Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AUDIT 2

“Audit terhadap Siklus Pengeluaran: Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang


Usaha, Aktiva Tetap Berwujud dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud”

Dosen Pengampu:
Masruddin, SE, MSA., Ak.

Oleh:
KELOMPOK 4/KELAS AK4

KOMANG AGU RIAWAN C30122164


RAYNALDI PRATAMA DJOHARI C30122175
GALUH WINDA SARI C30122250

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah yang
berjudul “Audit terhadap Siklus Pengeluaran: Pengujian Substantif terhadap Saldo
Utang Usaha, Aktiva Tetap Berwujud dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud” yang
merupakan tugas mata kuliah Audit 2.
Kami selaku penulis sangat berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Besar harapan kami selaku penulis agar makalah
ini berguna sebagai nilai tambah dan modul pembelajaran bagi semua pihak pembaca.

Palu, 10 Maret 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Utang Usaha, Aktiva Tetap Berwujud Dan Aktiva Tetap Tidak
Berwujud ............................................................................................................
2.1.1 Definisi Utang Usaha.................................................................................
2.1.2 Definisi Aset Tetap Berwujud...................................................................
2.1.3 Definisi Aktiva Tetap Tidak Berwujud.....................................................
2.2 Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Utang Usaha, Aktiva
Tetap Berwujud dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud...........................................
2.2.1 Penyajian Utang Usaha..............................................................................
2.2.2 Penyajian Aktiva Tetap Berwujud.............................................................
2.2.3 Penyajian Aktiva Tetap Tidak Berwujud..................................................
2.3 Tujuan Pengujian Substansif terhadap Utang Usaha, Aktiva Tetap Berwujud
dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud......................................................................
2.3.1 Tujuan Pengujian Substansif Terhadap Utang Usaha...............................
2.3.2 Tujuan Pengujian Substansif Terhadap Aktiva Tetap Berwujud..............
2.3.3 Tujuan Pengujian Substansif terhadap Aktiva Tetap Tidak Berwujud.....
2.4 Program Pengujian Substansif terhadap Utang Usaha, Aktiva Tetap Berwujud
dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud......................................................................
2.4.1 Program Pengujian Substansif terhadap Utang Usaha..............................
2.4.2 Program Pengujian Substansif terhadap Aktiva Tetap Berwujud.............
2.4.3 Program Pengujian Substansif terhadap Aktiva Tetap Tidak Berwujud...

iii
BAB III STUDI KASUS
3.1 Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha.......................................................
3.2 Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap Berwujud......................................
3.3 Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap Tidak Berwujud............................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengujian substantif adalah metode audit yang bertujuan untuk memperoleh
bukti yang cukup untuk mengevaluasi kebenaran dan kecukupan informasi dalam
laporan keuangan suatu perusahaan. Dalam melakukan proses audit, auditor perlu
melakukan pengujian substansif terhadap berbagai elemen dalam laporan keuangan,
termasuk diantaranya adalah utang usaha, aktiva tetap berwujud, dan aktiva tetap
tidak berwujud. Pengujian substansif terhadap utang usaha, aktiva tetap berwujud
dan aktiva tetap tidak berwujud adalah suatu proses audit yang dilakukan oleh
auditor untuk memverifikasi keabsahan informasi keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan suatu entitas. Pengujuan substansif terhadap elemen-elemen
tersebut sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
perusahaan memenuhi standar akuntansi berterima umum serta memastikan bahwa
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipercaya.
Pengujian substansif terhadap utang usaha dilakukan untuk memastikan bahwa
entitas benar-benar memiliki utang usaha dan baahwa jumlah utang tersebut sesuai
dengan informasi yang tercatat dalam laporan keuangan. Selain itu, auditor juga
harus mengavaluasi apakah terdapat potensi kerugian atau potensi kebangkrutan
yang dapat mempengaruhi keberlangsungan bisnis. Pengujian ini meliputi
pengecekan dokumen yang berkaitan dengan utang usaha, seperti faktur, surat
perjanjian, dan bukti transfer pembayaran.
Sementara itu, pengujian substansif terhadapt aktiva tetap burwujud dilakukan
untuk memastikan bahwa entitas benar-benar memiliki dan menguasai aktiva tetap
berwujud yang tercatat dalam laporan keuangan. Selain itu, auditor juga harus
mengevaluasi apakah nilai tersebut masih relevan dan sesuai dengan kondisi pasar
saat ini. Pengujian ini meliputi pengecekan fisik atas aktiva tetap, serta pengecekan
kondisi dan nilai ekonomis dari aktiva tersebut.
Pengujian substansif juga dilakukan pada aktiva tetap tidak berwujud seperti
hak paten, merek dagang, dan goodwill. Pengujian substansif terhadap aktiva tetap
tidak berwujud penting dilakukan oleh auditor untuk memastikan kebenaran nilai
tersebut masih relevan dan dapat memberikan manfaat ekonomi di masa depan.

