AUDITING I
“Pemeriksaan Kas dan Setara Kas, Pemeriksaan Piutang Usaha dan
Piutang Lainnya, Pemeriksaan Persediaan, Pemeriksaan Biaya Dibayar
Dimuka Dan Pemeriksaan Aset Tetap”
OLEH:
ADE NOVIA
B1C119068
KELAS B
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah Audit I ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit I .
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan berbagai kendala ,hambatan, dan
tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik,dan semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan,
dan dorongan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pemeriksaan Kas
dan Setara Kas, Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya, Pemeriksaan Persediaan,
Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka Dan Pemeriksaan Aset Tetap, yang saya sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat
penulis harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Pemeriksaan Kas dan Setara Kas.................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Kas dan Setara Kas............................................................................................4
2.1.2 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas...................................................................................4
2.1.3 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objektives) Kas dan Setara Kas...............................................6
2.1.4 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas..........................................................................9
2.2 Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya.....................................................................11
2.2.1 Pengertian Piutang Usaha...................................................................................................11
2.2.2 Klasifikasi Piutang.............................................................................................................12
2.2.3 Tujuan Audit Piutang..........................................................................................................13
2.2.4 Prosedur Audit atas Piutang................................................................................................14
2.2.5 Program Pengujian Substantif terhadap Piutang.................................................................15
2.3 Pemeriksaan Persediaan (Inventory)........................................................................................18
2.3.1 Pengertiaan Persediaan.......................................................................................................18
2.3.2 Audit Persediaan.................................................................................................................20
2.3.3 Tujuan Audit.......................................................................................................................20
2.3.4 Standar Pekerjaan Lapangan dalam Mengaudit Persediaan................................................21
2.3.5 Prosedur Pemeriksaan Atas Persediaan...............................................................................27
2.4 Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka..........................................................................................28
2.4.1 Sifat dan contoh Biaya Dibayar di Muka............................................................................28
2.4.2 Tujuan pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka..........................29
2.4.3 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka..................................................................30
2.5 Pemeriksaan Aset Tetap............................................................................................................32
2.5.1 Pengertian Aset Tetap.........................................................................................................32
2.5.2 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap.......................................................................................33
2.5.3 Standar Audit Pemeriksaan Aset Tetap...............................................................................35
2.5.4 Tujuan Pemeriksaan Aset Tetap..........................................................................................35
BAB III PENUTUP 37
ii
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA 38
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau
jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar
kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang
perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan perkiraan
piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi
dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap
disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.
Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
secara tersendiri.
Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya
cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena
itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini
memang sudah menjadi kegiatan utama dari perusahaan.
Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Pajak dibayar di muka adalah
pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut oleh pihak
ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak
1
penghasilan) atau di akhir bulan (untuk PPN). Pemeriksaan biaya dibayar dimuka dan
pajak dibayar dimuka juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
secara tersendiri.
Aktiva Tetap sebagai salah satu akun yang mempunyai nilai material , maka
adanya kesalahan pencatatan, perhitungan, penyajian dapat menimbulkan penafsiran
yang berbeda oleh pemakai Laporan keuangan. Hal ini sangat merugikan baik oleh
perusahaan sendiri maupun oleh pihak ekstern yaitu seperti kreditur, investor, pemegang
saham, publik. Untuk itu diperlukan audit untuk menghindari kesalahan dalam pelaporan
keuangan. Agar audit dapat memberikan laporan yang memberikan risiko kecil maka
perlu dibuat teknik audit yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan . Demikian pula
diperlukan orang yang kompeten dan independen dalam melaksanakan audit tersebut.
