DOSEN PENGAMPU
Helman Aris R.M SE, M.Si
MATA KULIAH
Pengauditan II
DISUSUN OLEH
Ika Amanda Fitriyani
2020105009
TANGGAL PRESENTASI
27 April 2022
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AUDIT TERHADAP
SIKLUS PENGELUARAN:PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG
USAHA” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen mata kuliah Pengauditan II. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Pengujian
Substantif Terhadap Saldo Utang Usaha.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Helman Aris R.M SE,
M.Si selaku dosen mata kuliah Pengauditan II. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua kewajiban yang
akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalams
siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam
aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain.
Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok berikut ini: (1) Utang usaha yang timbul dari
transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik
(factory supplies). Utang usaha dapat digolongkan lebih lanjut menjadi dua golongan: a. utang yang
tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar
kewajiban ( disebut dengan utang usaha atau account payable) dan b. Utang yang disertai dengan
surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut
dengan utang wesel notes payable ). (2) Utang jaminan masuk dari pelanggan. (3) Utang yang
timbul dari berlalunya waktu (accrued payable). (4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena
perusahaan ditunjuk sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti PPN, PPh pasal 25, uatng
dana pensiun, utang asuransi karyawan. (5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan
meskipun: jumlah uang tersebut harus ditaksir seperti uang bonus, krediturnya tidak diketahui
seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual dengan garansi, utang yang
jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa, pendapatan yang diterima
dimuka, utang yang jumlahnya diihitung dari besarnya deplesi sumber alam. (6) Utang lain yang
diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang bank (kredit modal kerja),
utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, utang deviden.
Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karena itu, pengujian
substantif dalam bab ini difokuskan terhadap utang usaha.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Rerangka tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha dilukiskan pada Gambar tersebut.
Dalam gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha
adalah membuktikan bahwa saldo akun Utang Usaha yang dicantumkan dalam neraca
mencerminkan saldo Akun Utang Usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan ke dalam lima
kelompok: (1) prosedur audit awal, (2) prosedur analitik, (3) pengujian terhadap transaksi rinci, (4)
pengujian terhadap saldo akun rinci, (5) verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan. Kelima
kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi lima asersi manajemen yang
terkandung dalam akun Utang Usaha: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3)
penilaian, (4) kewajiban, dan (5) penyajian dan pengungkapan.
Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan di neraca.
Dalam pengujian substantif terhadap utang pada umumnya, pengujian ditujukan untuk menemukan
kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan
keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai
pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik.
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi piutang usaha.
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien
dari krediturnya.
Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Seperti tersebut
dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di neraca pada fakta pada
tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur
pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang usaha yang disajikan di neraca dalam
jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang usaha, utang usaha
5
disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada tanggal neraca. Dengan demikian tujuan
pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha pada tanggal neraca.
Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan untuk mencari adanya unrecorded
liabilities pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan bahwa utang usaha yang neraca mencakup
semua kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian
substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi utang usaha.
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien
dari krediturnya.
Transaksi berkaitan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha mempunyai pengaruh yang
langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan
dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak
langsung terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan Pembelian (purchases). Oleh karena itu salah
satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan
terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha.
Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di neraca. Utang
Usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal
tersebut. Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang dicantumkan
di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
2. Konfirmasi piutang usaha.
3. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari
krediturnya.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Penyajian dan
pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima
umum. Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk
membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya
6
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif untuk membuktikan asersi
penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca adalah:
1. Konfirmasi utang usaha.
2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari
krediturnya.
3. Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum yang
diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.
7
C. PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA
Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang
untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Tahap-tahap prosedur audit
dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:
1. Prosedur audit awal.
2. Prosedur analitik.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci.
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci.
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
Kertas Tanggal
Prosedur Audit Pelaksana
Kerja Pelaksanaan
Prosedur Audit Awal
a. Lakukan prosedur audit awal atas saldo
akun utang usaha yang akan diuji lebih
lanjut
b. Usut saldo utang usaha yang tercantum di
dalam neraca ke saldo akun utang usaha
yang bersangkutan di dalam buku besar.
c. Hitung kembali saldo akun utang usaha di
dalam buku besar.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa
dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Utang Usaha
e. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke
kertas kerja tahun yang lalu.
f. Usut posting pendebitan akun Utang
Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.
g. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol Utang
Usaha dalam buku besar ke buku
pembantu utang usaha
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik.
