Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LAPORAN POSISI KEUANGAN


TUGAS DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I
Dosen Pengampu: Elva Nuraina, S.E., M.Si.

Oleh Kelompok 5:
1. ADYNDA SURYA APRILYA KINANTHY 2202106018
2. CINDY DIAN PERTIWI 2202106020

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
OKTOBER 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG..........................................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................3
1.3. TUJUAN...............................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
KAJIAN TEORI..................................................................................................................................4
2.1 KEGUNAAN DAN KETERBATASAN LAPORAN POSISI KEUANGAN...................4
2.2 ELEMEN DAN KLASIFIKASI DALAM LAPORAN POSISI KEUANGAN................5
2.3 FORMAT LAPORAN POSISI KEUANGAN...................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................12
3.2 KRITIK DAN SARAN......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Menurut Dwi Martani dkk., (2013: 136), laporan posisi keuangan (LPK) atau
yang sering disebut neraca, melaporkan aset, liabilitas, dan modal entitas pada tanggal
tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan
entitas karena merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan
pengukuran posisi keuangan, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.
Pentingnya membahas mengenai laporan posisi keuangan karena untuk
memastikan apakah suatu entitas dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam
laporan posisi keuangan untuk mengevaluasi kinerja keuangannya. Untuk mengetahui
hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan laporan posisi keuangan atau neraca
maka dalam makalah ini diajukan beberapa pertanyaan mengenai neraca yang
meliputi kegunaan dan keterbatasan laporan posisi keuangan, elemen dan
pengklasifikasian dalam laporan posisi keuangan, format laporan posisi keuangan,
dan sebagainya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kegunaan dan keterbatasan laporan posisi keuangan?
2. Bagaimana elemen-elemen dan pengklasifikasian yang ada dalam laporan posisi
keuangan?
3. Bagaimana cara menyusun laporan posisi keuangan?
4. Bagaimana pengungkapan untuk laporan posisi keuangan?
1.3. TUJUAN
Pembuatan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kegunaan dan keterbatasan laporan posisi keuangan
2. Untuk mengetahui apa saja elemen dan pengklasifikasian dalam laporan posisi
keuangan
3. Untuk mengetahui bagaimana format untuk menyusun laporan posisi keuangan
4. Untuk mengetahui bagaimana pengungkapan laporan posisi keuangan
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 KEGUNAAN DAN KETERBATASAN LAPORAN POSISI KEUANGAN


2.1.1 Kegunaan
Kegunaan laporan posisi keuangan secara umum adalah untuk menilai risiko
risiko entitas dan arus kas masa depan. Tujuan pengguna laporan posisi keuangan
menggunakan laporan ini adalah sebagai berikut.
a. Mengevaluasi struktur pendanaan
Dalam hal ini yang dilihat adalah informasi tentang perbandingan sumber
pendanaan melalui utang dibandingkan dengan ekuitas.
b. Menganalisis likuiditas
Likuiditas adalah seberapa cepat waktu yang diperlukan sampai suatu aset
dapat terealisasi atau dikonversi menjadi kas, atau sampai suatu liabilitas
dapat terbayar. Pihak kreditur biasanya sangat tertarik dengan informasi
tentang risiko likuiditas jangka pendek, yang informasinya dapat mereka
gunakan untuk menilai kemampuan entitas membayar bunga tepat waktu.
c. Menilai solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan entitas membayar utangnya pada saat
jatuh tempo. Biasanya hal ini dapat diukur dengan tingkat utang jangka
panjang yang dimiliki entitas. Entitas yang memiliki rasio utang yang
tinggi berarti memiliki solvabilitas yang rendah dibanding entitas dengan
rasio utang yang rendah. Emtitas dengan solvabilitas yang rendah artinya
lebih berisiko, karena memerlukan lebih banyak aset untuk membayar
utangnya, baik pokok maupun beban bunga.
d. Menilai fleksibilitas keuangan
Likuiditas dan solvabilitas akan menentukan fleksibilitas keuangan entitas,
yaitu mengukur kemampuan entitas mengambil tindakan tertentu sebagai
respons terhadap kebutuhan dan peluang yang ada. Entitas dengan tingkat
utang yang tinggi lebih tidak fleksibel dibanding entitas dengan tingkat
utang rendah. Suatu entitas yang memiliki utang yang tinggi terkadang
tidak mudah untuk mengalokasikan arus kasnya untuk merespons peluang
tertentu misalnya peluangberinvestasi, karena arus kas tersebut harus
dialokasikan untuk pembayaran utang.
2.1.2 Keterbatasan
Beberapa kritik terhadap laporan posisi keuangan adalah dalam hal
keterbatasan penilaian. Keterbatasan ini sebagian disebabkan karena hal-hal
sebagai berikut.
a. Pilihan pengukuran beberapa aset tertentu bedasarkan biaya perolehan atau
biaya perolehan terdepresiasi, bukan pada nilai kininya. Hal ini banyak
dikritik karena kurang mencerminkan nilai wajar dari aset.
b. Tidak diperkenankan mengakui aset tak berwujud yang mengandung nilai
manfaat, namun sulit diukur nilainya secara objektif karena dihasilkan
secara internal, misalnya merek yang dihasilkan secara internal.
c. Rekayasa keuangan yang sering kali memungkinkan dilakukan untuk
menghasilkan pembiayaan off-balance sheet.
d. Beberapa pengukuran nilai untuk beberapa unsur di laporan posisi
keuangan melibatkan pertimbangan dan estimasi, misalnya penentuan
masa manfaat aset tetap dan estimasi kewajiban garansi.

