Anda di halaman 1dari 43

Tugas Individu :

AUDITING I
“Pemeriksaan Kas dan Setara Kas, Pemeriksaan Piutang Usaha dan
Piutang Lainnya, Pemeriksaan Persediaan, Pemeriksaan Biaya Dibayar
Dimuka Dan Pemeriksaan Aset Tetap”

OLEH:

ADE NOVIA
B1C119068

KELAS B
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah Audit I  ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit I .
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan berbagai kendala ,hambatan, dan
tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik,dan semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan,
dan dorongan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pemeriksaan Kas
dan Setara Kas, Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya, Pemeriksaan Persediaan,
Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka Dan Pemeriksaan Aset Tetap, yang saya sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat
penulis harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Kendari, 16 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Pemeriksaan Kas dan Setara Kas.................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Kas dan Setara Kas............................................................................................4
2.1.2 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas...................................................................................4
2.1.3 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objektives) Kas dan Setara Kas...............................................6
2.1.4 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas..........................................................................9
2.2 Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya.....................................................................11
2.2.1 Pengertian Piutang Usaha...................................................................................................11
2.2.2 Klasifikasi Piutang.............................................................................................................12
2.2.3 Tujuan Audit Piutang..........................................................................................................13
2.2.4 Prosedur Audit atas Piutang................................................................................................14
2.2.5 Program Pengujian Substantif terhadap Piutang.................................................................15
2.3 Pemeriksaan Persediaan (Inventory)........................................................................................18
2.3.1 Pengertiaan Persediaan.......................................................................................................18
2.3.2 Audit Persediaan.................................................................................................................20
2.3.3 Tujuan Audit.......................................................................................................................20
2.3.4 Standar Pekerjaan Lapangan dalam Mengaudit Persediaan................................................21
2.3.5 Prosedur Pemeriksaan Atas Persediaan...............................................................................27
2.4 Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka..........................................................................................28
2.4.1 Sifat dan contoh Biaya Dibayar di Muka............................................................................28
2.4.2 Tujuan pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka..........................29
2.4.3 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka..................................................................30
2.5 Pemeriksaan Aset Tetap............................................................................................................32
2.5.1 Pengertian Aset Tetap.........................................................................................................32
2.5.2 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap.......................................................................................33
2.5.3 Standar Audit Pemeriksaan Aset Tetap...............................................................................35
2.5.4 Tujuan Pemeriksaan Aset Tetap..........................................................................................35
BAB III PENUTUP 37

ii
3.1  Kesimpulan..............................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA 38

iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan pada kas dan setara kas menjadi salah fokus utama auditor dalam
tugasnya melakukan audit kepada perusahaan/entitas non-laba. Apabila auditor tidak
mendapatkan temuan-temuan yang janggal pada saat pemeriksaan kas dan setara kas dan
penilaian yang baik terhadap pengendalian internal kas perusahaan, auditor akan lebih
mudah untuk melanjutkan pemeriksaan pada elemen neraca perusahaan yang lainnya.
Sebaliknya, jika auditor menilai bahwa pengendalian internal terhadap kas perusahaan
tidak berjalan dengan baik, auditor akan melakukan uji substantif secara intensif terhadap
kas perusahaan.

Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau
jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar
kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang
perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan perkiraan
piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi
dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.  Jumlah kotor piutang harus tetap
disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.
Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
secara tersendiri.

Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya
cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena
itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini
memang sudah menjadi kegiatan utama dari perusahaan.

Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Pajak dibayar di muka adalah
pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut oleh pihak
ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak

1
penghasilan) atau di akhir bulan (untuk PPN). Pemeriksaan biaya dibayar dimuka dan
pajak dibayar dimuka juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
secara tersendiri.

Aktiva Tetap sebagai salah satu akun yang mempunyai nilai material , maka
adanya kesalahan pencatatan, perhitungan, penyajian dapat menimbulkan penafsiran
yang berbeda oleh pemakai Laporan keuangan. Hal ini sangat merugikan baik oleh
perusahaan sendiri maupun oleh pihak ekstern yaitu seperti kreditur, investor, pemegang
saham, publik. Untuk itu diperlukan audit untuk menghindari kesalahan dalam pelaporan
keuangan. Agar audit dapat memberikan laporan yang memberikan risiko kecil maka
perlu dibuat teknik audit yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan . Demikian pula
diperlukan orang yang kompeten dan independen dalam melaksanakan audit tersebut.
Dari masalah tersebut maka muncul pertanyaan tentang bagaimana teknik audit aktiva
tetap dilakukan agar terhindar dari kesalahan dalam pelaporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses Pemeriksaan Kas dan Setara Kas ?
2. Bagaimana proses Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya ?
3. Bagaimana proses Pemeriksaan Persediaan ?
4. Bagaimana proses Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka ?
5. Bagaimana proses Pemeriksaan Aset Tetap ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui proses Pemeriksaan Kas dan Setara Kas
2. Untuk mengetahui proses Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya
3. Untuk mengetahui proses Pemeriksaan Persediaan
4. Untuk mengetahui proses Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka
5. Untuk mengetahui proses Pemeriksaan Aset Tetap

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Kas dan Setara Kas

2.1.1 Pengertian Kas dan Setara Kas

Perusahaan nirlaba dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari rmembutuhkan


dana untuk keberlangsungannya. Dana yang dibutuhkan tersebut dapat berbentuk kas
atau yang setara dengan kas. Kas merupukan golongan aktiva yang paling lancar
dibandingkan dengan aktiva yang lainnya. Transaksi yang dilakukan perusahaan
berpengaruh terhadap kas baik yang berhubungan dengan penerimaan maupun
pengeluran, hal ini menunjukkan bahwa kas sangat penting dalam setiap transaksi
dalam perusahaan. Penggunaan kas untuk kegiatan transaksi dapat menimbulkan
penyalahgunaan atau penyelewengan karena mudah dipindahtangankan.
Definisi kas & setara kas adalah sebagai berikut:
a. Menurut SAK 1994 Kas adaah alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan perusahaa. Sedangkan Bank adalah
sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas guna
membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 28) Bahwa Setara kas adalah investasi
jangka pendek dan sangat jikwid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen
jangka pendek dan bukan untuk tujuan investasi dan lainnya
c. Menurut PSAK No.2 hal. 2.2 dan 2.3 (IAI:2002) Kas terdiri dari Saldo Kas
(Cash On Hand) dan Rekening Giro, sedangkan Setara Kas (Cash Equivalent)
adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
resiko perubahan nilai yang signifikan.

