang 30.000 Hutang 26.250
94
dari PT Danny oleh Aktiva 93.750 Aktiva 75.000
PT Hanny dan PT Laba yang ditahan Laba yang ditahan
Sanny serta 11.250 7.500
pencatatan atas laba
kenaikan nilai -
kekayaan (penilaian
kembali)
Pembagian saham Modal 37.500 Modal 37.500
PT Danny kpada Agio modal saham Agio modal saham
para pemegang 11.250 7.500
saham PT Hanny Laba dithn26.250 Laba dithn 11.250
dan PT Sanny dan Saham–saham Saham–saham PT.Danny
menutup rekening PT.Danny 75.000 56.250
hak para pemegang
saham.
PT Hanny: tiap
pemegang 1 lbr Terdiri dari Terdiri dari
dengan 4 lbr saham Saldo sebelum penilaian Saldo sebelum penilaian
PT Danny. kembali kembali
PT Sanny: tiap 15.000 3.750
pemegang 1 lbr Laba penilaian kembali Laba penilaian kembali 7.500
dengan 1.50 lbr 11.250 Jumlah 11.250
saham PT Danny Jumlah 26.250
Aktiva
Hutang 112.500.000
225.000.000
95
contoh 6 :
Apabila dalam penggabungan PT Danny, PT Hanny, PT Sanny pada contoh 5 ditentukan :
- Penggabungan badan usaha, dilakukan dengan membentuk perusahaan yang sama sekali baru, dengan
nama PT Satria.
- Penilaian kembali terhadap harta kekayaan PT Danny tidak mengakibatkan kenaikan maupun
penurunan kekayaan bersih serta posisi keuangannya. Sedang penilaian kembali terhadap harta
kekyaan PT Hanny dan PT Sanny tetap berlaku.
- Sebagai pembayaran atas kekayaan bersih yang dikontribusikan oleh PT Danny, PT Hanny dan PT
Sanny, akan dikeluarkan modal saham PT Satria dengan ketentuan satu lembar saham untuk tiap – tiap
kekayaan bersih yang diserahkan sebesar Rp 50.000.
Banyaknya saham yang harus dikeluarkan oleh PT Satria dan alokasi kepada masing – masing
perusahaan yang terdahulu :
PT Danny PT Hanny PT Sanny Jumlah
Jumlah aktiva
(penilaian) 150.000.000 105.000.000 82.500.000 337.500.000
Jumlah hutang (56.250.000) (30.000.000) (26.250.000) (112.500.000)
Jumlah
kekayaan bersih
yang diserahkan
93.750.000 75.000.000 56.250.000 225.000.000
Jumlah saham
yang harus
dikeluarkan
(kekayaan bersih
dibagi 50.000)
1.875 lembar 1.500lembar 1.125 lembar 4.500 lembar
Menurut konsep penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai pembelian , transaksi tersebut oleh
PT Satria akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut, jika dinyatakan :
Nilai nominal saham PT Satria 45.000/lembar
Nilai nominal saham PT Satria 35.000/lembar
Nilai nominal saham PT Satria 25.000/lembar
Penggabungan Badan Usaha atas dasar penyatuan Kepentingan (by pooling of interest)
Dari segi akuntansi penggabungan ini terjadi apabila:
Pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, di mana pemegang-pemegang dari bagian
penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian
96
memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan yang bergabung, baik secara langsung atau
melalui satu atau lebih anak perusahaan.
Faktor lain yang merupakan petunjuk adanya penggabungan badan usaha yang bersifat penyatuan
kepentingan:
1) Badan usaha yang tunggal itu dapat berupa satu diantara perusahaan yang bergabung atau badan usaha
yang tunggal itu dapat berupa suatu badan usaha yang dibentuk sama sekali baru.
2) Sesudah kombinasi usaha dilakukan, kekayaan bersih dari semua badan usaha yang bergabung (pada
umumnya) akan dipegang oleh badan usaha tunggal tersebut.