2.2 ELEMEN DAN KLASIFIKASI DALAM LAPORAN POSISI KEUANGAN


2.2.1 Elemen Laporan Posisi Keuangan
Elemen laporan posisi keuangan terdiri atas:
a. Aset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas.
b. Liabilitas, merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesainya diharapkan mengakibatkan arus keluar
sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas, adalag hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
liabilitas.
2.2.2 Klasifikasi dalam Laporan Posisi Keuangan
Menurut Dwi Martani dkk. (2013) Laporan posisi keuangan menyajikan
ringkasan yang terstruktur mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas entitas. Aset dan
liabilitas diklasifikasikan dengan suatu cara yang dapat memfasilitasi pengguna
untuk dapat mengevaluasi struktur modal entitas, likuiditas, solvabilitas, dan
fleksibilitas keuangan, sehingga aset dan liabilitas diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik operasi entitas.
Menurut PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, entitas
menyajikan aset sebagaiaset lancar dan tidak lancar serta liabilitas sebagai
liabilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi terpisah dalam
laporan posisi keuangan, kecuali penyajian berdasarkan likuiditas memberikan
informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan.
Dengan demikian ketika entitas yang bergerak di bidang penjualan barang dan
jasa dalam siklus operasi yang dapat diidentifikasi secara jelas, maka klasifikasi
aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang
dalam laporan posisi keuangan memberikan informasi yang bermanfaat karena
menyajikan aset neto yang digunakan sebagai modal kerja dengan aset neto yang
digunakan dalam jangka panjang. Siklus operasi normal yang umum dimulai dari
kas, pembelian persediaan (entitas manufaktur atau dagang) kemudian muncul
piutang akibat penjualan persediaan, dan akhirnya kembali lagi ke kas melalui
penagihan utang.
Namun untuk beberapa entitas, misalnya entitas di bidang jasa keuangan,
penyajian aset dan liabilitas berdasarkan urutan likuiditas memberikan informasi
yang lebih relevan dan dapat diandalkan dibandingkan dengan penyajian
berdasarkan lancar dan tidak lancar atau jangka pendek dan jangka panjang karena
entitas pada industri tersebut tidak menyediakan barang atau jasa selama siklus
operasi yang dapat diidentifikasi secara jelas.

a. Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar


Menurut PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, entitas
mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika:
1. Aset diharapkan dapat direalisasikan, atau terjual, atau digunakan dalam
siklus operasi normal.
2. Aset yang dimiliki dengan tujuan untuk diperdagangkan.
3. Aset yang diharapkan akan terealisasi dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan.
4. Berupa kas atau setara kas, kecuali yang dibatasi pertukaran atau
penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua
belas bulan setelah periode pelaporan.
Aset yang tidak termasuk kategori di atas, diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar.
Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk
pemrosesan dan realisasinya menjadi kas atau setara kas. Ketika siklus operasi
normal entitas tidak diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama
dua belas bulan.
Contoh aset lancar antara lain kas, piutang, persediaan, investasi jangka
pendek, dan biaya dibayar di muka. Pengklasifikasian terpisah antara aset
lancar dan tidak lancar akan menunjukkan bagaimana suatu aset difungsikan
dalam entitas. Contohnya, sebuah motor bagi entitas diler (dealer) motor
merupakan persediaan (aset lancar) karena motor tersebut merupakan barang
dagang. Sedangkan motor yang digunakan entitas lain sebagai alat angkut
sehari-hari akan diklasifikasikan sebagai aset tetap (aset tidak lancar).
Aset tidak lancar adalah aset yang tidak memenuhi definisi aset lancar.
Aset tidak lancar adalah sebagai berikut.
1. Investasi jangka panjang, biasanya mencakup beberapa bentuk, baik
yang berbentuk investasi dalam obligasi dan saham, atau investasi
dalam bentuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking
fund).
2. Aset tetap, adalah aset tidak berwujud yang digunakan dalam operasi
entitas, misalnya tanah, bangunan, mesin, dan furnitur.
3. Aset tak berwujud, merupakan aset tanpa wujud fisik yang bukan
berbentuk instrumen keuangan, misalnya hak paten, hak cipta,
franchise, dan goodwill.
4. Aset lain yang bersifat tidak lancar, contohnya piutang jangka panjang
dan biaya dibayar di muka-jangka panjang.
b. Liabilitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Entitas mengklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika [PSAK 1
(revisi 2009)]:
1. Liabilitas diharapkan akan diselesaikan dalam siklus operasi normalnya.
2. Liabilitas yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan (misalnya instrumen
derivatif: saham, obligasi, dan sebagainya).
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua
belas bulan setelah periode pelaporan.
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurang dua belas bulan setelah periode
pelaporan.
Liabilitas yang tidak termasuk kategori di atas, diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka panjang.

