Anda di halaman 1dari 66

STRUKTUR DANA DAN LAPORAN KEUANGAN

ORGANISASI NIRLABA

Oleh:

Kelompok 4

1. Ni Komang Indira Trisnayanti (1807531002)


2. Kadek Meliana Dewi (1807531007)
3. Ni Putu Shanti Millawati (1807531018)
4. Ni Made Wilantari (1807531020)
5. Ni Komang Maya Antari (1807531022)

SI REGULER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

0
PEMBAHASAN

1. IPSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba

Seperti halnya entitas perusahaan yang dijalankan untuk mencari laba, laporan
keuangan sektor publik terbagi menjadi dua, yaitu laporan keuangan yang menunjukkan
posisi keuangan organisasi pada waktu tertentu dan laporan keuangan yang menjelaskan
perubahan atas posisi keuangan tersebut. Pada umumnya, beberapa laporan keuangan
tersebut antara lain :
1) Laporan Operasional.
2) Neraca atau Laporan Posisi Keuangan.
3) Laporan Operasi atau Laporan Aktivitas atau Laporan Realisasi Anggaran.
4) Laporan Arus Kas.
5) Laporan Perubahan Ekuitas.
6) Catatan atas Laporan Keuangan.
7) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
Laporan-laporan tersebut dalam praktiknya sangat beraneka ragam, baik dalam jenis
maupun peristilahan, menyesuaikan dengan setiap lingkungan sektor publik yang juga
sangat beraneka ragam. Dalam konteks Indonesia, acuan penyusunan laporan keuangan
bagi organisasi sektor publik adalah :
1) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45) tentang Laporan
Keuangan Organisasi Nirlaba.
2) Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005.
Acuan yang pertama (PSAK 45) sering menjadi pedoman organisasi sektor publik
yang bergerak di berbagai sektor baik berupa yayasan, LSM, termasuk institusi-institusi
pendidikan. Berikut adalah laporan keuangan entitas nirlaba berdasarkan PSAK 45.
Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Entitas nirlaba memperoleh sumber daya
dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan
imbalan apapun dari entitas nirlaba tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik
tersebut, dalam entitas nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak
pernah terjadi dalam entitas bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun

1
demikian, dalam praktik entitas nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk, sehingga
sering kali sulit dibedakan dengan entitas bisnis pada umumnya.
Pada beberapa bentuk entitas nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, entitas
nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang, dan kebutuhan operasinya
dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran
jumlah, saat, dan kepastian aliran kas masuk menjadi ukuran kinerja penting bagi para
pengguna laporan keuangan entitas nirlaba tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana
lainnya. Entitas semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan
entitas bisnis pada umumnya. Para pengguna laporan keuangan entitas nirlaba memiliki
kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan entitas bisnis, yaitu untuk menilai:
(a) jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan
jasa tersebut; (b) cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja
manajer. Kemampuan entitas nirlaba untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan
melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas,
aset neto, dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini
harus menyajikan secara terpisah aset neto baik yang terikat maupun yang tidak terikat
penggunaannya.
Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya
entitas nirlaba yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas
dan laporan arus kas. Laporan aktivitas menyajikan informasi mengenai perubahan
yang terjadi dalam kelompok aset neto. Laporan keuangan entitas nirlaba meliputi laporan
posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan, laporan aktivitas serta laporan
arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.

A. Laporan Posisi Keuangan

Tujuan Laporan Posisi Keuangan


Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara
unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang
digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat
membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk
menilai :

2
a) Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
b) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya,
dan kebutuhan pendanaan eksternal. Laporan posisi keuangan mencakup entitas
nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto.
Klasifikasi Aset dan Liabilitas

Laporan posisi keuangan (neraca), termasuk catatan laporan keuangan,


menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan
hubungan antara aset dan liabilitas. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan
pengumpulan aset dan liabilitas yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu
kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, entitas nirlaba biasanya melaporkan-
masing unsur aset dalam kelompok yang homogen, seperti :
a) Kas dan setara kas;
b) Piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain;
c) Persediaan;
d) Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
e) Instrumen keuangan dan investasi jangka panjang;
f) Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Kas atau aset lain yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang disajikan
terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat penggunaannya.

Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto


berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara
permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah
dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan
jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan.

Pembatasan permanen terhadap (1) aset, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2)
aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara
permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang
penggunaanya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan

3
keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf
dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).
Pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2)
investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa
depan, atau (4) pemerolehan aset tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam
kelompok aset neto yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan
dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat
berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya.
Aset neto tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang,
sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset neto tidak terikat dapat berasal
dari sifat entitas nirlaba. Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

B. Laporan Aktivitas
Tujuan Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai (a)
pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto, (b)
hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan (c) bagaimana penggunaan sumber daya
dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas, yang
digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya,
dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditur dan pihak lainnya
untuk (a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, (b) menilai upaya, kemampuan, dan
kesinambungan entitas nirlaba dan memberikan jasa, dan (c) menilai pelaksanaan
tanggung jawab dan kinerja manajer. Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara
keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu periode.
Perubahan aset neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam
posisi keuangan.

Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan Kerugian


Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat,

4
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aset neto tidak terikat. Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto
tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, bergantung pada ada tidaknya
pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam
periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan
secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi. Laporan aktivitas
menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain
(liabilitas) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi.
Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset
neto tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas.
Misalnya, dalam suatu kelompok atau beberapa kelompok perubahan dalam aset neto,
entitas nirlaba dapat mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau
nonoperasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau
belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain. Laporan
aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, kecuali diatur berbeda
oleh SAK lain atau SAK ETAP. Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan
kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar
pengendalian entitas nirlaba dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan
tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.

Informasi Pemberian Jasa


Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan
informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok
program jasa utama dan aktivitas pendukung. Klasifikasi secara fungsional bermanfaat
untuk membantu para penyumbang, kreditur, dan pihak lain dalam menilai pemberian
jasa dan penggunaan sumber daya. Disamping penyajian klasifikasi beban secara
fungsional, entitas nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan
mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga,
penyusutan.
Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa
kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan

5
atau misi entitas nirlaba. Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil utama yang
dilaksanakan melalui berbagai program utama. Aktivitas pendukung meliputi semua
aktivitas selain program pemberian jasa. Umumnya, aktivitas pendukung meliputi
aktivitas-aktivitas manajemen dan umum, pencarian dana, dan pengembangan anggota.
Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan,
penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif lainnya, dan semua aktivitas
manajemen dan administrasi kecuali program pemberian jasa atau pencarian dana.
Aktivitas pencarian dana meliputi publikasi dan kampanye pencarian dana; pengadaan
daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara khusus pencarian dana; pembuatan
dan penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain
dalam rangka pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain.
Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian anggota baru dan pengumpulan
iuran anggota, hubungan dan aktivitas sejenis.

C. Laporan Arus Kas


Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini :
a. Aktivitas pendanaan :
1) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk
jangka panjang.
2) Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan
aset tetap, atau peningkatan dana abadi.
3) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas:
sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.

Contoh Bentuk Laporan Keuangan Entitas Nirlaba Berdasarkan PSAK 45

6
Berikut ini disajikan contoh laporan keuangan untuk entitas nirlaba. Contoh ini di\
sajikan untuk memberikan gambaran anatomis. Contoh ini dapat berbeda dari
kondisi yang terdapat dalam entitas nirlaba tertentu. Entitas nirlaba dianjurkan untuk
menyediakan informasi yang paling relevan dan paling mudah dipahami dari sudut
pandang penyumbang, kreditur, dan pemakai lain laporan keuangan diluar entitas.
Penyusunan laporan keuangan komparatif juga dianjurkan. Namun untuk penyederhanaan
contoh yang disajikan dalam lampiran ini, laporan arus kas disajikan untuk satu periode.

Contoh Laporan Posisi Keuangan

Yayasan Maju Bersama


Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2011 dan 2012
(dalam ribuan rupiah)
AKTIVA 2011 2012
Kas dan Setara kas 263.000 1.225.000
Piutang bunga 5.400.000 4.250.000
Persediaan 1.075.000 2.005.000
Biaya dibayar dimuka 525.000 570.000
Piutang lain-lain 7.637.000 6.825.000
Investasi lancar 3.575.000 2.575.000
Aktiva terikat untuk investasi dalam tanah,
bangunan, dan peralatan 13.100.000 11.475.000
Tanah, bangunan, dan peralatan 154.325.000 159.050.000
Investasi jagka panjang 545.175.000 508.750.000
Jumlah Aktiva 731.075.000 696.725.000

KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH


Kewajiban
Utang Usaha 6.500.000 2.700.000
Pendapatan diterima dimuka yang dapat
dikembalikan 1.700.000
Utang lain-lain 2.262.000 3.325.000

7
Utang wesel 2.925.000
Kewajiban tahunan 4.288.000 4.250.000
Utang jangka panjang 13.825.000 16.250.000
Jumlah Kewajiban 26.875.000 31.150.000

Aktiva Bersih
Tidak terikat 288.145.000 259.250.000
Terikat temporer 60.930.000 63.750.000
Terikat permanen 355.125.000 342.575.000
Jumlah Aktiva Bersih 704.200.000 665.575.000
Jumlah kewajiban dan Aktiva Bersih 731.075.000 696.725.000

Contoh Laporan Aktivitas


Ada dua bentuk laporan aktivitas yang disajikan sebagai contoh. Setiap bentuk memiliki
keunggulan.

1) Bentuk A menyajikan informasi dalam kolom tunggal. Bentuk A ini memudahkan


penyusunan laporan aktivitas komparatif.

2) Bentuk B menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aset neto, satu kolom
untuk setiap klasifikasi dengan tambahan satu kolom untuk jumlah. Bentuk B
menyajikan pembuktian dampak berakhirnya pembatasan penyumbang aset tertentu
terhadap reklasifikasi aset neto. Bentuk B memungkinkan penyajian informasi
agregat mengenai sumbangan dan penghasilan dari investasi.

8
Yayasan Maju Bersama
Laporan Aktivitas (Bentuk A)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2012
(dalam ribuan rupiah)

Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat

Pendapatan dan Penghasilan :

Sumbangan 21.600

Jasa lainnya 13.500

Penghasilan investasi jangka panjang 14.000

Penghasilan investasi lain-lain 2.125

Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum direalisasi 20.750

Lain-lain 375

Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 72.170

Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya :

Pemenuhan program pembatasan 29.975

Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan 3.750

Berakhirnya pembatasan waktu 3.125

Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya 36.850

Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan lain 109.020

9
Beban dan Kerugian

Program A 32.750

Program B 21.350

Program C 14.400

Manajemen dan umum 6.050

Pencarian dana 5.375

Jumlah Beban 79.925

Kerugian akibat kebakaran 200

Jumlah Beban dan Kerugian 80.125

Kenaikan Aktiva Bersih Tidak Terikat 28.895

Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer :

Sumbangan 20.275

Penghasilan investasi jangka panjang 6.450

Penghasilan bersih direalisasikan dan belum direalisasi dari

Investasi jangka panjang 7.380

Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan (75)

Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan (36.850)

Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer (2.820)

10
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Permanen :

Sumbangan 700

Penghasilan investasi jangka panjang 300

Penghasilan bersih direalisasi dan belum direalisasikan

dari investasi jangka panjang 11.550

Penurunan Aktiva Bersih Terikat Permanen 12.550

Kenaikan Aktiva Bersih 38.625

Aktiva Bersih pada Awal Tahun 665.575

Aktiva Bersih pada Akhir Tahun 704.200

Yayasan Maju Bersama


Laporan Aktivitas (Bentuk B)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2012
(dalam ribuan rupiah)

Tidak Terikat Terikat

Terikat Temporer Permanen Jumlah

Pendapatan, Penghasilan, Sumbangan lain

Sumbangan 21.600 20.275 700 42.575

Jasa layanan 13.500 13.500

Penghasilan investasi jangka panjang 14.000 6.450 300 20.750

Penghasilan investasi lain 2.125 2.125

Penghasilan bersih direalisasi dan belum

11
direalisasi dari investasi jangka panjang 20.570 7.380 11.550 39.500

Lain-lain 375 - - 375

Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya:

