Oleh
Kelompok 2
LAPORAN KEUANGAN
ENTITAS NIRLABA dan
CASE STUDY
PENGUKURAN KINERJA
ENTITAS NIRLABA
2. Mengelompokkan asset ke dalam lancar dan tidak lancar, kewajiban ke dalam jangka
pendek dan jangka panjang .
(1) Pendapatan,
(2) Beban,
Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai akhir aset bersih
yang disajikan dalam laporan posisi keuangan. Adapun informasi dalam laporan ini dapat
membantu para stakeholders untuk
Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.
Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.
Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam
periode yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan sebagai sumbangan
tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan
akuntansi.
Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain diakui sebagai
penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya
dibatasi.
Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi aset bersih sekiranya
diperlukan.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup: Pendapatan dan
Beban
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun
demikian, pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban
terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi penerimaan dan pengeluaran
kas pada laporan arus kas organisasi nirlaba, sama dengan yang ada pada organisasi bisnis,
yaitu:
Metode penyusunan laporan arus kas pun bisa menggunakan metode langsung (direct
method ) maupun metode tidak langsung (indirect method ). Arus kas dari aktivitas operasi
umumnya berasal dari pendapatan jasa, sumbangan, dan dari perubahan atas aset lancar dan
kewajiban lancar yang berdampak pada kas. Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi
biasanya mencatat dampak perubahan aset tetap terhadap kas, misal karena pembelian
peralatan, penjualan tanah, dsb. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK Nomor 2 tentang
Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini.
B. Tinjauan PSAK No. 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik
Standarisasi akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai
politik, akan memberikan informasi kepada public bagaimana partai tersebut
memperoleh dana, kecakapannya mengelola dana, dan tertib pebelanjaannya.
Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk mencari
laba dan bertujuan untuk memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional,
maka organisasi politik termasuk dalam kategori organisasi nirlaba
Untuk itu perlakuan akuntansi dan pelaporan organisasi politik mengacu pada
PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. Namun, berdasarkan
PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Partai Politik PAsal 14
mensyaratkan kepada partai politik untuk menyusun dan menyerahkan laporan
pertanggungjawaban atas penggunaan dana bantuan keuangan tersebut dan telah
diaudit oleh BPK. Begitu juga menurut Peraturan KPU No. 1 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaporan Dana Kampanye PArtai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta calon Anggota DPD Tahun 2009
Pasal 3 Ayat (1). Kedua laporan tersebut merupakan bagian dari informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan partai politik.
Namun kedua laporan tersebut merupakan amanat aturan perundang-undangan
yang bersifat mengikat dan harus dilaksanakan oleh partai politik, jika tidak
dilaksanakn maka partai politik akan terkena sanksi hukum. Hal ini menunjukan
bahwa PSAK NO. 45 belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan
partai politik. Akuntabilitas dari partai politik diukur dari kepatuhannya terhadap
undang-undang dan peraturan yang mengaturnya, serta apakah ada konflik
kepentingan di dalam manajemen dan keuangan partai politik yang bersangkutan.
Sehingga laporan kegiatan partai politik yang dilaporkan adalah bagaimana
menjalankan amanat rakyat yang telah memilihnya, laporan keuangan kemudian
memberikan informasi kepada public bagaimana partai politik itu dijalankan dan
apakah ada dominasi kelompok tertentu di dalam partai atau tidak.
Oleh karena itu aturan-aturan yang mengatur partai politik membatasi jumlah
sumbangan dan sumber sumbangan, serta mewajibkan seluruh penyumbang
dilaporkan kepada public. Hal-hal seperti ini tidak diatur dalam UU yang mengatur
organisasi nirlaba. Sehingga diperlukan peraturan khusus untuk pelaporan keuangan
organisasi partai politik agar laporan keuangan partai politik dapat lebih mudah
dipahami, memiliki relevansi, dapat diandalkanm dan memiliki daya banding yang
tinggi. Secara khusus, tujuan utama pembuatan laporan adalah menginformasikan
posisi keuangan,, kinerja, serta perubhan posisi keuangan partai politik. Dengan
demikian pedoman akuntansi khusus untuk partai politik akan diperlukan, terutama
untuk mencatat pos-pos berikut:
1. Dana bantuan pemerintah
Dana bantuan yang berasal dari pemerintah sepenuhnya berlaku standar
akuntansi pemerintah.