Dari masalah tersebut maka muncul pertanyaan tentang bagaimana teknik audit aktiva
tetap dilakukan agar terhindar dari kesalahan dalam pelaporan keuangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah
diselewengkan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti istilah kas
sehari-hari dapat disamakan dengan uang tunai yang dapat dijadikan sebagai
alat pembayaran yang sah. Persediaan kas yang cukup maka perusahaan akan
beroperasi dengan lancar terutama dalam kegiatan pengeluaran kas yang
meliputi pembelian barang dan jasa, memiliki harta, membayar hutang,
membiayai operasi serta kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran
kas. Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting
dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita, kas
terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi
usaha.
4
Investasi dalam bentuk saham (saham preferen yang dibeli dan akan
segera jatuh tempo serta tanggal penebusan/redemption date telah
ditentukan),
Surat utang pemerintah yang dibeli 3 tahun lalu tidak dapat jadi setara kas
selama 3 bulan menjelang jatuh tempo,
Marketable securities.
5
h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani
oleh 2 orang untuk menghindari penyalahgunaan
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang
jaminan, untuk back up seandainya terjadi kehilangan atau
kecurangan yang dilakukan oleh kasir
j. Digunakan kkwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar
harus di stempel lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk dip
roses pembayaran dua kali (double payment ).
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per
tanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan (existence). Yang
dapat dilakukan dengan melakukan Cash Opname baik pada cash on
hand maupun pada cash on bank pada periode audit. Selain itu dapat
dilakukan konfirmasi rekening bank yang dimiliki perusahaan dan
konfirmasi terhadap investasi pada saham/efek “diperdagangkan”
(trading) yang sifatnya jangka pendek jika perusahaan memilikinya
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas
dan setara kas. Biasanya pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan
setara kas terjadi pada entitas non-laba, sebagai contoh sebuah yayasan
akan menyajikan hadiah atau wakaf berupa kas sebagai sumbangan
terikat jika hadiah atau wakaf itu diterima dengan persyaratan yang
membatasi penggunaan aset tersebut.
4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta
asing, apakah saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah BI (hasil dari penjumlahan kurs jual
penutupan dengan kurs beli penutupan kemudian dibagi 2) pada tanggal
neraca (pukul 16.00) dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.
Misalkan : Per 31 Desember 2010 perusahaan mempunyai saldo bank
sebesar US $ 10.000 yang dibuku besar dicatat dalam rupiah sebesar Rp.
100.000.000,Misalkan kurs BI per 31 Desember 2010 : kurs jual 1 US $
9.600,- dan kurs beli 1 US $ 9.400,Maka saldo US $ 10.000 tersebut
dikonversikan dalam rupiah dengan menggunakan kurs 1 US $ = 9.500,
Karena itu harus dibuat adjustment:
6
Dr. Rugi selisih kurs Rp. 5.000.000
Cr. Bank Rp. 5.000.000,-
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS) dalam hal
penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure)
Menurut SAK :
Kas dan setara kas diklasifikasikan sebagai aset lancar (current
assets) jika penggunaannya tidak dibatasi (PSAK No. 1),
Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera
dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya,
suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya
jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang
dari tanggal perolehannya (PSAK No. 2), - Saldo kredit pada
perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek,
Pinjaman bank pada umumnya merupakan aktivitas pendanaan.
Namun demikian, cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan
tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas.
Karakteristik dari pengaturan perbankan tersebut timbul, flukuasi
saldo bank dari positif ke overdraft.
7
dikarenakan kas adalah bagian dari siklus “dari awal sampai akhir” (cradle-
to-grave).
1. Memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan kas dan bank.
Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan akuntan.
Kas dan setara kas dalam perusahaan dapat di ibarakan sebagai darah dalam
tubuh manusia. Hasil evaluasi internal control atas kas dan bank serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank berupa kesimpulan apakah internal
control berjalan dengan baik atau tidak. Jika kesimpulan internal controlnya
efektif, berarti luasnya pengujian atas kewajaran saldo kas dan setara kas per
tanggal bisa dipersempit, karena kemungkinan terjadinya kesalahan kecil dan
jika kesalahan terjadi akan langsung ditemukan perusahaan. siklus “dari awal
sampai akhir” (cradleto-grave) membuat auditor sangat menaruh perhatian
terhadapa internal control perusahaan/entitas. Internal control questionnaire
(ICQ) dapat digunakan sebagai 6sebuah alat untuk mendapatkan pandangan
terhadap internal control perusahaan.