Pemenuhan program pembatasan 29.975 (29.975) - -

Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan 3.750 (3.750) - -

Berakhirnya pembatasan waktu 3.125 (3.125) - -

Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan

Sumbangan 109.020 (2.745) 12.550 118.825

Beban dan Kerugian

Program A 32.750 - - 32.750

Program B 21.350 - - 21.350

Program C 14.400 - - 14.400

Manajemen dan Umum 6.050 - - 6.050

Pencarian Dana 5.375 - - 5.375

Jumlah Beban 79.925 - - 79.925

Kerugian akibat kebakaran 200 - -

Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan - 75 - 75

Jumlah Beban dan Kerugian 80.125 75 - 80.200

Perubahan Aktiva Bersih 28.895 (2.820) 12.550 38.625

12
Aktiva Bersih Awal Tahun 259.250 63.750 342.575 665.575

Aktiva Bersih Akhir Tahun 288.145 60.930 355.125 704.200

Contoh Laporan Arus Kas

Yayasan Maju Bersama


Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2012
(dalam ribuan rupiah)

Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Kas dari pendapatan jasa 13.050

Kas dari penyumbang 20.075

Kas dari piutang lain-lain 6.537,5

Bunga dan dividen yang diterima 21.425

Penerimaan lain-lain 375

Bunga yang dibayarkan (955)

Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier (59.520)

Utang lain-lain yang dilunasi (1.062,5)

Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (75)

Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Ganti rugi asuransi kebakaran 625

Pembelian peralatan (3.750)

Penerimaan dari penjualan investasi 190.250

Pembelian investasi (187.250)

13
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi (125)

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaaan

Penerimaan dari kontribusi berbatas dari :

Investasi dalam dana abadi (endowment) 500

Investasi dalam dana abadi berjangka 175

Investasi bangunan 3.025

Investasi perjanjian tahunan 500

4.200

Aktivitas pendanaan lain :

Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi 750

Pembayaran kewajiban tahunan (362)

Pembayaran utang wesel (2.850)

Pembayaran kewajiban jangka panjang (2.500)

(4.962)

Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan (762,5)

Kenaikan (penurunan) Bersih dalam Kas dan Setara Kas (962,5)

Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun 1.150

Kas dan Setara Kas pada Akhir Tahun 187,5

Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk
aktivitas operasi :
Perubahan dalam aktiva bersih 38.625

14
Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi
kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi :
Depresiasi 8.000
Kerugian akibat kebakaran 200
Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan 75
Kenaikan piutang bunga (1.150)
Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka 975
Kenaikan dalam piutang lain-lain (812,5)
Kenaikan dalam utang usaha 3.800
Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan (1.625)
Penurunan dalam utang lain-lain (1.062,5)
Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang (6.850)
Penghasilan bersih direalisasi dan belum direalisasi dari investasi jangka panjang (750)
Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (39.500)
(75)
Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non kas :
Peralatan yang diterima sebagai hibah 350
Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan 200

2. Laporan Keuangan Partai Politik


Definisi Partai Politik
Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI No 2 Tahun
2008 tentang Partai Politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tata
cara pembentukan partai politik termasuk syarat-syarat pembentukannya dapat dilihat
dalam UU RI No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dimana terdapat ketentuan
mengenai kepengurusan partai politik, larangan dan sanksi yang harus diikuti oleh
partai politik.

Tujuan Partai Politik

15
Pendirian partai politik, sesuai dengan aturan perundang-undangan, pada
dasarnya memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum partai politik
adalah sebagai berikut (Bastian, 2007; Hafild, 2008) :
1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para
anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
diwujudkan secara konstitusional.

Fungsi dan Peran Partai Politik


Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik berfungsi sebagai berikut:
1. Partai politik berfungsi untuk mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban
politik rakyat. Dalam hal ini partai politik berperan sebagai sarana sosialisasi
politik masyarakat dalam rangka melakukan pendidikan politik bagi rakyat.
2. Partai politik berfungsi menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan
kebijakan negara. Dalam hal ini partai politik berperan sebagai sarana komunikasi
politik yang mana partai politik menyalurkan aneka ragam pendapat, aspirasi, dan
kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara.
3. Partai politik berfungsi untuk membina dan mempersiapkan anggota masyarakat
untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai
politik merupakan juga sebagai sarana untuk melakukan rekrutmen politik dengan
mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik dalam rangka memperluas partisipasi politik masyarakat.
4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik dengan mengatasi persaingan dan
perbedaan pendapat dalam masyarakat.
Partai politik dan pemilu yang sehat, bersih, adil, jujur, dan transparan
merupakan modal dasar untuk membangun demokrasi berkredibilitas. Demokrasi
berkredibilitas merupakan modal dasar bagi pemerintah yang solid dan berwibawa,
yang pada gilirannya akan memberi peluang bagi upaya pembangunan bangsa
selanjutnya.
Salah satu ukuran kesehatan partai politik yang disepakati oleh wakil-wakil
partai politik (Parpol) di Lembaga Tinggi Negara (MPR/DPR) adalah adanya

16
akuntansi partai politik, auditing dan peraturannya, serta prosedur dan transparansi
untuk dana sumbangan pemilu bagi Parpol. Aspek keuangan dan akuntansi Parpol
dijelaskan dalam UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, antara lain sebagai
berikut :
1. Melaksanakan pendidikan politik, kesadaran atas hak dan kewajiban berakuntansi
(gagasan Pasal 7a).
2. Keuangan Partai Politik (Pasal 12), iuran, sumbangan, usaha lain yang sah,
bantuan tahunan dari APBN/APBD (Penjelasan Pasal 12.2), akuntabilitas asal
sumbangan diterima (asing dilarang, Pasal 12 dan 16.b), dan sumbangan
diberikan kepada asing (Pasal 16c) yang dapat merugikan bangsa/negara.
3. Tidak mendirikan badan usaha atau memiliki saham suatu badan usaha
(komersial, Pasal 13) dengan sanksi pencabutan hak ikut pemilu (Pasal 18.2 dan
3).
4. Transparansi dan akuntabilitas sumbangan (Pasal 14 dan 16), terbuka untuk
(spesial) audit sumbangan oleh Akuntan Publik dan atau general audit saja
dengan sanksi pencabutan hak ikut Pemilu (Pasal 18.2 dan 3).
5. Menyampaikan Daftar Sumbangan dan laporan keuangan tiap akhir tahun
takwim, 15 hari sebelum pemilu, 30 hari setelah pemilu kepada Mahkamah
Agung RI (Pasal 15) dengan sanksi penghentian bantuan dari APBN (Pasal 18).
6. Laporan keuangan sewaktu-waktu (berarti tidak harus atau tidak selalu) dapat
diaudit akuntan publik yang ditunjuk MA.

Aspek keuangan dan akuntansi Parpol dalam UU No. 3 tahun 1999 tentang
Pemilu menyebutkan, antara lain :
1. Dana kampanye pemilu diaudit oleh akuntan publik, dilaporkan oleh partai ke
KPU 15 hari sebelum pemilu dan 25 hari setelah pemilu (Pasal 49). Daftar
sumbangan dan laporan keuangan dilaporkan ke MA, mungkin harus dilengkapi
laporan auditan Dana Kampanye Pemilu (yang dilaporkan kepada KPU, Pasal 49
UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu) agar dapat direkonsiliasi dan Laporan
Bukan Keuangan, misalnya sesuai dengan Pasal 39 UU No. 3 tahun 1999 tentang
Syarat Keikutsertaan dalam Pemilu.
2. Apabila belum ada standar khusus, partai menggunakan PSAK 45 entitas nirlaba.

17
Keuntungan bagi partai politik menyusun akuntansi dan laporan keuangan
yang baik serta menerima opini WTP dari auditor eksternal, antara lain sebagai
berikut :
a. Menunjukkan pada stakeholder bahwa corporate governance telan berjalan baik
dalam partai politik tersebut. Corporate governance berinti keadilan, transparansi
dan akuntabilitas, akan memberi ciri luhur serupa bagi partai politik tersebut.
b. Stakeholder yang ragu memilih di antara beberapa partai yang disukainya
menjadi mantap dan memilih partai yang telah berhasil mencapai butir pertama
tersebut.
c. Partai menjadi lahan latihan bagi para kader partai, untuk membiasakan diriber-
corporate governance, sehingga bila suatu hari nanti menjadi birokrat (pejabat
tinggi pemerintah), dia dapat diharapkan menjadi agen pembaharuan menuju
Indonesia Baru.
d. Partai apapun yang memenangkan Pemilu tertarik untuk berkolaborasi dalam
kabinet baru dengan partai-partai yang telah berhasil menjalankan partainya.
Partai pemenang Pemilu tentu saja akan menjaga dan membangun legitimasinya
dengan kabinet yang profesional dan solid. Bila partai pemenang suara terbanyak
dalam pemilu telah berhasil juga menjalankan corporate governance dalam
partainya, dapat diharapkan oleh para stakeholder, termasuk bukan pemilihnya,
bahwa partai tersebut dapat mendirikan clean and strong government. Hal ini
amat penting, apabila suatu hari nanti Indonesia memilih presiden secara
langsung. Manajemen keuangan dan akuntansi partai politik adalah sarana ujian
bagi calon pemimpin bangsa yang menjadi pemenang pemilu. Masyarakat boleh
berharap pertanggungjawabannya sebagai Presiden RI nanti akan serapi
pertanggungjawaban keuangan partai yang dipimpinnya.
e. Dukungan nasional dan internasional, sponsor dan donatur tidak ragu
mengalirkan dana ke partai tersebut, yang dinilai transparan dan bertanggung
jawab dalam manajemen keuangan partai.
f. Tak ada kasus-kasus keuangan timbul dalam partai yang dikelola dengan baik,
sehingga dikemudian hari tak menimbulkan preseden buruk, kasus, skandal, isu,
rumor yang menggoyang legitimasi kader partai yang menduduki jabatan
lembaga tinggi atau pejabat tinggi birokrasi.
g. Perpecahan pengurus partai secara teoritis dapat pula disebabkan oleh kegusaran
finansial sebagai pengurus partai yang hengkang dan mendirikan partai baru,

18
dilatarbelakangi aroma KKN dalam partai. Demikian akuntansi berfungsi sebagai
sarana kerukunan dan pemersatu.
h. Tak ada bukti statistik, namun boleh diduga ada korelasi kuat kualitas para
simpatisan partai dengan kualitas manajemen dan corporate governance partai
tersebut.

Untuk mengatur pelaporan keuangan partai politik. Dengan adanya standar


pelaporan diharapkan laporan keuangan organisasi partai politik dapat lebih mudah
dipahami, memiliki relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang
tinggi. Dalam rangka pesta demokrasi tanda tanya besar perlu tidaknya suatu
pertanggungjawaban keuangan dialamatkan ke Partai Politik maupun peserta pemilu.
Idealnya mereka harus transparan karena sebagai suatu entitas yang menggunakan
dana publik yang besar tanggung jawab keuangan merupakan hal yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Parpol harus mempertanggungjawabkan sumber daya keuangan
yang digunakan kepada para konstituennya dan juga sebagai bentuk kepatuhan kepada
Undang-undang. Bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan para peserta
pemilu, adalah dengan menyampaikan Laporan Dana kampanye (semua peserta
pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk Parpol), yang harus diaudit oleh
Akuntan Publik dan disampaikan ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.
Pada kenyataannya, sebagian besar partai politik peserta Pemilu di Indonesia
belum menyusun laporan keuangan dengan baik. Berdasarkan UU No. 31 tahun 2002,
parpol memiliki kewajiban untuk membuat pembukuan, memelihara daftar
penyumbang, dan jumlah sumbangan yang diterima yang terbuka untuk diketahui
oleh masyarakat dan pemerintah, membuat laporan keuangan secara berkala satu
tahun sekali, dan dilaporkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tutup buku kepada
Komisi Pemilihan Umum setelah diaudit oleh akuntan publik. Partai politik juga
berkewajiban untuk memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum dan
menyerahkan laporan dana kampanye setelah diaudit akuntan publik kepada Komisi
Pemilihan Umum paling lambat 97 hari setelah hari pemungutan suara.
Sebagaimana kita tahu bersama bahwa parpol memerlukan dana yang besar
untuk menyukseskan program-programnya, terutama untuk memperoleh kemenangan
dalam pemilu. Sumber dana yang utama berasal dari sumbangan para simpatisan.
Banyak kelompok tertentu baik secara individual maupun dalam bentuk entitas bisnis
melakukan pendekatan kepada suatu partai politik dengan cara memberikan
19
sumbangan dalam jumlah besar (siginifikan). Hal itu dilakukan agar kepentingan
mereka dapat diakomodasi oleh partai politik tersebut. Bentuk akomodasi kepentingan
tertentu yang di dalamnya ada unsur vested interest tercermin dalam perumusan
kebijakan yang menyangkut kepentingan publik. Untuk menjaga agar partai politik
tidak berpihak pada sekelompok kepentingan tertentu, maka diperlukan pembatasan-
pembatasan dalam hal pemberian sumbangan, baik oleh individu maupun organisasi
tertentu.
Parpol sebagai entitas nirlaba mempunyai batasan-batasan yang secara ketat
diatur dalam Undang-undang. Sehingga dalam menjalankan sisi operasionalnya baik
rutin maupun kampanye harus selalu berada dalam koridor Undang-undang. Suatu
aturan pembatasan merupakan salah satu upaya menjaga netralitas parpol dalam
mempertahankan idealisme memperjuangkan kepentingan rakyat.
Sebagai contoh parpol dilarang menerima sumbangan dari pihak asing, pihak
yang tidak jelas identitasnya, BUMN, dan BUMD. Parpol juga dilarang memiliki
kepentingan suatu usaha bisnis yaitu larangan untuk mendirikan badan usaha dan
mempunyai kepemilikan terhadap suatu badan usaha (saham). Keuangan Partai Politik
bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan dari
anggaran negara. Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa uang, barang,
fasilitas, peralatan, dan/atau jasa. Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam
peraturan pemerintah) diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang
mendapat kursi di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu sumbangan individu
maksimal sebesar 200 juta rupiah per tahun sedangkan sumbangan Badan Usaha
sebesar 800 juta rupiah per tahun.
Sementara itu sumbangan individu untuk kampanye parpol maksimal sebesar
100 juta rupiah, sedangkan sumbangan badan usaha untuk kegiatan kampanye parpol
dibatasi sebesar maksimal 750 juta rupiah. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
tersebut dikenai sanksi pidana berupa hukuman kurungan maupun denda uang.