a. Hitung ratio berikut ini:
8
1) Tingkat perputaran utang usaha
2) Ratio utang usaha dengan utang lancar
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik
dengan harapan yang didasarkan pada data
masa lalu, data industri, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain
c. Bandingkan akun biaya dengan akun biaya
yang sama tahun lalu atau biaya yang
dianggarkan untuk mendapatkan indikasi
kemungkinan adanya understatement
utang lancar.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
3. Periksa sampel transaksi utang usaha yang
tercatat ke dokumen yang mendukung
timbulnya utang usaha.
a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke
dokumen pendukung: bukti kas keluar,
laporan penerimaan barang, surat order
pembelian, atau dokumen pendukung lain
b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke
dokumen pendukung: bukti kas masuk,
memo debit untuk retur pembelian.
9
minggu pertama setelah tanggal neraca.
6. Lakukan pencarian utang yang belum
dicatat.
a. Periksa bukti-bukti yang mendukung
transaksi pengeluaran kas yang dicatat
setelah tanggal neraca.
b. Periksa bukti kas keluar yang dibuat
setelah tanggal neraca.
c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi
masuk.
d. Pelajari peraturan perpajakan yang
menyangkut bisnis klien.
e. Lakukan review terhadap anggaran modal
(capital budget), perintah kerja (work
order), dan kontrak pembangunan untuk
memperoleh bukti adanya utang yang
belum dicatat.
10
neraca
8. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang
tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.
11
Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh keyakinan bahwa
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan akuntansi.
Pada tahap berikutnya,dalam prosedur analitik, auditor mengumpulkan berbagai ratio dan
perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci
diarahkan. Pada tahap-tahap akhir,auditor melaksanakan pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci, serta verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo akun dalam laporan
keuangan.
Rerangka prosedur audit awal yang diterapkan dalam pengujian substantif terhadap utang;
usaha adalah sama dengan yang dilukiskan dalam Gambar Prosedur Audit Awal dalam Pengujian
Substantif atas Akun yang Disajikan dalam Laporan Keuangan. Berikut ini diuraikan lebih rinci
prosedur audit awal dalam pengujian substantif terhadap utang usaha.
Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang
tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme
12
pencatatannya, maka saldo utang usaha yang dicantumkan di neraca diusut ke akun buku besar
berikut ini:
Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang dari transaksi pembelian berbagai
golongan sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan sistem bukti kas keluar
(voucher system) dalam pengendalian kasnya, akun Utang Usaha ini disebut dengan akun Bukti Kas
Keluar yang Akan Dibayar (Voucher Payable)
Utang Wesel
Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat berharga (berupa sertifikat wesel) yang
dipegang oleh kreditur sehingga kreditur dapat menjualnya kepada pihak lain. Utang ini timbul dari
transaksi pembelian berbagai golongan sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua golongan: utang
wesel berbunga dan utang wesel tidak berbunga.
Hitung kembali saldo alkun Utang Usaha di bulku besar. Untuk memperoleh keyakinan
mengenai kerelitian penghitungan saldo akun Utang Usaha,auditor menghitung kembali saldo akun
Utang Usaha dan Utang Wesel dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah peng-kreditan
dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.
Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu. Sebelum auditor
melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun Utang Usaha, ia perlu
memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini,auditor
melakukan pengusutan saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.Kertas kerja
tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam
audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh
klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.
Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
Utang Usaha. Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha dapat ditemu-kan
melalui reviewatas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun Utang
Usaha.
Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang bersangkutan.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan utang usaha berasal
13
dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun Utang Usaha diusut ke jurnal
pembelian atau register bukti kas keluar dan pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal
pengeluaran kas atau check register dan jurnal umum (untuk transaksi retur pembelian),
Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol Utang Usaha di buku
besar. Saldo akun kontrol Utang Usaha di buku besar tërsebut kemudian dicocokkan dengan jumlah
saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar untuk
memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan utang usaha dapat
dipercaya ketelitiannya.
Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio. berikut
ini:
Ratio Formula
Tingkat Perputaran Utang Usaha Pembelian Rerata Utang Usaha
Rasio Utang usaha dengan utang lancar Saldo Utang Usaha Utang Lancar
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan.Pembandingan ini membantu
auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,(2) perubahan
akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.
14
auditor dengan memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam memverifikasi
keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari bank untuk
membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi mengenai syarat-syarat
kredit dan jumlah pokok pinjaman, kekayaan yang dijaminkan, serta tarif bunga.
Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang dikredit dan
didebitkan ke dalam akun Utang Usaha berikut ini:
a. Transaksi pembelian kredit
b. Transaksi retur pembelian
c. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.
Di samping itu, keandaan saldo utang usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang
digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut di atas. Oleh karena itu, auditor melakukan
pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan
pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut.
Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha Ke Dokumen yang
Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian dilaksanakan
dengan mengambil sampel berikut ini:
1. Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.
2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.
Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendulkung: bukti kas keluar (voucher),
laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian. Auditori mengambil sampel transaksi
yang dicatat di sebelah kredit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan
prosedur audit berikut ini:
1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya: laporan
penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasoks, dan surat order pembelian.
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas
pendukungnya. keluar.
15
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun
kreditur.
Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo debit
untuk rétur pembelian. Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah debit akun
kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini:
1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar dan memo debit beserta dokumen pendukung-nya:
surat tagihan, atau kuitansi dari kreditur, dan laporan pengiriman bårang (untuk retur pembelian)
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bükti kas keluar dan memo debit.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan memo debit dan
dokumen pendukungnya.
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas keluar
dan memo debit.
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel telah dicatat di
sebelah debit akun kreditur.
Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan bahwa klien
menggunakan pisah batas yang konsisten terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti
16
kas keluar dan dokumen pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode sebelum
dan sesudah tanggal neraca. Dengan membandingkan tanggal bukti kas keluar, faktur pembelian
dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat pembelian yang digunakan, auditor
dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan timbulnya utang yang terjadi dalam periode
sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah di catat dalam periode akuntansi yang seharusnya.
Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan ketepatan pisah
batas dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auditor
memeriksa dokumen bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai
sebagai basis pencatatan ke di dalam kartu utang. Dari pemeriksaan ini, auditor dapat membukti-
kan ketepatan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat pengurangan utang usaha dari
pembayaran kas kepada kreditur.
Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas. Untuk membuktikan
ketepatan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor melakukan observasi terhadap semua cek
yang dibayarkan pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan ketepatan pencatatan
pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.
Utang yang belum dicatat pada tanggal néraca dapat timbul sebagai akibat dari berbagai keadaan
berikut ini:
1. Adanya dokumen-dokumen (misalnya surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan
faktur pembelian dari pemasok) yang belum diproses untuk pembayaran pada tanggal 2. neraca,
dan baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.
2. Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur dari pemasok baru
diterima setelah tanggal neraca.
3. Klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan sistem bukti kas keluarnya
(voucher system).
17
4. Adanya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tanggal neraca, namun penjual jasa baru
menagih harga jasa tersebut setelah tanggal heraca (misalnya biaya iklan bulan Oktober sampai
dengan Desember, baru ditagih oleh perusahaan surat kabar bulan Januari tahun berikutnya).
Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca:
1. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah tanggal
neraca. Seperti telah dikemukakan di atas, pemeriksaan dokumen yang mendukung pem-
bayaran utang lancar setelah tanggal neraca merupakan salah satu prosedur audit untuk
membuktikan eksistensi utang lancar pada tanggal neraca. Di samping itu, prosedur audit ini
dapat pula digunakan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Jika perusahaan menggunakan ledgerless bookkeeping, periksa arsip bukti kas keluar yang telah
dibayar (paid voucher file) dan pilihlah bukti kas keluar yang dibayar setelah tanggal neraca.
Periksa bukti pendukungnya mengenai kemungkinan adanya utang yang belum dicatat pada
tanggal neraca. Sebagai contoh, dari pemeriksaan terhadap bukti kas keluar yang dibayar setelah
tanggal neraca dan laporan penerimaan barang yang melampiri bukti kas keluar tersebut dapat
diketahui bahwa barang telah diterima oleh klien sebelum tanggal neraca, sehingga pembayaran
tersebut merupakan pembayaran utang yang ada pada tanggal neraca. Karena bukti kas keluar
tersebut baru dibuat setelah tanggal neraca, maka utang tersebut seharusnya merupakan
kewajiban klien yang pada tanggal neraca belum dicatat.
2. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca. Untuk menemukan adanya utang
yang belum dicatat pada tanggal neraca, auditor dapat memeriksa bukti kas keluar yang dibuat
setelah tanggal neraca. Dengan memeriksa dokumen yang mendukung bukti kas keluar tersebut,
auditor dapat menemukan adanya unrecorded liabilities.
3. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika klien menjual barang titipan milik
perusahaan lain, pemeriksaan catatan sediaan barang konsinyasi akan dapat menunjukkan
berapa jumlah barang konsinyasi yang telah dijual, namun oleh klien belum dikirimkan hasil
penjualannya kepada perusahaan yang menitipkan barang tersebut. Jumlah tersebut meru-pakan
utang klien kepada perusahaan penitip barang.
4. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. Kemungkinan klien mem-punyai
kewajiban pajak yang belum diakui di dalam catatan akuntansinya pada tanggal neraca. Untuk
menemukan hal ini, auditor harus memahami peraturan perpajakan yang menimbulkan
kewajiban pajak bagi klien.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja (work order), dan
kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat.Dengan me-
18
review berbagai dokumen tersebut, auditor akan dapat menemukan kewajiban sehubungan
dengan pembelian aktiva tetap, perintah kerja, dan kontrak pembangunan, yang telah menjadi
kewajiban klien pada tanggal neraca, namun belum dicatat dan disajikan oleh klien.
Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal neraca belum dicatat dan tidak
disajikan di neraca, ada dua jalan yang dapat ditempuh oleh auditor, yaitu: (1) mengusulkan
adjustment kepada klien untuk mencatat utang tersebut, (2) tidak mengusulkan adjuistment kepada
klien, dan membiarkan utang tersebut tetap tidak tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh
auditor untuk memutuskan apakah akan mengusulkan adjustment mengenai utang yang belum
dicatat tersebut adalah:
1. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut, penentuan laba-rugi di dalam tahun yang diaudit
akan terpengaruh secara material? Jika jawabannya “ya", maka auditor harus meng-usulkan
kepada klien untuk mencatat utång yang belum dicatat tersebut.
2. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi jumlah modal kerja secara
material? Jika jawabannya “ya” maka auditor harus mengusulkan jurnal adjustment untuk
mencatat utang tersebut.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana auditor
memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Contoh:
Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp10 milyar, dan laba menurut perhitungan
perusahaan sebesar Rp 500 juta.
Kasus 1
19
Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi laba bersih tahun
20X2.
Kasus 2
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp20.000.000, bertanggal 30 Desember
20X2, dengan syarat pembelian FOB shipping point. Barang telah diterima pada tanggal 31
Desember 20X2 dan telah diikutsertakan dalam penghitungan fisik sediaan pada tanggal neraca
tersebut. Faktur baru diterima oleh klien tanggal 8 Januari 20X3 dan dicatat sebagai transaksi
pembelian tahun 20X3.
Jika auditor menemukan utanġ yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus 2 tersebut, ia
akan mengusulkan adanya jurnal adjustment untuk mencatat utang tersebut karena:
1. Pembelian dicatat terlalu rendah, sehingga mengakibatkan kos barang yang dijual (cost of good
sold) disajikan oleh klien terlalu rendah dan laba bersih tahun 20X2 dihitung terlalu tinggi.
2. Sediaan telah dicatát dari hasil penghitungan fisik sediaan, tetapi utang usaha belum dicatat,
sehingga hal ini mengakibatkan modal kerja bersih pada tanggal neraca terlalu tinggi.
Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp70.000.000,bertanggal 31 Desember 20X2 diterima oleh
klien pada tanggal 15 Januari 20X3. Aktiva tetap telah diterima oleh klien tanggal 31 Desember
20X2.
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal neraca, akibatnya adalah
modal kerja bersih akan terpengaruh, tetapi tidak mempengaruhi penentuan laba klien. Umumnya
dalam menghadapi utang ini, auditor tidak menyarankan jurnal adjustment.
Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp15.000.000, bertanggal 31 Desember 20X2 untuk biaya iklan
bulan Oktober, November dan Desember 20X2. Oleh klien, faktur ini baru dicatat pada tanggal 15
Januari 20X3.
Utang biaya iklan ini seharusnya telah dicatat pada tanggal neraca, sehingga biaya iklan tidak
disajikan terlalu rendah di dalam laporan rugi laba tahun 20X2. Jika utang ini tidak dicatat,
akibatnya adalah penentuan laba terlalu tinggi, dan modal kerja bersih terlalu besar. Auditor akan
mengusulkan jurnal adjustment untuk mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal neraca.
Jika prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor, kreditur yang dipilih untuk dikirimi
surat konfirmasi adalah: (1) kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien dalam
tahun yang diaudit, (2) kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa sifatnya, (3)
krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan klien (misalnya hubungan antara induk dengan
anak perusahaan).