2. Membuat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal
neraca.
(misal per 31-12-2011), atau kalau belum selesai,boleh per 31-10-2011 atau
31-11- 2011; penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal
yang unusual (di luar kebiasaan) atau tidak. Top Schedule adalah salah satu
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang berfungsi sebagai lembar awal yang
menunjukkan hasil pemeriksaan auditor secara umum atau kesimpulan atas
pos yang bersangkutan.
3. Melakukan Cash count Cash count bisa dilakukan kapan saja karena saldo kas
selalu tetap. Tetapi jika digunakan fluctuating fund sistema maka cash count
sebaiknya dilakukan tidak jauh dari tanggal neraca agar tidak kesulitan saat
melakukan perhitungan maju atau mundur ke tanggal neraca (saldo kas per
tanggal cash count ditambah atau dikurangi dengan penerimaan atau
pengeluaran sebelum atau sesudah tanggal neraca).
8
4. Mengirim konfirmasi atau mendapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal
tidak dilakukan kas opname. Hal ini terkait dengan pertimbangan cost-benefit
oleh auditor atas saldo kas pada cabang perusahaan yang jauh tidak terlalu
besar.
5. Mengirim konfirmasi untuk seluruh bank yang dimiliki perusahaan. Surat
konfirmasi atas saldo kas bank biasanya juga berisi jumlah kredit perusahaan
tersebut, pendiskontoan wesel tagih, dan lain-lain.
6. Meminta rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31-12-2011),
kalau terpaksa, kalau belum selesai yang Desember, dapat diminta untuk
tanggal neraca per 31-11-2011.
7. Melakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut. Hal ini dilakukan
untuk memeriksa rekonsiliasi tersebut serta mengusulkan audit adjustment jika
terdapat kesalahan. Prosedur audit yang biasa dilakukan :
Mencocockan saldo menurut rekening Koran bank
bersangkutan - Periksa footing dan cross footing.
Mencocokan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku
kas/bank dan buku besar kas/bank
Memeriksa outstanding check dan outstanding deposit ke
rekening Koran bulan berikutnya,
Memeriksa biaya administrasi bank dan jasa giro ke rekening
Koran dan nota debit/kredit dari bank.
8. Melakukan pengkajian ulang (review) jawaban konfirmasi bank, notulen rapat
dan perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening
bank yang dimiliki perusahaan. Pembatasan dapat terjadi karena pembekuan
rekening bank yang dimiliki perusahaan oleh pihak Dirjen Pajak sehubungan
dengan permasalahan pajak perusahaan. Selain itu juga terdapat kemungkinan
pembatasan yang disebabkan oleh pembentukan “sinking fund” untuk
pelunasan obligasi atau ekspansi perusahaan.
9. Memeriksa interbank transfer (transfer antarbank) ± 1 minggu sebelum dan
sesudah tanggal neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan
window dressing. [ CITATION Ago12 \l 1033 ]Kasus kitting dapat terjadi jika
perusahaan memiliki lebih dari satu rekening bank dan perusahaan melakukan
transfer antarbank namun pencatatan pembukuan terkait mutasi pada salah satu
9
bank belum dilakukan, khususnya mutasi berkurangnya saldo kas bank karena
transfer dana. Hal tersebut menimbulkan overstated yang selanjutnya akan
menimbulkan window dressing agar laporan keuangan terlihat lebih rapi.
10.Memeriksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan
subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah kewajaran angka
piutang per tanggal neraca atau terdapat unrecorded liabilities (kewajiban yang
belum tercatat).