1. Penyusunan Tata Administrasi Keuangan Parpol


Indonesia telah memasuki babak baru dalam penciptaan tata kelola
keuangan parpol yang semakin transparan ke publik. Penjabaran aspek
pertanggungjawaban keuangan UU Parpol/UU No. 31 Tahun 2002, UU Pemilu
Legislatif/UU No. 12 Tahun 2003 dan UU Pilpres/UU No. 23 Tahun 2003

20
ditandai dengan penerbitan SK KPU No. 676 tahun 2003. Pengesahan KPU
dilakukan pada tanggal 3 Desember 2003.
Penyusunan SK KPU tersebut beserta lampiran-lampirannya adalah hasil
dari MOU antara KPU dengan IAI ditandatangani pada tanggal 7 Agustus 2003.
Melalui SK KPU No. 676 memberikan pedoman standar bagi parpol untuk tata
kelola administrasi yang baik meliputi 3 hal pokok, sebagai lampiran SK tersebut
yaitu :
1) Tata Administrasi Keuangan Peserta Pemilu (Buku I).
2) Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik (Buku II).
3) Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu (Buku III).
2. Laporan Keuangan Parpol
Laporan keuangan parpol disajikan sebagai bentuk akuntabilitas dari
dana-dana publik yang telah mereka gunakan dan sebagai bentuk compliance
terhadap ketentuan UU (UU No. 31 Tahun 2002). Hal khusus berkaitan dengan
akuntansi keuangan parpol adalah form over substance, bukan substance over
form. Berdasarkan ketentuan form over substance, maka parpol harus mencatat
transaksi keuangannya berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh KPU, tetapi jika
ada hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan KPU maka akuntansi parpol
dapat dilandaskan pada standar akuntansi yang berlaku umum.
Dasar penyusunan Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Parpol adalah
PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. PSAK 45 sementara
ini adalah merupakan standar/acuan bagi akuntansi partai politik sebelum
ditetapkannya standar akuntansi khusus yang berlaku untuk partai politik.
Susunan lengkap dari laporan keuangan partai politik terdiri dari :
a. Laporan Posisi Keuangan.
b. Laporan Aktivitas.
c. Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.
d. Laporan Arus Kas.
e. Catatan atas Laporan Keuangan.
Susunan lengkap dari laporan keuangan parpol harus mencakup
keseluruhan informasi yang dipersyaratkan oleh PSAK 45 maupun PSAK selain
45 yang berlaku umum untuk semua jenis usaha. Dengan demikian PSAK-PSAK
yang lain akan applicable sepanjang hal-hal tertentu belum diatur di PSAK 45.
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana sistem akuntansi
parpol dapat dilihat dalam lampiran SK KPU No. 676 tahun 2003 yaitu Lampiran
II mengenai Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik. Dalam
21
pedoman tersebut telah dibuat ketentuan mengenai urutan secara kronologis tata
cara parpol dalam membukukan dan menyusun laporan keuangannya.
Seperti yang dipersyaratkan dalam buku pedoman tersebut bahwa
pedoman tersebut sebagai suatu acuan sistem yang sifatnya minimal bagi parpol
dalam rangka akuntabilitas keuangan mereka. Persyaratan minimal yaitu bahwa
minimal sistem yang ada di parpol seperti apa yang tertera dalam buku pedoman
tersebut, dengan demikian pengembangan sistem yang lebih komprehensif
tentunya menjadi suatu harapan bagi parpol.
Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan keuangan partai
politik harus mengacu pada buku pedoman sistem akuntansi keuangan parpol
tersebut. Klausul dari ketentuan KPU No. 676 menyatakan bahwa parpol masih
dapat menggunakan sistem yang telah mereka susun sebelumnya atau yang telah
berjalan untuk menyusun laporan keuangan tahun sebelum ditetapkannya
pedoman tersebut. Untuk tahun berikutnya maka parpol harus menggunakan buku
pedoman tersebut atau mereka masih dapat menggunakan sistem yang mereka
desain sendiri tetapi dengan syarat bahwa sistem yang mereka miliki harus lebih
komprehensif, penyimpangannya tidak terlalu jauh, dan telah memenuhi
persyaratan minimal yang ditetapkan dalam buku pedoman.
Berkaitan dengan sistem akuntansi parpol adalah bahwa berdasarkan
ketentuan dari KPU tersebut yang dimuat di lampiran (buku II), ditetapkan bahwa
parpol harus seragam dalam membukukan dan mencatat transaksinya.
Keseragaman ini lebih lanjut adalah sebagai upaya agar setiap laporan keuangan
parpol memiliki daya banding yang tinggi. Bentuk keseragaman ada pada
perlakuan akuntansi, sisdur serta format baku laporan keuangannya.
Hal-hal khusus akuntansi parpol adalah sebagai berikut :
1) Unit pelaporan adalah tunggal (bukan sebagai multiple entities).
2) Laporan keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas,
Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.
3) Laporan keuangan parpol adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh
struktur kepengurusan parpol.
4) Akuntansi parpol tidak bertujuan untuk mengukur laba/profit, dengan
demikian aspek kinerja keuangan parpol yang dinilai adalah dari segi
bagaimana parpol tersebut dapat menghasilkan uang untuk mendanai

22
kegiatannya dan bagaimana transparansi dan akuntabilitas keuangan parpol
terhadap para resource/penyumbang sumber daya keuangan dan publik.
5) Asumsi dasar: basis akrual.
6) Sistem pencatatan double entry system.
7) Sudah mulai diperkenalkan segregation of function dimana unit-unit
pencatatan, pembukuan dan custody sudah dipisahkan dalam fungsi-fungsi di
parpol.
8) Tahun pelaporan (tahun takwim 1 Januari sampai 31 Desember) tetapi khusus
untuk tahun 2003 tahun pelaporan adalah dari sejak ditetapkan sebagai badan
hukum sampai 31 Desember 2003. (Pasal 6 ayat 2, SK KPU No. 676 Tahun
2003).
9) Penanggung jawab utama laporan keuangan parpol adalah ketua umum
parpol yang bersangkutan, tanggung jawab ini dinyatakan dalam suatu
management representation letter. Laporan keuangan harus ditanda tangani
minimal oleh Bendahara Umum dan Ketua Umum Parpol.
10) Parpol harus menjalankan pengendalian intern seperti yang dipersyaratkan
dalam lampiran I SK KPU No. 676 Tahun 2003 yaitu mengenai petunjuk
pelaksanaan tata administrasi keuangan parpol dan peserta pemilu.
11) Segala kekayaan parpol harus terpisah dari kekayaan pengurusnya.
12) Diharapkan bahwa semua transaksi keuangan parpol baik transaksi keuangan
maupun transaksi dana kampanye dilakukan melalui mekanisme perbankan.
Keuangan Partai Politik
Kegiatan manajemen keuangan adalah terkait dengan cara memperoleh dana
dan menggunakan dana. Sumber pendanaan partai politik berasal dari :
1. Iuran anggota.
2. Sumbangan dari pihak lain yang sah menurut hukum.
3. Bantuan keuangan dari anggaran negara atau daerah.
Aktivitas pencarian dana yang dilarang, antara lain :
1. Menerima sumbangan dari pihak asing dalam bentuk apa pun, yang bertentangan
dengan hukum dan aturan perundang-undangan,
2. Menerima sumbangan, berupa barang maupun uang, dari pihak manapun tanpa
mencantumkan identitas yang jelas.
3. Menerima sumbangan dari perseorangan dan/atau perusahaan/badan usaha
melebihi batas yang ditetapkan.
4. Meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMD, BUMDes atau dengan
sebutan lainnya, koperasi, yayasan, LSM, Ormas, dan organisasi kemanusiaan.

23
5. Memperoleh hasil dari aktivitas bisnis, misalnya dengan mendirikan badan usaha
yang dapat menghasilkan laba, atau menanamkan modal berupa saham pada suatu
badan usaha.

Sementara penggunaan dana terkait dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan


oleh partai politik, baik yang bersifat rutin maupun insidental. Pada dasarnya semua
aktivitas, yang berkenaan dengan aktivitas politik secara langsung maupun tidak
langsung, boleh dilakukan oleh partai politik selama tidak dilarang oleh hukum atau
aturan perundang-undangan. Aktivitas yang dilarang bagi partai politik adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945 atau
peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan RI.
3. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah dalam
memelihara persahabatan dengan negara lain, dalam rangka ikut memelihara
ketertiban dan perdamaian dunia.
4. Mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan usaha.
5. Melakukan aktivitas untuk menganut, mengembangkan, dan menyebarkan ajaran
atas paham komunisme/marxisme-leninisme.

