Anda di halaman 1dari 29

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN:

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA

DOSEN PENGAMPU
Helman Aris R.M SE, M.Si

MATA KULIAH
Pengauditan II

DISUSUN OLEH
Ika Amanda Fitriyani
2020105009

TANGGAL PRESENTASI
27 April 2022

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMA SALATIGA


PROGAM STUDI AKUNTANSI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AUDIT TERHADAP
SIKLUS PENGELUARAN:PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG
USAHA” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen mata kuliah Pengauditan II. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Pengujian
Substantif Terhadap Saldo Utang Usaha.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Helman Aris R.M SE,
M.Si selaku dosen mata kuliah Pengauditan II. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 23 April 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


Deskripsi Utang Usaha................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 4
Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar
Di Neraca.......................................................................................................... 4
Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha.......................................... 4
Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha........................................ 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI UTANG USAHA

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua kewajiban yang
akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalams
siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam
aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain.
Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok berikut ini: (1) Utang usaha yang timbul dari
transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik
(factory supplies). Utang usaha dapat digolongkan lebih lanjut menjadi dua golongan: a. utang yang
tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar
kewajiban ( disebut dengan utang usaha atau account payable) dan b. Utang yang disertai dengan
surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut
dengan utang wesel notes payable ). (2) Utang jaminan masuk dari pelanggan. (3) Utang yang
timbul dari berlalunya waktu (accrued payable). (4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena
perusahaan ditunjuk sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti PPN, PPh pasal 25, uatng
dana pensiun, utang asuransi karyawan. (5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan
meskipun: jumlah uang tersebut harus ditaksir seperti uang bonus, krediturnya tidak diketahui
seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual dengan garansi, utang yang
jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa, pendapatan yang diterima
dimuka, utang yang jumlahnya diihitung dari besarnya deplesi sumber alam. (6) Utang lain yang
diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang bank (kredit modal kerja),
utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, utang deviden.
Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karena itu, pengujian
substantif dalam bab ini difokuskan terhadap utang usaha.

Perbedaan Karakteristik Utang Lancar Dengan Karakteristik Aktiva Lancar


Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar. Perbedaan ini
mengakibatkan perbedaan di dalam pengujian substantifnya. Oleh karena itu, perbedaan ini perlu
disadari oleh auditor.
Perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar adalah sebagai berikut :
1. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva
tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini seringkali didorong oleh
1
motif untuk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik, sehingga kelihatannya
perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Gambaran modal kerja yang lebih baik ini juga dapat
ditempuh dengan cara menurunkan jumlah utang lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak
mencatat utang lancar sehingga terdapat utang yang tidak dicatat pada tanggal neraca
(unrecorded liabilities).
2. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilian unsur-unsur aktiva lancar
per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal neraca, jika kas tersebut
berupa valuta asing; piutang harus disajikan pada nilai bersih yang dapat ditagih pada tanggal
neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan kualitas, dan kondisinya untuk dapat
disajikan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca. Di lain pihak, dalam
penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar tersebut
pada tanggal neraca. Apa yang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal neraca tidak perlu
ditentukan nilainya. Klien menghadapi fakta di dalam menajikan utang lancar.

Perbedaan Pengujian Substantif Terhadap Utang Lancar Dengan Pengujian Substantif


Terhadap Aktiva Lancar
Karakteristik yang berbeda antara utang lancar dengan karakteristik aktiva lancar tersebut
berpengaruh terhadap pengujian substantif terhadap kedua objek audit tersebut. Perbedaan
pengujian substantif terhadap utang lancar dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar
adalah sebagai berikut.
1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditunjukkan untuk menentukan adanya penyajian
utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement utang lancar),
sedangkan pengujian substantif terhadap aktiva lancar ditunjukkan untuk menentukan adanya
penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva
lancar). Dalam pengujian substantif terhadap kas, auditor melakukan perhitungan kas; dalam
pengujian substantif terhadap piutang, auditor mengirimkan konfirmasi kepada debitur; dalam
pengujian substantif terhadap sediaan, auditor melakukan pengamatan terhada perhitungan fisik
sediaan yang dilakukan oleh klien. Berbagai prosedur audit tersebut ditujukan untuk
menemukan adana overstatement aktiva lancar. Di lain pihak, pengujian substantif terhadap
utang ancar ditujukan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat (unrecorded
liabilities) pada tanggal neraca. Hal ini dimaksudkan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyajian utang lancar yang lebih rendah dari saldo yang seharusnya
(understatement utang lancar).
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan
kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan dalam
2
neraca. Penentuan nilai aktiva lancar ini menyangkut penaksiran apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang. Dalam pengujian substantif terhadap utang lancar, auditor menghadapi fakta,
menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang
dalam jangka pendek harus dilunasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN UTANG