2.1.2 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas

Sifat kas dan setara kas yaitu :

3
a. Merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah
diselewengkan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti istilah kas
sehari-hari dapat disamakan dengan uang tunai yang dapat dijadikan sebagai
alat pembayaran yang sah. Persediaan kas yang cukup maka perusahaan akan
beroperasi dengan lancar terutama dalam kegiatan pengeluaran kas yang
meliputi pembelian barang dan jasa, memiliki harta, membayar hutang,
membiayai operasi serta kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran
kas. Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting
dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita, kas
terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi
usaha.

Contoh dari golongan kas dan setara kas :


 Kas kecil ( Petty Cash, dalam rupiah maupun mata uang asing)
 Saldo Rekening Giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing
 Bon sementara (I O U)
 Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed
 Check tunai yang akan didepositokan

Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas :


 Deposito berjangka,
 Check mundur dan Check kosong,
 Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund) ,
 Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun
luar negeri, misal karena dibekukan.
Contoh setara kas yaitu :
 Deposito berjangka,
 Sertifikat deposito,
 Sertifikat Bank Indonesia,
 Comercial Paper,
 Sekuritas Utang Pemerintah.
Contoh bukan setara kas:

4
 Investasi dalam bentuk saham (saham preferen yang dibeli dan akan
segera jatuh tempo serta tanggal penebusan/redemption date telah
ditentukan),
 Surat utang pemerintah yang dibeli 3 tahun lalu tidak dapat jadi setara kas
selama 3 bulan menjelang jatuh tempo,
 Marketable securities.

2.1.3 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objektives) Kas dan Setara Kas


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas
dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
Beberapa ciri internal control yang baik atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank :
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara penerima dan
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan,
b. Adanya otorisasi atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank
Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus berbeda dari
pegawai yang mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat
setiap bulan dan harus ditelaah ( di-review ) oleh kepala Bagian
Akuntansi,
c. Digunakannya imprest fund system untuk mengelola kas kecil,
d. Penerimaan kas, check, dan giro harus disetor ke bank dalam
jumlah seutuhnya ( Intact ) paling lambat keesokan harinya,
e. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash
box, brankas atau bank,
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, jangan dibiarkan
menganggur (idle) atau terlalu banyak disimpan di rekening giro.
Jika ada uang kas yang idle sebaiknya disimpan dalam deposito
berjangka atau dibelikan surat berharga yang sewaktu – waktu bias
diuangkan.
g. Blanko check dan giro harus disimpan ditempat aman dan harus
dihindari penandatanganan check dalam bentuk blanko.
Penandatanganan check harus dilampirkan bukti – bukti
pendukung yang lengkap,

5
h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani
oleh 2 orang untuk menghindari penyalahgunaan
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang
jaminan, untuk back up seandainya terjadi kehilangan atau
kecurangan yang dilakukan oleh kasir
j. Digunakan kkwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar
harus di stempel lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk dip
roses pembayaran dua kali (double payment ).
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per
tanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan (existence). Yang
dapat dilakukan dengan melakukan Cash Opname baik pada cash on
hand maupun pada cash on bank pada periode audit. Selain itu dapat
dilakukan konfirmasi rekening bank yang dimiliki perusahaan dan
konfirmasi terhadap investasi pada saham/efek “diperdagangkan”
(trading) yang sifatnya jangka pendek jika perusahaan memilikinya
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas
dan setara kas. Biasanya pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan
setara kas terjadi pada entitas non-laba, sebagai contoh sebuah yayasan
akan menyajikan hadiah atau wakaf berupa kas sebagai sumbangan
terikat jika hadiah atau wakaf itu diterima dengan persyaratan yang
membatasi penggunaan aset tersebut.
4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta
asing, apakah saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah BI (hasil dari penjumlahan kurs jual
penutupan dengan kurs beli penutupan kemudian dibagi 2) pada tanggal
neraca (pukul 16.00) dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.
Misalkan : Per 31 Desember 2010 perusahaan mempunyai saldo bank
sebesar US $ 10.000 yang dibuku besar dicatat dalam rupiah sebesar Rp.
100.000.000,Misalkan kurs BI per 31 Desember 2010 : kurs jual 1 US $
9.600,- dan kurs beli 1 US $ 9.400,Maka saldo US $ 10.000 tersebut
dikonversikan dalam rupiah dengan menggunakan kurs 1 US $ = 9.500,
Karena itu harus dibuat adjustment:

6
Dr. Rugi selisih kurs Rp. 5.000.000
Cr. Bank Rp. 5.000.000,-
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS) dalam hal
penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure)
Menurut SAK :
 Kas dan setara kas diklasifikasikan sebagai aset lancar (current
assets) jika penggunaannya tidak dibatasi (PSAK No. 1),
 Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera
dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya,
suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya
jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang
dari tanggal perolehannya (PSAK No. 2), - Saldo kredit pada
perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek,
 Pinjaman bank pada umumnya merupakan aktivitas pendanaan.
Namun demikian, cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan
tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas.
Karakteristik dari pengaturan perbankan tersebut timbul, flukuasi
saldo bank dari positif ke overdraft.

