Anda di halaman 1dari 9

TEORI AKUNTANSI

”Elemen Laporan Keuangan, (Definisi, Pengakuan, Pengukuran dan Penyajian Aset)”

Dosen Pengampu :

DR. Drs. I Made Sukartha, M.Si., Ak

Kelompok 9 :

I Made Bayu Tirta Suadnyana (1807531224)

Ni Putu Ade Wedhanareswari (1807531227)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PEMBAHASAN

Elemen yang terdapat dalam sebuah laporan keuangan keuangan memiliki makna yang
menunjukkan realitas kegiatan perusahaan sehingga pembaca laporan keuangan dapat
memperoleh gambaran yang jelas dan memadai mengenai realitas tersebut secara finansial tanpa
harus mengamati sendiri secara fisis realitas finansial tersebut. Salah satu komponen kerangka
konseptual adalah pengidentifikasian elemen-elemen laporan keuangan. Pengidentifikasian
tersebut meliputi pengertian, pengakuan, pengukuran penilaian dan pengungkapan. Salah satu
elemen tersebut adalah aset. Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi
semantik berupa posisi keuangan jika dikaitkan dengan elemen lainnya yakni kewajiban dan
ekuitas.
A. Definisi Aset
Pada kerangka konseptual dirumuskan definisi masing masing elemen laporan keuangan.
FASB (SFAC No. 6, paragraph 25) mendefinisikan aset sebagai berikut :
”Assets are probable future economic benefits obtained or controllled by a particular entity as a
result of past transactions or events”
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu)
Definisi yang dirumuskan oleh IASB, yang juga diacu oleh IAI mendifinisikan sebagai
berikut :
”An asset is a resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which
future economic benefits are expected to flow to the enterprise”
(Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan
manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut diharapkan diperoleh oleh entitas)
Australian Accounting Standards Board (AASB) dalam Statement of Accounting
Concepts No. 4, mendefinisikan aset sebagai berikut:
”Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as a
result of past transaction or other past events”
Sedangkan pengertian Aset Menurut pendapat beberapa ahli, yaitu :
Paton : Kekayaan adalah sesuatu dalam bentuk barang atau lainnya yang dimiliki
perusahaan tertentu yang mempunyai nilai bagi perusahaan.
Sprague : Aset merupakan sekumpulan jasa yang akan diterima, berkaitan untuk
memperoleh laba.
Canning : Aset merupakan sejumlah jasa yang terpisah (dapat berdiri sendiri) yang
merupakan milik perusahaan.
Paton & Littleton : Aset merupakan sejumlah potensi jasa yang dapat dipertukarkan yang
memberikan potensi jasa yang lain bagi perusahaan.
Valter : Aset merupakan sejumlah potensi jasa yang dapat diubah, dipertukarkan
dan disimpan untuk dimasa yang akan datang.
Peirsen : Dapat disimpan sehingga mempunyai manfaat yang akan datang.
Karakteristik Utama Aset :
1. Manfaat Ekonomis
Aset harus memiliki nilai manfaat ekonomis di masa depan yang cukup pasti. Misalkan
seperti kas memiliki manfaat atau potensi jasa karena memiliki daya beli atau daya tukar dalam
unit moneter. Objek selain kas lainnya harus memiliki nilai manfaat ekonomis yang dapat
ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, sehingga dapat digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa, atau dapat digunakan untuk melunasi kewajibannya.
2. Dikuasai atau Dikendalikan Entitas
Aset harus dimiliki dan dikendalikan oleh entitas. Namun, konsep penguasaan atau
kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini mengandung arti
kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara, menahan, menukarkan, menggunakan
manfaat ekonomis serta mencegah pihak lain menggunakan manfaat tersebut. Hal ini dilandasi
oleh konsep substance over form. Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau
legal.
Menurut Most (1982) dalam (Suwardjono 2005) menjelaskan bahwa penguasaan atau
kendali atas suatu aset dapat diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Pembelian (by purchase)
b. Pemberian (by gift)
c. Penemuan (by discovery)
d. Perjanjian (by agreement)
e. Produksi atau nformasi
f. Penjualan
3. Timbul Akibat Transaksi Masa Lalu
Aset harus timbul sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria
untuk memenuhi definisi. Kepemilikan atau penguasaan suatu aset harus didahului oleh transaksi
atau kejadian ekonomis yang telah terjadi. FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai
kriteria aset dengan alasan transaksi atau kejadian tersebut dapat memengaruhi jumlah aset, baik
menambah maupun mengurangi. Contohnya adalah pembayaran tunai atas penjualan
sebelumnya, penjualan kredit, asuransi yang dibayar di muka, dan lainnya.
Karakteristik Pendukung Aset :
1. Melibatkan Kos
Pemerolehan aset akan melibatkan kos atau biaya. Apabila kos timbul akibat perolehan suatu
objek dengan pertukaran maupun pembelian, objek tersebut dapat dikategorikan sebagai aset
walaupunn nilai kos teresbut harus ditaksir secara layak sebagai dasar pencatatan awal. Esensi
utama terletak pada nilai ekonomis yang akan diperoleh dimasa mendatang.
2. Berwujud
Wujud bukanlah merupakan kriteria yang baku untuk mengidentifikasi aset. Objek seperti hak
paten, goodwill dan pos-pos tak berwujud lainnya dapat dikategorikan sebagai aset lancar dan
tidak masuk dalam aset tidak berwujud karena objek-objek tersebut memiliki nilai tersendiri.
3. Pertukaran
Banyak pendapat yang mengatakan dalam memenuhi definisi sebagai aset, suatu sumber
ekonomis harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomis lainnya. Syarat ini diajukan untuk
melihat seberapa jauh manfaat ekonomi akan menjadi cukup pasti dan terukur dengan handal
apabila suatu aset tersebut memiliki nilai ukur maupun nilai tukar.
4. Terpisahkan
Syarat dari suatu aset untuk dapat ditukarkan harus dapat dipisahkan ddengan sumber ekonomis