LANCAR DI NERACA
1. Setiap jenis utang lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

B. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


Tujuan audit terhadap utang usaha adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha.
2. Membuktukan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo
utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

4
Rerangka tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha dilukiskan pada Gambar tersebut.
Dalam gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha
adalah membuktikan bahwa saldo akun Utang Usaha yang dicantumkan dalam neraca
mencerminkan saldo Akun Utang Usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan ke dalam lima
kelompok: (1) prosedur audit awal, (2) prosedur analitik, (3) pengujian terhadap transaksi rinci, (4)
pengujian terhadap saldo akun rinci, (5) verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan. Kelima
kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi lima asersi manajemen yang
terkandung dalam akun Utang Usaha: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3)
penilaian, (4) kewajiban, dan (5) penyajian dan pengungkapan.

Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan


utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo utang usaha yang
dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan
catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam neraca. Untuk itu
auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan
akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek.

Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan di neraca.
Dalam pengujian substantif terhadap utang pada umumnya, pengujian ditujukan untuk menemukan
kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan
keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai
pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik.
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi piutang usaha.
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien
dari krediturnya.

Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Seperti tersebut
dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di neraca pada fakta pada
tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur
pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang usaha yang disajikan di neraca dalam
jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang usaha, utang usaha
5
disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada tanggal neraca. Dengan demikian tujuan
pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha pada tanggal neraca.
Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan untuk mencari adanya unrecorded
liabilities pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan bahwa utang usaha yang neraca mencakup
semua kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian
substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi utang usaha.
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien
dari krediturnya.

Transaksi berkaitan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha mempunyai pengaruh yang
langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan
dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak
langsung terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan Pembelian (purchases). Oleh karena itu salah
satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan
terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha.

Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di neraca. Utang
Usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal
tersebut. Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang dicantumkan
di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
2. Konfirmasi piutang usaha.
3. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari
krediturnya.

Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Penyajian dan
pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima
umum. Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk
membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya

6
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif untuk membuktikan asersi
penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca adalah:
1. Konfirmasi utang usaha.
2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari
krediturnya.
3. Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum yang
diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

7
C. PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA
Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang
untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Tahap-tahap prosedur audit
dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:
1. Prosedur audit awal.
2. Prosedur analitik.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci.
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci.
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

Kertas Tanggal
Prosedur Audit Pelaksana
Kerja Pelaksanaan
Prosedur Audit Awal
a. Lakukan prosedur audit awal atas saldo
akun utang usaha yang akan diuji lebih
lanjut
b. Usut saldo utang usaha yang tercantum di
dalam neraca ke saldo akun utang usaha
yang bersangkutan di dalam buku besar.
c. Hitung kembali saldo akun utang usaha di
dalam buku besar.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa
dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Utang Usaha
e. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke
kertas kerja tahun yang lalu.
f. Usut posting pendebitan akun Utang
Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.
g. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol Utang
Usaha dalam buku besar ke buku
pembantu utang usaha
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik.
a. Hitung ratio berikut ini:
8
1) Tingkat perputaran utang usaha
2) Ratio utang usaha dengan utang lancar
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik
dengan harapan yang didasarkan pada data
masa lalu, data industri, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain
c. Bandingkan akun biaya dengan akun biaya
yang sama tahun lalu atau biaya yang
dianggarkan untuk mendapatkan indikasi
kemungkinan adanya understatement
utang lancar.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
3. Periksa sampel transaksi utang usaha yang
tercatat ke dokumen yang mendukung
timbulnya utang usaha.
a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke
dokumen pendukung: bukti kas keluar,
laporan penerimaan barang, surat order
pembelian, atau dokumen pendukung lain
b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke
dokumen pendukung: bukti kas masuk,
memo debit untuk retur pembelian.