Tujuan-tujuan di atas menjadi pedoman auditor dalam


menentukan prosedur pemeriksaan terhadap kas dan setara sehingga
diperoleh kesimpulan dalam menentukan apakah pos kas dan setara kas
dalam sebuah perusahaan/entitas dapat dinyatakan wajar atau tidak wajar.
Kemudian, hasil dari pemeriksaan kas dan setara kas akan memberikan
pertimbangan kepada pemeriksaan pos neraca lainnya ataupun pada laporan
laba-rugi, misalnya terdapat ketidakwajaran dalam alur proses penerimaan
kas dari penjualan akan membuat auditor lebih concern dalam memeriksa
pos piutang dan pendapatan penjualan dari sebuah perusahaan. Hal ini

7
dikarenakan kas adalah bagian dari siklus “dari awal sampai akhir” (cradle-
to-grave).

2.1.4 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas

1. Memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan kas dan bank.
Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan akuntan.
Kas dan setara kas dalam perusahaan dapat di ibarakan sebagai darah dalam
tubuh manusia. Hasil evaluasi internal control atas kas dan bank serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank berupa kesimpulan apakah internal
control berjalan dengan baik atau tidak. Jika kesimpulan internal controlnya
efektif, berarti luasnya pengujian atas kewajaran saldo kas dan setara kas per
tanggal bisa dipersempit, karena kemungkinan terjadinya kesalahan kecil dan
jika kesalahan terjadi akan langsung ditemukan perusahaan. siklus “dari awal
sampai akhir” (cradleto-grave) membuat auditor sangat menaruh perhatian
terhadapa internal control perusahaan/entitas. Internal control questionnaire
(ICQ) dapat digunakan sebagai 6sebuah alat untuk mendapatkan pandangan
terhadap internal control perusahaan.
2. Membuat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal
neraca.
(misal per 31-12-2011), atau kalau belum selesai,boleh per 31-10-2011 atau
31-11- 2011; penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal
yang unusual (di luar kebiasaan) atau tidak. Top Schedule adalah salah satu
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang berfungsi sebagai lembar awal yang
menunjukkan hasil pemeriksaan auditor secara umum atau kesimpulan atas
pos yang bersangkutan.
3. Melakukan Cash count Cash count bisa dilakukan kapan saja karena saldo kas
selalu tetap. Tetapi jika digunakan fluctuating fund sistema maka cash count
sebaiknya dilakukan tidak jauh dari tanggal neraca agar tidak kesulitan saat
melakukan perhitungan maju atau mundur ke tanggal neraca (saldo kas per
tanggal cash count ditambah atau dikurangi dengan penerimaan atau
pengeluaran sebelum atau sesudah tanggal neraca).

8
4. Mengirim konfirmasi atau mendapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal
tidak dilakukan kas opname. Hal ini terkait dengan pertimbangan cost-benefit
oleh auditor atas saldo kas pada cabang perusahaan yang jauh tidak terlalu
besar.
5. Mengirim konfirmasi untuk seluruh bank yang dimiliki perusahaan. Surat
konfirmasi atas saldo kas bank biasanya juga berisi jumlah kredit perusahaan
tersebut, pendiskontoan wesel tagih, dan lain-lain.
6. Meminta rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31-12-2011),
kalau terpaksa, kalau belum selesai yang Desember, dapat diminta untuk
tanggal neraca per 31-11-2011.
7. Melakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut. Hal ini dilakukan
untuk memeriksa rekonsiliasi tersebut serta mengusulkan audit adjustment jika
terdapat kesalahan. Prosedur audit yang biasa dilakukan :
 Mencocockan saldo menurut rekening Koran bank
bersangkutan - Periksa footing dan cross footing.
 Mencocokan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku
kas/bank dan buku besar kas/bank
 Memeriksa outstanding check dan outstanding deposit ke
rekening Koran bulan berikutnya,
 Memeriksa biaya administrasi bank dan jasa giro ke rekening
Koran dan nota debit/kredit dari bank.
8. Melakukan pengkajian ulang (review) jawaban konfirmasi bank, notulen rapat
dan perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening
bank yang dimiliki perusahaan. Pembatasan dapat terjadi karena pembekuan
rekening bank yang dimiliki perusahaan oleh pihak Dirjen Pajak sehubungan
dengan permasalahan pajak perusahaan. Selain itu juga terdapat kemungkinan
pembatasan yang disebabkan oleh pembentukan “sinking fund” untuk
pelunasan obligasi atau ekspansi perusahaan.
9. Memeriksa interbank transfer (transfer antarbank) ± 1 minggu sebelum dan
sesudah tanggal neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan
window dressing. [ CITATION Ago12 \l 1033 ]Kasus kitting dapat terjadi jika
perusahaan memiliki lebih dari satu rekening bank dan perusahaan melakukan
transfer antarbank namun pencatatan pembukuan terkait mutasi pada salah satu

9
bank belum dilakukan, khususnya mutasi berkurangnya saldo kas bank karena
transfer dana. Hal tersebut menimbulkan overstated yang selanjutnya akan
menimbulkan window dressing agar laporan keuangan terlihat lebih rapi.
10.Memeriksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan
subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah kewajaran angka
piutang per tanggal neraca atau terdapat unrecorded liabilities (kewajiban yang
belum tercatat).
11.Memeriksa pengakuan dan konversi kas dan setara kas (jika ada) dalam mata
uang asing. Konversi kas dalam mata uang asing harus menggunakan kurs
tengah BI per tanggal neraca pukul 16.00 dan mencatat selisih kurs yang
timbul akibat konversi tersebut.
12.Memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas
laporan keuangan (CALK), sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS.Menurut SAK ETAP Bab 7 tentang Laporan
Arus Kas, Giro yang mengalami overdraft/cerukan bank akibat kelebihan
penarikan melebihi saldo pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis
dengan pinjaman. Oleh karena itu giro bersaldo kredit perlu direklasifikasi ke
dalam pos utang lancar.
13. Membuat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau memo
tersendiri mengenai kewajaran dari cash on hand dan cash on bank, setelah
seluruh pekerjaan dalam prosedur pemeriksaan kas dan setara kas pada poin
1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) telah dijalankan. Kesimpulan pada Top
Schedule memberikan gambaran menyeluruh terkait hasil pemeriksaan kas
dan setara kas perusahaan/entitas. Kewajaran atau ketidakwajaran kas dan
setara kas perusahaan/entitas akan menjadi tolok ukur siklus “dari awal
sampai akhir” (cradle-to-grave) sudah berjalan baik atau belum bagi
perusahaan tersebut. Hal tersebut selanjutnya dapat menjadi masukan dalam
management letter KAP kepada manajemen perusahaan.