1
Pengujian ini meliputi pengecekan legalitas kepemilikan dan hak atas aktiva
tersebut, serta penilaian atas nilai ekonomisnya.
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, penulis akan menjelaskan materi
tentang audit terhadap siklus pengeluaran: pengujian substansif terhadap saldo
utang usaha, aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi utang usaha, aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak
berwujud?
2. Apa prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian utang usaha,
aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud?
3. Apa tujuan pengujian substansif terhadap utang usaha, aktiva tetap
berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud?
4. Bagaimana program pengujian substansif terhadap utang usaha, aktiva
tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Untuk menjelaskan definisi utang usaha, aktiva tetap berwujud dan aktiva
tetap tidak berwujud.
2. Untuk menjelaskan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian
utang usaha, aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud.
3. Untuk menjelaskan tujuan pengujian substansif terhadap utang usaha,
aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud.
4. Untuk menjelaskan program pengujian substansif terhadap utang usaha,
aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Utang Usaha, Aktiva Tetap Berwujud Dan Aktiva Tetap Tidak
Berwujud
2.1.1 Definisi Utang Usaha
Utang usaha adalah kewajiban finansial yang dimiliki oleh suatu
perusahaan kepada pihak lain yang terjadi akibat adanya transaksi jual beli
barang atau jasa yang belum dilunasi pada saat laporan keuangan dibuat.
Utang usaha dianggap sebagai salah satu bagian penting dalam kategori
kewajiban lancar atau current liabilities dalam neraca perusahaan.
Dalam pembukuan perusahaan, utang usaha dicatat pada akun "Utang
Dagang" atau "Accounts Payable". Utang Dagang ini dapat berupa piutang
dari supplier, tagihan kartu kredit perusahaan, biaya sewa atau pembayaran
utang lainnya yang belum dilunasi.
Pada saat melakukan audit terhadap saldo utang usaha, auditor akan
memeriksa dan menguji dokumen pendukung transaksi, seperti faktur, surat
pesanan, dan bukti pembayaran. Selain itu, auditor juga akan memeriksa
apakah saldo utang usaha tersebut tercatat secara akurat dan lengkap dalam
laporan keuangan.

2.1.2 Definisi Aset Tetap Berwujud


Aktiva tetap berwujud atau tangible fixed assets adalah jenis aset yang
dimiliki oleh perusahaan yang memiliki bentuk fisik dan dapat dilihat, diraba,
dan dicatat dengan jelas. Aktiva tetap berwujud meliputi properti, pabrik,
mesin, kendaraan, peralatan, dan gedung yang digunakan dalam operasional
perusahaan dan diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam jangka
waktu yang lama.
Pada umumnya, aktiva tetap berwujud memiliki umur ekonomis atau
masa manfaat tertentu dan nilai ekonomisnya dapat berkurang seiring dengan
usia dan pemakaian. Oleh karena itu, aktiva tetap berwujud dicatat dalam
neraca dengan nilai yang lebih rendah dari harga perolehannya setelah
dikurangi dengan depresiasi.

3
Dalam melakukan audit terhadap saldo aktiva tetap berwujud, auditor
akan memeriksa dan menguji dokumen pendukung transaksi pembelian
aktiva tetap, seperti faktur pembelian, kontrak leasing, dan bukti pembayaran.
Auditor juga akan memeriksa apakah aktiva tetap tersebut tercatat secara
akurat dan lengkap dalam laporan keuangan, serta melakukan penghitungan
depresiasi yang sesuai dengan kebijakan perusahaan.