Prosedur akuntansi – Penggabungan Badan Usaha atas dasar “Penyatuan Kepentingan” (pooling of
interest)
Apabila kombinasi usaha dianggap sebagai suatu “pooling of interest” maka tidak diperlukan dasar-dasar
baru tentang accountabilitynya. Menurut konsep ini, badan usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan
dari semua badan usaha yang bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang tunggal maupun
sebagai induk perusahaan dengan satu atau beberapa anak perusahaan. Oleh sebab itu apabila ada satu atau
lebih dari badan usaha yang bergabung itu tetap melanjutkan eksistensinya dalam suatu bentuk hubungan
afiliasi dan terdapat persyaratan-persyaratan untuk adanya pooling of interest; maka gabungan saldo laba
yang itdak dibagi di dalam neraca konsolidasi adalah merupakan keharusan. Untuk memperoleh gambaran
yang konkrit tentang prosedur pencataatan dinyatakan sebagai penyatuan kepentingan, berikut ini diberikan
contoh-contoh dengan menggunakan data yang sama pada contoh-contoh no. 5 dan no. 6.
Contoh 7:
Apabila pada contoh no. 5 dinyatakan bahwa penggabungan pt Danny, pt Sanny sebagai suatu
penyatuan kepentingan, maka jurnal yang harus dibuat oleh pt Danny untuk mencatat pemilikan harta
kekayaan pt Hanny sebesar Rp. 93.750.000,00 dan pt Sanny sebesar Rp. 75.000.000,00 dan pengakuan
hutang-hutangnya masing-masing sebesar Rp 30.000.000,00 dan Rp. 26.250.000,00 serta pengeluaran
modal saham sebanyak 2.625 lembar adalah sebagai berikut:
97
Adapun neraca PT Danny menurut konsep by pooling of interest akan sebagai berikut:
“PT Danny”
Neraca, per 1 Juli 1979
Aktiva
Aktiva lain-lain Rp. 318.750.000
Jumlah Aktiva Rp. 318.750.000
Hutang dan Modal
Hutang-hutang Rp. 112.500.000
Modal Saham Rp. 150.000.000
Agio Saham Rp. 45.000.000
Laba yg ditahan Rp. 11.250.000*
Rp. 206.250.000
Jumlah Hutang dan Modal Rp. 318.750.000
* Terdiri dari: (15.000.000 + 3.750.000 – 7.500.000)
Contoh no 8.
Apabila dalam penggabungan pt Danny, pt Hanny, dan pt Sanny dengan membentuk sebuah perusahaan
baru pt Satria pada contoh no 6 di muka, dianggap sebagai penggabungan usaha yang dinyatakan sebagai
penyatuan kepentingan ( by pooling of interest), maka pencatatan yang harus dilakukan oleh pt Satria
terhadap pengeluaran saham sebanyak 4.500 lembar; masing-masing 1.875 lembar kpd pt Danny 1.500
lembar kpd pt Hanny dan 1.125 lembar kpd pt Sanny akan nampak sbb :
98
Modal Statuatir, pt Satria terdiri dari :
4.500 lembar saham nominal @ Rp.45.000 Rp. 202.500.000
Modal Statuatir, sblm terjadi penggabungan :
Pt Danny Rp. 75.000.000
Pt Hanny Rp. 37.500.000
Pt Sanny Rp. 37.500.000
Rp. 150.000.000
Modal statuatir, dinaikan dengan Rp. 52.500.000
Kenaikan modal statuatair mengakibatkan harus dikapitalisasinkannya seluruh agio saham yang
ada dan sebagian laba yang ditahan menjadi modal statutair dengan perincian sbb:
Jumlah modal statutair yang baru: (4.500 lembar @ Rp. 45.000 Rp. 202.500.000
Jumlah Modal Statuatir yang lama:
(Rp. 75.000.000 + Rp. 37.500.000 + Rp. 37.500.000) Rp. 150.000.000
Selisih Kurang Rp. 52.500.000
Ditutup dengan:
Kapitalisasi agio saham:
(Rp. 26.250.000 + Rp. 11.250.000
+ Rp. 7.500.000) = Rp. 45.000.000
Kapitalisasi sebagian laba yang ditahan Rp. 7.500.000
Rp. 52.500.000
0
Dengan demikian saldo laba yang ditahan pada perusahaan yang baru tinggal Rp. 3.750.000
(Rp. 11.250.000 – Rp. 7.500.000) seperti nampak pada jurnal tsb di muka.