10
2.2 Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya

2.2.1 Pengertian Piutang Usaha


Menurut Donald E. Keiso (2004:386), piutang adalah klaim uang, barang,
jasa kepada pelanggan atau pihak – pihak lainnya. Sedangkan menurut  Sukrisno
Agoes, (2004:173), piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit.Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana
yang paling umum ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat
diberikan dalam bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang
sahih, yang disebut surat promes (wesel). Surat promes (promissory note), yang sering
disebut wesel (nota), adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu atas
permintaan atau pada suatu tanggal yang telah ditetapkan. Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 43 menyebutkan bahwa :“Piutang adalah jenis
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha.” Menurut Smith
(2005:286), piutang dapat difenisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap
pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini
umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui
penerimaan kas. Dengan adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran
dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa dia
berhutang. Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 9 mendefinisikan piutang sebagai berikut :“Piutang usaha meliputi piutang
yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangkakegiatan usaha
normal perusahaan.”

2.2.2 Klasifikasi Piutang


Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Piutang usaha
a) Piutang dagang
b) Piutang jasa
2) Piutang non usaha
    a) Piutang karyawan

11
    b) Piutang deviden
    c) Piutang pendapatan yang masih harus diterima
    d) Piutang klaim asuransi
    e) Piutang wesel
    f) Piutang lain-lain
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008) piutang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Piutang usaha (accountsreceivable)
Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah
penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan ditagih
dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang
dikelompokkan sebagai aset lancar.
2. Wesel tagih (notesreceivable)
Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur
untuk membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan
ditagih dalam jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk
menyelesaikan piutang usaha pelanggan.
3. Piutang lain-lain (otherreceivables)
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila
tertagihnya dalam waktu satu tahun maka diklasifikasikan sebagai asset
tidak lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi bunga, piutang
pajak, piutang pejabat atau piutang karyawan.

2.2.3 Tujuan Audit Piutang


Menurut Sukrisno Agoes (2004:173), tujuan audit atas piutang antara lain :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control)
yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari
pada piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan
cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak
tertagih)

12
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang
timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di  Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.

2.2.4 Prosedur Audit atas Piutang


Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang usaha antara lain :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal
neraca.Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara
lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang
dan kalau bisa subsequent collections-nya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke
subledger lalu totalnya ke general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan
sales invoice.
5. Kirimkan konfirmasi piutang: (1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan
pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi. (2) Tentukan apakah akan
digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif. (3) Cantumkan nomor
konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat  konfirmasi.
(4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk
dicari perbedaannya. (5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti
penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati
tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan
bahwa yang dicatat sebagai subsequent collectionshanyalah yang
berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah
yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan
terlalu kecil.

13
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-
lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.
Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal
neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu alasannya.
Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang
dibatalkan dalam periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan
sebagai jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

2.2.5 Program Pengujian Substantif terhadap Piutang

Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi


prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan
di atas. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu :

Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit yang memperoleh


keyakinan bahwa informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangn didukung
dengan catatan akuntansi. Pada tahap berikutnya, auditor mengumpulkan berbagai ratio
dan perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci diarahkan. Pada tahap-tahap akhir, auditor melaksanakan pengujian terhadap
transksi dan saldo akun rinci, serta verivikasi tehadap penyajian dan pengungkapan dan
pengungkapan saldo akun dalam laporan keuangan.

1. Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien


di dalam neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada
tanggal neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan
rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan
catatan akuntansi yang mendukungnya. Auditor melakukan 6 prosedur audit

14
berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan
catatan akuntansi yang bersangkutan:

1. Unsur saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang
usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumbe posting
dalam akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha.
4. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang
ke kertas kerja tahun yang lalu.
5. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang
bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku
pembantu piutang usaha.

1. Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap piutang usaha, pengujian


analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan
dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor
melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:

 Tingkat perputaran piutang usaha    =   Pendapatan penjualan bersih +


Rerata piutang saldo
 Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar  =   Saldo piutang usaha + Aktiva
lancar

 Rate of return on net sales =   Laba bersih + Pendapatan penjualan bersih

 Ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih     =  


Kerugian piutang usaha + Pendapatan penjualan

 Ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya


tidak tertagih  =   Kerugian piutang usaha + Piutang yang usaha
sesungguhnya tidak tertagih

15
Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan
dapat membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau transaksi yang tidak
bisa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

2. Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi


berikut ini yang didebit dan dikredit ke dalam akun Piutang Usaha:

1. Transaksi penjualan kredit


2. Transaksi retur penjualan
3. Transaksi penghapusan piutang usaha
4. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha

Keandalan saldo akun Piutang Usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah
batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut. Auditor melakukan
pengujian sibstantif terhadap transaksi rincian yang mendebit dan mengkredit akun
Piutang Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi
yang berkaitan dengan akun tersebut.

 Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen
yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
 Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung: faktur penjualan,
laporan pengiriman barang, dan order penjualan.
 Periksa  pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: bukti kas masuk,
memo kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.
 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan dan retur penjualan
 Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
 Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penerimaan kas.

4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci

16
Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:

1. Keberadaan atau keterjadian


2. Kelengkapan
3. Hak kepemilikan
4. Penilaian

Keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan atas piutang usaha yang dicantumkan


di neraca dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada
debitur. Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam mengirimkan surat
konfirmasi kepada debitur:

 Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan.


 Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi.
 Kirimkan surat konfirmasi.

Prosedur tersebut ditempuh oleh auditor dengan tujuan untuk membuktikan


keberadaan dibitur perusahaan pada tanggal neraca dan memiliki utang pada tanggal
tersebut kepada klien sebesar yang dicatat oleh klien.