4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff)


transaksi pembelian
a. Periksa dokumen yang mendukung
transaksi pembelian dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca.
5. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff)
transaksi pengeluaran kas.
a. Periksa dokumen yang mendukung
transaksi pembayaran utang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan

9
minggu pertama setelah tanggal neraca.
6. Lakukan pencarian utang yang belum
dicatat.
a. Periksa bukti-bukti yang mendukung
transaksi pengeluaran kas yang dicatat
setelah tanggal neraca.
b. Periksa bukti kas keluar yang dibuat
setelah tanggal neraca.
c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi
masuk.
d. Pelajari peraturan perpajakan yang
menyangkut bisnis klien.
e. Lakukan review terhadap anggaran modal
(capital budget), perintah kerja (work
order), dan kontrak pembangunan untuk
memperoleh bukti adanya utang yang
belum dicatat.

Pengujian terbadap Saldo Akun Rinci


7. Lakukan konfirmasi utang.
a. Lakukan identifikasi penjual besar dengan
me-review register bukti kas keluar atau buku
pembantu utang, arsip induk utang, dan
kirimkan konfirmasi kepada kreditur yang
akun utang klien kepadanya memiliki
karakteristik berikut ini: (1) bersaldo besar,
(2) terdapat kegiatan pembelian yang luar
biasa,
(3) bersaldo kecil atau nol, dan (4) bersaldo
debit.
b. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika
terjadi perbedaan.
c. Periksa dokumen yang menduküng
pembayaran Utang Usaha setelah tanggal

10
neraca
8. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang
tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan


9. Bandingkan penyajian utang usaha dengan
prinsip akuntansi berterima umum
a. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca.
b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan
dengan utang usaha.
c. Periksa pengungkapan yang bersangkutan
dengan utang nonusaha.
d. Mintalah informasi dari klien untuk
menemukan komitmen yang belum
diungkapkan dan utang bersyarat dan
periksa penjelasan yang bersangkutan
dengan utang tersebut.

11
Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh keyakinan bahwa
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan akuntansi.
Pada tahap berikutnya,dalam prosedur analitik, auditor mengumpulkan berbagai ratio dan
perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci
diarahkan. Pada tahap-tahap akhir,auditor melaksanakan pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci, serta verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo akun dalam laporan
keuangan.

Prosedur Audit Awal


Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalarm
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melaku-
kan rekonsiliasi antara informasi urang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi
yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa
informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat
dipercaya. Oleh karena itu,auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsiliasi informasi utang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang bersangkutan
di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar.
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresiasinya.
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol Utang Usaha di buku
besar.

Rerangka prosedur audit awal yang diterapkan dalam pengujian substantif terhadap utang;
usaha adalah sama dengan yang dilukiskan dalam Gambar Prosedur Audit Awal dalam Pengujian
Substantif atas Akun yang Disajikan dalam Laporan Keuangan. Berikut ini diuraikan lebih rinci
prosedur audit awal dalam pengujian substantif terhadap utang usaha.

Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang
tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme

12
pencatatannya, maka saldo utang usaha yang dicantumkan di neraca diusut ke akun buku besar
berikut ini:

Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang dari transaksi pembelian berbagai
golongan sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan sistem bukti kas keluar
(voucher system) dalam pengendalian kasnya, akun Utang Usaha ini disebut dengan akun Bukti Kas
Keluar yang Akan Dibayar (Voucher Payable)

Utang Wesel
Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat berharga (berupa sertifikat wesel) yang
dipegang oleh kreditur sehingga kreditur dapat menjualnya kepada pihak lain. Utang ini timbul dari
transaksi pembelian berbagai golongan sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua golongan: utang
wesel berbunga dan utang wesel tidak berbunga.

Hitung kembali saldo alkun Utang Usaha di bulku besar. Untuk memperoleh keyakinan
mengenai kerelitian penghitungan saldo akun Utang Usaha,auditor menghitung kembali saldo akun
Utang Usaha dan Utang Wesel dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah peng-kreditan
dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu. Sebelum auditor
melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun Utang Usaha, ia perlu
memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini,auditor
melakukan pengusutan saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.Kertas kerja
tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam
audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh
klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.

Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
Utang Usaha. Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha dapat ditemu-kan
melalui reviewatas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun Utang
Usaha.

Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang bersangkutan.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan utang usaha berasal
13
dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun Utang Usaha diusut ke jurnal
pembelian atau register bukti kas keluar dan pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal
pengeluaran kas atau check register dan jurnal umum (untuk transaksi retur pembelian),
Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol Utang Usaha di buku
besar. Saldo akun kontrol Utang Usaha di buku besar tërsebut kemudian dicocokkan dengan jumlah
saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar untuk
memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan utang usaha dapat
dipercaya ketelitiannya.

Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio. berikut
ini:

Ratio Formula
Tingkat Perputaran Utang Usaha Pembelian  Rerata Utang Usaha
Rasio Utang usaha dengan utang lancar Saldo Utang Usaha  Utang Lancar

Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan.Pembandingan ini membantu
auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,(2) perubahan
akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci


Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usaha dan utang wesel,didukung dengan
dokumen yang berasal dari pihak luar, maka keberadaan saldo akun utang dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen pendukung transaksi tersebut. Dalam memverifikasi saldo utang usaha dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut, auditor memeriksa arsip. bukti kas
keluar yang belum dibayar (open voucber file) beserta dokumen pendukungnya seperti surat order
pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok. Dalam mem-verifikasi utang
wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan kreditur, namun biasanya klien memiliki copy
sertifikat wesel tersebut. Dengan demikian, verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan oleh

14
auditor dengan memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam memverifikasi
keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari bank untuk
membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi mengenai syarat-syarat
kredit dan jumlah pokok pinjaman, kekayaan yang dijaminkan, serta tarif bunga.

Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang dikredit dan
didebitkan ke dalam akun Utang Usaha berikut ini:
a. Transaksi pembelian kredit
b. Transaksi retur pembelian
c. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.

Di samping itu, keandaan saldo utang usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang
digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut di atas. Oleh karena itu, auditor melakukan
pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan
pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut.

Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha Ke Dokumen yang
Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian dilaksanakan
dengan mengambil sampel berikut ini:
1. Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.
2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.

Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendulkung: bukti kas keluar (voucher),
laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian. Auditori mengambil sampel transaksi
yang dicatat di sebelah kredit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan
prosedur audit berikut ini:
1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya: laporan
penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasoks, dan surat order pembelian.
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas
pendukungnya. keluar.

15
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun
kreditur.

Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo debit
untuk rétur pembelian. Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah debit akun
kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini:
1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar dan memo debit beserta dokumen pendukung-nya:
surat tagihan, atau kuitansi dari kreditur, dan laporan pengiriman bårang (untuk retur pembelian)
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bükti kas keluar dan memo debit.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan memo debit dan
dokumen pendukungnya.
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas keluar
dan memo debit.
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel telah dicatat di
sebelah debit akun kreditur.

Lakukan Verifikasi Pisah Batas ( Cuttof) Transaksi


Pembelian dan Retur Pembelian
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas
yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi pembelian dan retur pembelian yang termasuk
dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan
tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya adalah transaksi pembelian yang seharusnya diakui
sebagai unsur penentuan kos barang yang dijual (cost of goods sold) tahun berikutnya, dicatat oleh
klien sebagai unsur kos barang yang dijual tahun yang diaudit. Di lain pihak, transaksi pembelian
tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai unsur kos barang yang dijual tahun berikutnya.
Dengan demikian jika klien tidak konsisten dalam menggunakan tanggal pisah batas, perhitungan
rugi laba tahun yang diaudit akan terpengaruh langsung. Oleh karena itu, auditor melakukan
pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan retur pembelian, serta transaksi pengeluaran kas
untuk pembayaran utang usaha yang terjadi dalam beberapa minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca, untuk mementukan perlakuan yang tepat terhadap pengakuan kos barang yang dijual dan
pencatatan transaksi pengurangan utang usaha.

Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan bahwa klien
menggunakan pisah batas yang konsisten terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti
16
kas keluar dan dokumen pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode sebelum
dan sesudah tanggal neraca. Dengan membandingkan tanggal bukti kas keluar, faktur pembelian
dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat pembelian yang digunakan, auditor
dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan timbulnya utang yang terjadi dalam periode
sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah di catat dalam periode akuntansi yang seharusnya.

Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan ketepatan pisah
batas dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auditor
memeriksa dokumen bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai
sebagai basis pencatatan ke di dalam kartu utang. Dari pemeriksaan ini, auditor dapat membukti-
kan ketepatan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat pengurangan utang usaha dari
pembayaran kas kepada kreditur.

Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas. Untuk membuktikan
ketepatan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor melakukan observasi terhadap semua cek
yang dibayarkan pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan ketepatan pencatatan
pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.

Periksa Adanya Utang Usaha yang tidak Dicatat


Sebagaimana telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha, klien memiliki kecenderungan untuk
melakukan understatement utang usaha dengan cara tidak mëncatat kewajiban klien pada tanggal
neraca. Oleh karena itu, fokus auditor dalam pengujian substantif terhadap utang usaha adalah
menemukan adanya unrecorded transactions yang berkaitan dengan utang usaha.