Akuntabilitas Keuangan Partai Politik


Aspek keuangan pada partai politik dapat dikatakan sebagai aspek yang paling
penting karena dapat menentukan kelangsungan hidup dan kredibilitas partai, dan
secara keseluruhan dapat memengaruhi kualitas proses politik pada suatu negara.
Partai politik dapat melaksanakan fungsinya apabila memiliki pendanaan yang besar
dan berlanjut, sementara di sisi lain partai politik dituntut untuk menjaga
independensi, kemandirian dan bersih dari praktik-praktik terlarang. Untuk itu
diperlukan mekanisme akuntabilitas publik pada partai politik.
Misalnya, pada kegiatan kampanye partai politik untuk promosi dan
pembentukan opini publik pada momen Pemilu sudah pasti memerlukan dana yang
besar. Oleh karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan dana publik
yang besar pasti akan menimbulkan kerawanan, mulai dari rawan kolusi, rawan
korupsi, dan rawan konflik. Kemungkinan terdapat pihak yang secara mudah
menyumbangkan sejumlah uang kepada partai politik kontestan Pemilu yang
mengharapkan akan mampu memberikan keuntungan besar untuk donatur, bila saja
24
kandidat yang dijagokan terpilih menjadi anggota dewan legislatif. Selain itu,
berbagai kekhawatiran juga muncul bahwa dana publik (APBN/APBD) akan
digunakan untuk membiayai kampanye pemilu kontestan tertentu. Perbuatan tersebut
sangat tidak etis dan melanggar hukum (Syaputra, 2011b). Oleh karena itu, aturan
yang ada disetujui untuk membangun sistem pertanggungjawaban publik
(akuntabilitas).
Secara filosofis, pembentukan partai politik merupakan perwujudan
kedaulatan rakyat, bukan perwujudan kekuatan ekonomi. Oleh karena itu, perlu
pembatasan sumber keuangan partai politik untuk mencegah penyalahgunaan uang
demi kepentingan politik (money politic). Keterbukaan partai politik dalam hal
keuangan merupakan informasi penting bagi warga negara untuk menilai dan
memutuskan dukungannya terhadap partai politik. Akuntabilitas yang tinggi dapat
meminimalisasi kecurigaan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya
konflik. Kebutuhan untuk menciptakan good political party governance dirasakan
sangat mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilihan umum.
Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan sistem pelaporan dana kampanye
secara transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan
pelaksanaan pemilu yang bersih dalam rangka membangun demokrasi berkredibilitas
dimana dapat menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah dan
pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.
Dalam kenyataannya sulit sekali untuk melepaskan pengaruh kelompok
kepentingan dari partai politik karena justru sifat dari partai politik itu yang hidup dari
dukungan masyarakat. Kelangsungan hidup partai politik sangat tergantung pada
sumbangan yang diterimanya baik dari anggotanya sendiri maupun dari
simpatisannya. Sangat mudah bagi kelompok kepentingan untak memengaruhi partai
politik melalui "sumbangan" yang diberikannya. Dengan demikian, cara terbaik untuk
memastikan bahwa sebuah partai politik tidak dipengaruhi oleh kepentingan-
kepentingan kelompok tertentu adalah dengan membatasi sumber dana yang boleh
diterimanya, menciptakan sistem yang transparan dan bertanggung jawab dalam hal
pencaratan mengenai sumber dana tersebut. Seluruh sumbangan harus tercatat lengkap
dengan identitas penyumbang. Sumbangan-sumbangan ini termasuk yang berbentuk
natura, nilai setara kasnya harus dilaporkan dalam laporan keuangan.

25
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam partai politik adalah cara partai
tersebut mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Pada dasarnya pemilih akan
memilih partai politik tertentu dengan melihat apakah partai tersebut dapat mewakili
aspirasinya. Namun, sering kali yang menjadi "virus mematikan" bagi kelangsungan
demokrasi yang sehat, jujur dan adil adalah adanya praktik politik uang. Politik uang
adalah dengan memberikan uang kepada pemilih atau tokoh-tokoh masyarakat untuk
memilih atau mengarahkan pilihannya kepada salah satu partai politik karena uang
yang diberikan bukan karena aspirasinya dapat terwakili oleh partai politik tersebut.
Praktik ini juga tidak hanya terjadi pada saat pemilu, melainkan juga dapat terjadi
pasca-pemilu, yaitu pada saat proses politik di dalam gedung Dewan Legislatif. Untuk
memengaruhi keputusan politik dari anggota dewan agar mendukung suatu keputusan
tertentu melalui "transaksi-transaksi politik" berupa pemberian sejumlah uang maupun
jabatan politik di pemerintahan. Praktik ini disebut dengan "politik dagang sapi".
Contoh kasus nyata, adalah adanya dugaan praktik suap pada pemilihan Deputi
Gubernur Bank Indonesia yang melibatkan puluhan anggota dewan periode 2004-
2009, yang kini kasusnya tengah ditangani oleh KPK. Praktik politik ini harus
dilarang dan harus dicegah. Untuk itu, maka pengeluaran keuangan partai politik
harus dicatat serinci mungkin dan harus dilaporkan dalam laporan keuangan.
Partai politik juga sering memanfaatkan fasilitas publik untuk keuntungan
partainya. Hal ini kemungkinan besar terjadi pada partai politik yang memegang
kekuasaan pemerintahan. Fasilitas-fasilitas pemerintah misalnya kendaraan, biaya
transportasi, biaya komunikasi, biaya perjalanan, dan lain-lain, yang seharusnya untuk
melakukan pelayanan publik, sering kali dipakai juga oleh partai politik untuk urusan-
urusan partai. Hal ini harus dilarang, dan untuk itu maka laporan keuangan partai
politik harus memisahkan dengan jelas mana dana-dana yang di dapat dari fasilitas
publik dan mana yang berasal dari dirinya sendiri. Berdasarkan gambaran di atas, jelas
bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis salah satunya adalah
dengan menerapkan mekanisme akuntabilitas publik pada partai politik. Akuntabilitas
publik tersebut dilakukan melalui kewajiban partai politik untuk mampu menyusun
laporan keuangan partai politik dan laporan dana kampanye sesuai dengan standar
akuntansi dan aturan perundang-undangan yang berlaku, serta mudah diakses oleh
publik. Untuk dapat menyusun laporan keuangan yang andal dan relevan diperlukan
sistem dan prosedur akuntansi yang baik. Sistem dan prosedur akuntansi yang baik

26
memerlukan standar akuntansi yang sesuai dengan karakteristik organisasi partai
politik.

Tinjauan Terhadap PSAK Nomor 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi untuk


Partai Politik
Standardisasi akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban akan memberikan
informasi kepada publik bagaimana partai tersebut memperoleh dana, kecakapannya
mengelola dana, dan tertib pembelanjaannya. Pencatatan keuangan yang transparan
akan memberikan gambaran kepada publik tentang kualitas dan komitmen partai
tersebut dalam upaya bersama mencegah terjadinya taktik politik uang (money
politic). Laporan keuangan juga akan memberikan gambaran apakah partai tersebut
telah menjalankan mandat rakyat (konstituen) yang memilihnya, atau lebih
dipengaruhi oleh orang atau kelompok kepentingan yang memberikan sumbangan
besar kepada partai tersebut.
Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk
mencari laba dan bertujuan untuk memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan secara
konstitusional, maka partai politik termasuk dalam kategori organisasi nirlaba.
Kebanyakan organisasi nirlaba menggunakan beberapa parameter tunggal sebagai
ukuran keberhasilannya, seperti jumlah dana sumbangan yang diperoleh, pertumbuhan
jumlah anggota, jumlah pengunjung, jumlah orang yang dilayani, dan biaya overhead
yang mampu diminimalisasikannya (Bastian, 2007). Untuk itu perlakuan
akuntansinya dar pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang
Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
PSAK Nomor 45 antara lain sebagai berikut :
1. Laporan Posisi Keuangan.
2. Laporan Aktivitas.
3. Laporan Perubahan dalam Aset Neto/Ekuitas.
4. Laporan Arus Kas.
5. Catatan atas Laporan Keuangan.

Namun, berdasarkan PP Nomor 05 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan


Partai Politik Pasal 14 mensyaratkan kepada partai politik untuk menyusun dan
menyerahkan laporan pertanggungjawaban diaudit oleh BPK. Begitu juga menurut
27
Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye
Partai Politik Peserta Pemilu Anggora DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota, serta Calon Anggora DPD Tahun 2009 Pasal 3 ayat (1) menyatakan
bahwa "laporan dana kampanye partai politik tahun 2009 merupakan bagian dari
laporan keuangan partai politik...". Sebenarnya, kedua laporan tersebut merupakan
bagian dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan partai politik. Namun,
kedua laporan tersebut merupakan amanat aturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat dan harus dilaksanakan oleh partai politik. Jika tidak dilaksanakan partai
politik akan terkena sanksi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa PSAK Nomor 45
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan partai politik.
Selama ini ada tiga pendapat terkait penerapan, PSAK Nomor 15 sebagai
standar akuntansi keuangan partai politik (Hafild, 2008) :
1. PSAK Nomor 45 masih bisa dipakai sebagai standar akuntansi keuangan partai
politik karena karakter partai politik mirip dengan karakter organisasi nirlaba.
Yang perlu dibuat adalah pedoman pembuatan laporan keuangan atau pedoman
audit keuangan partai politik untuk melengkapi PSAK Nomor 45 tersebut.
2. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik tidak perlu dibuat tetapi dapat
melakukan modifikasi PSAK Nomor 45, sehingga memenuhi kebutuhan
transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik. Modifikasi dilengkapi
dengan pedoman pembuatan dan pencatatan laporan keuangan.
3. Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini
dikarenakan karakter partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi
nirlaba. Partai politik memerlukan suatu standar akuntansi khusus partai politik.
Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk
laporan keuangan dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam
laporan keuangan.

Ketiga pendapat di atas pada umumnya sepakat bahwa terdapat perbedaan


antara organisasi partai politik dengan organisasi nirlaba. Perbedaan tersebut
memerlukan adanya upaya untuk melengkapi atau memodifikasi atau membuat baru
standar akuntansi yang selama ini dijadikan acuan. Tentu, pendapat mana yang akan
dipilih bukanlah perkara mudah dan cepat, karena banyak pihak yang berkepentingan
di dalamnya. IAI selaku otoritas yang berwenang menyusun dan menerbitkan standar
akuntansi di Indonesia perlu segera mengkaji dan menentukan solusi terbaik terkait

28
permasalahan ini. Adapun beberapa perbedaan karakteristik antara organisasi nirlaba
dengan partai politik, yaitu :
Organisasi Nirlaba Partai Politik
Undang-undang partai politik dan
Undang-undang yayasan.
undang-undang pemilu.
Tidak ada batasan penyumbang. Ada batasan penyumbang.
Tidak ada batasan maksimal jumlah Ada batasan maksimum jumlah
sumbangan. sumbangan.
Tidak ada kewajiban melaporkan daftar
Daftar penyumbang wajib dilaporkan.
penyumbang (terutama individu).
Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan
Hasil kegiatan berupa kekuasaan politik.
untuk kepentingan umum.
Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai Akuntabilitas berupa bersih dari politik
dengan tujuan organisasi dan manajemen uang, kepatuhan pada hukum dan posisi
yang baik. politik sesuai dengan janji kepada rakyat.
Kinerjanya dinilai dari rasio biaya Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan
terhadap kualitas jasa dan jasa/produk jumlah suara yang didapatkannya dalam
social yang dihasilkan. pemilu.
Kecuali untuk ormas, pada umumnya
Merupakan organisasi publik sehingga
organisasi nirlaba bukan merupakan
kebutuhan publik untuk menilai kinerja
organisasi publik sehingga kebutuhan
partai politik lebih besar dibanding
publik untuk menilai kinerjanya lebih
organisasi nirlaba lainnya.
kecil disbanding partai politik.

Dari tabel di atas jelas bahwa karakteristik organisasi nirlaba tidak sama
dengan karakteristik partai politik, sehingga standar laporan keuangannya pun tidak
bisa sama. Laporan yang dihasilkan PSAK No. 45 menyajikan laporan kepada
pengurus organisasi, donatur, kelompok dampingan, dan publik mengenai kinerja
organisasi yang berkenaan dengan jumlah dana yang diterima dan jenis kegiatan yang
dilakukannya. Akuntabilitas organisasi nirlaba di sini lebih banyak diarahkan pada
apakah organisasi tersebut telah menjalankan manajemen. organisasi yang baik, dalam
hal ini keuangan, dan melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan dari organisasi
tersebut. Tujuan yarg lain adalah apakah kegiatan yang dilakukan memberikan
dampak yang seimbang dengan dana yang dikeluarkan. Akuntabilitas dari partai
politik diukur dari kepatuhannya terhadap undang-undang dan peraturan yang
mengaturnya, serta apakah ada konflik kepentingan di dalam manajemen dan

29
keuangan partai polítik yang bersangkutan. Kegiatan partai politik berhubungan
dengan menarik minat warga negara sebanyak-banyaknya untuk memilih partai
politik tersebut (dalam kampanye), melakukan pendidikan politik bagi warga negara,
dan aktivitas politik lainnya (di luar kampanye). Sehingga laporan kegiatan partai
polítik yang dilaporkan adalah bagaimana menjalankan amanat rakyat yang telah
memilihnya. Laporan keuangan kemudian memberikan informasi kepada publik
bagaimana partai politik itu dijalankan dan apakah ada dominasi kelompok tertentu
pada partai tersebut yang diakibatkan oleh dominasi keuangan kelompok tersebut di
dalam partai atau tidak. Partai politik harus menunjukkan kepada publik bahwa
dirinya bersih dan bebas dari politik uang, korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Oleh karena itu, aturan-aturan yang mengatur partai politik membatasi jumlah
sumbangan dan sumber sumbangan, serta mewajibkan seluruh penyumbang
dilaporkan kepada publik. Hal-hal seperti ini tidak diatur dalam undang-undang yang
mengatur organisasi nirlaba (misalnya, undang-undang yayasan). Selain informasi
mengenai kemungkinan konflik kepentingan dan politik uang, laporan keuangan
partai politik juga menunjukkan apakah partai tersebut merupakan partai yang patuh
dan hormat pada aturan-aturan hukum yang mengaturnya. Kepatuhan ini penting
karena bagaimana mungkin sebuah partai politik dapat menjalankan kekasaan negara
apabila dia sendiri tidak mematuhi dan menjalankan undang-undang yang
mengaturnya. Sehingga kepatuhan ini merupakan sebuah laporan tersendiri yang
harus dikemukakan oleh auditor dalam laporan keuangan partai politik. Mengenai
konflik kepentingan dan kepatuhan ini tidak diatur dalam PSAK Nomor 45.
Berdasarkan perbedaan karakteristik yang telah disebutkan di atas, perbedaan
kepentingan pemakai laporan keuangan dan adanya transaksi-transaksi khusus partai
politik, maka diperlukan standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan
keuangan partai politik. Dengan demikian laporan keuangan partai politik dapat lebih
mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding
yang tinggi. Laporan yang baik dapat dipergunakan semaksimal mungkin oleh para
pengurus partai, anggota partai, pemerintah, penyumbang, kreditur, dan publik dalam
membantu menilai, memonitor, dan mengevaluasi kinerja partai, serta merencanakan
gerak langkah partai selanjutnya. Secara khusus, tujuan utama pembuatan laporan
adalah menginformasikan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
partai politik.