5. Penyajian Dan Pengungkapan Akun Dalam Laporan Keuangan

Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah:

1. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva


tidak lancar.
2. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang
nonusaha.
3. Tentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi
antarpihak yang memiliki hubngan istimewa, piutang yang digadaikan,
piutang yang telah dianjakkan ke perusahaan anjak piutang.

17
2.3 Pemeriksaan Persediaan (Inventory)

2.3.1 Pengertiaan Persediaan

Arens,Alvin A,dkk mengemukakan Biaya persediaan mencakup bahan


baku(siklus akuisisi dan pembayaran),tenaga kerja langsung(siklus penggajian dan
personalia) dan overhead manufaktur(siklus akuisisi dan pembayaran serta penggajian
dan personalia). Penjualan barang jadi melibatkan siklus penjualan dan penagihan.
Karena persediaan bersifat material bagi kebanyakan perusahaan manufaktur, maka
meminjam sejumlah uang dengan menggunakan persediaan sebagai jaminannya sudah
menjadi lazim.
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan
(inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang
yang akan dijual”.
Sedangkan disisi lain Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan
persediaan adalah ”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis
perusahan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk
tujuan itu”. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa
mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Persediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di dalam
auditnya karena berbagai alasan berikut ini:
 Umumnya perpersediaan merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya
cukup material dan merupakan objek manipulasi serta tempat terjadinya kesalahan-
kesalahan besar.
 Penentuan besarnya nilai perpersediaan secara langsung mempengaruhi kos barang
yang dijual (cost of good sold) sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan
laba tahun yang bersangkutan.
 Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai perpersediaan merupakan tugas yang lebih
kompleks dan sulit dibanding dengan verifikasi sebagian besar unsur laporan
keuangan yang lain.
 Seringkali perpersediaan disimpan di berbagai tempat sehingga menyulitkan
pengawasan dan penghitungan fisiknya.

18
 Adanya berbagai macam perpersediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor dalam
melaksanakan auditnya.

Berdasarkan pengertian di atas audit persediaan merupakan proses pemeriksaan


atas persediaan yang di lakukan secara sistematik yang bertujuan untuk mengevaluasi
dan memperoleh bukti yang di kumpulkan atas kenyataan tentang kejadian-kejadian
dan melihat bagaimana tingkat hubungan antara pernyataan dengan kenyataan yang
sesungguhnya.

2.3.2 Audit Persediaan

Persediaan terdiri dari berbagai bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat
kegiatan usaha. Audit atas persedian sering kali merupakan bagian audit yang rumit dan
memakan banyak waktu, karena:
1. Pada umunya persdiaan merupakan jenis perkiraan yang besar di dalam neraca,
dan sering merupakan unsur terbesar dari keseluruhan modal kerja (working
capital account)
2. Persediaan berada pada lokasi yang berbeda, yang menyulitkan pengendalian
secara fisik serta penghitungannya
3. Keanekaragaman jenis persediaan menyebabkan berbagai kesulitan bagi auditor
4. Penilaian atas persediaan juga selalu menyulitkan karena adanya faktor keuangan
dan kebutuhan untuk mengalokasikan biaya-biaya pabrik ke dalam persediaan
5. Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan, tapi setiap
klien tertentu harus menggunakan satu metode secara konsisten dari tahun ke
tahun

Sifat dasar audit atas siklus persediaan adalah eratnya hubungan siklus ini dengan
siklus-siklus transaksi lain di dalam organisasi tersebut. Hubunganya dengan siklus
perolehan dan pembayaran serta siklus penggajian dan personalia dilihat dari
pendebitan-pendebitan ke dalam perkiraan bahan baku, tenaga kerja langsung (direct
labour), dan overhead pabrik (manufacturing overhead) dalam bentuk-T. Hubungannya
dengan sikluspenjualan dan penagihan dapat dilihat dari pengurangan barang jadi dan
pembebanan ke harga pokok penjualan.

19
2.3.3 Tujuan Audit
1. Untuk memeriksa apakah ada internal control yang cukup baik atas persediaan
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan
dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
4. Untuk memeriksa apakah system pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective),
bergerak lambat (slow moving), dan ketinggalan mode (absolescene) sudah
dibuatkan allowance yang cukup
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijaminkan kredit
7. Untuk mengetahui apakah ada persediaan diasuransikan dengan nilai
pertanggungan yang cukup
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang
mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan.

9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah


sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS)

2.3.4 Standar Pekerjaan Lapangan dalam Mengaudit Persediaan


1. Perencanaan dan Supervisi (SA Seksi 311)
Menurut SA Seksi 311, pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Perencanaan
audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit
yang diharapkan. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan
antara lain :
 Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang
menjadi tempat usaha entitas tersebut.
 Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

20
 Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi
jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
 Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
 Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
 Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian.
 Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang
material atau adanya transaksi antarpihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
 Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan.
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan
audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi
masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang
dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staff audit kantor
akuntan.
Para asisten harus diberitahu tanggungjawab mereka dan tujuan prosedur
yang mereka laksanakan. Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk setiap audit
harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing
signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa
signifikan masalah tersebut.

2. Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan (SA


Seksi 319).
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut
ini :
 Keandalan pelaporan keuangan.
 Efektivitas dan efisiensi operasi.
 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini :

21
 Lingkungan pengendalian.
 Penaksiran risiko.
 Aktivitas pengendalian.
 Informasi dan komunikasi.
 Pemantauan.

Lima komponen pengendalian tersebut berlaku dalam audit setiap entitas.


Komponen tersebut harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan :
1. Ukuran entitas.
2. Karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas.
3. Sifat bisnis entitas.
4. Keberagaman dan kompleksitas operasi entitas.
5. Metode yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan, mengolah,
memelihara, dan mengakses informasi.
6. Penerapan persyaratan hukum dan peraturan.

3. Bukti Audit (SA Seksi 326).


Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus
sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan
dengan pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan
secara umum mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit,
tergantung pada pengecualian penting yang ada.
Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, anggapan
berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lain
tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat :
 Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan
keandalan yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu
sendiri.