Utang yang belum dicatat pada tanggal néraca dapat timbul sebagai akibat dari berbagai keadaan
berikut ini:
1. Adanya dokumen-dokumen (misalnya surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan
faktur pembelian dari pemasok) yang belum diproses untuk pembayaran pada tanggal 2. neraca,
dan baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.
2. Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur dari pemasok baru
diterima setelah tanggal neraca.
3. Klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan sistem bukti kas keluarnya
(voucher system).

17
4. Adanya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tanggal neraca, namun penjual jasa baru
menagih harga jasa tersebut setelah tanggal heraca (misalnya biaya iklan bulan Oktober sampai
dengan Desember, baru ditagih oleh perusahaan surat kabar bulan Januari tahun berikutnya).

Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca:
1. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah tanggal
neraca. Seperti telah dikemukakan di atas, pemeriksaan dokumen yang mendukung pem-
bayaran utang lancar setelah tanggal neraca merupakan salah satu prosedur audit untuk
membuktikan eksistensi utang lancar pada tanggal neraca. Di samping itu, prosedur audit ini
dapat pula digunakan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Jika perusahaan menggunakan ledgerless bookkeeping, periksa arsip bukti kas keluar yang telah
dibayar (paid voucher file) dan pilihlah bukti kas keluar yang dibayar setelah tanggal neraca.
Periksa bukti pendukungnya mengenai kemungkinan adanya utang yang belum dicatat pada
tanggal neraca. Sebagai contoh, dari pemeriksaan terhadap bukti kas keluar yang dibayar setelah
tanggal neraca dan laporan penerimaan barang yang melampiri bukti kas keluar tersebut dapat
diketahui bahwa barang telah diterima oleh klien sebelum tanggal neraca, sehingga pembayaran
tersebut merupakan pembayaran utang yang ada pada tanggal neraca. Karena bukti kas keluar
tersebut baru dibuat setelah tanggal neraca, maka utang tersebut seharusnya merupakan
kewajiban klien yang pada tanggal neraca belum dicatat.
2. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca. Untuk menemukan adanya utang
yang belum dicatat pada tanggal neraca, auditor dapat memeriksa bukti kas keluar yang dibuat
setelah tanggal neraca. Dengan memeriksa dokumen yang mendukung bukti kas keluar tersebut,
auditor dapat menemukan adanya unrecorded liabilities.
3. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika klien menjual barang titipan milik
perusahaan lain, pemeriksaan catatan sediaan barang konsinyasi akan dapat menunjukkan
berapa jumlah barang konsinyasi yang telah dijual, namun oleh klien belum dikirimkan hasil
penjualannya kepada perusahaan yang menitipkan barang tersebut. Jumlah tersebut meru-pakan
utang klien kepada perusahaan penitip barang.
4. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. Kemungkinan klien mem-punyai
kewajiban pajak yang belum diakui di dalam catatan akuntansinya pada tanggal neraca. Untuk
menemukan hal ini, auditor harus memahami peraturan perpajakan yang menimbulkan
kewajiban pajak bagi klien.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja (work order), dan
kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat.Dengan me-

18
review berbagai dokumen tersebut, auditor akan dapat menemukan kewajiban sehubungan
dengan pembelian aktiva tetap, perintah kerja, dan kontrak pembangunan, yang telah menjadi
kewajiban klien pada tanggal neraca, namun belum dicatat dan disajikan oleh klien.

Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal neraca belum dicatat dan tidak
disajikan di neraca, ada dua jalan yang dapat ditempuh oleh auditor, yaitu: (1) mengusulkan
adjustment kepada klien untuk mencatat utang tersebut, (2) tidak mengusulkan adjuistment kepada
klien, dan membiarkan utang tersebut tetap tidak tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh
auditor untuk memutuskan apakah akan mengusulkan adjustment mengenai utang yang belum
dicatat tersebut adalah:
1. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut, penentuan laba-rugi di dalam tahun yang diaudit
akan terpengaruh secara material? Jika jawabannya “ya", maka auditor harus meng-usulkan
kepada klien untuk mencatat utång yang belum dicatat tersebut.
2. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi jumlah modal kerja secara
material? Jika jawabannya “ya” maka auditor harus mengusulkan jurnal adjustment untuk
mencatat utang tersebut.

Contoh berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana auditor
memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.

Contoh:
Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp10 milyar, dan laba menurut perhitungan
perusahaan sebesar Rp 500 juta.