30
Dengan demikian pedoman akuntansi khusus untuk partai politik akan
diperlukan, terutama untuk mencatat pos-pos berikut :
1. Dana bantuan pemerintah
Dana bantuan yang berasal dari pemerintah sepenuhnya berläku standar akuntansi
pemerintah (untuk pertanggungjawaban dan penggunaan dana pemilu yang
diterima melalui KPU). Bisa saja laporan penggunaan dana tersebut
menggunakan SAP yang dibuat oleh KPU, selama itu ada konsensus atau
peraturan yang mengatur. Karena sumber dana dari bantuan pemerintah cukup
besar peranannya untuk partai politik, maka perlu adanya penegasan bahwa
prosedur anggaran dan perbendaharaan berlaku penuh dalam
pertanggungjawaban dan penggunaan dana tersebut. Sedangkan, untuk sumber
dana dari pihak lain akan dipertanggungjawabkan kepada pemiliknya. Artinya,
dana yang diterima dari APBN melalui KPU harus dipertanggungjawabkan
dengan proses dan prosedur pertanggungjawaban yang sudah baku. Misalnya
bantuan dana yang bersifat langsung parpol harus bisa menunjukkan bukti-bukti
sedangkan yang bantuannya bersifat blok, sesudah dana tersebut digunakan partai
politik harus menyampaikan laporan (model uang yang harus
dipertanggungjawabkan) atau model pembayaran langsung.
2. Laporan parpol
Laporan parpol tergantung peruntukannya, artinya parpol harus menyampaikan
laporan sesuai dengan undang-undang yang berlaku, hal ini juga berlaku untuk
dana kampanye, bersumber dari APBD (pemda) dan APBN melalai KPU
(pemerintah pusat). Dalam laporan partai politik penyaluran dana dari Dewan
Pimpinan Pusat (DPP) ke Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang berasal dari
sumber negara dalam laporan pertanggungiawaban harus tergambar dengan jelas
termasuk perggunaannya oleh DPD (bukti disertakan) atau laporan keuangan
konsolidasi. Sementara bantuan dalam bentuk natura atau fasilitas harus
disesuaikan dengan nilai pasar yang tergambar dalam laporan KPU kepada
pemerintah. Laporan partai politik juga harus terperinci untuk apa saja dana
bantuan dari pemerintah itu apakah digunakan sesuai dengan peruntukannya.
Bantuan ini mengandung dua aspek sebagai berikut :
1) Uang dalam laporan keuangan tergambar jumlah uang yang diterima dan
penggunaannya.

31
2) Barang atau jasa dalam laporan neraca tergambar sesuai dengan nilai uang
barang dan jasa tersebut.

3 Laporan Keuangan Dana Kampanye


A. Pengertian Dana Kampanye
Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang dan jasa yang digunakan
pasangan calon dan/ atau partai politik atau gabungan partai politik yang
mengusulkan pasangan calon untuk membiayai kegiatan kampanye pemilihan.
B. Tujuan Pengaturan Dana Kampanye
pada dasarnya adalah pengaturan mengenai besarnya penerimaan dan pengeluaran
dana kampanye agar pemilihan menjadi “fair” dan bersih dari tindakan curang dan
merugikan. Penerimaan dana kampanye diatur dengan tujuan memastikan bahwa dana
kampanye yang digunakan pasangan calon benar – benar dana sah menurut undang –
undang.
C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah 5. Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5898);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik;

3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2015 tentang Dana


Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2016;

4. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 121/Kpts/KPU/TAHUN 2015


tentang Pedoman Audit Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur
32
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota. (menyesuaikan yang baru).

D. Sumber Dana Kampanye


1. Pasangan Calon dari Partai Politik
a. Pasangan Calon
b. Partai Politik
c. Sumbangan pihak lain yang sah menurut hukum
2. Pasangan Calon Perseorangan
a. Pasangan Calon
b. Sumbangan pihak lain yang sah menurut hukum
E. Bentuk Sumber Dana Kampanye
1. Uang
Bersumber dari Pasangan Calon yang ber-sangkutan, partai politik dan/atau
gabungan partai politik yang mengusulkan, sumbangan perseorangan, sumbangan
kelompok, sumbangan badan usaha, wajib ditempatkan pada Rekening Khusus
Dana Kampanye terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kegiatan Kampanye.
2. Barang
Benda bergerak atau benda tidak bergerak yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan harga pasar yang wajar pada saat sumbangan itu diterima.
3. Jasa
Pelayanan/pekerjaan yang dilakukan pihak lain yang manfaatnya dinikmati oleh
Pasangan Calon sebagai penerima jasa yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan harga pasar yang wajar pada saat sumbangan itu diterima.
F. Pembatasan Dana Kampanye
Pembatasan Dana Kampanye terdiri dari Pembatasan Penerimaan dan Pembatasan
Pengeluaran, yaitu:
1. Penerimaan yang Berasal dari:
a. Perseorangan tidak boleh melebihi Rp.75.000.000,-
b. Kelompok dan/atau badan hukum swasta paling banyak Rp. 750.000.000,-
c. Partai Politik @Rp. 750.000.000,-
2. Pembatasan Pengeluaran merupakan Akumulasi dari:
a. Rapat Umum jumlah peserta x frekuensi kegiatan x standar biaya daerah
b. Pertemuan Terbatas jumlah peserta x frekuensi kegiatan x standar biaya daerah
33
c. Pertemuan Tatap Muka jumlah peserta x frekuensi x standar biaya daerah
d. Pembuatan Bahan Kampanye jumlah kegiatan x (30% xjumlah pemilih) x Rp
25.000,-
e. Alat peraga kampanye yang dibiayai oleh Pasangan Calon jumlahnya
berpedoman pada Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP
Kabupaten/Kota.
G. Rekening Khusus Dana Kampanye
1. Pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye bagi Pasangan Calon yang
diusulkan oleh Gabungan Partai Politik dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh
Gabungan Partai Politik.
2. Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon
dan Pasangan Calon Perseorangan melaporkan hanya 1 (satu) Nomor Rekening
Khusus Dana Kampanye kepada KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur dan KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.
3. Rekening Khusus Dana Kampanye yang telah disampaikan kepada KPU
Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota tidak dapat ditarik dan/atau
dilakukan penggantian.
4. Salinan Rekening Khusus Dana Kampanye menjadi lampiran pada LADK dan
LPPDK.
H. Laporan Dana Kampanye
Laporan keuangan dana kampanye terdiri atas 3 laporan, yaitu :
1. Laporan Awal Dana Kampanye (LADK)
a. Cakupan Informasi
a.) Rekening khusus dana kampanye,
b.) Sumber perolehan awal/ saldo pembukuan,
c.) Rincian perhitungan penerimaan dan pengeluaran yang diperoleh sebelum
pembukaan rekening khusus dana kampanye,
d.) Penerimaan sumbangan yang bersumber dari paslon, parpol/gabungan
parpol, atau pihal lain.
b. Pembukuan LADK
Sejak pembukaan rekening khusus dana kampanye sampai dengan pada saat
penetapan pasangan calon.

34
c. Penyampaian LADK
Pasangan calon menyampaikan LADK satu hari sebelum masa kampanye ke:
a.) KPU Provinsi/KIP Aceh untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
b.) KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau
Walikota atau Wakil Walikota.
d. Jenis Formulir
a.) Pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik

No. JENIS FORMULIR URAIAN


1 Model LADK1 – Parpol Laporan Awal Dana Kampanye
2 Model LADK2- Parpol Daftar Aktivitas Pengeluaran Dana Kampanye
3 Model LADK3 – Parpol Saldo Awal Dana Kampanye
4 Model LADK4 – Parpol Surat Pernyataan Tanggung jawab atas
Laporan Awal dana Kampanye.
5 Model LADK5 – Parpol Laporan penerimaan dana kampanye kepada
Pasangan Calon
6 Lampiran Formulir Model LADK5Daftar Penerimaan Sumbangan Dana
– Parpol Kampanye
7 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan
8 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok
9 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Hukum Swasta

b.) Pasangan calon perorangan

No. JENIS FORMULIR URAIAN

1 Model LADK1 - Perseorangan Laporan Awal Dana Kampanye

2 Model LADK2- Perseorangan Daftar Aktivitas Pengeluaran Dana Kampanye


3 Model LADK3 - Perseorangan Saldo Awal Dana Kampanye

4 Model LADK4 - Perseorangan Surat Pernyataan Tanggung jawab atas


Laporan Awal dana Kampanye.
5 Model LADK5 - Perseorangan Daftar penerimaan sumbangan dana
kampanye

35
6 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan

7 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok

8 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Hukum Swasta

Pengisiian Formulir LADK-Parpol


1. LADK2-Parpol : Partai Politik melakukan pengisian LADK2-Parpol
(Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye) yang berisi informasi
penerimaan uang, barang, dan jasa. Partai Politik melampirkan Salinan
bukti.
2. LADK3-Parpol : Partai Poltik melakukan pengisian LADK3- Parpol yang
berisi kelompok peerimaan sumbangan berdasarkan “asal sumbangan”
pada LADK2-Parpol.
3. LADK4-Parpol : Partai Politik melakukan pengisian LADK4- Parpol
(Daftar Aktivitas Pengeluaran Dana Kampanye) yang berisi daftar seluruh
aktivitas pengeluaran, Salinan bukti, dan jumlah Salinan bukti.
4. LADK7-Parpol : Calon Anggota DPR dan DPRD melakukan pelaporan
penerimaan dan pengeluaran kepada Partai Politik melalui LADK7-
Parpol. Banyaknya LADK7- Parpol harus sama dengan banyaknya Calon
Anggota DPR dan DPRD.
5. LADK5-Parpol : Partai Politik melakukan pembukuan pada LADK5-
Parpol yang memuat informasi saldo yang berisi penjumlahan kas dalam
rekening khusus dan kas di bendahara. Barang, tagihan, dan utang sebagai
informasi tambahan tanpa menjadi akumulasi jumlah saldo.
6. LADK6-Parpol : Partai Politik membuat Surat Pernyataan Tanggung
Jawab atas Laporan Awal Dana Kampanye melalui fomulir model
LADK6- Parpol.
7. LADK1-Parpol : Partai Politik melakukan pembukuan pada formulir
LADK1- Parpol yang berisi:
a. Penerimaan (berasal dari LADK3- Parpol)
b. Pengeluaran
c. Saldo (Berasal dari LADK5- Parpol)
Contoh laporan dana awal kampanye

36
2. Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK)
a. Cakupan Informasi

37
Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK) adalah
pembukuan yang memuat seluruh penerimaan yang diterima Pasangan Calon
setelah LADK disampaikan kepada KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP
Kabupaten/Kota
b. Pembukuan LPSDK
Periode pembukuan LPSDK dimulai 1 (satu) hari setelah LADK disampaikan
sampai dengan 1 (satu) hari sebelum penyampaian laporan LPSDK sesuai
dengan jadwal sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan KPU tentang tahapan,
program dan jadwal.
c. Penyampaian LPSDK
Pasangan calon menyampaikan LPSDK satu hari sebelum masa kampanye ke:
a.) KPU Provinsi/KIP Aceh untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
b.) KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau
Walikota atau Wakil Walikota.
d. Jenis Formulir
a.) Pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik

No. JENIS FORMULIR URAIAN


Model LPSDK1 – Parpol Laporan Penerimaan Sumbangan Dana
Kampanye Kepada Pasangan Calon
Lampiran Formulir ModelDaftar Penerimaan Sumbangan Dana
LPSDK1- Parpol Kampanye
Formulir Model LPSDK2 – ParpolSurat Pernyataan Tanggung jawab atas
Laporan Penerimaan Sumbangan Dana
Kampanye
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok

Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Hukum Swasta

b.) Pasangan calon perorangan

No. JENIS FORMULIR URAIAN


Formulir Model LPSDK1 –Laporan Penerimaan Sumbangan Dana
Perseorangan Kampanye Kepada Pasangan Calon

38
Lampiran Formulir ModelDaftar Penerimaan Sumbangan Dana
LPSDK1- Perseorangan Kampanye
Formulir Model LPSDK2 –Surat Pernyataan Tanggung jawab atas
Perseorangan Laporan Penerimaan Sumbangan Dana
Kampanye
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Hukum Swasta

Pengisiian Formulir LPSDK-Parpol


1. LPSDK1-Parpol : Partai Politik melakukan pengisian LPSDK1- Parpol (Laporan
Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye) yang berisi informasi penerimaan uang,
barang, dan jasa. Partai Politik melampirkan Salinan bukti dan surat
pernyataanpenyumbang dengan nomor sura sesuai dengan nomor urut
penerimaan.
2. LPSDK2-Parpol : Partai Poltik melakukan pengisian LPSDK2- Parpol yang berisi
kelompok penerimaan sumbangan berdasarkan “asal sumbangan” pada LPSDK1-
Parpol.
3. LPSDK4-Parpol : Partai Politik melakukan pengisian LPSDK4- Parpol yang
memuat informasi penerimaan dana kampanye sesuai tingkatannya. Jumlah
LPSDK4- Parpol harus sama dengan banyaknya calon Anggota DPR dan DPRD.
4. LPSDK3-Parpol : Partai Politik membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas
Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye.
Contoh laporan penerimaan sumbangan dana kampanye

39
3. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK)
a. Cakupan Informasi
Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) adalah
adalah pembukuan yang memuat seluruh penerimaan dan pengeluaran Dana
Kampanye Pasangan Calon. LPPDK menyajikan semua penerimaan dan
pengeluaran Dana Kampanye dalam bentuk uang, barang, dan jasa dengan
menggunakan pendekatan aktivitas.
b. Pembukuan LPPDK
Periode pembukuan LPPDK dimulai sejak penetapan Pasangan Calon sampai
dengan berakhirnya masa Kampanye.
c. Penyampaian LPPDK
Pasangan calon menyampaikan LPPDK satu hari sebelum masa kampanye ke:
a.) KPU Provinsi/KIP Aceh untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
b.) KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau
Walikota atau Wakil Walikota.
d. Jenis Formulir
a.) Pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik

40
No. JENIS FORMULIR URAIAN
1 Model LPPDK1 – Parpol Asersi atas Laporan Penerimaan dan
Pengeluaran Dana Kampanye
2 Model LPPDK2- Parpol Laporan Penerimaan dan Pengeluaran
Dana Kampanye
3 Model LPPDK3 – Parpol Daftar Aktivitas Pengeluaran Dana
Kampanye
4 Model LPPDK4 – Parpol Daftar Saldo Dana Kampanye .
5 Model LPPDK5 – Parpol Laporan Penerimaan Sumbangan Dana
Kampanye Kepada Pasangan Calon

6 Lampiran Model LPPDK5 – Parpol Daftar Penerimaan Sumbangan Dana


Kampanye
7 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan
8 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok
9 Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Hukum Swasta

b.) Pasangan calon perorangan

No. JENIS FORMULIR URAIAN


Model LPPDK1 - Perseorangan Asersi atas Laporan Penerimaan dan
Pengeluaran Dana Kampanye
Model LPPDK2- Perseorangan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana
Kampanye
Model LPPDK3 - Perseorangan Daftar Aktivitas Pengeluaran Dana Kampanye
Model LPPDK4 - Perseorangan Daftar Saldo Dana Kampanye .
Model LPPDK5 - Perseorangan Daftar penerimaan dana kampanye
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok
Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Hukum Swasta

Pengisian Formulir LPPDK-Parpol


1. LPPDK3-Parpol : Partai Politik melakukan pengisian LPPDK3- Parpol (Laporan
Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye) yang berisi informasi penerimaan uang,

41
barang, dan jasa. Partai Politik melampirkan Salinan bukti dan Surat Pernyataan
Penyubang dengan nomor surat sesuai dengan nomor urut penerimaan.
2. LPPDK4-Parpol : Partai Poltik melakukan pengisian LPPDK4- Parpol yang berisi
kelompok peerimaan sumbangan berdasarkan “asal sumbangan” pada LPPDK3-
Parpol.
3. LPPDK5-Parpol : Partai Politik melakukan pengisian LPPDK5- Parpol (Daftar
Aktivitas Pengeluaran Dana Kampanye) yang berisi daftar seluruh aktivitas
pengeluaran dana kampanye, nomor urut, Salinan bukti, dan jumlah Salinan bukti
pengeluaran yang banyaknya harus sama dengan jumlah pengeluaran.
4. LPPDK7-Parpol : Calon Anggota DPR dan DPRD melakukan pelaporan penerimaan
dan pengeluaran kepada Partai Politik melalui LPPDK7- Parpol dan melampirkan
Salinan bukti pengeluaran dan Salinan tersebut diberi nomor urut berdasarkan
aktivitas pengeluaran.
5. LPPDK6-Parpol : Partai Politik melakukan pembukuan pada LPPDK6- Parpol yang
memuat informasi saldo yang berisi penjumlahan kas dalam rekening khusus dan kas
di bendahara. Barang, tagihan, dan utang sebagai informas tambahan tanpa menjadi
akumulasi jumlah saldo.
6. LPPDK2-Parpol : Partai Politik melakukan pembukuan pada formulir LPPDK2-
Parpol yang berisi:
a. Penerimaan (berasal dari LPPDK4-Parpol)
b. Pengeluaran
c. Saldo (Harus sama dengan LPPDK6-Parpol)
7. LPPDK1-Parpol : Partai Politik melakukan pengisian LPPDK1- Parpol memuat
informasi terkait pernyataan tentang keabsahan dan kebenaran data sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan KPU
Nomor 24 Tahun 2018 tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan KPU Nomor 29 Tahun 2018.
Contoh laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye

42
4. Laporan Keuangan Lembaga Swadyaya Masyarakat (LSM)
1. Pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat atau Organisasi Non-Pemerintah (non-

43
government organization-NGO) merupakan organisasi yang dikelola oleh swasta atau
di luar pemerintahan. Istilah “swasta” ini bukan berarti seperti organisasi bisnis yang
bertujuan untuk memperoleh profit. LSM dapat diartikan sebagai organisasi swasta
(nirlaba) yang kegiatannya adalah untuk membebaskan penderitaan, memajukan
kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan pelayanan dasar bagi
masyarakat, atau menangani pengembangan masyarakat. Dengan kata lain, organisasi
yang berbasis nilai, secara keseluruhan maupun sebagian pada lembaga donor dan
pelayanan sukarela (Bastian, 2007).

2. Fungsi dan Peran LSM

Dalam melaksanakan programnya, LSM mempunyai peran sebagai berikut


(Bastian, 2007: 35):
1) Motivator

LSM bertugas memberikan motivasi, menggali potensi, menumbuhkan dan


mengembangkan kesadaran anggota masyarakat akan masalah-masalah yang
dihadapi dirinya maupun lingkungannya, akan potensi-potensi sumber daya
manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki, dalam rangka memperbaiki
nasib dan membangun masa depan yang lebih baik atas potensi dan swadaya
masyarakat itu sendiri.
2) Komunikator
Sebagai komunikator, tugas LSM antara lain:
a. Mengamati, merekam, serta menyalurkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
agar dijadikan bahan rumusan kebijakan dan perencanaan program
pembangunan.
b. Memonitor/mengawasi pelaksanaan program pembangunan masyarakat.
c. Memberikan penyuluhan dan menjelaskan program-program pembangunan
dengan bahasa yang akrab dan kerangka berpikir yang mudah dipahami
masyarakat sasaran.
d. Membantu melancarkan hubungan dan kerjasama antar LSM yang mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama dalam masyarakat.
3) Dinamisator

LSM bertugas merintis strategi, mengembangkan metode program, dan


memperkenalkan inovasi di bidang teknologi serta pengelolaan organisasi yang
44
belum dikenal ke lingkungan masyarakat setempat untuk pengembangan dan
kemajuan masyarakat lokal.

4) Fasilitator

LSM bertugas memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan


program seperti menyediakan bantuan dana, modal kerja, peralatan, bahan bahan
baku, saluran pemasaran dan sebagainya bagi kelompok-kelompok sasaran yang
membutuhkannya.
Berdasarkan peran-peran tersebut, LSM turut berperan dalam pelaksanaan
program pembangunan atau lebih tepatnya disebut sebagai mitra pemerintahan dalam
merealisasikan program pembangunan. Hal ini berarti bahwa, LSM telah menjadi
bagian dari sistem pemerintahan yang utuh dalam sistem demokrasi. Dengan kata lain,
dalam setiap proses pengambilan keputusan, sektor non-pemerintah (LSM) ini
seharusnya dilibatkan.

3. Pengelolaan Keuangan LSM

Siklus pengelolaan keuangan LSM dapat dilihat sebagai berikut:

Nilai, Visi, dan Misi


Rencana Strategis:
 Sasaran Strategis
Tujuan dan Strategi
 Indikator Kinerja
 Target
Penyusunan Program

Umpan Balik
dan Tindakan Penyusunan Anggaran
Koreksi
Implementasi Pengukuran Kinerja

Pengawasan
(Monitoring)

Pencapaian Hasil dan


Pelaporan Penggunaan Dana

(Siklus Pengelolaan Keuangan pada Organisasi LSM)


45
Setiap organisasi LSM memiliki nilai, visi, dan misi yang berbeda. Nilai, visi
dan misi yang dianut dan diperjuangkan tersebut memengaruhi karakter organisasi
LSM, termasuk kelompok sumber pendanaan dan kelompok masyarakat yang menjadi
objek programnya. LSM akan memperoleh sumber pendanaan dari kelompok
memiliki kesesuaian nilai, visi, dan misi dengan LSM tersebut. Hal ini berarti tujuan,
strategi, dan program yang akan dilaksanakan harus sesuai juga dengan nilai, visi, dan
misi organisasi, meskipun pendanaan yang diperoleh bersifat mengikat, yaitu program
dan kegiatan ditentukan oleh lembaga donornya. Pada tahap selanjutnya, diperlukan
untuk merancang tujuan, strategi dan program yang sinergi dengan sumber dan
alokasi dana. Tahap ini disebut tahap penyusunan anggaran. Anggaran yang disusun
sudah harus memuat pengukuran kinerjanya, yaitu berupa indikator dan target kinerja,
sesuai dengan yang dibuat pada saat menentukan tujuan dan strategi organisasi. Tahap
selanjutnya adalah tahap pelaksanaan atau implementasi program yang diiringi
dengan tindakan pengawasan (monitoring). Pengawasan ini diperlukan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan sesuai dengan rencana strategis yang telah dibuat.
Tahap terakhir adalah tahap pelaporan yang merupakan pertanggungjawaban dapat
menimbulkan kredibilitas organisasi LSM turun dan bahwa citra organisasi menjadi
buruk. Lemahnya kredibilitas dan citra organisasi menandakan keberlanjutan
organisasi LSM akan terancam.