22
 Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan
mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
 Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui
inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat
menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

4. Sediaan (SA Seksi 331)


Jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui perhitungan fisik, dan
semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal
dalam periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka
perlu bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan melalui
pengamatan, pengujian dan permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan
dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan mengukur
keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas dan
kondisi fisik sediaan.
Jika sediaan berada di tangan gudang umum atau disimpan di tangan
pihak lain, auditor biasanya akan memperoleh konfirmasi langsung secara tertulis
dari pengelola tempat penyimpanan tersebut. Jika sediaan tersebut merupakan
jumlah yang signifikan dalam aktiva lancar atau total aktiva, maka untuk
memperoleh keyakinan memadai atas keberadaannya, auditor harus menerapkan
satu atau lebih prosedur berikut ini, jika dipandang perlu sesuai dengan kondisi
yang dihadapinya.
 Menguji prosedur yang digunakan oleh pemilik barang untuk menyelidiki
operator gudang dan penilaian kinerja operator gudang.
 Memperoleh laporan auditor independen atas prosedur pengawasan yang
digunakan oleh operator gudang yang berhubungan dengan penyimpanan
barang dan jika dimungkinkan, atas tanda terima gudang yang digadaikan oleh
klien sebagai jaminan penarikan utang, atau menerapkan prosedur alternatif di
gudang untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa informasi yang
diterima dari operator gudang dapat diandalkan.
 Melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik barang, jika dapat
dilaksanakan dan beralasan.

23
 Jika tanda terima barang gudang telah digadaikan oleh klien sebagai jaminan
utang, maka auditor perlu mendapatkan konfirmasi dari kreditur yang
bersangkutan mengenai tanda terima gudang yang digadaikan tersebut.

5. Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit (SA Seksi 312)
Menurut SA Seksi 312, risiko audit dan materialitas bersama dengan hal-
hal lain perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari :
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait.

b. Risiko Pengendalian.
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko bawaan dan risiko
pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Risiko bawaan dan risiko
pengendalian ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan
keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan
dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.

6. Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA Seksi


315)
Auditor pendahulu adalah auditor yang telah melaporkan laporan
keuangan auditan terkini atau telah mengadakan perikatan untuk melaksanakan
namun belum menyelesaikan audit laporan keuangan kemudian dan telah
mengundurkan diri, bertahan untuk menunggu penunjukkan kembali, atau telah
diberitahu bahwa jasanya telah, atau mungkin akan, dihentikan.
24
Auditor pengganti adalah auditor yang sedang mempertimbangkan untuk
menerima perikatan untuk mengaudit laporan keuangan, namun belum
melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu.
Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu
prosedur yang perlu dilaksanakan, karena mungkin auditor pendahulu dapat
memberikan informasi yang bermanfaat kepada auditor pengganti dalam
mempertimbangkan penerimaan atau penolakan perikatan.
Auditor pengganti harus meminta klien agar memberikan izin kepada
auditor pendahulu untuk memperbolehkan auditor pengganti melakukan review
atas kertas kerja auditor pendahulu.
Review yang dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja
auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur
auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan konsistensi prinsip
akuntansi.

7. Pemahaman atas Bisnis Klien (SA Seksi 318)


Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus
memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan
auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang
menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan
keuangan atau atas laporan audit. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan
informasi dapat membantu auditor dalam :
 Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.
 Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.
 Evaluasi bukti audit.
 Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.

8. Kertas Kerja (SA Seksi 339)


Kertas kerja berfungsi untuk :
 Menyediakan bagi penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk
representasi tentang pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang
tersirat ditunjukkan dalam laporan auditor dengan disebutkannya frasa

25
”berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia”.
 Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan :


 Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang
menunjukkan diamatinya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
 Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang telah dilakukan.
 Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan,
dan pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti
kompetenyang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukkan diamatinya
standar pekerjaan lapangan ketiga.

9. Komunikasi dengan Manajemen (SA Seksi 360)


Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan
manajemen mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini :
1. Pemahaman atas bisnis klien.
2. Rencana audit.
3. Dampak perundangan atau standar profesional atas audit.
4. Informasi yang diperlukan untuk menentukan risiko audit.
5. Penjelasan, bukti, dan representasi dari manajemen atau dari tingkat
yang lebih rendah dalam organisasi.
6. Pengamatan dan saran yang dihasilkan dari audit tentang hal-hal
efisiensi operasional atau administratif, strategi bisnis, dan unsur lain
yang menarik perhatian.
7. Informasi yang tidak diaudit yang diinginkan oleh manajemen untuk
dipublikasikan dengan laporan keuangan auditan yang menurut
pertimbangan auditor tidak konsisten atau tampak menyesatkan
pembaca.

26
2.3.5 Prosedur Pemeriksaan Atas Persediaan

Beberapa prosedur pemeriksaan atas persediaan

1. Lakukan observasi atas perhitungan fisik (stock Opname) yang dilakukan


klien
2. Meminta Final Inventory List (inventory compilation) dan lakukan prosedur
pemeriksaan berikut:
3. Check mathematical list (penjumlahan dan perkalian)
4. Cocokkan “quantity per book” dengan stock card
5. Cocokkan “quantity per count” dengan count sheet auditor
6. Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan
7. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out
8. Periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses
(work in process), barang jadi (Finished goods), dan bahan pembantu
(Supplies).
9. Lakukan rekonsiliasi jika Stock Opname dilakukan beberapa waktu sebelum
atau sesudah tanggal laporan posisi keuangan (Neraca)
10. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat, barang-
barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode
11. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan (Neraca)
12. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian
13. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (Ioan Agreement),
Notulen rapat.
14. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal laporan
posisi keuangan (Neraca)
15. Seandainya ada barang dalam perjalanan (Goods in Transit) lakukan
prosedur berikut:
16. Minta rincian Goods in Transit per tanggal laporan posisi keuangan
17. Periksa mathematical accuracy (ketepatan perhitungan)
18. Periksa subsequent clearance
19. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan
adjustment jika perlu