2.1.3 Definisi Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Aktiva tetap tidak berwujud atau intangible fixed assets adalah jenis aset
yang dimiliki oleh perusahaan yang tidak memiliki bentuk fisik dan tidak dapat
dilihat, diraba, dan dicatat dengan jelas. Aktiva tetap tidak berwujud meliputi
hak paten, hak cipta, merek dagang, goodwill, dan lisensi yang diperoleh dengan
maksud untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Aktiva tetap tidak berwujud memiliki nilai yang sulit untuk diukur secara
pasti dan biasanya memiliki masa manfaat yang lebih panjang daripada aktiva
tetap berwujud. Nilai dari aktiva tetap tidak berwujud dapat berkurang seiring
dengan perubahan dalam lingkungan bisnis atau perusahaan.
Dalam melakukan audit terhadap saldo aktiva tetap tidak berwujud, auditor
akan memeriksa dan menguji dokumen pendukung transaksi pembelian aktiva
tetap, seperti kontrak lisensi, hak paten, atau merek dagang. Auditor juga akan
memeriksa apakah aktiva tetap tidak berwujud tersebut tercatat secara akurat dan
lengkap dalam laporan keuangan.

2.2. Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Utang Usaha, Aktiva
Tetap Berwujud dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud
2.2.1 Penyajian Utang Usaha
Prinsip akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting
principles (GAAP) adalah kumpulan prinsip, aturan, dan standar yang harus
dipatuhi oleh setiap perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Prinsip
ini bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan dapat dipercaya dan relevan bagi para pengguna laporan
keuangan.

4
Dalam penyajian utang usaha, terdapat beberapa prinsip akuntansi
berterima umum yang harus dipatuhi oleh perusahaan, antara lain:
1. Prinsip konservatisme
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memperlakukan utang usaha
dengan hati-hati dan tidak memperlihatkan kondisi keuangan yang lebih baik
daripada kenyataannya. Perusahaan harus memperhitungkan kemungkinan
adanya utang yang tidak dapat tertagih atau adanya ketidakpastian dalam
jumlah utang yang tercatat.
2. Prinsip kelayakan
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan
kelayakan pembayaran utang usaha pada saat jatuh tempo. Perusahaan harus
memperhitungkan kemampuan keuangan perusahaan untuk membayar utang
usaha tersebut.
3. Prinsip keberlangsungan usaha
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang usaha dalam jangka panjang.
Perusahaan harus memastikan bahwa terdapat arus kas yang cukup untuk
membayar utang usaha dalam jangka waktu yang ditetapkan.
Dalam menyajikan utang usaha, perusahaan juga harus mengikuti aturan
dan standar yang telah ditetapkan oleh Financial Accounting Standards Board
(FASB) di Amerika Serikat dan International Accounting Standards Board
(IASB) di seluruh dunia. Standar tersebut mencakup bagaimana cara
mengukur, mengakui, dan menjelaskan utang usaha dalam laporan keuangan.

2.2.2 Penyajian Aktiva Tetap Berwujud


Prinsip akuntansi berterima umum (GAAP) dalam penyajian aktiva tetap
berwujud bertujuan untuk memastikan bahwa aktiva tersebut tercatat secara
akurat dan dapat dipercaya dalam laporan keuangan perusahaan. Berikut
adalah beberapa prinsip GAAP yang harus dipatuhi oleh perusahaan dalam
penyajian aktiva tetap berwujud:
1. Prinsip biaya historis

5
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mencatat aktiva tetap
berwujud dengan biaya perolehan aslinya, termasuk biaya pengiriman,
instalasi, dan penyesuaian lainnya. Perusahaan juga harus mempertimbangkan
biaya yang terkait dengan penggantian atau pemeliharaan aktiva tetap
berwujud.
2. Prinsip konsistensi
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mengadopsi metode
akuntansi yang konsisten dalam pencatatan aktiva tetap berwujud dari tahun
ke tahun. Perusahaan harus menghindari perubahan metode akuntansi yang
dapat memengaruhi nilai aset secara signifikan.
3. Prinsip pengukuran wajar
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mengukur nilai aktiva tetap
berwujud secara wajar dan akurat, berdasarkan nilai pasar atau nilai
penggantian. Perusahaan juga harus memperhitungkan nilai penyusutan dan
amortisasi dari aktiva tetap berwujud.
4. Prinsip keberlangsungan usaha
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasinya dalam jangka
panjang, termasuk kemampuan untuk memelihara dan mengganti aktiva tetap
berwujud. Perusahaan harus memastikan bahwa pengeluaran untuk aktiva
tetap berwujud tidak melebihi kemampuan keuangan perusahaan.