2. Laporan parpol
Laporan parpol tergantung peruntukannya, artinya parpol harus
menyampaikan laporan sesuai dengan UU yang berlaku. Bantuan ini
mengandung 2 aspek yakni:
a. Uang dalam laporan keuangan tergambar jumlah uang yang diterima
dan penggunaannya.
b. Barang atau jasa dalam laporan neraca tergambar sesuai dengan nilai
uang barang dan jasa tersebut.
C. Laporan Keuangan LSM
3.1. Pengguna Laporan Keuangan LSM
Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi dalam laporan keuangan LSM,
antara lain pengurus, staff/relawan, pemerintah, penyumbang, kreditur, dan public
atau masyarakat luar, terutama donator dan obyek dampingan.
3.2. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan LSM adalah menyediakan infomasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu LSM
untuk memenuhi kepentingan pihak terkait. Secara lebih terperinci rujuan
pelaporan keuangan LSM adalah memberikan onformasi keuangan untuk :
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta kebijakan yang
dipercayakan kepada partai politik dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan melalui laporan keuangan LSM.
2. Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan
pengelolaan keuangan LSM serta memudahkan pengendalian yang efektif atas
seluruh asset, utang, dan asset bersih.
3.3. Laporan Posisi Keuangan
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan
dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu aktivitas LSM,
para penyumbang, dll untuk menilai:
1. Kemampuan LSM untuk memperjuangkan dan mengaplikasikan nilai, visi,
dan misi organisasi dan keberlanjutan eksistensinya dalam menjalankan fungsi
dan perannya.
2. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya
dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan yang terdapat pada laporan keuangan LSM adalah:
1. LAporan Posisi Keuangan
2. Laporan Aktivitas
3. Laporan Arus Kas
D. Laporan Keuangan Universitas
4.1.Siklus Akuntansi Universitas
Siklus akuntansi pada universitas dan lembaga Pendidikan tinggi lainnya dapat
dikelompokkan menjadi 3 tahap (Bastian, 2007), yaitu:
1) Tahap Pencatatan
a. Kegiatan identifikasi dan pengukuran bukti transaksi dan bukti pencatatan.
b. Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal.
c. Memindahbukukan atau posting dari jurnal berdasarkan kelompok atau
jenisnya berdasarkan akun buku besar
2) Tahap pengikhtisaran
a. Penyusunan neraca saldo berdasarkan akun-akun buku besar
b. Pembuatan ayat jurnal
c. Penyusunan kertas kerja
d. Embuatan ayat jurnal penutup
e. Penuyusnan neraca saldo
f. Pembuatan ayat jurnal pembalik
3) Tahap pelaporan
a. Laporan surplus deficit
b. Laporan arus kas
c. Neraca
d. Catatan atas laporan keuangan
4.2. Struktur Dana di Universitas
Menurut Alfy, 2011 struktur dana terdiri dari :
1) Dana lancar (current funds), yaitu dana yang akan digunakan oleh universitas
untuk mengelola kekayaan atau sumber daya yang akan digunakan dalam rangka
membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Current funds dibagi menjadi 2
yakni:
a. Dana yang penggunaannya tidak terbatas yang digunakan untuk
mempertanggungjawabkan sumber daya dalam rangka menjalankan kegiatan
pokok perguruan tinggi yang terkat langsung dengan tujuan keberadaan
perguruan tinggi. Aktivitas pokok yang dimaksud adalah pengajaran,
penelitian dan pelayanan.
b. Dana yang penggunaanya terbatas, digunakan untuk
mempertanggungjawabkan sumber daya dalam rangka menjalankan kegiatan
pokok perguruan tinggi dengan tujuan perguruan tinggi. Namun
penggunaannya dibatasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh donator
atau pemeberi dana.
2) Dana pinjaman, dana yang didirikan untuk mengumpulkan dana-dana yang akan
digunakan untuk memberikan pinjaman baik kepada pegawai universitas maupun
pihak-pihak yang terkait dengan universitas.