4. Sistem Akuntansi Lembaga Swadaya Masyarakat


Sistem Akuntansi membentuk sebuah siklus akuntansi. Siklus akuntansi
merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya, dan pelaporan
keuangan. Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporankeuangan
organisasi selama suatu periode tertentu.
Pada umumnya, siklus akuntansi pada organisasi nirlaba termasuk organisasi
LSM dikelompokkan dalam tiga tahap yaitu sebagai berikut:

46
(Siklus Akuntansi)

1. Tahap perencanaan, terdiri dari kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran dalam


bentuk transaksi dan buku pencatatan, kegiatan pencatatan bukti transaksi kedalam
buku jurnal.
2. Tahap pengikhtisaran, terdiri dari penyusunan neraca saldo berdasarkan akun-akun
buku besar, pembuatan ayat jurnal penyesuaian, penyusunan kertas kerja,
pembuatan ayat jurnal penutup, membuat neraca saldo setelah penutupan, membuat
ayat jurnal pembalik.
3. Tahap pelaporan, yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan.

Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba, dalam hal ini LSM, memiliki
kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk
menilai (Bastian, 2007):
1. Jasa yang diberikan oleh LSM dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa
tersebut.
2. Cara pengelola pelaksanaan dan pertanggungjawaban.
3. Aspek kinerja pengelola.

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan LSM harus disusun atas dasar
akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
terjadinya (dan bukan pada saat kas dan setara kas diterima atau dibayar) serta dicatat
dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan periode
bersangkutan. Selain sistem akuntansi keuangan, sistem akuntansi biaya juga
memengaruhi pada organisasi LSM. Hubungan sistem akuntansi keuangan dan
akuntansi biaya terletak pada pengaruh siklus kegiatan lembaga yang bersangkutan.
47
Siklus kegiatan LSM dimulai dengan pembelian barang sesuai kebutuhun program dan
tanpa melalui pengolahan lebih lanjut dan diakhiri dengan penyediaan layanan bagi
masyarakat sasarannya.

Laporan Keuangan LSM


1. Pengguna Laporan Keuangan LSM
Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi dalam laporan
keuangan LSM, antara lain: Pengurus, Staf/relawan, pemerintah,
penyumbang, kreditur, dan publik atau masyarakat luas, terutama donatur dan
objek dampingan.
2. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu LSM untuk memenuhik e p e n t i n g a n pasar staf/relawan,
penyumbang, pemerintah, dan pihak lain yang menyediakan
sumber daya LSM, serta masyarakat luas.
Secara lebih terperinci, tujuan laporan keuangan LSM adalah memberikan
informasi keuangan untuk:
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada partai politik dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan
LSM.
Secara lebih rinci, menunjukkan akuntabilitas organisasi terhadap sumber daya
terpercaya dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya keuangan.
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM mendanai
aktivitasnya dan memenuhi persyaratan kasnya.
c. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan
organisasi LSM untuk mendanai aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban
serta komitmennya.
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan
perubahan di dalamnya dan,

48
e. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
organisasi LSM dari segi biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.
2. Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan
dan pengelolaan keuangan LSM serta memudahkan pengendalian yang
efektif atas seluruh aset, utang, dan aset bersih.

Ruang lingkup laporan keuangan LSM, termasuk catatan atas laporan keuangan,
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah, sifat, likuiditas dan fleksibilitas asset, kewajiban dan asset bersih suatu
LSM, serta hubungan antara asset dan kewajiban.
2. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat
asset bersih.
3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan
hubungan antara keduanya.
4. Cara LSM mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan
melunasi pinjaman dan faktor lainnyayang berpengaruh pada likuiditasnya.
5. Laporan aktivitas LSM yang merupakan inisiatif LSM maupun yang berasal dari
lembaga donor.
6. Catatan mengenai pencatatan akuntansi LSM, jangka waktu catatan, apakah ada
data yang dimusnahkan, atau tidak lengkap, penyimpanan dana, dan sebagainya.
7. Catatan mengenai hibah dan sumbangan yang berbentuk barang dan jasa yang
dinilai berdasarkan harga pasar.Sumbangan-sumbangan yang bersifat spontan dari
masyarakat harus dicatat, tetapi yang menonjol dalam segi jumlah dari satu
kelompok harus diberikan perhatian dan catatan khusus.

3. Laporan Posisi Keuangan


Informasi posisi laporan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi
dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu aktivis LSM, para penyumbang,
kreditur, masyarakat, dan pihak-pihak lain untuk menilai:
1. Kemampuan LSM untuk memperjuangkan dan mengaplikasikan nilai, visi,dan
misi organisasi dan keberlanjutan eksistensinya dalam menjalankan fungsi dan
perannya.
2. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya,
dan kebutuhan pendanaan eksternal.

49
Penyajian Aset dan Kewajiban
Penyajian untuk asset dan kewajiban adalah sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan
informasi yang relevan mengenai sifat, likuiditas, fleksibilitaskeuangan dan
hubungan antara asset dan kewajiban.
2. Kas atau asset lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harusdisajikan
terpisah dari kas atau asset lain yang terikat penggunaanya.

Pengakuan dan Pengukuran Asset dan Kewajiban


Pengakuan dan pengukuran asset dan kewajiban adalah sebagai berikut:
1. Asset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
manfaat ekonominya di masa depan diperoleh oleh partai politik dan asset
tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2. Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber data yang mengandung manfaat ekonomi
akandilakukan untauk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Jumlah yang harus diperlakukan sebagai pendapatan sumbangan.
4. Pada prinsipnya, asset diakui pada saat diterima atau pada saat hakkepemilikan
berpindah. Sedangkan kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau
pada saat kewajiban timbul.
5. Pengukuran pos-pos dalam laporan posisi keuangan menggunakan nilaihistoris.
Asset yang berasal dari sumbangan berupa barang jasa harus dinilai menurut nilai
pasar yang berlaku pada saat itu. Sedangkan pinjaman yang bebas bunga atau
mempunyai tingkat suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai
pasar harus dinilai berdasarkan nilai pasar yang wajar.

Klasifikasi Aset Bersih Terikat atau Tidak Terikat


Klasifikasi Aset Bersih Terikat atau Tidak Terikat adalah sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok asset
bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yang terikat
secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
2. Informasi mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer
diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan.

50
Contoh Laporan Posisi Keuangan
Berikut adalah contoh dari laporan posisi keuangan organisasi Konsorsium
Pengembangan Masyarakat Madani (KPMM) sebuah organisasi LSM yang
memperjuangkan tentang akuntabilitas LSM di Sumatra Barat.

(Sumber : www.kpmm.or.id)

Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam
kelompok aset bersih. Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyajikan informasi
mengenai:
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat asset bersih.
2. Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain.
3. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau
kegiatan.
Informasi dalam laporan aktivitas dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk:
51
1. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.
2. Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi LSM dalammemperjuangkan
kepentingan politiknya.
3. Menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja pengurus.

Perubahan kelompok asset bersih adalah sebagai berikut:


1. Laporan aktivitas menyajikan perubahan aset bersih terikat permanen, serta beban,
terikat temporer dan tidak tidak dalam suatu periode.
2. Pendapatan dan keuntungan yang menambah aset bersih, serta beban dan kerugian yang
mengurangi aset dikelompokan berdasarkan klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian.

Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian adalah sebagai berikut:


1. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset bersih tidak terikat
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang dan menyajikan beban sebagai
pengurang aset bersih tidak terikat.
2. Sumbangan disajikan sebagai aset bersih tidak terikat, terikat permanen, atauterikat
temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.
3. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan
aset lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi.
4. Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset bersih
tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas.
Informasi pendapatan dan beban adalah sebagai berikut:
1. Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun
demikian pendapatan investasi dapat disajikarı secara bersih dengan syarat beban-beban
terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Laporan aktivitas menyajikan jumlah bersih keuntungan dan kerugian yang berasal dari
transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian organisasi
manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak
digunakan lagi.
Informasi program atau kegiatan sebagai berikut:
1. Laporan Aktivitas atau catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan informasi
mengenai beban menurut klasifikasi fungsional seperti menurut kelompok program
kegiatan utama dan aktivitas pendukung.

52
2. Klasifikasi secara fungsional bermanfaat untuk membantu para penyumbang,kreditur,
dan pihak lain dalam menilai program dan kegiatan organisasi LSM yang bersangkutan
serta penggunaan sumber daya.
3. Di samping penyajian klasifikasi beban secara fungsional, partai politik dianjurkan untuk
menyajikan informasi tambahan mengenai beban menurut sifatnya, misalnya
berdasarkangaji, sewa, listrik, dan penyusutan.

Contoh Laporan Aktivitas


Berikut adalah contoh dari laporan aktivitas organisasi Konsorsium Pengembangan
Masyarakat Madani (KPMM):

(Sumber : www.kpmm.or.id)

Laporan Arus Kas

53
Tujuan utama Laporan Arus Kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode.Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang
Laporan Arus Kas.

5.Laporan Keuangan Yayasan

1. Laporan Posisi Keuangan / Neraca

Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan
aset bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada
waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi,
kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:

a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan

b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi


kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.

2. Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset bersih, hubungan
antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam
pelaksanaan berbagai program atau jasa. Perubahan aset bersih dalam laporan
aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1) pendapatan, (2) beban,
(3)gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih. Seluruh perubahan aset bersih ini
nantinya akan tercermin pada nilai akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan
posisi keuangan.

3. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara entitas,
yang menunjukan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari
aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan.Tujuan utama laporan arus kas adalah
menyajikan informasi mengenai pernerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu
periode.

54
4. Catatan Atas Laporan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi kebijakan akuntansi tertentu
yang di terapkan yang relevan untuk memahami laporan keuangan.

6.Laporan Keuangan Rumah Sakit


1. Laporan keuangan rumah sakit terbagi 2 macam, yaitu:
a. Untuk pihak eksternal, meliputi :
a.) Neraca
b.) Laporan Operasi
c.) Laporan Arus Kas
d.) Catatan Atas Laporan Keuangan
b. Untuk pihak internal, meliputi :
a.) Laporan Realisasi anggaran
b.) Laporan Kinerja Unit
c.) Laporan Biaya
d.) Forecasting Biaya
e.) Feasibility Study

2. Laporan keuangan rumah sakit BLUD sesuai pedoman akuntansi rumah sakit ada
macam, yaitu:
a. Neraca
b. Laporan Aktivitas / Laporan Operasi
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan Atas Laporan Keuangan

a. Neraca
Komponen neraca terdiri dari :
Aset, Kewajiban, Ekuitas
b. Laporan Aktivitas / Operasi
Terdiri dari :
1. Laporan hasil operasi / aktivitas selama satu periode tertentu.
2. Komponen laporan aktivitas / operasi : Pendapatan
c. Laporan Arus Kas
55
1. Laporan yang menunjukkan arus kas keluar dan arus kas masuk dirumah sakit.
2. Informasi tentang arus kas suatu BLUD rumah sakit berguna bagi para
pemakain laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan BLU
rumah sakit yang bersangkutan didalam menghasilkan kas dan setara kas serta
menilai kebutuhan BLU rumah sakit untuk menggunakan aruskas tersebut.

d. Catatan Atas Laporan Keuanga

Tujuan utama adalah memberikan penjelasan dan analisis ata informasi yang ada
dineraca, laporan arus kas dan informasi tambahan lainnya sehingga para
pengguna mendapatkan pemahaman paripurna atas laporan keuangan. Informasi
dalam catatan atas laporan keuangan mencakup antara :

Pendahuluan, Kebijakan akuntansi, Kejelasan atas pos-pos neraca, Kejelasan atas


pos-pos laporan aktivitas, Kejelasan atas pos-pos laporan arus kas, Kewajiban
kontijensi, Informasi tambahan pengungkapan lainnya.

7.Laporan Keuangan Universitas

1. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Universitas PTN BH

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, laporan keuangan universitas PTN BH


disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Di samping itu, pasal 62
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi menyatakan bawa
Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan Tridharma. Selanjutnya, pasal 63 Undang-undang tersebut menyatakan
bahwa otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip:

a. akuntabilitas;

b. transparansi;

c. nirlaba;

d. penjaminan mutu; dan

e. efektivitas dan efisiensi.

Prinsip “nirlaba” sebagaimana dinyatakan dalam huruf c di atas menjadi dasar bagi
Universitas PTN BH untuk menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba sebagai dasar
dalam penyusunan pelaporan keuanganya. Paragraf 9 PSAK 45 tersebut mengatur bahwa
jenis-jenis laporan keuangan entitas nirlaba adalah sebagai berikut.
56
a. Laporan posisi keuangan (neraca);

b. Laporan aktivitas;

c. Laporan arus kas; dan

d. Catatan atas laporan keuangan.