Kasus 1

Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp7.000.000,bertanggal 30 Desember 20X2, dengan


syarat pembelian FOB shipping point. Barang telah dikirim oleh pemasok pada tanggal 30
Desember 20X2, tetapi baru diterima oleh klien tanggal 4 Januari 20X3 dan dicatat oleh klien
sebagai pembelian pada tanggal 4 Januari 20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus 1
tersebut, auditor tidak akan mengusulkan adanya jurnal adjustment untuk mencatat utang
tersebut,karena jika utang tersebut diusulkan untuk di adjust, maka jurnal adjustment-nya adalah
sebagai berikut:
Pembelian Rp7.000.000
Utang Usaha Rp7.000.000

19
Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi laba bersih tahun
20X2.

Kasus 2
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp20.000.000, bertanggal 30 Desember
20X2, dengan syarat pembelian FOB shipping point. Barang telah diterima pada tanggal 31
Desember 20X2 dan telah diikutsertakan dalam penghitungan fisik sediaan pada tanggal neraca
tersebut. Faktur baru diterima oleh klien tanggal 8 Januari 20X3 dan dicatat sebagai transaksi
pembelian tahun 20X3.
Jika auditor menemukan utanġ yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus 2 tersebut, ia
akan mengusulkan adanya jurnal adjustment untuk mencatat utang tersebut karena:
1. Pembelian dicatat terlalu rendah, sehingga mengakibatkan kos barang yang dijual (cost of good
sold) disajikan oleh klien terlalu rendah dan laba bersih tahun 20X2 dihitung terlalu tinggi.
2. Sediaan telah dicatát dari hasil penghitungan fisik sediaan, tetapi utang usaha belum dicatat,
sehingga hal ini mengakibatkan modal kerja bersih pada tanggal neraca terlalu tinggi.

Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp70.000.000,bertanggal 31 Desember 20X2 diterima oleh
klien pada tanggal 15 Januari 20X3. Aktiva tetap telah diterima oleh klien tanggal 31 Desember
20X2.
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal neraca, akibatnya adalah
modal kerja bersih akan terpengaruh, tetapi tidak mempengaruhi penentuan laba klien. Umumnya
dalam menghadapi utang ini, auditor tidak menyarankan jurnal adjustment.

Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp15.000.000, bertanggal 31 Desember 20X2 untuk biaya iklan
bulan Oktober, November dan Desember 20X2. Oleh klien, faktur ini baru dicatat pada tanggal 15
Januari 20X3.
Utang biaya iklan ini seharusnya telah dicatat pada tanggal neraca, sehingga biaya iklan tidak
disajikan terlalu rendah di dalam laporan rugi laba tahun 20X2. Jika utang ini tidak dicatat,
akibatnya adalah penentuan laba terlalu tinggi, dan modal kerja bersih terlalu besar. Auditor akan
mengusulkan jurnal adjustment untuk mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal neraca.

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci


Tujuan pengujian saldo akun Utang Usaha rinci adalah untuk memverifikasi:
20
a. Keberadaan atau keterjadian
b. Kelengkapan
c. Kewajiban
d. Penyajian dan pengungkapan
Keberadaan, kelengkapan, kewajiban, serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan
rekonsiliasi utang isaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh
klien dari kreditur.

Lakukan Konfirmasi Utang Usaha


Konfirmasi dalam pengujian substantif terhadap utang usaha merupakan prosedur yang tidak. harus
ditempuh (bukan merupakan mandatory procedure) seperti halnya dengan konfirmasi piutang
usaha. Ada tiga sebab mengapa prosedur konfirmasi bukan merupakan mandatory procedure dalam
pengujian substantif terhadap utang usaha:
1. Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah untuk menemukan adanya
unrecorded liabilities. Konfirmasi utang usaha didasarkan pada utang usaha yang telah tercatat,
sehingga konfirmasi tidak dapat menentukan keberadaan utang usaha yang belum dicatat pada
tanggal neraca.
2. Konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti dari pihak luar yang dapat dipercaya. Dalam
pengujian substantif terhadap utang usaha, auditor dapat memperoleh bukti-bukti dari pihak
luar, seperti faktur dari pemasok dan pernyataan piutang dari kreditur.
3. Kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah dibayar oleh klien sebelum
auditor menyelesaikan pekerjaan lapangannya. Pembayaran ini merupakan bukti adanya utang
usaha pada tanggal neraca.
Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh oleh auditor jika dua kondisi berikut ini terdapat di
dalàm perusahaan yang diaudit, yaitu: (1) pengendalian terhadap utang usaha lemah,(2) dalam
pengujian substantif tidak dapat dijumpai adanya pernyataan piutang dari kreditur.