3) Dana abadi, dana yang dikumpulan dan kemudian dikelola universitas tidak untuk
penggunaan jangka pendek. Dana ini diabadikan kemudian dikelola dalam bentuk
investasi yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk penggunaan jangka pendek.
4) Dana anuitas dan pension, dana semacam dana pension yang dikelola oleh
universitas
5) Dana pembangunan, dana yang dikumpulkan dengan tujuan penggunaan berupa
pembangunan Gedung, fasilitas, dan asset tetap lainnya.
Akuntansi dana untuk universitas serupa dengan dana untuk unit-unit pemerintah,
akan tetapi terdapat perbedaan di antara keduanya dalam hal dana yang diterima.
Akuntansi dana untuk universitas harus memisahkan antara dana terikat dan dana
tidak terikat, dimana pembatasan yang dimaksud berasal dari pihak eksternal
universitas.
Metode:
Desain penelitian ini adalah survei cross-sectional dengan menggunakan data primer
yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner kepuasan karyawan dan pasien
serta data sekunder yaitu perspektif keuangan, pelangan, proses bisnis internal dan
pertumbuhan dan pembelajaran. Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten
Karangasem pada Bulan April-Mei 2015. Sampel penelitian ini adalah pasien rawat
inap yang dirawat di seluruh kelas perawatan dan karyawan yang bekerja minimal
satu tahun di RSUD Karangasem. Jumlah sampel terdiri dari 110 responden pasien
dan 95 responden karyawan. Cara pengambilan sampel adalah secara convenience.
Variabel yang diukur adalah kinerja rumah sakit dengan sub-variabel yaitu empat
perspektif balanced scorecard yang terdiri atas perspektif keuangan, pelanggan, proses
bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran.
Hasil:
Tabulasi empat perspektif balanced scorecard memperoleh hasil yaitu perspektif
keuangan berada pada kategori cukup, perspektif pelanggan berada pada kategori
cukup, perspektif proses bisnis internal berada pada kategori cukup dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran berada pada kategori tidak baik (Tabel 1).
Pada Tabel 2 disajikan kepuasan pasien berdasarkan kelas perawatan dan karakteristik
responden. Berdasarkan kelas perawatan pasien Kelas I memiliki skor kepuasan tertinggi
yaitu sebesar 100% dan tingkat kepuasan terendah berada pada ruang perawatan Kelas II
yaitu sebesar 72,72%. Kepuasan pasien dengan kategori umur dewasa mempunyai tingkat
kepuasan yang tertinggi yaitu 78,6% dan pasien dengan kategori umur remaja mempunyai
tingkat kepuasan terendah yaitu 66,7%. Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa pasien
laki-laki memiliki kepuasan sebesar 75%.
Berdasarkan jenis pendidikan kepuasan tertinggi berada pada pasien dengan pendidikan
tinggi (DI/DIII/S1/S2) yaitu sebesar 82,4% dan kepuasan terendah berada pada pasien dengan
tingkat pendidikan rendah (SMP-SD) yaitu sebesar 76%. Berdasarkan jenis pekerjaan
kepuasan pasien tertinggi ada pada pasien dengan jenis pekerjaan sebagai PNS/TNI/Polri,
sedangkan tingkat kepuasan pasien terendah berada pada pasien dengan status pelajar.
Berdasarkan analisis pada diagram kartesius diketahui bahwa ada dua sub item kepuasan
yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki yaitu sub item prosedur pelayanan tidak berbelit-
belit dan pelayanan pemeriksaan, perawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat.
Pada Tabel 3 disajikan kepuasan karyawan berdasarkan umur, jenis kelamin dan jenis
tenaga. Terlihat bahwa kepuasan yang berumur ≥33 tahun (41%) lebih rendah dibandingkan
dengan karyawan yang berumur ≤33 tahun (55,9%), sedangkan untuk kepuasan berdasarkan
jenis kelamin, kepuasan karyawan laki-laki sebesar 39,1% lebih rendah daripada kepuasan
karyawan perempuan (48,6%). Berdasarkan jenis tenaga yaitu tenaga kepuasan terendah ada
pada paramedis sebesar 38% dan yang tertinggi pada tenaga penunjang medis sebesar 70%.