11.Memeriksa pengakuan dan konversi kas dan setara kas (jika ada) dalam mata
uang asing. Konversi kas dalam mata uang asing harus menggunakan kurs
tengah BI per tanggal neraca pukul 16.00 dan mencatat selisih kurs yang
timbul akibat konversi tersebut.
12.Memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas
laporan keuangan (CALK), sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS.Menurut SAK ETAP Bab 7 tentang Laporan
Arus Kas, Giro yang mengalami overdraft/cerukan bank akibat kelebihan
penarikan melebihi saldo pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis
dengan pinjaman. Oleh karena itu giro bersaldo kredit perlu direklasifikasi ke
dalam pos utang lancar.
13. Membuat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau memo
tersendiri mengenai kewajaran dari cash on hand dan cash on bank, setelah
seluruh pekerjaan dalam prosedur pemeriksaan kas dan setara kas pada poin
1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) telah dijalankan. Kesimpulan pada Top
Schedule memberikan gambaran menyeluruh terkait hasil pemeriksaan kas
dan setara kas perusahaan/entitas. Kewajaran atau ketidakwajaran kas dan
setara kas perusahaan/entitas akan menjadi tolok ukur siklus “dari awal
sampai akhir” (cradle-to-grave) sudah berjalan baik atau belum bagi
perusahaan tersebut. Hal tersebut selanjutnya dapat menjadi masukan dalam
management letter KAP kepada manajemen perusahaan.
10
2.2 Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya
11
b) Piutang deviden
c) Piutang pendapatan yang masih harus diterima
d) Piutang klaim asuransi
e) Piutang wesel
f) Piutang lain-lain
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008) piutang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Piutang usaha (accountsreceivable)
Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah
penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan ditagih
dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang
dikelompokkan sebagai aset lancar.
2. Wesel tagih (notesreceivable)
Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur
untuk membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan
ditagih dalam jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk
menyelesaikan piutang usaha pelanggan.
3. Piutang lain-lain (otherreceivables)
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila
tertagihnya dalam waktu satu tahun maka diklasifikasikan sebagai asset
tidak lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi bunga, piutang
pajak, piutang pejabat atau piutang karyawan.
12
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang
timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
13
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-
lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.
Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal
neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu alasannya.
Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang
dibatalkan dalam periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan
sebagai jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
14
berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan
catatan akuntansi yang bersangkutan:
1. Unsur saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang
usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumbe posting
dalam akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha.
4. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang
ke kertas kerja tahun yang lalu.
5. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang
bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku
pembantu piutang usaha.
1. Prosedur Analitik
15
Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan
dapat membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau transaksi yang tidak
bisa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Keandalan saldo akun Piutang Usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah
batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut. Auditor melakukan
pengujian sibstantif terhadap transaksi rincian yang mendebit dan mengkredit akun
Piutang Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi
yang berkaitan dengan akun tersebut.
Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen
yang mendukung timbulnya transaksi tersebut
Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung: faktur penjualan,
laporan pengiriman barang, dan order penjualan.
Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: bukti kas masuk,
memo kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.
Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan dan retur penjualan
Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penerimaan kas.
16
Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:
17
2.3 Pemeriksaan Persediaan (Inventory)
18
Adanya berbagai macam perpersediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor dalam
melaksanakan auditnya.