Contoh liabilitas jangka pendek antara lain utang dagang, biaya akrual
untuk biaya karyawan, atau biaya operasi lain, yang merupakan bagian modal
kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal. Siklus operasi normal yang
sama diterapkan pada aset dan liabilitas. Jika tidak dapat diidentifikasikan
secara jelas, maka siklus operasi normal entitas diasumsikan dua belas bulan.
Kriteria untuk mengklasifikasikan liabilitas sebagai jangka pendek atau
jangka panjang berdasarkan kondisi yang ada pada tanggal akhir periode
laporan keuangan. Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam 12
bulan setelah tanggal akhir periode akan diklasifikasikan sebagai liabilitas
lancar, meskipun entitas sudah melakukan perjanjian untuk pembiayaan
kembali atau perpanjangan (refinancing atau reschedule) menjadi jangka
panjang, namun perjanjian tersebut baru dilakukan setelah tanggal akhir
periode laporan keuangan, sebelum laporan keuangan terbit. Jika entitas
memiliki diskresi menggunakan fasilitas pinjaman yang ada untuk melakukan
pembiayaan kembali atau perpanjangan selama minimal 12 bulan setelah
tanggal akhir periode, maka liabilitas tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka panjang. Namun, jika pembiayaan kembali atau perpanjangan
bukan diskresi entitas, maka liabilitas tersebut tetap diklasifikasi sebagai
jangka pendek.
Liabilitas jangka panjang biasanya mencakup:
1. Liabilitas yang berasal dari pembiayaan, seperti penerbitan obligasi, utang
sewa guna usaha, dan utang bank jangka panjang.
2. Liabilitas yang berasal dari kegiatan operasi entitas, seperti kewajiban
pensiun, dan kewajiban pajak tangguhan.
3. Liabilitas yang bergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu
peristiwa di masa depan, seperti provisi untuk kewajiban garansi.
c. Informasi Minimum dalam Laporan Posisi Keuangan
Pos yang berbeda dan cukup material harus disajikan terpisah dalam laporan
posisi keuangan. Keputusan untuk penyajian terpisah ini berdasarkan ukuran,
fungsi, sifat, dan likuiditas aset atau berdasarkan sifat atau jangka waktu
liabilitas. Jika basis pengukuran yang berbeda digunakan untuk menilai aset,
maka aset tersebut harus disajikan terpisah. Menurut PSAK 1 (revisi 2009)
Penyajian Laporan Keuangan, informasi minimum yang harus terjadi pada
laporan posisi keuangan adalah:
1. Aset tetap
2. Properti investasi
3. Aset tak berwujud
4. Aset keuangan
5. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
6. Persediaan
7. Piutang dagang dan piutang lainnya
8. Kas dan setara kas
9. Aset yang diklasifikasikan dimiliki untuk dijual, termasuk kelompok
lepasan yang dimiliki untuk dijual
10. Utang dagang dan utang lainnya
11. Provisi
12. Liabilitas keuangan
13. Liabilitas dan aset untuk pajak kini
14. Liabilitas dan aset pajak tangguhan
15. Liabilitas yang termasuk ke dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual
16. Kepentingan nonpengendali (sebagai bagian dari ekuitas)
17. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk

2.3 FORMAT LAPORAN POSISI KEUANGAN


PSAK tidak mensyaratkan format tertentu untuk menyajikan laporan posisi
keuangan. Secara umum, ada dua bentuk laporan posisi keuangan yang biasa diikuti
oleh entitas, yaitu bentuk akun (account form) dan bentuk laporan (report form).
Bentuk akun menyajikan secara berdampingan bagian kiri adalah aset dan bagian
kanan adalah liabilitas dan ekuitas.
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2011
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Aset Tidak Lancar Liabilitas Jangka Panjang
Ekuitas

Sementara bentuk laporan, menyajikan secara berurutan ke bawah mulai dari


aset, liabilitas dan ekuitas.