Jika prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor, kreditur yang dipilih untuk dikirimi
surat konfirmasi adalah: (1) kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien dalam
tahun yang diaudit, (2) kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa sifatnya, (3)
krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan klien (misalnya hubungan antara induk dengan
anak perusahaan).

21
Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembayaran Utang Usaha Setelah Tanggal
Neraca
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan petunjuk mengenai
keberadaan kewajiban klien tersebut. Oleh karena itu, untuk membuktikan keberadaan utang usaha
pada tanggal neraca, auditor melakukan pémeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi
pembayaran utang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca,yang dicatat dalam register cek.
Dengan pemeriksaan dokumen pendukung transaksi pembayaran utang usaha yang dicatat dalam
register cek tersebut, auditor dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum di
neraca benar-benar ada dan adanya utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.

Lakukan Rekonsiliasi Utang Usaha yang Tidak Dikonfirmasi Ke Pernyataan Piutang


Bulanan yang Diterima oleh Klien,dari Kreditur
Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi keberadaannya melalui
rekonsiliasi akun utang kepada kreditur dengan surat pernyataan piutang (account receivable
statement) yang diterima secara bulanan dari kreditur. Dari rekonsiliasi ini, auditor dapat
memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya
utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan


Periksa Klasifikasi Utang Usaha Di Neraca
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika jumlahnya
material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan: (1) utang usaha kepada
22
kreditur usaha, (2) utang usaha kepada perusahaan afiliasi, dan (3) utang usaha kepada direksi,
pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan. Auditor harus memeriksa saldo debit
akun Utang Usaha dan jika perlu melakukan jurnal penggolongan kembali. Saldo debit utang usaha
dapat terjadi karena klien membayarkan persekot pembelian dan mencatat persekot ini dengan cara
mendebit akun Utang. Saldo debit akun Utang Usaha juga dapat timbul karena adanya retur
pembelian. Jika jumlahnya material, saldo debit akun Utang Usaha ini harus dikelompokkan
sebagai unsur aktiva lancar, tidak boleh dikurangkan' dari utang usaha. Oleh karena itu, auditor
berkewajiban menggolongkan kembali akun Utang Usaha yang bersaldo debit besar ke dalam
kelompok aktiva lancar. Utang usaha harus disajikan secara terpisah dari utang nonusaha. Jika klien
mempunyai komitmen yang akan menimbulkan kewajiban dalam periode akuntansi berikutnya, ia
harús mengungkapkan mengenai hal ini di neraca. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo
harus digolongkan ke dalam kelompok utang lancar.

Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan Utang Nonusaha


Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar (misalnya
dari dana pelunasan utang jangka panjang/sinkingfund), maka jumlah utang ini tetap disajikan di
neraca dalam kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk menghindari pengaruh
signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan (modal kerja).

Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan Utang Usaha


Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di neraca atau dalam
penjelasan laporan keuangan. Begitu pula aktiva yang dijaminkan dalam utang usaha harus
diungkapkan secara memadai. Utang usaha harus selalu dinyatakan dalam jumlah bersih setelah
dikurangi dengan trade discounts. Potongan tunai dapat dikurangkan atau dapat pula tidak
dikurangkan dari utang usaha, tergantung atas prosedur pencatatan utang usaha yang digunakan
oleh klien.

Mintalah Informasi dari Klien untuk Menemukan Komitmen yang Belum Diungkapkan dan
Utang Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang Bersangkutan dengan Utang Tersebut.
Sebenarnya kewajiban perusahaan tidak hanya terdiri dari utang yang nyata telah terjadi,
tetapi juga meliputi kéwajiban yang secara potensial akan terjadi, yang berupa komitmen dan utang
bersyarat. Pemakai laporan keuangan berkepentingan untuk mengetahui informasi mengenai
komitmen yang telah dibuat oleh kliën dan kewajiban bërsyarat yang ada pada tanggal neraca, di
samping informasi mengenai utang yang benar-bénar telah merupakan kewajiban perusahaan pada
tanggal tersebut. Oleh karena itu, dalam pengujian substantif terhadap utang usaha, auditor
23
berkewajiban untuk menentukan ada atau tidaknya komitmen yang tidak diungkapkan dan. utang
bersyarat pada tanggal neraca, dan jika ada, apåkah klien telah mengungkapkan secara memadai
mengenai utang tersebut.