27
20. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntasi berlaku umum di Indonesia /SAK/ETAP/IFRS.
2.4 Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka

2.4.1 Sifat dan contoh Biaya Dibayar di Muka


Menurut Standar Akuntansi Keuangan :
 Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang.
 Bagian dari biaya dibayar di muka yang akan memberikan manfaat untuk
beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai biaya dibayar di
muka adalah :
1. Premi asuransi (prepaid insurance)
2. Sewa dibayar di muka untuk masa satu tahun yang akan datang (prepaid rent)
3. Biaya lain-lain dibayar di muka (prepaid others), misalnya: biaya iklan di
radio, televisi yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah
berupa gantungan kunci, payung)

2.4.2 Tujuan pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya
dibayar di muka.
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan
untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (paybudi)/ PSAK.
Penjelasan atas tujuan pemeriksaan :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya
dibayar di muka.
Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
biaya dibayar di muka berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam
melakukan substantive test dapat dipersempit.

28
Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar di muka
adalah :
 Setiap pengeluaran untuk biaya dibayar di muka diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
 Setiap pengeluaran untuk biaya dibayar di muka didukung oleh
bukti-bukti yang sah dan lengkap. Misalnya : polis
asuransi,perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak
untuk advertensi Surat Setoran Pajak (SSP), faktur pajak masukan,
bukti pemotongan PPh 22, 23, dll.
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum
expired (mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak
dibebankan sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan
untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang expired
(masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai biaya tahun
berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (paybudi)/ PSAK.Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai
masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan sebagai harta
lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari sat tahun disajikan sebagai
aktiva tak lancar.

2.4.3 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka


Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur
subtantive test. Pembahasan prosedur pemeriksaan untuk substantive test akan dibagi
dalam beberapa bagian, yaitu sewa dibayar di muka, premi asuransi dibayar di muka,
biaya advertensi dibayar di muka dan pajak dibayar di muka.
Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan
kondisi perusahaan yang diaudit.
1. Prosedur Pemeriksaan Subtantive Sewa Dibayar di Muka ( Prepaid Rent )

29
 Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca.
 Check ketelitian perhitungan mathematic (mathematical accuracy).
 Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar
(general ledger) prepaid rent.
 Cocokkan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
 Lakukkan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan
pemeriksaan lease agreement ( jika sudah dilakukan di compaliance test, refer
ke kertas kerja compliance test ).
 Tie-upltie-in (cocokkan) total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku
besar biaya sewa.
 Dalam hal ada biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan biaya sewa
( tanpa melalui prepaid rent ), jumlah biaya sewa di buku besar akan terlihat
lebih besar.
 Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
2. Prosedur Pemeriksaan Substantive Premi Asuransi Dibayar di Muka (Prepaid
Insurance)
 Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.
 Check mathematical accuracy.
 Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid insurance.
 Cocokkan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja pemeriksaan
tahun lalu.
 Lakukkan vouching untuk pembayaran premi asuransi di tahun berjalan,
perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.
 Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan rincian
prepaid insurance.
 Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya
asuransi.
 Periksa apakah nilai pertanggungan ( insurance coverage ) cukup atau tidak
dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
 Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE,
maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang
menyebutkan bahwa kalau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar
atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.

30
 Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
3. Prosedur Pemeriksaan Substantive Prepaid Advertising :
 Minta rincian prepaid Advertising per tanggal neraca.
 Check footing dan cocokkan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar dan
saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
 Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian ( untuk iklan di tv/radio/bill
board ) dan bukti pembelian ( untuk barang-barang souvenir ).
 Periksa kebenaran pembebanan ke biaya; untuk barang-barang souvenir harus
dilakukan stock opname ( perhitungan fisik ) pada akhir tahun.
4. Prosedur Pemeriksaan Subtantive Prepaid Taxes :
 Minta rincian prepaid taxes pertanggal neraca (rincian bisa per jenis pajak atau
di campur).
 Check footing dan cocokan saldonya dengan buku besar.
 Untuk pajak penghasilan, bandingkan angka prepaid taxes di rincian dengan
SPT PPH Badan.
 Untuk Pajak Pertambahan nilai (PPN Masukan), bandingkan angka prepaid
taxes di rincian dengan SPT Masa (SPM)
Di dalam top schedule biasanya si auditor harus mencantumkan
kesimpulan dari hasil pemeriksaan atas perkiraan tersebut, apakah menurut
pendapat auditor, perkiraan tersebut disajikan secara wajar atau tidak.

2.5 Pemeriksaan Aset Tetap

2.5.1 Pengertian Aset Tetap


Aset tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva
diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang
diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.Aset tetap meliputi aktiva yang tidak
dapat disusutkan (non depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable)
mencakup tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya, ataupun sumber-sumber
alam.

31
Aset tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai
dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan."
 Fixed Assets atau Aset Tetap Bisa Dibedakan Menjadi :
1. Fixed tangible assets ( aset tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa dilihat, bisa
diraba).
Yang Termasuk Fixed Tangible Assets Misalnya :
 Tanah (Land) yang di atasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah.
Tanah ini biasanya tidak disusutkan (menurut SAK maupun peraturan
pajak). Tanah bisa dimilki dalam bentuk hak milik, hak guna bangunan
(biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai
jangka waktu 20-30 tahun, hak guna usaha dan hak pakai.Perlu diperhatikan
bahwa perusahaan asing dan warga negara asing tidak diperbolehkan
membeli tanah dengan hak milik.
 Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parkir, taman, mesin-mesin
(Machinery), peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja, kursi),
Delivery Equipment/Vehicles (mobil, motor, kapal laut, pesawat terbang).
 Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu
bara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural resources
ini harus dideplesi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam tersebut mulai
menghasilkan.