2.2.3 Penyajian Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Prinsip akuntansi berterima umum (GAAP) dalam penyajian aktiva tetap
tidak berwujud mengharuskan perusahaan untuk mencatat dan melaporkan
secara akurat dan tepat mengenai aset yang tidak memiliki wujud fisik namun
memiliki nilai ekonomi. Beberapa contoh aktiva tetap tidak berwujud adalah
hak paten, merek dagang, hak cipta, dan goodwill.
Berikut adalah beberapa prinsip GAAP yang harus dipatuhi oleh
perusahaan dalam penyajian aktiva tetap tidak berwujud:
1. Prinsip biaya historis

6
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mencatat aktiva tetap
tidak berwujud dengan biaya perolehan aslinya, termasuk biaya
pengembangan, pengujian, dan perizinan. Perusahaan juga harus
mempertimbangkan biaya yang terkait dengan pemeliharaan dan
penggunaan hak cipta dan merek dagang.
2. Prinsip konsistensi
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mengadopsi metode
akuntansi yang konsisten dalam pencatatan aktiva tetap tidak berwujud
dari tahun ke tahun. Perusahaan harus menghindari perubahan metode
akuntansi yang dapat memengaruhi nilai aset secara signifikan.
3. Prinsip pengukuran wajar
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mengukur nilai aktiva
tetap tidak berwujud secara wajar dan akurat, berdasarkan nilai pasar atau
nilai penggantian. Perusahaan juga harus memperhitungkan nilai
amortisasi dari aktiva tetap tidak berwujud.
4. Prinsip keberlangsungan usaha
Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasinya dalam jangka
panjang, termasuk kemampuan untuk memelihara dan mengganti aktiva
tetap tidak berwujud. Perusahaan harus memastikan bahwa pengeluaran
untuk aktiva tetap tidak berwujud tidak melebihi kemampuan keuangan
perusahaan.

2.3. Tujuan Pengujian Substansif terhadap Utang Usaha, Aktiva Tetap Berwujud
dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Pengujian substantif adalah pengujian yang dilakukan oleh auditor untuk
memperoleh bukti-bukti yang cukup dan memadai untuk menilai kebenaran dan
kesahihan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Tujuan utama dari pengujian substantif adalah untuk memberikan keyakinan bahwa
laporan keuangan telah disusun dengan benar dan akurat, serta memenuhi standar
akuntansi yang berlaku. Berikut ini adalah tujuan-tujuan dari pengujian substantif:
1. Memperoleh bukti-bukti yang cukup dan memadai

7
Tujuan utama dari pengujian substantif adalah untuk memperoleh bukti-
bukti yang cukup dan memadai tentang transaksi dan saldo akun yang
signifikan dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan agar auditor dapat
memberikan keyakinan yang memadai tentang kesesuaian laporan keuangan
dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Menilai kebenaran dan kesahihan informasi dalam laporan keuangan
Pengujian substantif dilakukan untuk menilai kebenaran dan kesahihan
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Auditor melakukan
pengecekan dan verifikasi terhadap bukti-bukti transaksi dan data yang
terdapat dalam laporan keuangan, sehingga dapat memastikan bahwa
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan benar-benar sesuai dengan
fakta yang ada.
3. Mengidentifikasi kesalahan atau kecurangan yang mungkin terjadi
Pengujian substantif juga bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
kesalahan atau kecurangan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan
keuangan perusahaan. Dengan melakukan pengujian yang seksama, auditor
dapat mengidentifikasi adanya indikasi atau tanda-tanda kecurangan atau
kelemahan dalam pengendalian internal perusahaan.
4. Menilai efektivitas pengendalian internal perusahaan
Pengujian substantif juga dilakukan untuk menilai efektivitas
pengendalian internal perusahaan. Dengan memeriksa dan mengevaluasi
pengendalian internal perusahaan, auditor dapat menilai keefektifan
pengendalian internal tersebut dalam melindungi aset perusahaan dan
memastikan integritas laporan keuangan.
5. Memberikan rekomendasi untuk perbaikan
Hasil dari pengujian substantif dapat digunakan sebagai dasar untuk
memberikan rekomendasi kepada perusahaan mengenai perbaikan dan
peningkatan pengendalian internal atau proses bisnis perusahaan yang
kurang efektif. Rekomendasi ini dapat membantu perusahaan untuk
memperbaiki kinerja keuangan dan meningkatkan kepercayaan pemangku
kepentingan terhadap perusahaan.

8
2.3.1 Tujuan Pengujian Substansif Terhadap Utang Usaha
Tujuan dari pengujian substantif terhadap utang usaha adalah untuk
memastikan bahwa saldo utang usaha yang tercatat di dalam laporan
keuangan perusahaan benar-benar ada, memiliki nilai yang tepat, dan telah
dilunasi atau akan dilunasi pada waktu yang tepat. Dalam pengujian ini,
auditor akan melakukan pengecekan secara mendalam terhadap bukti-bukti
transaksi yang terkait dengan utang usaha, seperti faktur, surat perjanjian,
kontrak, dan bukti pembayaran, untuk memverifikasi kewajaran dan
kebenaran saldo utang usaha yang tercatat. Berikut adalah beberapa tujuan
khusus dari pengujian substantif terhadap utang usaha:
1. Memastikan kebenaran saldo utang usaha yang tercatan
Auditor akan memastikan bahwa saldo utang usaha yang tercatat di
dalam laporan keuangan benar-benar ada dan sesuai dengan transaksi
yang terjadi. Auditor akan melakukan pengecekan terhadap bukti-bukti
transaksi dan mencocokkan dengan saldo yang tercatat di dalam buku
besar.
2. Memastikan nilai utang usaha yang tercatat tepat
Auditor akan memastikan bahwa nilai utang usaha yang tercatat di
dalam laporan keuangan sesuai dengan nilai transaksi yang terjadi.
Auditor akan melakukan pengecekan terhadap bukti-bukti transaksi dan
mencocokkan dengan nilai yang tercatat di dalam buku besar.
3. Memastikan utang usaha yang dilunasi atau akan dilunasi pada waktu
yang tepat
Auditor akan memastikan bahwa utang usaha yang tercatat di dalam
laporan keuangan telah dilunasi atau akan dilunasi pada waktu yang
tepat. Auditor akan melakukan pengecekan terhadap bukti-bukti
pembayaran dan mencocokkan dengan jadwal pembayaran yang tercatat
di dalam buku besar.

2.3.2 Tujuan Pengujian Substansif Terhadap Aktiva Tetap Berwujud


Tujuan dari pengujian substantif terhadap aktiva tetap berwujud adalah
untuk memastikan bahwa nilai aktiva tetap berwujud yang tercatat di dalam

9
laporan keuangan perusahaan benar-benar ada, memiliki nilai yang tepat, dan
terus digunakan dalam operasi perusahaan. Pengujian ini dilakukan oleh
auditor dengan cara melakukan pengecekan terhadap bukti-bukti transaksi
dan data yang berkaitan dengan aktiva tetap berwujud, seperti dokumen
kepemilikan, faktur, surat perjanjian, dan catatan pemeliharaan, untuk
memverifikasi keberadaan, kebenaran nilai, dan kondisi aktual dari aktiva
tetap berwujud yang tercatat. Berikut adalah beberapa tujuan khusus dari
pengujian substantif terhadap aktiva tetap berwujud:
1. Memastikan keberadaan dan keberlangsungan aktiva tetap berwujud
Auditor akan memastikan bahwa aktiva tetap berwujud yang
tercatat di dalam laporan keuangan benar-benar ada dan sedang
digunakan dalam operasi perusahaan. Auditor akan melakukan
pengecekan terhadap dokumen kepemilikan, surat perjanjian, dan
catatan pemeliharaan untuk memverifikasi keberadaan dan
keberlangsungan aktiva tetap berwujud.
2. Memastikan nilai aktiva tetap berwujud yang tercatat tepat
Auditor akan memastikan bahwa nilai aktiva tetap berwujud yang
tercatat di dalam laporan keuangan sesuai dengan nilai aktual dari
aktiva tersebut. Auditor akan melakukan pengecekan terhadap dokumen
kepemilikan, faktur, dan surat perjanjian untuk memverifikasi nilai
aktual dari aktiva tetap berwujud yang tercatat.
3. Memastikan kondisi aktual dari aktiva tetap berwujud
Auditor akan memastikan bahwa kondisi aktual dari aktiva tetap
berwujud yang tercatat di dalam laporan keuangan sesuai dengan
kondisi aktual dari aktiva tersebut. Auditor akan melakukan pengecekan
terhadap catatan pemeliharaan dan kondisi fisik dari aktiva tetap
berwujud untuk memverifikasi kondisi aktual dari aktiva tersebut.

2.3.3 Tujuan Pengujian Substansif terhadap Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Pengujian substantif terhadap aktiva tetap tidak berwujud bertujuan
untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo aktiva tetap tidak berwujud yang
tercatat dalam laporan keuangan merupakan jumlah yang benar dan adanya

10
kepastian bahwa aktiva tetap tidak berwujud tersebut benar-benar dimiliki
oleh entitas. Pengujian substantif juga bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi kekurangan atau ketidakakuratan informasi mengenai aktiva tetap
tidak berwujud, baik itu berupa kesalahan pencatatan atau ketidaktepatan
dalam pengakuan.
Pengujian substantif terhadap aktiva tetap tidak berwujud dapat meliputi
beberapa tahapan, seperti melakukan konfirmasi terhadap hak milik aktiva,
mengevaluasi metode pengukuran nilai wajar, serta melakukan pemeriksaan
atas dokumen pendukung seperti kontrak atau perjanjian yang berkaitan
dengan aktiva tetap tidak berwujud tersebut.

2.4. Program Pengujian Substansif terhadap Utang Usaha, Aktiva Tetap


Berwujud dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Program pengujian substantif adalah suatu proses pengujian yang dilakukan
oleh auditor untuk memperoleh bukti yang memadai dan memadukan beberapa
jenis pengujian untuk menghasilkan keyakinan bahwa informasi keuangan yang
terdapat dalam laporan keuangan merupakan informasi yang dapat dipercaya.
Pengujian substantif bertujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo akun
yang tercatat dalam laporan keuangan adalah akurat dan valid. Program pengujian
substantif terdiri dari beberapa tahap, di antaranya:
1. Pemahaman terhadap entitas dan lingkungan bisnisnya. Tahap ini bertujuan
untuk memahami bisnis entitas, lingkungan bisnis, serta sistem dan proses
yang digunakan oleh entitas dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan
keuangan.
2. Identifikasi dan penilaian risiko atas informasi keuangan entitas. Tahap ini
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko-risiko yang terkait dengan
informasi keuangan entitas.
3. Perencanaan pengujian substantif. Tahap ini bertujuan untuk merencanakan
pengujian substantif yang akan dilakukan oleh auditor, termasuk pengujian
atas saldo, transaksi, serta pengungkapan dalam laporan keuangan.
4. Pelaksanaan pengujian substantif. Tahap ini bertujuan untuk melakukan
pengujian substantif yang telah direncanakan dalam tahap sebelumnya.

11
5. Evaluasi temuan pengujian substantif. Tahap ini bertujuan untuk
mengevaluasi temuan pengujian substantif yang telah dilakukan.
6. Penyelesaian audit. Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil audit serta
menyusun laporan audit.

2.4.1. Program Pengujian Substansif terhadap Utang Usaha


Program pengujian substantif terhadap utang usaha dirancang untuk
memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercatat dalam laporan
keuangan entitas merupakan jumlah yang benar dan adanya kepastian bahwa
entitas memiliki utang usaha tersebut. Program pengujian substantif terhadap
utang usaha meliputi beberapa tahapan, antara lain:
1. Memeriksa dokumen pendukung seperti faktur dan surat perjanjian
kontrak, serta mengevaluasi ketepatan pengakuan dan pengukuran
utang usaha pada laporan keuangan.
2. Melakukan konfirmasi langsung dengan pihak kreditur untuk
memperoleh bukti bahwa utang usaha tersebut benar-benar ada dan
benar-benar tercatat pada laporan keuangan. Konfirmasi dapat
dilakukan melalui surat konfirmasi utang usaha atau melalui
komunikasi langsung dengan pihak kreditur.
3. Melakukan analisis atas utang usaha yang sudah jatuh tempo atau
mempunyai resiko tidak tertagih, meliputi prosedur-prosedur
pembebanan kerugian piutang seperti penyisihan piutang tidak tertagih
dan lain-lain.
4. Memeriksa kecukupan pengungkapan mengenai utang usaha dalam
catatan atas laporan keuangan.