Utang bersyarat (contingent liabilities) merupakan kewajiban potensial yang mempunyai


kemungkinan akan sungguh-sungguh menjadi utang atau akan dapat diselesaikan tanpa penge-
luaran uang di masa yang akan datang. Utang bersyarat berbeda dengan utang yang belum dicatat
pada tanggal neraca (unrecorded liabilities). Unrecorded liabilities ini pada tanggal neraca sudah
benar-benar merüpakan kewajiban perusahaan, tetapi belum dicatat. Di lain pihak, pada tanggal
neraca utáng bersyarat belúm merupakan kewajiban. Apakah suatu utang bersyarat akan menjadi
utang atau tidak, sangat tergantung dari kejadian di masa yang akan datang. Setelah tanggal neraca,
utang bersyarat dapat benär-benar menjadi utang, tetapi dapat juga tidak.
Contoh utang bersyarat adalah piutang wesel yang didiskontokan ke bank. Jika klien menjual
wesel tagih ke bank beberapa hari menjelang tanggal neraca, maka pada tanggal neraca klien
mempunyai utang bersyarat. Jika pihak yang mengeluarkan wesel gagal melunasi kewaji-bannya
pada saat jatúh tempo wesel, maka bank akan menagih nominal wesel tersebut kepada klien.Dengan
demikian, pada tanggal neraca klien mempunyai utang bersyarat, yaitu kewajiban yang potensial
akan menjadi utång, jika pihak yang mengeluarkan wesel tidak dapat melunasi kewajiban pada
saatnya. Contoh lain utang bersyarat adalah: biaya/denda pengadilan, tambahan, pengenaan pajak,
klaim dari pembeli, biaya reparasi produk yang dijual dengan garansi.

Utang bersyarat ini harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara berikut ini:
1. Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam kelompok utang lancar. Jumlah
utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang lancar yang lain.
2. Utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat” di neraca. Jumlah utang
bersyarat tidak diperhitungkan dalam menjumlah utang lancar.
3. Jika memerlukan penjelasan yang panjang, utang bersyarat disajikan di bagian penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement).
Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan terhadap utang
tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini:
1. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
2. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
3. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan klien.
4. Kirimkan konfirmasi ke bank.
5. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
24
Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan dapat menunjukkan kontrak-kontrak penting
yang akan ditandatangani oleh klien, perkara pengadilan yang melibatkan klien, keputusan-
keputusan yang menyangkut anak perusahaan, yang kesemuanya ini berpotensi akan menimbulkan
utang bersyarat.

Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain. Setiap kontrak yang
ditandatangani oleh klien menimbulkan komitmen (kesanggupan, keterikatan) di pihak klien untuk
melakukan sesuatu di masa yang akan datang seperti yang tertulis di dalam kontrak. Di dalam
kontrak pembelian misalnya, klien mempunyai komitmen untuk melakukan pembelian、 sediaan di
masa yang akan datang sejumlah dan pada harga yang telah disetujui di dalam kontrak. Komitmen
lain adalah antara lain: kontrak pembangunan pabrik dan gedung, program pensiun atau program
pembagian laba, kontrak karya jangka panjang dengan karyawan inti. Semua komitmen yang
melibatkan jumlah rupiah yang material perlu dijelaskan di bagian Penjelasan Laporan Keuangan di
bawah judul “Utang Bersyarat.”

Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien. Informasi yang diperlukan dari pengacara klien meliputi:
a. Gambaran perkara pengadilan yang melibatkan klien yang ditangani oleh pengacara yang
bersangkutan.
b. Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan pengadilan yang tidak menguntungkan klien
akibat perkara yang digambarkan tersebut.
c. Suatu taksiran kerugian yang mungkin diderita oleh klien akibat perkara pengadilan tersebut
atau suatu pernyataan dari pengacara bahwa taksiran kerugian tidak mungkin dilakukan oleh
pengacara.
d. Suatu pernyataan jumlah honorarium pengacara yang belum ditagih.

Kirimkan konfirmasi ke bank. auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban
bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien pada tanggal neraca.
Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan. Arsip korespondensi klien
dengan lembaga keuangan akan memberikan informasi mengenai persetujuan pemberian jaminan
terhadap utang yang ditarik oleh perusahaan lain dan penjualan piutang usaha. Kedua jenis transaksi
tersebut mempunyai kemungkinan menimbulkan kewajiban bagi klien, jika perusahaan yang
dijamin atau kreditur tidak memenuhi kewajibannya kepada lembaga keuangan.
25
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 2, Edisi ke-6. Jakarta:Salemba Empat

26

Anda mungkin juga menyukai