lain atau berdiri sendiri,akan tetapi argument lain menyatakan keterpisahan dan dan ketertukaran
hanyalah merupkan syarat untuk memperoleh manfaat aset. Dengan argumen diatas FASB tidak
memasukkan keterpisahan sebagai kreteria untuk mendefinisikan aset.
5. Berkekuatan Hukum
Penguasaan atas aset tidak harus didukung dengan cara yuridis. Klaim atas piutang tidak harus
diidukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum untuk memenuhi definisi
aset.
B. Pengakuan Aset
Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian,
atau keadaan tetentu. Adapun kondisi perlu dan kondisi cukup yang merupakan penguji yang
cukup rinci untuk mengakui aset:
1. Deteksi adanya aset
Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset.
2. Sumber ekonomis dan kewajiban
Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomis yang langka,
dibutuhkan, dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas
Untuk mengakui aset, entitas harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai
Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat yang dapat ditentukan
besarnya secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan
Untuk mengakui aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan.
6. Verifikasi
Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji
diatas dipenuhi
Penjelasan di atas sebenarnya menjelaskan apa yang disebut dengan kaidah pengakuan
yang merupakan prosedur dalam menerapkan empat kriteria pengakuan FASB, yaitu definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan
biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang terlibat dalam
transaksi atau kejadian tertentu dapat diasetkan. Hal ini biasanya berkaitan dengan eksplorasi
minyak dan gas bumi, rugi selisih kurs valuta asing, sewa guna, riset dan pengembangan, bunga
selama masa konstruksi aset tetap, dan sumber daya manusia.
C. Pengukuran Aset
Jika suatu objek (pos) telah memenuhi definisi aset maka hal yang harus diketahui
berikutnya ialah pengukurannya. Pengukuran aset adalah merupakan penentuan jumlah satuan
moneter yang harus dinyatakan atau dilekatkan pada aset. Pengukuran merupakan syarat suatu
aset dapat diakui, artinya bahwa aset dapat diakui jika dapat diukur dengan handal
(measurability). Pengukuran dilakukan berdasarkan manfaat ekonomik masa datang.
Dengan mendasarkan pada asumsi kelangsungan usaha (going concern), maka sumber
ekonomik akan mengalami pengukuran tiga tahap selama berada dalam suatu entitas, yaitu tahap
perolehan, tahap pemanfaatan dan tahap pemberhentian atau keluar dari entitas. Misal: aset tetap,
diawali dengan perolehan, kemudian dimanfaatkan dalam proses bisnis perusahaan dan
diberhentikan penggunaannya dikarenakan sudah habis manfaatnya atau dijual. Pada setiap tahap
terdapat aturan tentang pengukuran yang harus diikuti sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku.
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang
berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
 Biaya historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation),
atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara
kas)yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
yang normal.
 Biaya kini (current cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau
setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban (obligation) sekarang.
 Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
 Nilai sekarang (present value)
Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai
sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai
sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan
usaha normal.
 Nilai wajar (fair value).
Pengukuran dengan nilai wajar dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:
Market Approach : Menggunakan harga dan informasi dari transaksi yang sesungguhnya
untuk aset dan liabilitas yang sejenis dan diperbandingkan.
Income Approach : Konversi dari diskonto uang yang diterima dimasa yang akan datang.
Cost Approach : Sejumlah uang yang digunakan untuk memperoleh kapasitas yang sama
(current replacement cost).
Harga wajar dengan pendekatan harga pasar lebih praktis karena tidak perlu dilakukan
penyesuaian apapun. Apabila harga pasar tidak tersedia, maka diestimasi dengan harga aset dan
liabilitas yang sejenis. Kalau tidak ada harga pasar, kita perlu melakukan taksiran, berapa kalau
beli atau berapa kalau jual. Apabila harga pasar tidak dapat diperoleh dan taksiran yang ideal
tidak ada maka nilai wajar diestimasi dengan beberapa penilaian, Penilaian dengan menggunakan
kombinasi dari penghematan dan uang yang dikeluarkan seandainya belum memiliki aset saat
tersebut.
D. Penyajian Aset
Prinsip akuntansi yang diterima umum, terutama standar akuntansi, menetapkan penyajian dan
pengungkapan tiap pos-pos aset. Meskipun aset didefinisikan secara umum sebagai manfaat
ekonomis masa depan yang dikuasai dan dikendalikan oleh entitas dan yang benar-benar timbul
dari transaksi yang sah, tiap pos aset diidentifikasi lebih lanjut dan spesifik sesuai dengan sifat
pos tersebut. Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi yang diterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian atas dalam
neraca berformat laporan.
2. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling lancar
dicantumkan pada urutan pertama.

4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan (misalnya
metoda depresiasi aset dan dasar penilaian sediaan barang).
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/lvionita/5e86da00097f36494f496042/tugas-prof-dr-apollo-teori-
akuntansi-definisi-aset-pengakuan-aset-dan-pengukuran-aset
http://tsana-iainska.blogspot.com/2017/04/teori-akuntansi-aset.html?m=1
http://resumeteoriakuntansi.blogspot.com/2018/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai