Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

PRAKTEK PENGAUDITAN
PT. INDO TAMBANGRAYA MEGAH TBK.

Disusun oleh:

Reni Septiani (15133100044)


Ema Amelia (15133100161)
Eva Budiana (15133120156)

Dosen Pengampu: Yennisa, M. Sc, Ak, CA, CTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas laporan mengenai “Makalah Praktek Pengauditan
PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.”
Laporan ini merupakan tugas mata kuliah “Praktek Pengauditan”. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yennisa, M. Sc, Ak,
CA, CTA selaku dosen mata kuliah “Praktek Pengauditan” atas bimbingan dan
pengarahannya selama penyusunan laporan ini serta pihak-pihak yang telah
membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang
akan datang lebih baik lagi.

Penulis
Yogyakarta, 24 Maret 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1. Pengujian Substantif terhadap Penjualan, Piutang Usaha, Surat Berharga,


Kas dan Akun terkait lainnya...............................................................................3

2.1.1. SA 500 tentang Bukti Audit...................................................................3

2.1.2 Pengujian substantif terhadap penjualan.................................................4

2.1.2.1 Pendapatan usaha dan profitabilitas PT. ITM. Tbk..........................5

2.1.2.2. Pendapatan Bersih............................................................................6

2.1.2.3 Beban Pokok Penjualan....................................................................7

2.1.2.4. Rasio Profitabilitas...........................................................................7

2.1.2.5 Pemasok Utama.................................................................................8

2.1.2.6 Laba Kotor & Margin Laba Kotor...................................................9

2.1.2.7 Penghasilan Keuangan & Lain-Lain..............................................10

2.1.2.8 Asset Lancar....................................................................................10

2.1.3 Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha......................................11

2.1.3.1. Piutang Usaha................................................................................15

ii
2.1.3.2 Piutang Derivatif.............................................................................15

2.1.3.3 Pengujian Analitik Piutang Usaha – Rasio Kolektibilitas..............16

2.1.4 Pengujian substantif terhadap kas..........................................................16

2.1.4.1 Kas dan setara kas..........................................................................19

2.1.4.2. Arus Kas Konsolidasian.................................................................20

2.1.4.3. Pengujian Analitik Kas – Rasio Likuiditas....................................22

2.1.5 Pengujian substantif terhadap surat berharga (saham)..........................22

2.1.5.1 Struktur Modal dan Kebijakan Struktur Modal..............................25

2.1.5.1.1 Kebijakan Struktur Modal........................................................25

2.1.5.1.2 Ekuitas/Equity..........................................................................26

2.2. Mengimplementasi pengujian substantif melalui asersi yang relevan


terhadap akun yang terkait.................................................................................26

2.2.1 Asersi Penjualan...................................................................................26

2.2.2 Asersi piutang usaha.............................................................................26

2.2.3. Asersi Kas............................................................................................30

2.2.4. Asersi surat berharga...........................................................................32

2.3 Menyimpulkan dan membuat laporan pengujian substantif entitas.............34

BAB III..................................................................................................................36

KESIMPULAN......................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah
saji dolar (sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi
kebenaran saldo laporan keuangan. Pengujian substantif atas transaksi
(substantive test of transactions) digunakan untuk menentukan apakah keenam
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas
transaksi. Dua dari tujuan untuk transaksi penjualan itu adalah ada transaksi
penjualan (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat
(tujuan kelengkapan). Tujuan audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo-saldo yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan
secara wajar sesuai standar akuntansi yang berlaku umum . Terdapat beberapa
fungsi bisnis dalam siklus ini,diantaranya adalah memproses pesanan pelanggan,
pengiriman barang, tagihan pada pelanggan dan pembukuan penjualan,
pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas, memproses dan membukukan
penerimaan tunai, menghapus piutang tak tertagih, menetapkan piutang yang tidak
ditagih. Langkah-langkah yang dilalui yaitu memahami struktur pengendalian
intern penjualan, menaksir resiko pengendalian yang direncanakan, evaluasi
untung rugi pengujian atas pengendalian, merancang pengujian atas pengendalian
untuk penjualan, untuk mengurangi resiko pengendalian yang ditetapkan,
merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk menentukan
apakah ada kesalahan moneter atau penyimpangan dalam transaksi penjualan.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap pengujian substantif
adalah prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci,
pengujian terhadap saldo akun rinci, verifikasi terhadap penyajian dan
pengungkapan.

41
1.2. Tujuan Penulisan
1. Apa saja rancangan pengujian substantif pada penjualan, piutang
usaha, kas, surat berharga, dan akun terkait lainnya ?
2. Bagaimana cara mengimplementasikan pengujian substantif melalui
asersi yang relevan terhadap akun yang terkait ?
3. Bagaimana kesimpulan dan laporan pengujian substantif entitas ?

1.3. Rumusan Masalah


1. Mahasiswa mengetahui apa saja rancangan pengujian substantif pada
penjualan, piutang usaha, kas, surat berharga, dan akun terkait lainnya
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan
pengujian substantif melalui asersi yang relevan terhadap akun yang
terkait
3. Mahasiswa dapat memebuat kesimpulan dan laporan pengujian
substantif entitas

42
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengujian Substantif terhadap Penjualan, Piutang Usaha, Surat


Berharga, Kas dan Akun terkait lainnya.

2.1.1. SA 500 tentang Bukti Audit


Standar Perikatan Audit (“SPA”) ini menjelaskan tentang hal yang
merupakan bukti audit dalam suatu audit laporan keuangan, dan berkaitan
dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan melaksanakan
prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi basis opini
auditor. Tujuan auditor adalah untuk merancang dan melaksanakan
prosedur audit sedemikian rupa untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat untuk dapat menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini
auditor. Untuk tujuan SPA, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna
sebagai berikut:
Catatan akuntansi — Catatan entri akuntansi awal dan catatan
pendukungnya, seperti cek dan catatan transfer dana elektronik; faktur;
kontrak; buku besar dan buku pembantu, entri jurnal dan penyesuaian
lainnya atas laporan keuangan yang tidak tercermin dalam entri jurnal; dan
catatan seperti lembaran kerja (worksheet) dan spreadsheet yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan
pengungkapan .Ketepatan (bukti audit) — Ukuran tentang kualitas bukti
audit. Bukti audit dianggap berkualitas jika bukti tersebut relevan dan
andal dalam mendukung kesimpulan yang dijadikan basis opini auditor.
Bukti audit — Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik
kesimpulan sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik
informasi yang terkandung dalam catatan akuntansi yang mendasari
laporan keuangan maupun informasi lainnya.

43
2.1.2 Pengujian substantif terhadap penjualan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan
adalah mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus
tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima umum. Siklus Penjualan dan Penagihan
melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk mengalihkan
kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia
untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan
dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang
akhirnya menjadi kas. Langkah-langkah yang dilalui:
1. Memahami struktur pengendalian intern penjualan
2. Menaksir resiko pengendalian yang direncanakan
3. Evaluasi untung rugi pengujian atas pengendalian.
4. Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan, untuk
mengurangi resiko pengendalian yang ditetapkan.
5. Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk
menentukan apakah ada kesalahan moneter atau penyimpangan
dalam transaksi penjualan.
Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
Biasanya pos ini tidak material, namun perlu diperhatikan
penekanannya pada pengujian keberadaan transaksi yang dicatat sebagai
cara untuk menemukan adanya kemungkinan pengalihan kas dari
penagihan piutang yang telah diterima yang dicatatsebagai retur dan
pengurangan harga penjualan. (retur dan pengurangan harga penjualan
fiktif). Perancangan pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif
transaksi penjualan tersebut berguna untuk membantu auditor dalam
merancang audit program yang efektif dan efisien dalam memenuhi tujuan
audit pada suatu situasi tertentu. Bagian audit yang paling terpengaruh
oleh pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi pada siklus
penjualan dan penagihan adalah saldo piutang, kas, beban piutang tidak
tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih. Pada penyelesaian
44
pengujian pengendalian dan pengujian sustantif transaksi, auditor harus
menganalisis masing-masing pengecualian baik audit publik maupun
nonpublik untuk menentukan penyebab dan implikasi dari pengecualian
risiko pengendalian yang ditetapkan, yang mungkin mempengaruhi risiko
deteksi pendukung dan pengujian substantif. Pengaruh signifikan dari hasil
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi pada siklus
penjualan dan penagihan adalah pada konfirmasi piutang.

2.1.2.1 Pendapatan usaha dan profitabilitas PT. ITM. Tbk.


Pada tahun 2017 ITM Tbk. membukukan perolehan Pendapatan
Bersih sebesar USD1.689,5 juta, meningkat 24% dibandingkan tahun
2016 sebesar USD1.367,5 juta. Demikian pula dengan perolehan Laba
Usaha di tahun 2017, bertambah 86% menjadi USD388,1 juta dibanding
tahun 2016 sebesar USD208,6 juta. Adapun perolehan Laba Tahun
Berjalan yang Dapat Didistribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk pada
tahun 2017 mencapai USD252,6 juta, meningkat 93% dibanding tahun
2016 senilai USD130,7 juta.

45
2.1.2.2. Pendapatan Bersih
Selama tahun 2017, ITM membukukan Pendapatan Bersih
sebesar USD1.689,5 juta. Jumlah tersebut naik 24% dari sebelumnya,
yaitu USD1.367,5 juta pada tahun 2016. Kondisi tersebut dipengaruhi
lebih tingginya rata-rata harga jual batubara dari USD51,0 per ton di
tahun 2016 menjadi USD73,0 per ton di tahun 2017. Perolehan
Pendapatan Bersih pada tahun 2017 berasal dari penjualan produk
batubara kepada pihak ketiga sebesar 92% dan kepada pihak berelasi
sebanyak 8% dari total penjualan batubara. Selain itu juga terdapat
perolehan yang berasal dari penjualan jasa kepada pihak ketiga
terutama dari sewa pelabuhan muat batubara dan juga penjualan bahan
bakar minyak.

46
2.1.2.3 Beban Pokok Penjualan
Biaya Penambangan, Royalti/Iuran Eksploitasi,
Transportasi Batubara, Gaji dan Tunjangan, Bahan Bakar dan
Minyak dan Penyisihan untuk Rehabilitasi Tambang. Biaya
penambangan mencakup biaya terkait aktivitas overburden,
penambangan batubara, pengangkutan batubara menuju wilayah
pemrosesan batubara dan kegiatan reklamasi tambang. Nilai Biaya
Penambangan pada tahun 2017 sebesar USD565,8 juta, naik 30%
dari sebelumnya USD435,8 juta pada tahun 2016. Biaya
penambangan berkontribusi 48% terhadap total Beban Pokok
Pendapatan. Besaran Royalti/Iuran Eksploitasi pada tahun 2017
naik 22% menjadi USD212,7 juta, dari sebelumnya USD174,7 juta
pada tahun 2016. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga
jual batubara. Transportasi Batubara naik sebesar 8% pada tahun
2017 menjadi USD78,3 juta, dari sebelumnya USD72,3 juta pada
tahun 2016.Gaji dan Tunjangan selama tahun 2017 mengalami
peningkatan sebesar 13% menjadi USD43,6 juta. Biaya bahan
bakar dan minyak naik menjadi USD24,1 juta di tahun 2017 dari
USD20,7 juta di tahun 2016. Pembelian batubara dari pihak ketiga
pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 50% menjadi
USD56,1 juta dari sebelumnya USD37,5 juta sebagai upaya dari
ITM untuk meningkatkan nilai jual dengan cara pencampuran
batubara hasil produksi ITM dengan batubara pihak ketiga.

2.1.2.4. Rasio Profitabilitas


Rasio Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
mendayagunakan sumber dayanya untuk menghasilkan keuntungan
dan nilai bagi para pemegang saham. Di tahun 2017, seluruh
marjin laba baik marjin laba kotor, laba usaha dan laba bersih
47
tercatat meningkat dibandingkan tahun 2016. Peningkatan marjin
menunjukkan pengelolaan profitabilitas ITM tetap terjaga dengan
baik untuk dapat tumbuh secara berkesinambungan.

48
2.1.2.5 Pemasok Utama
ITM mendefinisikan pemasok utama sebagai pemasok yang
memiliki transaksi lebih dari 10% dari perolehan Pendapatan
Usaha. Sampai akhir periode pelaporan, pemasok yang memenuhi
kriteria sebagai pemasok utama adalah PT Pamapersada Nusantara
(“PAMA”) Jenis jasa yang dikerjakan antara lain overburden
removal, penambangan batubara dan pengangkutan batubara. Nilai
transaksi PAMA naik sebesar 44% dari USD331,0 juta di tahun
2016 menjadi USD476,2 juta di tahun 2017.

2.1.2.6 Laba Kotor & Margin Laba Kotor


Laba Kotor diperoleh dari selisih Pendapatan Bersih dan
Beban Pokok Pendapatan. Nilai Laba Kotor pada tahun 2017
mencapai USD505,4 juta, naik 53% dari periode sebelumnya
USD330,7 juta. Margin Laba Kotor juga meningkat menjadi 30%
di tahun 2017 dari 24% di tahun 2016. Hal ini dipengaruhi oleh
kenaikan harga jual batubaradan juga efisiensi biaya yang
dilakukan oleh ITM.

49
2.1.2.7 Penghasilan Keuangan & Lain-Lain
Penghasilan Keuangan & Lain-Lain Nilai Penghasilan
Keuangan naik 42% dari USD2,4 juta dari tahun 2016 menjadi
USD3,4 juta pada tahun 2017. Beban Lain-lain pada tahun 2017
memperlihatkan kenaikan 59% menjadi USD28,6 juta, dari
sebelumnya USD18,0 juta pada tahun 2016 yang dipengaruhi oleh
munculnya Biaya Terkait Akuisisi di tahun 2017 sebesar USD13,8
juta dan kenaikan Beban Pajak Lainnya sebesar 204% menjadi
USD20,5 juta

2.1.2.8 Asset Lancar


Nilai Total Aset konsolidasian ITM pada kurun waktu
periode pelaporan naik sebesar 12% menjadi USD1.358,7 juta, dari
USD1.209,8 juta pada tahun 2016. Kenaikan disebabkan terjadinya
peningkatan pada aset lancar sebesar 48%.

Nilai Aset Lancar ITM pada tahun 2017 mengalami


kenaikan sebesar 48% menjadi USD797,0 juta dari sebelumnya
USD539,0 juta pada tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan pada akun Kas dan Setara Kas, Piutang Usaha, Persediaan,
Pajak Dibayar Dimuka, serta Uang Muka dan Beban Dibayar Dimuka.

50
2.1.3 Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha
Piutang meliputi jumlah yang harus dibayar pelanggan, karyawan,
dan afiliasi atas akun terbuka, wesel, serta pinjaman, dan bunga akrual
atas saldo semacam itu. Pertimbangan yang akan kita berikan di sini
ditunjukan pada piutang kotor dari para pelanggan atas transaksi
penjualan kredit dan yang berhubungan dengan akun kontrak, yaitu
penyisihan untuk piutang tak tertagih merupakan hal yang penting
untuk mengingat kembali bahwa denganmengaudit penjualan yang
berkaitan.
Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan piutang usaha.
2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan piutang usaha yang di cantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang di catat dalam catata
akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan
dalam neraca.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang di
cantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang di
cantumkan di neraca.

51
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengukngkapan piutang
usaha di neraca.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini :
1. Prosedur audit awal
Auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsilaiasi informasi piutang usaha dineraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan:
a. saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun
piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar
b. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akunpiutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang usaha
d. Usut saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan kerugiann
piutang ke kertas kerja tahun yang lalu
e. Usut posting pendebitan akun piutang usaha ke dalam jurnal yang
bersangkutan
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar
ke buku pembantu piutang usaha.
2. Prosedur analitik
Pada awal pengujian substantif terhadap piutang usaha, pengujian
analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit
lebih intensif.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian
transaksi berikut ini yang didebit dan dikreditkan kedalam akun
piutang usaha:
a. Transaksi penjualan kredit
b. Transaksi retur penjualan
c. Transaksi penghapusan piutang usaha, dan
52
d. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha.
Keandalan saldo piutang usaha juga ditentukan oleh ketepatan
pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi
tersebut. Auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi
rinci yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan
akun tersebut.
a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang
usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
b. Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung:
faktur penjualan, laporan pengiriman barang, dan order penjualan.
c. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung:
bukti kas masuk, memo kredit untuk retur penjualan atau
penghapusan piutang.
d. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan
dan retur penjualan.
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk
memverifikasi :
a. Keberadaan atau keterjadian
b. Kelengkapan
c. Hak kepemilikan
d. Penilaian
Lakukan Konfirmasi Piutang
Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam mengirimkan
surat konfirmasi kepada debitur :
a. Tentukan metode,saat,dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan
b. Pilih debitur yanng akan dikirimi surat konfirmasi,dan
c. Kirimkan surat konfirmasi
Lakukan Evaluasi Terhadap Kecukupan Cadangan Kerugian
Piutang Usaha yang Dibuat Oleh Klien

53
Prosedur ini ditempuh oleh auditor untuk memverifikasi penilaian
piutang usaha yang dicantumkan dineraca.
a. Hitunglah kembal cadangan kerugian piutnag usaha yang dibuat
oleh klien.
b. Bandingkan cadangan kerugian piutnag usaha yang tercantum di
neraca tahun yang diaudit dengan cadangan tersebut yang
tercantum di neraca tahun sebelumnya.
c. Periksa catatan kredituntuk debitur yang utangnya telah kadaluarsa.
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
a. Bandingkan penyajian piutang usaha dengan penyajian menurut
prinsip akuntansi berterima umum
b. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan
aktiva tidak lancer
c. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan
piutang nonusaha
d. Tentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang
digadaikan, piutang yang telah dianjakkan (factore
aacountreceivable) ke perusahaan anjak piutang
Pengujian Audit atas Piutang Tak Tertagih
Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang
tak tertagih adalah keberadaan dari penghapusan piutang tak tertagih.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan klien
untuk menutupi defalkasi atas kas dengan menghapus piutang yang
telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Pengendalian intern pos
ini adalah otorisasi yang pantas atas penghapusan piutang oleh tingkat
manajemen yang telah ditentukan setelah suatu penyelidikan general
tentang alasan mengapa pelanggan tidak dapat membayar.

54
2.1.3.1. Piutang Usaha
Nilai Piutang Usaha meningkat sebesar 41% dari
USD125,2 juta pada tahun 2016 menjadi USD176,4 juta pada
tahun 2017. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan penjualan
di periode Desember 2017 dibandingkan dengan periode Desember
2016 (Desember 2017: USD180,0 juta, 2016: USD140,0 juta).
Pada tanggal 31 Desember 2017, piutang usaha sebesar USD5,9
juta (2016: USD6,2 juta) telah lewat jatuh tempo.namun tidak
mengalami penurunan nilai. Piutang tersebut berasal dari sejumlah
pelanggan yang tidak memiliki sejarah gagal bayar. Sejumlah
bagian dari Piutang Usaha sebesar USD1,5 juta yang telah lewat
jatuh tempo lebih dari 90 hari mengalami penurunan nilai dan telah
diprovisikan.

2.1.3.2 Piutang Derivatif


Pada tahun 2016, ITM memiliki Piutang Derivatif dalam
bentuk kontrak swap bahan bakar minyak – lindung nilai arus kas
sebesar USD2,3 juta. Namun pada akhir periode pelaporan, ITM
tidak berada dalam posisi perikatan kontrak derivatif swap dengan
institusi keuangan, sehingga posisi akun tersebut menjadi nihil di
akhir tahun 2017.

55
2.1.3.3 Pengujian Analitik Piutang Usaha – Rasio Kolektibilitas

Kolektibilitas piutang dipengaruhi oleh kemampuan


perusahaan dalam menagih piutangnya. Sampai dengan akhir
periode pelaporan, ITM berhasil menjaga likuiditas piutang usaha
kepada pihak ketiga. Hal ini ditunjukkan dari sebagian besar
piutang usaha, sebesar 95% dari total piutang usaha, memiliki
kategori kolektibilitas lancar. Periode penagihan rata-rata pada
2017 adalah 33 hari.

2.1.4 Pengujian substantif terhadap kas


Kas terdiri dari uang tunai (uang logam dan uang kertas), pos
wesel, certified check, cashiers’ check, cek pribadi, dan bank draft, serta
dana yang disimpan di Bank yang pengambilannya tidak dibatasi oleh
Bank atau perjanjian yang lain.
Tujuan pengujian substantif terhadap saldo kas adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan kas.

56
2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan kas yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di
neraca.
4. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di neraca.

Program Pengujian Substantif Terhadap Kas


Ada empat golongan dalam prosedur audit yaitu antara lain :
1. Prosedur audit awal
Sebelum membuktikan apakah saldo kas yang dicantumkan oleh klien di
dalam neracanya sesuai dengan kas yang benar-benar ada pada tanggal
neraca, auditor harus melakukan rekonsiliasi antara informasi kas yang
dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.
Oleh karena itu, auditor melakukan lima prosedur audit berikut ini :
a. Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang
bersangkutan di dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun kas di buku besar.
c. Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun kas.
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang
bersangkutan
2. Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan
dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Oleh
karena itu, auditor melakukan tiga prosedur audit berikut ini :
a. Hitung ratio berikut ini : Ratio kas dengan aktiva lancar

57
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data industri, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain.
c. Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo kas
akhir tahun lalu.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
Prosedur audit pengujian terhadap transaksi rinci antara lain :
a. Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan
saldo kas menurut catatan klien.
b. Usut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca
ke dalam cutoff bank statement.
c. Periksa tanggal yang tercantum di dalam cek yang beredar pada
tanggal neraca.
d. Periksa adanya cek kosong yang tercantum di cutoff di bank statement.
e. Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai
kemungkinan hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar
pada tanggal neraca.
Pengujian Terhadap Akun Rinci
Keberadaan kas yang dicantumkan di neraca dibuktikan oleh auditor
dengan menghitung kas yang ada di tangan klien pada tanggal neraca dan
untuk kas klien yang disimpan di Bank dengan cara memeriksa
rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada tanggal neraca dan mengirim
surat konfirmasi bank.
Oleh karena itu, auditor melakukan empat prosedur audit berikut ini:
a. Hitung kas yang ada di tangan klien.
b. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening koran bank yang
bersangkutan.
c. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank.
d. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran
bank.

58
4. Pengujian terhadap akun rinci dan verifikasi pengajian dan
pengungkapan
Bandingkan penyajian akun kas dengan prinsip akuntansi berterima umum
a. Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang
dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank.
b. Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan
penggunaan kas klien.

2.1.4.1 Kas dan setara kas


Nilai Kas dan Setara Kas ITM pada tahun 2017
mengalamipeningkatan 14% menjadi USD374,2 juta, dari
sebelumnya USD328,1 juta di akhir tahun 2016. Peningkatan ini
dipengaruhi oleh arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas
operasi ITM sebesar USD319,0 juta pada tahun 2017, diimbangi
dengan: Arus kas dari aktivitas investasi, yang meliputi pembelian
aset tetap, penempatan jaminan penutupan tambang, hasil
penjualan aset tetap, dan penambahan biaya eksplorasi dan
pengembangan yang ditangguhkan, dengan total sebesar USD73,8
juta. Arus kas dari aktivitas pendanaan, yang meliputi pembayaran
dividen tunai sebesar USD199,1 juta.
Sampai dengan akhir periode pelaporan, 65,143%
dariseluruh saham ITM dimiliki oleh Banpu Minerals (Singapore)
Pte. Ltd., sebagai pemegang saham mayoritas. Pemilik saham ITM
lain adalah masyarakat sebesar 31,813% dan beberapa anggota
Direksi dan Dewan Komisaris sebesar 0,09145%. Selain itu
terdapat juga saham treasuri sebesar 2,95%. Saham biasa
memberikan hak kepada pemegangnya untuk memperoleh dividen
dan hasil dari pembubaran Perusahaan sesuai dengan proporsi
jumlah dan jumlah yang dibayarkan atas saham yang dimiliki.
Saham treasuri adalah saham biasa yang telah dibeli kembali oleh
ITM sebanyak 33.369.100 lembar melalui Bursa Efek Indonesia

59
(BEI) selama tahun 2016 dan dilaksanakan sesuai dengan Surat
Edaran No.22/SEOJK.04/2015 sebesar Rp255.788.000.202 (setara
USD19,2 juta). Perusahaan memiliki hak untuk menerbitkan
kembali saham-saham tersebut pada masa mendatang. Seluruh
saham yang diterbitkan ITM telah disetor penuh. Selama tahun
2017, ITM tidak melakukan pembelian kembali saham. periode
pelaporan sebesar USD329,0 juta. Total cadangan yang dimiliki
Perusahaan pada 31 Desember 2017 berjumlah USD13,0 juta,
sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40/2007
yang mengharuskan keberadaan cadangan minimum. Besaran
cadangan minimum adalah 20% dari modal yang telah ditempatkan
dan disetor penuh.

2.1.4.2. Arus Kas Konsolidasian

Nilai Kas dan Setara Kas pada akhir periode pelaporan


meningkat 14% menjadi USD374,2 juta, dari sebelumnya
USD328,1 juta pada tahun 2016. Hal ini mencerminkan
kemampuan ITM dalam mengelola likuiditas perusahaan di tengah
pasar batubara yang masih volatil.
Arus Kas dari Aktivitas Operasi Nilai Kas Bersih yang
Diperoleh Dari Aktivitas Operasi tercatat naik 120% pada tahun
2017 menjadi USD319,0 juta dari sebelumnya USD145,2 juta
pada tahun 2016. Kenaikan ini dipengaruhi oleh naiknya

60
penerimaan dari pelanggan, penerimaan penghasilan keuangan,
pengembalian kelebihan pajak penghasilan badan, serta turunnya
pembayaran audit pajak dan pajak lainnya. Penerimaan dari
pelanggan dan penerimaan penghasilan keuangan masing – masing
naik 21% dan 47% dan kenaikan penerimaan tersebut juga diikuti
oleh turunnya pembayaran audit pajak dan pajak lainnya sebesar
68% serta adanya pengembalian kelebihan pajak penghasilan
badan yang naik 2.167% dibandingkan tahun 2016.
Arus Kas yang Digunakan Untuk Aktivitas Investasi Nilai
Kas Bersih Dari Aktivitas Investasi mengalami kenaikan 201%
pada tahun 2017 menjadi USD73,8 juta dari sebelumnya USD24,5
juta pada tahun 2016. Hal ini terutama disebabkan dari
meningkatnya jumlah investasi pembelian aset tetap sebesar 124%.
Penambahan biaya eksplorasi dan pengembangan yang
ditangguhkan juga naik menjadi USD19,1 juta dari USD2,4 juta
dan kenaikan tersebut juga diikuti dengan naiknya biaya untuk
Penempatan jaminan penutupan tambang sebesar 517%.
Arus Kas yang Digunakan Untuk Aktivitas Pendanaan Pada
tahun 2017, nilai Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan naik 227%
menjadi USD199,1 juta dari sebelumnya USD60,8 juta. Kenaikan
ini terutama disebabkan dari meningkatnya pembayaran dividen
sebesar 379% dibanding tahun 2016. ITM melakukan pelunasan
untuk sisa dividen tahun fiskal 2016 sebesar USD94,0 juta pada
tanggal 21 April 2017. Pada tanggal 20 November 2017, ITM juga
melakukan pembayaran dividen interim untuk laba bersih pada
semester pertama tahun 2017 sebesar USD105,1 juta.

61
2.1.4.3. Pengujian Analitik Kas – Rasio Likuiditas

Nilai Rasio Likuiditas ITM pada tahun 2017 meliputi Rasio


Lancar yang menunjukkan kemampuan memenuhi liabilitas jangka
pendek adalah sebesar 243%. Nilai Rasio Utang pada tahun 2017
yang menunjukkan proporsi liabilitas dalam membiayai aset adalah
sebesar 29%, sedangkan Rasio Solvabilitas adalah kemampuan
Perusahaan dalam membayar kewajiban, salah satunya dengan
Rasio Jumlah Aset Terhadap Liabilitas dengan nilai 339% pada
tahun 2017. Seluruh rasio tersebut mencerminkan bahwa ITM
memiliki kemampuan solid untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. ITM tidak memiliki pinjaman seperti tampak dari
Rasio Pinjaman Terhadap Ekuitas yang nihil.

2.1.5 Pengujian substantif terhadap surat berharga (saham)


Tujuan pengujian substantif terhadap ekuitas pemegang saham adalah:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan ekuitas pemegang saham
2. Membuktikan bahwa saldo modal saham mencerminkan
kepentingan pemegang saham yang ada pada tanggal neraca dan
mencerminkan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan ekuitas
pemegang saham selama tahun yang diaudit.
62
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selamatahun
yang diaudit dan kelengkapa saldo ekuitas pemegang saham
yangdisajikan dineraca
4. Membuktikan bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang
dicantumkan di neraca merupakan klaim pemilik terhadap aktiva
entitas
5. Membuktikan kewajaran penilaian ekuitas pemegang saham yang
dicantumkan dineraca
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan ekuitas
pemegang saham dineraca
Program audit dalam pengujian substantif terhadap ekuitas pemegang
saham
1. Prosedur Audit Awal
Auditor melakukan prosedur audit awal awal yang terdiri dari 6
prosedur audit berikut:
a. Usut saldo ekuitas pemegang saham yang tercantum dineraca ke
saldo akun ekuitas pemegang saham yang bersangkutan dalam
buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun ekuitas pemegang saham di dalam buku
besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jummlah dan
sumber posting dalam akun ekuitas pemegang saham
d. Usut saldo awal akun ekuitas pemegang saham ke kertas kerja
tahun yang lalu.
e. Usut posting pengkreditan dan pengdebitan akun ekuitas pemegang
saham ke dalam jurnal yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun control modal saham dalam buku besar
ke buku pembantu pemegang saham dan buku sertifikat saham
2. Prosedur Analitik
Ratio berikut ini sering digunakan auditor dalam pengujian analitik
terhadap ekuitas pemegang saham:
63
Ratio Formula
a. Nilai buku saham biasa = Ekuitas pemegang saham ÷ rerata jumlah
saham biasa yang beredar
b. Return on common stockholders’ equity = Laba bersih ÷ rerata
jumlah saham biasa yang beredar
c. Dividen payout = Deviden kas ÷ Laba bersih
d. Laba per saham = Laba bersih ÷ Rerata timbangan jumlah saham
beredar
3. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
Pengujian terhadap transaksi rinci ekuitas pemegang saham
dilaksanakan oleh auditor melalui dua prosedur audit berikut:
a. Periksa bukti pendukung pencatatan kedalam akun modal saham,
paid-in capital, tyreasury stock, saldo laba, dan cadangan.
b. Periksa catatan transaksi pengumuman dividend an
pembayarannya.
4. Pengujian Terhadap Akun Rinci
Pengujian terhadap saldo rinci akun ekuitas pemegang saham
dilaksanakan oleh auditor melalui berbagai prosedur audit berikut:
a. Pelajari anggaran awal dan anggaran rumah tangga perusahaan
klien
b. Pelajari notulen rapat pemegang saham dan dewan komisaris.
c. Pelajari kontrak underwriting dan persyaratan emisi saham.
d. Pelajari notulen rapat dewan komisaris dan pemegang saham
mengenai pembagian dividen.
e. Pelajari kontrak antara klien dengan independent registrar dan
transfer agent.
f. Pelajari surat perjanjian penarikan kredit dan bond indentures
mengenai pasal yang membatasi pembagian dividen
g. Lakukan analisis terhadap akun modal saham
h. Lakukan analisi terhadap akun saldo laba
i. Dapatkan konfirmasi dari independent registrar dan transfers agent
64
j. Periksa pertanggung jawaban nomor urut sertifikat saham
k. Periksa semua sertifikat saham yang dibatalkan pemakaiannya
l. Selidiki adjustment yang berasal dari tahun sebelumnya yang
dicatat di dalam akun saldo laba
m. Lakukan analisi terhadap akun treasury stock.
5. Verifikasi Penyajian Modal Sendiri di dalam Neraca
a. Verifikasi penyajian modal sendiri di dalam neraca dengan cara
sebagai berikut:
b. Periksa pencatatan transaksi emisi saham untuk menentukan
pemisahan jumlah modal saham dengan paid-in capital.
c. Periksa penyajian treasury stock.
d. Periksaan penyisihan saldo laba dalam tahun yang diaudit.
e. Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan unsure ekuitas
pemegang saham

2.1.5.1 Struktur Modal dan Kebijakan Struktur Modal

2.1.5.1.1 Kebijakan Struktur Modal


Dasar pemilihan kebijakan manajemen atas struktur
modal ITM berorientasi pada kelangsungan usaha untuk
memberikan imbal hasil kepada pemegang saham dan
manfaat kepada pemangku kepentingan lainnya, serta
menjaga struktur modal yang optimal untuk mengurangi
biaya modal. ITM memantau permodalan berdasarkan rasio
utang terhadap modal yang dihitung dengan perbandingan
jumlah utang dan ekuitas. Utang dihitung dari seluruh
pinjaman yang diterima dari pemberi pinjaman beserta
utang bunga yang timbul pada tahun tersebut. Jumlah
modal dihitung dari ekuitas seperti yang ada pada laporan
posisi keuangan konsolidasian.

65
Sampai dengan akhir periode pelaporan tidak ada
perubahan pendekatan dalam mengelola permodalan.
Strategi ITM adalah mempertahankan struktur modal serta
menyesuaikan jumlah dividen yang dibayar dan tingkat
pengembalian modal kepada pemegang saham.

2.1.5.1.2 Ekuitas/Equity
Ekuitas ITM terdiri dari enam komponen, yakni
Modal Saham, Tambahan Modal Disetor, Saham Treasuri,
Translasi Mata Uang Asing, Cadangan Lindung Nilai Arus
Kas dan Laba Ditahan. Secara keseluruhan nilai Ekuitas
Perusahaan pada tahun 2017 meningkat sebesar 6%
menjadi USD958,1 juta, dari sebelumnya USD907,4 juta
pada tahun 2016. Peningkatan Ekuitas terutama
dipengaruhi oleh kenaikan Laba Ditahan sebesar 10% dari
USD532,7 juta pada tahun 2016 menjadi USD584,8 juta
pada tahun 2017.

2.2. Mengimplementasi pengujian substantif melalui asersi yang relevan


terhadap akun yang terkait

2.2.1 Asersi Penjualan


Pendapatan pada PT. ITM Tbk, lebih besar terdapat di kas dan
setara kas, piutang usaha.

2.2.2 Asersi piutang usaha


PT. ITM telah menyajikan pelaporan piutang usaha dineraca
sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal
neraca.

66
67
68
PT. ITM Tbk. sudah sesuai prinsip Akuntansi berterima
umum dalam penyajian piutang usaha di Neraca. PT. ITM . Tbk
tidak cadangan kerugian piutang, namun menyebutkan di neraca
kalau piutang usaha merupakan piutang bersih. PT. ITM Tbk.
Mempunyai saldo piutang ditahun 2016 namun semua dapat
tertagih, ditahun 2017. PT. ITM Tbk, sudah merinci secara detail
tentang akun Piutang Usaha. PT. ITM Tbk. Pada laporan neraca
sudah membuat piutang usaha yang terpisah dimana terdiri dari
piutang usaha itu sendiri dan piutang deveriatif. Piutang Deveratif
terdiri dari kontrak swap bahan bakar minyak-lindung nilai arus
kas sebesar USD 2,3 juta

69
2.2.3. Asersi Kas

70
Saldo kas PT. ITM. Tbk sudah tercatat pada tanggal neraca
(Pengujian asersi keberadaan dan keterjadian). Saldo kas PT. ITM.
Tbk sudah meliputi semua transaksi kas yang telah terjadi
(pengujian asersi kelengkapan).Transfer kas antar bank sudah pada
akhir tahun dengan tepat (Pengujian asersi hak dan kewajiban).
Klien mempunyai hak legal terhadap atas seluruh saldo kas yang
tampak pada tanggal neraca (Asersi hak dan Kewajiban). Saldo kas
yang tercatat dalam neraca dapat terealisasi , dimana asset lancar
dalam perusahaan PT. ITM Tbk, bisa memenuhi kewajiban hutang
lancar (asersi penilaian dan Pengalokasian). Saldo kas telah

71
diidentifikasi dan dikelompokkan dengan tepat dalam neraca PT.
ITM. Tbk (Asersi Pelaporan dan pengungkapan).

2.2.4. Asersi surat berharga


Investasi property pertambangan PT.ITM Tbk disajikan dalam kelompok
aktiva tidak lancar karena merupakan investasi yang tidak akan dijual dalam
jangka pendek. Saham treasury sudah disimpan dalam dana khusus dan
disajikan sebagai pengurang modal saham.

72
73
2.3 Menyimpulkan dan membuat laporan pengujian substantif entitas
Kegiatan usaha ITM pada tahun 2017 dipengaruhi beberapa faktor, di
antaranya harga batubara, harga dan biaya bahan bakar, serta nilai tukar mata
uang asing (USD). Secara umum kinerja keuangan Perseroan untuk tahun buku
2017 memperlihatkan kondisi lebih baik dibanding tahun buku 2016. Pendapatan
bersih ITM berasal dari total penjualan batubara, perolehan yang berasal dari
penjualan jasa kepada pihak ketiga terutama dari sewa pelabuhan muat batubara
dan juga penjualan bahan bakar minyak. Dari hasil pengujian analitik rasio
profitabilitas, PT. ITM Tbk menunjukkan kenaikan seluruh marjin laba dari tahun
2016 ke tahun 2017 yang berarti bahwa pengelolaan profitabilitas ITM tetap
terjaga dengan baik untuk dapat tumbuh secara berkesinambungan. Hasil
pengujian analitik piutang usaha melalui rasio kolektibilitas menunjukkan bahwa
sampai dengan akhir periode pelaporan, ITM berhasil menjaga likuiditas piutang

74
usaha kepada pihak ketiga. Ditunjukkan dari sebagian besar piutang usaha,
sebesar 95% dari total piutang usaha, memiliki kategori kolektibilitas lancar.
Periode penagihan rata-rata pada 2017 adalah 33 hari. Dari hasil pengujian
analitik kas dengan rasio likuiditas (current ratio, debt ratio, solvency ratio, debt
to equity ratio) menunjukkan bahwa seluruh rasio tersebut mencerminkan bahwa
ITM memiliki kemampuan solid untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
ITM tidak memiliki pinjaman seperti tampak dari Rasio Pinjaman Terhadap
Ekuitas yang nihil.
PT. ITM Tbk. secara konsisten membagikan dividen dengan rasio
pembayaran yang tinggi yaitu sekitar 80%. ITsMG akan mendistribusikan
keuntungan di atas 85% untuk dividen. Ini akan terbantu oleh struktur permodalan
yang sederhana karena perusahaan tidak memiliki hutang, ditambah memiliki
tingkat kas yang rendah.ITMG dalam mempertahankan rekam jejak laba yang
kuat, dan didukung dengan prospek harga jual rata-rata yang lebih kuat. PT. ITM
Tbk. meningkatkan perkiraan pendapatan tahun buku 2017 menjadi sebesar 33%
(di atas konsensus), namun menurunkan perkiraan untuk tahun buku 2018 sebesar
8%.ITMG mampu menjaga margin rasio yang tinggi pada kuartal pertama tahun
2017. Sejak kuartal pertama tahun 2016, marjin kotor ITMG mampu bertahan di
atas 30%, lebih tinggi dari tren sebelumnya yang berkisar antara 20%. Harga
batubara yang stabil dan portofolio penambangan yang lebih ramping akan
memungkinkan ITMG untuk terus melakukan efisiensi. Daya tarik utama
investasi ITM adalah perkiraan imbal hasil dividen sebesar 12,0% dan 15,7%
pada tahun buku 2017/2018 dengan asumsi rasio pembayaran sebesar 85%.
Perusahaan induk ITM, Banpu, telah memaksimalkan pembayaran dividen karena
grup perusahaan menggunakan kelebihan dana untuk mendanai investasi di
Thailand dan Australia (pembayaran rata-rata di tahun buku 2011- 2016 sebesar
93%). Saat ini ITMG berencana untuk meningkatkan sumber daya batubaranya
menjadi cadangan dengan melakukan studi kelayakan untuk wilayah tambang
batu bara yang dimiliki anak-anak perusahaannya. ITMG membukukan laba
bersih kuartal pertama tahun 2017 sebesar USD57 juta.

75
BAB III
KESIMPULAN

Pengujian substantif (Substantive Test) adalah prosedur yang digunakan


untuk menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung
memengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. kekeliruan tersebut sering
disebut dengan salah saji moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan
indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan keuangan. PT. ITM
Tbk. di tahun 2017, seluruh marjin laba baik marjin laba kotor, laba usaha dan
laba bersih tercatat meningkat dibandingkan tahun 2016.
Peningkatan marjin menunjukkan pengelolaan profitabilitas ITM tetap
terjaga dengan baik untuk dapat tumbuh secara berkesinambungan. Nilai Piutang
Usaha meningkat sebesar 41% dari USD125,2 juta pada tahun 2016 menjadi
USD176,4 juta pada tahun 2017. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan
penjualan di periode Desember 2017 dibandingkan dengan periode Desember
2016 (Desember 2017: USD180,0 juta, 2016: USD140,0 juta). Periode penagihan
rata-rata pada 2017 adalah 33 hari. Dari hasil pengujian analitik kas dengan rasio
likuiditas (current ratio, debt ratio, solvency ratio, debt to equity ratio)
menunjukkan bahwa seluruh rasio tersebut mencerminkan bahwa ITM memiliki
kemampuan solid untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
ITM tidak memiliki pinjaman seperti tampak dari Rasio Pinjaman
Terhadap Ekuitas yang nihil. Saldo kas yang tercatat dalam neraca dapat
terealisasi, dimana asset lancar dalam perusahaan PT. ITM Tbk, bisa memenuhi
kewajiban hutang lancar (asersi penilaian dan Pengalokasian). Investasi property
pertambangan PT.ITM Tbk disajikan dalam kelompok aktiva tidak lancar karena
merupakan investasi yang tidak akan dijual dalam jangka pendek. Saham treasury
sudah disimpan dalam dana khusus dan disajikan sebagai pengurang modal
saham.

76
DAFTAR PUSTAKA

1. Laporan Tahunan Audit PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. Tahun 2017
https://www.idx.co.id (diakses tanggal 17 Maret 2018).
2. https://www.kompasiana.com/novianjarp/audit-siklus-penjualan-dan-
audit-saldo-piutang_56df884a0e9373ed2a7bb002
3. https://www.kompasiana.com/riskafa/bab-14-pengujian-substantif-
terhadap-saldo-piutang-usaha_56eed605d77e61090b4b460b
4. https://www.kompasiana.com/oktia/pengujian-substantif-terhadap-saldo-
kas_57616109e222bdc0040ab5b2
5. https://www.kompasiana.com/riskafa/bab-24-pengujian-substantif-
terhadap-ekuitas-pemegang-saham_57271c5dd47e613a0689ee02

77

Anda mungkin juga menyukai