Pada transaksi B modal stratuatir perusahaan yang baru naik sebesar Rp. 75.000.000 dibanding dengan
modal stratuatir sebelumnya. Oleh sebab itu, kekurangan tsb cukup ditutup dengan hanya sebagaian dari
saldo Agio Saham.
Dengan demikian dalam perusahaan yang baru komponen modalnya akan terdiri dari
Modal saham, 4.500 lembar nominal @ Rp. 35.000 Rp. 157.500.000
Agio Saham (Rp. 45.000.000 – 7.500.000) Rp. 37.500.000
Laba yg ditahan Rp. 11.250.000
Jumlah Rp. 206.250.000
Sedang pada transaksi C di mana terjadi pengurangan modal stratuair (sebelumnya Rp. 150.000.000
menjadi Rp. 112.500.000 berakibat harus pula dikurangkannya saldo modal stratuair untuk kemudian
ditambahkan kepada komponen modal lainnya yang berasal dari para pemilik, dalam hal ini Agio saham.
Dengan demikian sesuai pula dengan jurnal pada contoh no. 7C; saldo hak-hak para pemegang saham
dalam perusahaan yang baru (pt Satria) akan terdiri dari:
Modal Saham Rp. 112.500.000
99
Akibat-akibat Adanya prosedur penggabungan Badan Usaha yang Alternatip
Adanya dua prossedur penggabungan di mana masig-masing mempunyai konsekuensi khususnya
terhadap dasar pencatatannya yang satu sama lain berbeda tsb, akan mengakibatkan pula posisi keuangan
perusahaan gabungan yang berbeda-beda pada masing-masing cara. Ada dua kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut:
1) Adanya metode penggabungan yang alternatip, di mana satu sama lain menggunakan dasar-dasar
pencatatan yang berbeda, dan mengakibatkan pula perbedaan dalam posisi keuangan dan hasil usaha
periodik di kemudian hari bagi perusahaaan gabungan.
2) Pengaruh metode yang alternatip mempunyai akibat yang lebih penting terhadap laba-rugi periodik
daripada pengaruhnya terhadap neraca. Hal ini sesuai dengan semakin beralihnya sudut pandangan
dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dewasa ini dari semula pada posisi
keuangan menjadi laba rugi periodik yang merupakan titik perhatian dalam rangka menilai dan
menginterprestasikan tentang masa depan perusahaan.
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Beams, Floyd, dan Amir Abadi Yusuf. 1999. Akuntansi Keuangan Lanjutan Di Indonesia. Buku
I. Salemba Empat: Jakarta.
A. Beams, Floyd, Brozovsky, dan Shoulders. 2002. Akuntansi Keuangan Di Indonesia. Buku I.
Salemba Empat: Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 Tentang
Penggabungan Usaha. Salemba Empat: Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
R. Drebin, Allan. 1996. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Ratnaningsih, Dewi. 2015. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta: Cahaya Arma Pustaka.
Rosyadi, Imron. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Jilid I. FE UMS:
Surakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. "Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio". Edisi Kesatu. BPFE:
Yogyakarta.
Widayat, Utoyo. 1999. Akuntansi Angsuran, Konsinyasi, dan Cabang. FE Universitas Indonesia.
Yunus, Hadori dan Hananto. 1981. "Akuntansi Keuangan Lanjutan". Edisi I. BPFE: Yogyakarta.
Yunus, Hadori. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Cetakan Ketujuh.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
101