Laporan Posisi Keuangan


31 Desember 2011
Aset
Liabilitas
Ekuitas

Ilustrasi LPK dapat dilihat secara lengkap pada Tampilan 1.1


Sedangkan format yang diilustrasikan di IFRS berbeda dalam penyajiannya
sebagai berikut.

Laporan Posisi Keuangan


31 Desember 2011
Aset Tidak Lancar Ekuitas
Aset Lancar Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas Jangka Pendek

PSAK menyajikan ilustrasi format yang mengikuti kebiasaan di Indonesia,


sedangkan IFRS menyajikan ilustrasi format yang mengikuti kebiasaan di
perusahaan-perusahaan Eropan, yaitu sebagian besar menyajikan aset tidak lancar
terlebih dahulu sebelum aset lancar dan menyajikan ekuitas terlebih dahulu sebelum
liabilitas.

PT XYZ
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2011
(dalam Rupiah)
ASET Liabilitas jangka pendek
Aset Lancar: Utang usaha
Kas dan setara kas
Piutang usaha
Persediaan 217.000
Biaya dibayar di muka 250.000
Total Aset Lancar 384.000
682.000
Aset Tidak Lancar: 1.533.000
Investasi dimiliki hingga jatuh
tempo
Investasi dalam entitas
asosiasi 288.000
Aset tetap 35.000
Properti investasi 5.905.000
Hak paten 102.000
Aset lain 399.000
Total Aset Tidak Lancar 16.000
TOTAL ASET 6.745.000
8.278.000
LIABILITAS
274.000
427.000
Pinjaman jangka pendek 188.000
Bagian pinjaman jangka 112.000
panjang 8.000
Utang pajak 1.009.000
Provisi
Total Liabilitas Jangka pendek 1.706.000
Liabilitas Jangka Panjang 1.159.000
Pinjaman jangka panjang
Pajak tangguhan 955.000
Liabilitas jangka panjang 3.820.000
lainnya 4.829.000
Total Liabilitas Jangka Panjang
TOTAL LIABILITAS
3.002.000
EKUITAS 388.000
Modal saham 59.000
Saldo laba 3.499.000
Komponen ekuitas lainnya
TOTAL EKUITAS
8.278.000
TOTAL LIABILITAS DAN
EKUITAS

Tampilan 1.1 Bentuk Laporan


Posisi Keuangan
2.4 PENGUNGKAPAN LAPORAN POSISI KEUANGAN
Entitas mengungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau dalam catatan
atas laporan keuangan, subklasifikasi dari pos-pos yang disajikan. Perincian
subsklasifikasi bergantung pada ketentuan di PSAK, misalnya:
1. Piutang, antara piutang usaha pihak ketiga dan piutang usaha dengan pihak
berelasi.
2. Persediaan, disubklasifikasi antara persediaan bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi.
3. Aset tetap, disubklasifikasi terpisah menurut kelompok aset tetap, misalnya
tanah, bangunan, dan peralatan.

Pengungkapan yang juga dapat disajikan pada laporan posisi keuangan (atau
dapat juga di laporan perubahan ekuitas atau catatan atas laporan keuangan) misalnya
informasi mengenai jenis saham, yaitu jumlah saham modal dasar dan jumlah saham
yang diterbitkan dan disetor penuh, dan nilai nominal saham.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Laporan posisi keuangan adalah laporan keuangan yang berisi informasi
tentang aset, liabilitas, dan ekuitas suatu entitas pada tanggal tertentu. Laporan posisi
keuangan sangat penting karena memberikan informasi tentang posisi keuangan suatu
entitas dan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam membuat keputusan
bisnis yang lebih baik.
Perusahaan dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan posisi
keuangan untuk mengevaluasi kinerja keuanganna, memantau arus kas, dan membuat
keputusan strategis. Sebaliknya para pihak luar seperti investor dan kreditur dapat
menggunakan informasi ini untuk menilai kelayakan suatu entitas dalam memenuhi
kewajiban keuangan dan melakukan analis risiko.
3.2 KRITIK DAN SARAN
Manusia dalam berbuat sesuatu tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya dari
yang seharusnya. Terlebih dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, penulis
harapkan dari pembaca dalam kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
penyusunan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Ismail. 2021. Analisis Laporan Keuangan. Makassar: UIN ALAUDDIN.

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+laporan+posisi+keuangan+&btnG=#d=gs_qabs
&t=1698756147878&u=%23p%3Di474zb3k0mYJ (diakses 30 Oktober 2023).

Martani, Dwi., dkk. 2013. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK Konvergensi

IFRS, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Sia, Vely. 2023. Laporan Posisi Keuangan: Pengertian, Jenis, dan Contoh. Jakarta: Mekari

Jurnal. https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-dan-contoh-laporan-posisi-keuangan/

(diakses 31 Oktober 2023).

Anda mungkin juga menyukai