2.4.2. Program Pengujian Substansif terhadap Aktiva Tetap Berwujud


Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap berwujud bertujuan
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan memadai tentang eksistensi,
kepemilikan, kondisi fisik, dan nilai realistis atas aktiva tetap berwujud yang
tercatat dalam laporan keuangan. Program pengujian substantif tersebut
terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

12
1. Pemahaman atas entitas dan lingkungan bisnisnya. Tahap ini bertujuan
untuk memahami bisnis entitas, lingkungan bisnis, serta sistem dan
proses yang digunakan oleh entitas dalam mencatat transaksi dan
menyusun laporan keuangan.
2. Identifikasi dan penilaian risiko atas aktiva tetap berwujud. Tahap ini
bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang terkait dengan aktiva
tetap berwujud, seperti risiko atas kesalahan pengakuan atau penurunan
nilai aktiva tetap berwujud.
3. Perencanaan pengujian substantif. Tahap ini bertujuan untuk
merencanakan pengujian substantif yang akan dilakukan oleh auditor,
termasuk pengujian atas eksistensi, kepemilikan, kondisi fisik, dan nilai
realistis atas aktiva tetap berwujud.
4. Pelaksanaan pengujian substantif. Tahap ini bertujuan untuk melakukan
pengujian substantif yang telah direncanakan dalam tahap sebelumnya,
seperti inspeksi fisik, konfirmasi kepemilikan, perhitungan depresiasi,
dan evaluasi atas bukti-bukti pendukung nilai realistis.
5. Evaluasi temuan pengujian substantif. Tahap ini bertujuan untuk
mengevaluasi temuan pengujian substantif yang telah dilakukan dan
menentukan apakah ada indikasi adanya kesalahan material dalam
pencatatan dan pelaporan atas aktiva tetap berwujud.
6. Penyelesaian audit. Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil audit
serta menyusun laporan audit.

2.4.3. Program Pengujian Substansif terhadap Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap tidak berwujud
bertujuan untuk memverifikasi eksistensi, kepemilikan, dan penilaian yang
tepat atas aktiva tetap tidak berwujud. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam program pengujian substantif ini meliputi:
1. Memahami jenis aktiva tetap tidak berwujud yang dimiliki perusahaan,
misalnya hak paten, merek dagang, hak cipta, dan lisensi.

13
2. Melakukan konfirmasi langsung kepada pihak yang terkait dengan
kepemilikan atau penggunaan aktiva tetap tidak berwujud, seperti
pemegang hak paten atau lisensi.
3. Memeriksa dokumen-dokumen pendukung kepemilikan aktiva tetap
tidak berwujud, seperti surat paten atau sertifikat hak cipta.
4. Melakukan perhitungan untuk memverifikasi penilaian yang tepat atas
aktiva tetap tidak berwujud, misalnya dengan menghitung amortisasi
yang seharusnya dilakukan.
5. Melakukan pengujian atas transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap
tidak berwujud, seperti perhitungan royalti yang diterima atau
pembayaran biaya lisensi.

14
BAB III
STUDI KASUS
Perusahaan ABC adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi barang
elektronik. Yang memiliki utang usaha sebesar Rp 1 miliar kepada pemasok,
aktiva tetap berwujud berupa gedung kantor yang dibeli seharga Rp 10 miliar,
dan aktiva tetap tidak berwujud berupa hak cipta seharga Rp 500 juta. Auditor
melakukan pengujian substantif terhadap saldo utang usaha, aktiva tetap
berwujud, dan aktiva tetap tidak berwujud tersebut untuk mengevaluasi apakah
saldo yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan ABC akurat dan valid.
3.1. Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha
Auditor melakukan pengujian substantif terhadap saldo utang usaha dalam
laporan keuangan Perusahaan ABC dengan menggunakan beberapa teknik audit,
seperti konfirmasi, pemilihan sampel, dan analisis aging. Auditor juga memeriksa
dokumen-dokumen pendukung, seperti faktur dan surat perjanjian, serta melakukan
pengecekan atas kebijakan pengendalian kredit dan prosedur penagihan. Program
pengujian substantif terhadap utang usaha dapat mencakup langkah-langkah seperti:
1. Konfirmasi saldo utang usaha dengan pemasok melalui surat konfirmasi
utang usaha.
2. Memeriksa bukti-bukti transaksi pembelian dan penerimaan barang untuk
memastikan bahwa pembelian dan penerimaan barang dilakukan secara sah
dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Memeriksa kebijakan perusahaan terkait pengakuan dan penghapusan utang
usaha, serta melakukan pengujian atas pengakuan dan penghapusan utang
usaha dengan memeriksa dokumentasi yang terkait.
Hasil dari pengujian substantif ini menunjukkan bahwa saldo utang usaha
perusahaan tercatat dengan akurat dan terdokumentasi dengan baik.