21
Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembayaran Utang Usaha Setelah Tanggal
Neraca
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan petunjuk mengenai
keberadaan kewajiban klien tersebut. Oleh karena itu, untuk membuktikan keberadaan utang usaha
pada tanggal neraca, auditor melakukan pémeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi
pembayaran utang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca,yang dicatat dalam register cek.
Dengan pemeriksaan dokumen pendukung transaksi pembayaran utang usaha yang dicatat dalam
register cek tersebut, auditor dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum di
neraca benar-benar ada dan adanya utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.
Mintalah Informasi dari Klien untuk Menemukan Komitmen yang Belum Diungkapkan dan
Utang Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang Bersangkutan dengan Utang Tersebut.
Sebenarnya kewajiban perusahaan tidak hanya terdiri dari utang yang nyata telah terjadi,
tetapi juga meliputi kéwajiban yang secara potensial akan terjadi, yang berupa komitmen dan utang
bersyarat. Pemakai laporan keuangan berkepentingan untuk mengetahui informasi mengenai
komitmen yang telah dibuat oleh kliën dan kewajiban bërsyarat yang ada pada tanggal neraca, di
samping informasi mengenai utang yang benar-bénar telah merupakan kewajiban perusahaan pada
tanggal tersebut. Oleh karena itu, dalam pengujian substantif terhadap utang usaha, auditor
23
berkewajiban untuk menentukan ada atau tidaknya komitmen yang tidak diungkapkan dan. utang
bersyarat pada tanggal neraca, dan jika ada, apåkah klien telah mengungkapkan secara memadai
mengenai utang tersebut.
Utang bersyarat ini harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara berikut ini:
1. Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam kelompok utang lancar. Jumlah
utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang lancar yang lain.
2. Utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat” di neraca. Jumlah utang
bersyarat tidak diperhitungkan dalam menjumlah utang lancar.
3. Jika memerlukan penjelasan yang panjang, utang bersyarat disajikan di bagian penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement).
Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan terhadap utang
tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini:
1. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
2. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
3. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan klien.
4. Kirimkan konfirmasi ke bank.
5. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
24
Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan dapat menunjukkan kontrak-kontrak penting
yang akan ditandatangani oleh klien, perkara pengadilan yang melibatkan klien, keputusan-
keputusan yang menyangkut anak perusahaan, yang kesemuanya ini berpotensi akan menimbulkan
utang bersyarat.
Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain. Setiap kontrak yang
ditandatangani oleh klien menimbulkan komitmen (kesanggupan, keterikatan) di pihak klien untuk
melakukan sesuatu di masa yang akan datang seperti yang tertulis di dalam kontrak. Di dalam
kontrak pembelian misalnya, klien mempunyai komitmen untuk melakukan pembelian、 sediaan di
masa yang akan datang sejumlah dan pada harga yang telah disetujui di dalam kontrak. Komitmen
lain adalah antara lain: kontrak pembangunan pabrik dan gedung, program pensiun atau program
pembagian laba, kontrak karya jangka panjang dengan karyawan inti. Semua komitmen yang
melibatkan jumlah rupiah yang material perlu dijelaskan di bagian Penjelasan Laporan Keuangan di
bawah judul “Utang Bersyarat.”
Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien. Informasi yang diperlukan dari pengacara klien meliputi:
a. Gambaran perkara pengadilan yang melibatkan klien yang ditangani oleh pengacara yang
bersangkutan.
b. Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan pengadilan yang tidak menguntungkan klien
akibat perkara yang digambarkan tersebut.
c. Suatu taksiran kerugian yang mungkin diderita oleh klien akibat perkara pengadilan tersebut
atau suatu pernyataan dari pengacara bahwa taksiran kerugian tidak mungkin dilakukan oleh
pengacara.
d. Suatu pernyataan jumlah honorarium pengacara yang belum ditagih.
Kirimkan konfirmasi ke bank. auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban
bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien pada tanggal neraca.
Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan. Arsip korespondensi klien
dengan lembaga keuangan akan memberikan informasi mengenai persetujuan pemberian jaminan
terhadap utang yang ditarik oleh perusahaan lain dan penjualan piutang usaha. Kedua jenis transaksi
tersebut mempunyai kemungkinan menimbulkan kewajiban bagi klien, jika perusahaan yang
dijamin atau kreditur tidak memenuhi kewajibannya kepada lembaga keuangan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26