Persediaan terdiri dari berbagai bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat
kegiatan usaha. Audit atas persedian sering kali merupakan bagian audit yang rumit dan
memakan banyak waktu, karena:
1. Pada umunya persdiaan merupakan jenis perkiraan yang besar di dalam neraca,
dan sering merupakan unsur terbesar dari keseluruhan modal kerja (working
capital account)
2. Persediaan berada pada lokasi yang berbeda, yang menyulitkan pengendalian
secara fisik serta penghitungannya
3. Keanekaragaman jenis persediaan menyebabkan berbagai kesulitan bagi auditor
4. Penilaian atas persediaan juga selalu menyulitkan karena adanya faktor keuangan
dan kebutuhan untuk mengalokasikan biaya-biaya pabrik ke dalam persediaan
5. Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan, tapi setiap
klien tertentu harus menggunakan satu metode secara konsisten dari tahun ke
tahun
Sifat dasar audit atas siklus persediaan adalah eratnya hubungan siklus ini dengan
siklus-siklus transaksi lain di dalam organisasi tersebut. Hubunganya dengan siklus
perolehan dan pembayaran serta siklus penggajian dan personalia dilihat dari
pendebitan-pendebitan ke dalam perkiraan bahan baku, tenaga kerja langsung (direct
labour), dan overhead pabrik (manufacturing overhead) dalam bentuk-T. Hubungannya
dengan sikluspenjualan dan penagihan dapat dilihat dari pengurangan barang jadi dan
pembebanan ke harga pokok penjualan.
19
2.3.3 Tujuan Audit
1. Untuk memeriksa apakah ada internal control yang cukup baik atas persediaan
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan
dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
4. Untuk memeriksa apakah system pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective),
bergerak lambat (slow moving), dan ketinggalan mode (absolescene) sudah
dibuatkan allowance yang cukup
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijaminkan kredit
7. Untuk mengetahui apakah ada persediaan diasuransikan dengan nilai
pertanggungan yang cukup
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang
mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan.
20
Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi
jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian.
Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang
material atau adanya transaksi antarpihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan.
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan
audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi
masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang
dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staff audit kantor
akuntan.
Para asisten harus diberitahu tanggungjawab mereka dan tujuan prosedur
yang mereka laksanakan. Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk setiap audit
harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing
signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa
signifikan masalah tersebut.
21
Lingkungan pengendalian.
Penaksiran risiko.
Aktivitas pengendalian.
Informasi dan komunikasi.
Pemantauan.
22
Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan
mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui
inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat
menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.
23
Jika tanda terima barang gudang telah digadaikan oleh klien sebagai jaminan
utang, maka auditor perlu mendapatkan konfirmasi dari kreditur yang
bersangkutan mengenai tanda terima gudang yang digadaikan tersebut.
5. Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit (SA Seksi 312)
Menurut SA Seksi 312, risiko audit dan materialitas bersama dengan hal-
hal lain perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari :
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait.
b. Risiko Pengendalian.
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko bawaan dan risiko
pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Risiko bawaan dan risiko
pengendalian ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan
keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan
dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.
25
”berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia”.
Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
26
2.3.5 Prosedur Pemeriksaan Atas Persediaan
27
20. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntasi berlaku umum di Indonesia /SAK/ETAP/IFRS.
2.4 Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka
2.4.2 Tujuan pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya
dibayar di muka.
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan
untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (paybudi)/ PSAK.
Penjelasan atas tujuan pemeriksaan :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya
dibayar di muka.
Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
biaya dibayar di muka berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam
melakukan substantive test dapat dipersempit.
28
Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar di muka
adalah :
Setiap pengeluaran untuk biaya dibayar di muka diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
Setiap pengeluaran untuk biaya dibayar di muka didukung oleh
bukti-bukti yang sah dan lengkap. Misalnya : polis
asuransi,perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak
untuk advertensi Surat Setoran Pajak (SSP), faktur pajak masukan,
bukti pemotongan PPh 22, 23, dll.
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum
expired (mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak
dibebankan sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan
untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang expired
(masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai biaya tahun
berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (paybudi)/ PSAK.Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai
masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan sebagai harta
lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari sat tahun disajikan sebagai
aktiva tak lancar.
29
Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca.
Check ketelitian perhitungan mathematic (mathematical accuracy).
Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar
(general ledger) prepaid rent.
Cocokkan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
Lakukkan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan
pemeriksaan lease agreement ( jika sudah dilakukan di compaliance test, refer
ke kertas kerja compliance test ).