3.2. Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap Berwujud


Auditor melakukan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap berwujud
perusahaan dengan menggunakan beberapa teknik audit, seperti pengujian fisik,
konfirmasi, dan pemilihan sampel. Auditor juga memeriksa dokumen-dokumen
pendukung, seperti sertifikat kepemilikan dan dokumen perawatan dan perbaikan.

15
Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap tidak berwujud dapat mencakup
langkah-langkah seperti:
1. Melakukan pemeriksaan fisik atas gedung kantor untuk memastikan kondisi,
nilai, dan kepemilikan yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan ABC
benar.
2. Memeriksa dokumen pembelian dan biaya-biaya yang terkait untuk
memastikan bahwa pengakuan atas aktiva tetap berwujud tersebut dilakukan
dengan benar.
3. Menilai apakah terdapat kemungkinan penurunan nilai aktiva tetap berwujud
yang perlu dilakukan penghapusan nilai.
Hasil dari pengujian substantif ini menunjukkan bahwa saldo aktiva tetap
berwujud perusahaan tercatat dengan akurat dan terdokumentasi dengan baik.

3.3. Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Auditor melakukan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap tidak
berwujud perusahaan dengan menggunakan beberapa teknik audit, seperti
konfirmasi, pemilihan sampel, dan analisis amortisasi. Auditor juga memeriksa
dokumen-dokumen pendukung, seperti dokumen hak cipta, merek dagang, dan
paten. Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap tidak berwujud dapat
mencakup langkah-langkah seperti:
1. Memeriksa dokumen perolehan hak cipta dan memastikan bahwa pengakuan
atas aktiva tetap tidak berwujud tersebut dilakukan dengan benar.
2. Menilai apakah terdapat kemungkinan penurunan nilai aktiva tetap tidak
berwujud yang perlu dilakukan penghapusan nilai.
Hasil dari pengujian substantif ini menunjukkan bahwa saldo aktiva tetap tidak
berwujud perusahaan tercatat dengan akurat dan terdokumentasi dengan baik.

16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengujian
substantif adalah salah satu tahapan dalam proses audit yang bertujuan untuk
mengumpulkan bukti atau evidensi yang cukup dan memadai terkait dengan saldo
akun dalam laporan keuangan perusahaan. Pada materi pengujian substantif
terhadap utang usaha, auditor perlu memperhatikan prinsip akuntansi berterima
umum yang berlaku, seperti prinsip konservatisme, serta melakukan pemeriksaan
atas dokumen-dokumen yang terkait dengan utang usaha. Sedangkan pada
pengujian substantif terhadap aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, auditor
perlu memperhatikan prinsip akuntansi yang relevan dan memeriksa dokumen-
dokumen pendukung, melakukan konfirmasi, dan memeriksa perhitungan terkait
dengan nilai aktiva tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas audit dalam pengujian substantif, sebaiknya
auditor juga memperhatikan beberapa hal, seperti memperoleh pemahaman yang
cukup mengenai bisnis perusahaan, memperhatikan risiko audit yang ada, serta
melakukan komunikasi yang baik dengan manajemen perusahaan. Selain itu,
auditor juga sebaiknya melakukan pengujian substantif secara terstruktur dan
sistematis, serta menggunakan teknik audit yang tepat.

4.2. Saran
Saran untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada topik-topik yang
berkaitan dengan pengujian substantif, seperti penggunaan teknologi dalam
pengujian substantif, pengaruh perubahan regulasi terhadap pengujian substantif,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengujian substantif.

17
DAFTAR PUSTAKA
Whittington, O. R., & Pany, K. (2012). Principles of auditing and other assurance
services. New York: McGraw-Hill.
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2013). Auditing and assurance services.
New York: Pearson.
Albrecht, W. S., Albrecht, C. C., & Zimbelman, M. F. (2012). Fraud examination. New
York: Cengage Learning.
Messier, W. F., Glover, S. M., & Prawitt, D. F. (2016). Auditing & assurance services:
A systematic approach. New York: McGraw-Hill.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2016). Intermediate Accounting,
Volume 1. John Wiley & Sons.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2016). Intermediate Accounting,
Volume 2. John Wiley & Sons.
Horngren, C. T., Harrison, W. T., & Oliver, M. S. (2016). Accounting, Volume 1.
Pearson.
Meigs, R. F., Meigs, M. A., & Johnson, R. L. (2015). Accounting, The Basis for
Business Decisions. McGraw-Hill.

18

Anda mungkin juga menyukai