2. Fixed intangible assets ( aset tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga
tidal bisa dilihat dan tidak bisa diraba).
Yang Termasuk Intangible Assets Misalnya : Hak paten, hak cipta (copy right),
franchise, goodwill, preoperating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan
sebelum perusahaan berproduksi secara komersial, termasuk biaya
pendirian).Contoh dari franchise misalnya Kentucky Fried Chiken, Hamburger,
Mc.Donald, Es teller’77. Dalam hal ini pengusaha yang ingin menjual
makanan/minuman tersebut harus menandagtangani kontrak dengan pemilik
fanchise, agar bisa menjual/minuman dengan rasa, bentuk, gaya, dekorasi yang
khusus untuk jenis makanan tersebut tentu saja dengan membayar royalti.

32
2.5.2 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap
Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut:

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.

2. Minta kepada klien Top Schedule Serta Supporting Schedule aset tetap yang
berisikan saldo awal, penambahan serta pengurangan-penguranganya dan
saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutanya.
3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan general
ledger atau sub-ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk
penambahan lihat pprovalnya dan kelengkapan supporting documentnya.
Untuk pengurangan dapat dilihat dari otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah
dicatat dengan betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugiann atas
penjualan aset tetap tersebut. Selain itu periksa penerimaan hasil penjualan
aset tetap tersebut.
5. Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa
kondisi dan nomor kode dari aset tetap
6. Periksa bukti pemilikan aset tetap tersebut, untuk tanah, gedung,periksa
sertifikat tanag dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin
Penempatan Bangunan). Untuk kendaraan periksa BPKB, STNK-nya.
7. Buat analisis tentang perkiraan repair dan maintenance, sehingga kita dapat
mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok
Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditure.
8. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah insurance
coveragenya cukup atau tidak
9. Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya
penyusutan diperkirakan dengan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya
penyusutan.
10.Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk
memeriksa apakah ada aset tetap dijadikan sebagai jaminan atau tidak, dan jika
ada maka hal ini perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
11.Periksa apakah ada Commitment yang buat oleh perusahaan untuk membeli
atau menjual aset tetap

33
12.Untuk konstruksi dalam proses kita periksa penambahanya dan apakah ada
konstruksi bangunan dalam proses (Contruction in Progress) yang harus
ditransfer ke aset tetap
13.Jika ada aset tetap yang diiperoleh melalui leasing, periksa lease agreement
dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar
akuntansi leasing
14.Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di
bank
15.Periksa penyajianya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

2.5.3 Standar Audit Pemeriksaan Aset Tetap

 Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16, hal. 16.1 & 16.2 – IAI
2015)
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
 Menurut SAK ETAP IAI, 2019:68) :
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan
sebagai aset teatp bila :
a. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa akan
datang yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam
perusahaan;
b. Biaya perolehan dapat diukur secara andal.
 Berapa sifat atau ciri aset tetap dalah :
a. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjual
belikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan
operasi perusahan.

34
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
c. Jumlahnya cukup material.

2.5.4 Tujuan Pemeriksaan Aset Tetap


Dalam suatu pemeriksaan umum, pemeriksaan atas aset tetap mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset
tetap
b. Untuk memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di laporan posisi
keuangan (Neraca) betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh
organisasi
c. Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan
(periode yang diperiksa) betul-betul merupakan sesuatu Capital Expenditure,
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-
bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar
d. Untuk memeriksa apakah penarikan aset tetap sudah dicatat dengan benar di
buku dan telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
e. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode)
yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, Konsisten,
dan apakah perhitunganya telah dilakukan dengan benar (secara akurat)
f. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan
g. Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan,
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kas dan Setara Kas merupakan salah satu aset strategis yang dimiliki
sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap kas dan setara kas menjadi salah satu penilaian penting bagi
auditor dalam meyakinkan diri untuk memberikan opini terhadap laporan keuangan
perusahaan yang diperiksa. Pengelolaan kas dan setara kas tidak dapat dipisahkan
dari struktur pengendalian internal (SPI) yang baik. Semakin baik SPI terkait kas dan
setara kas, akan semakin memudahkan auditor dalam memeriksa kas dan setara kas
perusahaan sehingga kewajaran kas dan setara kas menjadi hasil yang memuaskan
bagi perusahaan.
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit.Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di
mana yang paling umum ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit
Persediaan merupakan bagian dari asset perusahaan yang nilainya cukup
material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalagunaan. Sebab itu, akun
persediaan menjadi salah satu perhatian auditor dalam pemeriksaan atas laporan
keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
perusahaan manufaktur ataupun perusahaandagang,karena sudah menjadi kegiatan
utama dari perusahaan.
Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang
akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Perusahaan harus
melakukan pemeriksaan terhadap biaya dibayar di muka dibayar di muka sesuai
dengan prosedur pemeriksaan biaya dibayar di muka dibayar di muka yang berlaku.
Dimana tujuan dari pemeriksaan biaya dibayar di muka dibayar di muka.
Aktiva tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya
relative permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk
diperjualbelikan. Kriteria Aktiva Tetap yaitu : berwujud, umurmya lebih dari satu
tahun, digunakan dalam operasi perusahaan, Tidak diperjualbelikan, material dan
dimiliki perusahaan.Harga perolehan adalah keseluruhan uang yang dikeluarkan
untuk memperoleg suatu aktiva tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.

36
Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi beban ke
dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aktiva tetap tersebut.

37
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno (2012). AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik. Salemba Empat: Jakarta

Hasan (2019). Makalah Auditing II Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang


Lainnya[Internet]
https://mynewikshanhasantgm.blogspot.com/2019/10/makalah-auditing-ii-
pemeriksaan-piutang.html (diakses, 16 Mei 2021)

Rekyan (2017). Makalah Pemeriksaan Aset Tetap.


https://id.scribd.com/document/346099870/Makalah-Auditing-Pemeriksaan-Aset-Tetap
(diakses, 16 Mei 2021)

Tony (2019). Makalah Audit Persediaan [Internet]


https://id.scribd.com/document/401103589/Makalah-Audit-Persediaan (diakses, 16 Mei
2021)

38

Anda mungkin juga menyukai