Tie-upltie-in (cocokkan) total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku
besar biaya sewa.
Dalam hal ada biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan biaya sewa
( tanpa melalui prepaid rent ), jumlah biaya sewa di buku besar akan terlihat
lebih besar.
Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
2. Prosedur Pemeriksaan Substantive Premi Asuransi Dibayar di Muka (Prepaid
Insurance)
Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.
Check mathematical accuracy.
Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid insurance.
Cocokkan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja pemeriksaan
tahun lalu.
Lakukkan vouching untuk pembayaran premi asuransi di tahun berjalan,
perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.
Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan rincian
prepaid insurance.
Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya
asuransi.
Periksa apakah nilai pertanggungan ( insurance coverage ) cukup atau tidak
dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE,
maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang
menyebutkan bahwa kalau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar
atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.
30
Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
3. Prosedur Pemeriksaan Substantive Prepaid Advertising :
Minta rincian prepaid Advertising per tanggal neraca.
Check footing dan cocokkan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar dan
saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian ( untuk iklan di tv/radio/bill
board ) dan bukti pembelian ( untuk barang-barang souvenir ).
Periksa kebenaran pembebanan ke biaya; untuk barang-barang souvenir harus
dilakukan stock opname ( perhitungan fisik ) pada akhir tahun.
4. Prosedur Pemeriksaan Subtantive Prepaid Taxes :
Minta rincian prepaid taxes pertanggal neraca (rincian bisa per jenis pajak atau
di campur).
Check footing dan cocokan saldonya dengan buku besar.
Untuk pajak penghasilan, bandingkan angka prepaid taxes di rincian dengan
SPT PPH Badan.
Untuk Pajak Pertambahan nilai (PPN Masukan), bandingkan angka prepaid
taxes di rincian dengan SPT Masa (SPM)
Di dalam top schedule biasanya si auditor harus mencantumkan
kesimpulan dari hasil pemeriksaan atas perkiraan tersebut, apakah menurut
pendapat auditor, perkiraan tersebut disajikan secara wajar atau tidak.
31
Aset tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai
dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan."
Fixed Assets atau Aset Tetap Bisa Dibedakan Menjadi :
1. Fixed tangible assets ( aset tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa dilihat, bisa
diraba).
Yang Termasuk Fixed Tangible Assets Misalnya :
Tanah (Land) yang di atasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah.
Tanah ini biasanya tidak disusutkan (menurut SAK maupun peraturan
pajak). Tanah bisa dimilki dalam bentuk hak milik, hak guna bangunan
(biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai
jangka waktu 20-30 tahun, hak guna usaha dan hak pakai.Perlu diperhatikan
bahwa perusahaan asing dan warga negara asing tidak diperbolehkan
membeli tanah dengan hak milik.
Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parkir, taman, mesin-mesin
(Machinery), peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja, kursi),
Delivery Equipment/Vehicles (mobil, motor, kapal laut, pesawat terbang).
Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu
bara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural resources
ini harus dideplesi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam tersebut mulai
menghasilkan.
2. Fixed intangible assets ( aset tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga
tidal bisa dilihat dan tidak bisa diraba).
Yang Termasuk Intangible Assets Misalnya : Hak paten, hak cipta (copy right),
franchise, goodwill, preoperating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan
sebelum perusahaan berproduksi secara komersial, termasuk biaya
pendirian).Contoh dari franchise misalnya Kentucky Fried Chiken, Hamburger,
Mc.Donald, Es teller’77. Dalam hal ini pengusaha yang ingin menjual
makanan/minuman tersebut harus menandagtangani kontrak dengan pemilik
fanchise, agar bisa menjual/minuman dengan rasa, bentuk, gaya, dekorasi yang
khusus untuk jenis makanan tersebut tentu saja dengan membayar royalti.
32
2.5.2 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap
Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut:
2. Minta kepada klien Top Schedule Serta Supporting Schedule aset tetap yang
berisikan saldo awal, penambahan serta pengurangan-penguranganya dan
saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutanya.