Bagiamana keempat laporan keuangan tersebut disusun dalam praktik di lapangan dapat
dilihat pada Lampiran 1: Laporan Keuangan Universitas Indonesia Tahun 2014. Adapun
pembahasan secara teorits atas setiap jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai
berikut.

2. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Paragraf 10 PSAK 45 menyatakan bahwa laporan posisi keuangan bertujuan untuk


menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai
hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan
posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan
keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor,
dan pihak-pihak lain untuk menilai:

a. kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan

b. likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan


kebutuhan pendanaan eksternal.

Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan
total aset, liabilitas, dan aset neto.

Karakteristik yang membedakan laporan posisi keuangan berdasarkan PSAK 45 di atas


dengan laporan posisi keuangan yang disusun oleh perusahaan sektor privat adalah pada
bagian pelaporan aset neto. Laporan posisi keuangan pada perusahaan sektor privat
bukan menyajikan aset neto, melaikan ekuitas. Aset neto baik pada laporan keuangan
universitas PTN BH maupun laporan keuangan entitas nirlaba lainnya terdiri atas tiga
katagori sebagai berikut.

a. Aset Neto Tidak Terikat

Paragraf 18 PSAK 45 menyatakan bahwa aset neto tidak terikat umumnya meliputi
pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi,
dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut.

57
Batasan terhadap penggunaan aset neto tidak terikat dapat berasal dari sifat entitas
nirlaba (dalam hal ini universitas PTN BH). Informasi mengenai batasan- batasan
tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Contoh aset neto tidak terikat sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Keuangan
Universitas Indonesia (2014:30) adalah aset neto yang dapat berasal dari

a. pendapatan biaya pendidikan,

b. pendapatan APBN,

c. pendapatan penelitian,

d. pendapatan seminar dan pelatihan, dan

e. lain-lain.

b. Aset Neto Terikat Temporer

Paragraf 17 PSAK 45 menyatakan bahwa pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan


berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3)
penggunaan selama periode tertentu di masa depan, atau (4) pemerolehan aset tetap,
dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaannya
dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan
temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu dan/atau pembatasan
penggunaan.

Adapun contoh aset neto terikat temporer dalam laporan keuangan universitas PTN BH
adalah sebagaimana yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan Universitas Indonesia
(2014:31), yaitu:

a. aset neto terikat temporer yang berasal dari penelitian,

b. aset neto terikat temporer yang berasal dari beasiswa, dan

c. aset neto terikat temporer yang berasal dari hibah/sumbangan.

c. Aset Neto Terikat Permanen

Paragraf 16 PSAK 45 menyatakan bahwa pembatasan permanen terhadap (1) aset,


seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat
dan tidak untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang
mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam
kelompok aset neto yang penggunaanya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam

58
catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal
dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).

3. Laporan Aktivitas

Paragraf 19 PSAK 45 menyatakan bahwa tujuan utama laporan aktivitas adalah


menyediakan informasi mengenai:

a. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto,

b. hubungan antartransaksi, dan peristiwa lain, serta

c. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan pengungkapan


informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota
entitas nirlaba, kreditur, dan pihak lainnya untuk:

a. mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,

b. menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan entitas nirlaba dan


memberikan jasa, serta

c. menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan


perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan aset neto dalam laporan
aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam posisi keuangan.

Berdasarkan format laporan aktivitas di atas, laporan tersebut menyajikan jumlah


perubahan aset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu
periode. Paragraf 23, 24, dan 25 PSAK 45 mengatur perlakuan akuntansi pendapatan,
beban, serta keuntungan dan kerugian sebagai berikut.

a. Pendapatan diakui sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang
aset neto tidak terikat.

b. Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat permanen,
atau terikat temporer, bergantung pada ada tidaknya pembatasan. Sumbangan terikat
yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan
sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan
diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

59
c. Keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari investasi dan aset lain (atau liabilitas)
diakui sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi.

Paragraf 26 PSAK 45 menyatakan bahwa pengkalisifikasian pendapatan, beban, serta


keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset neto tidak menutup peluang adanya
klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok atau
beberapa kelompok perubahan dalam aset neto, entitas nirlaba dapat mengklasifikasikan
unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi, dapat dibelanjakan atau
tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak
berulang, atau dengan cara lain.

4. Laporan Arus Kas

Paragraf 33 PSAK 45 menyatakan bahwa tujuan utama laporan arus kas adalah
menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode

Komponen dalam laporan arus kas tersebut adalah sebagaimana ditetapkan dalam PSAK
2 (Revisi 2013) tentang Laporan Arus Kas sebagai berikut.

a. Aktivitas operasi

Aktivitas operasi adalah Aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas
lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Contoh aliran kas
masuk dari aktivitas operasi antara lain adalah

a.) penerimaan dari penjualan barang/jasa, royalti, pendapatan lain;

b.) penerimaan dari pendapatan sewa, restitusi pajak; dan

c.) penerimaan dari pemberian untuk bank dan penjualan sekuritas dari perusahaan
efek.

Sedangkan contoh aliran kas keluar dari aktivitas operasi antara lain adalah

a. pembayaran kepada pemasok barang dan jasa;

b. pembayaran untuk karyawan;

c. pembayaran klaim (asuransi), pembelian efek (perusahaan efek), pengembalian kredit


(bank); dan

d. pembayaran biaya operasi.

b. Aktivitas investasi

60
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi
lain yang tidak termasuk setara kas. Contoh aliran kas masuk dari aktivitas investasi
antara lain adalah

a. penerimaan penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain;

b. penerimaan kas dari kontrak future/ forward, future untuk pendanaan;

c. penerimaan penjualan instrumen utang atau kas (selain diperdagangkan); dan

d. penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman dari pihak lain. Sedangkan
contoh aliran kas keluar dari aktivitas investasi antara lain adalah

e. pembayaran kas untuk membeli aset tidak tetap, aset tidak berwujud, biaya
pengembangan dikapiralisasi;

f. pembayaran kas dari kontrak future, forward, swap untuk aktivitas pendanaan; dan

g. pembayaran untuk membeli instrumen utang/ekuitas/ ventura selain untuk


diperdagangkan.

c. Aktivitas pendanaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Contoh aliran kas masuk dari aktivitas
pendanaan antara lain adalah

a. penerimaan kas dari penerbitan saham; dan

b. penerimaan kas dari penerbitan obligasi, wesel, pinjaman jangka pendek dan jangka
panjang, hipotek.

Sedangkan contoh aliran kas keluar dari aktivitas pendanaan antara lain adalah

a. pembayaran kas kepada pemiliki untuk menarik atau menebus saham;

b. pelunasan pinjaman; dan

c. pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas terkait sewa
pembiayaan.

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Aktivitas, Laporan Posisi Keuangan, dan Laporan Arus
Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
61
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Keuangan
serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar.

PSAK 1 (Revisi 2013) tentang Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa catatan
atas Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai
berikut.

a. Informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi, seperti dasar
pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam estimasi;

b. Informasi yang disyaratkan Standar Akuntansi Keuangan yang tidak disajikan di


bagian mana pun dalam laporan keuangan;

c. Informasi yang tidak disajikan di bagian mana pun dalam laporan keuangan, tetapi
informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

62
CONTOH KASUS

Laporan Keuangan KPK Dinyatakan WDP oleh BPK

“Prinsip dasarnya KPK menghargai dan menyampaikan terimakasih terhadap semua


pihak yang berupaya, katakanlah, melakukan pengawasan terhadap KPK. Namun dalam
proses audit ini KPK sebenarnya memandang sudah menjawab seluruh pertanyaan yang
diajukan tersebut dan kami yakin bisa menjelaskan dengan sangat baik,” kata Kabiro Humas
KPK Febri Diansyah di KPK, Jl Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2019).Febri
mengaku hingga kini KPK belum menerima laporan lengkap soal laporan BPK itu. Febri pun
mengakui ada kekurangan, salah satunya dalam hal pencatatan barang rampasan dan itu
sudah dijelaskan semua ke BPK.

“Yang paling menonjol dari draf temuan yang kami terima adalah terkait dengan
pencatatan barang rampasan, bukan soal barang rampasannya tidak ada, tetapi pencatatan
barang rampasan. Semuanya sudah kami jelaskan dan pastikan bahwa semua barang
rampasan itu ada,” ujar Febri.

Febri kemudian mencontohkan salah satu kekurangan terkait pencatatan barang-barang


yang sudah dilelang. Hal yang sering kali dinyatakan kurang lengkap itu berkaitan dengan
proses administrasi terkait barang lelang. Padahal, menurut Febri, lelang itu dilakukan di
KPKNL di Kemenkeu.

63
“Contoh misalnya ada barang rampasan yang sudah dilelang. Kalau lelang itu dilakukan
oleh KPKNL di Kemenkeu dan kemudian sudah laku. Kemudian KPK ditanya dokumen
pendukung untuk mengatakan barang itu sudah lau atau sudah tidak catat. Kemudian kami
berikan berita acara-acara sebagai dokumen sekunder pendukung itu. Itu rupanya dicatat ada
dokumen yang belum lengkap karena KPK belum menerima risalah yang memang bukan
menjadi kewenangan KPK untuk membuat risalah lelang tersebut,” jelasnya.
Febri mengatakan KPK pasti akan memperbaiki hal tersebut. Terlebih lagi, kata Febri, KPK
saat ini tengah memperkuat Unit Labuksi. Unit Labuksi disebut Febri mengurus berkaitan
proses administrasi serta memaksimalkan pencarian alat bukti hingga eksekusi.
“Karena KPK justru sedang berupaya dalam beberapa tahun ini memperkuat Unit Labuksi
dan di sanalah proses administrasi dan juga proses memaksimalkan pencarian alat bukti dan
rampasan serta eksekusi itu dikelola di sana. Jadi kami melihat setelah kami pelajari secara
keseluruhan dari draf temuan yang pernah disampaikan ke KPK itu semua bersifat cenderung
administratif dan paling menojol itu terkait pengelolaan barang rampasan tersebut,” kata
Febri.

Sebelumnya diberitakan, BPK memberikan opini WDP atas laporan keuangan KPK.
Salah satu alasan KPK meraih opini WDP adalah luputnya pencatatan barang rampasan.
“Kalau KPK persediaan, karena memang selama ini kan KPK itu kan persediaan barang
rampasannya ini bagian yang lose dari perhatian KPK, bukan kesengajaan, tetapi tetap saja
ini bagian yang penting dalam pemeriksaan kita memengaruhi opini,” kata anggota I BPK RI,
Agung Firman Sampuran, di auditorium Badiklat BPK, Jalan Kalibata Raya, Jakarta Selatan,
Kamis (20/6/2019).

64
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2014. Edisi 2. Akuntansi Sektor Publik.Jakarta:
Salemba Empat
Amanda, Ineke. 2015. Makalah Akuntansi Sektor
Publik.https://www.academia.edu/13014587/Makalah_Akuntansi_Sektor_Publik

Hariyanto,Ibnu. 2019. Laporan Keuangan Dinyatakan WDP oleh BPK, ini Kata KPK.
https://news.detik.com/berita/d-4593793/laporan-keuangan-dinyatakan-wdp-
oleh-bpk-ini-kata-kpk
Unknown. 2013. Perkembangan dan Organisasi LSM; Akuntansi
LSM.http://matkulakuntansi-jami.blogspot.com/2013/10/perkembangan-dan-
organisasi-lsm_22.html
Usman, Hadania. 2017. Makalah Akuntansi Dana LSM.
https://www.academia.edu/37302744/MAKALAH_AKUNTANSI_DANA_LSM
Wanto. 2015. Pembukuan Sederhana untuk Perusahaan Nirlaba.
https://zahiraccounting.com/id/blog/pembukuan-sederhana-untuk-perusahaan-
nirlaba/. Diakses pada 05 November 2019.
Erlin. 2018. Akuntansi Rumah Sakit. https://slideplayer.info/slide/12275948/. Diakses pada
05 November 2019.
Danar. 2015. Pelaporan Keuangan Universitas.
https://www.academia.edu/13520180/Pelaporan_Keuangan_Universitas.
Diakses pada 05 November 2019.

65

Anda mungkin juga menyukai