3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan general
ledger atau sub-ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk
penambahan lihat pprovalnya dan kelengkapan supporting documentnya.
Untuk pengurangan dapat dilihat dari otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah
dicatat dengan betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugiann atas
penjualan aset tetap tersebut. Selain itu periksa penerimaan hasil penjualan
aset tetap tersebut.
5. Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa
kondisi dan nomor kode dari aset tetap
6. Periksa bukti pemilikan aset tetap tersebut, untuk tanah, gedung,periksa
sertifikat tanag dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin
Penempatan Bangunan). Untuk kendaraan periksa BPKB, STNK-nya.
7. Buat analisis tentang perkiraan repair dan maintenance, sehingga kita dapat
mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok
Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditure.
8. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah insurance
coveragenya cukup atau tidak
9. Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya
penyusutan diperkirakan dengan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya
penyusutan.
10.Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk
memeriksa apakah ada aset tetap dijadikan sebagai jaminan atau tidak, dan jika
ada maka hal ini perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
11.Periksa apakah ada Commitment yang buat oleh perusahaan untuk membeli
atau menjual aset tetap
33
12.Untuk konstruksi dalam proses kita periksa penambahanya dan apakah ada
konstruksi bangunan dalam proses (Contruction in Progress) yang harus
ditransfer ke aset tetap
13.Jika ada aset tetap yang diiperoleh melalui leasing, periksa lease agreement
dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar
akuntansi leasing
14.Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di
bank
15.Periksa penyajianya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16, hal. 16.1 & 16.2 – IAI
2015)
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Menurut SAK ETAP IAI, 2019:68) :
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan
sebagai aset teatp bila :
a. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa akan
datang yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam
perusahaan;
b. Biaya perolehan dapat diukur secara andal.
Berapa sifat atau ciri aset tetap dalah :
a. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjual
belikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan
operasi perusahan.
34
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
c. Jumlahnya cukup material.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kas dan Setara Kas merupakan salah satu aset strategis yang dimiliki
sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap kas dan setara kas menjadi salah satu penilaian penting bagi
auditor dalam meyakinkan diri untuk memberikan opini terhadap laporan keuangan
perusahaan yang diperiksa. Pengelolaan kas dan setara kas tidak dapat dipisahkan
dari struktur pengendalian internal (SPI) yang baik. Semakin baik SPI terkait kas dan
setara kas, akan semakin memudahkan auditor dalam memeriksa kas dan setara kas
perusahaan sehingga kewajaran kas dan setara kas menjadi hasil yang memuaskan
bagi perusahaan.
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit.Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di
mana yang paling umum ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit
Persediaan merupakan bagian dari asset perusahaan yang nilainya cukup
material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalagunaan. Sebab itu, akun
persediaan menjadi salah satu perhatian auditor dalam pemeriksaan atas laporan
keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
perusahaan manufaktur ataupun perusahaandagang,karena sudah menjadi kegiatan
utama dari perusahaan.
Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang
akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Perusahaan harus
melakukan pemeriksaan terhadap biaya dibayar di muka dibayar di muka sesuai
dengan prosedur pemeriksaan biaya dibayar di muka dibayar di muka yang berlaku.
Dimana tujuan dari pemeriksaan biaya dibayar di muka dibayar di muka.
Aktiva tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya
relative permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk
diperjualbelikan. Kriteria Aktiva Tetap yaitu : berwujud, umurmya lebih dari satu
tahun, digunakan dalam operasi perusahaan, Tidak diperjualbelikan, material dan
dimiliki perusahaan.Harga perolehan adalah keseluruhan uang yang dikeluarkan
untuk memperoleg suatu aktiva tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.
36
Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi beban ke
dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aktiva tetap tersebut.
37
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno (2012). AUDITING: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik. Salemba Empat: Jakarta
38